Anda di halaman 1dari 13

PEREMPUAN BEKERJA DALAM PEMENUHAN NAFKAH KELUARGA

DI JORONG ANGGE NAGARI PASIA LAWEH KECAMATAN PALUPUH


KABUPATEN AGAM

RAMA SATRIA PUTRA


Nim.1120123

Prodi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

Syari’ah Dosen Pembimbing Lapangan


Tasnim Rahmat M.Sc

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya perempuan yang ikut berperan serta


dalam memenuhi nafkah keluarga. Hal ini yang tentunya sangat tidak relefan
dengan Undang-Undang Perkawinan yang ada pada saat ini, yang mana nafkah
tersebut merupakan kewajiban dari seorang suami kepada keluarganya.
Mengingat banyaknya fenomena suami yang melalaikan kewajibannya memberi
nafkah kepada keluarganya. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan
Kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus. Dari hasil penelitian
dapat dilihat faktor yang menyebabkan perempuan sebagai pencari nafkah dalam
keluarga faktor ekonomi yaitu faktor di mana kebutuhan ekonomi yang kurang,
pada zaman semakin maju dan serba mahal tentu tidak cukup jika mengandalkan
penghasilan dari suami saja yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap, sehingga
mengharuskan mereka untuk bekerja dan ikut serta dalam memenuhi ekonomi
keluarga. Pendapat para perempuan terhadap keterlibatannya dalam memberi
nafkah untuk keluarga dapat disimpulkan bahwasannya para perempuan ikhlas
membantu suami dalam memenuhi nafkah keluarga agar terwujudnya rumah
tangga yang sejahtera sesuai dengan yang diinginkan. Di dalam Hukum Islam
tidak dilarang kepada perempuan untuk membantu suaminya dalam mencari
nafkah, akan tetapi mereka harus berpegang teguh kepada kodratnya sebagai
seorang perempuan, sebagai perempuan dari suami dan sebagai pendidik dari
anak-anak demi terciptanya keluarga ideal.
Kata Kunci : Perempuan, Nafkah, Keluarga

PENDAHULUAN

Perkawinan merupakan salah satu prinsip dasar yang sangat penting dalam
kehidupan dalam masyarakat yang harmonis. Perkawinan bukan hanya sebagai
cara mulia untuk membentuk keluarga dan garis keturunan, tetapi juga dapat
dianggap sebagai jalur menuju kebaikan serta penguatan iman. Menurut UU
Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan terdapat dalam Pasal 1 yang menyatakan bahwa
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan
Perkawinan Menurut Hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan
ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah.
Selain itu Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawadah, dan rahmah.

Perkawinan direkomendasikan bagi mereka yang memiliki keinginan dan


kapabilitas untuk menikah, serta khawatir akan terjerumus dalam tindakan zina
jika tidak menikah. Kapabilitas menikah meliputi kemampuan memberi nafkah,
bukan hanya kemampuan berhubungan intim semata. dalam kehidupan rumah
tangga suami dan istri mempunyai Haq dan kewajiban masing-masing,
sebagaimana dalam UU Nomor 01 tahun 1974 tentang perkawinan di atur dalam
satu bab yaitu BAB VI pada pasal 30-34.

Namun Perempuan dalam masyarakat telah mengalami perubahan peran


yang signifikan selama beberapa dekade terakhir. Dulu, perempuan sering kali
terbatas pada peran rumah tangga dan merawat anak-anak, namun sekarang
semakin banyak perempuan yang terlibat dalam dunia kerja dan berperan penting
dalam pemenuhan nafkah keluarga.

Dalam lingkup ini, perempuan telah membuktikan kemampuan mereka


tidak hanya dalam mengurus rumah tangga, tetapi juga dalam berkontribusi secara
ekonomi. Bekerja di berbagai sektor, baik formal maupun informal, perempuan
berperan dalam menciptakan pendapatan keluarga yang penting untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, kesehatan, dan lainnya.

