KELUARGA
Indonesia
1
PENGERTIA
N
Pengertian Hukum Keluarga
HUKUM KELUARGA menurut Ali Affandi : Keseluruhan ketentuan yang
mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah
dan kekeluargaan karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tua,
perwalian, pengampuan, keadaan tak hadir).
Epistemologi Budaya
Hukum keluarga di Indonesia
7
PLURALISME
SISTEM HUKUM KELUARGA
DI INDONESIA
HK
KEL
BARA
T
HK
HK KEL
KEL ADAT
ISLAM
HK KELUARGA NASIONAL
9
MENGAPA
HUKUM PERKAWINAN
DI INDONESIA
PLURAL ??
PERKAWINAN DI Indonesia
PENGERTIAN PERKAWINAN
HK ADAT HK ISLAM HK BARAT
Hilman Hadikusuma Menurut ulama Syafi’iyah tidak ada pengertian
mengartikan hukum adalah suatu akad dengan Perkawinan dalam
perkawinan adat adalah menggunakan lafal nikah atau KUHPerdata
aturan hukum yang zawj yang menyimpan arti
menunjukkan bagaimana wati’ (hubungan intim).
suatu perkawinan itu terjadi Artinya dengan pernikahan
secara majas bermakna
dan berakhir serta akibat–
wat’un.
akibat hukum keperdataan
misalnya hak dan Al-Qur’an Surat An Nisa
kewajiban suami-istri, (4): 21 Mitsaqa Ghalidha
kedudukan anak, harta artinya janji yang sangat kuat,
bersama, hak dan karena hubungan antara laki-
kewajiban orang tua, dll laki dan perempuan yang telah
melakukan Uqdah Nikah
14
1. Sistem Endogami
Seseorang hanya boleh kawin dengan orang dari sukunya
sendiri. Contoh: Toraja
2. Sistem Exogami
Seseorang diharuskan kawin dengan orang dari luar
sukunya sendiri Contoh: Gayo, Alas, Tapanuli dll
3. Sistem Eleutherogami
Tidak mengenal larangan dan keharusan yang ada pada
sistem endogami dan exogami. Contoh: Jawa-Madura
Aceh, Irian, Minahasa, Bali, Lombok dll
16
Rukun perkawinan
Madzab Syafii KHI/ INPRES NO1/1991
23
(perkawinan) adat;
Hukum Perdata dan hukum dagang (begitu juga hukum pidana, hukum acara perdata)
disitimatisir diletakkan dalam Kitab Undang Undang, yang dikodifikasikan;
d. Undang Undang No. 32 tahun 1954 Tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk
5. Asas Perceraian ada yang boleh 8. Asas Perceraian sesuatu yang halal
dilakukan ada yang tidak namun hal yang dibenci Allah , Perkawinan
6. Asas Kesetaraan antara suami dan isitri untuk selama-lamanya
didasarkan ketentuan hk Adat 9. Asas kebolehan atau mubah
• Asal hukum melakukan perkawinan jika di
hubungkan dengan al-ahkam al-khamsah adalah
kebolehan atau ibahah.
• Q.S. An-Nisa (4): Ayat (1) Ayat (3): Ayat (24)
• Namun kebolehan ini dapat berubah menjadi sunnah,
meningkat menjadi wajib atau dapat juga turun
menjadi makruh ataupun haram. Perubahan ini dapat
terjadi karena berubahnya illah.
10. Asas kemaslahatan hidupTujuan perkawinan
adalah untuk mewujudkan suatu keluarga dalam rumah
tangga yang ma’ruf (baik), sakinah (tentram), mawaddah
(saling mencintai), dan rahmah (saling mengasihi).
Q.S An Nisa:1
11. Asas menolak mudharat dan mengambil
manfaat
Tujuan perkawinan adalah mencegah melakukan
perbuatan yang keji dan munkar.
KUHPERDATA UU no 1974
1.Menampung segala kenyataan-kenyataan 1. tujuan perkawinan adalah untuk
yang hidup dalam masyarakat bangsa membentuk keluarga yang bahagia
Indonesia dewasa ini. dan kekal
2. Sesuai dengan tuntutan Zaman 2. perkawinan adalah sah jika dilakukan
3. Tujuan perkawinan membentuk keluarga menurut hukum agama dan
bahagia yang kekal kepercayaannya masing – masing,
dan perkawinan yang dilakukan
4. Kesadaran akan hukum agama dan
tersebut menurut ketentuan UUP Psl 2
keyakinan masing-masing warga Negara (1) dan (2) haruslah dicatatkan pada
bangsa Indonesia yaitu perkawinan harus Lembaga Pencatatan
dilakukan berdasarkan hukum agama dan 3. menganut asas monogami terbuka.
kepercayaannya masing-masing 4. menganut prinsip bahwa calon suami
5.Undang- undang perkawinan menganut isteri itu harus telah masak jiwa
asas-asas monogami akan tetapi terbuka raganya
peluang untuk melakukan poligami selama 5. mempersukar terjadinya perceraian
hukum agamanya mengizinkan. 6. pengaturan hak dan kewajiban yang
6. Perkawinan dan pembentukan keluarga seimbang antara suami dan isteri baik
dilakukan oleh pribadi-pribadi yang telah dalam pergaulan masyarakat maupun
matang jiwa dan raganya. dalam kehidupan berkeluarga.
