MAKALAH
“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fikih Munakahat”
Disusun Oleh:
Dzikri Rasyid
Farhan Aqwamuddin
Rudi Guntara
GARUT
1439 H / 2017 M
DAFTAR ISI
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 2
A. Kesimpulan......................................................................................... 13
i
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua
sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak
dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau
masalah tersebut tampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi
rahmat bagi sekalian alam.
Dalam realitas sosial yang terjadi di masyarakat zaman sekarang seperti yang
kita ketahui dari media-media yang ada seperti media elektronik, cetak dan yang
lainnya banyak sekali keluarga yang mengalami perceraian. Di antara sebab-sebab
yang mengakibatkan perceraian tersebut salah satunya adalah tidak terpenuhinya
hak-hak dan kewajiban antara suami istri dan terjadinya pembangkangan (nusyuz)
seorang istri kepada suami dan/atau suami terhadap istrinya. Hal semacam ini,
biasanya tidak lepas dari dilatarbelakangi adanya suatu kecurigaan antara kedua
pihak, kesalahpahaman, tumbuh pikiran bahwa dirinya lebih baik dan/atau merasa
lebih memiliki kekuasaan, dan lain sebagainya.
Islam pun mengatur hal-hal yang demikian, yaitu jika ada keretakan dalam
rumah tangga atau pembangkangan dan lain sebagainya. Ini dibahas dalam konsep
nusyuz, syiqaq serta fungsi hakamain dalam mengatasi hal-hal tersebut.
1
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nusyuz
Secara etimologi lafad nusyuz adalah akar (mashdar) dari lafad nasyaza,
yansyuzu, dalam arti: terangkat, lafad nusyuz diambil dari lafad nasyzi, yang
berarti sesuatu yang terangkat dari Bumi.1 Abu Ubaid berkata “Nusyuz atau
Nasyazi” adalah sesuatu yang tebal dan keras.”
Kata Nusyuz dalam Kamus Bahasa Indonesia disamakan dengan kata Nusyu
yang artinya perbuatan tidak taat dan membangkang dari seorang istri terhadap
suami (tanpa alasan) yang tidak dibenarkan oleh hukum. Nusyuz secara bahasa
berasal dari nasyazat nusyuzan al-mar’atu ‘ala zaujiha artinya wanita
mendurhakai suaminya.
Dalam agama, perkataan nusyuz itu, dipakai laki-laki dan wanita, yaitu kalau
seorang lelaki berlaku kasar atau marah kepada istrinya, sehingga tidak mau tidur
bersama-sama, dinamakan laki-laki itu nusyuz (murka) kepada istrinya.
1
Shalih bin Ghonim As-Sadlan, Kesalahan-Kesalahan Istri, (Jakarta : Pustaka Progresif, 2004),
hlm. 3
2
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fikih Islam, (Ponorogo: Pustaka Al-Bayyinah, 2013), hlm. 824
3
Kalau wanita tidak taat kepada suaminya, keluar dari rumah dengan tidak
seizin lakinya, tidak mau dibawa pindah oleh lakinya dan sebagainya, dinamakan
wanita itu nusyuz (durhaka) kepada suaminya.
4
Dengan demikian, nusyuz sangat terkait erat dengan hak dan kewajiban suami
istri dalam kehidupan rumah tangga. Yakni, apabila suami istri tidak menjalankan
kewajiban-kewajibannya maka suami atau istri tersebut dikatakan telah nusyuz.
Sehingga nusyuz dilakukan bukan hanya oleh istri tetapi juga dapat dilakukan oleh
suami. Tetapi dalam kitab fikih, nusyuz dikaitkan dengan pembangkangan istri
terhadap suami.3
Cara suami dalam menyikapi isterinya yang nusyuz adalah dengan tiga
tahapan berikut :
1. Menasihatinya
Jika dengan nasihat isteri belum juga mentaati suaminya (dengan melakukan
kewajiban-kewajibannya), maka suami dapat menjauhinya di tempat tidur, dengan
tidak menjima’nya, tidak bersanding di dekatnya, tidak mengajaknya berbicara,
untuk memberikan pelajaran kepada isteri dengan harapan agar isteri mengetahui
kesalahannya dan bersedia kembali mentaati suaminya serta menjalankan
kewajiban-kewajibannya. Tidak ada batasan waktu menghajr isteri, hajr dapat
dilakukan oleh suami hingga isterinya sadar. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟
dari kalangan Hanafiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabilah.