Peningkatan keterlibatan perempuan dalam dunia kerja juga memberikan


dampak positif dalam mengurangi ketidaksetaraan gender dan memperluas
pandangan sosial mengenai peran gender. Namun, perlu diakui bahwa perempuan
sering kali masih menghadapi tantangan seperti kesulitan dalam mencapai
keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga. Melalui
perubahan peran ini, perempuan telah membuktikan bahwa mereka memiliki
potensi dan kapabilitas untuk tidak hanya menjadi kontributor penting dalam
pemenuhan nafkah keluarga, tetapi juga dalam perkembangan sosial dan ekonomi
secara keseluruhan.

Dalam perkembangan masyarakat modern, perempuan telah mengalami


pergeseran peran yang signifikan, terutama dalam konteks pemenuhan nafkah
keluarga. Tradisi lama yang mengarahkan perempuan hanya berfokus pada peran
domestik dan merawat anak-anak semakin tergeser oleh semangat inklusivitas dan
kesetaraan gender yang semakin kuat. Perkembangan ini memberikan landasan
bagi perempuan untuk terlibat secara aktif dalam dunia kerja dan berkontribusi
nyata dalam pemenuhan kebutuhan finansial keluarga.

Keterlibatan perempuan dalam pemenuhan nafkah keluarga juga


berdampak positif dalam upaya mengatasi ketidaksetaraan gender. Dengan terlibat
dalam kegiatan ekonomi, perempuan dapat mengatasi stereotip tradisional yang
mengaitkan mereka hanya dengan peran rumah tangga. Ini membantu mengubah
pandangan masyarakat terhadap kemampuan dan peran perempuan dalam
masyarakat yang lebih luas.

Namun, perubahan ini juga tidak datang tanpa tantangan. Perempuan


masih sering menghadapi kesulitan dalam mencapai keseimbangan antara tuntutan
pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga. Dalam beberapa kasus, mereka
mungkin menghadapi diskriminasi gender di tempat kerja atau kesulitan
mendapatkan akses yang setara terhadap peluang ekonomi.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus
mendukung perempuan dalam peran mereka dalam pemenuhan nafkah keluarga.
Dukungan ini dapat berupa akses yang setara terhadap pendidikan dan pelatihan,
layanan perawatan anak yang terjangkau, serta kebijakan yang mendukung
fleksibilitas kerja bagi perempuan. Melalui langkah-langkah ini, perempuan dapat
terus berkontribusi secara signifikan dalam pemenuhan nafkah keluarga sambil
tetap menjaga keseimbangan dan kesejahteraan pribadi mereka.

Jorong Angge merupakan salah satu Jorong yang terdapat di Nagari Pasia
Laweh Kecamatan Paralupuh Kabupaten Agam, meskipun sebagian besar
masyarakat berprofesi sebagai petani, namun tidak sedikit masyarakat di sini yang
berpenghasilan dari mengelola usaha kecil salah satunya adalah usaha pedagang
manisan, petani, penjahit dan lain-lain. Usaha ini dilakukan oleh para ibu rumah
tangga yang ingin membantu suami mereka dalam pemenuhan nafkah. Kondisi ini
dapat dipahami karena harga hasil panen petani yang masih murah sehingga harga
tersebut dibawah layak dan tidak mencukupi bagi kebutuhan keluarga. Di Jorong
Angge Nagari Pasia laweh ini juga termasuk banyak keluarga yang dikategorikan
menengah kebawah, seperti yang mendapatkan berbagai bantuan dari pemerintah,
seperti bantuan raskin, bantuan PKH, bantuan bansos dan masih banyak bantuan
lainnya.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu tahap yang digunakan setiap peneliti


untuk mendapatkan data baik itu dari lapangan atau dengan cara tinjauan
keperpustakaan. Dalam hal ini, penelitian yang peneliti lakukan yaitu dengan
melakukan penelitian secara kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
memperoleh data untuk terjun langsung kelapangan, dan untuk mengumpulkan
data diperoleh dari lapangan yang dilakukan di Jorong Angge Nagari Pasia Laweh
Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam.

Dalam proses penelitian, terdapat dua sumber untuk memperoleh data.


