Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)
Oleh:
PENDAHULUAN
dan keesaannya. 1
Al-Qur’an mengingatkan bahwa kita agar tidak melanggar aturan itu serta
saksikan. Di samping itu, setiap hari juga terlihat kekuasaan Allah seperti itu pada
artinya perintah Allah dan Rasulnya. Tidak hanya semata-mata keinginan manusia
1
Mahmud Al-Shabbagh, Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 1991), Cet. Ke-1, h. 3.
2
Ibid., h. 4.
1
2
atau hawa nafsunya saja karenanya seseorang yang telah berumah tangga berarti
Pernikahan yaitu suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami istri
dan adat istiadat yang berlaku. 4 Nikah itu merupakan perjanjian dan ikatan lahir
batin antara laki-laki dengan perempuan yang bermaksud untuk berumah tangga
dan untuk menghasilkan keturunan, dan harus dilangsungkan rukun dan syaratnya
tentang Perkawinan. 5
Pernikahan pun merupakan hal yang fitrah bagi manusia yang sudah
tertanam dan terpatri dalam hati dan perasaan laki-laki dan wanita. Keduanya
saling membutuhkan guna saling mengisi dan membagi perasaan suka maupun
duka hidup ini terasa kurang sempurna tanpa kehadiran orang lain di sisisnya,
menjalin kasih sayang bersamanya, membangun rumah tangga yang bahagia dan
lestari. 6
yang sangat penting dan religius, karena peristiwa nikah disamping erat kaitannya
dengan pelaksanaan syariat agama, juga dari pernikahan inilah akan terbentuk
3
Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1993), Cet. Ke-1, h. 3.
4
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat
Urusan Agama Islam, Korps Penasehat Perkawinan dan Keluarga Sakinah, (Jakarta: 2007), h. 59.
5
Nashrudin Thaha, Pedoman Perkawinan Umat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1960),
Cet Ke-3, h. 9.
6
Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musna Khalid bin Ali Al-Anbari, Perkawinan
dan Masalahnya, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet Ke-3, h. 18.
3
suatu rumah tangga atau keluarga sehat, sejahtera dan bertaqwa, yang menjadi
Memilih calon istri atau calon suami merupakan langkah awal untuk
memulai kehidupan berumah tangga. Oleh karena itu memilih calon istri atau
calon suami bukanlah hal yang mudah, membutuhkan waktu yang tidak singkat,
karena harus melihat syarat-syarat calon istri atau calon suami sesuai anjuran
dengan cermat. 8
yang berbeda, sehingga dalam hal ini berbeda pula pola pikir masyarakat karena
telah dipengaruhi oleh adat istiadat yang tertanam sejak nenek moyang. Dalam
pemilihan calon istri atau calon suami harus dilihat dan disesuaikan dengan
perbedaan adat yang sangat jelas antara suku agar tidak terjadi penyesalan
dikemudian hari. Adat berasal dari bahasa arab yang berarti kebiasaan sedangkan
adat istiadat adalah pedoman hidup diseluruh daerah yang diperuntukan selama
ini, “waris yang dijawek, pusoko nan ditolong”, artinya diterima oleh generasi
yang sekarang dari generasi yang dahulu supaya dapat kokoh dan berdirinya. 9
7
Departemen Agama RI, Pedoman Akad Nikah, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam, (Jakarta: 2008), h.1.
8 Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musna Khalid bin Ali Al-Anbari, Perkawinan
dan Masalahnya, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet Ke-3, h. 31.
9
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet Ke-6, h. 72.
4
kepada inti sosial dari masyarakat untuk menikmati hak dan memikul kewajiban
didalam dan diluar persekutuan, jadi dalam hal ini pernikahan adalah urusan kelas
atau memilih calon istri atau suami berdasarkan tingkatan derajat yang
dimilikinya. 10
Pada prinsipnya cara yang paling umum dilakukan oleh masyarakat adalah
melalui peminangan. Dalam hal peminangan pada tiap masyarakat (hukum adat)
perbedaanya hanyalah (kira-kira) terdapat pada alat atau sarana pendukung proses
pinangan tersebut. 11
dengan adat yang terdapat di daerah lain, ketentuan adat dalam kehidupan
10
Imam Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, (Yogyakarta: Liberty, 2007), Cet Ke-5, h.107.
11
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet Ke-6, h. 223.
5
Dalam masyarakat Bima ajaran agamanya sangat kental sehingga dalam hal ini
ajaran Islam dan adat istiadat saling terpadu satu dengan yang lainnya. Oleh
peminangan menurut adat mereka yang sudah menjadi tradisi dari zaman nenek
ajaran agama Islam yang banyak mereka anut sampai saat ini akan tetapi
pemahaman marafu (animisme) yang dulu pernah ada, kini masih sedikit
yang akan menjadi objek penelitian saya adalah desa Palama. Desa Palama
kampung ini penulis akan melakukan penelitian yang dijadikan bahan skripsi.
Bagi masyarakat Bima adat ini harus dijalankan dan tidak boleh
ditinggalkan karena merupakan syarat wajib bagi calon mempelai pria terhadap
pinangannya. Proses peminangan adat Bima memiliki cara yang berbeda dengan
adat suku lainnya. Peminangan ini diberi nama “sodiangi”, setelah melakukan
proses peminangan ini sampai selesai kemudian keluarga pihak calon mempelai
wanita memberikan “kain nggoli” (tembe atau kain sarung tenunan asli Bima)
satunya yaitu tidak boleh meminang pinangan orang lain. Dari sini saya merasa
6
dalam dengan melakukan penelitian dan diwujudkan dalam bentuk skripsi dengan
Tenggara Barat).
1. Pembatasan Masalah
penelitian peminangan ini hanya dibatasi pada peminangan adat Bima yang
2. Perumusan Masalah
peminangan?
1. Tujuan Penelitian
Adapan tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu terjawabnya
Kecamatan Donggo-NTB.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan pengetahuan yang lebih tentang tradisi adat Bima yang masih
ilmiah.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
rangka memperoleh informasi dari pemuka agama serta tokoh masyarakat melalui
8
masyarakat. 12 Hal ini lebih mudah karena berhadapan langsung dengan objeknya
dan pendekatan ini juga dipergunakan untuk mengutamakan segi kualitas data
yang diperoleh.
2. Sumber Data
a. Data Primer: Data yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan tokoh
masyarakat dan tokoh agama. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara
b. Data Sekunder: Data yang memberikan bahan tidak langsung atau data yang
didapat selain dari data primer. Data ini dikumpulkan melalui studi pustaka yang
berkaitan diantaranya buku-buku fiqh, sejarah Bima, dan data lain yang terkumpul
3. Kerangka Konseptual
meminta wanita untuk dijadikan istri (bagi diri sendiri atau orang lain). 13 ”
12
Kotja Ningrat, Pedoman Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), h. 9.
13
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, ( Jakarta: Kencana, 2006), Cet Ke-2, h. 73.
9
Dalam Al-Qur’an terdapat dalam surat An-Naba’ ayat 8 yang artinya “Dan kami
jadikan kamu berpasang-pasangan”. Dan ada pula dalam surat An-Nisa ayat 1.
ada ikatan suami istri dengan tujuan agar waktu memasuki perkawinan didasarkan
pihak. 14 Adapun perempuan yang boleh dipinang adalah yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
b. Pada waktu dipinang hendaknya tidak ada penghalang syar’i yang melarang
dilangsungkannya pernikahan.
d. Apabila perempuan itu dalam masa iddah karena talak ba’in, hendaklah
Adapun bagi orang yang hendak menikah, sebelum melamar, ada baiknya
bila ia memperhatikan ada atau tidaknya larangan atas dirirnya untuk melakukan
14
Ibid, h. 74.
10
sebab yang mengharamkannya dalam jangka waktu panjang atau pendek untuk
4. Kerangka Teori
macam persyaratan. Dalam prosesi peminangan adat Bima ini persyaratan ini
membawa kapur sirih, daun sirih, buah pinang dan uang berapa saja yang
digunakan hanya sebagai simbol untuk mengetahui berapa biaya yang akan
dibawa nanti kerumah calon mempelai wanita dan ditaruh di atas piring. Setelah
melakukan hal tersebut dan pinangannya diterima oleh keluarga mempelai wanita
maka calon mempelai laki-laki tinggal menunggu waktu yang tepat untuk
mempelai wanitanya. dalam hal ini masih banyak persyaratan yang ditetapkan
untuk calon mempelai laki-laki dalam prosesi peminangan tersebut. Hal ini
15
Mahmud Al-Shabbagh, Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 1991), Cet. Ke-1, h. 44.
11
5. Jenis Data
Adapun jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari bahan hukum primer dan hukum sekunder. 17 Dan juga data-data yang
diperoleh dari literatur dan referensi yang berkenaan dengan judul skripsi
ini.
16
Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet Ke-1, h. 82.
17
Ibid, h. 68.
12
Bima.
7. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat subjek yang menjadi tujuan utama dalam
penelitian, yaitu yang menjadi informan atau narasumber adalah tokoh agama,
serta warga yang dituakan yang memiliki pengetahuan luas dan mengetahui
segala aspek budaya yang terdapat didaerahnya dan selalu berkomunikasi serta
rupa sehingga agar menjadi sistematis dalam menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan. Karena penelitian ini bersifat kualitatif yaitu analisis dari suatu
pernyataan dan dikembangkan sejalan dengan penelitian ini. Analisa data tidak
menunggu penelitian selesai dilakukan, akan tetapi analisa dilakukan dimulai dari
diperoleh.
