Anda di halaman 1dari 16

NUSYUZ, SYIQAQ DAN FUNGSI HAKAMAIN

MAKALAH

“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fikih Munakahat”

Dosen Pengampu: Drs. Ena Sumpena, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Dzikri Rasyid
Farhan Aqwamuddin
Rudi Guntara

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM

GARUT

1439 H / 2017 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah.............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Nusyuz ................................................................................ 3

B. Langkah-langkah Menghadapi Suami dan Istri Nusyuz dalam al-


Qur’an................................................................................................... 5

C. Pengertian Syiqaq ................................................................................. 9

D. Fungsi Hakamain ............................................................................... 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

A. Kesimpulan......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua
sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak
dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau
masalah tersebut tampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi
rahmat bagi sekalian alam.

Dalam masalah pernikahan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai


bagaimana mencari kriteria bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana
memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya.
Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan
yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan
sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, begitu pula dengan pernikahan
yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam mengajarkannya.

Dalam realitas sosial yang terjadi di masyarakat zaman sekarang seperti yang
kita ketahui dari media-media yang ada seperti media elektronik, cetak dan yang
lainnya banyak sekali keluarga yang mengalami perceraian. Di antara sebab-sebab
yang mengakibatkan perceraian tersebut salah satunya adalah tidak terpenuhinya
hak-hak dan kewajiban antara suami istri dan terjadinya pembangkangan (nusyuz)
seorang istri kepada suami dan/atau suami terhadap istrinya. Hal semacam ini,
biasanya tidak lepas dari dilatarbelakangi adanya suatu kecurigaan antara kedua
pihak, kesalahpahaman, tumbuh pikiran bahwa dirinya lebih baik dan/atau merasa
lebih memiliki kekuasaan, dan lain sebagainya.

Islam pun mengatur hal-hal yang demikian, yaitu jika ada keretakan dalam
rumah tangga atau pembangkangan dan lain sebagainya. Ini dibahas dalam konsep
nusyuz, syiqaq serta fungsi hakamain dalam mengatasi hal-hal tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis memandang perlu menulis


makalah yang berjudul “Nusyuz, Syiqaq Dan Fungsi Hakamain”.

1
B. Perumusan Masalah

1. Apa pengertian nusyuz?


2. Apa pengertian syiqaq?
3. Bagaimana fungsi hakamain?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian nusyuz.


2. Untuk mengetahui pengertian syiqaq.
3. Untuk mengetahui fungsi hakamain.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nusyuz

Secara etimologi lafad nusyuz adalah akar (mashdar) dari lafad nasyaza,
yansyuzu, dalam arti: terangkat, lafad nusyuz diambil dari lafad nasyzi, yang
berarti sesuatu yang terangkat dari Bumi.1 Abu Ubaid berkata “Nusyuz atau
Nasyazi” adalah sesuatu yang tebal dan keras.”

Kata Nusyuz dalam Kamus Bahasa Indonesia disamakan dengan kata Nusyu
yang artinya perbuatan tidak taat dan membangkang dari seorang istri terhadap
suami (tanpa alasan) yang tidak dibenarkan oleh hukum. Nusyuz secara bahasa
berasal dari nasyazat nusyuzan al-mar’atu ‘ala zaujiha artinya wanita
mendurhakai suaminya.

Secara bahasa, nusyuz berarti penentangan atau lebih umumnya adalah


pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak, akan
tetapi nusyuz dapat juga terjadi pada suami apabila seorang suami tidak
menjalankan kewajiban yang menjadi hak-hak istri, seperti tidak memberikan
nafkah dan lain sebagainya.

Nusyuz secara terminologi adalah pembangkangan seorang isteri terhadap


suaminya di dalam hal-hal yang diwajibkan oleh Allah swt kepada isteri atas
suaminya, karena isteri merasa tinggi dan sombong kepada suaminya. Dan nusyuz
hukumnya adalah haram.2

Dalam agama, perkataan nusyuz itu, dipakai laki-laki dan wanita, yaitu kalau
seorang lelaki berlaku kasar atau marah kepada istrinya, sehingga tidak mau tidur
bersama-sama, dinamakan laki-laki itu nusyuz (murka) kepada istrinya.

