Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL SKRIPSI

PERGESERAN PERAN ISTRI SEBAGAI TULANG PUNGGUNG


KELUARGA DI DESA TEROS KECAMATAN LABUHAN HAJI
KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh:
MIFTAHUL JANNAH
NPM. 11370054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) HAMZANWADI SELONG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
ARTIKEL SKRIPSI

PERGESERAN PERAN ISTRI SEBAGAI TULANG PUNGGUNG


KELUARGA DI DESA TEROS KECAMATAN LABUHAN HAJI
KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh:
MIFTAHUL JANNAH
NPM. 11370054

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

ROHIYANA ASTUTI, M.Pd


NIS. 3302933178

SRI AGUSTINA, M.Pd


NIS. 3302812813

Pergeseran Peran Istri Sebagai Tulang Punggung Keluarga Di Desa Teros


Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur
Nama: Miftahul Jannah
Jurusan/ Program Studi: IPS/Pendidikan Geografi

ABSTRAK
Miftahul Jannah. (2015). Pergeseran Peran Istri Sebagai Tulang Punggung
Keluarga Di Desa Teros Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten
Lombok Timur. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi,
(STKIP) Hamzanwadi Selong.
Kata Kunci: Peran, Pergeseran, dan Keluarga.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
pergeseran peran istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa Teros Kecamatan
Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik wawancara
terbuka, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif
artinya peneliti berusaha mencari,
mengumpulkan, dan menganalisis data serta memberikan gambaran sejelasjelasnya tentang topik penelitian yang akan diteliti. Teknik Analisis data yang
digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu
mengumpulkan data, mengelompokkan data, menginterpretasikan data,
menganalisis data, membuat kesimpulan. Populasi penelitian berjumlah 105
kepala keluarga. Sampel penelitian berjumlah 21 orang dengan kriteria istri yang
berperan sebagai tulang punggung keluarga. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bentuk pergeseran peran istri ini karena suami tidak bekerja disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu suami malas bekerja, tingkat kesehatan menurun,
tingkat pendidikan rendah dan faktor lingkungan. Hal tersebutlah yang menuntut
para istri ikut bekerja untuk membantu suami meningkatkan kondisi sosial
ekonomi keluarga mereka.

Miftahul Jannah. (2015). The Changes of Wives Role as Bread Winner of


Family in Teros VillageLabuhan Haji, Lombok Timur.
Undergraduate Thesis. Geography Education Program.
STKIP Hamzanwadi Selong. Advisors: 1) Rohiyana Astuti,
M.Pd and 2) Sri Agustina, M.Pd.
Keywords: Role, Changes, Family
The objective of this research was to find out the changes of wives role as
bread winner of family in Teros VillageLabuhan Haji, Lombok Timur. The data
were collected through open interview and documentation. This research was
descriptive qualitative which means the researcher seeks for, collects, analyze, and
describes the investigated topic as clearly as possible. The data were analyzed
descriptive qualitatively including: collecting data, interpreting data, analyzing
data, and concluding. The population was 105 bread winners. The sample was 21
womenbread winners. The result of the research showed that the changes of the
wives role are caused by that their husbands do not work. The husbands do not
work is caused by that the husbands are lazy of working, their health is getting
down, low level of education, and environment factor. This demands the wives to
work in order to help their husbands to improve the family socio-economic life
verified els.

A. PENDAHULUAN
Jika berbicara tentang wanita sama artinya dengan membicarakan
separuh dari anggota keluarga atau separuh dari anggota masyarakat karena secara
statistik jumlah perempuan disetiap entitas (kesatuan yang lahir) masyarakat
manapun rata-rata mencapai setengah dari jumlah penduduk secara keseluruhan.
Istilah kesetaraan gender sering dibicarakan dan disuarakan oleh para aktivis
sosial, kaum perempuan hingga para politikus Indonesia. Kesadaran kaum
perempuan akan kesetaraan gender semakin meningkat seraya mereka terus
menuntut hak yang sama dengan laki-laki.
Kesetaraan gender merupakan suatu kondisi dimana semua manusia
baik laki-laki maupun perempuan bebas mengembangkan kemampuan personal
mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender
yang kaku. Hal ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu
sama, tetapi hak, tanggung jawab, dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh
apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan.
Pergeseran peran istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa
Teros Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur disebabkan rendahnya
pendapatan suami dan kurangnya lapangan pekerjaan untuk para suami, lain
halnya dengan para istri banyak yang memiliki keterampilan membuat usaha
kecil-kecilan seperti membuat kue, jajanan tradisional yang akan dijual di pasar
atau di toko. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para laki-laki di Desa Teros
relatif masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk
melakukan suatu usaha yang menghasilkan uang guna mencukupi kehidupan
keluarga.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perempuan berhak berusaha
memperoleh pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan yang disebabkan karena
beberapa hal, antara lain adanya kemauan perempuan untuk bermandiri dalam
bidang ekonomi, yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya, anak-anaknya,
dan

