Anda di halaman 1dari 2

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TRISAKTI

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2022-2023

Mata Kuliah : Hukum Korporasi dan Kepailitan (Kelas Sore)


Hari/Tanggal : Kamis, 7 Desember 2022
Waktu : 17.00-18.30 (90 Menit)
Dosen : Dr. Dra. Siti Nurbaiti, SH., MH.
Mahasiswa : Alif Permana
NIM : 010002004004

1 PT disebut sebagai badan hukum, secara tegas disebutkan dalam pasal 1 angka
1 UU 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Cara pendiriannya, PT harus
memperoleh pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM, pengesahan
berarti PT memperoleh status sebagai badan hukum, dengan berstatus sebagai
badan hukum maka tanggung jawab persero menjadi terbatas pada atau sebesar
saham yang dimiliki.
2 Jika PT tidak atau belum memenuhi syarat sebagai badan hukum, satu atau lebih
pemegang saham melakukan perikatan maka terhadap perikatan tersebut
pemegang saham bertanggung jawab sampai dengan harta pribadinya (Piercing
the Corporate Veil). Misalnya dua orang A dan B mendirikan PT dengan nama
PT Distributor Mandiri yang bergerak dibidang pengadaan barang dan jasa dan
perdagangan umum, Si A menyetor Modal 25 juta dan si B 25 juta. kemudian
membuat Akta Pendirian PT dihadapan Notaris, dan selanjutnya permohonan
pengesahan PT kepada Kementerian Hukum dan HAM. Karena belum
mendapatkan pengesahan, ternyata Si A mendapatkan orderan dari pihak Dinas
Pertanian pada suatu kabupaten untuk pengadaan mesin traktor sebanyak 50
unit, karena merasa sudah kenal lama dengan pihak Dinas Pertanian tersebut si
A menyanggupi. Kemudian si A melakukan pemesanan di sebuah Toko di
Jakarta yang pemilik tokonya sudah lama ia kenal, pemilik Toko kemudian
mengirimkan barang pesanan setelah si A membayar DP. Ternyata Pengadaan
Traktor di Dinas Pertanian tersebut tidak dianggarkan oleh Pemda dan DPRD
karena pandemic covid-19 sehingga anggaran difokuskan pada bidang
kesehatan untuk penanggulangan covid. Pemilik Toko kemudian menuntut sisa
pembayaran kepada si A, karena sisa pembayaran melebihi saham yang dimiliki
oleh si A maka si A bertanggung jawab termasuk sampai harta pribadinya untuk
menutup kerugian PT tersebut
3 a Perbedaan antara PT dengan PT Persero, PT adalah badan hukum swasta, PT
Persero adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk badan
hukum PT. PT seluruh sahamnya boleh dimiliki oleh swasta, PT Persero
kepemilikan saham oleh swasta tidak boleh melebihi 49%, saham mayoritas tidak
boleh dimiliki oleh swasta
b PT dengan Koperasi, PT wajib berstatus badan hukum, Koperasi boleh didirikan
dengan status badan usaha bukan badan hukum. PT didirikan, menjalankan
usaha untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang
saham, Koperasi menjalankan usahanya untuk kesejahteraan anggota yang
keuntungannya atau Sisa Hasil Usaha (SHU) untuk para anggota koperasi
c PT (Persero) dengan Perum. Keduanya adalah BUMN, PT (Persero) paling
sedikit 51% sahamnya dimiliki Negara, Perum seluruh modalnya (100%)
bersumber dari kekayaan negara yang dipidahkan (bersumber dari kementerian
teknisnya), organ PT Persero adalah RUPS, Direksi dan Komisaris, Organ Perum
adalah Menteri, Direksi dan Dewan Pengawas
4 1 Jenis-jenis kreditur dalam kasus tersebut:
a. Karyawan Perusahaan sebagai Kreditur Preferen/Istimewa, dalam Pasal
