Anda di halaman 1dari 7

Lex Privatum, Vol. III/No.

2/Apr-Jun/2015

ANALISIS YURIDIS HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI kebenaran dasar asasi kejiwaan dan
ISTERI DALAM PERKAWINAN MENURUT kebudayaan Bhinneka Tunggal Ika. Di dalamnya
HUKUM POSITIF INDONESIA1 telah menampung unsur-unsur dan ketentuan
Oleh : Ardika Lontoh2 hukum agama dan kepercayaan.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
ABSTRAK hukum, olehnya maka semua bentuk peraturan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
mengetahui bagaimana makna perkawinan harus bersumber dan bersendikan pada
menurut hukum agama dan bagaimana hak dan Pancasila. Demikian pula dengan Undang-
kewajiban suami istri dalam perkawinan Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (1)
menurut Hukum positif Indonesia. Dengan menyatakan: Segala warga negara bersamaan
menggunakan metode penelitian yuridis kedudukannya di dalam hukum dan
normatif, maka dapat disimpulkan: 1. Pada pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
umumnya menurut hukum agama perkawinan dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.
adalah perbuatan yang suci (sakramen, Dalam kaitan di atas, pembinaan hukum oleh
samskara), yaitu suatu perikatan antara dua pemerintah menempatkan kebijaksanaan
pihak dalam memenuhi perintah dan anjuran sebagaimana dituangkan dalam Garis Besar
Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan Haluan Negara dilakukan dengan jalan:
berkeluarga dan berkerabat tetangga berjalan a. Meningkatkan dan menyempurnakan
dengan baik sesuai dengan anjuran agama pembinaan hukum nasional yang antara lain
masing-masing. Jadi perkawinan dilihat dari segi mengadakan pembaharuan, kodifikasi dan
keagamaan adalah suatu ‘perikatan jasmani dan unifikasi hukum di bidang-bidang tertentu
rohani’ yang membawa akibat hukum terhadap dengan memperhatikan kesadaran hukum
agama yang dianut kedua mempelai beserta dalam masyarakat.
keluarga kerabatnya. Hukum agama telah b. Menertibkan fungsi-fungsi lembaga-lembaga
menetapkan kedudukan manusia dengan ia hukum menurut proporsinva masing-masing.
man dan taqwa, apa yang seharusnya dilakukan c. Peningkatan kemampuan dan kewibawaan
dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. 2. penegakan hukum.
Hak dan kewajiban suami istri dalam Oleh sebab itu di dalam derap lajunya
perkawinan menurut Hukum positif Indonesia pembangunan, maka pembangunan di bidang
antara lain, adalah : Hak dan kewajiban antara hukum terus digalakkan dan ditingkatkan, baik
suami-istri adalah hak dan kewajiban yang oleh pemerintah maupun rakyat sebagai subyek
timbul karena adanya perkawinan antara hukum. Untuk pembinaan hukum antara lain
mereka. Hak dan kewajiban suami istri diatur adalah hukum waris, agar supaya kemungkinan-
dalam pasal 30 sampai dengan pasal 36 kemungkinan untuk terjadinya perselisihan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. antara anggota masyarakat di dalam masalah
Kata kunci: Hak dan kewajiban, suami isteri, warisan dapat di atasi.
perkawinan Khususnya dalam pembaharuan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang sekarang
PENDAHULUAN berlaku di Indonesia, kita tahu bersama bahwa
A. Latar Belakang sistem hukum tidak merupakan kesatuan
Perkembangan hukum di Indonesia tidak hukum, melainkan mempunyai sifat yang
lepas dari perkembangan masyarakat yang beraneka ragam atau pluralistis artinya
sedang membangun. Undang-Undang Nomor 1 terhadap semua golongan etnis tunduk pada
Tahun 1974 merupakan hukum nasional yang hukum sendiri. Bagi golongan rakyat Eropa
berlaku bagi setiap warga Negara Indonesia. Ini berlaku hukum pada BW (Burgerlijk Wethoek),
merupakan hasil legislatif yang pertama yang untuk golongan rakyat Bumi Putera berlaku
memberikan gambaran yang nyata tentang hukum adat sendiri sedangkan bagi golongan
rakyat timur dibagi dalam Asing Tionghoa dan
1
Artikel Skripsi. Timur Asia bukan Tionghoa. Khususnya
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Universitas Sam golongan Timur Asia Tionghoa diberlakukan
Ratualangi. NIM. 110711189