mungkin

juga

kebutuhan

hidup

dari

orang-orang

yang

menjadi

tanggungannya dengan penghasilan sendiri.


Alasan lain yang melatarbelakangi keterlibatan wanita yang sudah
menikah untuk bekerja yaitu kondisi ekonomi rumah tangga yang bersangkutan

rendah sehingga wanita menikah harus bekerja untuk meringankan beban rumah
tangga, dimana dalam hal ini pendapatan kepala keluarga atau kepala rumah
tangga (suami) yang belum mencukupi. Wanita pada golongan ini umumnya
berasal dari masyarakat yang status sosial ekonominya rendah. Wanita yang
menikah, terutama mereka yang sudah memiliki anak harus mengambil pekerjaan
yang tidak menuntut waktu banyak dalam rangka menggabungkan pekerjaan
dengan tanggung jawab di dalam rumah tangganya, dan ada juga alasan lain yaitu
pola hubungan antara suami dengan istri kurang baik sehingga suami semenamena tidak bekerja untuk mencari nafkah dan memberi semua tanggung jawab
kepada istri.
Hal inilah yang mendorong terjadinya pergeseran peran istri sebagai
pencari nafkah ekonomi dalam keluarga, yang secara tidak sadar emansipasi
wanita telah berdampak pada pergeseran peran wanita termasuk diantaranya peran
ekonomi. Desakan kondisi perekonomian yang memprihatinkan menyebabkan
wanita menikah harus bekerja untuk membantu suami dalam perekonomian
keluarga dan akan memainkan peran baru. Peran baru yang dijalankan adalah
sebagai pekerja, peran sebagai istri dan ibu, serta perannya dalam kegiatan
kemasyarakatan. Sehingga wanita Sasak yang ada di Desa Teros, yang dulu secara
ekonomi hanya dianggap sebagai tulang rusuk bagi suami dalam rumah tangga
yaitu peran sebagai pendamping teman, mitra dan bahkan ada yang menganggap
sebagai peran minor yang menumpang hidup kepada suaminya, kini bergeser
menyandang peran sebagai tulang punggung keluarga (pencari nafkah keluarga)
bagi keluarganya.
B. METODE PENELITIAN

Setiap upaya penyusunan karya ilmiah menggunakan metode


tertentu, oleh karna metode adalah prosedur tertentu yang logis dan sistematis.
Jenis penelitian yang di gunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Penelitian deskriptif
adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya menggambarkan fenomena
sosial atau kenyataan sosial sedangkan kualitatif adalah data yang diuraikan
dengan kata-kata, skema, dan gambar. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif artinya

peneliti berusaha mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data serta


memberikan gambaran sejelas-jelasnya tentang topik penelitian yang akan
Dalam

penelitian

ini,

peneliti

mempertimbangkan

beberapa faktor , baik faktor ekonomi, faktor kemampuan


peneliti, faktor waktu maupun faktor lokasi penelitian. Maka
pelaksanaan

penelitian

menggunakan

metode

yaitu:

wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.


Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum

penelitian, proses penelitian, dan setelah

penelitian. Jadi, dalam penelitian ini data dianalisis dengan


menggunakan motode analisis deskriprif kualitatif

dengan

membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,


faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara penomena yang diamati dalam melakukan


analisis data penelitian menelaah, membanding bandingkan
seluruh data. Membandingkan seluruh data yang tersedia yang
didapat dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara,
dokumentasi, gambar, poto, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
a

Data primer, yaitu data atau informasi yang diperoleh langsung dari
wawancara terbuka dengan sumber asli yaitu para pihak yang dijadikan
informan penelitian yang berjumlah 21 orang.