1134 KUH Perdata dinyatakan, Hak Istimewa adalah suatu Hak yang oleh
undang-undang diberikan kepada seseorang berpiutang/kreditur,
sehingga tingkatannya lebih tinggi dari yang berpiutang lainnya/kreditur
lainnya, berdasarkan sifat piutangnya/tagihannya, akan tetapi hak gadai
dan hipotik, lebih tinggi dari hak istimewa, kecuali dalam hal dimana
oleh undang-undang ditentukan sebaliknya. UU menentukan dalam
hal ini Putusan MK Nomor 67/PUU-XI/2013, pengujian pasal 95 ayat (4)
UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam amarnya MK menyatakan
“Pasal 95 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4279) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai: “pembayaran upah
pekerja/buruh yang terhutang didahulukan atas semua jenis kreditur
termasuk atas tagihan kreditur separatis, tagihan hak negara, kantor
lelang, dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, sedangkan
pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainnya didahulukan atas semua
tagihan termasuk tagihan hak negara, kantor lelang, dan badan
umum yang dibentuk Pemerintah, kecuali tagihan dari kreditur
separatis”
b. Negara sebagai Kreditur prefren, hak tagih atas pajak. Pasal 21 ayat (1)
UU 28/2007 tentang ketentuan umum tat acara perpajakan, “Negara
mempunyai hak mendahului untuk utang pajak atas barang-barang milik
Penunggak pajak.
c. PT (Persero) Bank BNI Tbk, sebagai kreditur separatis. Bank dalam
memberikan pinjaman selalu dengan hak jaminan kebendaan atas
barang milik debitur. Kreditur separatis diatur dalam Pasal 1134 KUH
Perdata
d. PT X sebagai kreditur konkuren, kreditur tanpa hak jaminan, Pasal 1132
KUH Perdata
2 Yang paling berperan dari Kepailitan PT A adalah PT X sebagai kreditur
konkuren. Karena sifatnya yang tidak didahulukan (preferen) dan tidak
memegang hak jaminan atas benda PT A maka PT X paling berkepentingan
untuk memperoleh pelunasan piutangnya dari PT A
3 PT (Persero) Bank BNI Tbk dapat berperan dalam hal ini menggugat pailit PT A
kepada Pengadilan Niaga. PT A memiliki dua Kreditor yaitu PT (Persero) Bank
BNI Tbk, jatuh tempo 14 Februari 2020, Pajak Terhutang jatuh tempo maret 2020.
Syarat dinyatakan pailit adalah debitur punya dua atau lebih kreditur, dan tidak
membayar lunas minimal 1 utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
[Pasal 2 ayat (3) UU 37/2004 tentang kepailitan dan PKPU]
4 Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sesuai ayat (2) (Ultra Vires) [Pasal 97 ayat (3) UU 40/2007 tentang PT]. Direktur
operasional dan Direktur infrasruktur dapat menghindarkan diri dari tanggung
jawab secara pribadi sepanjang dapat membuktikan kerugai PT A bukan karena
kesalahan atau kelalaiannya [Pasal 97 ayat (5) huruf a UU 40/2007 tentang PT]
5 Secara teori dan kasat mata, restrukturisasi PT Bank BRI Syariah, PT Bank BNI
Syariah dan PT Bank Mandiri Syariah menjadi PT Bank Syariah Indonesia adalah
jenis Peleburan/Konsolidasi. Dengan lahirnya PT Bank Syariah Indonesia maka
PT Bank BRI Syariah, PT Bank BNI Syariah dan PT Bank Mandiri Syariah
menjadi tidak ada lagi (melebur), namun faktanya konsolidasi tersebut didahului
oleh merger, yaitu Bank BNI Syariah dan Bank Mandiri Syariah status badan
hukumnya berakhir karena hukum dan menyisakan Bank BRI Syariah (Merger),
kemudian setelah itu lahirlah Bank Syariah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai