Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Word Heald Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-19 tahun, menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25
tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Kemenkes RI,
2018). Masa Remaja merupakan priode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik dari fisik, psikologis maupun intelektual. Remaja memiliki sifat yang khas,
yaitu memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi, menyukai pertualangan dan tantngan serta
berani menanggung segala macam resiko atas perbuatanya tanpa berpikir panjang.
Apabila keputusan yang diambiltidak tepat, mereka akan terjerumus ke dalam perilaku
beresiko (Melfira, 2018).
Permasalahan remaja merupakan permasalahan yang sangat kompleks, salah satunya
adalah seks bebas. Lporan WHO tahun 2018, kehamilan remaja adalah kehamilan yang
pada wanita yang berusia 11-19 thun. Setiap tahun diestimasikan terjadi kehamilan pada
remaja sebanyak 21 juta orang remaja pada umur 15-19 tahun dan 2 juta umur 15 tahun.
Jumblah persalinan remaja tertinggi Afrika Barat 115/1000 kelahiran hidup di Asia
Selatan dan Tengara dan 7/1000 kelahiran hidup di Asia Timur (WHO, 2018).
Kehamilan remaja berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018 yang
mendata wanita hamil berusia 10-54 tahun, propurasi kehamilan pada remaja umur 15-19
dua kali lipat lebih besar (16%) dibandingkan kelompok umur 20-24 sebanyak (8%).
Presentasi wanita di perdesaan yang melaporkan pernah mengalami kejadian kehamilan
tidak diinginkan hampir 2 kali lebih besar sebnayak (16%) dibandingkan wanita
diperkotaan sebnayak (9%) (Kemenkes RI, 2018).
Laporan dinas kesehatan Provinsi Papua dari Badan pusat Statistik Provinsi Papua
melaporkan jumblah kehamilan pada umur 15-49 tahun 44 dari 1000 wanita hamil,
menikah dan melahirkan (Dinas Provinsi Papua, 2018). Laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Jayapura, jumblah kehamilan pada remaja semakin meningkat ditandai dengan
adanya pernikahan pada usia dini akibat kehamilan yang tidak diinginkan dan tercatat
jumblah kehamilan pada usia remaja tahun 2018 sebanyak 5.342 remaja wanita (Dinkes
Kebupten Jayapura, 2018).
Dampak yang timbul akibat kehamilan pada remaja terbagi dalam 3 kategori resiko.
Akni resiko medis yang menimbulkan aborsi tidak aman berkontribusi pada kematian dan
kesakitan ibu, gangguan kesehatan, bayi terlahir dengan berat badan rendah dan resiko

1
kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Resiko kedua adalah pisikologis
menyebabkan timbulnya rasa bersalah, depresi, marah dan agresi, remaja atau calon ibu
merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil dan resiko ketiga adalah masalah
pisikososial dimana ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba
berubah, tekanan dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri (Kusmiran, 2014).
Masalah seks dikalangan remaja adalah masalah yang menarik namun cukup sulit
untuk diatasi perkembangan seks bagi remaja sebenarnya adalah bagian tugas
perkembangan yang harus dijalani. Namun disisi lain penyaluran hasrat seks yang belum
seharusnya dilakukan dapat menimbulkan resiko seperti kehamilan diusia dini. Pmyebab
munculnya perilaku seks beresiko disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kritis identitas,
rendahnya pendidikan di sekolah, kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya
perhatian dari orang tua terhadap aktifitas anak dan kurangnya peran orang tua dalam
menerapkan kedisiplinan yang efektif terhadap anak (Hasan,2016).
Berdasarkan observasi awal dan wawancara pada tanggal 20 Juni 2020 di kampung
Nawa Mulya RW 03 Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura terdapat kehamilan remaja putri
yang hamil diusia dini sebanyak 27 remaja dengan usia rata-rata 14 tahun sampai engan
20 tahun, berpendidikan dari SMP, SMA sampai engan Perguruan Tinggi. Hasil
wawancara diperoleh bahwa remaja putri tersebut tinggal bersama nenek karena orang tua
sudah bercerai, ingin menikah dini agar mendapatkan perhatian dari orang tua sehinga
mencari orang yang dapat menyayanginya, ingin dapat uang untuk biaya hidup.
Berdasarkan permasalahan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Kehamilan Pada Remaja Putri di Kampung
Nawa Mulya RW 03 Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura.
B. Rumusan Masaah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimanakah Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Kehamilan
Pada Remaja Putri di Kampung Nawa Mulya Mulya RW 03 Distrik Yapsi Kabupaten
Jayapura.
C. Tujuan Penelitian
Diketahuinya Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Kehamilan Pada Remaja Putri di
Kampung Nawa Mulya Mulya RW 03 Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura.

