Disusun Oleh :
Fathimatuzzahra
NIM. 2112110250
Penyusun/Kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan
tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut tampak
kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam. Dalam
masalah pernikahan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari kriteria
bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi
sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana
mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan
tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, begitu pula
dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam
mengajarkannya.
Dalam realitas sosial yang terjadi di masyarakat zaman sekarang seperti yang kita
ketahui dari media-media yang ada seperti media elektronik, cetak dan yang lainnya banyak
sekali keluarga yang mengalami perceraian. Di antara sebab - sebab yang mengakibatkan
perceraian tersebut salah satunya adalah tidak terpenuhinya hak-hak dan kewajiban antara
suami istri dan terjadinya pembangkangan (nusyuz) seorang istri kepada suami atau suami
terhadap istrinya. Hal semacam ini, biasanya tidak lepas dari dilatar belakangi adanya suatu
kecurigaan antara kedua pihak, kesalahpahaman, tumbuh pikiran bahwa dirinya lebih baik
atau merasa lebih memiliki kekuasaan, dan lain sebagainya. Islam pun mengatur hal-hal
yang demikian, yaitu jika ada keretakan dalam rumah tangga atau pembangkangan dan lain
sebagainya. Ini dibahas dalam konsep nusyuz, syiqaq serta fungsi hakamain dalam
mengatasi hal-hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam surah An-Nisa ayat 34,35,128,129,
dan 130.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Nusyuz,Syiqaq dan Fungsi Hakamain ?
2. Bagaimana Penafsiran Q.S An-Nisa Ayat 34-35 ?
3. Bagaimana Penafsiran Q.S An-Nisa Ayat 128, 129 dan 130 ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Nusyuz,Syiqaq dan Fungsi Hakamain.
2. Untuk mengetahui Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 34-35.
3. Untuk mengetahui Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 128, 129 dan 130.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nusyuz, Syiqaq dan Fungsi Hakamain
1. Nusyuz
Secara kebahasaan, nusyuz berasal dari akar kata an-nasyz atau an-nasyaaz yang
berarti ”tempat tinggi”. Berarti ”sikap tidak patuh dari salah seorang diantara suami
dan istri”, atau ”perubahan sikap suami atau isteri” Dalam pemakaiannya, arti kata
an-nusyuuz ini kemudian berkembang menjadi ”al-’ishyaan” yang berarti
”durhaka”. yang dimaksud dengan sikap tidak patuh adalah tidak menunaikan hak
dan kewajiban dari salah seorang diantara suami dan istri.1
Abu Ubaid berkata “ Nusyuz atau Nasyazi” adalah sesuatu yang tebal dan
keras.” Kata Nusyuz dalam Kamus Bahasa Indonesia disamakan dengan kata Nusyu
yang artinya perbuatan tidak taat dan membangkang dari seorang istri terhadap
suami (tanpa alasan) yang tidak dibenarkan oleh hukum. Nusyuz secara bahasa
berasal dari nasyazat nusyuzan al-mar’atu ‘ala zaujiha artinya wanita mendurhakai
suaminya.
Secara bahasa, Nusyuz berarti penentangan atau lebih umumnya adalah
pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak, akan tetapi
nusyuz dapat juga terjadi pada suami apabila seorang suami tidak menjalankan
kewajiban yang menjadi hak-hak istri, seperti tidak memberikan nafkah dan lain
sebagainya. Nusyuz secara terminologi adalah pembangkangan seorang istri
terhadap suaminya di dalam hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT. Kepada istri
atas suaminya, karena istri merasa tinggi dan sombong kepada suaminya dan
nusyuz hukumnya adalah haram.2
Dalam agama, perkataan nusyuz itu, dipakai laki-laki dan wanita, yaitu kalau
seorang lelaki berlaku kasar atau marah kepada istrinya, sehingga tidak mau tidur
bersama-sama, dinamakan laki-laki itu nusyuz (murka) kepada istrinya.
Dengan demikian, nusyuz sangat terkait erat dengan hak dan kewajiban suami istri
dalam kehidupan rumah tangga. Yakni, apabila suami istri tidak menjalankan
kewajiban-kewajibannya maka suami atau istri tersebut dikatakan telah nusyuz.
1
Abdur Rahman Ghazaly,/Fikih Munakahat/, (Jakarta: Prenada Media, 2006, 241.
2
Abu Hafizhah,/Ensiklopedi Fikih Islam/, (Ponorogo: Pustaka Al- Bayyinah, 2003, 824
3
Sehingga nusyuz dilakukan bukan hanya oleh istri tetapi juga dapat dilakukan
oleh suami. Tetapi dalam kitab fikih, nusyuz dikaitkan dengan pembangkangan isist
terhadap suami.
