Disusun oleh:
Siti Khadijah (2106779421)
Indriani Rusydi (2106779346)
BAB I – PENDAHULUAN
Temuan ilmiah terkini setuju bahwa salah elemen-elemen yang membentuk
kesehatan jangka panjang, kesejahteraan, dan produktivitas dibentuk pada 2-3 tahun
pertama kehidupan seorang anak. Pengalaman-pengalaman dan paparan yang diterima
pada fase awal kehidupan ini membentuk perkembangan biologis, psikologis, dan
fungsional yang berdampak sepanjang hidup (Richter et al., 2019).
Periode awal ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan proses parenting yang
diterima seorang anak. Parenting berperan dalam mengakomodasikan proses interaksi
antara orang tua dan anak untuk membantu optimalnya pertumbuhan dan perkembangan
(Puspitasari et al., 2020). Parenting memengaruhi setiap aspek perkembangan anak,
termasuk aspek fisik, emosional, sosial, dan kognitif (Setyowati et al., 2017).
Makalah ini menyajikan proses menjadi orang tua dengan fokus pada usia bayi
dan toddler. Selain berisi seputar teori dan hasil penelitian secara global. Tinjauan
pustaka ini juga berupaya membahas beberapa aspek parenting pada usia tersebut
disesuaikan dengan situasi parenting di Indonesia.
Positive moods
Perasaan orangtua akan sangat mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan anak pada masa 1 tahun pertama dikehidupannya ini.
Orangtua yang selalu bahagia maka anak bayi merekapun akan tumbuh
menjadi bayi yang bahagia. Begitupun dengan orangtua yang selalu
memberikan ekspresi tersenyum maka anak bayi merekapun akan
tumbuh menjadi bayi yang memiliki perasaan positif.
Social partners
Orangtua adalah sebagai partner sosial anak. Orangtua dapat memberikan
beberapa stimulus pada masa 1 tahun awal kehadirannya ini seperti,
ekspresi wajah, gerak tangan, intonasi suara, atau permainan ciluk ba.
Parent as a reference
Orangtua dimasa awal ini adalah menjadi orangtua yang setiap apapun
yang orangtua lakukan akan ditiru, akan dicontoh karena orangtua
menjadi refrensi anak untuk melakukan segala aktifitasnya. Contohnya
saja jika orangtua tidak menyukai terhadap suatu benda maka anak pun
akan menjauhi benda tersebut. Jika orangtua takut terhadap binatang
tertentu maka anakpun akan takut terhadap binatang tersebut.
3. Coparenting
Infant tumbuh dari 21 inci saat lahir sampai dengan 33 inci sampai usia 2
tahun & lahir dengan berat 29 pounds.
3 Bulan (Tiga Bulan):
The increased cortical and subcortical neural:
Orangtua meningkatkan kemampuan sensorik dan koordinasi anak.
Pada masa ini infant memiliki waktu tidur yang lebih lama di siang
hari dan lebih terampil dalam memanipulasi (main ciluk ba, meraka
bisa berpura-pura menangis) dan bermain dengan mainan dan benda-
benda yang dimainkan oleh orangtua.
8 Bulan (Delapan Bulan):
Development of the prefrontal cortex:
Infant mulai berkembang bertahap, mulai bisa duduk sendiri,
merangkak, dan akhirnya berjalan saat usia mereka antara sepuluh
dan delapan belas bulan.
2. Intellectual Development
Teori: Piaget menekankan perubahan kapasitas anak untuk
menggabungkan stimulasi dan eksplorasi aktif dunia. Maksudnya dalah
bayi belajar dari tindakan tubuh mereka sendiri. Misalnya seperti
memainkan jarinya sendiri, melihat kekanan dan ke kiri, dll.
6 Bulan:
Tertarik pada suara perubahan mobil. Anak usia 6 bulan jika
mendengar suara klakson mobil yang sama yang sering dia dengar
maka ia akan jenuh. Namun anak akan interest saat mendengan
bunyi klakson mobil lainnya yang berbeda dari yang biasa ia dengar.