2
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan untuk dasar perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut bagi remaja
yang berkaitan dengan sistem reproduksi dalam pencegahan kehamilan pada remaja.
2. Masyarakat atau Orang Tua
Diharapkan memberikan pemahaman kepada masyarakat terutaman kepada orang tua
betapa pentingnya peran orang tua dalam pencegahan kehamilan pada remaja.
3. Peneliti
Menambah wawasan dan bekal kepada peneliti tentang peran orang tua dalam
pencegahan kehamilan dini pada remaja dan diharapkan bagi peneliti selanjtnya dapat
mengembangkan metode penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya yang berkaitan
dengan peran orang tua dalam pencegahan kehamilan pada remaja.

3
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Peran Orang Tua
1. Pengertian
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa orang tua adalah ayah
ibu kandung (handayani, 2013). Oarang Tua adalah ibu bapak yang dikenal muala
pertama oleh putra putrinya. Dalam lingkungan keluarga orang tualah yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya
apabila orang tua mencurahkan perhatian dan bimbingan untuk mendidik anak agar
supaya anak tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan hidup pendidikan
yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin dan kebebasan secara serasi (Padila,
2013).
Menurut Effendi (2013), peran ialah sesuatu yang melekat pada kedudukan
manusia sebagai makhluk sosial, ia diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan
tuntutan yang melekat pada kedudukan tersebut. Orang tua didalam keluarga memiliki
peran yang besar dalam menanamkan dasar keperibadian yang ikut menentukan cocok
dan gambaran keperibadian seseorang setelah dewasa kelak. Peran orang tua
meupakan gambaran tentang sikap an prilaku Orang tua dan anak dalam berinteraksi.
2. Peran Orang Tua Sebagai ayah dan Ibu
Terdapat delapan posisi yang harus dipenuhi orang tua dalam rumah tangga,
yaitu memberi nafkah, mengurus rumah tangga, perawatan anak, sosialisai, seksual,
traupetik, rekreasi dan kekerabatan. Secara tradisional, suami berperan sebagai
pencari nafkah dan istri berperan sebagai pemberi nafkah dan istri berperan sebagai
pengurus rumah tangga, perawatan anak dan peran memberi perawatan lainya.
Namun, sejatinya peran dalam keluarga dapat dinegosiasikan, ditetapkan,
didelegasikan atau diasumsikan. Sehingga seiring perkembangan zaman, peran
memberi nafkah berubah. Tidak hanya suami yang diangap sebagai pemberi nafkah
utama pada keluarga, tetapi istri juga telah terlibat dalam membantu ekonomi keuarga
(Bakri, 2017). Adapun peran masing-masing anggota keluarga dapat dideskripsikan
(Bakri, 2017) sebagai berikut:

4
a. Peran Ayah
1) Pemimpin/kepala keluarga
Ayah dalam keluarga umumnya diposisikan sebagai pemimpin yang
menentukan arah tujuan keluarganya. Ayah akan menjadi kepala keluarga baik
secara legal dalam kartu keluarga (KK) ataupun dalam tindakan sehari-hari.
Oleh sebab sebagai pemimpin, maka sosok ayah dituntut memiliki ketegasan
dalam membawa keluarga dalam menetukan tujuan bersama.
2) Pencari nakah
Harus ada minimal satu di antara ayah atau ibu yang berperan sebagai
penopang kebutuhan keluarga.umumnya peran ini diambil oleh ayah, meski
banyak pula dilakukan oleh para ibu. Ketika partner ayah, yaitu ibu harus
mengasuh anak-anak, maka ayahlah yang sewajarnya mencari nafkah.
Meskipun demikian, ayah harus ingat bahwa tugasnya tidaklah hanya mencari
anfkah dikantor, namun juga harus aktif dirumah sebagai partner ibu dalam
mendidik anak-anak.
3) Partner Ibu
Ayah adalah patner ibu dalam mendidik anak harus ramah. Jangan
dikira hanya karena ayah berperan sebagai pencari nafkah lantas bebas dari
tugas rumah. Bukanlah hal yang tabu jika ayah dapat membantu ibu
mengerjakan pekerjaan rumah, seperti memasak, mencuci, menyapu dan lain-
lain. Perilaku ayang yang dapat menjadi partner baik bagi ibu kan berdampak
pada keharmonisan keluarga.
4) Pelindung
Keluarga dalah pada dasarnya adalah tempat berlindung bagai
anggotanya. Ayah bertugas melindungi anggota keluarga agar terhindar dari
segala marabahaya dari luar.
5) Pemberi Penyemangat
Ayah berperan penting dalam memberikan semangat bagi keluarganya
dalam banyak hal. Misalnya mendorong anggota keluarga untuk beribadah,
belajar, bekerja atau berbuat baik.
6) Memberi perhatian
Setiap orang umunya senang jika diberi perhatian oleh orang lain
terlebih keluarganya sendiri. Tugas memberi perhatian tidak hanya
dibebankan kepada ibu yang notebene terlahir sebagai perempuan yang

5
dibekali kelembutan hati, namun ayah juga. Dalam hal memberi perhatian,
ayah sewajarnya ikut memperhatikan kebutuhan anak-anak, pendidikan,
kesehatan, agama dan emosional. Selainkepada anak-anaknya, seorang ayah
juga harus memberikan perhatian kepada pasangannya.
7) Pengajar dan Pendidik
Sebagai kepala keluarga, ayah wajib mendidik keluarganya agar selalu
berada dijalan yang benar. Ayah berperan penting dalam mengarahkan anak
agar tidak salah pergaulan dan keliru menentukan tujuan hidup. Selain
mendidik, ayah juga berperan sebagai pengajar bagi anak dan istrinya. Baik itu
dari segi norma sosial, masyarakat dan norma-norma agama. Ayah juga
berperan baik dalam mengajar dan mendidik akan berpengaruh terhadap
keutuhan keluarganya.
8) Sebagai Teman
Ayah yang baik akan dapat berperan sebagai teman bagi anak dan
istrinya. Hal ini akan menguntungkan ayah dalm peran lain seperti pendidik
dan pengajar. Ayah yang lebih menyenangkan dijadikan teman akan lebih
dekat dengan anggota keluarga. Maka ayah yang baik tidaklah harus menjadi
sosok yang menyeramkan, sehingga tidak bisa disentuh oleh keluarganya.
9) Menyediakan Kebutuhan
Kebutuhan disini tidak melulu tentang materi. Tapi juga hal lain yang
dibutuhkan oleh sebuah keluarga. Adalah tugas seorang ayah harus mampu
memenuhi segala kebutuhan keluarga, baik itu secara lahir dan juga batin.
b. Peran Ibu
1) Pengasuh dan Pendidik
Anak 0-2 tahun umumnya akan sangat bergantung pada ibu. Mereka
membutuhkan air susu ibu (ASI) dan perhatian penuh. Maka ibu bisa
dikatakan berperan penting sebagai pengasuh baik bagi anak-anaknya. Selain
jadi pengasuh ibu juga berperan sebagai pendidik pertama anak-anak mereka.
Sebelum anak-anak mereka keluar rumah, ibulah orang terdekat yang berperan
sebagai guru dalam mengajari anak-anaknya.
2) Partner Ayah
Ibu adalah Partner ayah dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya.
Bahkan banyak pula ibu berperan membantu ayah dalam mencari nafkah. Ibu
ialah Partner ayah dalam segala hal, baik di rumah ataupun diluar rumah.