2. Syiqaq
Syiqaq adalah perselisihan, percekcokan, dan permusuhan. Perselisihan yang
berkepanjangan dan meruncing antara suami istri. Syiqaq merupakan perselisihan
yang berawal dan terjadi pada kedua belah pihak suami dan istri secara bersama-
sama. Dengan demikian, syiqaq berbeda dengan nusyuz, yang perselisihannya
hanya berawal dan terjadi pada salah satu pihak, suami atau istri. Untuk mengatasi
kemelut rumah tangga yang merumerun antara suami dan istri agama Islam
memerintahkan agar diutus dua orang hakam (juru damai). Pengutusan hakam ini
bermaksud untuk menelusuri sebab terjadinya syiqaq dan berusaha mencari jalan
keluar guna memberikan penyelesaian terhadap kemelut rumah tangga yang
dihadapkan oleh kedua suami istri tersebut.3
Di dalam Al-Qur’an, kata syiqaq tersebut 4 kali dalam empat surat yaitu surat
an -nisa (4) ayat 35, al-Hajj (22) ayat 53, Shad (38) ayat 2, dan Fushshilat (41) ayat
52. Namun, syiqaq yang merupakan titik tekan pada pembahasan ini adalah syiqaq
yang terdapat dalam surat al- Nisa (4) ayat yang terjemahan, “Dan jika kamu
khawatir ada persengketaan antara keduanya (suami-isteri), maka kirimkanlah
seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan,
jika kedua hakim bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
3. Fungsi Hakamain
Menurut bahasa hakamain berarti dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari
pihak suami dan seorang hakam dari pihak isteri untuk menyelesaikan kasus
syiqaq. Jika suatu permasalahan di antara suami isteri belum juga dapat
diselesaikan bahkan semakin memanas, maka hendaknya diutuslah dua orang juru
3
Pengertian Syiqaq dan Nusyuz/, http://www.suduthukum.com/2016/08/pengertian-syiqaq-dan-nusyuz.html.
Diakses pada 06 Oktober 2022.
4
damai, seorang wakil suami (dari pihak keluarganya) dan seorang wakil isteri (dari
pihak keluarganya).
Jika dari pihak keluarga tidak ada yang layak untuk menjadi juru damai, maka
diperbolehkan mengambil juru damai dari orang di luar keluarga mereka. Ini adalah
pendapat Jumhur ulama‟. Dan hendaknya kedua juru damai tersebut berupaya
semaksimal mungkin untuk mengadakan perdamaian di antara suami isteri dan
menghilangkan pertikaian di antara keduanya.4
Hal ini sebagaimana firman Allah swt : “Dan jika kalian khawatirkan ada
persengketaan di antara keduanya, maka utuslah seorang juru damai dari keluarga
laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga wanita. Jika kedua orang juru damai
itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya akan Allah memberi taufiq kepada
suami isteri tersebut.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
(QS. An-Nisa [4]:35).
Arti hakam yang tersebut pada ayat 35 surat An- Nisa’ para ahli fikih berbeda
pendapat, Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, sebagaian pengikut Imam
Hambali,dan qoul qadim dari pengikut Imam Syafi’i, “hakam” itu berarti wakil.
Sama halnya dengan wakil, maka hakam tidak boleh menjatuhkan talak kepada
pihak isteri sebelum mendapat persetujuan dari pihak suami, begitu pula hakam dari
pihak tidak boleh mengadakan khuluk sebelum mendapat persetujuan dari isteri.
Menurut Imam Malik, sebagain lain pengikut imam hambali dan qaul jadid
pengikut imam Syafi’i. hakam itu sebagai hakim, sebagai hakim maka hakam boleh
memberi keputusan sesuai dengan pendapat keduanya tentang hubungan suami-
isteri yang sedang berselisih itu, apakah ia akan memberi keputusan perceraian atau
ia akan memerintahkan agar suami isteri itu berdamai kembali. Peranan hakam
sebagai mediator (pemberi saran) dalam penyelesaian sengketa perceraian atas
dasar syiqaq, sangatlah bermanfaat dan berarti dalam memberi masukan pada
hakim guna ikut menyelesaiakan perselisihan yang terjadi. Kewenangan hakam
selaku mediator dalam penyelesaian sengketa perceraian hanya sebatas
memberikan usulan pendapat dan pertimbangan dari hasil yang telah dilakukan,
kepada hakim. Dan Undang-undang tidak memberikan kewenangan kepadanya
untuk menjatuhkan putusan.