Pertama, sumber data primer yang juga dikenal sebagai sumber utama, merupakan
data yang dikumpulkan langsung dari sumber asli untuk memberikan informasi
atau sebagai sumber pertama di mana data tersebut dihasilkan. Dalam penelitian
kualitatif, sumber data primer ini diperoleh melalui diskusi dengan informan yang
diwawancarai. Kedua, sumber data sekunder yang juga disebut sebagai sumber
tambahan, merupakan data yang diperoleh dari berbagai jenis dokumen tambahan,
baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis. Dari kedua jenis sumber data ini,
peneliti mendapatkan jawaban terhadap data yang dibutuhkan.

Maka dari itu untuk mendapatkan sumber data-data tersebut, ada berbagai
cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data sebagai berikut : Pertama
melakukan observasi, Observasi adalah suatu kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh objek panca indra. Dalam
rumusan, observasi diartikan sebagai pengamatan secara sistematis terhadap
gejala- gejala yang tampak pada objek penelitian artinya lansung turun
kelapangan, dan yang akan menjadi sasarannya adalah para ibu rumah tangga.
Kedua wawancara, yaitu perbincangan baik itu berupa diskusi atau tanya jawab
yang melibatkan dua pihak atau lebih yang berhadapan secara fisik. Dan Penulis
mewawancarai lansung dengan para ibu rumah tangga.

Setelah mendapatkan data-data dari berbagai teknik diatas, maka peneliti


akan menganalisis data yang didapat tersebut lalu mengambil kesimpulan,
kemudian penguraiannya disimpulkan secara induktif, yakni menyimpulkan dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus kemudian ditarik secara umum
sehingga penyajian penelitian ini dapat dipahami dengan mudah.

PEMBAHASAN

Memahami pengertian perempuan tentunya tidak bisa lepas dari persoalan


fisik dan psikis. Dari sudut pandang fisik di dasarkan pada struktur biologis
komposisi dan perkembangan unsur-unsur kimia tubuh. Sedangkan Sudut
pandang psikis didasarkan pada persifatan, maskulinitas atau feminitas.
Perempuan dalam konteks psikis atau gender didefinisikan sebagai sifat yang
melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. Sedangkan perempuan dalam
pengertian fisik merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai oleh alat
reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga perempuan dapat hamil,
melahirkan dan menyusui.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perempuan berarti


jenis kelamin yakni orang atau manusia yang memiliki rahim, mengalami
menstruasi,
hamil, melahirkan, dan menyusui. Sedangkan untuk kata “wanita” biasanya
digunakan untuk menunjukkan perempuan yang sudah dewasa.
Menurut Nugroho disebutkan bahwa: “Perempuan merupakan manusia
yang memiliki alat reproduksi, seperti rahim, dan saluran untuk melahirkan,
mempunyai sel telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui, yang
semuanya secara permanen tidak berubah dan mempunyai ketentuan biologis atau
sering dikatakan sebagai kodrat (ketentuan Tuhan).”

Menurut bahasa, nafkah artinya barang-barang yang dibelanjakan


seperti uang. Demikian pula dalam Kamus al-Munawwir, yang artinya biaya,
belanja. Secara terminologis, nafkah berarti mencukupi makanan, pakaian, dan
tempat tinggal bagi yang menjadi tanggungannya. Atau pengeluaran biaya
seseorang terhadap orang yang wajib dinafkahinya, Wahbah Zuhaili juga
berpendapat tentang nafkah:

Artinya : “Yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya


berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal”.

Nafkah merupakan kewajiban seorang suami untuk memberikan nafkah


kepada sorang istri dan anak-anaknya, bahkan nafkah yang paling utama diberikan
untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan yakni sandang, pangan, dan papan.
Kewajiban memberikan nafkah itu sesuai dengan kesanggupannya, hal ini dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan dengan keadaan dan standar
kehidupannya.

Dalam buku syari’at Islam, kata nafkah mempunyai makna segala biaya
hidup merupakan hak isteri dan anak-anak dalam hal makanan, pakaian dan
tempat kediaman serta beberapa kebutuhan pokok lainnya, bahkan sekalipun si
isteri itu seorang wanita yang kaya.

