Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan
Semester Enam
Oleh
Xenia Widianti
2014420031
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan didepan majelis penguji PKL Fakultas Ekonomi Universitas
Darma Persada pada :
Hari/Tanggal :
Nama : Xenia Widianti
NIM : 2014420031
Jurusan : Akuntansi
Judul : Perhitungan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Non Pegawai Di
Bank Indonesia Jakarta.
PENGUJI
Mengetahui,
Segala puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Praktek Kerja Lapangan dengan judul Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph)
Pasal 21 Non Pegawai Di Bank Indonesia Jakarta. Adapun laporan inil diajukan
sebagai persyaratan untuk dapat lulus pada mata kuliah Praktek Kerja Lapangan
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada Jakarta. Dalam
penyusunan dan penulisan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Orang tua saya yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat
baik moril dan material sepanjang proses pembuatan laporan PKL ini.
2. Bapak Sukardi,S.E selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Darma
Persada
3. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, Msi selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Darma Persada dan pembimbing penulisan
laporan PKL.
4. Ibu Ari Sri Wahyuningsih, SE, MM selaku pembimbing penulisan
laporan PKL.
5. Bapak Edi Yusup Toto selaku Deputi Direktur pengelola pajak di Bank
Indonesia.
6. Seluruh Pegawai Bank Indonesia yang telah membimbing dan
membantu selama proses Praktek Kerja Lapangan.
7. Bapak Bedur, bapak reli dan bapak irfan yang telah banyak membantu
sekaligus direpotkan dalam prose penyusunan laporan ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah. Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa
laporan PKL ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, penulis
mengharapkan saran yang membangun bagi laporan PKL ini.
Xenia Widianti
i
DAFTAR ISI
1.2.1 Tujuan Praktek Kerja Lapangan .................... Error! Bookmark not defined.
1.2.2 Manfaat Praktek Kerja Lapangan .................. Error! Bookmark not defined.
2.4.6 Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT ........ Error! Bookmark not defined.
2.4.7 Sanksi Administrasi dan Pidana Terkait SPT Error! Bookmark not defined.
3.1.2 Visi dan Misi Instansi .................................... Error! Bookmark not defined.
3.1.3 Kode Etik Pegawai DJP ................................. Error! Bookmark not defined.
3.3 Tempat dan Waktu PKL ....................................... Error! Bookmark not defined.
4.2 Hasil Antara Teori dan Praktek............................ Error! Bookmark not defined.
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sertifikat...……………………………………………58
PENDAHULUAN
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung,
pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Dalam surat edaran tersebut tertulis wajib pajak adalah orang pribadi atau
badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
undangan perpajakan.
atau diperoleh wajib pajak dari Bank Indonesia dengan nama dan dalam bentuk
penghasilan yang disebut PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap orang
kegiatan memotong pajak atas penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
(PPh) di Bank Indonesia meliputi, PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4
penghasilan.
2
adalah pembayaran dimuka. Jumlah pajak yang dipotong atau dipungut ini
pihak yang dipotong membayar pajak dengan cara dipotong dari dasar
pemotongan pajak pemotongan ini nanti dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh
Penghasilan di Bank Indonesia yang diatur dalam penerbitan Surat Edaran No.
INDONESIA JAKARTA.”
1.2 Tujuan Penulisan
4
Selain itu hasil laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat digunakan
sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi
Universitas Darma Persada.
c. Bagi Instansi
Bagi Bank Indonesia Jakarta bagian Pajak dan Penyelesaian
Transaksi Keuangan (PPTK) hasil laporan ini diharapkan dapat
memberikan umpan balik untuk meningkatkan kualitas pelayanan
sekaligus menjadi bahan evaluasi untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik. Dengan adanya program magang ini, baik pihak instansi dan
juga mahasiswa saling memberikan timbal balik dimana mahasiswa
dapat mengambil manfaat serta belajar selama program magang di
Instansi, dan Instansi tersebut dapat dibantu oleh mahasiswa dalam
melaksanakan pekerjaan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian pajak
Menurut Siti Remi (2013:1) pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Menurut undang-undang ketentuan umum perpajakam pasal 1 ayat satu, pajak
adalah pungutan yang dilakukan Negara dengan sifat memaksa atas dasar undang-undang
tanpa kontraprestasi langsung.
