Oleh:
MIFTAHUL JANNAH
NPM. 11370054
HALAMAN PENGESAHAN
ARTIKEL SKRIPSI
Oleh:
MIFTAHUL JANNAH
NPM. 11370054
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
ABSTRAK
Miftahul Jannah. (2015). Pergeseran Peran Istri Sebagai Tulang Punggung
Keluarga Di Desa Teros Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten
Lombok Timur. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi,
(STKIP) Hamzanwadi Selong.
Kata Kunci: Peran, Pergeseran, dan Keluarga.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
pergeseran peran istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa Teros Kecamatan
Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik wawancara
terbuka, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif
artinya peneliti berusaha mencari,
mengumpulkan, dan menganalisis data serta memberikan gambaran sejelasjelasnya tentang topik penelitian yang akan diteliti. Teknik Analisis data yang
digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu
mengumpulkan data, mengelompokkan data, menginterpretasikan data,
menganalisis data, membuat kesimpulan. Populasi penelitian berjumlah 105
kepala keluarga. Sampel penelitian berjumlah 21 orang dengan kriteria istri yang
berperan sebagai tulang punggung keluarga. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bentuk pergeseran peran istri ini karena suami tidak bekerja disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu suami malas bekerja, tingkat kesehatan menurun,
tingkat pendidikan rendah dan faktor lingkungan. Hal tersebutlah yang menuntut
para istri ikut bekerja untuk membantu suami meningkatkan kondisi sosial
ekonomi keluarga mereka.
A. PENDAHULUAN
Jika berbicara tentang wanita sama artinya dengan membicarakan
separuh dari anggota keluarga atau separuh dari anggota masyarakat karena secara
statistik jumlah perempuan disetiap entitas (kesatuan yang lahir) masyarakat
manapun rata-rata mencapai setengah dari jumlah penduduk secara keseluruhan.
Istilah kesetaraan gender sering dibicarakan dan disuarakan oleh para aktivis
sosial, kaum perempuan hingga para politikus Indonesia. Kesadaran kaum
perempuan akan kesetaraan gender semakin meningkat seraya mereka terus
menuntut hak yang sama dengan laki-laki.
Kesetaraan gender merupakan suatu kondisi dimana semua manusia
baik laki-laki maupun perempuan bebas mengembangkan kemampuan personal
mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender
yang kaku. Hal ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu
sama, tetapi hak, tanggung jawab, dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh
apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan.
Pergeseran peran istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa
Teros Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur disebabkan rendahnya
pendapatan suami dan kurangnya lapangan pekerjaan untuk para suami, lain
halnya dengan para istri banyak yang memiliki keterampilan membuat usaha
kecil-kecilan seperti membuat kue, jajanan tradisional yang akan dijual di pasar
atau di toko. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para laki-laki di Desa Teros
relatif masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk
melakukan suatu usaha yang menghasilkan uang guna mencukupi kehidupan
keluarga.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perempuan berhak berusaha
memperoleh pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan yang disebabkan karena
beberapa hal, antara lain adanya kemauan perempuan untuk bermandiri dalam
bidang ekonomi, yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya, anak-anaknya,
dan
mungkin
juga
kebutuhan
hidup
dari
orang-orang
yang
menjadi
rendah sehingga wanita menikah harus bekerja untuk meringankan beban rumah
tangga, dimana dalam hal ini pendapatan kepala keluarga atau kepala rumah
tangga (suami) yang belum mencukupi. Wanita pada golongan ini umumnya
berasal dari masyarakat yang status sosial ekonominya rendah. Wanita yang
menikah, terutama mereka yang sudah memiliki anak harus mengambil pekerjaan
yang tidak menuntut waktu banyak dalam rangka menggabungkan pekerjaan
dengan tanggung jawab di dalam rumah tangganya, dan ada juga alasan lain yaitu
pola hubungan antara suami dengan istri kurang baik sehingga suami semenamena tidak bekerja untuk mencari nafkah dan memberi semua tanggung jawab
kepada istri.
Hal inilah yang mendorong terjadinya pergeseran peran istri sebagai
pencari nafkah ekonomi dalam keluarga, yang secara tidak sadar emansipasi
wanita telah berdampak pada pergeseran peran wanita termasuk diantaranya peran
ekonomi. Desakan kondisi perekonomian yang memprihatinkan menyebabkan
wanita menikah harus bekerja untuk membantu suami dalam perekonomian
keluarga dan akan memainkan peran baru. Peran baru yang dijalankan adalah
sebagai pekerja, peran sebagai istri dan ibu, serta perannya dalam kegiatan
kemasyarakatan. Sehingga wanita Sasak yang ada di Desa Teros, yang dulu secara
ekonomi hanya dianggap sebagai tulang rusuk bagi suami dalam rumah tangga
yaitu peran sebagai pendamping teman, mitra dan bahkan ada yang menganggap
sebagai peran minor yang menumpang hidup kepada suaminya, kini bergeser
menyandang peran sebagai tulang punggung keluarga (pencari nafkah keluarga)
bagi keluarganya.
