Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam


Dosen Pembimbing : Yondri Mulyadi, S.HI, MA

Oleh:

ALGHIFARI SYAPUTRA (211110003)

KELAS 1A
JURUSAN D3 SANITASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita yang dapat menyelesaika tugas makalah yang berjudul Pernikahan
dalam islam tepat pada waktunya.

Adapun tujuandari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Yondri Mulyadi, S.HI, MA pada bidang mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yondri Mulyadi, S.HI, MA


selaku Dosen Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kita tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat apabila ada kata yang salah mohon dimaafkan.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 Agustus 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... 1


Daftar Isi ................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan ................................................................................ 3
A. Latar Belakang ............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan ........................................................................................... 3
Bab II Pembahasan ............................................................................... 4
A. Pengertian Pernikahan ................................................................. 4
B. Hukum Pernikahan Dalam Islam .................................................. 5
C. Tujuan dan Hikmah Pernikahan ................................................... 6
D. Pembinaan Keluarga Sakinah dan Sejahtera ............................... 11
Bab III Penutup ..................................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................. 15
Daftar Pustaka ....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang paling utama yang diciptakan oleh Allah SWT
di muka bumi ini untuk memakmurkan, memelihara, mengelolah, memanfaatkan dan
menyelenggarakan kehidupan di muka bumi ini dalam rangka pengapdian kepada Allah
SWT itu tidak putus, maka manusia dibekali keinginan terhadap lawan jenis dan saling
membutuhkan untuk menumpahkan rasa kasih sayang sekaligus sebagai realisasi
penyaluran kebutuhan biologisnya.
Perkawinan merupakan jalan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia
dan sejahtera yang diridhoi dan diberkahi oleh Allah SWT. Perkawinan juga merupakan
sunnah Rasulullah SAW, dimana sebagai umatnya kita harus mengikuti.
Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral,
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas
dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang
harus diindahkan.
Perkawinan adalah fit-rah setiap manusia. Manusia diciptakan Allah sebagai
mahluk yang berpasang-pasangan. Setiap jenis membutuhkan pasangannya. Lelaki
membutuhkan wanita dan sebaliknya wanita juga membutuhkan lelaki. Islam
diturunkan oleh Allah untuk menata hubungan itu agar menghasilkan sesuatu yang
positif bagi umat manusia dan tidak membiarkannya berjalan semaunya saja sehingga
manjadi penyebab bencana.
Dalam pandangan Islam, perkawinan adalah akad yang diberkahi, dimana
seorang lelaki menjadi halal bagi seorang wanita. Mereka memulai perjalanan berumah
tangga yang panjang dengan saling cinta, tolong-menolong, dan toleransi. Al-Qur’an
menggambarkan hubungan yang sah itu dengan suasana yang menyejukkan, akrab,
mesra, kepedulian yang tinggi, saling percaya, pengertian dan penuh dengan kasih
sayang. Firman-Nya: “Dan diantara tanda-tandanya, bahwa Dia menciptakan untuk
kamu dari dirimu istri-istri, agar kamu menjadi tenang dengannya, dan menjadikan
antara kamu kemesraan dan kasih sayang. Sungguh demikian menjadi tanda bagi kaum
yang berfikir” (Al-Rum 21). Jadi dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan
perkawinan itu adalah untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup, karena iklim dalam
rumah tangga yang penuh kasih sayang dan mesra.
Proses pembangunan perkawinan yang sakinah dan bahagia sering tidak
semulus yang dibayangkan oleh kebanyakan pasangan. Mula-mula hubungan pasangan
bisa saja terasa menggairahkan, meyakinkan dan menyenangkan, namun selama
pasangan itu melewati masa pacaran dan memasuki masa perkawinan, hubungan
perkawinan dengan sendirinya menuntut agar pasangan suami-istri memiliki kekuatan
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkawinan yang bahagia.
Perkawinan menunjukkan sejauh mana pasangan mampu merundingkan berbagai hal
dan seberapa terampil pasangan suami-istri itu mampu menyelesaikan konflik.
Dengan begitu sepasang suami-istri akan menyadari bahwa hal-hal yang
berjalan dengan baik pada tahap-tahap awal perkawinan mungkin tidak dapat berfungsi
sebaik pada tahap-tahap berikutnya, yakni ketika pasangan suami-istri menumbuhkan
dan mengembangkan keterampialan baru dalam hal hubungan. Sepanjang hidup
perkawinan semua pasangan akan menghadapi tekanan-tekanan yang baru. Tekanan-
tekanan tersebut bisa berasal dari luar perkawinan, bisa juga berasal dari dalam
perkawinan itu sendiri, atau bahkan dari hal-hal yang sudah lama terpendam jauh di
dalam diri masing-masing pasangan.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat menambah
pengetahuan tentang apa itu perkawinan dalam islam dan diharapkan dapat memberi
manfaat bagi kita semua