121
Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

beberapa sebagian BW sedang lebihnya berlaku C. Metode Penelitian


hukum adat. Keadaan sistem hukum demikian Penelitian ini merupakan penelitian hukum
masih berlangsung sampai saat ini. Padahal normatif yang merupakan salah satu jenis
dalam bentuk kenegaraan sekarang ini, tidak penelitian yang dikenal umum dalam kajian
sesuai perundang-undangan kolonial tersebut. ilmu hukum. Penelitian hukum normatif,
Bangsa Indonesia sebagai negara yang telah yang merupakan penelitian utama dalam
merdeka dan berdaulat penuh, maka penelitian ini, adalah penelitian hukum
semestinya menjadi perhatian yang sungguh kepustakaan.5
ialah membentuk dan mewujudkan hukum
yang bercorak Indonesia atau kepribadian PEMBAHASAN
nasional. Untuk mewujudkan hal ini perlu A. Perkawinan Menurut Hukum Agama
diciptakan sistem hukum nasional yang Pada umumnya menurut hukum agama
berorientasi dan berkiblat pada Pancasila dan perkawinan adalah perbuatan yang suci
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan kehadiran (sakramen, samskara), yaitu suatu perikatan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang antara dua pihak dalam memenuhi perintah
Perkawinan, maka kedudukan suami-istri lebih dan anjuran Tuhan Yang Maha Esa, agar
diperhatikan terutama dalam hak dan kehidupan berkeluarga dan berkerabat tetangga
kewajiban yang seimbang. berjalan dengan baik sesuai dengan anjuran
Kalau seorang perempuan dan seorang laki- agama masing-masing. Jadi perkawinan dilihat
laki berkata sepakat untuk melakukan dari segi keagamaan adalah suatu ‘perikatan
perkawinan satu sama lain ini berarti mereka jasmani dan rohani’ yang membawa akibat
saling berjanji akan taat pada peraturan- hukum terhadap agama yang dianut kedua
peraturan hukum yang berlaku mengenai mempelai beserta keluarga kerabatnya. Hukum
kewajiban dan hak-hak masing-masing pihak agama telah menetapkan kedudukan manusia
selama dan sesudah hidup bersama itu dengan ia man dan taqwa, apa yang seharusnya
berlangsung, dan mengenai kedudukannya dilakukan dan apa yang tidak seharusnya
dalam masyarakat dari anak-anak dilakukan. Oleh karenanya pada dasarnya setiap
keturunannya. Juga dalam menghentikan agama tidak dapat membenarkan perkawinan
perkawinan, suami dan istri tidak leluasa penuh yang berlangsung tidak seagama.
untuk menentukan sendiri syarat-syarat untuk Berikut ini pengertian perkawinan menurut
penghentian itu, melainkan terikat juga pada agama-agama yang diakui di Indonesia:
peraturan hukum perihal itu.3 Dengan 1. Menurut Hukum Perkawinan Agama Budha
demikian, dalam perkawinan harus ada (HPAB)
persamaan cita-cita yang tinggi yang diilhami Keputusan Sangka Agung tanggal I Januari
oleh keyakinan batin sebagai dasar susila. 1977 Pasal I dikatakan ‘Perkawinan adalah
Unsur-unsur agama yang penuh dengan nilai- suatu ikatan lahir batin antara seorang pria
nilai rohani dan kejiwaan banyak berguna bagi sebagai suami dan seorang wanita sebagai
landasan pendirian serta tujuan hidup mereka.4 istri yang berlandaskan Cinta Kasih (Metta),
Kasih sayang (karana) dan Rasa
B. Perumusan Masalah Sepenanggungan (Mudita) dengan tujuan
1. Bagaimanakah makna perkawinan menurut untuk membentuk satu keluarga (ramah
hukum agama ? tangga) bahagia yang diberkahi oleh
2. Bagaimanakah Hak dan Kewajiban suami Sanghyang Adi Budha/Tuhan Yang Maha
istri dalam perkawinan menurut Hukum Esa, para Buddha dan para Bodhi-satwa-
positif Indonesia ? Mahasatwa’. Perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut Hukum Perkawinan
Agama Budha Indonesia (Pasal 2 HPAB).