4
Farhan,/Makalah Nusyuz, Syiqaq dan Fungsi Hakamain/,https://id.scribd.com/document/371267783/Makalah-
Nusyuz-Syiqaq-Dan-Fungsi-Hakamain. Diakses pada 18 Oktober 2022.
5
Menurut firman Allah diatas, jika terjadi kasus antara suami istri, maka diutus
seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri yang berfungsi
untuk mengadakan penelitian dan penyelidikan tentang sebab-musabab terjadi
syiqaq dimaksud, serta berusaha mendamaikannya, atau mengambil prakarsa
putusnya perkawinan kalau sekiranya jalan inilah yang terbaik. Terhadap kasus
syiqaq ini, hakam bertugas menyelidiki dan mencari hakekat permasalahannya,
sebab-sebab timbulnya persengketaan, dan berusaha sebesar mungkin untuk
mendamaikan kembali. Agar suami istri kembali hidup bersama dengan sebaik-
baiknya, kemudian jika dalam perdamian itu tidak mungkin ditempuh, maka kedua
hakam berhak mengambil inisiatif untuk menceraikannya, kemudian atas dasar
prakarsa hakam ini maka hakim dengan keputusannya menetapkan perceraian
tersebut. Hakamain (kedua hakam) itu boleh memutuskan perpisahan antara suami
istri, tanpa suami menjatuhkan talak.
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum Wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan Sebagian mereka (laki-laki) atas Sebagian yang lain
(Wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan Sebagian dari harta
mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri dari balik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah
6
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian khawatiri nusuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka menaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
ۤ
ْالنِّ َسا ِء َْعلَى ْقَ َّو ُامو َن ُ اَ ِّلر َج
ْال
Kaum Wanita Atas/Bagi Pemimpin/Lebih Kaum
Kuat Laki-Laki
ْض ُهم
َ بَع ّْٰ
ُالل َّْل
َ فَض ِِبَا
Sebagian Mereka Allah Telah melebihkan Dengan
sebab
َ َح ِف
ْظ ِِبَا ِ لِّلغَي
ْب ْٰح ِف ٰظت
Menjaga/Memelihara Dengan Di waktu gaib/tidak Yang
sebab hadir Menjaga
diri
7
ِ المض
ْاج ِع ِْف َْواه ُج ُروُه َّن ْفَعِظُوُه َّن
َ َ
Tempat Tidur Pada Dan Maka
pindahkan/pisahkan nasehati
mereka mereka
ْْل
َ َف ْاَطَعنَ ُكم فَاِ ْن ْْ َۚواض ِربُوُه َّن
Maka Janganlah Mereka Maka jika Dan
mentaatimu Pukullah
mereka
8
Ibnu Mardawa meriwayatkan bahwa Ali berkata “ Seorang lelaki dari Anshar
mendatangi Nabi SAW dengan istrinya berkata “ Wahai Rasulullah, suami saya ini
telah memukul wajah saya hingga membekas. Rasullulla SAW pun bersabda “
Seharusnya dia tidak perlu melakukannya” Lalu Allah menurunkan ayat ini,
riwayat-riwayat ini menjadi syahid dan saling menguatkan. 5
( َّوِِبَْا اَن َف ُقوا ِمنْ اَم َواِلِِْمOleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-
laki) atas sebagian yang lain (wanita).
Kaum laki-laki lebih afdal daripada kaum wanita, seorang lelaki lebih baik daripada
seorang wanita, karena itulah maka nubuwwah (kenabian) hanya khusus bagi kaum
laki-laki. Demikian pula seorang raja.
ْض ُهمْ َع ٰلى بَعض َْ ( ِِبَا فَضDan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
ّْٰ َّل
َ اللُ بَع
sebagian dari harta mereka)
Berupa mahar (maskawin), nafkah,dan biaya yang diwajibkan oleh Allah atas kaum
laki-laki terhadap kaum wanita, melalui kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya.
ۤ
ْال قَ َّو ُامو َْن َعلَى النِّ َسا ِء
ُْ ( اَ ِّلر َجkaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita)
Yakni menjadi kepala atas mereka seorang istri diharuskan taat kepada suaminya
dalam hal-hal yang diperintahkan oleh Allah yang mengharuskan seorang istri taat
kepada suaminya. Taat kepada suami ialah dengan berbuat baik kepada keluarga
suami dan menjaga harta suami. Hal yang sama dikatakan oleh Mutaqil, As-Saddi,
dan Ad- Dahhak. Al-Hasan Al-Basri meriwayatkan bahwa ada seorang istri datang
kepada Nabi SAW. Mengadukan perihal suaminya yang telah menamparnya.