3
Lihin, “Nusyuz Menurut Bahasa Dan Istilah”, diakses dari
http://www.referensimakalah.com/2013/05/nusyuz-menurut-bahasa-dan-istilah.html pada
tanggal 16 Desemebr 2017
5
3. Memukulnya
Jika setelah di-hajr isteri tersebut belum juga sadar, maka suami
diperbolehkan untuk memukulnya, dengan syarat :
dari sepuluh kali pukulan, kecuali (ketika menegakkan hukuman) hadd dari
hadd-hadd Allah.”
e) Pukulan tersebut tidak dijadikan sebagai kebiasaan
Tidak selayaknya seorang suami terbiasa memukul isterinya -meskipun
karena nusyuz,- karena itu bukanlah petunjuk dari Nabi saw. Diriwayatkan
dari „Aisyah ra, ia berkata; “Rasulullah saw tidak pernah memukul sesuatu
dengan tangannya, tidak pernah (memukul) wanita, tidak pernah pula
(memukul) pembantu, kecuali ketika beliau berperang di jalan Allah.”
Diriwayatkan pula dari Iyas bin Abdullah bin Abi Dzubab ra ia berkata,
6
Rasulullah saw bersabda; “Janganlah kalian memukul hamba-hamba wanita
Allah.” Kemudian Umar ra datang kepada Rasulullah saw dan berkata, “Para
isteri (mulai berani) durhaka kepada suami-suami mereka.” Maka Rasulullah
saw mengizinkan untuk memukul isteri. Lalu banyak para isteri mendatangi
keluarga Rasulullah saw mengadukan (perilaku) suami-suami mereka (yang
sering memukul). Kemudian Nabi saw bersabda, “Sungguh banyak para
isteri mendatangi keluarga Muhammad saw (untuk) mengadukan (perilaku)
suami-suami mereka (yang sering memukul). Mereka bukanlah orang-orang
yang baik.
4
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fikih Islam, hlm. 824-827
7
Sebagaimana firman Allah swt;
Sekilas, dalam kedua ayat tersebut terdapat diskriminatif dan bias gender.
untuk istri nusyuz , jalan terakhirnya adalah berupa pukulan. sementara, untuk
suami nusyuz dituntut untuk berdamai. sudah dijelaskan bahwa hukum-hukum
dan ajaran-ajaran Islam disusun sesuai fitrah manusia. Adanya perbedaan dalam
hukum bukan berarti sebuah diskriminasi tetapi kembali pada perbedaan yang
terdapat pada lelaki dan perempuan, misalnya perbedaan dari sisi psikologis.
sebagaimana sebagian ulama mengatakan, salah satu hikmah dari perbedaan
dalam menghadapi suami atau istri yang nusyuz adalah kembali pada perbedaan
psikologis keduanya.5
5
Dimas Dermawan, “Nusyûz, Pengertian dan Langkah Langkah Menghadapinya”, diakses dari
https://dimasdermawan.wordpress.com/2011/07/13/nusyuz-pengertian-dan-langkah-langkah-
menghadapinya/ pada tanggal 16 Desember 2017
8
C. Pengertian Syiqaq
Syiqaq merupakan perselisihan yang berawal dan terjadi pada kedua belah
pihak suami dan istri secara bersama-sama. Dengan demikian, syiqaq berbeda
dengan nusyuz, yang perselisihannya hanya berawal dan terjadi pada salah satu
pihak, suami atau istri. Untuk mengatasi kemelut rumah tangga yang meruncing
antara suami dan istri agama Islam memerintahkan agar diutus dua
orang hakam (juru damai). Pengutusan hakam ini bermaksud untuk menelusuri
sebab terjadinya syiqaq dan berusaha mencari jalan keluar guna memberikan
penyelesaian terhadap kemelut rumah tangga yang dihadapkan oleh kedua suami
istri tersebut.7
Di dalam Al-Qur’an, kata syiqaq tersebut 4 kali dalam empat surat yaitu surat
al-Nisa (4) ayat 35, al-Hajj (22) ayat 53, Shad (38) ayat 2, dan Fushshilat (41) ayat
52. Namun, syiqaq yang merupakan titik tekan pada pembahasan ini
adalah syiqaq yang terdapat dalam surat al-Nisa (4) ayat yang terjemahan, “Dan
jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya (suami-isteri), maka
kirimkanlah seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari
keluarga perempuan, jika kedua hakim bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Mengenai latar belakang (asbab al-nuzul) ayat ini terdapat beberapa riwayat.
Di antaranya yang dinukilkan oleh Ahmad al-Wahidi al-Naisaburi (w.468 H) ;
6
Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm.
1708.