Para ulama fikih menyimpulkan bahwa nafkah yang wajib diberikan suami
kepada istrinya, meliputi, makanan, minuman, lauk pauk, pakaian tempat tinggal,
pembantu jika diperlukan, alat-alat pembersih tubuh dan perabot rumah tangga.

Nafkah merupakan suatu hak yang wajib dipenuhi oleh seorang suami
terhadap istrinya, nafkah ini bermacam-macam, bisa berupa makanan, tempat
tinggal, pelajaran (perhatian), pengobatan, dan juga pakaian meskipun wanita itu
kaya. Atas dasar Alqur‟an, Sunah, ijma‟, dan dalil, Para ahli fikih mewajibkan
nafkah untuk istri atas suaminya. Sebagaimana dijelskan dalam firman Allah SWT
QS. Al-Baqarah ayat 233 :

‫َو َع َلى اْلَم ْو ُلْو ِد َلٗه ِر ْز ُقُهَّن َو ِكْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّلُف َنْفٌس ِااَّل ُو ْس َعَها‬

Artinya : “Dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para
ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya .(QS. Al-Baqarah ayat 233).

Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa kewajiban nafkah hanya


diberikan kepada yang berhak, yaitu dengan memberi sesuai kebutuhan bukan
menentukan jumlah nafkah yang harus diberikan karena dikhawatirkan terjadi nya
pemborosan penggunaan dalam keadaan tertentu.

Dalam kehidupan rumah tangga suami dan istri mempunyai Haq dan
kewajiban sebagaimana dalam UU NO. 01 tahun 1974 di atur dalam satu bab
yaitu BAB VI pada pasal 30-34 yang bunyinya sebagai berikut :
Pasal 30 :
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31
(1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
masyarakat.
(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu brumah tangga.
Pasal 32
(1) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan
oleh suami isteri bersama.
Pasal 33
Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi
bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Pasal 34
(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
(3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada pengadilan.
Selain itu, perempuan sering kali memiliki peran ganda sebagai pencari
nafkah dan pengasuh keluarga. Mereka merawat anak-anak, orang tua, dan
anggota keluarga lainnya, yang juga merupakan kontribusi yang sangat berharga
bagi keberlanjutan keluarga. Oleh karena itu, perempuan memainkan peran
penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sosial dalam masyarakat.

Terlepas dari peran perempuan dalam mencari nafkah, penting untuk


diingat bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih jalannya sendiri,
baik itu dalam karier atau peran dalam keluarga. Kesetaraan gender dan dukungan
terhadap pilihan individu adalah aspek penting dalam masyarakat yang
inklusif dan adil.

Jorong Angge merupakan salah satu jorong yang berada di Nagari Pasia
Laweh, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam Provinsi sumatra barat. Dengan
luas nagari 74,32 kilometer persegi atau 31,35 persen dari luas kecamatan
palupuh, kemudian berjarak 2 kilometer dari ibukota kecamatan, 94 kilometer dari
ibukota kabupaten dan 118 jilometer dari ibukota provinsi. Secara geografis
jorong angge yang secara mayoritas masyarakatnya bertani dan berkebun, kondisi
umum wilayah jorong angge adalah wilayah subur untuk pertanian dan aman dari
erosi, jorong angge sudah sangat terbuka dengan dunia luar walaupun alat
transportasi dan kondisi jalan yang kurang baik.

Fakta yang terjadi di jorong angge nagari pasia laweh kecamatan palupuh
kabupaten agam, menunjukkan bahwa perempuan sebagai seorang istri dan ibu
rumah tangga mengalami perubahan, sebelumnya kebanyakan mereka hanya
berada di rumah hanya untuk mengurusi urusan keluarganya. Aktivitasnya sehari-
hari hanya melaksanakan pekerjaan rumah saja. Namun saat ini seiring
berkembangnya zaman, situasi dan kondisi yang berbeda. Banyak dari mereka
bekerja untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga ketika kehidupan rumah
tangganya mengalami persoalan kemunduran ekonomi.

