Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alya Dhaviya Leviza

NIM : 200200131
Grup :A
Mata Kuliah : Hukum Dagang

1. a. Berdasarkan Pasal 3 RUU Cipta Lapangan Kerja, dikatakan bahwa tujuan dari dibuatnya RUU
Cipta Lapangan Kerja adalah untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi rakyat
Indonesia secara merata. Hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi penghidupan yang layak
melalui poin – poin sebagai berikut:
1. Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan UMKM serta Perkoperasian;
2. Peningkatan ekosistem investasi;
3. Kemudahan berusaha;
4. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja; dan
5. Investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.

b. Sebelumnya, di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 (UUPT), PT didefinisikan sebagai


badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta peraturan pelaksanaannya.PT wajib didirikan oleh
minimal 2 orang, namun ketentuan tersebut tidak berlaku bagi PT yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh negara atau bagi PT yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain yang diatur dalam Undang-Undang
Pasar Modal.Seiring berjalannya waktu, melalui UU Cipta Kerja, definisi PT diubah menjadi
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau badan hukum
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai Usaha Mikro dan Kecil.Selanjutnya, aturan yang menyimpangi
kewajiban PT didirikan oleh minimal 2 orang turut mengalami perubahan, yaitu bertambahnya
jenis PT yang dapat menyimpangi kewajiban tersebut. Salah satunya adalah PT yang memenuhi
kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil.Dengan begitu, kamu dapat mendirikan PT seorang diri
tanpa harus mencari partner asalkan bisnis yang dijalankan sesuai dengan kriteria Usaha Mikro
dan Kecil. Selain itu, berbeda dengan PT pada umumnya, proses pendirian PT untuk Usaha
Mikro dan Kecil tidak membutuhkan akta pendirian, tetapi cukup menggunakan surat pernyataan
pendirian yang menggunakan bahasa Indonesia.

2. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan dengan itikad baik. Tanggung jawab
direksi melekat penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila anggota direksi yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.
Tanggung jawab direksi yang terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih berlaku secara
tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. Pengecualian terhadap tanggung jawab secara
renteng oleh anggota direksi terjadi apabila dapat membuktikan:
1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung mapun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan Telah mengambil tindakan untuk mencegah
timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Salah satu keuntungan yang paling besar diperoleh dan dinikmati (enjoy) pemegang saham,
adalah tanggung jawab terbatas (limited liability). Keuntungan ini, diberikan undang-undang
kepadanya, sebagaimana yang ditegaskan Pasal 3 ayat (1) UU PT No. 40 Tahun 2007 yaitu:
a. Pemegang saham perseroan, tidak bertanggung jawab secara pribadi (personal liability) atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan maupun atas kerugian yang dialami perseroan;
b. Risiko yang ditanggung pemegang saham, hanya sebesar investasinya atau tidak melebihi
saham yang dimilikinya pada perseroan;
c. Dengan demikian, pada prinsipnya pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi
atau secara individual atas utang perseroan
Selain UU PT 1995 dan UU PT 2007, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
juga dijelaskan mengenai tanggungjawab terbatas pemegang saham sebagaimana diatur dalam
Pasal 40 ayat (2) KUHD yang berbunyi: “Persero-persero atau pemegang-pemegang saham atau
sero tidak bertanggungjawab lebih pada jumlah penuh dari saham-saham itu”.
Tanggung jawab pemegang saham menurut hukum positif pada prinsipnya adalah terlihat terbatas
pada modal (saham) yang disetorkan atau dimiliki.

3. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 1 angka 1


Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik Dalam hal ini ruang lingkup public service obligation bagi BUMD yang dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratifyang
ketersediaannya merupakan hasil dari kegiatan badan mendapat pelimpahan tugs untuk
menyelenggarakan pelayanan publik (public service obligation) sebagaimana diatur dalam,
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Pasal 5 Ayat (1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa
publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Ayat (3) Pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
b. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan; dan
Ayat (4) Pelayanan atas jasa publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
b. penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

Penjelasan Pasal 5 ayat (3) huruf b Barang publik yang ketersediaannya merupakan hasil dari
kegiatan badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milk daerah yang mendapat pelimpahan
tugas untuk menyelenggarakan pelayanan public (public service obligation), sebagai contoh:
1.) listrik hasil pengelolaan PT (Persero) PLN; dan
2.) air bersih hasil pengelolaan perusahaan daerah air minum.
4. (2) Dalam hal kekayaan negara berupa saham milik negara pada BUM sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d dijadikan penyertaan modal negara pada BUM lain sehingga
sebagian besar saham dimiliki oleh BUMN lain, maka BUMN tersebut menjadi anak perusahaan
BUMN dengan ketentuan negara wajib memiliki saham dengan hak istimewa yang diatur dalam
anggaran dasar.
(3) Kekayaan negara yang bertransformasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menjadi
kekayaan BUMN atau Perseroan Terbatas tersebut.
(5) Kepemilikan atas saham/modal negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas dicatat sebagai
investasi jangka Panjang sesuai dengan presentase kepemilikan Pemerintah pada BUMN atau
Perseroan Terbatas.
(6) Anak perusahaan BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepemilikan sebagaian besar
saham tetap dimiliki oleh BUMN lain tersebut.
(7) Anak perusahaan BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlakukan sama dengan
BUMN untuk hal sebagai berikut :
a. mendapatkan penugasan Pemerintah atau melaksanakna pelayanan umum; dan/atau
b. mendapatkan kebijakan khusus negara dan/atau Pemerintah, termasuk dalam pengelolaan
sumber daya alam dengan perlakuan tertentu sebagaiman diperlakukan bagi BUMN.
9

Anda mungkin juga menyukai