Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 8

Ayat Tentang Nusyuz, Syiqaq dan Fungsi Hakamain


QS. An-Nisa (4):34, 35, 128, 129 dan 130
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas :
Mata Kuliah : Tafsir Ahkam I
Dosen Pengampu : Maimunah, M.H.I

Disusun Oleh :
Fathimatuzzahra
NIM. 2112110250

Muhammad Rizki Nur Illahi


NIM. 2112110223

Wulan Syahara Hibatullah


NIM. 2112110191

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN 2022/1444 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena
dengan Rahmat dan Ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ayat
Tentang Nusyuz, Syiqaq dan Fungsi Hakamain QS. An-Nisa (4):34, 35, 128, 129, 130”.
Tidak lupa Shalawat serta salam, kami sampaikan kepada baginda Besar Nabi Muhammad
SAW. Beserta keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Kami selaku penulisan dalam pembuatan makalah ini, menyadari betul bahwa masih
banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami memohon dengan ikhlas
kepada pembaca makalah ini untuk berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah yang lebih baik.
Akhir kata, kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Ahkam I yakni, Ibu Maimunah, M.HI serta kepada segenap
teman-teman yang turut serta memberikan dukungan dan semangat kepada kami. Dan kami
harapkan semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Palangka Raya, Oktober 2021

Penyusun/Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Pengertian Nusyuz, Syiqaq, dan Fungsi Hakamain ........................................................ 3
B. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 34............................................................................................ 6
C. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 35.......................................................................................... 11
D. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 128-130 ................................................................................ 14
E. Pokok kandungan Q.S An-Nisa Ayat 34-35 dan 128-130 ............................................ 22
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 24
A. Kesimpulan................................................................................................................ 24
B. Saran .......................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan
tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut tampak
kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam. Dalam
masalah pernikahan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari kriteria
bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi
sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana
mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan
tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, begitu pula
dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam
mengajarkannya.

Dalam realitas sosial yang terjadi di masyarakat zaman sekarang seperti yang kita
ketahui dari media-media yang ada seperti media elektronik, cetak dan yang lainnya banyak
sekali keluarga yang mengalami perceraian. Di antara sebab - sebab yang mengakibatkan
perceraian tersebut salah satunya adalah tidak terpenuhinya hak-hak dan kewajiban antara
suami istri dan terjadinya pembangkangan (nusyuz) seorang istri kepada suami atau suami
terhadap istrinya. Hal semacam ini, biasanya tidak lepas dari dilatar belakangi adanya suatu
kecurigaan antara kedua pihak, kesalahpahaman, tumbuh pikiran bahwa dirinya lebih baik
atau merasa lebih memiliki kekuasaan, dan lain sebagainya. Islam pun mengatur hal-hal
yang demikian, yaitu jika ada keretakan dalam rumah tangga atau pembangkangan dan lain
sebagainya. Ini dibahas dalam konsep nusyuz, syiqaq serta fungsi hakamain dalam
mengatasi hal-hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam surah An-Nisa ayat 34,35,128,129,
dan 130.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Nusyuz,Syiqaq dan Fungsi Hakamain ?
2. Bagaimana Penafsiran Q.S An-Nisa Ayat 34-35 ?
3. Bagaimana Penafsiran Q.S An-Nisa Ayat 128, 129 dan 130 ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Nusyuz,Syiqaq dan Fungsi Hakamain.
2. Untuk mengetahui Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 34-35.
3. Untuk mengetahui Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 128, 129 dan 130.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nusyuz, Syiqaq dan Fungsi Hakamain
1. Nusyuz
Secara kebahasaan, nusyuz berasal dari akar kata an-nasyz atau an-nasyaaz yang
berarti ”tempat tinggi”. Berarti ”sikap tidak patuh dari salah seorang diantara suami
dan istri”, atau ”perubahan sikap suami atau isteri” Dalam pemakaiannya, arti kata
an-nusyuuz ini kemudian berkembang menjadi ”al-’ishyaan” yang berarti
”durhaka”. yang dimaksud dengan sikap tidak patuh adalah tidak menunaikan hak
dan kewajiban dari salah seorang diantara suami dan istri.1
Abu Ubaid berkata “ Nusyuz atau Nasyazi” adalah sesuatu yang tebal dan
keras.” Kata Nusyuz dalam Kamus Bahasa Indonesia disamakan dengan kata Nusyu
yang artinya perbuatan tidak taat dan membangkang dari seorang istri terhadap
suami (tanpa alasan) yang tidak dibenarkan oleh hukum. Nusyuz secara bahasa
berasal dari nasyazat nusyuzan al-mar’atu ‘ala zaujiha artinya wanita mendurhakai
suaminya.
Secara bahasa, Nusyuz berarti penentangan atau lebih umumnya adalah
pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak, akan tetapi
nusyuz dapat juga terjadi pada suami apabila seorang suami tidak menjalankan
kewajiban yang menjadi hak-hak istri, seperti tidak memberikan nafkah dan lain
sebagainya. Nusyuz secara terminologi adalah pembangkangan seorang istri
terhadap suaminya di dalam hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT. Kepada istri
atas suaminya, karena istri merasa tinggi dan sombong kepada suaminya dan
nusyuz hukumnya adalah haram.2
Dalam agama, perkataan nusyuz itu, dipakai laki-laki dan wanita, yaitu kalau
seorang lelaki berlaku kasar atau marah kepada istrinya, sehingga tidak mau tidur
bersama-sama, dinamakan laki-laki itu nusyuz (murka) kepada istrinya.
Dengan demikian, nusyuz sangat terkait erat dengan hak dan kewajiban suami istri
dalam kehidupan rumah tangga. Yakni, apabila suami istri tidak menjalankan
kewajiban-kewajibannya maka suami atau istri tersebut dikatakan telah nusyuz.

1
Abdur Rahman Ghazaly,/Fikih Munakahat/, (Jakarta: Prenada Media, 2006, 241.
2
Abu Hafizhah,/Ensiklopedi Fikih Islam/, (Ponorogo: Pustaka Al- Bayyinah, 2003, 824

3
Sehingga nusyuz dilakukan bukan hanya oleh istri tetapi juga dapat dilakukan
oleh suami. Tetapi dalam kitab fikih, nusyuz dikaitkan dengan pembangkangan isist
terhadap suami.

2. Syiqaq
Syiqaq adalah perselisihan, percekcokan, dan permusuhan. Perselisihan yang
berkepanjangan dan meruncing antara suami istri. Syiqaq merupakan perselisihan
yang berawal dan terjadi pada kedua belah pihak suami dan istri secara bersama-
sama. Dengan demikian, syiqaq berbeda dengan nusyuz, yang perselisihannya
hanya berawal dan terjadi pada salah satu pihak, suami atau istri. Untuk mengatasi
kemelut rumah tangga yang merumerun antara suami dan istri agama Islam
memerintahkan agar diutus dua orang hakam (juru damai). Pengutusan hakam ini
bermaksud untuk menelusuri sebab terjadinya syiqaq dan berusaha mencari jalan
keluar guna memberikan penyelesaian terhadap kemelut rumah tangga yang
dihadapkan oleh kedua suami istri tersebut.3
Di dalam Al-Qur’an, kata syiqaq tersebut 4 kali dalam empat surat yaitu surat
an -nisa (4) ayat 35, al-Hajj (22) ayat 53, Shad (38) ayat 2, dan Fushshilat (41) ayat
52. Namun, syiqaq yang merupakan titik tekan pada pembahasan ini adalah syiqaq
yang terdapat dalam surat al- Nisa (4) ayat yang terjemahan, “Dan jika kamu
khawatir ada persengketaan antara keduanya (suami-isteri), maka kirimkanlah
seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan,
jika kedua hakim bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.