2.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Siti Resmi (2013:3) terdapat dua fungsi pajak yaitu:
Fungsi Sumber Keungan Negara (Busgetair) adalah pajak berfungsi salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
Fungsi Pengatur (Regularend) adalah sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi, serta mencapai
tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
7
1. Penggantian imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pension, atau imbalan dalamm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang ini;
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan kurs selisih mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali asset;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
a. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan;
8
b. Surplus Bank Indonesia.
9
2.2.5 Penghasilan Kena Pajak
Menurut Siti Resmi (2013:134) Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan
tarif bagi Wajib Pajak dalam negeri dalam satu tahun pajak dihitung dengan cara
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dikurangi dengan
pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (1),
serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf g.
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak tersebut dihitung dengan cara tertentu
berdasar pengelompokan sebagai berikut:
a. Wajib Pajak Badan
Pembukuan yang dilakukan oleh WP Badan wajib dilakukan dengan cara-cara
yang telah ditetapkan KUP. Penghasilan Kena Pajak untuk WP badan sama
dengan penghasilan bruto dikurangi dengan perngurang yang diperkenanklan
(sesuai Pasal 6 ayat (2) UU PPh) dan menghasilkan penghasilan neto. Apabila
terdapat biaya tahun sebelumnya yang masih bis adikompensasikan, maka PKP
dihitung dari penghasilan neto dikurangi dengan kerugian tahun sebelumnya
dengan catatan tidak lebih dari lima tahun.
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang Menyelenggarakan
Perhitungan PKP menggunakan pembukuan sama dengan WP badn tetapi
dikurangi lagi dengan penghasilan neto. Komponen penghasilan neto bagi Wajib
Pajak orang pribadi terdiri atas penghasilan neto dari usaha, dari pekerjaan, dari
usaha lainnya (royalty, dividen, bunga, dan lain-lain), dan penghasilan neto dari
luar negeri.
c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan Norma Perhitungan
Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menetukan besarnya penghasilan
neto yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-
menerus. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
menggunakan norma sama dengan penghasilan neto dikurangi dengan PTKP.
Penghasilan neto sama dengan jumlah peredaran usaha atau penerimaan bruto dari
usaha atau pekerjaan bebas dikalikan dengan presentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (NPPN).
10
d. Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Pada dasarnya penhitungannya sama dengan Wajib Pajak dalam negeri.
e. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang Terutang Pajak dalam Suatu
Bagian Tahun Pajak
Dapat terjadi kemungkinan bahwa orang pribadi menjadi Subjek Pajak tidak lebih
dalam jangka waktu 1 tahun penuh, oleh karena itu PKP Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam suatu bagian pajak dihitung
berdasarkan penghasilan neto yang diterima atau diperoleh dalam bagian tahun
pajak yang dipertahunkan.
Wajib pajak PPh Pasal 21 non pegawai meliputi tenaga kerja lepas, bukan pegawai ,
2.3.3 Monitoring Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Non Pegawai di Bank
Indonesia
1. Dalam rangka pengawasan kepatuhan Pemotongan Pajak di Bank Indonesia, Unit Kerja
Pengelola Pajak dan Unit Penyetor dan Pelapor Pajak merekam data SPT PPh Pasal 21
2. Unit Kerja Pengelola Pajak dan/atau Unit Penyetor dan Pelapor Pajak yang tidak
melakukan perekaman data SPT yang telah dilaporkan ke KPP ke dalam BIJAK secara
lengkap, tidak dapat memproses Laporan PPh 21 Pegawai dari BIJAK untuk Masa Pajak
pelaporan SPT PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh seluruh Unit Penyetor dan
ii. Dalam hal terdapat pelaporan SPT yang yang terlambat dilaporkan untuk suatu
jenis pajak tertentu selama 2 (dua) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender,
maka apabila diperlukan, Unit Kerja Pengelola Pajak menindaklanjuti dengan
b) Ekualisasi Biaya
i. Unit Kerja Pengelola Pajak dan Unit Penyetor dan Pelapor Pajak dapat
ii. Unit Kerja Pengelola Pajak dan Unit Penyetor dan Pelapor Pajak, apabila
diperlukan, melakukan koordinasi dengan Unit Kerja terkait dalam hal terdapat
a. Pemotongan dan Pembebanan Anggaran PPh Pasal 21 - Non Pegawai dilakukan oleh
1) Melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 non Pegawai pada saat pengakuan biaya atau
2) Menentukan tarif PPh pasal 21 non Pegawai yang akan diterapkan, sebagai berikut :
ketersediaan data/ dokumen pendukung, antara lain berupa NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
i. P3B, yaitu apabila Wajib Pajak luar negeri melampirkan SKD dan/atau memenuhi
luar negeri tidak melampirkan asli SKD dan/atau tidak memenuhi persyaratan
3) Membuat Bukti Pemotongan PPh paling sedikit sebanyak 3 (tiga) rangkap melalui
BIJAK.