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka timbullah permasalahan sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Pernikahan?
2. Bagaiman hokum pernikahan dalam islam?
3. Apa tujuan Pernikahan?
4. Apa hikmah pernikahan?
5. Bagaiman hak dan kewajiban suami istri?
6. Bagaimana pembinaan keluarga sakinah dan sejahtera?

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
normatif. Penyusunan makalah ini menggunakan studi lituratur dan kepustakaan.
Referensi makalah ini tidak hanya bersumber dari buku tetapi dari media lain seperti
web, blog, dan perangkan media massa yang di ambil dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab : yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, tujuan
penulisan, rumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab
pembahasan berisi mengenai identifikasi dari masalah-masalah yang berkaitan dengan
judul makalah. Terakhir bab penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN
Pernikahan adalah keindahanyang tak terlukiskan dengan untaian kalimat. Karenanya
menjadi dambaan setiap insan. Betapa nikmatnya dua hati yang sudah terpaut dalam jalinan
cinta, duduk dipelaminan. Melakukan ucapan walimatul ‘ursy disaksikan oleh sanak kerabat
handai tolan, direstui ayah bunda, diridhoi Allah dan disukai Rasul-Nya. Selalu mendapatkan
do’a restu semoga mendapatkan “keluarga bahagia” kebahagian merupakan tujuan pokok
dari kehidupan perkawinan dan keluarga, dan didalamnya terkandung perasaan aman, tentram
dan damai. Salah satu untuk mendapatkan kebahagian itu adalah melalui wadah pernikahan.
Dalam pembahasan ini akan diperoleh gambaran tentang pengertian pernikahan, pra
nikah, hokum nikah, syarat dan rukun nikah, kedudukan dan tujuan pernikahan, hikmah
pernikahan , pernikahan yang terlarang dan putusnya pernikahan. Selain itu beberapa hal
yang harus diketahui seperi walimati ‘usry dsn pencatatan pernikahan danlain-lain. Adapun
beberapa hal yang berkaitan dengan pernikahan dalam islam sebagai berikut.
2.1 Pengertian Pernikahan
Nikah secara bahasa artinya berhimpun. Menurut syara’ seperti yang
dikemukakan Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu bahwa
pernikahan artinya aqad atau perjanjian atau ikatan yang menghalalkan (membolehkan)
pergaulan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita hidup bersama sebagai suami
istri. Menurut komplikasi hokum islam dinyatakan bahwa pernikahan adalah akad atau
perjanjian antara kedua belah pihak diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabulseorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari pengerian tersebut, maka pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin di
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menjamin halalnya pergaulan
sebagai suami istri untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan mendapatkan
keturunan yanf sah, dan dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syari’at islam.
1

Firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 3 yang terjemahannya sebagai berikut :
“Maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi”
2.2 Hukum Pernikahan dalam Islam
Apabila dikaitkan dengan niat dan kondisi setiap orang yang melakukan nikah,
maka hukum nikah itu ada 5 macam, yaitu :
a. Mubah, ini merupakan hukum asal bagi seseorang yang akan melakukan
pernikahan. Artinya, setiap orang yang telah memenuhi syarat pernikahan, maka
mubah atau boleh atau halal terhadap orang yang tidak khawatir melakukan zina
atau tidak takut berbuat aniaya bila tidak menikah.
b. Sunah, seseorang yang telah mencapai usia dewasa, berkeinginan untuk menikah
dan mempunyai bekal atau mata pencarian untuk membiayai hidup berkeluarga.
c. Wajib, terhadap orang yang sudah dewasa, memiliki biaya kehidupan yang cukup
dan bila tidak melangksungkan nikah akan jatuh ke perbuatan tercela (zina).
d. Makruh, bagi orang yang sudah dewasa, sudah layak untuk kawin, akan tetapi tidak
mempunyai biaya untuk bekal hidup untuk berumah tangga, atau tidak mempunyai
keinginan untuk menikah.
e. Haram, seseorang yang akan mengawini perempuan dengan maksud akan
menyakiti, menganiaya dan mempermainkannya. Motif perkawinan yang semacam
ini, hukumya haram, meskipun perkawinan sah karena telah memenuhi syarat dan
rukun pernikahannya.

2.3 Tujuan dan Hikmah Pernikahan

1
Tim editor UNP press.2014.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.padang:UNP press
Hal 177-188.
1. Tujuan penikahan menurut syari’at islam
Tujuan pernikahan antra lain :
a. Memenuhi kebutuhan biologis

Hal yang sangat mendasar dari tujuan pernikahan adalah melaksanakan


kebutuhan biologis (seks), namun seks tersebut bukanlah merupakan tujuan utama
melainkan hanya tujuan pelengkap. Hal ini seperti terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 223, terjemahannya:
“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki...”
b. Mengikuti dan menaati perintah Allah dan sunnah Rasul

Melakukan pernikahan merupakan ibadah kepada Allah. Oleh sebab itu,


bagi setiap muslim yang menikah dengan niat mlaksanakan perintah Allah dan
sunnah Rasul berarti dia sudah mempersiapkan diri untuk melakukan serangkain
ibadah. Firman Allah dalam surat an-Nur ayat 32 yang terjemahannya sebagai
berikut:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah maha luas
(pemberiannya-Nya) lagi maha mengetahui.”
Maksudnya : hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita yang tidak
bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin. Dengan melaksanakan nikah berarti
telah melaksanakan perintah Allah dan sunnah Nabi, maka orang tersebut
melakukan ibadah kepada Allah.
c. Mencari dan mengharapkan keturunan yang shaleh
Mendapatkan keturunan termasuk melaksanakan isnting mempertahankan
jenis, hal ini sangat dianjurkan oleh agama islam. Untuk mendapatkan keturunan
terutama anak yang salehmerupakan perintah ajaran islam, seperti sabda Nabi
SAW:
“Apabila manusia meninggal, maka putuslah sekalian amalnya, kecuali 3
hal yaitu : sedeqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh
yang mampu berdo’a (untuk kedua orang tuanya).”2
Dari anak yang sah dapat menyambung pahala dan amal, dan orang tua bisa
berharap mendapatkan pahala secara berkelanjutan.
d. Menginginkan kebahagian dan ketentraman
Memperoleh kebahagian dan ketentraman hidup adalah menjadi idaman
setiap manusia. Dengan adanya ketentraman dan ketenangan maka kesulitan hidup
akan mudah teratasi. Hal ini sebagaimana dijelaskan firman Allah dalam surat ar-
Rum ayat 21,terjemahannya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk
mu istri-istri, dari jenis mu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya dan dijadikan-Nya di antra kamu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya yang demikian ituter dapat tanda-tanda bagi orang yang
berfikir.”
Di antara syarat untuk mendapatkan ketentraman (sakinah) dalam
pernikahan adalah tumbuhnya rasa cinta dan kasih sayang (mawwaddah dan
rahmah) antra suami dan istri, orang tua dan dan anak. Apabila kedua sifat itu
tercermin dalam tutur kata, tingkah laku, dan sikap pada semua pihak, maka
dipastikan ketentraman dapat dicapai. Sehingga kesehariannya tidak ada aku dan
kamu, tapi yang ada hanyalah kita dan kami.