3. Fungsi Hakamain

Menurut bahasa hakamain berarti dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari
pihak suami dan seorang hakam dari pihak isteri untuk menyelesaikan kasus
syiqaq. Jika suatu permasalahan di antara suami isteri belum juga dapat
diselesaikan bahkan semakin memanas, maka hendaknya diutuslah dua orang juru

3
Pengertian Syiqaq dan Nusyuz/, http://www.suduthukum.com/2016/08/pengertian-syiqaq-dan-nusyuz.html.
Diakses pada 06 Oktober 2022.

4
damai, seorang wakil suami (dari pihak keluarganya) dan seorang wakil isteri (dari
pihak keluarganya).
Jika dari pihak keluarga tidak ada yang layak untuk menjadi juru damai, maka
diperbolehkan mengambil juru damai dari orang di luar keluarga mereka. Ini adalah
pendapat Jumhur ulama‟. Dan hendaknya kedua juru damai tersebut berupaya
semaksimal mungkin untuk mengadakan perdamaian di antara suami isteri dan
menghilangkan pertikaian di antara keduanya.4
Hal ini sebagaimana firman Allah swt : “Dan jika kalian khawatirkan ada
persengketaan di antara keduanya, maka utuslah seorang juru damai dari keluarga
laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga wanita. Jika kedua orang juru damai
itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya akan Allah memberi taufiq kepada
suami isteri tersebut.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
(QS. An-Nisa [4]:35).
Arti hakam yang tersebut pada ayat 35 surat An- Nisa’ para ahli fikih berbeda
pendapat, Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, sebagaian pengikut Imam
Hambali,dan qoul qadim dari pengikut Imam Syafi’i, “hakam” itu berarti wakil.
Sama halnya dengan wakil, maka hakam tidak boleh menjatuhkan talak kepada
pihak isteri sebelum mendapat persetujuan dari pihak suami, begitu pula hakam dari
pihak tidak boleh mengadakan khuluk sebelum mendapat persetujuan dari isteri.
Menurut Imam Malik, sebagain lain pengikut imam hambali dan qaul jadid
pengikut imam Syafi’i. hakam itu sebagai hakim, sebagai hakim maka hakam boleh
memberi keputusan sesuai dengan pendapat keduanya tentang hubungan suami-
isteri yang sedang berselisih itu, apakah ia akan memberi keputusan perceraian atau
ia akan memerintahkan agar suami isteri itu berdamai kembali. Peranan hakam
sebagai mediator (pemberi saran) dalam penyelesaian sengketa perceraian atas
dasar syiqaq, sangatlah bermanfaat dan berarti dalam memberi masukan pada
hakim guna ikut menyelesaiakan perselisihan yang terjadi. Kewenangan hakam
selaku mediator dalam penyelesaian sengketa perceraian hanya sebatas
memberikan usulan pendapat dan pertimbangan dari hasil yang telah dilakukan,
kepada hakim. Dan Undang-undang tidak memberikan kewenangan kepadanya
untuk menjatuhkan putusan.

4
Farhan,/Makalah Nusyuz, Syiqaq dan Fungsi Hakamain/,https://id.scribd.com/document/371267783/Makalah-
Nusyuz-Syiqaq-Dan-Fungsi-Hakamain. Diakses pada 18 Oktober 2022.

5
Menurut firman Allah diatas, jika terjadi kasus antara suami istri, maka diutus
seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri yang berfungsi
untuk mengadakan penelitian dan penyelidikan tentang sebab-musabab terjadi
syiqaq dimaksud, serta berusaha mendamaikannya, atau mengambil prakarsa
putusnya perkawinan kalau sekiranya jalan inilah yang terbaik. Terhadap kasus
syiqaq ini, hakam bertugas menyelidiki dan mencari hakekat permasalahannya,
sebab-sebab timbulnya persengketaan, dan berusaha sebesar mungkin untuk
mendamaikan kembali. Agar suami istri kembali hidup bersama dengan sebaik-
baiknya, kemudian jika dalam perdamian itu tidak mungkin ditempuh, maka kedua
hakam berhak mengambil inisiatif untuk menceraikannya, kemudian atas dasar
prakarsa hakam ini maka hakim dengan keputusannya menetapkan perceraian
tersebut. Hakamain (kedua hakam) itu boleh memutuskan perpisahan antara suami
istri, tanpa suami menjatuhkan talak.

B. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 34

1. Teks Ayat Q.S An-Nisa Ayat 34


ِ ۤ ِ
‫ض ُهمْ َع ٰلى بَعضْ َّوِِبَْا اَن َف ُقوا ِم ْن‬ ٰ ْ
‫َّل‬
‫ض‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ِ
‫ِب‬ ْ
‫ء‬ ‫ا‬ ُْ ‫اَ ِّلر َج‬
َ َ ُّ َ َ َ ‫ال قَ َّو ُامو َْن َعلَى النّ َس‬
‫ع‬ ‫ب‬ ْ
‫الل‬

ْ ِّ‫اللُْ َۗوا ٰل‬


ْ‫ت ََتَافُو َْن نُ ُشوَزُه َّن‬ َْ ‫ب ِِبَا َح ِف‬
ّْٰ ‫ظ‬ ِْ ‫ت ٰقنِتٰتْ ٰح ِف ٰظتْ لِّلغَي‬
ُْ ‫الصلِ ٰح‬ ِِ
ّٰ َ‫اَم َواِلمْْۗ ف‬
َْ َ‫اج ِْع َواض ِربُوُه َّْنْۚ فَاِنْ اَطَعنَ ُكمْ ف‬
ْ‫ل تَب غُوا َعلَي ِه َّن‬ ِ ‫ف المض‬
َ َ ْ ِ ‫فَعِظُوُه َّْن َواه ُج ُروُه َّْن‬

ّْٰ ‫لْۗاِ َّْن‬


‫اللَ َكا َْن َعلِيًّا َكبِ ًْيا‬ ًْ ‫َسبِي‬

Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum Wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan Sebagian mereka (laki-laki) atas Sebagian yang lain
(Wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan Sebagian dari harta
mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri dari balik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah

6
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian khawatiri nusuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka menaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

2. Mufrodat Q.S An-Nisa Ayat 34

ۤ
ْ‫النِّ َسا ِء‬ ْ‫َعلَى‬ ْ‫قَ َّو ُامو َن‬ ُ ‫اَ ِّلر َج‬
ْ‫ال‬
Kaum Wanita Atas/Bagi Pemimpin/Lebih Kaum
Kuat Laki-Laki

ْ‫ض ُهم‬
َ ‫بَع‬ ّْٰ
ُ‫الل‬ ْ‫َّل‬
َ ‫فَض‬ ‫ِِبَا‬
Sebagian Mereka Allah Telah melebihkan Dengan
sebab