3
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di
5
Indonesia, Sumur Bandung, Bandung, 1974, hal 8. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
4
Napoleon Hill, Pedoman Dalam Perkawinan, Indah Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT
Jaya, Bandung, 1982, hal 19. RajaGrafindo Persada, 1995, hlm 13.

122
Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

Menurut ajaran agama Budha Indonesia dalam Islam berarti pula perikatan
menerangkan bahwa sebagai umat Budha kekerabatan bukan perikatan perseorangan.
tidak boleh membuat sakit hati orang lain, Adapun tujuan perkawinan menurut hukum
maka pada prinsipnya Hukum Perkawinan Islam adalah untuk menegakkan agama,
menurut agama Budha Indonesia untuk mendapatkan keturunan, untuk
berasaskan monogami dan tidak mengenal mencegah maksiyat (terjadinya perzinahan
perceraian. Tetapi karena sifat jasmani atau pelacuran) dan untuk membina rumah
manusia lebih menonjol maka toleransi tangga yang bahagia dan teratur.
yang besar dari agama Budha Indonesia 4. Menurut Agama Kristen
diadakannya lembaga perceraian. Pengertian perkawinan menuntut ajaran
2. Menurut Agama Hindu agama Kristen, perkawinan merupakan
Agama Hindu memandang perkawinan suatu persekutuan hidup dan percaya total,
sebagai sesuatu yang suci. Perkawinan eksklusif dan kontinyu antara seorang pria
(wiwaha) adalah termasuk samskara dan seorang wanita yang dikuduskan dan
(sakramen) dan termasuk salah satu dari diberkati oleh Kristus Yesus. Perkawinan
sekian banyak sakramen sejak proses sebagai soal agama, karenanya perkawinan
kelahiran (gharbadana) sampai proses harus mengikuti hukum agama, hukum
kematian (antyasti). Perkawinan diartikan Tuhan, agar perkawinan tersebut sesuai
sebagai yajna, orang yang tidak kawin dengan kehendak Tuhan yang menciptakan
adalah orang yang tanpa yajna. Perkawinan perkawinan itu.
umat Hindu itu bersifat religius dan 5. Menurut Agama Katolik
mengikat, hak ini dihubungkan dengan Pengertian Perkawinan menurut agama
adanya kewajiban bagi seseorang untuk Katolik adalah suatu perjanjian perkawinan
mempunyai keturunan laki-laki agar anak dengan mana pria dan wanita membentuk
tersebut dapat menyelamatkan orang antara mereka kebersamaan seluruh hidup,
tuanya dari neraka Put. Jadi perkawinan dan sifat kodratinya terarah kepada
hukumnya wajib menurut agama Hindu. kesejahteraan suami istri serta pada
Hukum agama Hindu menganut asas kelahiran dan pendidikan anak; oleh Kristus
monogami yang membolehkan poligami Tuhan perkawinan antara orang-orang yang
Bagi yang mampu social ekonominya dibaptis diangkat ke martabat sakramen.
seperti golongan Waisha, Ksatria, dan Yang menjadi tujuan perkawinan menurut
Brahmana boleh berpoligami sampai empat ajaran agama Katolik adalah untuk
istri, tetapi bagi golongan Sudra yang lemah melahirkan anak dan mendidik anak serta
sosial ekonominya cukup beristri seorang saling tolong menolong antara suami istri.
saja. Dari rumusan tersebut maka nampaklah
3. Menurut Agama Islam bahwa perkawinan katolik bersifat
Pengertian Perkawinan menurut agama monogami, kekal dan sakramenta1.6
Islam adalah, perikatan antara Wah Dengan mengemukakan pengertian
perempuan (calon istri) dengan calon suami perkawinan menurut agama di atas maka
perempuan bukan perikatan antara seorang dengan adanya Undang-undang No. 1 Tahun
pria dan seorang wanita saja sebagaimana 1974 telah menempatkan kedudukan agama
yang dimaksud dalam Pasal 1 Undang- sebagai dasar pembentukan keluarga (rumah
undang No. 1 Tahun 1974 atau menurut tangga) yang bahagia dan kekal bagi bangsa
Hukum Kristen. Kata -wali’ berarti bukan Indonesia. Hal mana juga berarti bahwa suatu
saja ‘bapak’ tetapi termasuk juga ‘datuk’, perkawinan yang dikehendaki perundangan
saudara-saudara pria, anak-anak pria, nasional bukan saja merupakan ‘perikatan
saudara-saudara bapak yang pria (paman), keperdataan’ tetapi juga ‘perikatan keagamaan’,
anak-anak pria dari paman, kesemuanya dan sekaligus juga menampung asas-asas
menurut garis keturunan pria (patrilinial)
yang beragama Islam. Hal tersebut 6
Rusdi Malik, Peranan Agama Dalam Hukum
menunjukkan bahwa ikatan perkawinan Perkawinan di Indonesia, Universitas Trisakti.
Jakarta, 2000, hal. 11.

