Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

NUSYUZ

MK: HUKUM PEMECAHAN KELUARGA


Dosen Pengampuh: Dr. Iskandar, M,Sy

Kelompok : 3

Mitra Ayu Lestari 1911211003

Mirna 1911211021

Dian Islami Yati 1911211026

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula
saya haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Adapun penulisan makalah berjudul “Nusyuz” bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Pemecahan Keiuarga . Segala tindakan dan upaya telah di lakukan semaksimal
mungkin untuk mempersiapkan dengan baik penulisan makalah ini. Tetapi tidak mustahil apabila
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, Maka dari itu, saya mohon
maaf atas kekurangannya di karenakan saya selaku penyusun masih dalam tahap pembelajaran
dan saya mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini.

Akhirul kalam, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua amin yarobbal alamin.

Waalaikumusalam Wr.Wb

Kupang, November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Nusyuz..........................................................................................3

B. Nusyuz Dari Pihak Istri...................................................................................5

C. Nusyuz Dari Pihak Suami...............................................................................7

D. Nusyuz Dari Suami Dan Istri ( Siqaq )...........................................................10

BAB III : PENUTUP.........................................................................................12

A. Kesimpulan.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkawinan sebagai perbuatan hukum antara suami dan isteri, bukan saja untuk
merealisasikan ibadah kepadaNya, tetapi sekaligus menimbulkan akibat hukum
keperdataan di antara keduanya. Namun demikian, karena tujuan perkawinan yang begitu
mulia, yaitu untuk membina keluarga bahagia, kekal, abadi berdasarkan ketuhanan yang
maha Esa, maka perlu diatur hak dan kewajiban antara masing-masing suami dan isteri
tersebut. Apabila hak dan kewajiban mereka terpenuhi, maka dambaan berumah tangga
dengan didasari rasa cinta dan kasih sayang akan dapat terwujud.
Meskipun dalam kajian fiqih munakahat sudah dijelaskan bagaimana hubungan
suami istri yang ideal dan baik, namun seiring dengan beraneka ragamnya sifat dan
karakteristik perilaku manusia dalam berhubungan biologis maka permasalahan ctual
yang muncul yang masih tabu dan jarang diketahui banyak orang.
Idealnya setiap orang yang akan berkeluarga pasti mengharapkan akan terciptanya
kebahagiaan dan keharmonisan dalam rumah tangganya. Namun kanyataannya tidak
selalu sejalan dengan harapan semula. Ketegangan dan konflik kerap kali muncul,
perselisihan pendapat, perdebatan, pertengkaran, saling mengejek atau bahkan memaki
pun lumrah terjadi, semua itu sudah semestinya dapat diselesaikan secara arif dengan
jalan bermusyawarah, saling berdialog secara terbuka. Dan pada kenyataannya banyak
persoalan dalam rumah tangga meskipun terlihat kecil dan sepele namun dapat
mengakibatkan terganggunya keharmonisan hubungan suami isteri. Sehingga
memunculkan apa yang biasa dikenal dalam hukum Islam dengan istilah nusyuz.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Nusyuz
2. Bagaimana Nusyuz Dari Pihak Istri
3. Bagaimana Nusyuz Dari Pihak Suami
4. Bagaimana Nusyuf Dari Suami Dan Istri ( Siqaq )

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Nusyuz
2. Untuk Mengetahui Nusyuz Dari Pihak Istri
3. Untuk Mengetahui Nusyuz Dari Pihak Suami
4. Untuk Mengetahui Nusyuz Suami Dan Istri ( Siqaq )