ْ‫اَن َف ُقوا‬ ‫َّوِِبَْا‬ ْ‫بَعض‬ ْ‫َع ٰلى‬


Mereka Menafkahkan Dan dengan Sebagian yang lain Atas
sebab

ْ‫ٰقنِتٰت‬ ْ‫ت‬ ِ ٰ َ‫ف‬ ‫اَم َواِلِِْم‬ ْ‫ِمن‬


ُ ‫الصل ٰح‬
ّ
Yang Taat Maka wanita- Harta Mereka Dari
wanita yang
saleh

َ ‫َح ِف‬
ْ‫ظ‬ ‫ِِبَا‬ ِ ‫لِّلغَي‬
ْ‫ب‬ ْ‫ٰح ِف ٰظت‬
Menjaga/Memelihara Dengan Di waktu gaib/tidak Yang
sebab hadir Menjaga
diri

ْ‫نُ ُشوَزُه َّن‬ ْ‫ََتَافُو َن‬ ْۗ ‫ت‬


ْ ِّ‫َوا ٰل‬ ّْٰ
ُ‫الل‬
Nusyuznya/kedurhakaannya Kamu Dan wanita-wanita Allah
khawatirkan yang

7
ِ ‫المض‬
ْ‫اج ِع‬ ْ‫ِف‬ ْ‫َواه ُج ُروُه َّن‬ ْ‫فَعِظُوُه َّن‬
َ َ
Tempat Tidur Pada Dan Maka
pindahkan/pisahkan nasehati
mereka mereka

ْ‫ْل‬
َ َ‫ف‬ ْ‫اَطَعنَ ُكم‬ ‫فَاِ ْن‬ ْ‫ْ َۚواض ِربُوُه َّن‬
Maka Janganlah Mereka Maka jika Dan
mentaatimu Pukullah
mereka

ْ‫اِ َّن‬ ًْ ‫َسبِي‬


‫ل‬ ْ‫َعلَي ِه َّن‬ ‫تَب غُوا‬
Sesungguhnya Jalan (Untuk Atas/terhadap Kamu
menyusahkan) mereka mencari-
cari

‫َكبِ ًْيا‬ ‫َعلِيًّا‬ ْ‫َكا َن‬ ّْٰ


َ‫الل‬
Maha besar Maha tinggi Adalah dia Allah

3. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa Ayat 34


Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Hasan al-Bashri berkata, “Seorang wanita
mendatangi Nabi Muhammad SAW dan mengadu bahwa suaminya telah
menamparnya. Beliau bersabda “Balaslah sebagai qishash-nya.” Lalu Allah
menurunkan firman-Nya “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri)”
Maka wanita itu kembali ke rumah tanpa meng-qishah-Nya
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Hasan al-Bashri dan di sebagian disebutkan “Pada
suatu ketika seorang lelaki Anshar menampar istrinya. Lalu istrnya mendatangi
Nabi Muhammad SAW untuk meminta diperbolehkan qishash. Lalu Nabi
Muhammad SAW menetapkan suaminya harus di qishash. Maka turunlah, “ Dan
jangan engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu” (Thaahaa: 144) dan turun, “Laki-laki (suami) itu pelindung
bagi perempuan (istri)” (An-Nisa: 34) Ibnu Jarir juga meriwayatkan semisalnya dari
Ibnu Jurajij dan As-Suddi.

8
Ibnu Mardawa meriwayatkan bahwa Ali berkata “ Seorang lelaki dari Anshar
mendatangi Nabi SAW dengan istrinya berkata “ Wahai Rasulullah, suami saya ini
telah memukul wajah saya hingga membekas. Rasullulla SAW pun bersabda “
Seharusnya dia tidak perlu melakukannya” Lalu Allah menurunkan ayat ini,
riwayat-riwayat ini menjadi syahid dan saling menguatkan. 5

4. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 34


ۤ
ْ‫ال قَ َّو ُامو َْن َعلَى النِّ َسا ِء‬
ُْ ‫( اَ ِّلر َج‬Kaum Laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita)
Lelaki itu adalah pengurus wanita, yakni pemimpinnya, kepalanya, yang
menguasai, dan yang mendidiknya jika menyimpang.

‫( َّوِِبَْا اَن َف ُقوا ِمنْ اَم َواِلِِْم‬Oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-
laki) atas sebagian yang lain (wanita).
Kaum laki-laki lebih afdal daripada kaum wanita, seorang lelaki lebih baik daripada
seorang wanita, karena itulah maka nubuwwah (kenabian) hanya khusus bagi kaum
laki-laki. Demikian pula seorang raja.

ْ‫ض ُهمْ َع ٰلى بَعض‬ َْ ‫( ِِبَا فَض‬Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
ّْٰ ‫َّل‬
َ ‫اللُ بَع‬
sebagian dari harta mereka)
Berupa mahar (maskawin), nafkah,dan biaya yang diwajibkan oleh Allah atas kaum
laki-laki terhadap kaum wanita, melalui kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya.
ۤ
ْ‫ال قَ َّو ُامو َْن َعلَى النِّ َسا ِء‬
ُْ ‫( اَ ِّلر َج‬kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita)
Yakni menjadi kepala atas mereka seorang istri diharuskan taat kepada suaminya
dalam hal-hal yang diperintahkan oleh Allah yang mengharuskan seorang istri taat
kepada suaminya. Taat kepada suami ialah dengan berbuat baik kepada keluarga
suami dan menjaga harta suami. Hal yang sama dikatakan oleh Mutaqil, As-Saddi,
dan Ad- Dahhak. Al-Hasan Al-Basri meriwayatkan bahwa ada seorang istri datang
kepada Nabi SAW. Mengadukan perihal suaminya yang telah menamparnya.
ِ ۤ ِ
‫ض ُهمْ َع ٰلى بَعضْ َّوِِبَْا اَن َف ُقوا ِمنْ اَم َواِلِِ ْم‬ ٰ ْ
‫َّل‬
‫ض‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ِ
‫ِب‬ ْ
‫ء‬ ‫ا‬ ُْ ‫ْۗاَ ِّلر َج‬
َ َ ُّ َ َ َ ‫ال قَ َّو ُامو َْن َعلَى النّ َس‬
‫ع‬ ‫ب‬ ْ
‫الل‬

5
Asbabun Nuzul/, https://mjna.my.id/asbabun_nuzul/view/4-34-34. Diakses pada 18 Oktober 2022.

9
(kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.)

Maskawin yang diberikan oleh laki-laki kepadanya. Tidakkah anda melihat


seandainya si suami menuduh istrinya berzina, maka si suami melakukan
mula’anah terhadapnya (dan bebas dari hukuman had). Tetapi jika si istri menuduh
suaminya berbuat zina, si istri dikenai hukuman dera.

ِ ‫( ٰح ِف ٰظتْ لِّلغَي‬lagi memelihara diri di balik pembelakangan suaminya)


ْ‫ب‬
Menurut As-Saddi dan lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah wanita yang
memelihara kehormatan dirinya dan harta benda suaminya di saat suaminya tidak
ada di tempat.

َْ ‫( ِِْۗبَا َح ِف‬oleh karena Allah telah memelihara (mereka)


ّْٰ ‫ظ‬
ُ‫الل‬
Orang yang terpelihara ialah orang yang dipelihara oleh Allah. Ibnu Jarir
mengatakan telah menceritakan kepadaku Al-Musanna telah menceritakan kepada
kami Abu Saleh telah menceritakan kepada kami Abu Ma’syar, telah menceritakan
kepada kami Sa’id ibnu Abu Sa’id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah.

ْ ِّ‫( َوا ٰل‬Wanita-wanita yang kalian khawatiri nusyuznya)


ْ‫ت ََتَافُو َْن نُ ُشوَزُه َّن‬
Yakni wanita-wanita yang kalian khawatirkan bersikap membangkang terhadap
suaminya. An-Nusyuz artinya tinggi diri, wanita yang nusyuz ialah wanita yang
bersikap sombong terhadap suaminya, tidak mau melakukan perintah suaminya,
berpaling darinya, dan membenci suaminya. Apabila muncul tanda-tanda nusyuz
pada diri si istri hendaklah si suami menasihati dan menakutinya dengan siksa Allah
bila ia durhaka terhadap dirinya. Karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan
kepadanya agar taat kepada suaminya dan haram berbuat durhaka terhadap suami,
karena suami mempunyai keutamaan dan memikul tanggung jawab terhadap
dirinya.

ْ‫ْشوَزُه َّْن فَعِظُوُه َّن‬ ْ ِّ‫( َوا ٰل‬Wanita-wanita yang kalian khawatiri nusyuznya,
ُ ُ‫ت ََتَافُو َْن ن‬
maka nasihatilah mereka)
ِ ‫ف المض‬
ْ‫اج ِع‬ َ َ ْ ِ ‫( َواه ُج ُروُه َّْن‬Dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka)

10
Menurut Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah
hendaklah si suami tidak menyutubuhinya, tidak pula tidur bersamanya; jika
terpaksa tidur bersama. Maka si suami memalingkan punggungnya dari dia.

Ibnu Abbas menurut riwayat yang lain mengatakan bahwa selain itu si suami jangan
berbicara dengannya, jangan pula mengobrol dengannya.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, hendaknya si suami
menasihatinya sampai si istri kembali taat. Tetapi jika si istri tetap membangkang,
hendaklah si suami berpisah dengannya dalam tempat tidur, jangan pula berbicara
dengannya, tanpa menyerahkan masalah nikah kepadanya; yang demikian itu terasa
berat bagi pihak istri.

ْ‫(ْ َۚواض ِربُوُه َّن‬Dan pukulah mereka)


Apabila nasihat tidak bermanfaat dan memisahkan diri dengannya tidak ada
hasilnya juga, maka kalian boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak melukai.

َْ َ‫(فَاِنْ اَطَعنَ ُكمْ ف‬Kemudian jika mereka menaatimu. Maka


ْ‫ل تَب غُوا َعلَي ِه َّْن َسبِي ًل‬
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya)
Artinya Apabila seorang istri taat kepada suaminya dalam semua apa yang
dikehandaki suaminya pada diri si istri sebatas yang dihalalkan oleh Allah, maka
tidak ada jalan bagi si suami untuk menyusahkannya, dan suami tidak boleh
memukunya, tidak boleh pula mengasingkannya.
‫ع ِليًّا َك ِبي ًْرا‬
َ َ‫ّللا َكان‬
َ ٰ ‫(اِن‬Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar)
Mengandung ancaman terhadap kaum laki-laki jika merekaberlaku aniaya terhadap
istri-istrinya tanpa sebab, karena sesungguhnya Allah Matha tinggi lagi Maha besar
yang akan menolong para istri; Dialah yang akan membalas terhadap lekaki (suami)
yang berani berbuat aniaya terhadap istrinya.6

C. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 35

1. Teks Ayat Q.S An-Nisa Ayat 3

6
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir AD-Dimasyqi,/Tafsir Ibnu Kasir/, 103-114.

11
ْ‫يداْ إِص ٰلَ ًحا يُ َوفِّ ِق‬
َ ‫اق بَينِ ِه َما فَٱب َعثُواْ َح َك ًمْا ِّمنْ أَهلِ ِهْۦ َو َح َك ًما ِّمنْ أَهلِ َهاْ إِن يُِر‬
َْ ‫َْوإِنْ ِخفتُمْ ِش َق‬

‫يما َخبِ ًْيْا‬ِ َّْ ‫ٱللُ بَي نَ ُه َماْْۗ إِ َّْن‬


ً ‫ٱللَ َكا َْن َعل‬ َّْ
Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.

2. Mufrodat Q.S An-Nisa Ayat 35

‫َح َك ًمْا‬ ْ‫فَٱب َعثُوا‬ ‫اق بَينِ ِه َمْا‬


َْ ‫ِش َق‬ ْ‫َوإِنْ ِخفتُم‬
Seorang juru Maka Kirimlah Terjadi Dan jika kamu
damai persengketaan khawatir
antara keduanya

َ ‫إِن يُِر‬
‫يدْا‬ ْ‫ِّمنْ أَهلِ َها‬ ‫َو َح َك ًمْا‬ ‫ِّمنْ أَهلِ ِهۦ‬
Jika keduanya Dari keluarga Dan seorang juru Dari keluarga
(Juru damai itu) perempuan damai laki-laki
bermaksud

َّْ ‫إِ َّْن‬


ْ‫ٱللَ َكا َن‬ ‫بَي نَ ُه َمْا‬ َّ ‫يُ َوفِّ ِْق‬
ُْ‫ٱلل‬ ‫إِص ٰلَ ًحا‬
Sungguh, Allah Kepada suami istri Niscaya Allah Mengadakan
itu memberi taufik perbaikan

‫يما َخبِ ًْيا‬ِ


ً ‫َعل‬
Maha
mengetahui,
Maha teliti

3. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa Ayat 35

12
Hasan menjelaskan bahwa suatu ketika, seorang wanita mengadu kepada
Rasulullah atas perlakuan suaminya yang telah menampar mukanya. Rasulullah
bersabda, “ Suamimu berhak diqishas (dibalas).” Kemudian, turunlah kedua ayat
ini. Wanita itu pun pulang dan tidak jadi menuntut qishash suaminya. (HR. Ibnu Abi
Hgtim)7
4. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 35
ِ ِ ِِ ِ ِ َْ ‫(وإِنْ ِخفتُمْ ِش َق‬Dan jika kalian
َ‫اق بَين ِه َما فَٱب َعثُواْ َح َك ًمْا ّمنْ أَهلهْۦ َو َح َك ًما ّمنْ أَهلْه‬ َ
khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimkanlah seorang
hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.)
Ulama fiqih mengatakan, apabila terjadi persengketaan di antara sepasang suami
istri, maka hakimlah yang melerai keduanya sebagai pihak penengah yang
mempertimbangkan perkara keduanya melakukan perbuatan aniayanya. Jika
perkara keduanya bertentangan juga dan persengketaan bertambah panjang, maka
pihak hakim memanggil seorang yang dipercaya dari keluarga si perempuan dan
seorang yang dipercaya dari kaum laki-laki, lalu keduanya berkumpul untuk
mempertimbangkan perkara kedua pasangan yang sedang bersengketa itu.
Keduanya melakukan hal yang lebih maslahat baginya menurut pandangan
keduanya, antara berpisah atau tetap bersatu sebagai suami istri. Akan keduanya
antara berpisah atau tetap bersatu sebagai suami istri. Akan tetapi imbauan syariat
menganjurkan untuk tetap utuh sebagaio suami istri.