4) Membuat WRA berdasarkan Bukti Pemotongan PPh yang telah dibuat, dan ditampung
5) Menyampaikan Bukti Pemotongan PPh kepada Non Pegawai atau Vendor sebagai Wajib
6) Menyampaikan Bukti Pemotongan PPh kepada Unit Kerja Pengelola Pajak atau Unit
17
a) Daftar Penyampaian Bukti Pemotongan PPh (Lembar ke-1 s.d. Lembar ke-2)
Manajer; dan
b) fotokopi Warkat Pembukuan, paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah Pemotongan
PPh.
1) Berdasarkan Bukti Pemotongan PPh yang disampaikan oleh Unit Kerja Pelaksana
Pembayaran, maka Unit Kerja Pengelola Pajak atau Unit Kerja Penyetor dan Pelapor Pajak:
a) Meneliti kelengkapan pengisian Bukti Pemotongan PPh dan kesesuaian nominal yang
c) Melakukan veriflkasi Bukti Pemotongan PPh melalui BIJAK dalam hal bukti potong telah
d) Mencetak Daftar Bukti Pemotongan PPh dart BIJAK untuk ditandatangani oleh
18
e) Membuat SSP sesuai dengan jenis PPh, yang ditandatangani oleh sekurang-
kurangnya Manajer.
f) Melakukan penyetoran PPh yang telah dipotong kepada KPPN melalui Bank Persepsi
atau Kantor Pos dengan membuat warkat sesuai ketentuan akunting yang berlaku,
dengan jumal:
i) Menyampaikan SSP (Lembar ke-1 s.d. Lembar ke-5) kepada Bank Persepsi atau
a) Lembar ke-1 dan ke-5 disimpan untuk arsip Unit Kerja Pengelola Pajak dan
b) Lembar ke-2 untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos.
d) Lembar ke-4 untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos sebagai tempat penerima
penyetoran.
1) Unit Kerja Pengelola Pajak atau Unit Kerja Penyetor dan Pelapor Pajak, melakukan hal-
a) Melakukan proses ekspor data dari BIJAK untuk selanjutnya dilakukan impor di e-
SPT,
19
atau membuat SPT dengan format selain e-SPT sesuai ketentuan perundang-
undangan pajak.
dengan dilampiri SSP yang telah divalidasi Bank Persepsi dan dokumen lain sesuai
2.4.1 Perhitungan PPh Pasal 21 bagi non pegawai atas penghasilan yang bersifat tetap secara
Penghasilan bruto:
Pengurangan
8. Iuran pensiun atau iuran THT/JHT (yang dibayarkan oleh penerima penghasilan)
xxx
14. PPh Pasal 21 yang terutang(13x tarif pasal 17 ayat(1) huruf a xxx
22
BAB III
GAMBARAN UMUM INSTANSI
nama lain De Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia Belanda. Sebagai
bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang
negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga
bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Setelah tugas mengatur dan mengawasi perbankan dialihkan kepada Otoritas Jasa
Keuangan, tugas BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun
Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai
23
menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di
bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia
diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi
kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain
yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia
produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf
hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan
UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan
diamendemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas
dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008,
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amendemen
24
krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999
tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana
ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah
dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang
ini.
undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang
khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya
25
Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui
penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata
diamanatkan UU.
Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang membawahi Kantor Pusat, Kantor
Perwakilan diluar negeri, dan kantor Bank Indonesia di daerah.
1) Kantor Pusat : Bank Indonesia yang terletak di Jl. MH. Thamrin No.2 Jakarta Pusat adalah
kantor pusat. Di sinilah berbagai kegiatan dilakukan. Sebagai contohnya adalah menjaga
stabilitas rupiah, menyelenggarakan peredaran uang
di Indonesia, memajukan perkembangan urusan kredit, dan melakukan pengawasan pada urusan
kredit tersebut. Semua ini dilakukan oleh Kantor Pusat.