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nusyuz
Secara bahasa (etimologi) nusyuz adalah masdar atau infinitive dari kata,‫صا٘ ش‬
yang mempunyai arti tanah yang terangkat tinggi ke atas, suatu yang terangkat ke atas
dari bumi).2 nusyuz dengan arti sesuatu yang menonjol di dalam, atau dari suatu
tempatnya. Dan jika konteksnya dikaitkan dengan hubugan suami-isteri maka diartikan
sebagai sikap isteri yang durhaka, menentang dan membenci kepada suaminya.
Nusyuz bisa diartikan “menentang” (al-isyan). Karena istilah nusyuz sendiri
diambil dari kata al-nasyaz, artinya bangunan bumi yang tertinggi (mairtafa‟a minal
ardi). Makna ini sesuai dengan pengertian yang ada dalam surat al-Mujadalah (58):11,
“waiz\a qila unsyuzu”. Secara terminologis nusyuz berarti sikap tidak tunduk kepada
Allah SWT untuk taat kepada suami.
Al-Tabari juga mengasumsikan makna kata nusyuz ini dengan mengartikannya
sebagai suatu tindakan bangkit melawan suami dengan kebencian dan mengalihkan
pandangan dari suaminya. dan makna literer dari nusyuz adalah menentang dan melawan.
Sedangkan menurut az-Zamakhsyari, nusyuz bermakna menentang suami dan berdosa
terhadapnya (an ta‟s\a zawjaha). Imam Fakhr al-Din al-Razi juga berpendapat bahwa
nusyuz dapat berupa perkataan (qawl) atau perbuatan (fa‟l). Artinya, ketika isteri tidak
sopan terhadap suaminya ia berarti nusyuz dengan perkataan dan ketika ia menolak tidur
bersamanya atau tidak mematuhinya maka ia telah nusyuz dalam perbuatan (fa‟l).
Ali Ibnu Qasim al-Gozi memaknai nusyuz “keluar dari ketaatan (secara umum)
dari isteri atau suami atau keduanya” kemudian secara istilah ini nusyuz mempunyai
beberapa pengertian di antaranya: Menurut fuqaha Hanafiyah seperti yang dikemukakan
Saleh Ganim mendefinisikanya dengan ketidaksenangan yang terjadi diantara suami-
isteri. Ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa nusyuz adalah saling menganiaya suami
isteri. Sedangkan menurut ulama Syafi‟iyah nusyuz adalah perselisihan diantara suami-
isteri, sementara itu ulama Hambaliyah mendefinisikanya dengan ketidak-senangan dari
pihak isteri atau suami yang disertai dengan pergaulan yang tidak harmonis.

3
Dari beberapa definisi di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan nusyuz adalah pelanggaran komitmen bersama terhadap apa yang menjadi hak
dan kewajiban dalam hubungan suami istri. Ternyata para ulama memiliki pandangan
yang tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainya. Sehingga dapat dipahami bahwa
disamping perbuatan nusyuz selain mungkin saja dilakukan oleh seorang isteri, juga
mungkin bila dilakukan oleh seorang suami, jika suami tidak mempergauli isterinya
dengan baik atau ia melakukan tindakan-tindakan yang melebihi batas-batas hak dan
kewenangannya dalam memperlakukan isteri yang nusyuz sebagaimana yang digariskan
oleh ajaran agama.
 Dasar Hukum Perbuatan Nusyuz
Timbulnya konflik dalam rumah tangga tersebut pada akhirnya kerap kali
mengarah pada apa yang disebut dalam fiqh dengan istilah nusyuz. Penjelasan mengenai
nusyuz sudah dituangkan dalam Al Quran surat An Nisa ayat 34.
“ kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu
Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).wanita-wanita yang
kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar”.
Dari Hadits Nabi Saw,
"Dari Muawiyah al-Qusyairiy berkata: aku pernah bertanya kepada Rasulullah, "wahai
Rasulullah, apakah hak istri kami?" Beliau menjawab, "memberinya makan jika kamu
makan, memberinya pakaian jika kamu berpakaian, tidak memukul wajahnya, tidak
mencaci maki, dan tidak mendiamkannya kecuali di dalam rumah".( H.R. Abu Dawud,
Ibnu Majah, Ahmad dan Nasa'i)”.
hadits yang diriwayatkan oleh Ibn ‟Uyaynah, dari al-Zuhri, dari ‟Abdullah bin Abdillah
bin ‟Umar, dari Iyas bin ‟Abdillah bin Abi Dzubab, Nabi SAW bersabda yang artinya:.

