Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam pada dasarnya memandang bahwa bumi dan segala
isinya merupakan amanah dari Allah SWT kepada manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini untuk dipergunakan sebesarbesarnya hanya untuk kesejahteraan umat manusia.
Melihat kenyataan ini syariat Islam yang dibawa poleh
Rosul

terakhir

punya

keunikan

tersendiri,

ia

bukan

saja

konprehensif namun universal.1 Sifat-sifat keunikan ini mutlak


diperlukan, sebab tidak akan ada syariat lain yang datang untuk
menyempurnakanya. Konprehensive berarti merangkum seluruh
aspek kehidupan baik ritual (ibadah) naupun sosial (muamalah).
Secara universal syariat Islam dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat sampai hari akhir nanti. Keuniversalan ini akan
tampak jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, dimana ia
bukan

saja

luas

dan

fleksibel

bahkan

tidak

memberikan

pengecualian bagi muslim.


Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna
bila dibandingkan dengan makhluk lainya. Oleh karena itu
manusia yang beragama khusunya yang beragama Islam telaah
diatur oleh Tuhanya dalam segala aspek kehidupan termasuk
dalam

hal

perkawinan,

karena

perkawinan

merupakan

Shunatullah yang umum dan berlaku pada seluruh makhluk Nya.


Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam
realita kehidupan umat manusia. Dengan adanya perkawinan
1

rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma


agama dan kehidupan masyarakat. Perkawinan juga dapat
menjaga

keselamatan

individu

dari

pengaruh

kerusakan

masyarakat karena kecenderungan nafsu kepada jenis kelamin


yang berbeda dapat dipenuhi melalui perkawinan yang sah dan
halal.
Untuk

memberikan

kepastian

dari

suatu

perkawinan,

pemerintah Republik Indonesia telah membuat undang-undang


yang berlaku untuk semua golongan penduduk yaitu UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Menurut
undang undang perkawinan suatu perkawinan menimbulkan Hak
dan

Kewajiban

antara

masing

masing

suami

istri

secara

seimbang. Suami sebagai kepala keluarga wajib melindungi


istrinya dan istri wajib mengatur urusan rumah tangga. Suami
istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia,
dan memberi nafkah secara lahir dan bathin.
Islam menjadikan lelaki sebagai kepala

keluarga,

di

pundaknya lah tanggung jawab utama lahir batin keluarga. Islam


juga sangat proporsional dalam membagi tugas rumah tangga,
kepala keluarga diberikan tugas utama untuk menyelesaikan
segala urusan di luar rumah, sedang sang ibu memiliki tugas
utama yang mulia, yakni mengurusi segala urusan dalam rumah.
Norma-norma ini terkandung dalam firman-Nya:









Artinya: Para lelaki (suami) itu pemimpin bagi para wanita
(istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka
(yang lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (yang lelaki) telah memberikan nafkah dari harta
mereka (QS. An-Nisa: 34).
Pada saat seseorang melangsungkan pernikahan bisa
dipastikan terjadi percampuran harta kekayaan antara milik
suami dan harta milik istri. Setelah bersatu dalam ikatan nikah
maka akan ada yang disebut harta milik bersama yang deperoleh
secara

bersama.

merupakan

Status

persoalan

kepemilikan

yang

masih

perlu

harta

perkawinan

pengkajian

lebih

mendalam. Hal ini karena masih terdapat keragaman dan


kesimpangsiuran dalam ranah fiqh di satu sisi dan hukum
perkawinan Indonesia di sisi yang lain.
Dalam hukum perkawinan Indonesia2 diatur dengan jelas
mengenai

harta

perkawinan.

Hukum

perkawinan

Indonesia

menganut asas, bahwa kedudukan suami istri adalah seimbang,


baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan
hidup di masyarakat. Sebagai perwujudan asas keseimbangan ini
keduanya diberikan hak yang sama dalam melakukan tindakan

hukum (Pasal. 31 UU Nomor 1 Tahun 1974) dan harta-harta yang


diperoleh selama perkawinan menjadi harta milik bersama.
Terhadap harta bersama ini suami atau istri dapat
mempergunakannya dengan persetujuan salah satu pihak (Pasal.
35-36). Meskipun demikian, undang-undang tidak menjelaskan
secara tegas mengenai asal-usul harta-harta tersebut. Apakah
harus atas usaha bersama suami istri ataukah termasuk hartaharta

yang

diperoleh

sendiri-sendiri

selama

perkawinan,

misalnya hanya suami saja atau istri saja yang bekerja.


Pada era modern saat ini bukan saja laki-laki yang bekerja
namun

kaum

perempuan

juga

bekerja

sehingga

kaum

perempuan juga memiliki harta kepemilikan pribadi di luar harta


bersama yang diperoleh sendiri ketika bekerja. Tentunya hal ini
juga mengakibatkan sebuah permasalahan dimana harus di
kelompokkan harta kepemilikan suami maupun istri ataupun
harta bersama yang diperoleh secara bersama-sama. Begitu pula
yang terjadi pada masyarakat Desa Sukowidi dimana kaum
perempuan dan laki laki bekerja secara bersama sama dengan
tujuan

untuk

memperbaiki

taraf

hidup

dan

perekonomian

keluarga.
Menurut keterangan H. Musthofa tokoh agama di Desa
Sukowidi Magetan, masyarakat enggan membahas tentang harta
perkawinan dikarenakan hal tersebut dianggap tabu. Umumnya

mereka baru membahas tentang harta perkawinan pada waktu


ada perselisihan atau terjadi perceraian.3
Berangkat dari permasalahan diatas maka peneliti tertarik
untuk mengangkat penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat
Terhadap

Harta

Perkawinan

Di

Desa

Sukowidi

Kecamatan

Kartoharjo Kabupaten Magetan


B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di
atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dijadikan
acuan dalam pembahasan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat Desa Sukowidi
Kecamatan Kartoharjo Magetan tentang harta
perkawinan?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap harta
perkawinan

di

Desa

Sukowidi

Kecamatan

Kartoharjo Magetan?

C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan

masalah di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah


1. Untuk

mengetahui

persepsi

masyarakat

Desa

Sukowidi

Kecamatan Kartoharjo Magetan tentang harta perkawinan.

2. Untuk mengetahui tentang tinjauan Hukum Islam terhadap


harta perkawinan di Desa Sukowidi Kecamatan Kartoharjo
Magetan.

D. Telaah Pustaka
Dalam penelitian terdahulu terdapat penelitian yang
mengambil tema tentang harta perkawinan, penulis belum
menemukan yang sama persis dengan tema yang akan
penulis ajukan dikarenakan umumnya pembahasan harta
perkawinan dilakukan dalam kontek perebutan hak waris jika
terjadi perceraian atau sebagainya.
Amir Syarifuddin dalam Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia menjelaskan dalam kitab-kitab fikih tidak dikenal
adanya pembauran harta suami istri setelah berlangsungnya
perkawinan. Suami memiliki hartanya sendiri dan istri memiliki
hartanya sendiri. Sebagai kewajibannya, suami memberi
sebagian hartanya itu kepada istrinya atas nama nafaqah,
yang untuk selanjutnya digunakan istri bagi keperluan rumah
tangganya. Tidak ada penggabungan harta, kecuali dalam

bentuk syirkah, yang itu dilakukan dalam suatu akad khusus


untuk syirkah. Tanpa akad tersebut harta tetap terpisah.4
Menurut Ismail Muhammad Sjah dalam Pencaharian
Bersama SuamiIstri (adad Gono Gini Ditinjau Dari sudut
Hukum Islam) yang dimaksuddengan harta bersama (harta
gono gini) adalah harta kekayaan yang dihasilkan bersama
suami istri selama mereka diikat oleh tali perkawinan. Atau
dengan perkataan lain, ialah harta yang dihasilkan oleh
perkongsian antara suami istri.5
Skripsi yang disusun oleh Bagas Dinamika Hukum Islam
(Studi Posisi Harta Bersama Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974)
membahas tentang posisi harta bersama dalam UndangUndang No.1 Tahun 1974 secara sosiologis, filosofis dan
legalitas serta pandangan Hukum Islam terhadap posisi harta
bersama dalam UU No. 1 Tahun 1974 dan relevansi posisi
harta bersama dalam UU No.1 Tahun 1974 dengan dimensi
Hukum Islam.6
Skripsi yang disusun oleh Alawiyah Konsekuensi Yuridis
Harta Bersama Terhadap Kewajiban Suami Memberi Nafkah ia
membahas tentang harta bersama dengan menggunakan teori