Data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang diperoleh tidak
langsung dari sumbernya. Dalam

penelitian ini, yang merupakan data

sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari kantor desa


Teros.
Adapun tahapan-tahapan yang dilalui peneliti dalam
melakukan analisis data yaitu :
1

Mengumpulkan Data

Mengelompokkan Data.

Menginterpretasikan Data
7

Menganalisis Data

Membuat Kesimpulan
Setelah

mempelajari

data,

untuk

mengupas

masalah

selanjutnya diperlukan analisis data. Teknik analisa data yang digunakan adalah
deskriptif-kualitatif yaitu dengan menggunakan metode berpikir ilmiah yakni
dengan membandingkan antara kajian teoritis dengan hasil penelitian guna
mengambil kesimpulan dengan terlebih dahulu mengumpulkan topik-topik
persoalan dan bagian-bagianya, sehingga dapat dipahami keadaan yang
sebenarnya. Setelah semua data terkumpul dan terkelompok, baru dilakukan
interpretasi data yaitu membandingkan hasil data-data yang diperoleh baik data
primer maupun data sekunder agar dapat lebih mudah dalam pengolahan data.

C. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan cara wawancara


terbuka, di Desa Teros kecamatan Labuhan Haji, kabupaten Lombok Timur, para
ibu rumah tangga yang mengalami pergeseran peran, sebagian besar disebabkan
karena suami tidak bekerja disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu suami malas
bekerja, tingkat kesehatan menurun, tingkat pendidikan rendah dan faktor
lingkungan. Hal tersebutlah yang menuntut para istri ikut bekerja untuk
membantu suami meningkatkan kondisi sosial ekonomi keluarga mereka. Hal ini
akan dijelaskan pada hasil penelitian dibawah ini.
1. Peran Pokok Istri
Pada umumnya seorang istri yang tugasnya sebagai ibu rumah
tangga dengan tugas domestiknya mengurus rumah, mendidik anak, menyiapkan
makanan, pakaian, serta memasak, kini harus bekerja sebagai pencari nafkah
keluarga dan juga sebagai ibu rumah tangga.
a. Peran Istri dalam Keluarga
Semua Responden sangat menyadari perannya sebagai seorang ibu
rumah tangga, karena mereka selalu menyempatkan diri untuk menyiapkan
kebutuhan semua anggota keluarganya. Seluruh responden menyatakan bahwa

meskipun mereka bekerja sebagai tulang punggung keluarga, tapi mereka tetap
menjalankan peran pokoknya sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik. Hal ini
mereka lakukan karena mereka merasa sudah kewajiban dan tanggung jawab
mereka untuk selalu memperhatikan dan menyiapkan segala kebutuhan suami dan
ank-anaknya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan para istri yang berperan sebagai tulang
punggung keluarga semua yang dilakukan karena himpitan ekonomi dan suami
yang tidak mempunyai penghasilan yang mengharuskan para istri bekerja banting
tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Adapun jenis-jenis pekerjaan yang
ditekuni oleh para responden adalah sebagai berikut:
a) Petani dan buruh tani
b) Pedagang yaitu, pedagang sayur-mayur, buah-buahan, dan pedagang
sembako.
c) Peternak
d) Penjahit
Para responden mengatakan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan
adalah sebagai usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari dan
untuk pendidikan anak mereka.
2. Peran Istri Sebagai Tulang Punggung Keluarga
Istri yang bekerja sebagai pencari nafkah keluarga membuat seorang
ibu bekerja siang malam untuk memperjuangkan anak-anaknya dan memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya.
Dari semua Responden, hampir semuanya mengatakan bahwa jika
mereka tidak bekerja, maka keluarga mereka akan terpuruk dalam kemiskinan,
Suami yang dulunya bekerja sebagai tulang punggung keluarga/pencari nafkah
tidak lagi bekerja, melainkan seorang istrilah yang harus bekerja keras demi
memperjuangkan kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya. Hal ini
disebabkan karena di desa ini sifat umum para suami masih banyak yang tidak
mau mengerjakan pekerjaan yang dianggap rendahan, seperti menjadi buruh tani,
mereka lebih suka duduk-duduk ngotok (bercakap-cakap), sehingga mau tidak