َّْ ‫يداْ إِص ٰلَ ًحا يُ َوفِّ ِْق‬


‫ٱللُ بَي نَ ُه َمْا‬ َ ‫(ْۗإِن يُِر‬Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu.)
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah memerintahkan
agar mereka mengundang seorang laki-laki yag saleh dari kalangan keluarga laki-
laki dan seorang lelaki lain yang semisal dari kalangan keluarga si perempuan. Lalu
keduanya melakukan penyelidikan untuk mencari fakta, siapa di antara keduanya
yang berbuat buruk.

7
Fauzur_Rahman,/Tafsir Surah An-Nisa Ayat 34/, http://fauzurr.blogspot.com/2012/...ir-surah-annisa-ayat-
35.html?m=1. Diakses pada 20 Oktober 2022.

13
‫ْمْا ِّم ْن أَهلِ ِهْۦ َو َح َك ًمْا ِّم ْن أَهلِ َهْا‬
ً ‫(فَٱب َعثُوْا َح َك‬maka kirimlah seorang hakam itu

bermaksud mengadakan perbaikan niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri
itu)
Dalam ayat ini tidak disebutkan masalah memisahkan suami istri yang
bersangkutan. Jika kedua orang tersebut sebagai wakil dari masing-masing pihak
yang bersangkutan, maka hukum yang ditetapkan keduanya dapat dilaksanakan,
baik yang menyimpulkan menyatukan kembali ataupun memisahkan keduanya,
tanpa ada seorang ulama pun yang memperselisihkannya.

‫(فَٱب َعثُوْا َح َك ًما ِّمنْ أَهلِ ِهْۦ‬maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan.)
Dalam ayat ini keduanya dinamakan hakam dan sudah sepantasnya bagi hakam
menetapkan keputusannya, sekalipun yang dikenai keputusannya tidak puas.
Pendapat ini merupakan makna lahiriah ayat.8

D. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 128-130

1. Teks Ayat Q.S An-Nisa Ayat 128

‫اح َعلَي ِه َماْ أَ ْن يُصلِ َحا بَي نَ ُه َمْا‬


َْ َ‫ل ُجن‬ ِ ِ
ً ‫َوإِ ِْن ٱمَرأَةْ َخافَتْ منْ بَعل َها نُ ُش ًوزا أَوْ إِعَر‬
َْ َ‫اضْا ف‬

َّْ ‫ُّحْۚ َوإِن ُُت ِسنُواْ َوتَتَّ ُقواْ فَِإ َّْن‬


ْ‫ٱللَ َكا َن‬ َّْ ‫س ٱلش‬ ِْ ‫ضَر‬
ُْ ‫ت ٱْلَن ُف‬ ِ ‫ٱلصل ْح خْيْْۗ وأُح‬
َ َ ُ ُّ ‫صل ًحاْۚ َو‬
ُ
‫ِِبَا تَع َملُو َْن َخبِ ًْيْا‬
Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia
itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan
memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Teks Ayat Q.S An-Nisa Ayat 129

8
Ibid., 115-119

14
ِ َْ َ‫ي ٱلنِّسا ِْء ْولَوْ حرصتُمْْْ ف‬ ِ ِ
َ ‫ل ََتيلُواْ ُك َّْل ٱل َمي ِْل فَتَ َذ ُر‬
‫وها‬ َ َ َ َ َْ َ‫َولَن تَستَطيعُواْ أَن تَعدلُواْ ب‬
َّْ ‫َكٱل ُم َعلَّ َق ِْةْۚ َوإِن تُصلِ ُحواْ َوتَتَّ ُقواْ فَِإ َّْن‬
‫ٱللَ َكا َْن َغ ُف ًورا َّرِح ًيمْا‬
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-
isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah
kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang
lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
3. Teks Ayat Q.S An-Nisa Ayat 130
ِ ِ َّْ ‫ل ِمن سعتِ ِهْۦْۚ وَكا َْن‬ َّْ ‫َوإِن يَتَ َفَّرقَا يُغ ِْن‬
‫يمْا‬
ً ‫ٱللُ َٰوس ًعا َحك‬ َ َ َ ّ ًّْ ‫ٱللُ ُك‬
Artinya: Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.

4. Mufrodat Q.S An-Nisa Ayat 128-130

‫نُ ُش ًوزا‬ ْ‫ِمنْ بَعلِ َها‬ ْ‫َخافَت‬ ْ‫َوإِ ِْن ٱمَرأَة‬


Akan nusyuz Suaminya Khawatir Dan jika seorang
perempuan

‫أَن يُصلِ َحا‬ ْ‫َعلَي ِه َما‬ ْ‫اح‬


َ َ‫ل ُجن‬
َْ َ‫ف‬ ً ‫أَوْ إِعَر‬
‫اضا‬
Untuk Atas keduanya Maka tidak ada Atau bersikap
mengadakan dosa tidak acuh
perdamain

ْ‫َخْي‬ ْ‫ٱلصل ُح‬


ُّ ‫َو‬ ‫صل ًحا‬
ُ ‫بَي نَ ُه َمْا‬
Lebih baik (bagi Dan perdamaian (dengan) Diantara keduanya
mereka) itu Perdamaian yang
sebenarnya

15
ْ‫َوتَتَّ ُقوا‬ ْ‫َوإِن ُُت ِسنُوا‬ ْ‫ُّح‬
َّ ‫ْۚٱلش‬ ْ‫س‬ ِْ ‫ضَر‬
ُ ‫ت ٱْلَن ُف‬
ِ ‫وأُح‬
َ
Dan memelihara Dan jika kamu Kikir Walaupun manusia
dirimu memperbaiki itu
(pergaulan
dengan istrimu)

‫َخبِ ًْيا‬ ‫َكا َْن ِِبَا تَع َملُو َْن‬ َّْ ‫فَِإ َّْن‬
َ‫ٱلل‬
Maha teliti Terhadap apa Maka sungguh,
yang kau Allah
kerjakan

‫ْ َولَوْ َحَرصتُ ْم‬ ْ‫ي ٱلنِّ َسا ِء‬


َْ َ‫ب‬ ْ‫أَن تَع ِدلُوا‬ ْ‫َولَن تَستَ ِطيعُوا‬
Walaupun kamu Di antara istri-istri Berlaku adil Dan kamu tidak
sangat ingin (mu) akan dapat
(berbuat
demikian)

ْ‫َوإِن تُصلِ ُحوا‬ ْ‫ْۚ َكٱل ُم َعلَّ َق ِة‬ ‫وها‬


َ ‫فَتَ َذ ُر‬ ْ‫ل ََتِيلُواْ ُك َّْل ٱل َمي ِل‬
َْ َ‫ف‬
Dan jika kamu Terkatung-katung Sehingga kamu Karena itu
mengadakan biarkan yang lain janganlah kamu
perbaikan cenderung
(kepada yang
kamu cintai)

‫يمْا‬ ِ َّْ ‫فَِإ َّْن‬


ً ‫َّرح‬ ‫َكا َْن َغ ُف ًورا‬ َ‫ٱلل‬ ْ‫َوتَتَّ ُقوا‬
Maha penyayang Maha pengampun Maka sungguh, Dan memelihara
Allah diri (dari
kecurangan)