B. METODE PENELITIAN
penelitian
ini,
peneliti
mempertimbangkan
penelitian
menggunakan
metode
yaitu:
dengan
Data primer, yaitu data atau informasi yang diperoleh langsung dari
wawancara terbuka dengan sumber asli yaitu para pihak yang dijadikan
informan penelitian yang berjumlah 21 orang.
Data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang diperoleh tidak
langsung dari sumbernya. Dalam
Mengumpulkan Data
Mengelompokkan Data.
Menginterpretasikan Data
7
Menganalisis Data
Membuat Kesimpulan
Setelah
mempelajari
data,
untuk
mengupas
masalah
selanjutnya diperlukan analisis data. Teknik analisa data yang digunakan adalah
deskriptif-kualitatif yaitu dengan menggunakan metode berpikir ilmiah yakni
dengan membandingkan antara kajian teoritis dengan hasil penelitian guna
mengambil kesimpulan dengan terlebih dahulu mengumpulkan topik-topik
persoalan dan bagian-bagianya, sehingga dapat dipahami keadaan yang
sebenarnya. Setelah semua data terkumpul dan terkelompok, baru dilakukan
interpretasi data yaitu membandingkan hasil data-data yang diperoleh baik data
primer maupun data sekunder agar dapat lebih mudah dalam pengolahan data.
C. HASIL PENELITIAN
meskipun mereka bekerja sebagai tulang punggung keluarga, tapi mereka tetap
menjalankan peran pokoknya sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik. Hal ini
mereka lakukan karena mereka merasa sudah kewajiban dan tanggung jawab
mereka untuk selalu memperhatikan dan menyiapkan segala kebutuhan suami dan
ank-anaknya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan para istri yang berperan sebagai tulang
punggung keluarga semua yang dilakukan karena himpitan ekonomi dan suami
yang tidak mempunyai penghasilan yang mengharuskan para istri bekerja banting
tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Adapun jenis-jenis pekerjaan yang
ditekuni oleh para responden adalah sebagai berikut:
a) Petani dan buruh tani
b) Pedagang yaitu, pedagang sayur-mayur, buah-buahan, dan pedagang
sembako.
c) Peternak
d) Penjahit
Para responden mengatakan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan
adalah sebagai usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari dan
untuk pendidikan anak mereka.
2. Peran Istri Sebagai Tulang Punggung Keluarga
Istri yang bekerja sebagai pencari nafkah keluarga membuat seorang
ibu bekerja siang malam untuk memperjuangkan anak-anaknya dan memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya.
Dari semua Responden, hampir semuanya mengatakan bahwa jika
mereka tidak bekerja, maka keluarga mereka akan terpuruk dalam kemiskinan,
Suami yang dulunya bekerja sebagai tulang punggung keluarga/pencari nafkah
tidak lagi bekerja, melainkan seorang istrilah yang harus bekerja keras demi
memperjuangkan kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya. Hal ini
disebabkan karena di desa ini sifat umum para suami masih banyak yang tidak
mau mengerjakan pekerjaan yang dianggap rendahan, seperti menjadi buruh tani,
mereka lebih suka duduk-duduk ngotok (bercakap-cakap), sehingga mau tidak
mau istri harus menjadi tulang punggung keluarga. Dari dulu wanita Sasak yang
ada di desa ini memang melaksanakan tugas rumah tangga dan juga sebagai
pencari nafkah keluarga.
3. Pergeseran Peran Istri
Pergeseran atau peralihan yang dulunya suami bekerja sebagai tulang
punggung keluarga kini istri yang banting tulang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dengan kata lain istri yang menjadi tulang punggung keluarga
karena kebutuhan yang semakin banyak dan mengharuskan istri bekerja
memenuhi kebutuhan setiap hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 21 Responden, peneliti melihat
bahwa terjadinya pergeseran peran istri sebagai pencari nafkah di Desa Teros
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
a) Kondisi Ekonomi dan Suami yang Malas Bekerja
Kondisi ekonomi dari semua responden yang masih kurang ditambah
lagi dengan sifat malas dari Suami responden mengharuskan mereka ikut bekerja
sebagai tulang punggung keluarga. Sifat malas yang ini bisa terjadi karena
memang suami tersebut tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan hidup
keluarganya, adanya permasalahan dalam rumah tangga, serta tidak adanya lahan
sendiri (milik pribadi).