9. Tehnik Penulisan
skripsi Fakultas Syaria’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet Ke-1
tahun 2007.
13
Dalam review skripsi terdahulu, penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya
Prosesi Ritual Perkawinan Adat Jawa dilihat dari Sudut Pandang Islam,
skripsi ini dijelaskan juga tentang proses peminangan, dalam proses peminangan
adat jawa ini dinamakan dengan istilah ngebunebun esuk, anjejawah sonten.
Lamaran dapat dilakukan sendiri oleh orang tua laki-laki secara lisan hal ini
dianggap kurang tepat maka pihak lelaki menulis surat lamaran, setelah surat
selesai dibuat kemudian dicarikan petugas yang menjadi duta, biasanya dipilih
keluarga yang dihadiri nenek atau kakek si gadis, maka orang tua si gadis menulis
surat jawaban.
Dalam adat ini ada istilah “neundeun” bahasa sunda, sedangkan dalam bahasa
neundeun omong artinya titip ucap atau dengan kata lain pesan, dengan
14
mengadakan perjanjian orang tua jejaka datang kepada orang tua gadis idaman
anaknya, datangnya bisa sendiri atau cukup diwakili dengan orang yang
dipercayanya. Jangka waktu nendeun omong sampai kepada saat melamar tidak
pasti. Pada dasarnya upacara ini dilaksanakan setelah kedua belah pihak
melangsungkan perkawianan. Melihat dari review yang saya lakukan, jalas sekali
perbedaannya dengan skripsi yang saya tulis. Di dalam skripsi yang saya teliti
yaitu menengenai proses peminangan saja. Yang menarik dari skripsi saya yaitu
diangkat dari adat Bima, jadi skripsi yang saya bahas tentang adat Bima dalam
F. Sistematika Penulisan
kondisi ekonomi.
15
Bab Ketiga : Membahas kriteria dalam penentuan jodoh, tata cara dalam
dalam peminangan.
Islam.
Kesatuan wilayah dan orang Bima diikat oleh tiga ungkapan Orang
Bima, yakni pertama dana mbojo, kedua dou mbojo, dan ketiga nggahi mbojo.
dana bermakna daerah atau tumpah darah, sedang mbojo adalah nama asli Bima,
jadi dana mbojo bermakna Daerah Bima. Kedua dou mbojo berarti orang Bima
yang ada dalam dana mbojo. Ketiga nggahi mbojo adalah nggahi bermakna tutur
berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi
Bima yang diperingati setiap tahun. Didusun Padende Kecamatan Donggo sudah
lama dihuni manusia hal ini dapat dilihat dengan adanya bukti-bukti sejarah yang
penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu, Purba dan bangsa Melayu baru.
Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami daerah kabupaten Bima,
mereka menyebut dirinya “dou mbojo” (orang Bima), “dou donggo” (orang
Donggo) yang mendiami kawasan pesisir pantai. Orang donggo dikenal sebagai
1
Abdullah Abdul Gani, Peradilan Agama Dalam Pemerintahan Islam DiKesultanan
Bima. (Mataram, Yayasan Lengge, 2004), Cet Ke- 2, h. 72
16
17
dalam bahasa Bima), kehidupan mereka sangat jauh berbeda dengan kehidupan
yang dijalani masyarakat Bima saat ini. Masyarakat di desa Palama Donggo
dengan nama “dou donggo”.pada awalnya, sebenarnya penduduk asli ini tidak
menyebarkan budaya dan agama yang baru pula, seperti agama Islam, Keristen,
Hindu dan Budha. Hal itu dilakukan mengingat masih kuatnya kepercayaan
pada akhirnya seiring dengan makin gencarnya para penyiar agama Islam dan
Agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Bima sampai saat
ini adalah agama Islam dan ajaran Islam yang merubah pola kehidupan mereka.
Masyarakat di sana sangat kental sekali dengan ajaran Islam ini terbukti dengan
ditanamkan ajaran agama sejak kecil seperti diajarkan mengaji dan harus bisa
mengaji dari sejak kecil. Akan tetapi disamping kentalnya ajaran agama Islam
2
Mihrab, Wawancara Pribadi, Bima, 19 September 2009
18
(animisme) yang dulu pernah ada sampai saat ini masih sedikit mempengaruhi
pendidikan dan teknologi. Saat ini telah sekian banyak para sarjana asli Donggo
yang umumnya menimba ilmu di luar daerah. Demikian pula dengan teknologi
yang akhirnya memberikan hal yang baru sehingga pola hidup mereka berubah
menjadi lebih maju seperti halnya dalam penggarapan sawah, kendaraan sampai
alat-alat elektronik rumah tangga karena hampir semua daerahnya telah dialiri
listrik. Bahkan tak jarang mereka menjadi para penyiar agama seperti ulama,
(Undang-Undang (UU) No. 22 tahun 1999 dan direvisi menjadi UU No. 3 tahun
B. Letak Geografis
terletak diujung timur pulau Sumbawa tepatnya pada posisis 0-477,50 M di atas
permukaan laut dan berada pada 117’40’-119’10 Bujur Timur dan 70’30 Lintang
Donggo Kabupaten Bima beriklim tropis dengan musim hujan yang relatif pendek
Tenggara Barat (NTB) dengan melalui jalur darat, laut dan udara.
3
Ibid
20
ketika ada acara besar seperti acara pernikahan, mereka masih menggunakan ritual
adat yang berlaku disana sebagai syarat saat dilakukannya prosesi acara besar
tersebut. 4
Mereka tidak boleh meninggalkan adat yang selama ini telah tertanam
tradisi itu dengan mempersatukan mereka dalam ikatan persaudaraan satu dengan
yang lainnya. Alasan yang lain yaitu dengan melestariakan dan mempertahankan
adatnya, mereka meyakini bahwa akan selalu mendapatkan rahmat dari Allah
SWT. 5
menolong antara satu dan yang lainnya. Masyaratkat disana sangat mempercayai
hal-hal mistik sehingga pola pikir mereka tidak ada yang berkembang walaupun
menyembuhkan penyakitnya.
berobat kedokter, akan tetapi ada hal lain yang lebih besar yaitu akibat
kepercayaan marafu yang dulu pernah ada didesa tersebut masih menyatu dan
4
Ibid
5
Husen, Wawancara Pribadi, Bima, 17 September 2009
21
disana apabila terkena penyakit mereka langsung berfikir bahwa mereka telah
terkena ilmu hitam yang dikirim oleh orang yang tidak menyukainya.
kepercayaan marafu (animisme) yang dulu pernah ada dapat digeser sedikit demi
sedikit dengan ajaran agama yang begitu kental yang terdapat disana.
tinggi rasa persaudaraan dan kekompakan yang mereka jalin anatara satu dengan
yang lainnya. Hal ini dapat terlihat jelas ketika mereka mengadakan upacara besar
seperti pernikahan. Semua masyarakat disana bersatu saling membantu baik dari
segi materil ataupun moril sampai acara pernikahan tersebut selesai. Kebudayaan
yang terdapat di desa Palama Kecamatan Donggo sangat menjunjung tinggi nilai
beragama Islam. 6
Disini dapat terlihat ketika tiba datangnya bulan suci ramadhan semua
warga masyarakat baik orang tua, remaja perempuan atau laki-laki serta orang
segala gangguan mahluk halus dan perbuatan buruk yang disengaja atau tidak,
6
Ibrahim, Wawancara Pribadi, Jakarta, 3 April 2010
22
buruk yang tidak disengaja atau disengaja agar hanyut dengan derasnya air sungai
yang mengalir.
Hal yang lain tentang kebudayaan dapat dilihat dari segi ritual adat yang
keagamaannya seperti harus bisa membaca Al-Qur’an yang baik dan benar ketika
D. Kondisi Ekonomi
untuk bercocok tanam dan untuk memenuhi kehidupannya setiap hari. Masyarakat
disana memanfaatkan ladang dan sawahnya untuk menanam seperti: padi, kacang-
Hal yang paling menonjol dalam bercocok tanam di ladang yaitu sering
hasilnya apabila sudah dijual karena nilai jualnya sangat tinggi. Lahan pertanian
yang berupa dataran rendah dan dataran tinggi dimanfaatkan oleh masyarakat
areal persawahan disana tepatnya di Tolo Oi Sumbawa sangat luas dan dapat
7
Ibid
23
menghasilkan panen yang lebih banyak dan dapat menguntungkan sebagai sumber
sapi dan kerbau untuk menunjang perekonomian mereka. Mereka memeras susu
kuda untuk dijual dan sesekali menjual kerbau atau sapinya untuk memenuhi
kebutuhan mereka kalau ada acara besar seperti pernikahan. Masyarakat disana
pun masih mengenal sistem barter dalam pembelian apabila mereka membeli lauk
karena disana masih banyak orang yang tidak bersekolah sampai jenjang yang
lebih tinggi karena kekurangan dari segi ekonominya dan lingkungannya yang
tidak strategis jauh dari pusat kota dan jarangnya alat transportasi yang terdapat
didesa tersebut karena medannya yang sulit dilalui kendaraan umum karena
menciptakan sebuah bangunan rumah tangga yang didirikan agar kokoh, damai,
bukan merupakan syarat akan sahnya sebuah pernikahan, tetapi jodoh itu perlu
dianjurkan mencari jodohnya yang sekufu, selevel, setingkat dan sepaham, karena
tangga dan komunikasi antara keluarga dari pihak suami dan pihak istri dan agar
tidak ada pembatas atau jurang pemisah antara keluarga kedua belah pihak. 1
Dalam penentuan jodoh antara pria dan wanita, menurut syafi’i, harus
1. Suku Bangsa
sejodoh.