mau istri harus menjadi tulang punggung keluarga. Dari dulu wanita Sasak yang
ada di desa ini memang melaksanakan tugas rumah tangga dan juga sebagai
pencari nafkah keluarga.
3. Pergeseran Peran Istri
Pergeseran atau peralihan yang dulunya suami bekerja sebagai tulang
punggung keluarga kini istri yang banting tulang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dengan kata lain istri yang menjadi tulang punggung keluarga
karena kebutuhan yang semakin banyak dan mengharuskan istri bekerja
memenuhi kebutuhan setiap hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 21 Responden, peneliti melihat
bahwa terjadinya pergeseran peran istri sebagai pencari nafkah di Desa Teros
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
a) Kondisi Ekonomi dan Suami yang Malas Bekerja
Kondisi ekonomi dari semua responden yang masih kurang ditambah
lagi dengan sifat malas dari Suami responden mengharuskan mereka ikut bekerja
sebagai tulang punggung keluarga. Sifat malas yang ini bisa terjadi karena
memang suami tersebut tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan hidup
keluarganya, adanya permasalahan dalam rumah tangga, serta tidak adanya lahan
sendiri (milik pribadi).
b) Tingkat Kesehatan yang Menurun dan Faktor Usia
Usia yang semakin tua dan faktor kesehatan yang menurun juga
menjadi faktor yang menyebabkan seorang laki-laki tidak mampu lagi melaksakan
tugasnya sebagai kepala keluarga/ tulang punggung keluarga. Semua responden
yang menjadi tulang punggung keluarga karena faktor ini merasa berkewajiban
untuk menggantikan posisi suaminya, karena pada dasarnya suami mereka rajin
bekerja, namun karena faktor usia dan kesehatan mereka terpaksa tidak bisa lagi
menjadi tulang punggung keluarga.
c) Tingkat Pendidikan yang Rendah
Kurangnya mutu pendidikan kaum laki-laki di desa Teros menjadi
salah satu penyebab juga sehingga para suami menjadi malas bekerja. Tingkat
pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap semangat kerja mereka, hal ini terlihat

10

ketika mereka bosan dalam pekerjaanya, mereka ingin bekerja ditempat-tempat


pekerjaan formal, namun karena pendidikan mereka hanya tamat SD/ SMP dan
tidak memiliki skill membuat mereka hanya dapat mengerjakan pekerjaan seperti
buruh tani dan kuli bangunan dengan upah yang tidak seberapa untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, sehingga mereka merasa bosan dan akhirnya mereka malas
untuk bekerja.
d) Pengaruh Lingkungan
Adanya pergaulan antara satu dengan yang lain bisa menyebabkan
adanya pengaruh yang baik dan pengaruh yang buruk. Seperti misalnya pada
masyarakat yang ada di desa Teros ini telihat jelas bahwa pergaulan antara sesama
kaum bapak mayoritas memiliki pergaulan yang kurang baik, dimana mereka
selalu saling menyaingi dalam hal bicara meskipun pada kenyataannya mereka
tidak punya apa-apa.
Ketika mereka bekerja sebagai buruh, terkadang mereka saling ejek,
karena malu akhirnya mereka tidak akan mau lagi mengerjakan pekerjaan itu,
padahal mereka tidak punya keterampilan lain untuk dikerjakan selain pekerjaan
yang diejek itu. Akhirnya mereka lebih memilih tidak bekerja dari pada nanti
menjadi bahan olok-olokan dari temannya. Hal inilah yang menjadi salah satu
faktor penyebab istri berperan sebagai pencari nafkah keluarga.
4. Hal Positif yang Diperoleh
Seperti yang diungkapkan oleh para ibu rumah tangga yang berperan
sebagai tulang punggung keluarga kebanyakan mengaku bahwa mereka memiliki
kreatifitas dan keterampilan untuk dikembangkan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
a. Peningkatan kesejahteraan keluarga
Sebagai seorang wanita, keadaan kehidupan yang seperti ini
membuat para responden merasa berkewajiban untuk ikut bekerja memenuhi
kebutuhan keluarga dan yang terpenting adalah dapat memenuhi kebutuhan
pendidikan anak-anaknya. Keadaan ekonomi keluarga yang memprihatinkan
membuat para responden lebih kreatif mencari cara untuk mendapatkan tambahan
penghasilan guna mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dan tanpa disadari