1
Shalih bin Ghonim As-Sadlan, Kesalahan-Kesalahan Istri, (Jakarta : Pustaka Progresif, 2004),
hlm. 3
2
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fikih Islam, (Ponorogo: Pustaka Al-Bayyinah, 2013), hlm. 824

3
Kalau wanita tidak taat kepada suaminya, keluar dari rumah dengan tidak
seizin lakinya, tidak mau dibawa pindah oleh lakinya dan sebagainya, dinamakan
wanita itu nusyuz (durhaka) kepada suaminya.

Tetapi dalam kitab-kitab fikih, terdapat kebanyakan urusan nusyuz itu,


terpakai buat wanita terhadap kepada lakinya. Seperti Sayyid Sabiq dan Syaikh
Muhammad Nawawi dalam menerangkan nusyuz hanya menyinggung nusyuz dari
pihak istri dan tidak menyinggung nusyuz dari pihak suami.

Menurut Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah dalam kitab Tafsir al-Kabair, nusyuz


adalah ketika seorang istri membangkang terhadap suami sehingga melarikan diri
dari suami dengan ukuran tidak taat lagi ketika suami mengajak senggama, atau si
istri keluar dari rumahnya tanpa seizin suaminya atau segala sesuatu yang mirip
hal itu yang menjadikan adanya penolakan dari sang istri untuk taat kepada
suaminya.

Menurut Muhammad Abduh, nusyuz dilihat dari maknanya adalah irtifa


(meninggikan). Jadi, istri yang keluar dari kewajibannya sebagai istri dan
melupakan hak-hak suami dikatakan sebagai istri yang meninggikan diri, yaitu:
menganggap dirinya berada di atas kepemimpinan suami dan berusaha agar suami
tunduk kepadanya.

Menurut Moh. Saifulloh Aziz S, nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban


bersuami-istri. Nusyuz dari pihak suami misalnya tidak memberi nafaqah kepada
istri dan anaknya, sedangkan nusyuz dari pihak perempuan misalnya istri
meninggalkan rumah tanpa seizin suami, apalagi kepergian tersebut pada
perbuatan yang dilarang agama.

Menurut Syaikh Muhammad Nawawi, bahwa yang dinamakan nusyuz adalah


istri yang dapat diasumsikan telah durhaka pada suaminya. Dicontohkan bentuk
durhaka istri seperti: isteri tidak mau merias diri sedangkan suami
menghendakinya, tidak bersedia di ajak ke tempat tidur, keluar rumah tanpa seizin
suami, memukul anaknya yang belum berakal, lantaran anaknya menangis dll.

4
Dengan demikian, nusyuz sangat terkait erat dengan hak dan kewajiban suami
istri dalam kehidupan rumah tangga. Yakni, apabila suami istri tidak menjalankan
kewajiban-kewajibannya maka suami atau istri tersebut dikatakan telah nusyuz.
Sehingga nusyuz dilakukan bukan hanya oleh istri tetapi juga dapat dilakukan oleh
suami. Tetapi dalam kitab fikih, nusyuz dikaitkan dengan pembangkangan istri
terhadap suami.3

B. Langkah-langkah Menghadapi Suami dan Istri Nusyuz dalam al-Qur’an

Cara suami dalam menyikapi isterinya yang nusyuz adalah dengan tiga
tahapan berikut :

1. Menasihatinya

Hendaknya suami menasihati isterinya tersebut dengan mengingatkan


kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah swt kepadanya, memberinya
motivasi berupa pahala dari Allah swt jika isteri menjalankan kewajibannya
tersebut. Dan memberikan ancaman berupa siksaan dari Allah swt, jika isteri
melalaikan kewajibannya.

2. Meng-hajr-nya/menjauhinya di tempat tidurnya

Jika dengan nasihat isteri belum juga mentaati suaminya (dengan melakukan
kewajiban-kewajibannya), maka suami dapat menjauhinya di tempat tidur, dengan
tidak menjima’nya, tidak bersanding di dekatnya, tidak mengajaknya berbicara,
untuk memberikan pelajaran kepada isteri dengan harapan agar isteri mengetahui
kesalahannya dan bersedia kembali mentaati suaminya serta menjalankan
kewajiban-kewajibannya. Tidak ada batasan waktu menghajr isteri, hajr dapat
dilakukan oleh suami hingga isterinya sadar. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟
dari kalangan Hanafiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabilah.