‫ْ ِّۚمن َس َعتِ ِهْۦ‬ ْ‫ُك ًّل‬ َّ ‫يُغ ِْن‬


ُْ‫ٱلل‬ ‫َوإِن يَتَ َفَّرقَا‬

16
Dari Karunia-Nya Kepada masing- Maka Allah akan Dan jika
masing memberi keduanya
kecukupan bercerai

‫يمْا‬ ِ ‫َٰو ِس ًعا‬


ً ‫َحك‬ ُ‫ٱلل‬
َّْ ‫َوَكا َْن‬
Maha penyayang Mahaluas Dan Allah
(karunia-Nya)

5. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa ayat 128-130


a. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa Ayat 128
Abu Dawud dan Al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Saudah
khawatir Rasulullah meninggalkannya di saat dia telah berumur lanjut, lantas ia
berkata : Hari giliranku akan aku berikan untuk Aisyah. Maka Allah menurunkan
ayat 128 ini. Hadits yang senada juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu
Abbas. Said bin Mansur meriwayatkan dari Said bin al-Musayyib bahwa anak
perempuan Muhammad bin Maslamah bersuamikan Rafi bin Khudaij. Rafi
membenci sesuatu dari istrinya, mungkin karena dia sudah tua atau karena hal
lainnya. Sehingga dia ingin mentalaknya, mak istrinya berkata : Janganlah
mentalakku, berikanlah giliranku sesukamu. Maka Allah menurunkan ayat 28 ini.
Al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Ayat ini turun dan perdamaian
itu baik. Kepada seorang laki-laki yang beristri yang telah memberinya beberapa
orang anak. Ketika sang suami ingin menggantinya dengan yang baru maka sang
istri merayu suaminya agar jangan menceraikannya dan dia boleh tidak memberinya
giliran.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Said bin Jubair berkata : Pada saat ayat 128 ini
turun, seorang wanita datang seraya berkata : Aku ingin agar kamu membagi
nafkahmu kepadaku. Dan rela jika suaminya membiarkannya, tidak mentalaknya
namun juga tidak mendatanginya, maka Allah menurunkan walaupun manusia itu
menurut tabiatnya kikir.9
b. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa Ayat 129

9
K.H.Q Shaleh,H.A.A Dahlan dkk,/Tafsir Quran Surah An-Nisaa 4:128/, https://Risalahmuslim.id/quran/an-
nisaa/4-128. Diakses pada 20 Oktober 2022.

17
Sebab turunnya ayat ini memaparkan dan berkaitan erat dengan kehidupan
rumah tangga Nabi Muhammad SAW, Khususnya rasa cinta beliau kepada
Sayyidah Aisyah yang begitu besar melebihi rasa cinta beliau kepada istri-istri
lainnya. Oleh karenanya ayat ini menegaskan bahwa seorang suami tidak biasa
berbuat adil kepada istri-istrinya. Melihat sebabnya turun ayat ini menjelaskan
tentang kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW, khususnya kecintaan
beliau yang sangat besar kepada Sayyidah Khadijah melebihi rasa cinta beliau
kepada istri-istri yang lain.10

6. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 128-130


a. Tafsir Q.S An- nisa Ayat 128

ِ ۢ ِ َ‫ وإِ ِن امرأَةٌ خاف‬.(Dan jika seorang wanita khawatir akan


ً ‫ت من بَ ْعل َها نُ ُش ًوزا أ َْو إِ ْعَر‬
‫اضا‬ ْ َ َْ َ
nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya)
Nusyuz yang dilakukan suami terhadap istrinya berupa sikap menjauh, membenci,
dan ingin berpisah dengannya. Adapun sikap tak acuh atau berpaling darinya adalah
dengan tidak mengajak bicara dan tidak memberinya kasih sayang.

ۚ ‫ص ْل ًحا‬ ِ ‫ ( فَ ََل جنَاح علَي ِهمآ أَن ي‬Maka tidak mengapa bagi keduanya
ُ ‫صل َحا بَْي نَ ُه َما‬
ُْ َ َْ َ ُ
mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya)
Yakni dengan berbagai cara, baik itu dengan merelakan untuk tidak diberi semua
atau sebagian giliran bergaul, atau merelakan sebagian nafkah atau mahar dan sang
istri merelakan hal itu yang penting ia tetap dapat hidup bersamanya.

ۗ
ٌ‫الص ْل ُح َخ ْي‬
ُّ ‫ ( َو‬Dan perdamaian itu lebih baik)
Yakni perdamaian yang menenangkan hati dan menghilangkan perselisihan lebih
baik dari pada perceraian atau permusuhan.

‫س الشُّح‬ ِ ِ ‫( وأ‬Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir)


ُ ‫ُحضَرت ْاْلَن ُف‬
ْ َ
Allah mengabarkan bahwa sifat kikir itu ada pada kedua belah pihak suami-istri
bahkan ada pada semua diri manusia seakan-akan tak pernah terpisah dari diri

10
Poligami dalam Tinjauan ayat, Asbabun Nuzul, dan Munasabahnya/,
http://jasapenulisanmakalah.blogspot.com/2016/09/poligami-dalam-tinjauan-ayat-asbabul-nuzul-dan-
munasabahnya.html. Diakses pada 20 Oktober 2022.

18
manusia dalam keadaan apapun, dan ini sudah merupakan tabiat dan sifat dasar
penciptaan manusia. Maka seorang suami kikir untuk menunaikan kewajibannya
kepada istri seperti mempergauli dengan pergaulan yang baik, memberi nafkah
yang baik, dan lainnya, sedangkan istri juga kikir dalam memberikan hak-hak suami
atas dirinya.
۟ ۟
‫ ( َوإِن ُُْت ِسنُوا َوتَت ُقوا‬Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan
memelihara dirimu )
Yakni memperbaiki pergaulan dengan istri dan bertakwa kepada Allah sehingga
kalian meninggalkan nusyuz dan sikap tak acuh yang tidak diperbolehkan.
b. Tafsir Q.S. An- nisa Ayat 129

۟ ِ ۟ ِ
‫ْي النِِّ َسآء‬
َ َْ ْ َ ُٓ‫َولَن تَ ْستَطيع‬
‫ب‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ل‬
ُ ‫د‬‫ع‬ ‫ت‬ ‫َن‬
‫أ‬ ‫ا‬
‫و‬

(Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu)

Yakni dalam hal rasa cinta dan berjima’ dengan tanpa ada kecondongan sama
sekali kepada salah satu dari mereka; karena sudah menjadi tabiat manusia
untuk condong kepada seseorang dan tidak pada yang lainnya, hal ini karena
manusia tidak dapat mengatur sepenuhnya hati mereka dan menjadikannya
selalu berada pada keadilan terhadap para istri. Oleh karena itulah Rasulullah
pernah bersabda: “ya Allah, ini adalah pembagian yang aku mampu untuk para
istri maka janganlah Engkau mencelaku dalam apa yang tidak aku mampu”

۟
‫( ََل ََتِيلُوا‬karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu

cintai)) Dengan lebih condong dari sebagian mereka kepada sebagian lainnya.

‫( ُكل الْ َمْي ِل‬dengan kecenderungan yang sangat)

Yakni sehingga kamu meninggalkan mereka sehingga posisi mereka tergantung


seakan-akan orang yang tidak mempunyai suami dan tidak pula orang yang
ditalak; dan itu menjadikan mereka berada dalam kemudharatan yang besar.
Namun yang harus kamu lakukan adalah dengam memberi mereka bagian
giliran meskipun sedikit.