Sebuah stimulus baru atau familiar
Anak diberikan mainan segitiga dan kotak. Ketika segitiga lebih sulit
ia gerakkan dibandingkan kotak maka anak akan bosan dan ia akan
menunjukkan ketertarikannya pada mainan kotak yang lebih mudah
baginya untuk dimainkan.
8 atau 9 Bulan:
Understanding concept: bayi bergerak dan menjelajahi objek,
mereka membentuk niat dan tujuan (misalnya, mendapatkan mainan,
memegang kucing).
Finger: memasukkan jari ke mulut mereka untuk mengisap
Object: Bayi meraih benda-benda di sekitar, memanipulasinya,
melihat cara kerjanya,
Observe: Mengamati saat mereka menjatuhkan benda ke lantai atau
melemparkan benda ke dalam air.
Melihat kearah yang orangtua tunjukan dan melakukan yang
orangtua perintahkan.
3. Language Development
Bayi:
Bayi menunjukkan bahasa dengan menangis dan juga tersenyum. Bila ia
lapar ingin menyusu maka ia menangis, dan saat bayi sudah kenyang
maka ia akan tersenyum.
5 Bulan:
Anak akan menggunakan vocal atau suara mereka untuk menarik
perhatian orangtua atau orang dewasa yang ada di sekelilingnya.
8 Bulan:
Anak usia 8 bulan sudah dapat mengingat atau mengeluarkan suara dan
dua atau tiga suku kata. Meski terpenggal-penggal, namun ini
menandakan perkembangan bahasanya telah meningkat dibandingkan
bulan-bulan sebelumnya. Seperti ma-ma atau da-da-da, I-bu atau Ba-ba,
Nda atau Mi.
4. Emotional Development
Bayi:
Three general states: contentment (kepuasan), alert interest
(kewaspadaan), dan distress/irritability (kesusahan/lekas marah). Maka
orangtua dapat menjadi pelindung bagi sang anak.
3-4 Bulan:
Pada usia ini emosional anak bertahap akan berubah dari contentment
kepada kenyamanan, distress kepada kesedihan, dan marah adalah
respon atas frustasi yang anak rasakan. Orangtua harus selalu
memberikan stimulus kepada anak, untuk mengafirmasi perasaan-
perasaan anak. Karena pada tahap ini perkembangan otak anakpun belum
sepenuhnya sempurna. Maka masih banyak hal yang belum dapat mereka
hubungkan satu dengan yang lainnya. Misalnya anak akan marah-marah
saat orangtua terlambat memberikan ASI pada mereka. Tugas orangtua
adalah mengafirmasi dan menanyakan perasaan serta mengiyakan
perasaannya dengan lisan.
7-8 Bulan:
Anxiety: Anak akan merasakan kecemasan terhadap hal-hal baru. Seperti
kehadiran orang baru (orang asing) yang ia temui, lingkungan baru yang
ia singgahi, dan lain sebagainya. Orangtua dapat memberikan
pemahaman kepada anak secara bertahap dan memberikan edukasi
terhadap hal yang akan baru mereka temui atau kunjungi.
Birth-4 Bulan:
Pada tahap ini orangtua dapat menstimulus bayi mereka dengan
menggerakkan tangan anak untuk bertepuk, berolahraga dll, memberikan
mainan dengan suara atau benda lembut untuk digenggam. Karena pada
usia ini bayi dapat mengoordinasikan respons visual, sensorik, dan
motorik dan mulai melakukan aktivitasnya sebagai bayi. Misalnya,
membuat gerakan bergerak atau membuat orang tua tertawa.