2) Kantor Perwakilan di Luar Negeri : Bank Indonesia mempunyai Kantor Perwakilan yang
bertempat di 4 (empat) Negara, yaitu jepang tepatnya di Tokyo, Singapura tepatnya di
Singapura, di Amerika Serikat tepatnya di New York dan di Inggris tepatnya di London.
3) Kantor Bank Indonesia di daerah : Bank Indonesia mempunyai Kantor Bank Indonesia di
daerah-daerah tertentu yang menyebar di Indonesia.
Bank Indonesia memiliki beberapa satuan kerja, salah satunya adalah Direktorat
Keuangan Intern yang membawahi 5 unit kerja, yaitu Grup Pengaturan, Perencanaan, dan
Pelaporan Keuangan Bank Indonesia, Tim Pengembangan dan Pemeliharaan SKBI, Bagian
Pajak dan Penyelesaian Transakasi Keuangan, Bagian Operasional Sistem Keuangan dan Bagian
Pelaksanaan Gaji dan Administrasi.
Dari kelima Unit kerja tersebut untuk bagian Pajak dan Penyelesaian Transaksi Keuangan
(PPTK) memiliki beberapa seksi yaitu seksi pajak, seksi monitoring dan verifikasi, penyelesaian
transaksi rupiah dan transaksi valas.
Transaksi keuangan terdiri dari Kepala Bagian, Deputi Kepala Bagian dan Staff. Dalam
gambar 3.1 digambarkan struktur organisasi Pajak dan Penyelesaian Transaksi Keuangan
Gambar 3.1
28
1. Melakukan penyetoran dan pelaporan pajak dari Bank Indonesia dan seluruh Satuan Kerja
Kantor Pusat melalui e-SPT dan non e-SPT meliputi PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal
23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat (2), PPH Badan Tahunan dan PPh Pasal 25 Badan,
Angsuran PPh Pasal 25 WPOP Pegawai.
Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang independen, bebas dari campur tangan
pemerintah dan/ atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
undang-undang. Jika suatu Bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistematik
serta berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan system keuangan nasional, maka
Bank Indonesia akan memberikan pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban
pemerintah.
29
Selain melaksanakan tugas diatas, Bank Indonesia juga memiliki tugas, antara lain :
1. Memindahkan uang ( melalui surat atau pemberitahuan dengan telegram, wesel tunjuk, dan
lain-lain ).
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening Koran, mendiskonto surat
wesel, surat order, dan surat-surat utang, serta beberapa usaha lainnya. Berkaitan dengan
hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah, telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut,
bahwa Bank Indonesia wajib menyelenggarakan kas umum Negara dan bertindak sebagai
pemegang kas pemerintah Republik Indonesia.
Tugas yang diberikan secara berkelanjutan atau yang dikerjakan setiap harinya adalah merekap
bukti potong yang disampaikan dari berbagai satuan kerja. Penulis berkesempatan untuk menjadi
penanggung jawab pada PPh pasal 21 non pegawai periode Juni 2015. Penanggung jawab akan digilir
setiap bulannya sesuai dengan keluar masuknya staff PKL. Tahap yang harus dikerjakan antara lain:
2. Melakukan penomoran
Bukti potong yang telah di acc maka akan dinomori dengan melihat nomor warkat
yang disampaikan untuk disesuaikan dengan rekening koran pada saat transaksi
terjadi. Nomor urut bukti potong di dapat dari cetakan rekening koran yang di
urutkan terlebih dahulu.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis berikan atas hasil analisa peneliti tentang
perhitungan pajak penghasilan pasal 21 non pegawai di Bank Indonesia adalah
kurang baik, dikarenakan system BIJAK yang sudah dijalani belum berfungsi
dengan baik dan akhirnya mengakibatkan beberapa kendala pada beberapa
bidang divisi perpajakan. Contohnya kesalahan perhitungan, kurang dan lebih
bayar setor pajak pada divisi perpajakan pemotongan pajak penghasilan, kepala
deputi perpajakan Bank Indonesia telah menggunakan telpon kantor divisi
pajak sebagai salah satu solusi agar dapat cepat menghubungi satuan kerja lain
dan secepat nya mengganti nominal yang salah tulis tersebut.
5.2 Saran