ِ ۤ ِ
ض ُهمْ َع ٰلى بَعضْ َّوِِبَْا اَن َف ُقوا ِمنْ اَم َواِلِِ ْم ٰ ْ
َّل
ض ف ا ِ
ِب ْ
ء ا ُْ ْۗاَ ِّلر َج
َ َ ُّ َ َ َ ال قَ َّو ُامو َْن َعلَى النّ َس
ع ب ْ
الل
5
Asbabun Nuzul/, https://mjna.my.id/asbabun_nuzul/view/4-34-34. Diakses pada 18 Oktober 2022.
9
(kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.)
ْْشوَزُه َّْن فَعِظُوُه َّن ْ ِّ( َوا ٰلWanita-wanita yang kalian khawatiri nusyuznya,
ُ ُت ََتَافُو َْن ن
maka nasihatilah mereka)
ِ ف المض
ْاج ِع َ َ ْ ِ ( َواه ُج ُروُه َّْنDan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka)
10
Menurut Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah
hendaklah si suami tidak menyutubuhinya, tidak pula tidur bersamanya; jika
terpaksa tidur bersama. Maka si suami memalingkan punggungnya dari dia.
Ibnu Abbas menurut riwayat yang lain mengatakan bahwa selain itu si suami jangan
berbicara dengannya, jangan pula mengobrol dengannya.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, hendaknya si suami
menasihatinya sampai si istri kembali taat. Tetapi jika si istri tetap membangkang,
hendaklah si suami berpisah dengannya dalam tempat tidur, jangan pula berbicara
dengannya, tanpa menyerahkan masalah nikah kepadanya; yang demikian itu terasa
berat bagi pihak istri.
6
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir AD-Dimasyqi,/Tafsir Ibnu Kasir/, 103-114.
11
ْيداْ إِص ٰلَ ًحا يُ َوفِّ ِق
َ اق بَينِ ِه َما فَٱب َعثُواْ َح َك ًمْا ِّمنْ أَهلِ ِهْۦ َو َح َك ًما ِّمنْ أَهلِ َهاْ إِن يُِر
َْ َْوإِنْ ِخفتُمْ ِش َق
َ إِن يُِر
يدْا ِّْمنْ أَهلِ َها َو َح َك ًمْا ِّمنْ أَهلِ ِهۦ
Jika keduanya Dari keluarga Dan seorang juru Dari keluarga
(Juru damai itu) perempuan damai laki-laki
bermaksud
12
Hasan menjelaskan bahwa suatu ketika, seorang wanita mengadu kepada
Rasulullah atas perlakuan suaminya yang telah menampar mukanya. Rasulullah
bersabda, “ Suamimu berhak diqishas (dibalas).” Kemudian, turunlah kedua ayat
ini. Wanita itu pun pulang dan tidak jadi menuntut qishash suaminya. (HR. Ibnu Abi
Hgtim)7
4. Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 35
ِ ِ ِِ ِ ِ َْ (وإِنْ ِخفتُمْ ِش َقDan jika kalian
َاق بَين ِه َما فَٱب َعثُواْ َح َك ًمْا ّمنْ أَهلهْۦ َو َح َك ًما ّمنْ أَهلْه َ
khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimkanlah seorang
hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.)
Ulama fiqih mengatakan, apabila terjadi persengketaan di antara sepasang suami
istri, maka hakimlah yang melerai keduanya sebagai pihak penengah yang
mempertimbangkan perkara keduanya melakukan perbuatan aniayanya. Jika
perkara keduanya bertentangan juga dan persengketaan bertambah panjang, maka
pihak hakim memanggil seorang yang dipercaya dari keluarga si perempuan dan
seorang yang dipercaya dari kaum laki-laki, lalu keduanya berkumpul untuk
mempertimbangkan perkara kedua pasangan yang sedang bersengketa itu.
Keduanya melakukan hal yang lebih maslahat baginya menurut pandangan
keduanya, antara berpisah atau tetap bersatu sebagai suami istri. Akan keduanya
antara berpisah atau tetap bersatu sebagai suami istri. Akan tetapi imbauan syariat
menganjurkan untuk tetap utuh sebagaio suami istri.
