Disusun oleh :
Ulfiyati ( 220101165 )
FAKULTAS TARBIYAH
BOJONEGORO 2023
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena telah melimpahkan
rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah fiqih 2 yang berjudul "Nuhyuz dan Nafaqah" dengan baik. Shalawat serta salam semoga
selalu terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya
di akhirat nanti.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan do'a , saran, dan kritik sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu , kami mengharap
masukan, dan juga saran yang membangun dari berbagai pihak. Dan akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bahtera pernikahan, persoalan pasti akan selalu ada. Perselisihan pendapat dalam
sebuah masalah hampir dipastikan terjadi antara suami dan istri. Tidak jarang, muara dari
perselisihan tersebut adalah sikap nusyuz yang ditampakkan oleh sang istri. Dalam pemaparan
kali ini, akan dibahas apa sebenarnya arti dari nusyuz, apa saja yang bisa menyebabkan seorang
perempuan dianggap nusyuz, apa yang harus dilakukan oleh suami, dan bagaimana konsekuensi
hukumnya menurut syariat.
Persoalan nuhyuz selama ini dipandang sebelah mata dan selalu dikaitkan dengan istri.
Dengan anggapan bahwa nuhyuz merupakan sikap ketidakpatuhan sang istri pada suami.
Masyarakat kurang mengetahui bahwa nuhyuz bisa terjadi terhadap suami. Yaitu apabila suami
tidak bisa memenuhi tugasnya sebagai kepala rumah tangga dengan alasan yang tidak termasuk
syara'. Karena lalai dalam tanggung jawabnya tidak bisa memenuhi hak dan tangging jawabnya
sebagai kepala rumah tangga.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi nuhyuz yang berasal dari bahasa arab nayaza yang artinya perempuan
mendurhakai suaminya1. Secara terminologi adalah suatu tindakan istri yang menentang
kehendak suami dengan alasan yang tidak dapat diterima menurut hukum syara'.
Pengertiannuhyuz menurut para ulama diantaranya :
A. Wahhab Al-Zuhaili dalam kitabnya al Fiqhul Islam wa Adillatuh menerangkan bahwa nuhyuz
adalah istri yang mengingkari kewajibannya kepada suami dan pergi dari rumah tanpa izin suami
bukan untuk mencari keadilan kepada hakim2.
B. Sayyid Sabiq, dalam kitabnya Fiqh Sunnah mendefinisikan nuhyuz sebagai kedurhakaan istri
terhadap suaminya, menolak ajakan ke tempat tidur dan keluar dari rumah tanpa izin suami 3.
C. Muhammad Abduh berpendapat nusyuz adalah tindakan istri yang tidak memenuhi hak suami
dan berusaha memposisikan diri diatas kepala keluarga.
D. Menurut Ibnu Mansur , nusyuz adalah rasa benci suami terhadap istri atau sebaliknya .
Sedangkan menurut Wahhab az - Zuhaili guru besar ilmu fiqih mengartikan nusyuz sebagai
ketidakpatuhan istri kepada suami terhadap apa yang seharusnya dipatuhi atau sebaliknya 4.
Bagi sebagian ulama berpendapat bahwa nusyuz tidak sama dengan syiqaq karena nusyuz
dilakukan oleh salah satu pasangan dari suami atau istri, bukan kedua-duanya secara bersama
yang dikategorikan sebagai syiqaq5. Begitu pula mereka membedakan nusyuz dan i'radh , yaitu
nusyuz melingkupi seluruh perlakuan buruk dari suami dan istri , sedangkan i'radh hanya sebatas
beralihnya perhatian suami dari istrinya.
3. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 11,( Madinah:al-Fatkh Li I'laamil Araby, 1990) 314
4. M. Rasyid Ridha , Nida' Li al-Jinsi al-Latif, Terj. A. Rivai Usman"Perempuan Sebagai Kekasih",
(Jakarta:Hikmah, 2004) 80
2
2.2 Dasar Hukum Nusyuz
Dalam kehidupan rumah tangga tidak selalu terjadi keharmonisan, timbulnya konflik dalam
rumah tangga pada akhirnya kerap kali mengarah kepada nusyuz. Hal ini dapat ditemukan dalam
ayat al-Qur'an surat an-Nisa ayat 34 :
ِ ِّب َما ِّ ْْ ََص ِّلحٰ تُ ٰقنِّ ٰتتٌ حٰ ِّف ٰظتٌ ِّل ْل ٍ ض ُه ْم َع ٰلى بَ ْع
ّٰ ض َّو ِّب َما ٓ ا َ ْنفَقُ ْوا ِّم ْن ا َ ْم َوا ِّل ِّه ْم ۗ فَال َ ا َ ِّلر َجا ُل قَ َّوا ُم ْونَ َعلَى النِّ َس ۤا ِّء ِّب َما فَض ََّل اللّٰهُ بَ ْع
ََعْنَ ُُ ْم فَ ََ ت َ ْبَُ ْوا َعلَْْ ِّه َّن َسبِّْ اَْ ۗا َِّّن اللّٰه َ َ اج ِّع َواض ِّْرب ُْوه َُّن ۚ فَا ِّْن ا ِّ ض َ ظ ْوهُ َّن َوا ْه ُج ُر ْوهُ َّن فِّى ْال َم ُ ُظ اللّٰهُ َۗوالّٰ ِّت ْي تَخَافُ ْونَ ن
ُ ش ْوزَ هُ َّن فَ ِّع َ َح ِّف
َكانَ َع ِّلًّْا َكبِّْ اْرا
Artinya : Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka
(laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh
adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena
Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz,
hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah
ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah
kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.