7. Kedudukan suami istri dalam kehidupan
seimbang
Kompilasi Hukum Islam KHI
30
Asas kebebasan Ibnu Hajar al-’Asqallany menguraikan Pasal 71 (f) Pasal 27 ayat (1)
memilih pasangan hadist tentang perlunya persetujuan calon
isteri terhadap calon suaminyasebelum
akan dilangsungkan akad nikah menulis
Asas kemitraan Al-Baqarah (2): 228 Pasal 77, 78, 79, Pasal 31 ayat (1,
suami-isteri 80, 81, 82,83, 84 2, 3)
Pasal 82 KUHPERDATA telah dicabut dan perihal acaman hukum sekarang hanya
diberikan kepada pemuka agama, dan diatur dalam Pasal 530 KUHPIDANA.
37
Catatan Sipil
Golongan (Burgerlijke Stand)
Eropa S. 849 – 25 jis S.
1946 – 136;
Gol. Indonesia
Kristen di Jawa, S. 1933 – 75 jis
Minahasa dan S. 1939 – 288.
Ambon,
43
Pasal 66
Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan perkawinan berdasarkan atas Undang- undang ini,
maka dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia
Kristen (Howelijks, Ordonnantie Christen Indonesiers S. 1933
No.74 ), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de
gemengde Huwelijken S. 1898 No. 158), dan peraturan-
peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah
diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku.
45
Agama
Pasal 35 sd 37; Pasal 4 (2)c
Pasal 7 (1)&(2)
hk Adat Biologis
uu no.1th
Pasal 1 kekal abadi
1974 Sosiologis
Pasal 45;
Pasal7;
Monogomi
Yuridis
terbuka
Pasal 2(2); Pasal 3
Pasal6 (1); Pasal 7(1)
Pasal 9, Pasal 11)
Pasal 3 (1), ( 2) PP No.9 /1975 Bab II&III
Pasal 5
47
Materiil Umum :
Syarat a. Pasal 6;
Materiil b. Pasal 7;
c. Pasal 9;
d. Pasal 11
Syarat
Materiil Khusus :
perkawinan a. Pasal 8,9, 10 :
Menurut UU No.1 b. Pasal 6
Tahun 1974
Syarat
Formil a. Pemberitahuan ;
(PP No. 9 b. Penelitian;
Thn 1975) c. Pengumuman;
d. Pencatatan.
48
Syarat perkawinan
49
Pencatatan Perkawinan Menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
akta perkawinan tersebut dianggap sebagai alat bukti yang kuat, dan akta perkawinan tersebut mempunyai 3
macam sifat :
DALAM
PERKAWINAN YANG
SAH
55
56
1.Akibat hukum yang timbul diantara suami isteri satu sama lain dan hubungan mereka dengan masyarakat luas;
UUP BW (KUHPERDATA)
Akibat hukumnya : Akibat
1. Masing-masing pihak berhak
hukumnya :
1. Isteri harus mengikuti ke WN
untuk melakukan perbuatan
hukum;
suaminya (UU ke WN no.
62/1958);
2. Suami isteri memikul
kewajiban yang luhur untuk 2. Suami menentukan tempat
menegakkan rumah tangga kediaman bersama (Pasal 21
yang menjadi sendi dasar KUHPerdata);
dari susunan masyarakat; 3. Suami berhak menentukan
3. Suami isteri harus pada tingkat terakhir apabila
mempunyai tempat timbul perselisihan antara
kediamannya yang tetap, dan kedua orang tua dalam
rumah tempat kediaman yang menjalankan kekuasaan orang
dimaksud itu ditentukan oleh tua (Pasal 300 (1)
suami isteri secara bersama- KUHPerdata).
sama.
61
Kematian
Perceraian
Keputusan Pengadilan
67
PERCERAIAN
• Permohonan pembatalan perkawinan diajukan kepada Pengadilan dalam daerah hukum dimana
perkawinan dilangsungkan ditempat tinggal kedua suami isteri, suami atau isteri .
Pasal 25
UUP
• Alasan pembatalan :
• Salah Satu pihak karena perkawinan masih terikat dirinya dengan salah satu dari kedua belah pihak;
Pasal 24 • Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan
dan Pasal dibawah ancaman yang melanggar hukum.
27 UUP • Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya
perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau isteri .
72
73
Pasal 56 ayat (1) : Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua
orang warga negara Indonesia atau seorang warga negara
Indonesia dengan warga negara Asing.
terdapat kaidah bidang hukum lain yang perlu diperhatikan oleh kedua calon mempelai
tersebut, yaitu bidang hukum yang berkaitan dengan Hukum Perdata Internasional .
R A N
AM PU
A N C
AWI N
PERK
76
Sebelum lewat batas waktu tiga tahun itu, DPR dan pemerintah sudah
melahirkan UU Perkawinan baru. Sesuai UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, salah satu materi muatan
Undang-Undang adalah menindaklanjuti putusan Mahkamah Konstitusi.
Bahkan dalam amarnya, MK sudah membuat rumusan sehingga tak sulit bagi DPR dan
Pemerintah untuk memasukkannya ke dalam revisi UU Perkawinan. Pasal itu, menurut MK,
seharusnya dibaca: “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat
dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut
hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”.
Putusan ini telah memperluas waktu pembuatan perjanjian perkawinan. Selama ini, UU
Perkawinan hanya mengatur perjanjian pranikah (prenuptial agreement). Dengan putusan
MK, maka kedua pihak dapat membuat perjanjian baik sebelum maupun selama masih dalam
ikatan perkawinan. Asalkan kedua pihak setuju, dan perjanjian itu disahkan pegawai pencatat
perkawinan atau notaris.
(
81