7
Fauzur_Rahman,/Tafsir Surah An-Nisa Ayat 34/, http://fauzurr.blogspot.com/2012/...ir-surah-annisa-ayat-
35.html?m=1. Diakses pada 20 Oktober 2022.
13
ْمْا ِّم ْن أَهلِ ِهْۦ َو َح َك ًمْا ِّم ْن أَهلِ َهْا
ً (فَٱب َعثُوْا َح َكmaka kirimlah seorang hakam itu
bermaksud mengadakan perbaikan niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri
itu)
Dalam ayat ini tidak disebutkan masalah memisahkan suami istri yang
bersangkutan. Jika kedua orang tersebut sebagai wakil dari masing-masing pihak
yang bersangkutan, maka hukum yang ditetapkan keduanya dapat dilaksanakan,
baik yang menyimpulkan menyatukan kembali ataupun memisahkan keduanya,
tanpa ada seorang ulama pun yang memperselisihkannya.
(فَٱب َعثُوْا َح َك ًما ِّمنْ أَهلِ ِهْۦmaka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan.)
Dalam ayat ini keduanya dinamakan hakam dan sudah sepantasnya bagi hakam
menetapkan keputusannya, sekalipun yang dikenai keputusannya tidak puas.
Pendapat ini merupakan makna lahiriah ayat.8
8
Ibid., 115-119
14
ِ َْ َي ٱلنِّسا ِْء ْولَوْ حرصتُمْْْ ف ِ ِ
َ ل ََتيلُواْ ُك َّْل ٱل َمي ِْل فَتَ َذ ُر
وها َ َ َ َ َْ ََولَن تَستَطيعُواْ أَن تَعدلُواْ ب
َّْ َكٱل ُم َعلَّ َق ِْةْۚ َوإِن تُصلِ ُحواْ َوتَتَّ ُقواْ فَِإ َّْن
ٱللَ َكا َْن َغ ُف ًورا َّرِح ًيمْا
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-
isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah
kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang
lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
3. Teks Ayat Q.S An-Nisa Ayat 130
ِ ِ َّْ ل ِمن سعتِ ِهْۦْۚ وَكا َْن َّْ َوإِن يَتَ َفَّرقَا يُغ ِْن
يمْا
ً ٱللُ َٰوس ًعا َحك َ َ َ ّ ًّْ ٱللُ ُك
Artinya: Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.
15
َْوتَتَّ ُقوا َْوإِن ُُت ِسنُوا ُّْح
َّ ْۚٱلش ْس ِْ ضَر
ُ ت ٱْلَن ُف
ِ وأُح
َ
Dan memelihara Dan jika kamu Kikir Walaupun manusia
dirimu memperbaiki itu
(pergaulan
dengan istrimu)
َخبِ ًْيا َكا َْن ِِبَا تَع َملُو َْن َّْ فَِإ َّْن
َٱلل
Maha teliti Terhadap apa Maka sungguh,
yang kau Allah
kerjakan
16
Dari Karunia-Nya Kepada masing- Maka Allah akan Dan jika
masing memberi keduanya
kecukupan bercerai
9
K.H.Q Shaleh,H.A.A Dahlan dkk,/Tafsir Quran Surah An-Nisaa 4:128/, https://Risalahmuslim.id/quran/an-
nisaa/4-128. Diakses pada 20 Oktober 2022.
17
Sebab turunnya ayat ini memaparkan dan berkaitan erat dengan kehidupan
rumah tangga Nabi Muhammad SAW, Khususnya rasa cinta beliau kepada
Sayyidah Aisyah yang begitu besar melebihi rasa cinta beliau kepada istri-istri
lainnya. Oleh karenanya ayat ini menegaskan bahwa seorang suami tidak biasa
berbuat adil kepada istri-istrinya. Melihat sebabnya turun ayat ini menjelaskan
tentang kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW, khususnya kecintaan
beliau yang sangat besar kepada Sayyidah Khadijah melebihi rasa cinta beliau
kepada istri-istri yang lain.10
ۚ ص ْل ًحا ِ ( فَ ََل جنَاح علَي ِهمآ أَن يMaka tidak mengapa bagi keduanya
ُ صل َحا بَْي نَ ُه َما
ُْ َ َْ َ ُ
mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya)
Yakni dengan berbagai cara, baik itu dengan merelakan untuk tidak diberi semua
atau sebagian giliran bergaul, atau merelakan sebagian nafkah atau mahar dan sang
istri merelakan hal itu yang penting ia tetap dapat hidup bersamanya.