Yang satu tidaklah mungkin memishkan dengan yang lain, karena masing-
masing meraa butuh dan di butuhkan oleh yang lain. Gambaran semacam itu di
sebutkan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 187, terjemahannya :
“Istri itu pakaian bagi suami dan kamu (suami) juga pakaian bagi istrinya.”
Ayat di atas dipakai istilah libas artinya adalah pakaian. Hal ini mengandung
makna bahwa suami istri tidak hanya saling membutuhkan sebagaimana kebutuhan
manusia pada pakaian, tapi juga berarti bahwa suami istri menurut kodratnya
memiliki kekurangan dan harus dapat berfungsi menutup kekurangan pasangannya,
sebagaimana pakaian menutup aurat pemakainya.

2
Tim editor UNP press.2014.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.padang:UNP press
Hal 177-188.
Apabila perkawinan tidak dapat mendirikan rimah tangga dengan damai dan
kasih sayang, serta cinta mencintai antara suami istri, maka keadaan itu telah jauh
dari tujuan perkawinan yang sebenarnya. Dalam membangun keluarga telah ada
prtunjuk dan tuntunan dari Al-Quran dan sunnah, jika kedua petunjuk itu di ikuti,
maka kualitas keluarga itu akan terbangun menjadi benteng yang kuat dalam
kehidupan sosial. Ada tiga tingkatan tinkatan kualitas keluarga. Adapun factor yang
menjadi kendala terciptanya keluarga bahagia adalah :
a. Aqidah yang keluri atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun,
magic dan seumpamanya. Hal ini bukan saja membuat langkah hidup tidak
rasional, tetapi juga bias menyesatkan dan membawa kepada bencana yang
fatal.
b. Makanan yang tidak halal dan thayyib. Menurut hadis Nabi Saw,
“sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram,
cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga”, semakna dengan
makanan, juga rumah, mobil dan pakaian.
c. Kemewahan. Menurut Al-Quran, kehancuran sesuatu dimulai dengan
kecenderungan hidup mewah, mutrafin dalam surat al-Isra’ ayat 16
sebaliknya keserhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang
memiliki pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan
perilaku menyimpang, yang beerujung pada hancurnya keindahan dan
kenikmatan hidup berkeluarga.
d. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya. Oleh karena itu suami dan istri
harus menjauhi “berduaan” dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun
pada mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi
suasana psikologis “berduaan” akan dapat mengirim pada perselingkuhan.
e. Kebodohan, ada yang bersifat matematis, logis da nada juga kebodohan
social. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis dan logis, tetapi ada
juga pertimbangan logika sosial dan matematika social.3
f. Akhlak yang rendah. Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi penggerak
tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudah terjerumus pada
perilaku rendah yang sangat merugikan.

3
Tim editor UNP press.2014.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.padang:UNP press
Hal 177-188.
g. Jauh dari agama. Agama adalah tuntutan hidup. Orang yang mematuhi
agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang
terlalu jauh dari kebenaran. Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh
sesuatu yang seakan-akan “menjanjikan” padahal palsu.

