______________________________________________________________________________
Contoh Kasus:
Kasus ini terjadi di Kabupaten Asahan berdasarkan lokasi PT Gilang (PT G). Kasus ini
dimulai dari adanya Calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang meloncat dari penampungan
sebanyak 8 (delapan) orang, yang ditolong oleh warga di mana lokasi Perseroan Terbatas (PT)
berada untuk kemudian melaporkan ke Kepolisian Kabupaten Unit Perlindungan Perempuan dan
Anak (untuk selanjutnya disebut UPPA). Mereka, Calon TKW tersebut, berasal dari 2 (dua)
provinsi yang berbeda, yaitu 2 (dua) orang dari Provinsi Nusa Tenggara Timur dan sisanya 6
(enam) orang berasal dari Ambon. Mereka telah berada di penampungan rata-rata antara 5 (lima)
sampai dengan 7 (tujuh) bulan. Mereka belum diberangkatkan dengan alasan un-fit atau tidak
sehat. Tidak ada perjanjian penempatan, dan ketika “mereka mengurungkan niatnya” untuk
bekerja di luar negeri karena menganggur lama di penampungan, pihak PT meminta Calon TKW
“membayar” biaya hidup dan transportasi yang sudah dikeluarkan oleh PT sekitar 7-9 (tujuh
sampai dengan sembilan) juta.
Selama proses negosiasi pihak Dinas Tenaga Kerja lebih cenderung membela PT G.
Adapun pertemuan dengan PT G, melalui negosiasi yang cukup alot, disepakati bahwa PT
membayar semua ongkos pesawat 4 (empat) orang Calon TKW dari Ambon yang memutuskan
untuk tidak jadi berangkat, dan 2 (dua) orang lagi yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT)
diproses untuk secepatnya ditempatkan. Jadi penyelesaian kasus saat Calon TKI di penampungan
ini diselesaikan di luar pengadilan. Sedangkan kalau kasus ini diproses di pengadilan belum
tentu pula pengembalian mereka ke Ambon akan dibiayai oleh PT G. Kasus ini selesai, 6 (enam)
orang TKW yang dari Ambon dikembalikan ke Ambon, biaya tiket ditanggung oleh PT G.