1
Mohammad Asmawi, Nikah Dalam Pebincangan dan Perbedaan, (Jakarta: Darussalam,
2004) Cet Ke-1, h. 148
24
25
2. Agama
wanita baik dan taat tidak sejodoh dengan pria yang fasik.
sama juga, yaitu bahwa perempuan yang merdeka (bukan budak) sejodoh
4. Status sosial
tidak sejodoh dengan laki-laki yang menjadi tukang parkir, tukang sapu
kaya sejodoh dengan laki-laki miskin. Imam Syafi;i juga menetapkan bahwa
jodoh itu diperhitungkan kepada pihak perempuan, bukan kepada pihak laki-laki.
Jadi laki-laki bebas dalam menentukan jodohnya dan setiap perempuan dari segi
seperti Imam Syafi’i akan tetapi ada satu yang berbeda pendapat tentang masalah
2
Ibid, h. 150
26
kekayaan, Imam Hanbali mengatakan kalau laki-laki miskin tidak sejodoh dengan
perempuan kaya.
dan Imam Syafi’i mengenai kriteria Islam dan merdeka. Menurut Imam Hanafi
laki-laki muslim tetapi ayahnya non muslim tidak sejodoh dengan perempuan
muslimah yang juga ayahnya muslim. Perempuan merdeka dari lahir tidak
Kriteria agama yang diajukan Imam Maliki sama seperti Imam Syafi’i dan
Imam Hanbali. dalam kriteria memilih jodoh Imam Maliki menambahkan harus
sama-sama sehat jasmani. perempuan yang sehat jasmani tidak cacat baik fisik
maupun psikis tidak sejodoh dengan laki-laki yang cacat, seperti gila, buta dan
sebagainya. Adapun kriteria kaya, bangsawan, status sosial dan merdeka tidak
termasuk kriteria dalam memilih jodoh. Kriteria yang diberikan oleh Imam Maliki
era globalisasi ini komunikasi antar umat sangat dekat dan mudah dijangkau
dengan kecanggihan tekhnologi yang semakin hari semakin modern. Juga sekat-
sekat sudah tidak ada yang membedakan antara ras untuk mengadakan suatu kerja
Demikian juga, dalam hal pernikahan tidak terbatas pada status ekonomi,
tetesan darah biru, miskin, kaya, bahkan bisa antarnegara. Pendapat ini sangat
3
Ibid, h. 151
27
( 13 : 49 \ )اﻟﺤﺠﺮات
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal; mengenal
sesungguhnya orang yang paling mulia diantaranya kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Q.S.Al-Hujaraat [49]:13)
Ayat diatas menjelaskan bahwa orang yang paling mulia disisi Allah Swt,
bukan karena bangsa dan sukunya melainkan pada kadar nilai-nilai ketakwaannya.
Dan di antara bangsa-bangsa yang ada didunia fana ini tidak ada kelebihan dan
keistimewaan antara bangsa yang satu dengan yang lain dan antara suku satu
dengan suku yang lain. demikian juga orang yang meminang perempuan yang
menikah harus tahu secara pasti bahwa tidak ada larangan-larangan syariah yang
Misalnya, orang lain sudah lebih dulu meminang wanita yang telah dipinang oleh
orang lain, sebab ini akan menyakitkan pihak peminang yang pertama. 4
4
Al-Shabbagh Mahmud, Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam. PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung: 1991 h. 67
28
keamanan.
Jika pinangan orang yang pertama tidak diterima atau ia telah mengijinkan
syarat keagamaan dan kebaikan kedua belah pihak telah terpenuhi, di samping
tidak ada halangan syariah. Kedua faktor ini, merupakan syarat mutlak untuk
memulai khitbah (lamaran). Oleh sebab itu jika salah satu diantaranya tidak
1. Cara Memandang
menikah. 6
pinangan itu. Sebab, sesuai dengan tabiatnya, manusia menyukai dan merindukan
5
Ibid, h. 68
6
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Penikahan dan Keluarga, (Jakarta: elSAS, 2008),
Cet Ke-2, h. 11
29
sesuatu yang indah. Dalam hati, ia selalu merasa tentram, bahagia, dan penuh
pasangan. Jumhur ulama berpendapat, bahwa pria boleh memandang wajah dan
dua telapak tangan si wanita yang dipinangnya dan yang lainnya tidak boleh.
memandang kedua telapak tangan bisa mewakili subur tidaknya tubuh (seorang
wanita).
kepada pria dan wanita akan keberadaan serta kepribadian masing-masing. Usaha
untuk saling mengenal dapat tercapai dengan baik efektif, melalui pertemuan
biologis antara keduanya. Sebuah pernikahan tentu tidak mesti dengan melihat
dan dilihat.
Demikian pula, mencukupkan diri memandang foto atau lukisan sama sekali
dibawa oleh Islam. Sebab prinsip ini memberikan hak kepada kedua belah pihak
didampingi oleh muhrim, dibiarkan pergi kemana saja dengan tanpa pengawasan
7
Al-Shabbagh Mahmud, Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam. PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung: 1991 h. 71
30
dan bimbingan. Padahal inilah yang diharamkan menurut syara’ ini bisa
bukan pernikahan. 8
Sebuah pernikahan tentu tidak harus melalui proses pinangan. Dan lamaran
tidak mesti dengan melihat dan dilihat. Sebab pernikahan dapat saja terjadi tanpa
melalui rute lamaran dan lihat melihat, sungguhpun demikian, nabi SAW tetap
Orang yang paling baik dan hati-hati adalah orang yang tidak memasuki
suatu tempat sebelum ia mengetahui baik dan buruknya suasana tempat yang
hendak ia masuki. Pengenalan sebelum menikah tidak terbatas pada cantik atau
dengan akhlak, dapat diketahui dari sifat lahirnya atau melalui informasi dari
8
Ibid, h. 72
9
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Mazhab,
(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), Cet Ke-1, h. 141
10
Sayyid Sabiq, Pengantar Imam Hasan al-Banna, Fiqh Sunnah Jilid 2, (Jakarta: Pena
Pundi Aksara, 2006), Cet Ke-1, h. 510
31
mengetahui lahir batin, dan tidak kepada orang yang suka kepadanya sehingga ia
Yang penting harus hati-hati jika meminta pendapat orang lain, sehingga
melakukan poligami.
3. Menguatkan Pinangan
Jika kedua belah pihak setuju untuk menjadi suami istri, maka lamaran di
sini bisa diterima oleh kedua belah pihak. Dan masing-masing pihak berusaha
Namun semua itu belum berarti sudah mengizinkan kedua calon untuk
ada alasan yang memaksa diklasifikasikan sebagai tindakan yang tecela. Sebab
pinangan adalah janji untuk menikah, barang siapa yang mengabaikan janjinya
11
Al-Shabbagh Mahmud, Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam. (PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung: 1991), h. 73
32
telah diberikan oleh peminang kepada pinangannya berhak diminta kembali jika
akad nikahnya tidak jadi karena mahar diberikan sebagai ganti dan imbalan dalam
diberikannya maka hukumnya sama dengan hibah. Secara hukum, hibah itu tidak
boleh diminta kembali karena merupakan suatu pemberian sukarela dan tidak
bersifat sebagai pengganti dari sesuatu. 12 Karena mahar tidak termasuk pemberian
murni atau sumbangan murni seperti cincin, kalung dan arloji. Sebab calon suami
memberikan itu kepada si calon istri agar dipakai, dijadikan hiasan calon
istrinya. 13
wanita itu sebagai penghinaan yang tak bisa dimaafkan dan kesalahan yang tak
bisa diampuni serta aib yang tidak bisa dihapuskan dengan air samudera.
Sehingga, ia menempuh jalan pintas dan bodoh, sampai kadang-kadang bunuh diri
Hal ini tidak akan terjadi kecuali dalam masyarakat barbar dan primitif,
karena ia mengira itu sebagai balas dendam atas kehormatan dan harga dirinya.
12
Sayyid Sabiq, Pengantar Imam Hasan al-Banna, Fiqh Sunnah Jilid 2, (Jakarta: Pena
Pundi Aksara, 2006), Cet Ke-1, h. 512
13
Ibid, h. 78
33
haramkan atas orang lain, berupa kebebasan pendapat dan memilih. 14 Itulah tata
cara yang harus diperhatikan ketika akan meminang wanita yang akan dijadikan
yang akan dijadikan calon istri atau melalui wali wanita itu. Sesudah itu baru
itu hanya sebagai formalitas saja, sebab sebelumnya antara pria dengan wanita itu
sudah saling mengenal atau menjajaki. Demikian juga, pinangan itu ada kalanya
sebagai langkah awal dan sebelumnya tidak pernah kenal secara dekat, atau hanya
perempuan untuk menjadi istrinya, dengan cara-cara yang sudah umum berlaku
ditengah-tengah masyarakat. 16
antara seorang pria dan seorang wanita. Islam mengisyaratakannya agar masing-
masing calon mempelai dapat saling mengenal dan memahami pribadi mereka.17
Didalam fiqh Islam peminangan ini disebut dengan khitbah. Kata ini dapat
dilihat pada hadis-hadis Rasul yang berbicara tentang peminangan tersebut. Perlu
14
Abdul Hakam ash-Sha’idi, Menuju Keluarga Sakinah, (Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, 2005), Cet Ke-4, h
15
Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,
2003), Cet Ke- 1, h. 24.