3
Lihin, “Nusyuz Menurut Bahasa Dan Istilah”, diakses dari
http://www.referensimakalah.com/2013/05/nusyuz-menurut-bahasa-dan-istilah.html pada
tanggal 16 Desemebr 2017

5
3. Memukulnya

Jika setelah di-hajr isteri tersebut belum juga sadar, maka suami
diperbolehkan untuk memukulnya, dengan syarat :

a) Diyakini dengan pukulan tersebut dapat menjadikan isteri jera


Karena tujuan memukul hanyalah sarana untuk memperbaiki isteri. Jika
dengan dipukul tidak yakin bahwa isteri akan sadar, maka tidak boleh
memukulnya.
b) Pukulan tersebut tidak melukai
Seperti; tidak mematahkan tulang, tidak merusak daging, dan yang
semisalnya. Diriwayatkan dari Sulaiman bin „Amru bin Al-Ahwash ra,

Rasulullah saw bersabda;“Hajrlah mereka di tempat tidur dan pukullah

mereka dengan pukulan yang tidak melukai.”


c) Tidak memukul wajah dan bagian-bagian yang membahayakan
Diriwayatkan dari Hakim bin Mu‟awiyah Al-Qusyairi, dari bapaknya ra ia

berkata, Rasulullah saw bersabda;“Janganlah engkau memukul wajah(nya),

janganlah mencacinya, dan janganlah menghajrnya, kecuali di dalam


rumah.”
d) Pukulan tersebut tidak lebih dari sepuluh kali pukulan
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Burdah AlAnshari ra,

ia mendengar Rasulullah saw bersabda;“Tidak boleh seorang dipukul lebih

dari sepuluh kali pukulan, kecuali (ketika menegakkan hukuman) hadd dari
hadd-hadd Allah.”
e) Pukulan tersebut tidak dijadikan sebagai kebiasaan
Tidak selayaknya seorang suami terbiasa memukul isterinya -meskipun
karena nusyuz,- karena itu bukanlah petunjuk dari Nabi saw. Diriwayatkan
dari „Aisyah ra, ia berkata; “Rasulullah saw tidak pernah memukul sesuatu
dengan tangannya, tidak pernah (memukul) wanita, tidak pernah pula
(memukul) pembantu, kecuali ketika beliau berperang di jalan Allah.”
Diriwayatkan pula dari Iyas bin Abdullah bin Abi Dzubab ra ia berkata,

6
Rasulullah saw bersabda; “Janganlah kalian memukul hamba-hamba wanita
Allah.” Kemudian Umar ra datang kepada Rasulullah saw dan berkata, “Para
isteri (mulai berani) durhaka kepada suami-suami mereka.” Maka Rasulullah
saw mengizinkan untuk memukul isteri. Lalu banyak para isteri mendatangi
keluarga Rasulullah saw mengadukan (perilaku) suami-suami mereka (yang
sering memukul). Kemudian Nabi saw bersabda, “Sungguh banyak para
isteri mendatangi keluarga Muhammad saw (untuk) mengadukan (perilaku)
suami-suami mereka (yang sering memukul). Mereka bukanlah orang-orang
yang baik.

Tiga tahapan dalam menyikapi isteri yang nusyuz adalah berdasarkan


firman Allah swt;

َِ ‫ج َُرو َُهن َفَِي َ ۡٱلمض‬


َِ‫اج َع‬ َُ ‫ٱه‬ ۡ َ‫ظو ُهن َو‬ ُ ‫شوز ُهن َف ِع‬ ُ ُ‫…وَ َّٰٱلتِي َتخافُون َن‬.
ۗ ‫ٱض ِربُو ُهنَ َفإ ِ ۡن َأطعۡ ن ُك ۡم َفَل َت ۡبغُواْ َعلَۡي ِهنَ َسَِب ا‬
َ‫يَل َ ِإنَ َٱّللَ َكان َع ِليَا َك ِبيرا‬ ۡ َ‫و‬
َ٣٤
“…Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka,
hajrlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaati kalian, maka janganlah kalian mencaricari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-
Nisa [4]: 34)

Adapun jika nusyuz (pembangkangan) dilakukan oleh suami, maka


hendaknya dilakukan perdamaian (musyawarah) di antara kedua suami isteri
tersebut.4