Ayat ini digunakan sebagai landasan tentang nusyuznya istri terhadap suami atau dapat
ditarik pemahaman kandungan hukum yaitu ;
Dalam kompilasi hukum islam (KHI) 6 aturan persoalan nusyuz dipersempit pada
nusyuznya istri saja. Serta akibat hukum yang ditimbulkan nya. Istri dianggap nusyuz jika tidak
melaksanakan kewajibannya dan dalam menentukan ada atau tidaknya nusyuz istri harus
didasarkan atas bukti yang sah. Perbuatan istri yang termasuk kategori nuayuz terhadap suami
menurut para ulama berbeda-beda , yaitu :
a. Ulama Hanafiyah yang menyatakan suami tidak wajib memberi nafkah kepada istri nusyuz
karena tidak ada taslim ( sikap tinduk ) dari istri.
3
b. Ulama Malikiyah menyatakan nusyuz terjadi jika istri menolak bersenang-senang dengan
auami , dan keluar dari rumah tanpa izin,,sementara suami tidak mampu memcegah dari awal
maka istri tidak dikategorikan melakukan nusyuz.
c. Ulama Syafi'iyah menyatakan bahwa nuhyuz adalah keluarnya istri dari rumah tanpa izin,
menutup pintu agar suami tidak bisà masuk, melarang suami membuka pintu, tidak mau
bersenang - senang dengan suami dan ikut dalam perjalanan meski dilarang suaminya7. Adapun
hal-hal yang diperbolehkan keluar rumah tanpa izin dan tidak termasuk nusyuz, yaitu :
d. Ulama Hanabillah memberi tanda-tanda nusyuz yaitu malas diajak bersenang-senang atau
memenuhinya namun menggerutu hingga rusak adabnya , tidak mau diajak ketempat tidur dan
keluar rumah tanpa izin suaminya8.
Dari pemikiran tentang konsep kepemimpinan laki-laki atas perempuan, hal ini berimplikasi
dalam memahami nusyuz . Az-Zamakhsyari berpendapat apabila istri nusyuz suami berhak
bertindak dalam tiga tahapan yaitu :
1. Menasehatinnya ( fa'izuhunna )
3. Memukulnya ( wadribuhunna )
Ketiga tahap tersebut harus dilakukan secara bijak dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi sang istri.
4
≥ Macam-macam hak istri atas suami nusyuz
Jika suami nusyuz tidak memberikan hak-hal atau kewajiban kepada istri , maka istri berhak
menuntut haknya dan menasehati dengan tujuan berdamai. Jika tidak berpengaruh maka istri
dapat mengajukan khulu' dan baginya tidak terdapat hukuman pisah ranjang dan memukul suami.
Secara bahasa nafkah berasal dari bahasa arab An-Nafaqah yang artinya barang yang
dibelanjakan seperti uang, barang yang laku 9. Dan menurut istilah fuqaha ialah makanan ,
pakaian, dan tempat tinggal serta sesuatu yang disamakan dengan hal-hal itu. Sedangkan secara
terminologi dari pendapat para fuqaha ialah ;
1. Sayyid Sabiq mendefinisikan sesuatu yang diperlukan oleh istri, yaitu makanan, tempat
tinggal, pembantu rumah tangga, serta biaya pengobatan 10.
2. Hasan Ayyub mendefinisikan nafkah yaitu semua kebutuhan dan keperluan yang berlaku
menurut keadaan tempat, seperti makanan, pakaian, rumah, dan lain-lain11.