b) Tingkat Kesehatan yang Menurun dan Faktor Usia
Usia yang semakin tua dan faktor kesehatan yang menurun juga
menjadi faktor yang menyebabkan seorang laki-laki tidak mampu lagi melaksakan
tugasnya sebagai kepala keluarga/ tulang punggung keluarga. Semua responden
yang menjadi tulang punggung keluarga karena faktor ini merasa berkewajiban
untuk menggantikan posisi suaminya, karena pada dasarnya suami mereka rajin
bekerja, namun karena faktor usia dan kesehatan mereka terpaksa tidak bisa lagi
menjadi tulang punggung keluarga.
c) Tingkat Pendidikan yang Rendah
Kurangnya mutu pendidikan kaum laki-laki di desa Teros menjadi
salah satu penyebab juga sehingga para suami menjadi malas bekerja. Tingkat
pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap semangat kerja mereka, hal ini terlihat
10
11
oleh para suami bahwa kedudukan mereka sebagai tulang punggung keluarga
akhirnya tergantikan oleh istri-istri mereka. Hal ini disebabkan jumlah keluarga
miskin dari data yang diketahui di Desa Teros Kecamatan Labuhan Haji cukup
besar, yaitu mencapai 1.155 kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk 8.763
jiwa, 4.258 jiwa diantaranya adalah wanita dan 4.505 jiwa adalah laki-laki.
b. Peningkatan status sosial
Status sosial merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seseorang dalam masyarakat. Orang yang memiliki status sosial yang
tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan
dengan orang yang status sosialnya rendah. Kriteria utama dari status pribadi
seseorang adalah pekerjaan atau mata pencaharian, terutama berasal dari
kemajuan yang dicapai secara pribadi.
c. Mengembangkan kreatifitas perempuan
Perempuan merupakan salah satu aktor dalam pembangunan
ekonomi. Keterampilan
ada yang
membuat jajan untuk dijual di Pasar, dan ada juga yang dijual dirumah, menjahit,
dan ada juga yang beternak. Tetapi kendala modal membuat perempuan di Desa
Teros ini menjadi kurang mampu untuk mengembangkan keterampilannya
tersebut..
5. Hal Negatif yang Diperoleh
Sebagai seorang Ibu rumah tangga dengan tugas domestiknya,
ditambah lagi dengan kegiatannya menjadi tulang punggung keluarga hal ini
tetntunya membuat para istri semakin bertambah kesibukannya. Secara tidak
langsung kesibukan para perempuan yang semakin bertambah, sedikit tidaknya
juga akan berpengaruh terhadap tingkat emosionalnya.
a. konflik keluarga
Bagaimanapun
kondisi
kelelahan
bekerja
akan
sangat
12
dengan anaknya
biasanya konflik masalah keadaan rumah yang belum dibersihkan atau dirawat.
Karena bagaimanapun juga keadaan emosi karena kelelahan setelah bekerja
sangat mempengaruhi tingkat emosi para responden.
b. Hubungan keluarga
Dalam hubungan rumah tangga pasti ada masalah dalam keluarga
baik suami atau anak.
D. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa responden sebagai ibu
rumah tangga menjalankan perannya dengan baik. Walaupun mereka harus ikut
andil dalam mencari tambahan pendapatan untuk keluarga, tetapi mereka tetap
menjalankan aktivitas rumah tangga dengan baik. Mulai dari mengurus rumah,
mengurus anak, mengurus suami, dan mencari tambahan penghasilan untuk
keluarga, mereka lakukan semuanya dengan penuh kesadaran bahwa itu
merupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Pergeseran peran istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa
Teros Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur disebabkan rendahnya
pendapatan suami dan kurangnya lapangan pekerjaan untuk para suami, lain
halnya dengan para istri banyak yang memiliki keterampilan membuat usaha
kecil-kecilan seperti membuat kue, jajanan tradisional yang akan dijual di pasar
atau di toko. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para laki-laki di Desa Teros
relatif masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk
melakukan suatu usaha yang menghasilkan uang guna mencukupi kehidupan
keluarga.
Para Responden yang diwawancarai oleh penulis semuanya
mengalami pergeseran peran sebagai tulang punggung keluarga. Para perempuan
yang awalnya hanya berperan sebagai seorang ibu rumah tangga, kini bergeser
perannya menjadi tulang punggung keluaraga.
Pergeseran adalah suatu proses pergeseran yang terjadi secara
perlahan-lahan dengan waktu yang tidak bisa ditentukan yang terjadi karena
faktor-faktor pendukung sehingga terjadi pergeseran kebudayaan baru yang
13
membentuk pola tingkah laku baru karena adanya faktor yang mempengaruhi
pergeseran dalam kehidupan masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan yang
dialami oleh para responden yang tanpa disadari sedikit demi sedikit mengalami
pergeseran peran karena beberapa faktor yang terjadi dalam keluarganya.