6
3) Manejer keluarga
Ketika ayah keluar rumah mencari nafkah, ibu adalah manajer keluarga
yang berperan penting dirumah. Sebagai manajer, ibu berperan mengatur
kebutuhan dapur, kebersihan rumah sampai dengan kebutuhan anak dan ayah.
4) Menteri Keuangan Keluarga
Telah terjadi kebiasaan diindonesia bahwa ibu berperan penting dalam
prekonomian keluarga. Umumnya, ibu berperan sebagai mentri keuangan yang
mengelola uang dari ayah atau dirinya sendiri, lalu mengaturnya dengan
sebaik-baiknya untuk kebutuhan seperti dapur, listerik, internet, cicilan,
kebutuhan anak sekolah dan kebutuhan lainya yang tak terduga.
5) Pemberi Tauladan
Anak umumnya memiliki kecendrungan dalam meniru orang-orang
terdekatnya. Daam hal ini ibu adalah sosok yang paling sering ditemaninya.
Maka perilaku ibu yang baik akan menjadi cermin bagi perilaku anaknya.
Untuk itulah ibu harus berperan sebagai pemberi tauladan yang baik bagi
anak-anaknya. Karena bagaimanapun, anak akan meniru apa yang dilakukan
oleh orang tuanya.
6) Pisikolog Keluarga
Ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan anak-anaknya. Maka
tak bisa dihindari bahwa ibu sangat berpengaruh terhadap pisikologi anak-
anaknya. Ibu yang dapat menjadi pendengar yang baik akan membangun
mental anak-anak yang mudah mengungkapkan pendapat ketimbang mereka
yang diaktator. Selain sebagai psikolog bagi anak-anak, ibu juga dibutuhkan
oleh pasangannya sebagai peredam stres atau pemberian solusi bagi
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam rumah.
7) Perawat dan Dokter Keluarga
Ibu perperan sebagai keluarganya. Seperti merawat anak-anaknya yang
masih bayi, sehingga meyiapkan kebutuhan ayah dan anak-anak menjelang
sekolah. Belum lagi mereka sakit, ibu adalah perawat yang sangat cermat dan
sabar karena didasari oleh cinta dan kasih yang tulus. Selain sebagai perawat,
ibu juga seoran dokter yang kadang harus mengupayakan kesembuhan dan
menjaga putra-putrinya dari berbagai hal yang mengancam kesehatan. Tidak
hanya anak-anak tapi juga patnernya, yaitu ayah yangharus menjamin
keluarganya sehat.

7
8) Pengawas Bagai Anak-anaknya
Selain ayah, ibu juga berperan memperhatikan perilaku anak-anaknya.
Ia musti tahu apa yang akan dilakukan anak-anaknya sehingga dapat
mengarahkan ke jalan positif dan mencegah kearah pergaulan yang negatif.
B. Remaja
1. Pengertian
Menurut Word health organization (WHO), yang termasuk ke dalam
kelompok remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan secara demografis
kelompok remaja dibagi menjadi kelompok usia 10-14 tahun (Kemenkes RI, 2018).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa,
yang dimlai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak
memiliki tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak
tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa (Irianto, 2017).
2. Tahap Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja (Marmi, 2013) sebagai berikut:
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik dan fisikologis remaja disebebkan oleh kelenjar
endokkrin yang dikonterol oleh susunan syaraf pusat, khususnya dihipotalamus.
Beberapa jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkwmbangan
adalah hormon petumbuhan (growth hormone), hormon ganadotropik
(gonodatropichormone), ekstogen, progesteron, serta testeteron. Perubahan fisik
merupakan percepatan tinggi badan dan berat badan, perkembangan sks sekunder,
perubahan bentuk tubuh dan perkembangan otak.
b. Perkembangan Kognitif
1) Remaja Awal
Pada tahap ini, remaja melalui berfokus pada pengembalian keputusan,
baik didalam rumah ataupun disekolah. Remaja mualai menunjukan cara
berpikirlogis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di
masyarakat maupun disekolah.
2) Remaja Menengah
Pada tahgap ini terjadi peningkatan intraksi dengan kelompok,
sehingga selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Pada

8
masa ini remaja juga mualai mempertimbangkan masa epan, tujuan dn
pembuat rencana sendiri.
3) Remaja Akhir
Pada tahap ini remaja lebih berkonsertasi pada rencana yang akan datang dan
meningkatan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir secara
kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah-masalah idealisme,
toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam
masyarakat.
c. Perkembangan Pisikososial
Lima tahapan yang dilalui remaja pada tahap perkembangan pisikososial
antara lain:
1) Kepercayaan (trust) versus ketidak percayaan (mistrust)
2) Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)
3) Inisiatif (initialitive) versus rasa bersalah (guilt)
4) Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)
5) Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity confusion)
3. Klafikasi Remaja menurut Ciri Perkembangan
Menurut Pinem (2016), masa remaja menurut ciri perkembanganya dibagi
menjadi tiga tahap yaitu:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara laian: ingin bebas, ingin
dekat denga teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) dengan ciri khas, antara lain: mencari identitas
diri, timbul keinginan untuk kebencian, berkhayal tentang aktivitas seksual,
mempunyai rasa cinta yang mendalam.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain: mampu berpikir
abstrak, lebih sensitif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani,
dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebiasaan diri.
4. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Iriyanto (2017) sebagai berikut:
a. Memperluas hubungan pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
b. Memperoleh perasaan sosial
c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif

9
d. Memperoleh kebebasan emosional dari Orang Tua
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
f. Memiliki dan mempersiapkandiri untuk suatu pekerjaan
g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga
h. Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral
5. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah kesehatan reproduksi remaja terkait seksualitas dan kesehatan
reproduksi masih banyak dihadapi oleh remaja. Masalah-maslah tersebut antara lain
(Amelia, 2015):
a. Perkosaan
Kejahatan pemerkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbanyak
tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan
rentan mengalami pemerkosaan oleh sang pacar, karenadibujuk untuk
menunjukan bukti cinta.
b. Free sex (seks bebas)
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang ganti-ganti. Seks
bebas pada remaja ini (dibawah usia 17 tahun) secra medis selain memperbesar
kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immono
Deficiency Virus), juga merangsang tumbuhnya kangker pada rahim remaja
perampuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami
perubahan perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas
biasa juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang dikalangan remaja.
Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja
terkait kesehatan reproduksi.
c. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pra nikah dikalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos
seputar masalah seksualitas. Misalnya, mitos berhubungan seksual dengan pacar
merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan hanya sekali tidak akan
menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun juga dapat
menyebabkan kehamilan selama si remaja dalam masa subur.
d. Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi pada remaja terkait KDT biasanya tergolong dalam kategori
aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun

10
begitu, ada juga keguguran yang terjadi secara alamiah atau aborsi sepontan. Hal
ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perampuan
yang mengalami KDT umumnya tertekan secara pisikologis, karena secara
pisikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak
sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.
e. Perkawinan dan Kehamilan
Nikah dini, khususnya terjadi dipedesaan. Beberapa daerah, domisili orang tua
biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja
perempuan. Alasan terjadinya pernikahan disi adalah pergaulan bebas seperti
pergaulan bebas seperti hamil diluar pernikah dan alasan ekonomi. Remaja yang
menikah dini, baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk
memiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat
melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani
kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan
dengan distribusi makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih
dalam tahap proses pertumbuhan.
6. Perilaku seksual remaja
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk apabila remaja tidak mampu
mengendalikan rangsangan seksual sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks
pranikah (Marmi, 2013). Kematangan seksual remaja menyebabkan munculnya minat
seksual dan keiingintahuan remaja tentang seksual. Menurut Tanner dalam
(Kusmiran, 2014) minat seksual remaja dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Minat dalam permasalahan yang menyangkut kehidupan seksual remaja ingin tahu
tentang kehidupan seksual manusia. Untuk itu, mereka mencari informasi
mengenai seks, baik melalui buku atau gambar-gambar lain yang dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan remaja karena kurang terjadinya
komunikasi yang bersifat dialogis antara remaja dan orang dewasa, baik orang tua
maupun guru, mengenai masalah seksual, di mana kebanyakan masyarakat masih
mengganggap tabu untuk membicarakan masalah seksual dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Keterlibatan aspek emosi dan sosial pada saat berkencan. Perubahan fisik dan
fungsi biologis pada remaja, menyebabkan dayatarik terhadap lawan jenis yang