ۗ
ٌالص ْل ُح َخ ْي
ُّ ( َوDan perdamaian itu lebih baik)
Yakni perdamaian yang menenangkan hati dan menghilangkan perselisihan lebih
baik dari pada perceraian atau permusuhan.
10
Poligami dalam Tinjauan ayat, Asbabun Nuzul, dan Munasabahnya/,
http://jasapenulisanmakalah.blogspot.com/2016/09/poligami-dalam-tinjauan-ayat-asbabul-nuzul-dan-
munasabahnya.html. Diakses pada 20 Oktober 2022.
18
manusia dalam keadaan apapun, dan ini sudah merupakan tabiat dan sifat dasar
penciptaan manusia. Maka seorang suami kikir untuk menunaikan kewajibannya
kepada istri seperti mempergauli dengan pergaulan yang baik, memberi nafkah
yang baik, dan lainnya, sedangkan istri juga kikir dalam memberikan hak-hak suami
atas dirinya.
۟ ۟
( َوإِن ُُْت ِسنُوا َوتَت ُقواDan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan
memelihara dirimu )
Yakni memperbaiki pergaulan dengan istri dan bertakwa kepada Allah sehingga
kalian meninggalkan nusyuz dan sikap tak acuh yang tidak diperbolehkan.
b. Tafsir Q.S. An- nisa Ayat 129
۟ ِ ۟ ِ
ْي النِِّ َسآء
َ َْ ْ َ َُٓولَن تَ ْستَطيع
ب ا
و ل
ُ دع ت َن
أ ا
و
(Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu)
Yakni dalam hal rasa cinta dan berjima’ dengan tanpa ada kecondongan sama
sekali kepada salah satu dari mereka; karena sudah menjadi tabiat manusia
untuk condong kepada seseorang dan tidak pada yang lainnya, hal ini karena
manusia tidak dapat mengatur sepenuhnya hati mereka dan menjadikannya
selalu berada pada keadilan terhadap para istri. Oleh karena itulah Rasulullah
pernah bersabda: “ya Allah, ini adalah pembagian yang aku mampu untuk para
istri maka janganlah Engkau mencelaku dalam apa yang tidak aku mampu”
۟
( ََل ََتِيلُواkarena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu
cintai)) Dengan lebih condong dari sebagian mereka kepada sebagian lainnya.
19
۟
صلِ ُحوا
ْ ََُإِن ت (Dan jika kamu mengadakan perbaikan)
Yakni kalian perbaiki apa yang telah kalian rusak berupa urusan-urusan yang
kalian tidak kalian lakukan seperti pergaulan dengan para istri dan keadilan
diantara mereka.
۟
( َوتَت ُقواdan memelihara diri)
( َوإِن يَتَ َفرقَا يُ ْغ ِن هللاُ ُكلJika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi
20
malam-malam yang lain bagi istri yang lain asalkan dia tidak menceraikannya.
Dan ini diperbolehkan asalkan ia rela, namun apabila ia membatalkan
kesepakatan ini maka sang suami harus menyamakan giliran keduanya.11
Pada waktu Saudah binti Zam’ah telah berusia lanjut dan dalm hatinya timbul
keragu-raguan dan khawatir diceraikan oleh Rasulullah Saw, dia berkata “Wahai
Rasulullah, hari giliranku aku hadiahkan kepada Aisyah”. Sehubungan dengan hal
itu Allah Swt menurunkan ayat ke 128 sebagai ketegasan, bahwa seorang istri boleh
menghadiahkan gilirannya kepada istri yang lain, sebagimana yang telah dilakukan
Saudah binti Zam’ah istri Rasulullah Saw. (H.R Abu Dawud dan Hakim dari
Aisyah. Imam Tirmidzi meriwayatkan pla yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Pada waktu permulaan ayat 128 turun datanglah seorang wanita kepada
suaminya seraya berkata “Aku ikhlas mendapat nafkah lahiriah saja darimu,
sekalipun tidak mendapat nafkah batin, asalkan tidak diceraikan. Kamupun aku
perselisihkan untuk menikah dengan wanita lain bila membutuhkannya”.