4
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fikih Islam, hlm. 824-827

7
Sebagaimana firman Allah swt;

َ‫عراضَا َفَلَ َ ُجناح َعَل ۡي ِهما ٓ َأن‬ ‫ش ا‬


َۡ ‫وزا َأ ۡو َ ِإ‬ ُ ُ‫َم ۢن َبعۡ ِلها َن‬ ِ ‫ن َ ۡٱمرأةَ َخاف ۡت‬ َِ ‫و ِإ‬
َۚ ‫ش‬
َْ‫ح َو ِإنَت ُ ۡح ِسنُوَا‬ َ ۡ َ‫ت‬
َُ ُ‫ٱلنف‬
َُّ ‫س َٱل‬ َِ ‫ضر‬ َُ ‫ص ۡل‬
َ ِ ‫ح َخ ۡي ۗر َوأ ُ ۡح‬ ُّ ‫ص ۡلح ۚا َوَٱل‬
ُ َ‫يُصۡ ِلحاَب ۡين ُهما‬
َ َ١٢٨َ‫وتتقُواَْفإِنَٱّللََكانَ ِبماَتعۡ ملُونَخَبِيرَا‬
“Dan jika seorang isteri khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebaik-baik(nya). Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun
manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kalian mempergauli (isteri kalian)
secara baik dan memelihara diri kalian (dari nusyuz dan sikap tidak acuh), maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan”. (QS.
An-Nisa [4]: 128)

Sekilas, dalam kedua ayat tersebut terdapat diskriminatif dan bias gender.
untuk istri nusyuz , jalan terakhirnya adalah berupa pukulan. sementara, untuk
suami nusyuz dituntut untuk berdamai. sudah dijelaskan bahwa hukum-hukum
dan ajaran-ajaran Islam disusun sesuai fitrah manusia. Adanya perbedaan dalam
hukum bukan berarti sebuah diskriminasi tetapi kembali pada perbedaan yang
terdapat pada lelaki dan perempuan, misalnya perbedaan dari sisi psikologis.
sebagaimana sebagian ulama mengatakan, salah satu hikmah dari perbedaan
dalam menghadapi suami atau istri yang nusyuz adalah kembali pada perbedaan
psikologis keduanya.5

5
Dimas Dermawan, “Nusyûz, Pengertian dan Langkah Langkah Menghadapinya”, diakses dari
https://dimasdermawan.wordpress.com/2011/07/13/nusyuz-pengertian-dan-langkah-langkah-
menghadapinya/ pada tanggal 16 Desember 2017

8
C. Pengertian Syiqaq

Syiqaq adalah perselisihan, percekcokan, dan permusuhan. Perselisihan yang


berkepanjangan dan meruncing antara suami istri. Kamal Muchtar, peminat dan
pemerhati hukum Islam dari Indonesia, pengarang buku Asas-Asas Hukum Islam
Tentang Perkawinan, mendefinisikan Sebagai perselisihan suami istri yang
diselesaikan oleh dua orang hakam (juru damai).6

Syiqaq merupakan perselisihan yang berawal dan terjadi pada kedua belah
pihak suami dan istri secara bersama-sama. Dengan demikian, syiqaq berbeda
dengan nusyuz, yang perselisihannya hanya berawal dan terjadi pada salah satu
pihak, suami atau istri. Untuk mengatasi kemelut rumah tangga yang meruncing
antara suami dan istri agama Islam memerintahkan agar diutus dua
orang hakam (juru damai). Pengutusan hakam ini bermaksud untuk menelusuri
sebab terjadinya syiqaq dan berusaha mencari jalan keluar guna memberikan
penyelesaian terhadap kemelut rumah tangga yang dihadapkan oleh kedua suami
istri tersebut.7

Di dalam Al-Qur’an, kata syiqaq tersebut 4 kali dalam empat surat yaitu surat
al-Nisa (4) ayat 35, al-Hajj (22) ayat 53, Shad (38) ayat 2, dan Fushshilat (41) ayat
52. Namun, syiqaq yang merupakan titik tekan pada pembahasan ini
adalah syiqaq yang terdapat dalam surat al-Nisa (4) ayat yang terjemahan, “Dan
jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya (suami-isteri), maka
kirimkanlah seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari
keluarga perempuan, jika kedua hakim bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Mengenai latar belakang (asbab al-nuzul) ayat ini terdapat beberapa riwayat.
Di antaranya yang dinukilkan oleh Ahmad al-Wahidi al-Naisaburi (w.468 H) ;