4
“Dari Iyas bin Abdillah bin Abi dzubab, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian
memukul hamba-hamba perempuan Allah. Kemudian Umar RA datang kapada
Rasulullah SAW dan berkata: perempuanperempuan itu telah berbuat durhaka terhadap
suaminya, kemudian Rasul memperbolehkan memukul mereka. Kemudian
perempuanperempuan itu mendatangi keluarga Rasulullah untuk mengadukan suami-
suami mereka. Rasulullah bersabda: perempuan-perempuan yang telah mengadukan
suami- suami mereka,mereka bukanlah istriistri yang baik”.
B. Nusyuz Dari Pihak Istri
Dalam bahtera pernikahan, persoalan pasti akan selalu ada. Perselisihan pendapat
dalam sebuah masalah hampir dipastikan terjadi antara suami dan istri. Tidak jarang,
muara dari perselisihan tersebut adalah sikap nusyuz yang ditampakkan oleh sang istri.
Mustafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha dalam al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhab al-
Imam al-Syâfi’i, mendefinisikan nusyuz dengan redaksi berikut:

Artinya: “Nusyuz-nya seorang perempuan ialah sikap durhaka yang ditampakkannya di


hadapan suami dengan jalan tidak melaksanakan apa yang Allah wajibkan padanya, yakni
taat terhadap suami… nusyuz-nya perempuan ini hukumnya haram, dan merupakan satu
dari beberapa dosa besar.”

Lebih lanjut, dalam lanjutan teks di kitab al-Fiqh al-Manhaji dijelaskan bahwa
seorang perempuan akan dianggap nusyuz apabila ia keluar rumah dan bepergian tanpa
seizin suami, tidak membukakan pintu bagi suami yang hendak masuk, dan menolak
ajakan suami untuk berhubungan suami-istri padahal ia tidak sedang uzur seperti sakit
atau lainnya, atau saat suami menginginkannya namun ia sibuk dengan hajatnya sendiri,
dan lainnya.

Tidak semua tindakan kasar yang dilakukan oleh istri dianggap sebagai nusyuz.
Sebagaimana dijelaskan dalam lanjutan teks kitab Fathul Qarib:

Artinya: “Menurut pendapat yang lebih sahih, berkata kasar kepada suami bukan
termasuk nusyuz, tetapi dia berhak (harus) diajari oleh suami jika melakukan hal tersebut.
Jika hal ini terjadi, suami tidak perlu melapor pada qadli (hakim).”
Jika sudah terbukti bahwa istri melakukan nusyuz dengan cara keluar rumah atau

5
bepergian semaunya tanpa seizin suami atau menolak ajakan suami untuk berhubungan,
maka tindakan yang perlu dilakukan oleh suami, sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an,
yakni:
Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz-nya, maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS an-Nisa: 34).
Kriteria tindakan istri yang termasuk ke dalam perbuatan nusyuz menurut para
ulama mazhab, yaitu sebagai berikut :
1. Menurut ulama Hanafi : Apabila seorang istri (perempuan) keluar dari rumah suami
tanpa izin suaminya dan dia tidak mau melayani suaminya tanpa alas an yang benar.
2. Menurut ulama Maliki : seorang istri dikatakan nusyuz apabila ia tidak taat terhadap
suaminya dan ia menolak untuk digauli, serta mendatangi suatu tempat yang dia tahu hal
itu tidak diizinkan oleh suaminya, dan ia mengabaikan kewajibannya terhadap Alla SWT,
seperti tidak mandi janabah, dan tidak melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.
3. Menurut ulama Syafi’i, seorang stri dikatakan nusyuz apabila istri tersebut tidak
mematuhi suaminya dan tidak menjalankan ketentuan-ketentuan agama yang berkaitan
dengan hak-hak suaminya serta tidak menunaikan kewajiban agama lainnya.
4. Sedangkan menurut ulama Hanbali, seorang istri dikatakan nusyuz apabila istri
melakukan tindakan yang tidak memberikan hak-hak suami yang wajib diterimanya
karena pernikahan.
Menurut Muhammad 'Ali al-Sabuni, apabila terjadi nusyuz yang dilakukan oleh
isteri maka Islam memberikan cara yang jelas dalam mengatasinya:
1. Memberikan nasihat dan bimbingan dengan bijaksana dan tutur kata yang baik.
2. Memisahi ranjang dan tidak mencampurinya (mengaulinya).
3. Pukulan yang sekiranya tidak menyakitkan, misalnya dengan siwak dan sebagainya,
dengan tujuan sebagai pembelajaran baginya.
4. Kalau ketiga cara diatas sudah tidak berguna (masih belum bisa mengatasi isteri yang
nusyuz), maka dicari jalan dengan bertahkim (mengangkat
hakim) untuk menyelesaikannya.