16
Sayyid Sabiq, Pengantar Imam Hasan al-Banna, Fiqh Sunnah Jilid 2, (Jakarta: Pena
Pundi Aksara, 2006), Cet Ke-1, h. 50
17
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet Ke-3, h. 62.
34
dengan tunangan. Biasanya tunangan ini adalah masa antara pinangan (lamaran)
didalamnya.
bukan peminangan. Menurutnya keadaan tunangan ini ada, apabila telah ada
persetujuan ini tentunya didahului dengan suatu lamaran, yaitu suatu permintaan
atau tawaran yang dilakukan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Berbeda
dengan pandangan tersebut, Ter Haar Hazn ahli hukum adat Belanda ada
Menyatakan. “het recht van den Islam kent de vervoling niet als rechtsintituut”
Kiranya alasan yang diberikan Ter Haar adalah karena memang Islam tidak
penting untuk dicatat, masyarakat adat telah dikenal adanya pernikahan pinangan
Menurut hukum adat bahwa suatu persetujuan untuk bertunangan baru mengikat
18
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No. 1\1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), Cet Ke-3, h. 87
35
sebagai bukti adanya persetujuan untuk itu. Dengan adanya pertukaran tanda itu
Bajapuik secara sederhana dapat dipahami melalui pepatah orang Minang yang
dirumah istrinya yang disebut dengan sumando. Dalam prosesi pernikahan, selalu
laki-laki yang diantar kerumah istrinya, sebagai tanda ketulusan hati menerima
maka dijemput oleh keluarganya istri secara adat. Dalam hukum adat,
pertunangan ini merupakan lawan dari apa yang sering disebut dengan kawin lari
mengambil pergi seorang gadis oleh seorang pria, dua-duanya bermaksud untuk
19
Ibid, h. 89.
20
Ibid, h. 64
36
peminangan dapat dilakukan terhadap seorang wanita yang masih perawan atau
terhadap janda yang telah habis masa iddahnya. Ini dapat dipahami sebagai syarat
peminanangan.
Selain itu syarat lainnya, wanita yang dipinang tidak terdapat halangan
(2) Wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah raj’iah,
(3) Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dalam pinangan
pria lain, selama pinangan pria tersebut belum putus atau belum ada
(4) Putus pinangan pihak pria, karena adanya pernyataan tentang putusnya
pada wanita. Ada dua macam syarat dalam meminang, yaitu syarat mustahsinah
1. Syarat mustahsinah yaitu syarat yang berupa anjuran kepada seorang laki-laki
yang akan meminang seorang wanita agar ia meneliti dahulu seorang wanita yang
21
Ibid, h. 65
37
tangga. Syarat mustahsinah ini bukanlah syarat yang wajib dipenuhi sebelum
peminangan dilakukan, tetapi hanya berupa anjuran dan kebiasaan yang baik saja,
Tanpa syarat ini dipenuhi tetap sah. 22 Yang termasuk syarat mustahsinah ialah:
darahnya. 23
22
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1987), Cet Ke- 2, h. 28.
23
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1987), Cet Ke- 2, h. 29
24
Ibid, h. 30
38
a. Belum dipinang oleh orang lain secara sah. Jika terdapat halangan-
talak raj’i. Wanita yang dalam masa iddah talak raj’i yang lebih berhak
( : \ )اﻟﺒﻘﺮاة ☺
Artinya: “Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, maka
janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka menikah lagi dengan
bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka
dengan cara yang ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-
orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian.
25
Sayyid Sabiq, Pengantar Imam Hasan al-Banna, Fiqh Sunnah Jilid 2, (Jakarta: Pena
Pundi Aksara, 2006), Cet Ke-1, h. 505
26
Ibid, h. 31
39
Itu lebih baik dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 232)
dalam massa iddah talak bain kepada wanita yang dalam iddah karena suaminya
meninggal dunia. Karena itu mereka berpendapat bahwa wanita yang dalam masa
Pengkiasan diatas dapat diterima karena wanita yang dalam masa iddah
talak bain, sekalipun dalam masa iddah itu masih diberi nafkah oleh bekas
suaminya dan masih dibolehkan tinggal dirumah bekas suami, tetapi hak bekas
suaminya nikah dengannya sama dengan hak pria lain. Bahkan terhadap wanita
yang dicerai tiga kali oleh bekas suaminya, orang lainlah yang lebih berhak
kembali setelah bekas istri itu kawin dengan laki-laki lain, kemudian bercerai dan
habis masa iddahnya. Lain halnya wanita yang dalam masa iddah talak raj’i bekas
c. Wanita yang dipinang itu hendaklah wanita yang boleh dinikahi atau
dengan perkataan lain ialah bahwa wanita itu bukanlah mahram dari
peminangan terlarang itu berbeda pendapat para ulama. Menurut Ahmad bin
Hanbal dan Imam al-Syafi’i dan Abu Hanifah nikah tersebut adalah sah dan tidak
dapat dibatalkan. Menurut ulama Zhahiriy perkawinan tesebut tidak sah dengan
27
Ibid, h. 32
40
berpendapat bila telah berlangsung hubungan kelamin dalam pernikahan itu, maka
mempelai, yang melalui itu diharapkan lahir satu mahluk yang saling
melengkapi, 29
: \ )اﻟﻨﺒﺎء ☯
(
Artinya: “ Dan Kami ciptakan kalian secara berpasang-pasangan. “
(Q.S. An-Naba’ [76]: 8)
( : \ ☯ )اﻟﻨﺴﺎء ⌧
Artinya: “ Dari suami istri itu, Kami mengembangbiakkan sejumlah besar kaum
pria dan wanita.” (Q.S. An-Nisa [4]: 1)
bangunan yang bersangkutan. Misalnya, bata yang keras tidak diletakkan diatas
28
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2007), Cet Ke-2, h. 54
29
Al-Shabbagh Mahmud, Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam. PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung: 1991 h. 60
41
bata yang lembek, yang berakibat akan menghancurkan bangunan dan tidak
memberikan manfaat. 30
Ketika seorang pria melihat wanita cantik yang memenuhi selera seksualnya,
☺
⌧
( : \ )اﻟﻔﺮﻗﺎن
Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan menantu menjadi
anaknya, sehingga bangunan yang didirikannya menjadi tegak.”
(Q.S Al-Furqan [25]: 54)
Demikian pula persoalannya bagi wali yang sah dari si calon mempelai
wanita. Sebelum menerima calon suami dari orang yang diwakilkannya, ia tidak
harus meneliti secara cermat apakah orang ini pantas menjadi suami dan ayah
menjadi keluarga si wanita, karena sifat dan watak si anak menurun dari kedua
30
Ibid, h.61
42
belah pihak tidak hanya dari satunya saja. Jadi proses kecermatan memilih calon
Dari sini jelas hikmah dari adanya pinangan yaitu memberikan kesempatan
kepada kedua belah pihak untuk mempelajari secara cermat akhlak, adat istiadat
dan potensi-potensi yang dimilikinya oleh pihak lain hingga mereka mantap
bahwa pernikahan yang didahului oleh pinangan ini, telah menyuguhkan faktor-
tangga baru yang segera diresmikan ini atas izin Allah SWT, bakal menjadi
31
Ibid, h. 62
BAB IV
PRESPEKTIF ISLAM
antara kedua belah pihak, yaitu antara seorang pria dengan wanita.
acara yang paling sakral yaitu pernikahan biasanya pemuda-pemudi yang sudah
siap untuk berumah tangga akan mencari pasangan hidupnya sesuai dengan
kriteria yang akan mereka pilih. Akan tetapi dalam hal mencari dan memilih
serta dalam menentukan jodoh anaknya. Adapun kriteria yang biasa diterapkan
dalam penentuan jodoh yang terdapat didesa Palama Kecamatan Donggo yaitu: 1
mengutamakan agamanya terlebih dahulu dan harus satu aqidah dan satu
Islami.
1
Kadir, Wawancara Pribadi, Bogor, 17 Juni 2010
43
44
3. Sesuku yaitu lebih mengutamakan yang satu suku, apabila mencari calon
4. Tidak boleh satu saudara, saudara sesusuan dan orang tua seperti saudara
kandung, paman, bibi, adik, kakak, kakek, nenek, ibu, bapak. kecuali
apabila saudara tersebut sudah jauh dari garis keturunan bapak atau pun
ibu.