Jadi tidak heran jika para perempuan di jorong angge, ini rela bekerja
meskipun suaminya tidak bekerja ataupun karena penghasilan suami yang minim.
Karena jika perempuan tidak bekerja sedangkan suami juga tidak memiliki
penghasilan, maka rumah tangga akan berantakan dan kebutuhan dalam rumah
tangga tidak tercukupi.
Untuk lebih memperjelas data yang ada, maka peneliti melakukan
wawancara dengan 4 informan atau perempuan yang bekerja dalam pemenuhan
nafkah keluarga, 4 informan ini mewakili dari jumlah perempuan yang bekerja
dalam pemenuhan nafkah keluarga di Jorong angge nagari pasia Laweh
kecamatan palupuh kabupaten agam adalah sebagai berikut :
1. Informan 1

Menurut pendapat Mak Atik seorang pedagang manisan, bahwa dia tidak
keberatan dalam membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena
suami saya kadang-kadang tidak mampu mengerjakan semua perkejaannya, sudah
jelas kebutuhan keluarga sehari-hari tidak terpenuhi, maka dari itu saya berdagang
manisan untuk menutupi kebutuhan ekonomi keluarga. karena saya mempunyai
anak yang bersekolah di perguruan tinggi. Dampak yang dirasakan adalah
kebutuhan keluarga saya semakin membaik walaupun suami saya sudah bekerja
namun jika mengandali suami saja pasti kebutuhan kami tidak tercukupi.
2. Informan 2
Menurut pendapat Ibu Roza seorang petani, bahwa jika bersandar dengan
penghasilan suami saja tentunya kebutuhan ekonomi tidak bisa tercukupi apalagi
dengan kebutuhan sekolah anak-anak yang banyak seperti membayar uang
sekolah, beli buku, dan lain-lain. Walaupun begitu saya ikhlas menjalaninya demi
kelangsungan kehidupan keluarganya. Akibat positif yang saya rasakan adalah
perekonomian keluarga dapat tercukupi dengan baik, sehingga kebutuhan
keluarga dapat tercukupi dengan baik. Sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkan dari ibu Roza yaitu kurangnya waktu kebersamaan dan perhatian
kepada keluarga di rumah. Dengan bekerja sebagai petani beliau harus bekerja
dari pagi hingga sore hari.
3. Informan 3
Menurut pendapat Mak Idaih seorang petani, bahwa keterlibatannnya
dalam membantu suami memenuhi nafkah keluarga tidak ada masalah karena saya
menerima dengan keadaan suami yang tidak sanggup sendiri untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari, kadang jika suami saya sendiri bekerja di sawah
cukup lama proses penanaman padi yang akan ditanam, maka dari itu saya turun
ke sawah membantu suami saya agar cepat penanaman padi itu dilakukan,
ditambah lagi anak-anak saya semuanya merantau ke negri orang untuk bekerja,
karna di sini sulitnya lowongan pekerjaan, Dampak yang dirasakan Mak Idaih
yaitu kebutuhan keluarga dapat tercukupi dengan baik.
4. Informan 4
Menurut pendapat ibu Anita seorang pedagang sate, bahwa perempuan itu
harus dapat membantu suami ketika dalam kesulitan misalnya jika penghasilan
suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maka
perempuan pun dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga,
jadi kebutuhan
ekonomi keluarga itu tidak hanya dibebankan pada suami saja karena urusan
rumah tangga itu adalah tanggung jawab suami dan istri bersama. Sedangkan yang
dirasakan yaitu ekonomi keluarga terpenuhi dan saya bisa melaksanakan kegiatan
sebagai ibu rumah tangga dengan baik sambil saya berjualan sate dirumah.
Jadi berdasarkan hasil wawancara dari 4 informan di atas dapat diambil
kesimpulkan bahwasannya para perempuan ikhlas membantu suami dalam
memenuhi nafkah keluarga agar tercukupi kebutuhan keluarga dan terwujudnya
rumah tangga yang sejahtera sesuai dengan yang diingikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara di atas dan temuan dari penelitian, dapat


disimpulkan bahwa perempuan di Jorong Angge Nagri Pasia Laweh membantu
memenuhi kebutuhan nafkah keluarga dikarenakan faktor ekonomi yang terbatas.
Dalam era modern ini, biaya hidup semakin tinggi, sehingga jika mengandalkan
penghasilan suami yang tidak stabil, tentu saja tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, perempuan diharuskan untuk bekerja dan
berkontribusi dalam aspek ekonomi keluarga.