11
merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan seksual. Misalnya, pada anak
laki-laki dorongan yang ada dalam dirinya terealiasai dengan aktivitas mendekati
teman perempuannya, hingga terjalin hubungan. Dalam berkencan, biasanya para
remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara. Seperti
bergandengan tangan, berciuman, memberikan tanda mata, bunga, kepercayaan,
dan sebagainya.
c. Minat dalam Keintiman secara Fisik. Dengan adanya dorongan seksual dan rasa
ketertarikan terhadap lawan jenis kelaminnya, perilaku remaja mulai diarahkan
untuk menarik perhatian lawan jenis kelaminnya. Dalam rangka mencari
pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang melakukannya secara terbuka
bahkan mulai mengadakan ekspresimen dalam kehidupan seksual. Misalnya,
dalam berpacaran, mereka mengekspresikan perasaannya dalam bentuk-bentuk
perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti
berciuman, bercumbu dan lain-lain.
C. Kehamilan Pada Remaja
1. Pengertian
Kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari sepermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi/implantasi. Proses terjadinya kehamilan karena sel telur dan
sel seperma, maka terjadilah perumahan. Lanjut dikatakan Manumba, bahwa
kehamian adalah pertemuan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan (Prawiraharjo, 2012). Kehamilan ialah
priode dimana seorang wanita menyimpan embrio atau fetus di dalam. Tubuhnya.
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu, dimualai waktu menstruasi terakhir
dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan) (Janiwarty dan Piter, 2012).
Kehamilan pada remaja merupakan kehamilan pada usia <20 tahun (manuba,
2013). Kehamilan pada remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi karena
pada masa remaja ini, alat repsoduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah seorang wanita
berumur lebih dari 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormon melewati masa kerja
yang maksimal (Kusmiran, 2014).
2. Penyebab Kehamilan Remaja
Kehamilan tidak diinginkan merupakan terminologi yang bisa dipakai untuk memberi
istilah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita bersangkutan maupun

12
lingkungannya. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang
terjadi karena suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu
atau kedua calon orang tua bayi tersebut. KTD pada remaja disebabkan oleh faktor-
faktor berikut (Kusmiran, 2014):
a. Kurangnya pengetahuan tantang kesehatan reproduksi
b. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami dirinya sebagai
peajar.
c. Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan
remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
d. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang
memprbesar kemungkinan remaja mengaakses apa saja termasuk hal-hal yang
negatif.
e. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang
memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal negatif.
3. Dampak Kehamilan Pada Remaja
Menurut kusmiran (2014), beberapa resiko yang timbul akibat kehamilan pada
remaja adalah sebagai berikut:
a. Resiko Medis
Aborsi tidak aman berkontribusi pada kematian dan kesakitan ibu, gangguan
kesehatan, bayi terlahir dengan berat rendah dan resiko kelainan janin dan tingkat
kematian bayi yang tinggi (Kusmiran, 2014). Selain itu menurut lockhart (2014),
ibu hamil terlalu muda, yaitu organ reproduksi belum siap untuk terjadinya
pembuahan dan beresiko terhadap anemia, disfungsi persalinan dan disproporsi
sefalopelvik (punggul sempit.
b. Pisikologis
Timbulnya rasa bersalah, depresi, marah dan agresi, remaja atau calon ibu
merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil (Kusmiran, 2014).
c. Psikososial
Ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah,
tekanan dari mayarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut dan
dikucilkan dari masyarakat dan hilangnya kepercayaan diri (Kusmiran, 2014).
d. Masa Depan Remaja dan Janin

13
e. Terganggunya kesehatan, pernikahan remaja dan pengguguran kandungan dan
putus sekolah serta bayi yang dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlantar
(Kusmiran, 2014).
4. Pencegahan Kehamilan Pada Remaja
Pencegahan kehamilan dapat dilakukan oleh remaja sendiri, orang tua dan
masyarakat (Kusmiran, 2014)
a. Bagi Remaja
Menurut Kusmiran (2014), cara yang biasa dilakukan orang untuk
menyalurkan dorongan seksual pra nikah, antara lain:
1) Menyibukan diri dengan berbagai aktivitas dan sekolah
2) Beraktn beraktifitas dengan berolahraga
3) Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada tuhan
4) Berpacran yang sehat dengan mengindari tempat yang sepi, berpegangan
tangan, berciuman dan menolak permintaan pasangan jika menginginkan
pacaran yang tidak sehat.
b. Bagi Orang Tua
Orang tua memberika informasi tentang pendidikan seksual sebagai berikut:
1) Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan
proses kematangan emosional yang berkaitan dnegan masalah seksual pada
remaja.
2) Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubunga dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).
3) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua
manifestasi yang berfariasi.
4) Memberi pengertian bahwa hubungan antar manusia dapat membawa
kepuasan pada individu dan kehidupan keluarga.
5) Memberikan pengertian mengenai esensi kebutuhan nilai moral untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan
dengan perilaku seksual.
6) Memberikan pengetahuan tentang keslahan dan penyimpangan seksual ahar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu
kesehatan fisik dan mentalnya.
7) Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional
dan ekspoitasu seks yang berlebihan.