123
Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

perkawinan menurut hukum adat yang perkawinan campuran, dapat memperoleh


menghendaki bahwa perkawinan sebagai kewarganegaraan dari suami/isterinya dan
‘perikatan kekeluargaan’ dan ‘perikatan dapat pula kehilangan kewarganegaraannya,
kekerabatan’. menurut cara-cara yang telah ditentukan
dalam Undang-undang kewarganegaraan
B. Hak Dan Kewajiban Suami Istri Akibat Republik Indonesia yang berlaku.
Perkawinan Campuran Ditinjau Dari Pasal 59
Hukum Positif Indonesia 1. Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai
Sebelum dikeluarkannya Undang-undang akibat perkawinan atau putusannya
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menentukan hukum yang
Perkawinan di Indonesia telah ada 3 (tiga) berlaku, baik mengenai hukum publik
produk Legislatif mengenai atau berhubungan maupun hukum perdata.
dengan perkawinan campuran. Ketiga 2. Perkawinan Campuran yang dilangsungkan
ketentuan-ketentuan perundang-undangan itu di Indonesia dilakukan menurut Undang-
adalah sebagai berikut : undang Perkawinan ini.
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal ini mensyaratkan bahwa bila
(Burgerlijk Wetboek). perkawinan campuran dilangsungkan di
2. Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen Indonesia maka aturan dan syarat-syarat yang
(HOCI) S.1933.Nomor 74. diberlakukan adalah hukum positif Indonesia
3. Peraturan Perkawinan Campuran(Regeling yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,
og gemengde Huwelijke S.1898 Nomor dengan ketentuan lain yang melekat seperti
158). hak-hak dan kewajiban suami istri, harta benda
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam dalam perkawinan, hak dan kewajiban orang
ketiga produk Legislatif itu setelah tua dan anak serta hak mewaris.
dikeluarkannya Undang-Undang Perkawinan Pasal 60
sebagaimana diketahui antara lain yang 1. Perkawinan campuran tidak dapat
merupakan prinsip umum dalam perundang- dilangsungkan sebelum terbukti bahwa
undangan yang setingkat derajatnya yang syarat-syarat perkawinan yang ditentukan
ditetapkan kemudian, menghapuskan oleh hukum yang berlaku bagi pihak masing-
ketentuan-ketentuan yang berlawanan dalam masing telah dipenuhi.
perundang-undangan sederajat yang 2. Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat
mendahluinya. tersebut dalam ayat 1 telah dipenuhi dan
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun karena itu tidak ada rintangan untuk
1974 tentang Perkawinan, pengertian istilah melangsungkan perkawinan campuran,
perkawinan Campuran dapat dilihat pada pasal maka oleh mereka yang menurut hukum
57, yaitu : “yang dimaksud dengan Perkawinan yang berlaku bagi pihak masing-masing
Campuran dalam Undang-undang ini ialah berwenang mencatat perkawinan, diberikan
Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia surat keterangan bahwa syarat-syarat telah
tunduk pada hukum yang berlainan, karena dipenuhi.
perbedaan kewarganegaraan dan salah satu 3. Jika pejabat yang bersangkutan menolak
pihak berkewarganegaraan Indonesia”. untuk memberikan surat keterangan itu,
Penafsiran pasal ini bahwa perkawinan maka atas permintaan yang berkepentingan
campuran yang dimaksud ialah apabila salah Pengadilan memberikan keputusan dengan
satu pihak berkewarganegaraan asing dan pihak tidak beracara serta tidak boleh dimintakan
yang lain berkewarganegaraan Indonesia. banding lagi tentang soal apakah penolakan
Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan pemberian surat keterangan itu beralasan
dengan perkawinan campuran dapat dijabarkan atau tidak.
sebagai berikut : 4. Jika pengadilan memutuskan bahwa
Pasal 58 : penolakan tidak beralasan maka keputusan
Bagi orang-orang yang berlainan itu menjadi pengganti keterangan yang
kewarganegaraan yang melakukan tersebut ayat 3.