6
Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm.
1708.
7
Diakses dari http://www.suduthukum.com/2016/08/pengertian-syiqaq-dan-nusyuz.html pada
tanggal 16 Desember 2017

9
ayat diatas turun berkenan dengan kasus Saad bin al-Rabi’ dan isterinya, Habibah
binti Zaid bin Abu Hurairah yang dianggap nusyuz (tidak patuh) terhadap
suaminya, sehingga suami memukul dirinya. Habibah agaknya tidak menerima
perlakuan (pemukulan) suami terhadap dirinya, sehingga dia bersama orang
tuanya mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah saw. Lalu beliau
menyarankan agar isterinya memberi balasan yang setimpal (qishash). Isteri Saad
pun bersama orang tuanya segera berpaling untuk melakukan pembalasan.
Namun, belum lagi pembalasan dilakukan, Rasulullah saw. bersabda,
“Kembalilah kamu berdua karena Jibril alaihissalam telah datang kepadaku untuk
menyampaikan wahyu seraya beliau membaca ayat diatas. Isteri Saad tampak
tidak puas atas larangan Rasulullah untuk membalas suaminya, hingga Rasul
meyakinkan merreka tentang kebenaran wahyu dengan menerangkan demikian”
Kita menginginkan sesuatu tetapi Allah juga menghendaki sesuatu. Orang yang
dikehendaki Allah akan kebajikan maka dia menghilangkan qishash (tidak
memberi pembalasan seperti yang dilakukan oleh suami).8

D. Fungsi Hakamain

Menurut bahasa hakamain berarti dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari
pihak suami dan seorang hakam dari pihak isteri untuk menyelesaikan kasus
syiqaq.

Jika suatu permasalahan di antara suami isteri belum juga dapat diselesaikan
bahkan semakin memanas, maka hendaknya diutuslah dua orang juru damai;
seorang wakil suami (dari pihak keluarganya) dan seorang wakil isteri (dari pihak
keluarganya). Jika dari pihak keluarga tidak ada yang layak untuk menjadi juru
damai, maka diperbolehkan mengambil juru damai dari orang di luar keluarga
mereka. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟. Dan hendaknya kedua juru damai
tersebut berupaya semaksimal mungkin untuk mengadakan perdamaian di antara

8
Umam Heru, “Pengertian Syiqaq dan Proses Peyelesainnya”, diakses dari
http://umemsindonesia.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-syiqaq-dan-proses.html pada tanggal
16 Desember 2017

10
suami isteri dan menghilangkan pertikaian di antara keduanya.9 Hal ini
sebagaimana firman Allah swt;

“Dan jika kalian khawatirkan ada persengketaan di antara keduanya, maka


utuslah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari
keluarga wanita. Jika kedua orang juru damai itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya akan Allah memberi taufiq kepada suami isteri tersebut.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisa [4]:
35)

Arti hakam yang tersebut pada ayat 35 surat An-Nisa’ para ahli fikih berbeda
pendapat:

Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, sebagaian pengikut Imam Hambali,


dan qoul qadim dari pengikut Imam Syafi’i, “hakam” itu berarti wakil. Sama
halnya dengan wakil, maka hakam tidak boleh menjatuhkan talak kepada pihak
isteri sebelum mendapat persetujuan dari pihak suami, begitu pula hakam dari
pihak tidak boleh mengadakan khuluk sebelum mendapat persetujuan dari isteri.

Menurut Imam Malik, sebagain lain pengikuta imam hambali dan qaul jadid
pengikut imam Syafi’i. hakam itu sebagai hakim, sebagai hakim maka hakam
boleh memberi keputusan sesuai dengan pendapat keduanya tentang hubungan
suami-isteri yang sedang berselisih itu, apakah ia akan memberi keputusan
perceraian atau ia akan memerintahkan agar suami isteri itu berdamai kembali.

Peranan hakam sebagai mediator (pemberi saran) dalam penyelesaian


sengketa perceraian atas dasar syiqaq, sangatlah bermanfaat dan berarti dalam
memberi masukan pada hakim guna ikut menyelesaiakan perselisihan yang
terjadi. Kewenangan hakam selaku mediator dalam penyelesaian sengketa
perceraian hanya sebatas memberikan usulan pendapat dan pertimbangan dari
hasil yang telah dilakukan, kepada hakim. Dan Undang-undang tidak
memberikan kewenangan kepadanya untuk menjatuhkan putusan.