Dalam prosesi peminangan ini harus sesuai menurut adat Bima yang biasa
dimaksud sudah ada yang meminang atau belum, atau dengan mencari
2
Husen, Wawancara Pribadi, Bima, 17 September 2009
45
3. Pihak dari calon mempelai pria saat melamar harus membawa ketiga
syarat yang diwajibkan yaitu kapur sirih, daun sirih dan buah pinang,
kemudian ketiga syarat wajib itu ditaruh diatas piring dan uang
sekedarnya hanya sebagai tanda nominal uang yang akan dibawa saat
4. Setelah beberapa hari diutuslah kerabat atau saudara dari pihak keluarga
lain-lain.
mempelai yang akan menikah baik dalam penentuan jodoh atau pun dalam prosesi
Donggo yaitu dalam penentuan jodoh hal yang paling penting yang harus
46
diperhatikan pertama kali yaitu agama. Dimana calon mempelai baik dari pria
menanamkannya kepada keluarganya sejak kecil hal ini dapat dilihat dari
pengajaran ngaji yang diberikan oleh orang tua mereka sejak kecil dan ketika
sudah baligh (besar) sudah hatam Al-Qur’an. Didesa Palama juga banyak guru
ngaji sehingga banyak rumah yang dijadikan TPA untuk mengajari anak-anak
mengaji. Semua ini dilakukan dengan tujuan agar mereka memahami dan
mengetahui dasar hukum dan syariat Islam. Sehingga apabila sudah besar menjadi
manusia yang taat beribadah dan mereka memahami hak dan kewajiban mereka
Selain agama hal lain yang lebih diutamakan dan diperhatikan yaitu sekufu
atau sepadan. Apabila salah satu dari mereka (wanita dan pria) tidak sekufu baik
dari segi kekayaan, tingkat pendidikan dan jabatan, kiranya cukup sulit untuk
disatukan walaupun keduanya sudah saling menyayangi akan tetapi hambatan dari
melakukan pendekatan karena pihak keluarga (orang tua) apabila melihat anaknya
dekat dengan salah satu pihak (wanita atau pria) yang latar belakang keluarganya
tidak sama baik dari segi pendidikan ataupun kekayaan dan jabatannya maka
orang tua dari salah satu pihak baik dari keluarga wanita atau pun keluarga pria
kurang menyetujui hubungan anaknya (pria atau pun wanita) dan ada yang sama
sekali tidak setuju karena latar belakang keluarganya yang berbeda tersebut. 3
3
Kadir, Wawancara Pribadi, Bogor, 17 Juni 2010
47
antara suku. Sehingga dalam mencari dan memlih jodoh kebanyakan masyarakat
apabila mereka berkeluarga dengan yang satu suku maka rasa persaudaraan dan
persatuan antara suku mereka semakin erat dan tidak terputus karena perbedaan
suku. Apabila menikah dengan yang berbedaan suku dengan mereka, masyarakat
disana menganggap tali persaudaraannya akan jauh dan tidak erat lagi karena
tidak sesuku dengannya. Masyarakat di sana berfikir bahwa apabila ada salah satu
keluarga yang menikah dengan yang berbeda suku dan keluarga dari suku mereka
(Bima) sudah meninggal maka tali persaudaraan akan menjadi jauh. Alasan yang
lain dalam kriteria mencari pasangan hidup yang sekufu yaitu agar mudah
sana dalam mencari dan memilih jodoh masyarakat di sana tidak boleh mencari
tetapi apabila mereka saudara jauh seperti saudara dari nenek atau dari buyut
boleh untuk dinikahi karena mereka menganggap akan lebih erat tali
4
Ibid
48
Bima tersebut. Setelah selesai dan cocok dalam prosesi pencarian sesuai kriteria
Dalam prosesi peminangan menurut adat Bima biasanya hal yang pertama
dilakukan yaitu mencari informasi terlebih dahulu baik dari keluarganya langsung
sudah ada yang meminang atau belum dalam kata lain sudah dipinang atau dalam
ikatan pria lain. Apabila belum ada yang meminang, maka tahapan selanjutnya
yaitu pihak keluarga dan calon mempelai pria datang ke rumah keluarga wanita
dengan tujuan untuk meminang wanita yang ingin dijadikan istri oleh pria
tersebut. 5
Dalam meminang keluarga dari pihak pria dan calon mempelai pria datang
bersama saudara, kerabat, dan tokoh masyarakat yang ikut meramaikan jalannya
prosesi peminangan tersebut. Dalam prosesi peminangan menurut adat Bima tidak
ada penyambutan khusus dari keluarga calon mempelai wanita terhadap keluarga
calon mempelai pria yang datang untuk meminang, hanya penyambutan biasa
Dalam meminang pihak keluarga pria tidak boleh melupakan syarat wajib
dalam peminangan menurut adat Bima. Syarat wajib tersebut berupa kapur sirih,
daun sirih, dan buah pinang. Ketiga bentuk alat ini tidak boleh dilupakan dan
harus dibawa kerumah keluarga calon mempelai wanitanya. Karena ketiga bentuk
alat ini sebagai syarat wajib dalam prosesi peminangan menurut adat Bima. Pihak
5
Sulaeman, Wawancara Pribadi, Bogor, 21 Maret 2010
49
keluarga calon mempelai pria dalam meminang tidak boleh melupakan syarat
wajib yang menjadi adat Bima sejak zaman nenek moyang yaitu dengan
membawa alat-alat seperti daun sirih, buah pinang dan kapur sirih. Kemudian
ketiga alat ini dibungkus dengan sapu tangan kemudian ditaruh diatas piring dan
uang berapa saja sebagai simbol nominal uang yang akan dibawa saat seserahan.
Hal inilah yang dinamakan sodiangi. Maksud dari ketiga alat ini yaitu sebagai
bentuk atau tanda bahwa telah terjadinya peminangan. Adapun makna dari ketiga
a. Kapur sirih yaitu bermakna suci dan bersih/putih bahwa suatu perkawinan
itu suci yaitu ikatan yang sah antara pria dan wanita dan dianjurkan oleh
c. Buah pinang bermakna untuk mengusir roh jahat yang akan menganggu
kehidupan berumah tangga dan agar rumah tangga tersebut dapat langgeng
Itulah maksud dari ketiga bentuk syarat peminangan menurut adat Bima,
masyarakat di sana menggunakan kapur sirih, daun sirih dan buah pinang karena
mereka meyakini ketiga alat ini dapat menyembuhkan orang yang kesurupan dan
mengusir mahluk halus sehingga alat ini pun digunakan sebagai syarat
peminangan agar kedua calon mempelai yang akan mengarungi bahtera rumah
6
Ma ati, Wawancara Pribadi, Bima, 12 Maret 2010
50
tangga terhindar dari gangguan mahluk halus dan agar lancar acara pernikahan
Setelah semua persyaratan yang dibawa oleh keluarga calon mempelai pria
sudah lengkap, kemudian pihak dari keluarga calon mempelai wanita memberikan
kain nggoli (kain asli tenunan Bima) sebagai syarat diterimanya pinangan.
Apabila pinangan sudah diterima oleh keluarga dari pihak calon mempelai wanita,
maka calon mempelai pria harus membantu segala aktifitas yang dilakukan oleh
dilaksanakan.
Setelah pinangan itu diterima oleh calon mempelai wanita dan keluarganya,
lalu selang satu minggu ada salah seorang keluarga dari calon mempelai pria atau
sering disebut penati dalam bahasa Bima bertugas untuk mewakili keluarga dari
calon mempelai pria untuk mendatangi keluarga calon mempelai wanita untuk
keluarga pihak perempuan. Tetapi hal itu sesuai keinginan atau kesanggupan dari
calon mempelai pria, apabila mereka sudah menyanggupi dan membawa mahar
sesuai permintaan, maka acara pernikahan pun dapat dilaksanakan tanpa harus
mahar tersebut. Selama proses menunggu calon mempelai pria harus membantu
51
kegiatan yang biasa dilakukan oleh keluarga calon mempelai wanita seperti
Kecamatan Donggo, mahar harus sesuai dengan permintaan dari keluarga calon
mempelai wanita. Mahar yang harus diberikan oleh calon mempelai pria adalah
uang, alat-alat rumah tangga dan emas. Ketiga bentuk mahar ini harus wajib
dipenuhi oleh pihak calon mempelai pria, karena ketiga bentuk mahar ini sudah
menjadi tradisi atau adat dalam masyarakat Bima khususnya didesa Palama di
Kecamatan Donggo. 7
Akan tetapi apabila pihak dari calon mempelai pria benar-benar tidak
mampu atau dari segi ekonomi tidak bisa memenuhi persyaratan ketiga bentuk
mahar itu, maka bisa dibicarakan kembali antara keluarga dari kedua belah pihak.
pria datang kembali untuk membawa mahar tersebut dan alat-alat yang lain
seperti: kayu bakar, kambing 1 atau 2 ekor, beras 50 kg dan berbagai bahan-bahan
yang sudah direncanakan dan diketahui oleh calon mempelai pria bahwa calon
mempelai wanitanya menerima pria lain, maka calon mempelai wanita tersebut
mengembalikan semua pemberian yang telah diberikan oleh calon mempelai pria
tersebut.