7
Diakses dari http://www.suduthukum.com/2016/08/pengertian-syiqaq-dan-nusyuz.html pada
tanggal 16 Desember 2017
9
ayat diatas turun berkenan dengan kasus Saad bin al-Rabi’ dan isterinya, Habibah
binti Zaid bin Abu Hurairah yang dianggap nusyuz (tidak patuh) terhadap
suaminya, sehingga suami memukul dirinya. Habibah agaknya tidak menerima
perlakuan (pemukulan) suami terhadap dirinya, sehingga dia bersama orang
tuanya mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah saw. Lalu beliau
menyarankan agar isterinya memberi balasan yang setimpal (qishash). Isteri Saad
pun bersama orang tuanya segera berpaling untuk melakukan pembalasan.
Namun, belum lagi pembalasan dilakukan, Rasulullah saw. bersabda,
“Kembalilah kamu berdua karena Jibril alaihissalam telah datang kepadaku untuk
menyampaikan wahyu seraya beliau membaca ayat diatas. Isteri Saad tampak
tidak puas atas larangan Rasulullah untuk membalas suaminya, hingga Rasul
meyakinkan merreka tentang kebenaran wahyu dengan menerangkan demikian”
Kita menginginkan sesuatu tetapi Allah juga menghendaki sesuatu. Orang yang
dikehendaki Allah akan kebajikan maka dia menghilangkan qishash (tidak
memberi pembalasan seperti yang dilakukan oleh suami).8
D. Fungsi Hakamain
Menurut bahasa hakamain berarti dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari
pihak suami dan seorang hakam dari pihak isteri untuk menyelesaikan kasus
syiqaq.
Jika suatu permasalahan di antara suami isteri belum juga dapat diselesaikan
bahkan semakin memanas, maka hendaknya diutuslah dua orang juru damai;
seorang wakil suami (dari pihak keluarganya) dan seorang wakil isteri (dari pihak
keluarganya). Jika dari pihak keluarga tidak ada yang layak untuk menjadi juru
damai, maka diperbolehkan mengambil juru damai dari orang di luar keluarga
mereka. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟. Dan hendaknya kedua juru damai
tersebut berupaya semaksimal mungkin untuk mengadakan perdamaian di antara
8
Umam Heru, “Pengertian Syiqaq dan Proses Peyelesainnya”, diakses dari
http://umemsindonesia.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-syiqaq-dan-proses.html pada tanggal
16 Desember 2017
10
suami isteri dan menghilangkan pertikaian di antara keduanya.9 Hal ini
sebagaimana firman Allah swt;
Arti hakam yang tersebut pada ayat 35 surat An-Nisa’ para ahli fikih berbeda
pendapat:
Menurut Imam Malik, sebagain lain pengikuta imam hambali dan qaul jadid
pengikut imam Syafi’i. hakam itu sebagai hakim, sebagai hakim maka hakam
boleh memberi keputusan sesuai dengan pendapat keduanya tentang hubungan
suami-isteri yang sedang berselisih itu, apakah ia akan memberi keputusan
perceraian atau ia akan memerintahkan agar suami isteri itu berdamai kembali.
9
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fikih Islam, hlm.828
11
Menurut firman Allah diatas, jika terjadi kasus antara suami istri, maka diutus
seorang hakam dari pihak suami da seorang hakam dari pihak istri yang berfungsi
untuk mengadakan penelitian dan penyelidikan tentang sebab-musabab terjadi
syiqaq dimaksud, serta berusaha mendamaikannya, atau mengambil prakarsa
putusnya perkawinan kalau sekiranya jalan inilah yang terbaik.
Terhadap kasus syiqaq ini, hakam bertugas menyelidiki dan mencari hakekat
permasalahannya, sebab-sebab timbulnya persengketaan, dan berusaha sebesar
mungkin untuk mendamaikan kembali. Agar suami istri kembali hidup bersama
dengan sebaik-baiknya, kemudian jika dalam perdamian itu tidak mungki
ditempuh, maka kedua hakam berhak mengambil inisiatif untuk menceraikannya,
kemudian atas dasar prakarsa hakam ini maka hakim dengan keputusannya
menetapkan perceraian tersebut. Hakamain (kedua hakam) itu boleh memutuskan
perpisahan antara suami istri, tanpa suami menjatuhkan talak.10
10
Dosri Yoki, “Nusyuz, Shiqaq Dan Fungsi Hakamain Dalam Penyelesaiannya”, diakses dari
http://poetrachania13.blogspot.co.id/2010/12/nusyuz-shiqaq-dan-fungsi-hakamain-dalam.html
pada tanggal 16 Desember 2017
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis, Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam. (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996)
As-Sadlan, Shalih bin Ghonim. Kesalahan-Kesalahan Istri, (Jakarta : Pustaka
Progresif, 2004)
Hafizhah, Abu. Ensiklopedi Fikih Islam, (Ponorogo: Pustaka Al-Bayyinah, 2013)
14