Adapun dasar hukum kewajiban suami terhadap nafkah istri berdasarkan kepada :
ف ََل ِّ ۗ ضا َع َة ۗ َو َع َلى ْال َم ْولُ ْو ِّد َلهٗ ِّر ْزقُ ُه َّن َو ِّكس َْوت ُ ُه َّن بِّ ْال َم ْع ُر ْو َ الرَّ َام َلْ ِّْن ِّل َم ْن ا َ َرادَ ا َ ْن يُّتِّ َّم
ِّ ضعْنَ ا َ ْو ََلدَه َُّن َح ْو َلْ ِّْن ك ِّ َو ْال َوا ِّل ٰدتُ ي ُْر
اض ِّم ْن ُه َما ٍ ص ااَل َع ْن ت ََر َ ِّث ِّمثْ ُل ٰذ ِّل َك ۚ فَا ِّْن ا َ َرادَا ف ۤ
ِّ ضا َّر َوا ِّلدَة ٌ ۢ ِّب َولَ ِّدهَا َو ََل َم ْولُ ْود ٌ لَّهٗ ِّب َولَد ِّٖه َو َعلَى ْال َو ِّار َ ُ س ا ََِّّل ُو ْس َع َها ۚ ََل ت ٌ ف نَ ْف ُ َّت ُ َُل
ف َواتَّقُوا اللّٰهَ َوا ْعلَ ُم ْٓوا ا َ َّن ِّ ۗ ضعُ ْٓوا ا َ ْو ََلدَ ُك ْم فَ ََ ُجنَا َح َعلَ ْْ ُُ ْم اِّذَا َسلَّ ْمت ُ ْم َّما ٓ ٰات َ ْْت ُ ْم ِّب ْال َم ْع ُر ْو ِّ َاو ٍر فَ ََ ُجنَا َح َعلَ ْْ ِّه َما َۗوا ِّْن ا َ َردْت ُّ ْم ا َ ْن ت َ ْست َْر ُ َوتَش
صْ ٌْر ِّ َاللّٰهَ ِّب َما ت َ ْع َملُ ْونَ ب
Artinya :. Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian
mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya.
9.Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta:PT Hindakarya Agung 1989) h. 463
10.Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, alih bahasa oleh Moh. Thalib(Bandung, Alma'arif, 1990) h. 73
5
Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika
kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
2. Hadits Nabi, dimana beliau pernah memberi izin kepada Hindun binti Utbah untuk
mengambil harta suaminya, untuk mencukupi kebutuhannya dengan anak- anaknya dengan cara
yang ma'ruf ( Mutafaqun Alaih ) 12.
c. Suami istri wajib saling mencintai, menghormati, setia dan memberi bantuan lahir dan batin
d. Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala keperluan hidup rumah tangga sesuai
kemampuannya
f. Jika suami /istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada
pengadilan12.
a. Suami adalah pebimbing istri dan rumah tanggannya , tetapi dalam hal urusan rumah tangga
yang penting diputuskan oleh suami istri beesama
b. Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup sesuai
kemampuannya.
c. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama , nusadan bangsa
12. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap (Jakarta Timur, Pustaka al-Kautsar ) Cet. ke 1,
h.480
6
d. Sesuai penghasilannya suami menanggung :
2. Biaya rumah tangga , perawatan, dan pengobatan bagi istri dan anak-anaknya
e. Kewajiban suami bagi istrinya seperti ayat d angka 1dan 2mulqi berlaku sesudah afa tahkim
sempurna dari istrinya
f. Istri dapat mbebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana yang tercntum
pada ayat f angka 1 dan 2
1. Adanya hubungan kerabat yang mewajibkan hubungan waris antara kerabat yang
membutuhkan dan yang mampu.
4. Orang yang dibebani kewajiban nafkah cukup mqmpu, kecuali kewajiban nafkah untuk
anak atau orang tua
7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Konsep Nusyuz dalam tinjauan hukum Islam berarti kedurhakaan yang dilakukan oleh salah
satu suami atau istri, dengan tidak melakukan hak-hak dan kewajibannya sebagaimana mestinya.
Namun di dalam Kompilasi Hukum Islam hanya menerangkan nusyuz yang dilakukan oleh istri
saja. Padahal sikap nusyuz bisa saja dilakukan suami terhadap istrinya sebagaimana tertera
dalam al-Qur'an surat an-Nisa ayat 128.Nusyuz suami terjadi apabila suami tidak melaksanakan
kewajibannya terhadap istrinya,baik yang bersifat materi atau non-materi.
2. Nafkah adalah pemberian seorang suami kepada istri sebagai pemenuhan kebutuhan dan
keperluan dalam kehidupan rumah tangga. Memberi nafkah kepada istri dan keluarga hukumnya
wajib selama istri melakukan kewajibannya. Nafkah juga wajib diberikan kepada keluarga yang
masih membutuhkan. Suami wajib memberikan nafkah yang halal. Mengenai ukuran nafkah
disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, jika istri sombong dari fitrahnya, menyimpang dari
aturan, dan keluar rumah dengan sendirinya tanpa izin dari suami maka ia tidak mendapat hak
nafkah.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 11,( Madinah:al-Fatkh Li I'laamil Araby, 1990) 314
M. Rasyid Ridha , Nida' Li al-Jinsi al-Latif, Terj. A. Rivai Usman"Perempuan Sebagai Kekasih", (Jakarta:Hikmah,
2004) 80
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta:PT Hindakarya Agung 1989) h. 463
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, alih bahasa oleh Moh. Thalib(Bandung, Alma'arif, 1990) h. 73
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap (Jakarta Timur, Pustaka al-Kautsar ) Cet. ke 1,
h.480