7
Sulaeman, Wawancara Pribadi, Bogor,
52
calon mempelai wanita di tes mengaji ditempat khalayak ramai apabila diantara
salah satu pihak tidak bisa mengaji, maka acara pernikahan ditangguhkan sampai
pernikahan apabila calon mempelai pria atau calon mempelai wanita tidak bisa
mengaji dengan benar. 8 Maksud dari kegiatan ini agar kedua calon memmpelai ini
mengetahui dasar hukum dan kewajibannya dalam berumah tangga, terutama bagi
Kecamatan Donggo apabila ingin meminang gadis Bima, maka harus melakukan
proses tersebut sekalipun pria itu tidak sesuku yaitu sama-sama Bima, akan tetapi
pria ini ingin melamar gadis Bima dan dilakukan di Bima maka harus mengikuti
adat Bima karena tardisi ini sudah turun-temurun sejak dari zaman nenek
Dalam hal ini saya akan sedikit memaparkan tentang prosesi peminangan yang
daerah yaitu Pernikahan adat Gorontalo dalam perkawinan adat ini tahapan yang
pertama disebut mopoloduwo rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria
mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan
8
Husen, Tokoh Agama, Wawancara Pribadi, Bima, 17 September 2009
53
pemangku adat pembesar negeri dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga
pria (lundthu dulango layio) dan juru bicara utusan keluarga wanita (lundthu
pantun yang indah. Dalam peminangan adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya
pernikahan (tonelo) oleh pihak utusan keluarga calon pengantin pria, namun yang
dilaksanakan selanjutnya. 9
Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo yang turut mengatur
maka curilah anak gadis itu, kawin lari atau lebih tepat disebut nikah lari, adalah
system adat pernikahan yang masih diterapkan di Lombok. Kawin lari atau nikah
lari dalam bahasa Sasak disebut merarik. Istilah merarik berasal dari kata dalam
bahasa Sasak ‘berari” yang artinya berlari dan mengandung dua arti. Arti yang
pertama adalah lari, inilah arti yang sebenarnya. arti kedua adalah keseluruhan
9
www.geogle.com
10
M. Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, (Malang: UIN Malang, 2008), Cet Ke-
1, h. 151
54
dengan cara dicuri. Caranya cukup sederhana, jika kedunaya saling menyukai dan
tidak ada paksaan dari pihak lain, gadis pujaan itu tidak perlu memberitahukan
kepada kedua orang tuanya. Bila ingin menikah langsung saja bawa gadis itu
pergi dan tidak perlu izin lagi. Mencuri untuk menikah lebih kesatria
dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Namun ada aturan dalam mencuri
Untuk urusan perjodohan suku ini menyerahkan semuanya pada anak, bila
keduanya sudah saling suka, tidak perlu menunggu lama untuk menikah, curi saja
anak, bila keduanya sudah saling suka, tidak perlu menunggu lama untuk
yang lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Ada rasa
kesatria yang tertanam jika proses ini dilalui. Namun dalam mencuri gadis
membawa beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang
dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu. Dan
keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri dan kini
berada di satu tempat tetapi tempat menyembunyikan gadis itu dirahasiakan, tidak
Setelah itu nyelabar istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan
dilakukan oleh kerabat pihak laki-laki tetapi otang tua pihak laki-laki tidak boleh
ikut. Rombongan nyelabar terdiri lebih dari lima orang dan wajib mengenakan
Rombongan terlebih dahulu meminta izin pada kliang atau tetua adat
setempat, sekedar rasa penghormatan kepada kliang, datang pun ada aturan
bersila dihalaman depan, satu urusan dari rombongan itu yang nantinya sebagai
oleh suku Sasak, akan tetapi seiring berkembangnya budaya luar dari masyarakat
perantau yang datang dan menetap, akulturasi budaya mulai terjadi. Lahirlah
pernikahan tersebut mereka tidak menggunakan adat suku sasak. Mereka hanya
melakukan peminangan dengan meminta ijin langsung kepada keluarga dari pihak
wanita untuk meminang anak gadisnya akan tetapi mereka tidak menggunakan
adat suku sasak yaitu mencuri terlebih dahulu gadis yang akan dinikahinya
disana apabila akan menikah mereka mencuri gadis terlebih dahulu kemudian
bentuknya yang asli memilki struktur hukum adat tersendiri. Bentuk masyarakat
hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang
tradisional. 11
Hal yang dilakukan pertama kali yaitu tahap perkenalan, bila seorang
pria merasa tertarik pada seorang wanita maka si pria tersebut akan mencari cara
agar dapat mendekati si wanita. Pada saat acara adatlah si pria bersama
sesuai dengan pilihannya. Dengan cara mengintip di balik sarung yang dipakai,
menanyakan bibit, bebet dan bobotnya si wanita atau disebut dengan beulih-
ulihan.
bahan makanan sebagai rangkaian proses pendekatan. Bila pemberian itu diterima
dengan baik maka tahapan selanjutnya si wanita sudah dapat dikatakan sebagai
Setelah keduanya saling menyukai maka pihak orang tua pria datang
untuk melamar yang disebut juga tahap nunang. Pada saat ini pihak mempelai pria
11
www.geogle.com
57
juga membawa oleh-oleh berupa uang, dodol, dan sekapur sirih. Setelah lamaran
diterima maka menjelang hari berikutnya rombongan pihak pria tersebut akan
datang lagi untuk mengadakan nyeurik atau mengikat. Hal ini dilakukan sebagai
tanda bahwa si wanita telah bertunangan, maka sang ibu mengikat badan anaknya
dengan benang. 12
adalah pesta adat lampung pepaduan dengan memotong kerbau dari pihak calon
pengantin pria.
mereka ke rumah mempelai wanita. Pada saat pertemuan itu akan diadakan netak
aping, kedua belah pihak rombongan memegang sepakat maka kain tersebut
dirumah pengantin pria lalu disambut dengan tabuhan talo balak dengan irama
gembira dan tembakan meriam. Didepan rumah mempelai kedua orang tua dan
12
Ibid
58
kedua mempelai, seorang ibu langsung menabur beras yang dicampur kunyit dan
uang logam. 13
Didepan tanggga rumah telah disediakan pasu terbuat dari tanah liat
yang beralaskan talam kuningan berisi air dan anak pisang batu dan kembang
titue. Kembang titue ini terdiri dari daun sosor bebek dan kembang sebanyak tujuh
rupa. Lalu pengantin wanita mencelupkan kedua kakinya ke dalam pasu yang
dimulai dengan kaki kanan lalu kaki kirinya., setelah itu mempelai wanita dibantu
mertua wanita bersama mempelai pria naik ke rumah lalu menuju ruang tengah.
Kemudian didudukan di atas kasur usut yang tengah digelar di depan appai
pereppu yakni kamar tidur yang paling besar, biasanya kamar ini diperuntukkan
bagi anak yang tertua. Kedua mempelai didudukan dengan bersila dengan posisi
lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita, bermakna agar kelak
masing. 14 Dalam hal peminangan pada tiap masyarakat (hukum adat) yang ada di
kira) terdapat pada alat atau sarana pendukung proses pinangan tersebut. 15 Dari
penjelasan diatas terlihat bahwa prosesi peminangan yang terdapat disetiap daerah
13
Ibid
14
Ibid
15
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet Ke-6, h. 223.
59
dengan prosesi peminangan menurut adat Bima jelas berbeda. Baik dari alat
ataupun sarana pendukung yang dijadikan sebagai ritual adat dalam prosesi
peminangan.
Tradisi Peminangan.
peminangan menurut adat Bima ini memiliki syarat wajib yang tidak boleh
Sehingga tradisi ini tidak boleh dilupakan dan ditinggalkan karena sebagai bentuk
menjadi tradisi sejak zaman nenek moyangnya dan tradisi ini sudah turun temurun
dari zaman dahulu hingga sekarang. Alasan masyarakat Bima khususnya yang
berada di desa Palama Kecamatan Donggo masih menggunakan adat Bima dalam
silahturahmi.
16
Husen, Tokoh Agama, Wawancara Pribadi, Bima, 17 September 2009
60
Jadi selama proses acara peminangan ini satu dan yang lainnya saling
ritual tradisi peminangan ini yaitu untuk menghormati para leluhur atau nenek
moyangnya yang telah mempertahankan adat Bima ini sejak Zaman dahulu dan
peminangan ini berlangsung semua warganya ikut membantu baik dalam materil
maupun moril dengan adanya ritual ini masyarakat di sana meyakini akan
mendapat rahmat dari Allah SWT karena semua yang dilakukan tidak
persaudaraannya sangat erat terlebih dalam masalah agama, di Desa Palama ini
khusunya dalam masalah ajaran agama sangat kental sekali. Di Desa ini sejak
kecil baik wanita ataupun pria sudah diajarkan belajar membaca Al-Qur’an. Di
Hal ini dapat terlihat ketika mereka akan menikah maka dia harus bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Apabila tidak bisa membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar maka acara pernikahannya ditunda sampai mereka
bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dan ada tim khusus yang
mengajari kedua calon mempelai ini apabila salah satunya tidak bisa membaca Al-
Qur’an.
Maksud dan tujuan hal ini dilakukan agar kedua calon mempelai ini
dapat menjalankan rumah tangganya sesuai syariat Islam dan khususnya bagi
17
Ibid
61
calon mempelai pria agar bisa menjadi pemimpin yang baik bagi keluarganya dan
dapat membimbing istri dan anak-anaknya ke jalan yang benar sesuai syariat
menurut masyarakat disana akan mendapat rahmat dari Allah Swt karena antara
satu dan yang lainnya saling tolong-menolong dalam kebaikan serta saling
menhormati antara orang tua, pemuka agama tokoh masyarakat dan pemuda-
tidak ada kebersamaannya maka akan mendapat azab dari Allah SWT.
ternyata kepercayaan marafu (animisme) yang ada pada zaman dahulu masih
sedikit mempengaruhi pola hidup masyarakat di sana hal ini dapat dilihat ketika
wajib (kapur sirih, daun sirih dan buah pinang) yang diyakini sebagai alat untuk
mengusir roh halus yang akan menganggu calon pengantin dan ketiga alat ini pun
dipercaya oleh masyarakat disana sebagai obat untuk menyembuhkan orang yang
kesurupan dan untuk mengusir mahluk halus yang terdapat dalam tubuh
manusia. 19
18
Ibid
19
Ma ati, Wawancara Pribadi, Bima, 12 Maret 2010
62
mempertahankan adat Bima sejak zaman dahulu dan masyarakat disana pun ingin
selalu mendapat rahmat dari Allah SWT atas kebersamaannya dan tolong-
menolong dengan sesamanya dan juga dalam hal ini mereka meyakini ketiga alat
wanita untuk dijadikan istri (bagi diri sendiri atau orang lain). 20 ” Menurut
perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita”. Atau, “seorang pria
meminta kepada seorang wanita untuk menjadi istrinya, dengan cara-cara yang
...
☺
⌧
( : \ )اﻟﻨﺴﺎء... ⌧
Artinya: ...oleh sebab itu kawinilah mereka dengan seizin keluarganya, dan
berikan maskawin untuk mereka secara patut, mereka itu wanita
20
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, ( Jakarta: Kencana, 2006), Cet Ke-2, h. 73.