11

oleh para suami bahwa kedudukan mereka sebagai tulang punggung keluarga
akhirnya tergantikan oleh istri-istri mereka. Hal ini disebabkan jumlah keluarga
miskin dari data yang diketahui di Desa Teros Kecamatan Labuhan Haji cukup
besar, yaitu mencapai 1.155 kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk 8.763
jiwa, 4.258 jiwa diantaranya adalah wanita dan 4.505 jiwa adalah laki-laki.
b. Peningkatan status sosial
Status sosial merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seseorang dalam masyarakat. Orang yang memiliki status sosial yang
tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan
dengan orang yang status sosialnya rendah. Kriteria utama dari status pribadi
seseorang adalah pekerjaan atau mata pencaharian, terutama berasal dari
kemajuan yang dicapai secara pribadi.
c. Mengembangkan kreatifitas perempuan
Perempuan merupakan salah satu aktor dalam pembangunan
ekonomi. Keterampilan

dan kreatifitas yang dimiliki para perempuan untuk

meningkatkan kesejahteraan keluarga di Desa Teros ini beragam,

ada yang

membuat jajan untuk dijual di Pasar, dan ada juga yang dijual dirumah, menjahit,
dan ada juga yang beternak. Tetapi kendala modal membuat perempuan di Desa
Teros ini menjadi kurang mampu untuk mengembangkan keterampilannya
tersebut..
5. Hal Negatif yang Diperoleh
Sebagai seorang Ibu rumah tangga dengan tugas domestiknya,
ditambah lagi dengan kegiatannya menjadi tulang punggung keluarga hal ini
tetntunya membuat para istri semakin bertambah kesibukannya. Secara tidak
langsung kesibukan para perempuan yang semakin bertambah, sedikit tidaknya
juga akan berpengaruh terhadap tingkat emosionalnya.
a. konflik keluarga
Bagaimanapun

kondisi

kelelahan

bekerja

akan

sangat

mempengaruhi tingkat emosional. Termasuk juga terhadap para responden yang


bekerja sebagai tulang punggung keluarga juga mengalami hal yang sama.
Sebagian besar dari para responden mengalami masalah dengan

12

suami karena masalah kebutuhan sehari-hari, Sedangkan

dengan anaknya

biasanya konflik masalah keadaan rumah yang belum dibersihkan atau dirawat.
Karena bagaimanapun juga keadaan emosi karena kelelahan setelah bekerja
sangat mempengaruhi tingkat emosi para responden.
b. Hubungan keluarga
Dalam hubungan rumah tangga pasti ada masalah dalam keluarga
baik suami atau anak.
D. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa responden sebagai ibu
rumah tangga menjalankan perannya dengan baik. Walaupun mereka harus ikut
andil dalam mencari tambahan pendapatan untuk keluarga, tetapi mereka tetap
menjalankan aktivitas rumah tangga dengan baik. Mulai dari mengurus rumah,
mengurus anak, mengurus suami, dan mencari tambahan penghasilan untuk
keluarga, mereka lakukan semuanya dengan penuh kesadaran bahwa itu
merupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Pergeseran peran istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa
Teros Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur disebabkan rendahnya
pendapatan suami dan kurangnya lapangan pekerjaan untuk para suami, lain
halnya dengan para istri banyak yang memiliki keterampilan membuat usaha
kecil-kecilan seperti membuat kue, jajanan tradisional yang akan dijual di pasar
atau di toko. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para laki-laki di Desa Teros
relatif masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk
melakukan suatu usaha yang menghasilkan uang guna mencukupi kehidupan
keluarga.
Para Responden yang diwawancarai oleh penulis semuanya
mengalami pergeseran peran sebagai tulang punggung keluarga. Para perempuan
yang awalnya hanya berperan sebagai seorang ibu rumah tangga, kini bergeser
perannya menjadi tulang punggung keluaraga.
Pergeseran adalah suatu proses pergeseran yang terjadi secara
perlahan-lahan dengan waktu yang tidak bisa ditentukan yang terjadi karena
faktor-faktor pendukung sehingga terjadi pergeseran kebudayaan baru yang