2. Hikmah pernikahan
Pernikahan adalah awal pembentukan keluarga, ia merupakan pintu gerbang
menghubungkan sesorang dengan dunia sesungguhnya sebagai insan yang sempurna,
dan banyak mengandung hikmah, diantaranya:
a. Menjaga harkat dan martabat manusia
Manusia sebagai makhluk mempunyai berbagai kebutuhan-kebutuhan dasar
untuk mempertahankan hidupnya, seperti makan, minum dan kebutuhan seksual
untuk mempertahankan keturunannya. Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan
dasar yang tidak bias digantikan dengan yang lain, karena itu islam memberikan
solusi untuk menyalurkan kebutuhan tersebut melalui lembaga prnikahan.
Pengaturan pernikahan merupakan konsep syariat islam agar manusia memenuhi
kebutuhan tanpa kehilangan derajat kemanusiaannya yang mulia dan terhormat,
karena itu dalam pandangan islam seks bukanlah sesuatu yang kotor dan terlarang,
tetapi sesuatu yang dibolehkan dengan prosedur yang sah. Nabi SAW sendiri
menganjurkan agar berdo’a dikala mengadakan hubungan seks dimulai.
Pernikahan yang sah, seseorang akan dapat memenuhu kebutuhan biologisnya
dengan cara yang berbeda dengan binatang. Penyaluran kebutuhan seksual secara
bebas adalah perilaku yang tak bermartabat dan bermoral, pada hal manusia adlah
makhluk yang mulia, karena itu pernikahan merupakan wahana memelihara
kemmuliaan manusia sebagai pemegang amanah Allah Swt.
b. Melanjutkan dan memelihara garis keturunan
Peoses regenerasi manusia akan diperoleh melalui adanyapernikahan. Dengan
pernikahansistem kekerabatan dan satus orang semakin jelas, adanya suami, istri,
4
anak, ayah, ibu, dan sebagainya dapat ditetapkan dengan jelas beserta fungsi dan
peranannya masing-masing. Dengan adanya status masing-masing lahir aturan-
aturan yang menentukan hubungan kemanusian, seperti aturan warisan,
kekerabatan, pernikahan, dan sebagainya sehingga aturan-aturan dan moralitas
manusia akan terjaga kemuliaannya. Seandainya pernikahan tidak diatur, maka

4
Dra.Nina Aminah.2014.Studi Agama Islam.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
tentu garis keturan akan kacau dan tentu arah kehancuran budaya manusia semakin
mendekati kejahiliayahan.
c. Menumbuhkan kasih sayang
Salah satu sifat yang dianugerahi Allah kepada manusia adanya rasa kasih sayang,
karena itu rasa kasih sayag merupakan salah satu kebutuhan manusia, baik untuk
memberi maupun menerima dari orang lain. Melalui pernikahan, rasa kasih sayang
itu akan dpat diterima dan diberikan secara nyata dan berkelanjutan, sehingga
seseorang dapat memiliki dorongan jiwa yang kuat untuk berinteraksi dan
berkereasi dalam kehidupan dan pergaulannya dengan manusia lainya.