124
Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

5. Surat keterangan atau keputusan pengganti melangsungkan perkawinan antara seorang pria
keterangan tidak mempunyai kekuatan lagi dengan seorang wanita karena keadaan
jika perkawinan itu tidak dilangsungkan tertentu : seorang wanita yang tidak beragama
dalam masa 6 (enam) bulan sesudah Islam, dan seorang wanita Islam dilarang
keterangan itu diberikan. melangsungkan perkawinan dengan seorang
Pasal 61 yang tidak beragama Islam”.8
1. Perkawinan campuran dicatat oleh pegawai Dengan demikian, pada prinsipnya
pencatat yang berwenang. pandangan Hukum Islam bahwa beda agama
2. Barang siapa melangsungkan perkawinan dilarang untuk melangsungkan perkawinan.
campuran tanpa memperlihatkan lebih Hal serupa diatur oleh Undang-undang
dahulu kepada pegawai pencatat yang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang
berwenang surat keterangan atau keputusan dalam pelaksanaannya perkawinan antar agama
pengganti keterangan yang disebut dalam tidak diatur, karena perkawinan tersebut tidak
pasal 60 ayat 4 Undang-undang ini dihukum dibenarkan ajaran agama, yaitu ada halangan
dengan hukuman kurungan selama-lamanya terjadinya perkawinan bagi calon suami, calon
1 (satu) bulan. istri perbedaan agama, hal ini sesuai dengan
3. Pegawai pencatat perkawinan yang yang dikehendaki pasal 2 ayat 1 dan pasal 8
mencatat perkawinan sedangkan ia huruf f Undang-undang Perkawinan. Pasal 2
mengetahui bahwa keterangan atau ayat 1 Undang-undang Perkawinan
keputusan pengganti keterangan tidak ada, menyatakan: Perkawinan adalah sah, apabila
dihukum dengan hukuman kurungan dilakukan menurut hukum masing-masing
selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan dihukum agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 2
jabatan. Undang-undang Perkawinan terang menunjuk
Pasal 62. paling pertama kepada hukum masing-masing
Dalam perkawinan campuran kedudukan agama dan kepercayaannya bagi masing-masing
anak diatur sesuai dengan Pasal 59 ayat 1 pemeluknya, sedangkan menurut penjelasan
Undang-undang ini. pasal 2 itu, tidak ada perkawinan di luar hukum
Menurut pandangan Hukum Islam, tidak ada masing-masing agamanya dan kepercayaannya
istilah pengertian perkawinan Campuran, yang itu, sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945.
ada adalah pengertian beda agama. Menurut Hak dan kewajiban suami istri dalam
Hukum Islam adalah tidak sah perkawinan beda perkawinan Campuran tidak diatur, baik
agama sebagaimana disebut dalam Al- Quran menurut Hukum perkawinan Islam, Undang-
surah Baqarah ayat 221. Demikian juga Fatwa undang Nomor 1 Tahun 1974 maupun dalam
Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jaya tanggal Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor 1 Tahun
30 September 1986 tentang Perkawinan Antar 1991), yang dalam hal ini semua hak dan
Agama berdasarkan pendapat dalam sidang kewajiban suami isteri dalam perkawinan biasa
pleno tanggal 2 Agustus 1986 yang dan campuran adalah sama. Untuk Undang-
menganjurkan, dilarang perkawinan antara undang Nomor 1 Tahun 1974 diatur dalam Bab
wanita muslim dengan laki-laki musyrik dan VI, pasal 30 sampai dengan pasal 34, sedangkan
laki-laki muslim dilarang kawin dengan wanita menurut ketentuan Kompilasi Hukum Islam
yang bukan beragama Islam (larangan mutlak). diatur dalam Bab XII, pasal 77 sampai dengan
Lihat juga Keputusan Seminar perkawinan antar pasal 84.
agama di Universitas Katolik Atmajaya tanggal Dengan demikian, semua hak dan kewajiban
21 Maret 1987, yang pada prinsipnya gereja suami isteri baik dalam perkawinan biasa dan
melarang perkawinan campur antar agama.7 perkawinan campuran adalah sama dan harus
Dalam Kompilasi Hukum Islam (Inpres sesuai dengan aturan perundang-undangan
Nomor 1 Tahun 1991) dengan tegas yang berlaku yaitu pasal 30 sampai dengan
menyebutkan dalam pasal 40 dan pasal 44, pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
yang menyebutkan bahwa, “Dilarang tentang Perkawinan.

7 8
Ibid , hal 195 . Lihat Kompilasi Hukum Islam, hal 191,192 .