Sehubungan dengan kata-kata seorang istri itu Allah Swt menurunkan ayat ini
sampai akhir ayat, yang dengan tegas memberikan keterangan bahwa seorang istri
diperbolehkan memberikan gilirannya kepada istri yang lain atau mempersilahkan
suaminya menikah lagi, sekiranya si istri sudah tidak mampu melayani hubungan
seksual, dengan mengajukan permohonan agar tidak diceraikan. Sebagai suami
seharusnya mengabulkan permohonan istrinya untuk tidak menceraikan. (H.R. Ibnu
Jarir dari Sa’id bin Jubair).12
Ayat ke-129 diturunkan sehubungan dengan Aisyah binti Abu Bakar, istri
Rasulullah Saw. Rasulullah Saw mencintai Aisyah melibihi kecintaannya terhadap
istri-istri yang lain. Oleh sebab itu setiap saat Rasulullah Saw berdo’a “Ya Allah
inilah giliranku sesuai dengan kemampuan yang ada pada diriku. Janganlah Engkau
memaksakan sesuatu yang menjadi perintah-Mu di atas kemampuan yang ada pada
diriku”. Rasulullah Saw dalam bentuk-bentuk lahiriah bisa berbuat adil terhadap
11
Syaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqar,” Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir” mudarris tafsir Universitas
Islam Madinah. https://tafsirweb.com/1662-surat-an-nisa-ayat-130.html Diakses pada tanggal 21 oktober 2022.
12
A. Mudjab Mahali, “asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an”, Cet 1, Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada,
2002, 280
21
istri-istrinya, tetapi dalam hati sangat mencintaiAisyah (karena satu-satunya istri
beliau yang gadis dan termuda) sehingga beliau merasa tidak dapat berbuat adil
sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. Sehubungan dengan hal itu Allah Swt
menurunkan ayat ini sebagai ketegasan, dalam batiniah seseorang diperbolehkan
tidak adil, sedangkan dalam lahiriah wajib berbuat adil. Namun demikian
kecenderungan terhadap satu istri itu tidak boleh menyebabkan mengabaikan
kewajiban terhadap yang lain.13
E. Pokok kandungan Q.S An-Nisa Ayat 34-35 dan 128-130
Dari firman Allah surah An-Nisa Ayat 34, 35, 128, 129 dan 130 di atas ada beberapa
pokok kandungan ayat yang dapat dijadikan pelajaran. Di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum Wanita
Jika kita membuka tafsir-tafsir klasik kalangan ulama terkemukakan pada masa
lalu, mereka pada umumnya mereka sepakat manakala membedah pengertian “Ar-
Rijalu qawwamuna ‘ala An-Nisa” bahwa laki-laki baik dalam konteks keluarga maupun
bermasyarakat, memang ditakdirkan sebagai pemimpin bagi kaum wanita. Ini
disebabkan karena terdapat perbedaan-perbedaan yang bersifat natural (fitri) antara
keduanya dan bukan semata-mata bersifat kasbi atau karena proses sosial. 14
Al-Maragi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sebagai konsekuensi dari tugas
memimpin kaum wanita dan kaum laki-laki diwajibkan berperang dan kaum wanita
tidak.15 Disamping itu kaum lelaki diwajibkan untuk memberikan nafkah kepada
istrinya sedangkan kaum wanita tidak diwajibkan. Imam ash-shabuni menyatakan
bahwa kaum pria memiliki wewenang untuk mengeluarkan perintah maupun larangan
yang wajib ditaati oleh para wanita (istri-istrinya) serta memiliki kewajiban untuk
memberikan belanja (nafkah) dan pengarahan sebagaimana kewajiban seorang wali
(penguasa) atas rakyatnya.16
13
A. Mudjab Mahali, “asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an”, Cet 1, Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada,
2002, 281
14
Dr. Farihah al-Rasyidah,/Relasi Pria-Wanita dalam kehidupan Rumah Tangga (Tafsi Surat Al-Nisa:34)/,
https://www.globalmuslim.web.id/2011/06/relasi-pria-wanita-dalam-kehidupan.html?m=1. Diakses pada 20
Oktober 2022.
15
Ahmad Mustafa Al-Maragi,/Terjemah Tafsir Al-Maragi”/, 41.
16
Muhammad Ali Ash-Shabuni,/Tafsir Ayat-Ayat Ahkam Ash-Shabuni/, Cet 3, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 2003),
405.