63
yang memelihara diri bukan penzina dan bukan pula wanita yang
mengambil lelaki begitu saja... (Q.S. An-Nisa [4]: 25)
Ayat diatas memberikan tuntunan yang jelas bahwa izin dari keluarga,
ayah wanita yang hendak dikawini atau kakeknya atau saudaranya dan famili yan
hukum adat tunangan itu disebutnya sebagai peristiwa hukum dalam Islam tidak
dapat disebut sebagai peristiwa hukum. Artinya peminangan dalam Islam tidak
Pada Pasal I Bab I Kompilasi Hukum Islam (KHI) ayat (a) yaitu:
21
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1995)
Cet Ke- 1, h. 17
22
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta:
Elsas, 2008), Cet Ke- 2, h. 9
23
Terjemah Shahih Muslim jilid 3 dengan no hadits 1335 dan Jaami’ ahkaam al-nissa juz
III, h. 241
24
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet Ke-3, h. 63
64
perjodohan antara seorang pria dan seorang wanita. Dengan cara-cara yang baik
(ma’ruf).
pasangan jodoh tapi dapat pula dilakukan oleh perantara yang dapat dipercaya.
Menurut istilah pernyataan atau permintaan dari seseorang pria kepada pihak
seorang wanita untuk menikahinya baik dilakukan oleh pria itu secara langsung
atau dengan perantara pihak lain yang dipercayainya sesuai dengan ketentuan
agama. 25
yang akan dijadikan calon istri atau melalui wali wanita itu. Sesudah itu baru
itu hanya sebagai formalitas saja, sebab sebelumnya antara pria dengan wanita itu
sudah saling mengenal atau menjajaki. Demikian juga, pinangan itu ada kalanya
sebagai langkah awal dan sebelumnya tidak pernah kenal secara dekat, atau hanya
tentram, seyogyanya calon suami terlebih dahulu melihat perempuan yang akan
25
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1987), Cet Ke- 2, h. 28.
26
Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,
2003), Cet Ke- 1, h. 24.
65
suami memiliki dasar pijakan dari Al-qur’an dan hadits. 28 Dasar Al-Qur’an seperti
firman Allah:
⌧ ☺
( : \ )اﻻﺣﺰاب ⌧
Artinya: “Tidak halal bagimu (yaitu Muhammad) mengawini perempuan-
perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan
istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali
perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah
Allah Maha Mengawasi segala sesuatu” (Q.S. Al-Ahzab[33]:52)
Dengan hadits dan ayat al-Qur’an yang secara spesifik menuju ke arah
kedua belah pihak. Pria dan wanita yang kemudian dihalalkan hubungan keduanya
melalui akad nikah, akan lebih berpengertian dengan saling mengenal sebelum
menikah. 30
yang boleh dilihat oleh “al-khaatib” (pelamar) adalah wajah dan dua
sumber kebaikan dan tumpuan harapan yang dapat dilihat. Adapun kedua
boleh dilihat adalah anggota tubuh yang biasanya atau pada umumnya
nampak darinya yaitu: lutut, kedua belah tangan dan dua buah telapak
30
Ibid, h. 140
67
dilihat adalah bagian mana saja yang dikehendaki pelamar untuk diketahui
4. Kelompok ini yang berpendapat bahwa bagian anggota tubuh yang boleh
dikemukakan mazhab Daud, Ibnu Hazm dan riwayat ketiga dari Ahmad
bin Hanbal.
Dasar yang mereka jadikan literal hadits berbunyi ... أﻧﻈﺮ إﻟﻴﻬﺎ...
(“ ... lihatlah secara cermat perempuan itu... “). kata “lihat” dalam bentuk
pribadi mereka. 31 Di dalam fiqh Islam peminangan ini disebut dengan khitbah.
Kata ini dapat dilihat pada hadis-hadis Rasul yang berbicara tentang peminangan
31
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet Ke-3, h. 62.
68
terlebih dahulu, adanya keharmonisan dan keserasian dalam kehidupan suami istri
1. Dalam memilih calon istri yang mempunyai harta (kaya). Agama Islam
suaminya.
2. Memilih calon istri dari keturunan baik-baik. Sebab, orang yang baik akan
3. Memilih calon istri yang cantik, karena setiap manusia ada mempunyai
32
Imam Al-Bukhory, “Shahih Bukhory”,(Al-Qohiroh: Maktabul Wa Mutoba’ah,
Mustofa, 1958 H), h. 9
69
33
kepada orang yang melihat. Tentu saja, ukuran cantik atau tidak sangat
4. Memilih calon istri yang taat beragama. Hal ini dipandang amat penting,
anak-anak.
Disamping itu apabila ingin meminang sebaiknya yang dipinang itu adalah
wanita yang mempunyai sifat kasih sayang dan wanita yang peranak sesuai
memperhatikan apakah wanita yang akan dipinang itu tidak dalam pinangan laki-
laki lain, dan boleh dipinang apabila laki-laki tersebut melepaskan hak
33
Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,
2003), Cet Ke- 1, h. 27
34
Imam Al-Bukhory, “Shahih Bukhory”,(Al-Qohiroh: Maktabul Wa Mutoba’ah,
Mustofa, 1958 H), h. 24
70
tersebut berarti seseorang sudah siap untuk berumah tangga dan harus konsekuen
dengan ucapannya sebab pinangan adalah janji untuk menikah, barang siapa yang
mengabaikan janjinya tanpa ada alasan yang memaksa, berarti mengingkari janji,
Jadi dalam hal ini kita harus benar-benar siap dan bertanggung jawab
dengan apa yang telah kita lakukan dan janjikan karena semua setiap perbuatan
dengan memberi hak kepadanya diantaranya adalah hak untuk menerima mahar
(maskawin). Mahar hanya diberikan kepada oleh calon suami kepada calon istri,
bukan kepada wanita lainnya atau siapa pun walaupun sangat dekat dengannya.
Karena mahar merupakan syarat sahnya nikah, bahkan Imam Maliki mengatakan
sebagai rukun nikah, maka hukum memberinya adalah wajib. 35 Allah berfirman:
35
Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2009) Cet Ke-1, h. 38
71
...
( : \ )اﻟﻨﺴﺎء ... ☺
36
(ﺗﺰوج وﻟﻮ ﺑﺨﺎﺗﻢ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺪ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري
Artinya: “Kawinlah engkau walau dengan mas kawin cincin dari besi.”
(H.R. Bukhari)
tidak ada kadar khusus dalam mahar tersebut. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
kemampuan untuk memberi mas kawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon
istri. Sebaliknya orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu memberinya. 37
Dari uraian penjelasan setiap bab diatas dapat diketahui bahwa hukum
adat yang terdapat disetiap daerah menjadi patokan masyarakat dalam berprilaku
sesuai norma adat yang berlaku, demikian pula dalam ritual adat yang dijalankan
tujuannya yaitu untuk mempererat rasa persatuan dan persaudaraan antara suku
36
Imam Al-Bukhory, “Shahih Bukhory”,(Al-Qohiroh: Maktabul Wa Mutoba’ah,
Mustofa, 1958 M, h. 19
37
Ibid, h. 40
72
perbedaan, hal ini dapat dilihat dari segi alat yang dibawa dan sambutan yang
dalam prespektif Islam memiliki kesamaan dalam tata cara dan syarat-syarat
dalam peminangan. Akan tetapi dalam hal penentuan jodoh ada sedikit perbedaan
yang jelas terlihat dalam penentuan jodoh antara sekufu dan sesuku/sebangsa
sesuku dan sekufu yang berlainan dengan pengertian menurut prespektif Islam.
Menurut para ulama Imam Mazhab berbeda pendapat tentang hal sekufu
dan sesuku/bangsa, akan tetapi pengertian itu tidak membedakan manusia dan
karena perbedaan tersebut. Lain halnya dengan penetuan jodoh tentang sekufu dan
tanpa melihat atau mempertimbangkan suatu keadaan dari sisi yang lain dan
tahapan-tahapan dalam prosesi ini memang sesuai dengan ajaran Islam, dalam
Islam pun mengajarkan tata cara dan syarat dalam peminangan akan tetapi dalam
Islam tidak menganjurkan atau mewajibkan membawa benda atau alat sesuatu
yang menjadi sahnya suatu peminangan. Disinilah letak perbedaan antara prosesi
73
Bima.
melupakan ketiga bentuk alat (kapur sirih, dun sirih dan buah pinang) yang
menjadi syarat wajib dalam peminangan tersebut. karena belum dapat dikatakan
Adapun makna dari ketiga bentuk alat itu (kapur sirih, daun sirih dan
buah pinang) sesuai dengan ajaran Islam yaitu kapur sirih (suci), daun sirih
(kesuburan), akan tetapi makna buah pinang tidak sesuai dengan Islam karena
mereka mempercayai buah pinang dapat mengusir roh halus yang akan
tangga.
Islam mengajarkan apabila ingin mengusir roh halus tidak seperti itu
jalannya, Islam mengajarkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah
benda-benda atau alat sebagai pengusir roh halus, karena itu suatu perbuatan yang
musyrik. Jadi makna dari ketiga bentuk alat yang dijadikan sebagai syarat prosesi
peminangan menurut adat Bima ini salah satunya ada yang bertentangan dengan
Islam.
dengan ajaran agama Islam yang ditanamkan sejak kecil oleh keluarganya. Akan
tetapi disamping itu pola kehidupan masyarakat di sana masih sedikit dipengaruhi
74
Hal ini dapat dilihat dari syarat yang diwajibkan dalam prosesi
peminangan menurut adat Bima ini. Menurut masyarakat di sana bahwa kapur
sirih, daun sirih dan buah pinang dipercayai dapat menyembuhkan orang yang
kesurupan dengan kata lain ketiga alat (kapur sirih, daun sirih dan buah pinang)
ini dapat mengusir mahluk halus dalam diri manusia yang dirasuki oleh mahluk
halus.