14
8) Memberikan pengertian dan kondisi yang dpat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya:
sebagai istri atau suami, orang tua dan anggota masyarakat (Aryani, 2012).
c. Bagi Masyarakat
Beberapa cara agar perilaku seksual pada remaja tidak mengalami permaslahan
sebagai berikut:
1) Pendidikan seks scara holistik dan terpadu perlu diberikan kepada orang tua
dan konselor.
2) Perlu adanya perubahan pemahaman masyarakat terhadap seksualitas yaitu
dari pemahaman yang kaku menjadi flekibel.
3) Kepedulian masyarakat terhadap seks yang aman dan sehat perlu ditingkatkan.
Salah satu cara mengatasi permasalahan seksual pada remaja adalah melalui
pendidikan seksual. Pendidikan seksual merupakan cara pembelajaran atau
pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup
yang bersumber pada dorongan seksual. Tujuan pendidikan seksual adalah
untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual,
dan pembimbing anak dan remaja kearah hidup dewasa yang sehat dan
bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya (Aryani, 2012).

15
5. Kerangka Teori

Peran Orang Tua


1. Peran ayah
a. Pemimpinan/Kepala Keluarga
b. Pencari nafkah
c. Patner Ibu
d. Pelindung
e. Pemberi semangat
f. Memberi perhatian
g. Pengajar dan pendidik
PENCEGAHAN
h. Sebagai teman
i. Menyediakan kebutuhan KEHAMILAN

2. Peran Ibu REMAJA


a. Pengasuh dan pendidik anak
b. Partner Ayah
c. Manejer keluarga
d. Menteri keuang keluarga
e. Pemberi tauladan
f. Pisikolog keluarga
g. Perawat dan dokter keluarga
h. Pengawas bagai anak-abnaknya

Bagan 1 Kerangka teori


Sumber: Arya (2012), sibagaring (2013)
Kusmiran (2014), bakri (2017), BKKBN (2016)

16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif
yang mendeskripsikan atau menggambarkan sesuatu objek atau fenomena yang terjadi
dalam bentuk teks dan narasi (Swarjana, 2013), yang menggambarkan peran orang tua
dalam pencegahan kehamilan dalam remaja putri dikampung Nawa Mulya RW 03 Distrik
Yapsi Kabupaten Jayapura.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dikampung Nawa Mulya RW 03 Distrik Yapsi Kabupaten
Jayapura.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2020 sampai dengan 25 Juli
2020.
C. Informan
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki anak remaja
sebanyak 27 orang dikampung nama Mulya Distrik Yapsi.
2. Informan
Informan adalah sebagian dari populasi yang dipandang representatif mewakili
populasi (Notoatmodjo, 2012). Jumlah informan dalam penelitian ini adalah orang tua
kandung dikampuang Nama Wulya Yapsi yang berjumlah 5 orang. Pemilihan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yakni pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu oleh peneliti dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Orang tua kandung
b. Orang tua yang merawat dan memelihara dari kecil sampai remaja
c. Orang tua yang bertempat tinggal bersama dengan anaknya
d. Orang tua yang berada dirumah bersama anak remajanya atau tidak sedang berada
diluar daerah dalam jangka waktu lama