19
۟
‫صلِ ُحوا‬
ْ ُ‫ََإِن ت‬ (Dan jika kamu mengadakan perbaikan)

Yakni kalian perbaiki apa yang telah kalian rusak berupa urusan-urusan yang
kalian tidak kalian lakukan seperti pergaulan dengan para istri dan keadilan
diantara mereka.

۟
‫( َوتَت ُقوا‬dan memelihara diri)

Yakni bertakwalah kepada Allah dengan meninggalkan perbuatan yang Dia


benci, diantaranya adalah kecondongan kepada salah satu istri yang kalian
dilarang melakukannya.

‫ٱللَ َكا َْن َغ ُف ًورا َّرِح ًيما‬


َّْ ‫( فَِإ َّْن‬Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang) Yakni tidak menghukum kalian atas apa yang telah kalian
lalaikan.

c. Tafsir Q.S An-nisa Ayat 130

‫( َوإِن يَتَ َفرقَا يُ ْغ ِن هللاُ ُكل‬Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi

kecukupan kepada masing-masingnya)


Yakni Allah akan menjadikan masing-masing tidak membutuhkan lagi yang
lain, dengan menyiapkan bagi laki-laki istri yang lain yang sesuai dan
menyejukkan matanya, dan bagi perempuan suami yang lain yang
mempergaulinya seperti yang ia harapkan.

‫( َس َعتِ ِهْۦ‬Dari limpahan karunia-Nya)


Yakni juga memberi keduanya rezeki yang mencukupi. Dari Ali bin Abi Thalib
bahwa ia ditanya tentang ayat ini, lalu ia menjawab: ayat ini adalah tentang
seorang lelaki yang mempunyai dua istri, lalu salah satunya jelek atau telah tua
sehingga ia ingin menceraikannya, maka istri tersebut menginginkan membuat
kesepakatan dengannya dengan hanya meminta giliran satu malam saja dan

20
malam-malam yang lain bagi istri yang lain asalkan dia tidak menceraikannya.
Dan ini diperbolehkan asalkan ia rela, namun apabila ia membatalkan
kesepakatan ini maka sang suami harus menyamakan giliran keduanya.11

7. Asbabun Nuzul Q.S. An-Nisa ayat 128, 129, 130

Pada waktu Saudah binti Zam’ah telah berusia lanjut dan dalm hatinya timbul
keragu-raguan dan khawatir diceraikan oleh Rasulullah Saw, dia berkata “Wahai
Rasulullah, hari giliranku aku hadiahkan kepada Aisyah”. Sehubungan dengan hal
itu Allah Swt menurunkan ayat ke 128 sebagai ketegasan, bahwa seorang istri boleh
menghadiahkan gilirannya kepada istri yang lain, sebagimana yang telah dilakukan
Saudah binti Zam’ah istri Rasulullah Saw. (H.R Abu Dawud dan Hakim dari
Aisyah. Imam Tirmidzi meriwayatkan pla yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Pada waktu permulaan ayat 128 turun datanglah seorang wanita kepada
suaminya seraya berkata “Aku ikhlas mendapat nafkah lahiriah saja darimu,
sekalipun tidak mendapat nafkah batin, asalkan tidak diceraikan. Kamupun aku
perselisihkan untuk menikah dengan wanita lain bila membutuhkannya”.
Sehubungan dengan kata-kata seorang istri itu Allah Swt menurunkan ayat ini
sampai akhir ayat, yang dengan tegas memberikan keterangan bahwa seorang istri
diperbolehkan memberikan gilirannya kepada istri yang lain atau mempersilahkan
suaminya menikah lagi, sekiranya si istri sudah tidak mampu melayani hubungan
seksual, dengan mengajukan permohonan agar tidak diceraikan. Sebagai suami
seharusnya mengabulkan permohonan istrinya untuk tidak menceraikan. (H.R. Ibnu
Jarir dari Sa’id bin Jubair).12
Ayat ke-129 diturunkan sehubungan dengan Aisyah binti Abu Bakar, istri
Rasulullah Saw. Rasulullah Saw mencintai Aisyah melibihi kecintaannya terhadap
istri-istri yang lain. Oleh sebab itu setiap saat Rasulullah Saw berdo’a “Ya Allah
inilah giliranku sesuai dengan kemampuan yang ada pada diriku. Janganlah Engkau
memaksakan sesuatu yang menjadi perintah-Mu di atas kemampuan yang ada pada
diriku”. Rasulullah Saw dalam bentuk-bentuk lahiriah bisa berbuat adil terhadap

11
Syaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqar,” Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir” mudarris tafsir Universitas
Islam Madinah. https://tafsirweb.com/1662-surat-an-nisa-ayat-130.html Diakses pada tanggal 21 oktober 2022.
12
A. Mudjab Mahali, “asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an”, Cet 1, Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada,
2002, 280

21
istri-istrinya, tetapi dalam hati sangat mencintaiAisyah (karena satu-satunya istri
beliau yang gadis dan termuda) sehingga beliau merasa tidak dapat berbuat adil
sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. Sehubungan dengan hal itu Allah Swt
menurunkan ayat ini sebagai ketegasan, dalam batiniah seseorang diperbolehkan
tidak adil, sedangkan dalam lahiriah wajib berbuat adil. Namun demikian
kecenderungan terhadap satu istri itu tidak boleh menyebabkan mengabaikan
kewajiban terhadap yang lain.13
E. Pokok kandungan Q.S An-Nisa Ayat 34-35 dan 128-130
Dari firman Allah surah An-Nisa Ayat 34, 35, 128, 129 dan 130 di atas ada beberapa
pokok kandungan ayat yang dapat dijadikan pelajaran. Di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum Wanita
Jika kita membuka tafsir-tafsir klasik kalangan ulama terkemukakan pada masa
lalu, mereka pada umumnya mereka sepakat manakala membedah pengertian “Ar-
Rijalu qawwamuna ‘ala An-Nisa” bahwa laki-laki baik dalam konteks keluarga maupun
bermasyarakat, memang ditakdirkan sebagai pemimpin bagi kaum wanita. Ini
disebabkan karena terdapat perbedaan-perbedaan yang bersifat natural (fitri) antara
keduanya dan bukan semata-mata bersifat kasbi atau karena proses sosial. 14
Al-Maragi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sebagai konsekuensi dari tugas
memimpin kaum wanita dan kaum laki-laki diwajibkan berperang dan kaum wanita
tidak.15 Disamping itu kaum lelaki diwajibkan untuk memberikan nafkah kepada
istrinya sedangkan kaum wanita tidak diwajibkan. Imam ash-shabuni menyatakan
bahwa kaum pria memiliki wewenang untuk mengeluarkan perintah maupun larangan
yang wajib ditaati oleh para wanita (istri-istrinya) serta memiliki kewajiban untuk
memberikan belanja (nafkah) dan pengarahan sebagaimana kewajiban seorang wali
(penguasa) atas rakyatnya.16

2. Ciri Wanita shalehah

13
A. Mudjab Mahali, “asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an”, Cet 1, Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada,
2002, 281
14
Dr. Farihah al-Rasyidah,/Relasi Pria-Wanita dalam kehidupan Rumah Tangga (Tafsi Surat Al-Nisa:34)/,
https://www.globalmuslim.web.id/2011/06/relasi-pria-wanita-dalam-kehidupan.html?m=1. Diakses pada 20
Oktober 2022.
15
Ahmad Mustafa Al-Maragi,/Terjemah Tafsir Al-Maragi”/, 41.
16
Muhammad Ali Ash-Shabuni,/Tafsir Ayat-Ayat Ahkam Ash-Shabuni/, Cet 3, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 2003),
405.