holistik yang dijadikan penyusun untuk mengkaji secara


menyeluruh pasal dari pasal dalam KHI. Penyusun mencoba
menggali ketidaksesuaian antara pasal tentang kewajiban
suami memberi nafkah dengan pasal tentang harta bersama.7
E. Metode Penelitian
Yang dimaksud metode penelitian adalah strategi umum
yang dimuat dalam mengumpulkan data yang diperlukan guna
menjawab persoalan yang dihadapi.8
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian
pendekatan kualitatif,9 dengan karakteristik-karakteristik (a)
penelitian

kualitatif

menggunakan

latar

alami

(natural

setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri


merupakan instrumen kunci, sedangkan instrumen lain
sebagai

penunjang,

(b)

penelitian

kualitatif

bersifat

deskriptif, data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk


kata-kata dan gambar-gambar, laporan penelitian memuat
kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta
pada penyajian, data ini mencakup transkip wawancara,
catatan lapangan, foto, dokumen dan rekaman lainnya, dan
dalam memahami fenomena, peneliti berusaha melakukan
analisis sekaya mungkin mendekati bentuk data yang telah

direkam,

(c)

dalam

penelitian

kualitatif

proses

lebih

dipentingkan dari pada hasil, (d) analisis dalam penelitian


kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, (e)
makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian
kualitaif.
Secara
pendekatan

garis

besar,

kualitatif

metode

dibedakan

penelitian

dalam

dua

dengan
macam,

kualitatif interaktif dan non interaktif. Ada lima macam


metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik biasa
dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode
fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi
kasus digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan
dan ilmu terapan, teori dasar (grounded theory) digunakan
dalam sosiologi, dan studi kritikal digunakan dalam berbagai
ilmu.10
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan
adalah

studi

kasus,

yaitu

merupakan

penelitian

yang

dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem. Kesatuan ini


dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok
individu yang terikat oleh tempat, waktu dan ikatan
tertentu. Dan studi kasus adalah suatu penelitian yang
diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna,
memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.11

10

Adapun studi kasus dalam hal ini dilakukan oleh


penulis di Desa Sukowidi Kecamatan Kartoharjo Magetan
dengan

fokus

penelitian

adalah

Bagaimana

persepsi

masyarakat Desa Sukowidi Kecamatan Kartoharjo Magetan


tentang harta perkawinan dan Bagaimana tinjauan hukum
Islam

terhadap

harta

perkawinan

di

Desa

Sukowidi

Kecamatan Kartoharjo Magetan.


2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan
dari pengamatan berperanserta, sebab peranan penelitilah
yang menentukan keseluruhan skenarionya.
Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak
sebagai instrument kunci, partisipan sekaligus pengumpul
data sedangkan instrument yang lain sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Sukowidi
Kecamatan Kartoharjo Magetan. Karena ada keunikan dan
kesesuaian

dengan

topik

yang

peneliti

pilih

dengan

pemilihan lokasi ini, penelitian diharapkan menemukan hal


yang bermakna dan baru.
4. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti
dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam
penelitian ini adalah kata-kata yaitu wawancara dengan

11

Kepala Desa Sukowidi, Masyarakat desa Sukowidi, dan pihak


pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian ini,
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Dan bila dilihat dari
segi cara dan tekhnik pengumpulan data. Maka tekhnik
pengumpulan

data

dapat

dilakukan

dengan

observasi

(pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket),


dokumentasi dan gabungan keempatnya.12
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan

dalam

penelitian ini adalah wawancara (interview), observasi, dan


dokumentasi.
a. Tekhnik wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.13
Secara garis besar ada dua pedoman wawancara
yaitu : (1) pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu
pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar
yang akan ditanyakan dan hasil wawancara dengan jenis
ini lebih banyak tergantung dari pewawancara, jenis
interview ini cocok untuk penelitian kasus, (2) pedoman
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