17
D. Proses Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang
akan dilakukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan menggunkan wawancara mendalam. Sugiyono (2013) wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersebut.
Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam sehingga para
subjeknya atau informan tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula
maksud dan tujuan wawancara itu. Wawancara mendalam sangat baik duguakan dalam
penelitian kualitatif. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah metode wawancara yang menggunkan alat
bantu berupa pertanyaan-pertanyaan secara garis besar untuk memperoleh informasi dan
data-data yang diperlukan.
E. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data
Untuk dapat dilakukan suatu penelitian diperlukan data yang cukup lengkap yang
didapat dari teknik pengumpulan data. Tenik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan interview. Dalam proses wawancara ini selain alat tulis, cacatan laporan
(field note), juga digunakan alat perekan atau tape recorder, sehingga informasi atau
keterangan yang diperoleh dapat terdata dengan lengkap (Saryono dan Anggraeni, 2010)
hasil wawancara kemudian dibuat transkrip dan diberi kata kunci atau tema dari hasil
wawancara dan dikategorikan.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
Proses analisis data secara kualitatif dimulai dengan menelaah data yang diperoleh dari
berbagai sumber atau informasi, baik melalui wawancara maupun studi dokumentasi.
Data tersebut dilebih dahulu dibaca, dipelajari, ditelaah, kemudian dianalisis. Setelah itu
menganalisi sisi ekspresi baik verbal maupun non verbal sehingga dapat ditemukan
datanya dan alur kontekstual yang menjelaskan apa yang terjadi dibalik suatu fenomena
ataupun ucapan. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut menggunakan analisis model
interaktif terdiri dari 3 (tiga) menurut Saryono dan Anggraeni (2013), analisa data
kualitatif sebagai berikut:

18
1. Transkrip
Sebelum menganalisis data, penting untuk memastikan bahwa semua data
telah lengkap, tercatat dan diberi label dengan sistematis, sehingga data menjadi
teratur dan mudah dilacak.
2. Kata Kunci
Kata kunci berguna untuk mengembangkan kategori, pola dan konsep. Kata
kunci akan memudahkan dalam mengatur data yang begitu banyak dan melengkapi
tuntutan untuk menafsirkan fenomena-fenomena yang dikelompokkan menjadi tema-
tema besar sehingga lebih setabil rapi dan logis serta masuk akal dari pernyataan
informen.
3. Kategori
Kategori adalah menemukan dan membandingkan persamaan serta perbedaan
materi data untuk membuat validasi terhadap keabsahan data informan dan
refleksikan terhadap interprestasi yang telah dilakukan.
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, setelah mendapatkan ijin dari ketua RW 03
Kampung Nawa Mulya Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura, kemudian penelitti melakukan
proses pengambilan data dengan tetap memperhatikan masalah etika dalam pengambilan
data informan, meliputi:
1. Inform consent
Setiap informan memiliki hak penuh untuk menyetujui atau menolak menjadi
informan dengan cara menandatangani surat informed consent.
2. Beneficience
Prinsip, Beneficience artinya penelitian yang dilakukan haruslah memberikan
dampak yang positif terhadap, respon baik langsung maupun tidak langsung dan perlu
penjelasan secara rinci sebelum dilakukan informed consent.
3. Non maleficience
Malenficienci artinya penelitian tidak menimbulkan resiko pada informan
dilindungi dari fisik dan pisikologisnya serta tidak dieksploitasi. Pada penelitian ini
resiko yang dapat terjadi pada informan adalah psikologis informan.
4. Respect for Autonomy
Peneliti memberikan kebebasan pada informan untuk mengikuti penelitian
atau tidak, serta tidak memaksakan jawaban dari pertanyaan yang diajukan dari

19
wawancara. Informan yang bersedia diberikan lembar pernyataan melalui informed
consent.
5. Anonymity
Penulis memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dangan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama informan pada lembar alat dan hanya
menuliskan inisial pada lembar pengumpulan data.
6. Veracity
Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai prosedur dan manfaat
penelitian dengan jujur kepada informan. Peneliti hanya menyampaikan informasi
yang benar, jujur dan tidak melakukan kebohongan kepada informan.
7. Justice
Peneliti dalam berkomunikasi dengan informan tidak menanyakan hal-hal
yang dianggap sebagai privacy bagi informan, kecuali yang dikaitkan dengan
penelitian, namun tetap mengedepankan rasa penghormatan dan melalui persetujuan
informan.
8. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh informan dijamin oleh peneliti,
hanya data yang dipaparkan untuk kepentingan analisa data. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh penulis, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

20
Bagan 2
Alur Penelitian

Survey Awal/Pengambilan Data Awal

Observasi Wawancara

Metode Kualitatif dan Purposive Sampling

Populasi
(Ibu-ibu yang mempunyai anak remaja
sebanyak 27 orang)

Sampel
(Ibu yang mempunyai anak remaja hamil
diluar nikah sebanyak 5 orang)

Melakukan Pengumpulan Data


Melalui Wawancara

Pengolahan Data

Analisa Data
(Transkrip, Kata Kunci dan Kategori)

21

Anda mungkin juga menyukai