6
C. Nusyuz Dari Pihak Suami
Kemungkinan nusyuz tidak hanya datang dari isteri akan tetapi dapat juga datang dari
suami. Selama ini sering disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak isteri saja.
Padahal al-Qur’an juga menyebutkan adanya nusyuz dari suami seperti yang termaktub dalam al-
Qur’an Qs. An-Nisa 4:128.
Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-
benarnya, dan perdamaian itu lebih baik(bagi mereka) walaupun manusia itu menurut
tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara
dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami kepada Allah karena
meninggalkan kewajibannya terhadap isterinya. Nusyuz suami terjadi apabila ia tidak
melaksanakan kewajibannya terhadap isterinya baik meninggalkan kewajiban secara
materil atau non materil. Sedangkan nusyuz yang mengandung arti luas yaitu segala
sesuatu yang dapat disebut menggauli isterinya dengan cara buruk seperti berlaku kasar,
menyakiti fisik dan mental isteri, tidak melakukan hubungan badaniyah dalam jangka
waktu tertentu yang sangat lama dan tindakan lain yang bertentangan dengan asas
pergaulan baik antara suami dan isteri. Nusyuz pihak suami terhadap isteri lebih banyak
berupa kebencian atau ketidaksenangannya terhadap isterinya sehingga suami menjauh
atau tidak memperhatikan isterinya.

Dalam prakteknya nusyuz suami bisa berbentuk perkataan Berkata dan berlaku
kasar kepada isteri seperti menghardik, menghina dan memukul tanpa sebab sedangkan
isteri taat dan tidak durhaka kepada suaminya juga dianggap sebagai nusyuz., perbuatan
atau kedua-duanya. Yang berbentuk perkataan misalnya suami suka memaki-maki dan
menghina isteri. Sedangkan yang berbentuk perbuatan misalnya suami mengabaikan hak
isteri atas dirinya, berpoya-poya dengan perempuan lain, menganggap isterinya seolah-
olah tidak ada.

7
Kriteria nusyuz suami ada 8 yaitu sebagai berikut:

1. Sikapnya menampakkkan tanda-tanda ketidakpedulian, seperti meninggalkan isteri


dari tempat kecuali sekedar melakukan sesuatu yang wajib, atau kebencian terhadap
isterinya terlihat nyata dari sikapnya.
2. Meninggalkan suatu kewajiban, seperti tidak memenuhi nafkah.
3. Keangkuhan, kesewenang-wenangan, dan kesombongan seorang suami terhadap
isteri.
4. Nusyuz sebagai kedurhakaan suami yaitu yang mempunyai perangai yang kasar atau
tindakannya yang membahayakan isteri.
5. Sikap tidak adil suami kepada para isterinya (khusus pelaku poligami) yaitu suami
yang beristeri 2 atau sampai 4 orang terkena kewajiban untuk berlaku adil kepada
isterinya.
6. Mengusir isteri keluar dari rumah artinya melarang isteri untuk tinggal serumah
dengannya.
7. Menuduh isteri berzina tanpa bukti yang nyata.
8. Menceraikan isteri sewenang-wenang.

Langkah Penyelesaian Nusyuz Suami Syara’ telah menetapkan tindakan yang


perlu diambil oleh seorang isteri dalam menangani nusyuz suami.

1. Nasehat, Suami isteri mempunyai hak yang sama antara satu sama lain dalam
melaksanakan tugas mengajak ke arah kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Isteri berhak menasehati suami agar kembali bertanggung jawab kepada keluarga dan
mengingatkan mereka tentang azab yang bakal diterima bagi suami yang
mengabaikan dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap isteri dan keluarganya.
Namun jika isteri tidak lagi sanggup memberikan nasehat diperlukan adanya
pemberian nasehat oleh hakam. Yang dimaksud dengan hakam dalam ayat tersebut
adalah seorang bijak yang dapat menjadi penengah dalam menghadapi konflik
keluarga tersebut. Ibnu Qudamah menjelaskan, bila sebab konflik berasal dari nusyuz
suami, maka hakim mencari orang yang disegani oleh suami untuk menasehatinya
untuk menghentikan sikap nusyuz-nya itu dan menasehatinya untuk tidak berbuat
kekerasan terhadap isterinya.