125
Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

Menurut pasal 2 ayat 2 Undang-undang penolakan itu dengan cara singkat(court geding)
Nomor 1 Tahun 1974, tiap-tiap perkawinan untuk memberikan ketetapan ada atau tidak
dicatat menurut peraturan perundang- adanya penolakan tersebut. Apabila ternyata
undangan yang berlaku, sedangkan menurut penolakan ini tidak beralasan, maka Pengadilan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Agama memberikan keputusan sebagai
pasal 2 mengatur, pencatatan perkawinan dari pengganti keterangan tersebut (pasal 19, pasal
mereka yang melangsungkan perkawinannya 16 dan pasal 18 PMA Nomor 3 Tahun 1975).10
menurut agama Islam, dilakukan oleh Pegawai
Pencatat sebagaimana dimaksud dalam PENUTUP
Undang-undang Nomor 32 Tahun 1974 tentang A. Kesimpulan
Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Pencatatan 1. Pada umumnya menurut hukum agama
perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinan adalah perbuatan yang suci
perkawinan menurut agamanya dan (sakramen, samskara), yaitu suatu
kepercayaannya itu selain agama Islam perikatan antara dua pihak dalam
dilakukan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan memenuhi perintah dan anjuran Tuhan
pada Kantor Catatan Sipil sebagaimana Yang Maha Esa, agar kehidupan
dimaksud dalam berbagai perundang-undangan berkeluarga dan berkerabat tetangga
mengenai pencatatan perkawinan. berjalan dengan baik sesuai dengan
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa anjuran agama masing-masing. Jadi
yang dimaksud dengan perkawinan Campuran perkawinan dilihat dari segi keagamaan
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah suatu ‘perikatan jasmani dan rohani’
ialah perkawinan antara dua orang yang di yang membawa akibat hukum terhadap
Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan agama yang dianut kedua mempelai
karena perbedaan kewarganegaraan dan salah beserta keluarga kerabatnya. Hukum agama
satu pihak kewarganegaraan yang melakukan telah menetapkan kedudukan manusia
dari suami/istrinya dan dapat pula kehilangan dengan ia man dan taqwa, apa yang
kewarganegaraannya menurut cara-cara yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak
telah ditentukan dalam Undang-undang seharusnya dilakukan. Oleh karenanya pada
Kewarganegaraan Republik Indonesia (pasal 3 dasarnya setiap agama tidak dapat
ayat 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974). membenarkan perkawinan yang
Apabila seorang mempelai beragama Islam berlangsung tidak seagama.
yang berkewarganegaraan Indonesia hendak 2. Hak dan Kewajiban suami istri dalam
melangsungkan perkawinan Campuran perkawinan menurut Hukum positif
diperlukan surat keterangan dari Pegawai Indonesia antara lain, adalah :
Pencatat Nikah di daerah tempat tinggalnya Hak dan kewajiban antara suami-istri
sebagaimana dimaksud pasal 64 Undang- adalah hak dan kewajiban yang timbul
undang perkawinan. Surat keterangan yang karena adanya perkawinan antara mereka.
dimaksud pasal 60 ayat 2 Undang-undang Hak dan kewajiban suami istri diatur dalam
Perkawinan diperlukan juga bagi calon pasal 30 sampai dengan pasal 36 Undang-
mempelai yang beragama Islam yang hendak Undang Nomor 1 Tahun 1974.
melangsungkan perkawinan tidak menurut
agama Islam.9 B. Saran
Apabila Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR Hak dan kedudukan suami isteri adalah
tidak memberikan keterangan kepada calon seimbang. Segala sesuatu, baik dalam
mempelai sebagaimana dimaksud pasal 16 kehidupan rumah tangga maupun dalam
PMA Nomor 3 Tahun 1975, yang bersangkutan pergaulan masyarakat dapat dirundingkan dan
dapat mengajukan keberatannya kepada diputuskan oleh suami isteri dan masing-masing
Pengadilan Agama di daerah tempat tinggalnya. pihak baik suami maupun isteri sudah
Pengadilan Agama memeriksa perkara memahami hak dan kewajiban agar segala

9 10
Op-cit , hal 199 . Ibid , hal 199 .

126
Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

persoalan dalam keluarga dapat diatasi secara


baik manakala kedua belah pihak sudah
mengerti arti hak dan kewajiban.

DAFTAR PUSTAKA
Djuhaendah Hasan, Hukum Keluarga, CV
Armico, Bandung, 1988.
Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan
Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung, 2003
.
Hill Napoleon, Pedoman Dalam Perkawinan,
Indah Jaya, Bandung, 1982.
Ramulyo Idris Mohd, Hukum Perkawinan Islam,
Bumi Aksara,Jakarta, 2002.
Sarumpaet R.I, Pedoman Berumahtangga,
Indonesia Publishing House, Bandung, 1993 .
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1983.
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional,
Rineka Cipta, Jakarta, 1991.
Soekanto S dan Mamudji S, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT
RajaGrafindo Persada, 1995.
Tjitrosudibio, R, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, Terjemahan Burgelijk Wetboek,
Pradnya Paramita.
Thalib Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia,
UI Press, Jakarta,1986.
Vollmar, Hukum Keluarga Menurut KUH
Perdata, Tarsito, Bandung, 1990.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan, Lembaran Negara 1974 Nomor
1 Tanggal 2 Januari 1974.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991
Kompilasi Hukum Islam.
Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

127

Anda mungkin juga menyukai