Berdasarkan pendapat para perempuan terhadap keterlibatan dirinya dalam


memenuhi nafkah keluarga dapat di simpulkan para perempuan ikhlas membantu
suami dalam memenuhi nafkah keluarga agar terwujudnya rumah tangga yang
sejahtera sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan dampak yang ditimbulkan
yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu, terpenuhnya
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan sadang, papan, dan pangan, anak lebih
mandiri, dan kebutuhan keluarga bisa terpenuhi apabila suami sakit dan tidak
memiliki pekerjaan. Sedangkan dampak negatif yaitu, kurangnya waktu
kebersamaan dengan keluarga, anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih
sayang dari orang tua, dan kesehatan kurang terjaga dan karena kesibukan seorang
perempuan yang bekerja bisa membuat emosinya tidak stabil karena kelelahan.
Dalam kewajiban suami, telah dijelaskan dalam Undang- undang perkawinan
pasal 34 ayat (1) bahwa suami wajib melindungi perempuan dan memberikan
segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya, maka tidak ada salahnya jika
perempuan bisa mengurangi sedikit beban suaminya.

Di dalam Hukum Islam tidak dilarang kepada perempuan untuk membantu


suaminya dalam mencari nafkah, akan tetapi mereka harus berpegang teguh
kepada kodratnya sebagai seorang perempuan, sebagai perempuan dari suami dan
sebagai pendidik dari anak- anak demi terciptanya keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah.

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Dasar Perkawinan


Pasal 1. (Yogyakarta: Liberty, 1982).

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam (KHI) Tentang Dasar-Dasar Perkawinan


Pasal 2 Dan 3. (Jakarta : CV akademika pressindo, 2007).

Basri, Rusdaya Fiqih Munaqahat 4 Mazhab Dan Kebijakan Pemerintah, (Sulawesi


selatan: CV kaafah learning center, 2019).

Ja’far, Kumedi, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Bandar lampung: Arjasa


pratama, 2021).

Ahmadi, rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media,


2014).

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Bukittinggi,


Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Bukittinggi: UIN Bukittinggi, 2023).

Ismail, Nurjannah, Perempuan Dalam Pasangan: Bias Laki-Laki Dalam


Penafsiran, (Yogyakarta: Lkis, 2003).
Nugroho, Gender Dan Strategi Pengarus Utamanya Di Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008).
Rahmawati, Theadora, Fiqih Munaqahat Dari Proses Menuju Pernikahan Hingga
Haq Dan Kewajiban Suami Istri, (Pemakasan Jawa Timur: Duta Media,
2021).
Syamsul Bahri, Konsep Nafkah Dalam Hukum Islam, (Kanun: Jurnal Ilmu
Hukum, 2015).
Abdurrahman, Perkawinan dalam Syari’at Islam, Cet, I, (Jakarta: Rineka Cipta,
1992).
Tihami dan sahrani, Sohari, Fikih Munakahat (Kajian afaikih Nikah Lengkap),
(Rajawali Pers, Jakarta, 2013).
Al-Qardhawi, Yusuf, Panduan Fikih Perempuan, (Jogjakarta: Salma Pustaka,
2004).
Hasbi Indra, Ahza, Iskandar, Dan Husnani, Potret Wanita Shalehah, (Jakarta :
Penamadani, 2004).
Ayyub, Hasan, Syaikh, Fikih Keluarga, Cetakan Ke Empat, (Jakarta Timur 2004).
Jamaluddin Dan Nanda, Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Lhokseumawe,
Unimal press, 2016).

Anda mungkin juga menyukai