2.4 Hak dan Kewajiban Suami Istri


1. Kewajiban suami terhadap istri
a. Memberi nafkah lahir dan batin
َ ‫بِ ْال َم ْع ُروفِ َو ِكس َْوت ُ ُهن ِر ْزقُ ُهن لَهُ ْال َم ْولُو ِد َو‬
‫علَى‬
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara makruf..”(QS. Al-Baqarah [2] : 233)
Dan terdapat juga dalam surat Al-Baqarah ayat 223, terjemahannya :
“Istri-istrimu (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat kamu bercocok tanammu itu bagaimana saja
kamu kehendaki, dn kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman
“ (QS. Al-Baqarah [2] : 223)
b. Mendidik
‫س ُك ْم قُوا آ َمنُوا الذِينَ أَيُّ َها يَا‬
َ ُ‫َارا َوأ َ ْهلِي ُك ْم أَنف‬
ً ‫اس َوقُودُهَا ن‬ َ ‫علَ ْي َها َو ْالحِ َج‬
ُ ‫ارة ُ الن‬ َ
“Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu..”(QS.At-Tahrim [66] : 6)
Dan terdapat juga dalam surat QS.Thaha ayat 132,terjemahannya :
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.Thaha [20] : 132)
c. Bergaul dengan Makruf
“Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah), karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan
yang banyak.” (QS.An-Nisa’ [4] : 19)
d. Tidak boleh membuka rahasia istri
Rasulullah SAW bersabda: “Bahwasannya sejelek-jeleknya manusia di
sisi Allah pada hari kiamat ialah seorang bersendirian (membuka
rahasia) perempuan dan ia (suami) bukan rahasia istrinya.”
(HR.Muslim)
e. Tidak boleh menyakiti istri
Terdapat pada HR.Abu Dawud no. 1831,terjemahannya :
“Engkau beri makan dia apabila engkau makan, dan engkau beri
pakaian kepadanya apabila engkau berpakaian, dan jagan engkau
memukul muka, dan jangan engkau menjelekkan dia, dan jangan engkau
jauhi melainkan di dalam rumah.”(HR.Abu Dawud no.1831)5
f. Suami yang paling baik ialah yang paling baik kepada istrinya
‫سنُ ُه ْم ِإي َمانًا ْل ُمؤْ مِ نِينَ أَ ْك َم ُل‬
َ ‫ار ُك ْم ُخلُقًا أ َ ْح‬
ُ َ‫ار ُك ْم َوخِ ي‬
ُ َ‫سائِ ُك ْم خِ ي‬
َ ِ‫ِلن‬
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling
baik akhlaknya dan sebaik-baiknya kamu ialah yang paling baik
kepada istrinya (QS. Tirmidzi no. 1082)
2. Kewajiban istri terhadap suami
a. Taat dan patuh
“Seandainya aku perintahkan seorang (hamba) bersujud kepada
seseorang (hamba) yang lain, maka (yang paling dahulu) aku
perintahkan adalah wanita (para istri) bersujud kepada suaminya (QS.
Tirmidzi no 1079)
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Sebaik-baik istri ialah jika kamu
memandangnya, maka kamu akan terhibur, jika kamu suruh ia akan
menurut dengan patuh..”(HR. An-Nasa’i)
b. Melayani dengan sebaik-baiknya
“Apabila seorang (suami) suami panggil istrinya ke tempat tidurnya,
tetapi ia enggan dating, lalu ia bermalam dengan marah, niscaya ia

5
Dra.Nina Aminah.2014.Studi Agama Islam.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
dilaknat oleh malaikat sampai pagi.” (HR.Bukhari no. 2998, Abu
Dawud no. 1829)
c. Tidak boleh membicarakan rahasia suami
“Maka wanita yang saleh, ialah taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka).”
(QS. An-Nisa [4] : 34)
d. Menutup aurat
“Hai, nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu,
dan istri-istri orang-orang mukmin : “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak digangu. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Ahzab [33] : 59)
e. Tidak boleh berpergian dan berpuasa tanpa seizing suami
“Tidak halal bagi wanita (istri) berpuasa dan suaminya ada, kecuali
atas izinya, dan tidak boleh perpergian dari rumahnya, kecuali ada izin
suami.” (HR.Bukhari no. 4796)
f. Menjaga harta suami
“Wanita itu adalah pemimpin rumah suaminya.” (HR.Bukhari)
3. Kewajiban bersama suami istri
a. Bersyukur
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : ”sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih” (QS. Ibrahim [14] :7)
b. Sabar apabila memperoleh kesulitan
“Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasukhal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS.
Luqman [31] :17)6
c. Tawakal apabila mempunyai rencana
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekat, maka bertakwalah
kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa kepada-Nya.” (QS.Ali-Imran [3] : 159)