8
2. Perdamaian ( Ash-Shulh ), Ash-Shulh secara etimologi artinya adalah memutus dan
mengakhiri perselisihan. Sedangkan secara terminologi syara’ adalah suatu akad yang
dibuat untuk mengakhiri suatu perselisihan dan persengketaan. Ash-Shulh atau
kesepakatan damai di antara manusia merupakan salah satu anjuran agama, dan
seorang hakim boleh untuk menyampaikan anjuran atau nasihat kepada para pihak
yang berselisih untuk bersedia melakukan kompromi dan berdamai, namun tidak
boleh sampai kepada bentuk paksaan, desakan atau tekanan yang hampir mendekati
bentuk pengharusan. Selama hakim tidak mengetahui secara pasti siapa pihak yang
benar, maka hakim boleh miminta mereka berdamai, namun hanya sebatas anjuran
saja. Namun jika hakim memang mengetahui siapa pihak yang yang benar, maka ia
harus menetapkan keputusan yang memenangkan pihak yang benar.
3. Khulu’, Bila seorang isteri melihat pada suaminya sesuatu yang tidak diridhai Allah
untuk melanjutkan hubungan perkawinan, sedangkan suami tidak merasa perlu untuk
menceraikannya, maka si isteri dapat meminta perceraian dari suaminya dengan cara
khulu’. Menurut bahasa khulu’ berarti talak tebus yaitu yang diucapkan oleh suami
dengan membayar atau mengembalikan mahar dari pihak isteri. Artinya tebusan yang
dibayarkan oleh seorang isteri kepada suaminya agar suaminya itu dapat
menceraikannya. Menurut kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 1 huruf i: Khulu’
adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan tebusan atau
‘iwad kepada suaminya. Isteri berhak untuk mengajukan gugatan manakala suami
menyimpang dari tujuan perkawinan seperti meninggalkan isteri dalam waktu tertentu
tanpa persetujuan isteri, melakukan pelecehan dan kekerasan atau menyengsarakan
isteri atau tidak lagi mampu melaksanakan nafkah lahir bathin. Akan tetapi jika isteri
tidak mampu membayar masih ada cara lain untuk memutuskan ikatan perkawinan itu
melalui mubarat yaitu tidak ada pembayaran pengganti. Seperti yang telah ditetapkan
syari’ah yaitu diberikan hak bagi suami untuk menceraikan isterinya maka isteri juga
dapat menuntut cerai kalau cukup alasannya. Apabila suami berlaku kejam, maka
isteri dapat meminta cerai (khulu’).

9
D. Nusyuz Suami Dan Istri ( siqaq )

Syiqaq artinya perselisihan. Yang dimaksud dengan perselisihan adalah


pertikaian, pertengkaran, dan konflik yang terjadi antara suami istri. Istilah Syiqaq
diambil dari Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 35:
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang
hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua
orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Syiqaq ini timbul bila suami atau istri atau keduanya tidak melaksanakan kewajiban yang
mesti dipikulnya.
syiqaq merupakan sebuah konsisi rumah tangga yang sudah pecah antara suami
dan istri, yang lebih menjurus kepada pertengkaran/percekcokkan yang tajam bahkan
mengandung unsur dharar (bahaya), Dengan demikian, setidaknya ada dua kriteria yang
menjadikan perselisihan dalam sebuah rumah tangga dapat disebut sebagai
perkara syiqaq; Pertama, ketidaksesuaian pada kedua belah pihak. Artinya masing-
masing pihak telah memperlihatkan tingkah laku yang tidak kompromi
lagi. Kedua, sebuah cekcok rumah tangga baru bisa disebut sebagai perkara syiqaq,
disamping persyaratan di atas, juga bilamana percekcokan itu tidak dapat diselesaikan
oleh kedua suami istri secara damai. Percekcokan yang terjadi dalam rumah tangga
pasangan suami istri tersebut, rupanya memang tidak lagi bisa diselesaikan oleh kedua
pasangan suami dan istri. Terlebih lagi percekcokan tersebut dalam jangka waktu yang
lama, maka diperlukan pengangkatan hakam untuk memperbaiki rumah tangga tersebut.
Proses mediasi adalah salah satu cara untuk menyelesaikan suatu perselisihan,
dalam proses mediasi jelas akan muncul pihak ketiga yaitu adanya hakam atau wakil.
Wakil disini adalah orang yang mewakili pihak yang berselisih, baik dari pihak suami
ataupun pihak istri. Seorang hakam disini bertugas untuk menyampaikan keinginan-
keinginan pihak yang bersangkutan. Demikian juga jika salah satu pihak mengajak
berdamai maka hakam yang akan menyampaikannya.   
Dalam konflik suami istri ini ada 3 tahapan, yaitu:
1.      Perselisihan tingkat rendah, yaitu pertengkaran karena hal-hal sepele. Misalnya,
susah bangun pagi yang hingga menimbulkan percekcokan.