22
Salah satu ciri wanita salehah yang Allah Swt sebutkan dalam firman-Nya dalm
surah An-Nisa Ayat 34 adalah wanita yang taat kepada suaminya serta menjaga harta
suaminya ketika suaminya tidak ada dirumah. Al-Quran menggunakan kata “qanitah”
bukan “tha’iah” karena kata tersebut mengandung makna kejiwaan. Memiliki bayangan
perasaan yang menyenangkan dan menyejukkan. Kondisi semacam ini lebih
memungkinkan bagi terwujudnya ketenangan, kasih sayang, saling menutupi dan
menjaga, antara dua jenis anak manusia di dalam rumah tangga.17
3. Perintah untuk mendidik dan memberikan nasihat kepada isteri
Dalam ayat di atas Allah Swt telah menjelaskan bahwa salah satu kewajiban suami
kepada istrinya adalah memberikan nasihat serta mendidiknya untuk tetap dalam jalur
Islam. Namun jika setelah diberikan nasihat isteri masih belum kembali ke jalur yang
benar maka suami boleh memisahkan diri dari tempat tidur. Dan jika hal demikian
masih belum dapat memberikan pelajaran kepada isteri, maka suami diperbolehkan
memukulnya dengan pukulan yang tidak sampai memberi bekas.
4. Perintah untuk mengirimkan hakam (pendamai) bagi mereka yang bersengketa.
5. Kewajiban memelihara keadilan semaksimal mungkin
Allah menerangkan bahwa keadilan di antara para istri itu merupakan hal yang
mustahil dapat ditegakkan. Oleh karena itu suami harus berusaha semaksimal mungkin
untuk menegakkannya.18A. Mudjab Mahali dalm bukunya Asbabun Nuzul: Studi
Pendalaman Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah Swt menurunkan ayat 129 surah An-
Nisa sebagai ketegasan bahwa dalam batiniah seseorang diperbolehkan tidak adil,
sedangkan dalam lahiriah wajib berbuat adil. Namun demikian kecenderungan terhadap
satu istri itu tidak boleh menyebabkan mengabaikan kewajiban terhadap yang lain.19
17
Syaikh Imad Zaki Al-Barudi,/Tafsir Wanita (Terjemah Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim li An-Nisa Karya/, Alih
Bahasa Samson Rahman, Cet 1. (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2004), 517
18
Ahmad Mustafa Al-Maragi,/Terjemah Tafsir Al-Maragi/, 289.
19
A.Mudjab Mahali,/Asbabun Nuzul : Studi Pendalaman Al-Qur’an/, 281.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nusyuz adalah sikap tidak patuh, yaitu tidak menunaikan hak dan kewajiban dari salah
seorang diantara suami dan istri, Syiqaq adalah perselisihan, percekcokan, dan
permusuhan. Perselisihan yang berkepanjangan dan meruncing antara suami istri, dan
Hakamain berarti dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang
hakam dari pihak isteri untuk menyelesaikan kasus syiqaq.
Penafsiran dari ayat 34 dan 35 adalah ayat ini membahas tentang laki laki merupakan
pemimpin bagi kaum Wanita dan ciri ciri Wanita shalehah. Tafsir-tafsir klasik kalangan
ulama terkemukakan pada masa lalu, mereka pada umumnya mereka sepakat manakala
membedah pengertian “Ar-Rijalu qawwamuna ‘ala An-Nisa” bahwa laki-laki baik dalam
konteks keluarga maupun bermasyarakat, memang ditakdirkan sebagai pemimpin bagi
kaum wanita. Ini disebabkan karena terdapat perbedaan-perbedaan yang bersifat natural
(fitri) antara keduanya dan bukan semata-mata bersifat kasbi atau karena proses sosial.
Dan Salah satu ciri wanita salehah yang Allah Swt sebutkan dalam firman-Nya dalm surah
An-Nisa Ayat 34 adalah wanita yang taat kepada suaminya serta menjaga harta suaminya
ketika suaminya tidak ada dirumah.
Penafsiran dari ayat 128 – 130 adalah berbicara tentang perintah untuk mendidik dan
memberikan nasihat kepada isteri, perintah untuk mengirimkan hakam(pendamai) bagi
mereka yang bersengketa, dan kewajiban memelihara keadilan semaksimal mungkin.
B. Saran
Agar makalah ini dapat menjadi lebih baik di masa akan datang kami selaku para
penulis memohon kepada para pembaca agar kiranya berkenan untuk menyampaikan kritik
dan saran yang membangun untuk makalah ini. Karena kesempurnaan bukan milik penulis
melainkan milik Allah Swt.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Katsir
Al-Barudi, Syaikh Imad Zaki, Tafsir Wanita (Terjemah Tafsir Al-Qur’an Al-
Azhim Li An-Nisa Karya (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2004)
Asyqar, Syaikh Muhammad Sulaiman Al, ‘Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir’
<https://tafsirweb.com/1662-surat-an-nisa-ayat-130.html> [accessed 21
October 2022]
25
K.H.Q Shaleh, H.A.A Dahlan dkk, ‘Tafsir Quran Surah An-Nisa 4:128’
26