4-10 Bulan:
Orangtua dapat meningkatkan perkembangan anak sebagai seorang anak
yang bisa melakukan sesuatu (merangkak, merambat, berdiri dan
berjalan). Orangtua adalah sebagai mitra sosial anak. Karena pada tahap
ini bayi memiliki rasa diri yang meningkat sebagai pelaku dan mitra
sosial yang melekat pada orang tua. Ketika pengasuh bereaksi positif
terhadap tawaran perhatian bayi, bayi memiliki rasa kontrol yang lebih
besar atas peristiwa.
10-15 Bulan:
Orangtua sebagai landasan dasar anak untuk bereksplorasi di dunia. Bayi
menjadi semakin berbeda dari pengasuh (baik itu orangtua sendiri atau
pengasuhnya) dan menemukan rasa yang lebih besar dari diri mereka
sendiri sebagai agen yang membuat sesuatu terjadi. Contohnya berikan
mereka mainan pengelompokan warna, susunan meninggi, memanjat,
melompat, main perosotan, atau makan sendiri dll maka mereka sudah
dapat membuat dan melakukannya sendiri. Meskipun terikat pada orang
tua, mereka pindah, menggunakan orang tua sebagai basis aman untuk
eksplorasi di dunia. Orangtua tetap selalu memberikan pengawasan
kepada anak.
6. Development of Self-Regulation
3 Bulan:
Bayi mengatur keadaan bangun dan tidur serta jumlah rangsangan yang
mereka dapatkan; mereka juga menenangkan diri.
Orangtua harus membangunkan anak mereka saat anak mereka masi
tertidur setiap 2 jam sekali. Menggendong, membedong, atau
mengayunkannya saat mereka manangis sebagai bentuk menenangkan
anak.
3-9 Bulan:
Bayi memodulasi aktivitas sensorik dan motorik dan terus menenangkan
diri, mengalihkan pandangan dari apa yang mengganggu mereka atau
mengisap jari atau tangan. Saat mereka menjangkau, membentuk niat,
dan mengembangkan rasa diri yang belum sempurna, kapasitas mereka
untuk mengendalikan mulai muncul. Maka orangtua dapat memberi
stimulus untuk perkembangannya dengan memberikan alat peraga,
mainan dll.
9-18 Bulan:
Bayi menunjukkan kesadaran akan tuntutan sosial atau tugas dan mulai
menuruti permintaan orang tua mereka. Saat bayi bertindak, menyelidiki,
dan mengeksplorasi, kesadaran mereka mulai muncul. Tren ini berlanjut
di tahun kedua. Orangtua dapat memberikan anak perintah 1, kemudian
secara bertahap 2 perintah sekaligus atau 3.
7. Peer Relations
Anak-anak memperhatikan teman sebaya, tersenyum dan melirik mereka.
Orangtua dapat merangsang perkembangannya dengan mengikut sertakan anak
dalam permaina teman sebaya.
Terdapat dua fokus utama parenting pada usia toddler, yakni membentuk
ikatan emosional/attachment dan melatih regulasi diri. Attachment adalah ikatan
emosional yang menyatukan anak dengan orang tua sebagai sumber keamanan
utama anak. Pada usia toddler, orang tua sebaiknya menciptakan suasana yang
saling memahami satu sama lain dengan cara selalu ada untuk anak dan
menerapkan pola pengasuhan sensitif akan kebutuhan anak. Suasana ini akan
menjadi dasar yang aman agar anak dapat percaya diri melakukan eksplorasi
dunia sekitar (Brooks, 2013).
Salah satu tantangan pada usia toddler adalah menyeimbangkan antara
memberi dukungan pada anak tetapi sambil tetap harus menjaga kemampuan
kemandirian anak yang sedang meningkat. Oleh karenanya, orang tua
diharapkan selalu berada dalam jangkauan interaksi anak untuk memberi
dukungan. Namun, perlu diingat bahwa bantuan yang diberikan orang tua harus
berada dalam porsi yang tepat sehingga anak tetap dapat mempelajari cara untuk
memecahkan masalah (Brooks, 2013).