Kecamatan Donggo dalam hal mahar harus sesuai dengan permintaan dari calon
ada kadar khusus, mahar wajib diberikan kepada calon memepelai wanita
walaupun hanya sebuah cincin dari besi dan hafalan Al-Qur’an. Dalam kata lain,
mahar diberikan sesuai dengan kemampuan dan kerelaan dari kedua belah pihak.
dalam prosesi peminangan menurut adat Bima dan mengenai mahar sedikit
penafsiran menurut adat Bima dan menurut Prespektif Islam. Sehingga dalam hal
ini lebih baik ketentuan-ketentuan tersebut tidak dijadikan patokan utama dalam
suatu ritul adat dan dapat membuka pola pikir masyarakat di desa Palama
75
Kecamatan Donggo karena Allah Swt melihat manusia bukan dari banyaknya
harta dan jabatan. Akan tetapi semua dilihat dan diukur berdasarkan iman dan
takwa seseorang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
skripsi ini, dapatlah diambil suatu kesimpulan yang antara lain sebagai
berikut.
dan dianjurkan dalam Islam. Peminangan dalam ilmu fiqh disebut khitbah
dilakukan oleh pria itu secara langsung atau dengan perantara pihak lain
2. Dalam Al-Qur’an dan Hadits sudah diatur dan terlihat jelas bagaimana
syarat peminangan. Seorang pria tidak boleh meminang wanita yang sudah
dipinang oleh orang lain. Dan apabila telah habis masa iddah seorang istri
yang ditalak oleh suaminya maka seorang suami berhak menikah lagi
masih berada dalam masa iddah raj’iah, haram dan dilarang untuk
dinikahi. (3) Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dalam
76
77
pinangan pria lain, salam pinangan pria tersebut belum putus atau belum
(4) Putus pinangan pihak pria, karena adanya pernyataan tentang putusnya
sekandung).
4. Adapun tata cara peminangan yang telah diajarkan dalam Islam apabila
ingin meminang wanita yaitu salah satunya boleh melihat wanita yang
yang dilaksanakannya berbeda-beda baik dari segi alat atau benda yang
adat yang terdapat disetiap daerah baik di Bima maupun diderah lain.
Akan tetapi tujuan dari ritual adat dalam suatu prosesi perkawinan
disana pun jarang sekali yang bersekolah sampai tingkat yang lebih tinggi
disana masih banyak yang tidak mampu dan tidak mampu membiayai
sekolah sampai ketingkat yang lebih tinggi karena tidak ada biaya.
berbeda dengan yang terdapat didaerah lain, baik dari alat yang digunakan
calon mempelai pria dan keluarganya harus membawa daun sirih, buah
pinang dan kapur sirih sebagai syarat wajib saat melakukan prosesi
keagamaan, masyarakat disana harus dapat mengaji dengan baik dan benar
selain sebagai bekal diakhirat nanti hal ini juga sebagai persiapan bagi
calon mempelai yang akan menikah karena kedua calon mempelai akan di
10. Dalam penetuan jodoh, mahar dan peminangan menurut adat Bima ini
Semua ketentuan yang telah diajarkan Islam ada yang terdapat dalam
prosesi peminangan menurut adat Bima ini. Akan tetapi dalam hal ini ada
juga yang bertentangan dengan Islam. Adat ini masih dipertahankan oleh
materil maupun moril. Akan tetapi makna dari ketiga bentuk syarat dalam
prosesi peminangan menurut adat Bima ini ada yang tidak sesuai dengan
tersebut.
80
B. Saran
harus mewajibkan membawa daun sirih, buah pinang dan kapur sirih.
adat Bima. Karena ada yang tidak sesuai dengan prespektif Islam.
dan paranormal.
Al-Qur’an Al-Qarim
Aziz Salim, Abdur Rasyid, Bulughul Marom Min Adillatil ahkami, Syuruqi
ad-Dauliyah
Bakry Sidi Nazar, Kunci Keutuhan Rumah Tangga. Pedoman Ilmu Jaya.
Jakarta, 1993
Hasan Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Prenada Media,
Jakarta, 2003
82
Kuzari Achmad, Nikah Sebagai Perikatan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1995
Sabiq Sayyid, Fiqh Sunnah III, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
Sahrani Sohari dan Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009
Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musna Khalid bin Ali Al-Anbari,
Perkawinan dan Masalahnya. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 1993.
83
Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Prenada Media, Jakarta,
2007
84
Wawancara Kuesioner Penelitian
(Peminangan Adat Bima)
Desa Palama Kec. Donggo-Nusa Tenggara Barat
Narasumber : Sulaeman
Jabatan : Serda/ Kopasus
Pewawancara : Toty Citra. W
Hari/Tanggal : Minggu 21 Maret 2010
1. Bagaimana menurut bapak maksud dari peminangan menurut adat Bima ini?
Jawab:
Peminangan adalah langkah awal dimana seorang pria dan keluarganya
datang kerumah calon mempelai wanita, kemudian bicara kepada keluarga
calon mempelai wanita yang diinginkannya atau pujaan hatinya dan
memintanya untuk dijadikan istrinya.
3. Siapa sajakah yang berperan penting dalam melakukan prosesi peminangan adat
Bima ini?
Jawab:
Yaitu keluarga dari pihak laki-laki dan semua pihak yang ikut
mengantarkan saat dilaksanakannya acara peminangan. Yaitu orang tua,
seudara, kerabat, pemuka agama, dan tokoh masyarakat.
4. Dimanakah prosesi peminangan ini dilakukan dan siapa sajakah yang ikut serta
dalam prosesi peminangan adat Bima ini?
Jawab:
yaitu dirumah calon mempelai wanita, yang ikut serta dalam prosesi
peminangan ini yaitu keluarga dari calon mempelai pria, saudara,
kerabat, dan tokoh masyarakat.
5. Alat-alat apa sajakah yang digunakan dalam prosesi peminangan adat Bima?
Jawab:
Alat yang digunakan dalam prosesi peminangan adat Bima ini adalah daun
sirih, buah pinang dan kapur sirih.
6. Apa sajakah yang dibawa oleh calon mempelai laki-laki beserta keluarganya saat
melakukan peminangan tersebut?
Jawab:
Yaitu daun sirih, buah pinang dan kapur sirih. Kemudian ketiga alat ini
dibungkus oleh sapu tangan setelah itu ditaruh diatas piring. Maksud dari
membawa ketiga alat ini yaitu sebagai tanda bahwa telah terjadinya
peminangan. Karena apabila tidak membawa ketiga bentuk peminangan
ini maka belum dikatakan telah terjadinya peminangan.
Mengetahui,
Tokoh Masyarakat
( )
Wawancara Kuesioner Penelitian
(Peminangan Adat Bima)
Desa Palama Kec. Donggo-Nusa Tenggara Barat
Narasumber : Husen
Jabatan : Tokoh Agama
Pewawancara : Toty Citra. W
Hari/Tanggal : 17 September 2009
1. Apa saja yang dilakukan pihak keluarga calon mempelai laki-laki saat melakukan
kunjungan kerumah calon mempelai wanitanya?
Jawab:
Yaitu datang kerumah calon mempelai wanita dengan membawa ketiga
alat yang diwajibkan dalam prosesi peminangan adat Bima, yaitu dengan
membawa daun sirih, buah pinang dan kapur sirih yang telah dibungkus
oleh sapu tangan dan ditaruh diatas piring. Sebelum memberikan ketiga
syarat ini, pihak keluarga calon mempelai pria menanyakan dan
memastikan terlebih dahulu kepada keluarga dari calon mempelai
wanitanya apakah calon memepelai wanitanya ini tidak ada kaitannya
dengan pria lain atau sudah dipinang oleh orang lain.
6. Bagaimana menurut bapak/ibu apabila prosesi peminangan adat Bima ini tidak
dilakukan atau dalam peminangan tidak ada persyaratan yang harus dilakukan
oleh calon mempelai laki-laki terhadap calon memepelai wanitanya?
Jawab:
Apabila dalam prosesi peminangan menurut adat Bima ini tidak dilakukan
berarti belum dikatakan adanya peminangan. karena dalam prosesi
peminangan adat Bima sudah ada sejak zaman nenek moyang dan harus
dilaksanakan tidak boleh dihilangkan atau ditinggalkan.
Mengetahui,
Tokoh Agama
( )
Wawancara Kuesioner Penelitian
(Peminangan Adat Bima)
Desa Palama Kec. Donggo-Nusa Tenggara Barat
Narasumber : Mihrab
Jabatan : Petugas Desa
Pewawancara : Toty Citra. W
Hari/Tanggal : 19 September 2009
4. Seperti apa letak goegrafis yang terdapat di Kec. Donggo, Kab. Bima-NTB?
Jawab:
Yaitu terletak diujung timur pulau Sumbawa tepatnya pada posisi 0-
477,50 M diatas permukaan laut dan berada pada 117’40-119’10 Bujur
Timur dan 70’30 Lintang Selatan dan batas-batasannya sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Soromandi, Sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Mada Pangga, Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Bolo, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Dompu.
( )