10
2.      Perselisihan tingkat menengah, yaitu pertengkaran suami istri yang disebabkan oleh
perbuatan kedua belah pihak yang melukai hati atau menghilangkan kepercayaan diantara
mereka. Misalnya, suami melihat istrinya berjalan atau berpergian dengan laki-laki lain.  
3.      Perselisihan tingkat tinggi, yaitu pertengkaran yang disebabkan oleh hal-hal yang
sangat mendasar. Misalnya suami atau istri murtad atau berzina.
Apabila dalam kasus syiqaq ini keduanya tidak dapat berdamai maka salah satu hal yang
terbaik adalah dengan menceraikan keduanya, dan kedudukan cerai sebab kasus syiqaq
adalah bersifat ba’in , yaitu pernikahan yang putus secara penuh dan tidak
memungkinkan untuk kembali lagi kecuali dengan mengadakan akad dan maskawin baru
tanpa harus dinikahi oleh pria lain sebelumnya.  

11
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesimpulan
Nusyuz secara bahasa adalah ketidakpatuhan, diambil dari an-nasyz yang berarti
tanah yang tinggi, ketidakpatuham disebut nusyuz karena pelakunya merasa lebih tinggi
sehingga dia tidak merasa perlu untuk patuh. Sedangkan secara istilah adalah keadaan
yang terjadi pada suami atau istri dalam ketidakharmonisan, kerenggangan,
ketidaksukaan, penolakan, ketidakpatuhan dan kedurhakaan dari istri atau berpaling dari
suami, atau dari suami yang keras terhadap istrinya.
Nusyuz wanita yaitu ketika seorang istri tidak taat kepada suaminya,
membangkang dan durhaka kepada suaminya, nusyuznya seperti beberapa perbuatan di
bawah ini:
1.      Suami telah menyediakan tempat tinggal sesuai kemampuannya, tetapi istri
menolak pindah ke tempat tersebut.
2.      Apabila istri keluar atau pergi tanpa seizin suaminya.
3.      Istri menetap ditempat yang disediakan oleh perusahaannya, sedangkan suami
minta istri menetap di rumah yang telah di sediakannya, dan istri menolaknay tanpa
alasan yang pantas.
4.      Apabila suami istri tinggal di rumah kepunyaannya si istri dengan izin istri, lalu
kemudian pada suatu waktu istri mengusirnya atau melarang suami masuk ke rumah itu.
Adapun Nusyuznya suami kepada istri adalah:
1.      Mendiami istrinya
2.      Tidak memberi nafkah
3.      Menyuruh istri melakukan maksiat yang melanggar larangan Allah
4.      Mencela dan berburuk sangaka terhadap istri
Syiqaq artinya perselisihan. Yang dimaksud dengan perselisihan adalah
pertikaian, pertengkaran, dan konflik yang terjadi antara suami istri, cara
menyelesaikannya dengan mediasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinbanten.ac.id/1364/3/BABIsatuteisis/nusyuz-istri.pdf

http://repository.uinbanten.ac.id/1364/4/BABIIduatesis/nusyuz-istri.pdf

https://islam.nu.or.id/nikah-keluarga/istri-dianggap-nusyuz-bila-melakukan-hal-ini-
tWXoa

http://repository.uin-suska.ac.id//BABIII/nusyuz-suami.pdf

http://www.ulahcopas.site/2016/04/makalah-nusyuz-dan-siqaq.html

13

Anda mungkin juga menyukai