12

disusun secara terperinci sehingga menyerupai checklist. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check)
pada nomor yang sesuai.14
Tekhnik wawancara

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam (wawancara


tidak terstruktur), karena dengan wawancara peneliti
memperoleh informasi berdasarkan penuturan informan
atau responden yang sengaja diminta oleh peneliti.15
Pihak yang dijadikan informan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Kepala Desa Sukowidi.
b. Masyarakat Desa Sukowidi
c. Tokoh Agama Desa Sukowidi
b. Tekhnik Observasi
Observasi diartikan sebagai

pengamatan

dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang


tampak pada objek penelitian.16
Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam
catatan

lapangan

(cl).

Sebab

catatan

lapangan

merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian


kualitatif.

Dalam

mengandalkan

penelitian

pengamatan

kualitatif

dan

wawancara

peneliti
dalam

pengumpulam data di lapangan. Format rekaman hasil


observasi

catatan

lapangan

dalam

penelitian

menggunakan format hasil rekaman observasi.


c. Tekhnik Dokumentasi

ini

13

Dokumen

merupakan

catatan

peristiwa

yang

sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,


atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni yang yang dapat
berupa

gambar,

dokumen

patung,

merupakan

film

dan

pelengkap

lain-lain.

dari

Studi

penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian


kualitatif.17
Dan adapun dokumen yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah dokomen tentang Profil Desa
Sukowidi,

catatan

tentang

kasus

perkawinan

dan

perceraian di Desa Sukowidi.


Tekhnik dokumentasi sengaja digunakan dalam
penelitian ini, sebab (a) sumber ini selalu tersedia dan
murah terutama ditinjau dari waktu, (b) merupakan
sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam
merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau,
maupun dan dapat dianalisis kembali tanpa mengalami
perubahan,

(c)

rekaman

dan

dokumen

merupakan

14

sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan


dan mendasar dalam konteksnya, (d) sumber ini sering
merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi
akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara
dokumentasi

ini,

dicatat

dalam

format

rekaman

dokumentasi.
6. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata
secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain.18
Analisis data dalam penelitian ini bersifat induktif,
yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh di lapangan
yang meliputi persepsi masyarakat Desa Sukowidi tentang
Harta Perkawinan, dan Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Harta Perkawinan di Desa Sukowidi Kartoharjo Magetan.
Tekhnik analisa data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan konsep yang diberikan Miles & Huberman
yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam
analisis data, meliputi data reduction, data display dan

15

conclusion.

Langkah-langkah

analisis

ditunjukkan

pada

gambar berikut :19

Gambar 1.1
Pengumpulan
data

Reduksi
Data

Penyajian
data

Kesimpulan kesimpulan:
penarikan/verivikasi

Keterangan :
a. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data adalah merangkum, memilih halhal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian
data yang telah direduksikan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.

16

Pada tahap reduksi ini peneliti fokuskan pada data


yang

diperoleh

dilapangan

mengenai

persepsi

masyarakat Desa Sukowidi tentang Harta Perkawinan,


dan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Harta Perkawinan
di Desa Sukowidi Kartoharjo Magetan.
Dari hasil data tersebut, peneliti mereduksi data
dengan

mendiskusikan

pada

teman

dan

dosen

pembimbing serta orang lain yang dipandang ahli. Dan


dengan diskusi tersebut, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang
memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang
signifikan.
b. Data display (penyajian data)
Penyajian data adalah menyajikan data ke dalam
pola yang dilakukan bisa berbentuk sketsa, sinopsis,
matriks, atau bentuk-bentuk lain; itu sangat diperlukan
untuk