9
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fikih Islam, hlm.828

11
Menurut firman Allah diatas, jika terjadi kasus antara suami istri, maka diutus
seorang hakam dari pihak suami da seorang hakam dari pihak istri yang berfungsi
untuk mengadakan penelitian dan penyelidikan tentang sebab-musabab terjadi
syiqaq dimaksud, serta berusaha mendamaikannya, atau mengambil prakarsa
putusnya perkawinan kalau sekiranya jalan inilah yang terbaik.

Terhadap kasus syiqaq ini, hakam bertugas menyelidiki dan mencari hakekat
permasalahannya, sebab-sebab timbulnya persengketaan, dan berusaha sebesar
mungkin untuk mendamaikan kembali. Agar suami istri kembali hidup bersama
dengan sebaik-baiknya, kemudian jika dalam perdamian itu tidak mungki
ditempuh, maka kedua hakam berhak mengambil inisiatif untuk menceraikannya,
kemudian atas dasar prakarsa hakam ini maka hakim dengan keputusannya
menetapkan perceraian tersebut. Hakamain (kedua hakam) itu boleh memutuskan
perpisahan antara suami istri, tanpa suami menjatuhkan talak.10

10
Dosri Yoki, “Nusyuz, Shiqaq Dan Fungsi Hakamain Dalam Penyelesaiannya”, diakses dari
http://poetrachania13.blogspot.co.id/2010/12/nusyuz-shiqaq-dan-fungsi-hakamain-dalam.html
pada tanggal 16 Desember 2017

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Nusyuz berarti penentangan atau lebih umumnya adalah pelanggaran istri


terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak, akan
tetapi nusyuz dapat juga terjadi pada suami apabila seorang suami tidak
menjalankan kewajiban yang menjadi hak-hak istri, seperti tidak
memberikan nafkah dan lain sebagainya.
 Syiqaq adalah perselisihan, percekcokan, dan permusuhan. Perselisihan
yang berkepanjangan dan meruncing antara suami istri.
 Hakam bertugas menyelidiki dan mencari hakekat permasalahannya,
sebab-sebab timbulnya persengketaan, dan berusaha sebesar mungkin
untuk mendamaikan kembali. Agar suami istri kembali hidup bersama
dengan sebaik-baiknya, kemudian jika dalam perdamian itu tidak mungki
ditempuh, maka kedua hakam berhak mengambil inisiatif untuk
menceraikannya, kemudian atas dasar prakarsa hakam ini maka hakim
dengan keputusannya menetapkan perceraian tersebut. Hakammain (kedua
hakam) itu boleh memutuskan perpisahan antara suami istri, tanpa suami
menjatuhkan talak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis, Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam. (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996)
As-Sadlan, Shalih bin Ghonim. Kesalahan-Kesalahan Istri, (Jakarta : Pustaka
Progresif, 2004)
Hafizhah, Abu. Ensiklopedi Fikih Islam, (Ponorogo: Pustaka Al-Bayyinah, 2013)

Referensi dari Internet


Dimas Dermawan, “Nusyûz, Pengertian dan Langkah Langkah Menghadapinya”,
diakses dari https://dimasdermawan.wordpress.com/2011/07/13/nusyuz-
pengertian-dan-langkah-langkah-menghadapinya/ pada tanggal 16 Desember
2017
Dosri, Yoki. “Nusyuz, Shiqaq Dan Fungsi Hakamain Dalam Penyelesaiannya”,
diakses dari http://poetrachania13.blogspot.co.id/2010/12/nusyuz-shiqaq-dan-
fungsi-hakamain-dalam.html pada tanggal 16 Desember 2017
Heru, Umam. “Pengertian Syiqaq dan Proses Peyelesainnya”, diakses dari
http://umemsindonesia.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-syiqaq-dan-
proses.html pada tanggal 16 Desember 2017
http://www.suduthukum.com/2016/08/pengertian-syiqaq-dan-nusyuz.html diakses
pada tanggal 16 Desember 2017
Lihin. “Nusyuz Menurut Bahasa Dan Istilah”. diakses dari
http://www.referensimakalah.com/2013/05/nusyuz-menurut-bahasa-dan-
istilah.html pada tanggal 16 Desemebr 2017

14

Anda mungkin juga menyukai