22
Salah satu ciri wanita salehah yang Allah Swt sebutkan dalam firman-Nya dalm
surah An-Nisa Ayat 34 adalah wanita yang taat kepada suaminya serta menjaga harta
suaminya ketika suaminya tidak ada dirumah. Al-Quran menggunakan kata “qanitah”
bukan “tha’iah” karena kata tersebut mengandung makna kejiwaan. Memiliki bayangan
perasaan yang menyenangkan dan menyejukkan. Kondisi semacam ini lebih
memungkinkan bagi terwujudnya ketenangan, kasih sayang, saling menutupi dan
menjaga, antara dua jenis anak manusia di dalam rumah tangga.17
3. Perintah untuk mendidik dan memberikan nasihat kepada isteri
Dalam ayat di atas Allah Swt telah menjelaskan bahwa salah satu kewajiban suami
kepada istrinya adalah memberikan nasihat serta mendidiknya untuk tetap dalam jalur
Islam. Namun jika setelah diberikan nasihat isteri masih belum kembali ke jalur yang
benar maka suami boleh memisahkan diri dari tempat tidur. Dan jika hal demikian
masih belum dapat memberikan pelajaran kepada isteri, maka suami diperbolehkan
memukulnya dengan pukulan yang tidak sampai memberi bekas.
4. Perintah untuk mengirimkan hakam (pendamai) bagi mereka yang bersengketa.
5. Kewajiban memelihara keadilan semaksimal mungkin
Allah menerangkan bahwa keadilan di antara para istri itu merupakan hal yang
mustahil dapat ditegakkan. Oleh karena itu suami harus berusaha semaksimal mungkin
untuk menegakkannya.18A. Mudjab Mahali dalm bukunya Asbabun Nuzul: Studi
Pendalaman Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah Swt menurunkan ayat 129 surah An-
Nisa sebagai ketegasan bahwa dalam batiniah seseorang diperbolehkan tidak adil,
sedangkan dalam lahiriah wajib berbuat adil. Namun demikian kecenderungan terhadap
satu istri itu tidak boleh menyebabkan mengabaikan kewajiban terhadap yang lain.19

17
Syaikh Imad Zaki Al-Barudi,/Tafsir Wanita (Terjemah Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim li An-Nisa Karya/, Alih
Bahasa Samson Rahman, Cet 1. (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2004), 517
18
Ahmad Mustafa Al-Maragi,/Terjemah Tafsir Al-Maragi/, 289.
19
A.Mudjab Mahali,/Asbabun Nuzul : Studi Pendalaman Al-Qur’an/, 281.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nusyuz adalah sikap tidak patuh, yaitu tidak menunaikan hak dan kewajiban dari salah
seorang diantara suami dan istri, Syiqaq adalah perselisihan, percekcokan, dan
permusuhan. Perselisihan yang berkepanjangan dan meruncing antara suami istri, dan
Hakamain berarti dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang
hakam dari pihak isteri untuk menyelesaikan kasus syiqaq.
Penafsiran dari ayat 34 dan 35 adalah ayat ini membahas tentang laki laki merupakan
pemimpin bagi kaum Wanita dan ciri ciri Wanita shalehah. Tafsir-tafsir klasik kalangan
ulama terkemukakan pada masa lalu, mereka pada umumnya mereka sepakat manakala
membedah pengertian “Ar-Rijalu qawwamuna ‘ala An-Nisa” bahwa laki-laki baik dalam
konteks keluarga maupun bermasyarakat, memang ditakdirkan sebagai pemimpin bagi
kaum wanita. Ini disebabkan karena terdapat perbedaan-perbedaan yang bersifat natural
(fitri) antara keduanya dan bukan semata-mata bersifat kasbi atau karena proses sosial.
Dan Salah satu ciri wanita salehah yang Allah Swt sebutkan dalam firman-Nya dalm surah
An-Nisa Ayat 34 adalah wanita yang taat kepada suaminya serta menjaga harta suaminya
ketika suaminya tidak ada dirumah.
Penafsiran dari ayat 128 – 130 adalah berbicara tentang perintah untuk mendidik dan
memberikan nasihat kepada isteri, perintah untuk mengirimkan hakam(pendamai) bagi
mereka yang bersengketa, dan kewajiban memelihara keadilan semaksimal mungkin.

B. Saran
Agar makalah ini dapat menjadi lebih baik di masa akan datang kami selaku para
penulis memohon kepada para pembaca agar kiranya berkenan untuk menyampaikan kritik
dan saran yang membangun untuk makalah ini. Karena kesempurnaan bukan milik penulis
melainkan milik Allah Swt.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Katsir

Al-Barudi, Syaikh Imad Zaki, Tafsir Wanita (Terjemah Tafsir Al-Qur’an Al-
Azhim Li An-Nisa Karya (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2004)

Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir Al-Maragi

Al-Rasyidah, Dr. Farihah, ‘Relasi Pria-Wanita Dalam Kehidupan Rumah


Tangga (Tafsir Surat Al-Nisa:34)’
<https://www.globalmuslim.web.id/2011/06/relasi-pria-wanita-dalam-
kehidupan.html?m=1> [accessed 20 October 2022]

‘Asbabun Nuzul’<https://mjna.my.id/asbabun_nuzul/view/4-34-34> [accessed


18 October 2022]

Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam Ash-Shabuni


(Surabaya: PT. Bina Ilmu)

Asyqar, Syaikh Muhammad Sulaiman Al, ‘Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir’
<https://tafsirweb.com/1662-surat-an-nisa-ayat-130.html> [accessed 21
October 2022]

Farhan, ‘Makalah Nusyuz, Syiqaq Dan Fungsi Hakamain’


<https://id.scribd.com/document/371267783/Makalah-Nusyuz-Syiqaq-Dan-
Fungsi-Hakamain> [accessed 18 October 2022]

Ghazaly, Abdur Rahman, Fikih Munakahat (Jakarta: Prenada Media, 2006)

Hafizhah, Abu, Ensiklopedi Fikih Islam (Ponorogo: Pustaka Al - Bayyinah,


2003)

25
K.H.Q Shaleh, H.A.A Dahlan dkk, ‘Tafsir Quran Surah An-Nisa 4:128’

Mahali, A. Mudjab, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an (Jakarta: Pt.


Raja Grafindo Persada, 2002)

‘Pengertian Syiqaq Dan Nusyuz’


<http://www.suduthukum.com/2016/08/pengertian-syiqaq-dan-
nusyuz.html> [accessed 6 October 2022]

‘Poligami Dalam Tinjauan Ayat, Asbabun Nuzul, Dan Munasabahnya’


<http://jasapenulisanmakalah.blogspot.com/2016/09/poligami-dalam-
tinjauan-ayat-asbabul-nuzul-dan-munasabahnya.html> [accessed 20
October 2022]

Rahman, Fauzur, ‘Tafsir Surah An-Nisa Ayat 34’

26

Anda mungkin juga menyukai