memudahkan

kesimpulan.20
Adapun

pemaparan

penyajian

data

dan

penegasan

mengenai

persepsi

masyarakat Desa Sukowidi tentang Harta Perkawinan,


dan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Harta Perkawinan
di

Desa

Sukowidi

menggunakan

Kartoharjo

penyajian

data

Magetan,
dengan

peneliti

teks

yang

bersifat naratif, agar memudahkan untuk memahami

17

apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya


berdasarkan apa yang telah dipahami pada tahap
tersebut.
c. Conclution / drawing / verification
Langkah yang terakhir dalam penelitian ini adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif diharapkan adalah temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya

masih

remang-remang

atau

gelap

sehingga diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan


kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Dan dengan kesimpulan dalam

penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah


yang

dirumuskan

sejak

awal

mengenai

persepsi

masyarakat Desa Sukowidi tentang Harta Perkawinan,


dan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Harta Perkawinan
di Desa Sukowidi Kartoharjo Magetan. Akan tetapi
masalah

dan

kualitatif

ini

rumusan
masih

masalah

bersifat

dalam

sementara

penelitian
dan

akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan.


7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbaharui dari konsep kesatuan (validitas) dan keandalan
(realibilitas).21

18

Derajat kepercayaan data (kredibilitas data) dapat


dilakukan dengan:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Peneliti
dalam
penelitian

kualitatif

adalah

instrument itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat


menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini
keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam
waktu

singkat,

keikutsertaan

tetapi

peneliti

memerlukan
pada

latar

perpanjangan

penelitian.

Maka

perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini


akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan
data yang dikumpulkan.
Perpanjangan keikutsertaan disini peneliti lakukan
selama

proses

pencarian

data

mengenai

persepsi

masyarakat Desa Sukowidi tentang Harta Perkawinan,


dan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Harta Perkawinan di
Desa Sukowidi Kartoharjo Magetan.
b. Pengamatan Yang Tekun
Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsurunsur

dalam

situasi

yang

sangat

relevan

dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi, apabila


perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka
ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
Pengamatan yang tekun, peneliti laksanakan
selama mengamati persepsi masyarakat Desa Sukowidi

19

tentang Harta Perkawinan, dan Tinjauan Hukum Islam


Terhadap Harta Perkawinan di Desa Sukowidi Kartoharjo
Magetan.
c. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi
Tekhnik ini dilakukan peneliti

dengan

cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang


diperoleh dalam bentuk diskusi analistik dengan rekanrekan sejawat. Hal ini dilakukan dengan maksud : (a)
untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan
sikap terbuka dan kejujuran, (b) diskusi dengan sejawat
ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk
mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari
pemikiran peneliti.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk
mendapatkan
gambaran

yang

jelas

serta

memperoleh
pembahasan yang lebih mengarah dalam skripsi ini, penulis bagi
menjadi

lima

bab, tiap bab terdiri dari sub-sub bab, satu dengan yang lainnya
saling
berkaitan
susunan

sehingga

menjadi

kesatuan
dari

yang

utuh.

Adapun
bab-bab

tersebut adalah sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang garis besar penulisan penelitian,
yang terdiri dari Latar belakang masalah, perumusan

20

masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode


BAB II

dan sistematika penulisan.


HARTA PERKAWINAN
Membahas tentang harta perkawinan macam-macam
harta

BAB III

perkawinan,

pembagian

harta

perkawinan

dilihat dari segi hukum Islam


PERSEPSI MASYARAKAT SUKOWIDI TERHADAP HARTA
PERKAWINAN
Yang berisikan tentang lokasi penelitian meliputi
kondisi
geografis Desa Sukowidi serta kondisi ekonomi dan
sosial
keagamaan

BAB IV

Masyarakat

Desa

Sukowidi,

serta

persepsi masyarakat mengenai harta perkawinan


ANALISIS TERHADAP HARTA PERKAWINAN MENURUT
HUKUM ISLAM
Yang berisikan tentang analisis terhadap persepsi
masyarakat mengenai harta perkawinan menurut

BAB V

tinjauan hukum Islam


PENUTUP
Yang berisikan tentang kesimpulan, saran-saran, dan
penutup.

Anda mungkin juga menyukai