6
Dra.Nina Aminah.2014.Studi Agama Islam.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
d. Musyawarah dalam menyelesaikan segala macam persoalan
“Dan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS.Ali-
Imran [3] :159)
e. Tolong menolongdalam hal kebaikan
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa,dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.”(QS.Al-Maidah [5] :2)
f. Memenuhi janji apabila berjanji
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu..”(QS.Al-
Maidah [5] :1)
g. Segera bertobat apabila berbuat dosa
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS.Ali-Imran [3] :135)
h. Saling nasihat-menasihati
“Demi masa sesungguhnya manusia benar-benar itu dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati
supaya menetapi kesabran.” (QS.’Ashr [103] : 1-3)
i. Saling memberi maaf dan mintak maaf apabila merasa bersalah
“...Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS.Ali-Imran [3] : 134)
j. Selalu berbaik sangka
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang, dan janganlah
mengggunjingkan satu sama lain...”(QS.Al-Hujarat [49] : 12)
k. Mempererat silaturahmi
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laiki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal..”(QS.Al-Hujarat[49] :13)
l. Mendirikan shalat malam,istikharah, dan sebagainya
“Dan sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS.Al-Isra’ :79)
m. Memberi kesempatan kepada pasangan untuk menambah ilmu pengetahuan
dan berbuat baik di lingkungan masyarakat
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim (laki-
laki/wanita).”(HR.Ibnu Majad no.220)7

2.5 Pembinaan Keluarga Sakinah dan Sejahtera


1. Pembinaan Keluarga Sakinah
a. Pembinaan Aspek Agama
Untuk membentuk pribadi seutuhnya yang mendukung terwujudnya
kehidupan keluarga sakinah, pimpinan keluarga mempunyai tanggung jawab
atas penyelenggaraan pembinaan agama di dalam keluarga. Pembinaan agama
dalam keluarga meliputi sasaran subyek dan pengembangan.
b. Pembinaan Aspek Pendidikan
Dalam bidang pendidikan dikenal catur pusat lingkungan pendidikan yaitu :
keluarga, masyarakat, tempat ibadah, dan sekolah. dari 4 (empat) pusat
lingkungan pendidikan itu, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan secara formal, sedang tiga pusat lingkungan
pendidikan yang lain, pendidikan dilakukan secara nonformal, informal atau
keduanya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengajarkan materi-
materi pendidikan agama secara sistematis dan terprogram. Pendidikan agama
pada pusat pendidikan nonformal dan informal bertugas mengadakan

7
Dra.Nina Aminah.2014.Studi Agama Islam.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
pendalaman materi, mengisi kekosongan yang belum diberikan di sekolah,
memberi tuntunan praktek dari ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Pembinaan Keluarga Sejahtera
a. Pembinaan Aspek Agama
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama
yang merupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah
ajaran atau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki
dan berpegang pada suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera
dapat terwujud sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama.
“Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ia ciptakan untukmu pasangan-pasangan
dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenang kepadanya dan dijadikannya
diantaramu rasa cinta dan kasih saying. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-
tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. Ar-Ruum:21)
b. Pembinaan Aspek Pendidikan
Kehidupan kita dimulai di dalam lingkungan keluarga. Kita besar dan dididik
di dalam keluarga kita. Kita tumbuh dari kecil dalam lingkungan keluarga. Orang tua
mengajar bagaimana kita harus bertindak. Orang tua juga yang membesarkan kita
dengan pendidikan dan etika. Jika kita melihat seorang anak kecil sering mengucapkan
kata-kata kasar, apakah kita sadar bahwa anak tersebut tumbuh di lingkungan keluarga,
sehingga terkadang kita malah menyalahkan anak tersebut, padahal yang seharusnya
disalahkan adalah pendidikan dalam keluarganya? Sering kali kita menyalahkan anak
kecil yang berbuat salah, padahal bukankah anak kecil belajar dan mencontoh tindakan
atau perilaku dari orang dewasa?
Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting.
Etika yang benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seorang
anak menjadi dewasa, ia akan berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harus
baik dan benar sebagai contoh untuk anaknya. Jikalau semenjak kecil seorang anak
diajarkan dengan baik dan benar maka keluarga tersebut akan harmonis. Dan
seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai etika yang benar maka semua
manusia akan hidup berdampingan dan damai.
Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyampaikan kepada
orang atau pihak lain segala hal untuk menjadikannya mampu berkembang menjadi
manusia yang lebih baik, lebih bermutu, dan dapat berperan lebih baik pula dalam
kehidupan lingkungannya dan masyarakatnya.
c. Pembinaan Aspek Ekonomi
Jika kita cermati secara mendalam, selama ini pemerintah mengelompokkan
keluarga di Indonesia ke dalam dua tipe. Pertama, tipe keluarga pra-sejahtera. Yang
kita bayangkan ketika mendengar keluarga tipe ini adalah keluarga yang masih
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang,
pangan, dan papan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya
banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan
tetap, belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit,
mempunyai masalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan
pangan. Kedua, tipe keluarga sejahtera. Yang terbayang ketika mendengar keluarga tipe
ini adalah sebuah keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya. Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya
dua atau tiga, mampu menempuh pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap,
sudah menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap
penyakit, mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan
pangan.
Selama ini konsentrasi pembinaan terhadap keluarga yang dilakukan oleh
pemerintah adalah menangani keluarga pra-sejahtera. Hal itu terlihat dari program-
program dasar pembinaan keluarga seperti perencanaan kelahiran (KB), Pos Pelayanan
Terpadu (POSYANDU), pelayanan kesehatan gratis, pembinaan lansia, pengadaan
rumah khusus keluarga pra-sejahtera dan sejenisnya.
d. Pembinaan Aspek Sosial Budaya

Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan


sikap sosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau
untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu
hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan
sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling
memberi dan menerima, simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya.
Melalui proses interaksi sosial tersebutlah seorang anak akan memperoleh
pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku-perilaku penting yang diperlukan dalam
partisipasinya di masyarakat kelak; dikenal juga dengan sosialisasi. Hal ini sejalan
dengan yang dikatakan Zanden (1986) bahwa kita terlahir bukan sebagai manusia, dan
baru akan menjadi manusia hanya jika melalui proses interaksi dengan orang lain.
Artinya, sosialisasi merupakan suatu cara untuk membuat seseorang menjadi manusia
(human) atau untuk menjadi mahluk sosial yang sesungguhnya (social human being).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernikahan adalah keindahanyang tak terlukiskan dengan untaian kalimat.
Karenanya menjadi dambaan setiap insan. Betapa nikmatnya dua hati yang sudah
terpaut dalam jalinan cinta, duduk dipelaminan. Melakukan ucapan walimatul ‘ursy
disaksikan oleh sanak kerabat handai tolan, direstui ayah bunda, diridhoi Allah dan
disukai Rasul-Nya. Selalu mendapatkan do’a restu semoga mendapatkan “keluarga
bahagia” kebahagian merupakan tujuan pokok dari kehidupan perkawinan dan
keluarga, dan didalamnya terkandung perasaan aman, tentram dan damai. Salah satu
untuk mendapatkan kebahagian itu adalah melalui wadah pernikahan.

3.2 Saran
Demikianlah makalah tentang “Pernikahan” yang dapat kelompok kami
sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kesalahan. Untuk itu kami mohon maaf dan kritikannya yang membangun
untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tim editor UNP press.2014.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum.padang:UNP press.Hal 177-188.
Dra.Nina Aminah.2014.Studi Agama Islam.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Arifandi, Denis Pakih Sati. 2011. Seluk Beluk Seputar Pernikahan. Artikel (Tersedia online
di http://media.kompasiana.com/buku/2011/05/14/seluk-beluk-seputar-pernikahan/ diakses
pada tanggal 16 Mei 2011).
Aminuddin,2008,Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Abdullah Nashih Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, Terjemahan oleh Khalilullah
Ahmas Masjkur Hakim, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,1992.

Anda mungkin juga menyukai