13

membentuk pola tingkah laku baru karena adanya faktor yang mempengaruhi
pergeseran dalam kehidupan masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan yang
dialami oleh para responden yang tanpa disadari sedikit demi sedikit mengalami
pergeseran peran karena beberapa faktor yang terjadi dalam keluarganya.
Pergeseran peran yang dijalankan oleh para responden merupakan
masalah yang kompleks dalam kehidupannya, karena mereka dituntut untuk
meningkatkan produktivitas dalam pekerjaannya guna mendapatkan upah yang
lebih tinggi untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Sementara di sisi lain
seorang wanita juga memiliki kewajiban untuk mengurus suami dan mendidik
anak-anaknya. Peran yang dijalankan tidak hanya dalam pekerjaan dan keluarga
saja namun juga bersosialisasi dengan masyarakat sekitar harus dilakukan.
Pembagian waktu pun terkesan rumit karena para wanita harus secara bijak
membagi perhatian mereka pada peran yang dijalankan menjadi seorang ibu
rumah tangga dan sebagai tulang punggung keluarga, yang terkadang sangat sulit
untuk menyesuaikan waktu untuk mengurus keluarga dengan waktu untuk
bekerja. Inilah yang kadang menjadi dilema bagi para responden.
Berdasarkan hasil penelitian, kita dapat mengatakan bahwa sebagian
besar dari para responden menagalami perubahan peran menjadi tulang punggung
keluarga, karena faktor, yaitu :
a. Keadaan ekonomi,
b. Tingkat Pendidikan, dan
c. Faktor suami yang malas bekerja.
Dengan demikian penulis dapat mengatakan bahwa peran seseorang
dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi yang dihadapi. Peran lebih banyak
menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Misalnya
disaat istri di dalam rumah maka kedudukannya menjadi seorang ibu rumah
tangga dan pengasuh anak-anaknya, tetapi kalau di luar rumah (tempat kerja) ia
akan menjadi seorang pekerja.
Para responden selalu berusaha tegar menghadapi perubahan peran
yang mereka alami, karena mereka selalu memikirkan tentang kehidupan keluarga
dan pendidikan anak-anaknya, karena bagaimanapun juga istri adalah salah
seorang anggota keluarga yang tentunya juga berkewajiban untuk memperhatikan

14

kondisi ekonomi keluarga.


Peran orang tua sangat penting sekali terhadap pemenuhan
kebutuhan intelektual bagi anak melalui pendidikan. Hal ini merupakan tanggung
jawab orang tua yang harus diberikan kepada anaknya sehingga orang tua
ditekankan harus mengerti akan fungsi keluarga dan tentunya pemahaman tentang
pendidikan.
Biaya pendidikan anak tidak hanya terbatas pada uang sekolah saja,
tetapi sarana dan prasarana pendidikannya juga mempengaruhi jumlah biaya yang
harus dikeluarkan. Misalnya untuk membeli buku tulis, buku pelajaran, buku
tugas, tas, sepatu, seragam, dan masih banyak lagi. Untuk uang saku anak seharihari juga membutuhkan biaya. Penghasilan mereka yang kadang tidak tentu
membuat mereka harus berusaha semampunya agar kebutuhan pendidikan anak
bisa terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu mereka harus berusaha semampunya
agar anak-anak mereka tetap bisa bersekolah.
Para Responden tidak ingin anaknya akan mengalami kehidupan
yang sama dengan yang mereka alami. Mereka menginginkan anaknya kelak akan
membawa kehidupan keluarga ke arah yang lebih baik lagi. Karena itulah dalam
keterbatasannya, mereka berjuang untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya.
Meskipun mereka wanita, namun mereka yakin, dengan semangat dan kerja
kerasnya, mereka akan mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang
lebih tinggi, minimal lebih tinggi dari pendidikan orangtuanya.
Peran ibu dalam keluarga tidak hanya terbatas pada peran
domestiknya saja, tapi juga dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan anak.
Pendidikan bagi anak merupakan tanggung jawab besar untuk orang tua. Terutama
ibu, sebagai orang pertama dan utama dalam kehidupan anak. Pendidikan
merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dengan
adanya pendidikan maka manusia akan mempunyai wawasan yang luas dan pola
pikir yang maju.
Para responden dan suaminya sebenarnya sudah sama-sama
menyadari tentang hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga. Namun
bagi para suami yang malas ini yang penting bisa makan, siapapun yang kerja