Pergeseran peran yang dijalankan oleh para responden merupakan
masalah yang kompleks dalam kehidupannya, karena mereka dituntut untuk
meningkatkan produktivitas dalam pekerjaannya guna mendapatkan upah yang
lebih tinggi untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Sementara di sisi lain
seorang wanita juga memiliki kewajiban untuk mengurus suami dan mendidik
anak-anaknya. Peran yang dijalankan tidak hanya dalam pekerjaan dan keluarga
saja namun juga bersosialisasi dengan masyarakat sekitar harus dilakukan.
Pembagian waktu pun terkesan rumit karena para wanita harus secara bijak
membagi perhatian mereka pada peran yang dijalankan menjadi seorang ibu
rumah tangga dan sebagai tulang punggung keluarga, yang terkadang sangat sulit
untuk menyesuaikan waktu untuk mengurus keluarga dengan waktu untuk
bekerja. Inilah yang kadang menjadi dilema bagi para responden.
Berdasarkan hasil penelitian, kita dapat mengatakan bahwa sebagian
besar dari para responden menagalami perubahan peran menjadi tulang punggung
keluarga, karena faktor, yaitu :
a. Keadaan ekonomi,
b. Tingkat Pendidikan, dan
c. Faktor suami yang malas bekerja.
Dengan demikian penulis dapat mengatakan bahwa peran seseorang
dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi yang dihadapi. Peran lebih banyak
menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Misalnya
disaat istri di dalam rumah maka kedudukannya menjadi seorang ibu rumah
tangga dan pengasuh anak-anaknya, tetapi kalau di luar rumah (tempat kerja) ia
akan menjadi seorang pekerja.
Para responden selalu berusaha tegar menghadapi perubahan peran
yang mereka alami, karena mereka selalu memikirkan tentang kehidupan keluarga
dan pendidikan anak-anaknya, karena bagaimanapun juga istri adalah salah
seorang anggota keluarga yang tentunya juga berkewajiban untuk memperhatikan
14
15
tidak apa-apa. Bahkan mereka tidak malu untuk minta kepada istrinya dengan
kekerasan. Sementara istri pada posisi ini tidak berani berontak, karena takut nanti
dipukuli. Para suami harus mulai berpikir bagaimana caranya mereka bisa
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga mereka bisa menjalankan
kembali kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga.
Kondisi sosial ekonomi keluarga para responden secara tidak
langsung bisa dikatakan meningkat setelah mereka bergeser peran ikut sebagai
tulang punggung keluarga. Hal ini dapat kita lihat dengan indikator terpenuhinya
kebutuhan hidup sehari-hari dan juga mereka dapat menyekolahkan anak-anak
mereka bahkan sampai ke tingkat pendidikan sarjana. Inilah yang seharusnya
menjadi sumber pemikiran bagi para suami yang malas bekerja, sehingga mereka
akan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah salah.
16
adalah :
a. Faktor kondisi ekonomi yang rendah
b. Faktor suami yang pemalas dan tidak mau kerja, karena adanya
pengaruh dari lingkungan bermain suaminya dan tingkat
pendidikan yang rendah.
c. Tingkat kesehatan suami yang menurun dan faktor usia yang
lanjut.
d. Faktor peningkatan pendidikan anak.
4. Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, untuk biaya sekolah anak-anaknya, dan juga keperluan
pribadi mereka.
B. Saran
1) Perlu adanya penelitian lanjutan terhadap pergeseran peran istri
sebagai pencari nafkah dalam keluarga pada masyarakat di Desa
Teros.
2) Sebagai perempuan kita harus memiliki pendidikan yang lebih
tinggi lagi dan harus memilih suami yang rajin bekerja dan
bertangung jawab dalam sebuah keluarga.
3) Walaupun sebagai tulang punggung keluarga yang pendapatanya
pas-pasan kita harus memperjuangkan pendidikan anak, agar kelak
menjadi anak-anak yang sukses.
4) Untuk pihak Pemerintah Desa agar lebih banyak mengadakan
pelatihan/ kursus-kursus keterampilan untuk membekali kaum
perempuan.
17
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. (1995). Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: BKKBN.
Hutagalung. (2012). Pergeseran Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Keluarga
Pada Masyarakat Batak Di Desa Lobusingkam Kecamatan Sitahuis
Kabupaten Tapanuli Tengah.
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali.
Soelaeman, Munandar. (1986). Ilmu Sosial Dasar.Bandung : Refika Aditama.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suryani, (2010). Penyesuaian Diri Ibu Sebagai Kepala keluarga (Studi Kasus di
Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali)
18