Pada fase toddler, orang tua membantu anak untuk memiliki kemampuan
mengontrol perilakunya sendiri. Dalam menumbuhkan kemampuan regulasi diri,
pertama-tama orang tua sebaiknya memicu kepatuhan pada anak. Kepatuhan ini
dapat dimulai dengan menciptakan atmosfer saling memahami dan kepatuhan
reseptif. Adanya ikatan emosional akan membuat suasanya dimana anak akan
lebih patuh. Ketika ketidakpatuhan terjadi, penalaran dan penjelasan yang
menghasilkan sharing of power akan menciptakan rasa saling menghargai antara
anak dan orang tua. Tak hanya itu, orang tua juga dapat melakukan beberapa
tindakan untuk menumbuhkan kontrol diri dan regulasi diri seperti modeling,
menciptakan pola rutinitas, tindakan preventif yang dapat memicu masalah, dan
percakapan tentang aturan dan alasan dibaliknya, yang dilakukan dalam situasi
tenang.
Aturan-aturan yang diciptakan orang tua umumnya mengikuti
kemampuan toddler yang semakin meningkat. Temuan yang didapat dari
penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. (2018). Peraturan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana
Nasional Tentang Pengelolaan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif. In BKKBN
(pp. 1–43). https://jdihn.go.id/files/241/PERKA 12 2018_opt.pdf
Brooks, J. (2013). The Process of Parenting (9th ed.). The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Fallesen, P. (2020). Family type and parents’ time with children: Longitudinal evidence
for Denmark. Acta Sociologica, 63(4), 361–380.
https://doi.org/10.1177/0001699319868522
Lissak, G. (2018). Adverse physiological and psychological effects of screen time on
children and adolescents: Literature review and case study. Environmental
Research, 164(January), 149–157. https://doi.org/10.1016/j.envres.2018.01.015
Priohutomo, S. (2018). Mencegah Pernikahan Anak Melalui Program KKBPK (pp. 1–
47).
https://www.bkkbn.go.id/po-content/uploads/2018.03.10.Banjarmasin.MENCEGA
H_PERKAWINAN_ANAK_MEL_PROG_KKBPK.pdf
Puspitasari, M. D., Rahmadhony, A., Prasetyo, S., & Fadila, W. (2020). Early childhood
parenting practices in Indonesia. Population Review, 59(2), 139–155.
https://doi.org/10.1353/prv.2020.0006
Richter, L., Black, M., Britto, P., Daelmans, B., Desmond, C., Devercelli, A., Dua, T.,
Fink, G., Heymann, J., Lombardi, J., Lu, C., Naicker, S., & Vargas-Barón, E.
(2019). Early childhood development: an imperative for action and measurement at
scale. BMJ Global Health, 4(Suppl 4), 154–160. https://doi.org/10.1136/bmjgh-
2018-001302
Setyowati, Y. D., Krisnatuti, D., & Hastuti, D. (2017). Pengaruh Kesiapan Menjadi
Orang Tua dan Pola Asuh Psikososial Terhadap Perkembangan Sosial Anak.
Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 10(2), 95–106.
https://doi.org/10.24156/jikk.2017.10.2.95
Tri Windiarto, Yusuf, A. H., Nugroho, S., Latifah, S., Solih, R., & Hermawati, F.
(2019). Profil Anak Indonesia Tahun 2019. In D. Romadhon, I. M. Surbakti, M. T.
Nuryetty, W. Winarsih, N. Iriana, S. Angraini, S. Dewi, & A. Raharjo (Eds.),
Kementerian Pemerdayaan Perempuan dan Perlindngan Anak (KPPPA) (2018th
ed.). https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/15242-profil-anak-indonesia_-
2019.pdf
Wahyuni, A., Sulistiyani, & Ratnawati, L. Y. (2014). Dampak Program Bina Keluarga
Balita ( BKB ) Terhadap Tumbuh Kembang Anak Balita 6-24 Bulan. Pustaka
Kesehatan, 2(1), 79–86.