15

tidak apa-apa. Bahkan mereka tidak malu untuk minta kepada istrinya dengan
kekerasan. Sementara istri pada posisi ini tidak berani berontak, karena takut nanti
dipukuli. Para suami harus mulai berpikir bagaimana caranya mereka bisa
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga mereka bisa menjalankan
kembali kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga.
Kondisi sosial ekonomi keluarga para responden secara tidak
langsung bisa dikatakan meningkat setelah mereka bergeser peran ikut sebagai
tulang punggung keluarga. Hal ini dapat kita lihat dengan indikator terpenuhinya
kebutuhan hidup sehari-hari dan juga mereka dapat menyekolahkan anak-anak
mereka bahkan sampai ke tingkat pendidikan sarjana. Inilah yang seharusnya
menjadi sumber pemikiran bagi para suami yang malas bekerja, sehingga mereka
akan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah salah.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut::
1. Peran istri dalam keluarga sebelumnya adalah sebagai ibu rumah
tangga dengan tugas domestiknya. Namun setelah terjadi
pergeseran mereka menjadi tulang punggung keluarga (pencari
nafkah) disamping tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
2. Mayoritas Responden dalam penelitian ini memiliki anak yang
masih sekolah, sementara pendapatan yang dimiliki masih
tergolong rendah sehingga ada diantara mereka yang membuka
usaha warung/kios di rumahnya, pergi berjualan ke pasar, menjadi
buruh tani, penjahit, peternak, dan ada juga yang membuat jajan di
rumah untuk di pasarkan dengan harapan dapat menambah
penghasilan mereka.
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran istri sebagai
tulang punggung keluarga di desa Teros Kecamatan Labuhan Haji

16

adalah :
a. Faktor kondisi ekonomi yang rendah
b. Faktor suami yang pemalas dan tidak mau kerja, karena adanya
pengaruh dari lingkungan bermain suaminya dan tingkat
pendidikan yang rendah.
c. Tingkat kesehatan suami yang menurun dan faktor usia yang
lanjut.
d. Faktor peningkatan pendidikan anak.
4. Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, untuk biaya sekolah anak-anaknya, dan juga keperluan
pribadi mereka.
B. Saran
1) Perlu adanya penelitian lanjutan terhadap pergeseran peran istri
sebagai pencari nafkah dalam keluarga pada masyarakat di Desa
Teros.
2) Sebagai perempuan kita harus memiliki pendidikan yang lebih
tinggi lagi dan harus memilih suami yang rajin bekerja dan
bertangung jawab dalam sebuah keluarga.
3) Walaupun sebagai tulang punggung keluarga yang pendapatanya
pas-pasan kita harus memperjuangkan pendidikan anak, agar kelak
menjadi anak-anak yang sukses.
4) Untuk pihak Pemerintah Desa agar lebih banyak mengadakan
pelatihan/ kursus-kursus keterampilan untuk membekali kaum
perempuan.

17

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. (1995). Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: BKKBN.
Hutagalung. (2012). Pergeseran Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Keluarga
Pada Masyarakat Batak Di Desa Lobusingkam Kecamatan Sitahuis
Kabupaten Tapanuli Tengah.
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali.
Soelaeman, Munandar. (1986). Ilmu Sosial Dasar.Bandung : Refika Aditama.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suryani, (2010). Penyesuaian Diri Ibu Sebagai Kepala keluarga (Studi Kasus di
Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali)

18

Anda mungkin juga menyukai