Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA TAHAP PERKEMBANGAN CHILDBEARING


Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan keluarga
Dosen Pembimbing: Dr. Ns. Siti Aisah, M.Kep., Sp. Kom

Disusun oleh:

Ahsani Taqwim G2A221045

Ika Sofi Inggarsari G2A221035

Tatas Faiz R G2A221044

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

PRODI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR

TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu aspek yang paling penting dalam dunia kesehatan khususnya
keperawatan adalah keluarga. Proses Keperawatan adalah kegiatan yang
dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun keadaan sehat
(Undang - Undang Keperawatan, 2014). Menurut Departemen Kesehatan RI
(1988) keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dan saling ketergantungan (Widagdo and Kholifah, 2016).

Tahap keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing) adalah


tahap perkembangan keluarga yang dimulai ketika kelahiran anak pertama
sampai anak berusia 30 bulan. Tahap keluarga kelahiran anak pertama ini
merupakan masa transisi peran dari pasangan baru menjadi orang tua. Tugas
perkembangan pada keluarga kelahiran anak pertama ini adalah adaptasi
terhadap perubahan anggota keluarga yakni pada perubahan peran, interaksi,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, kemampuan
merawat bayi dan pemilihan kontrasepsi. Kesiapan menjadi orang tua
merupakan tolak ukur untuk pertumbuhan dan perkembangan pada anak nya
(Duvall & Miller, 1985) dalam (Kaakinen et al., 2010).

Pada masa kelahiran anak pertama banyak penyesuaian yang harus


dilakukan oleh ibu dan juga ayah, baik penyesuaian terhadap perubahan secara
fisik sosial, profesional, dan juga ekonomi yang menyebabkan kecemasan dan
stres bagi keluarga. Keluarga harus belajar menyesuaikan diri dan mengatasinya
dengan tuntutan baru bahwa merawat bayi akan memiliki dampak terhadapt
waktu, energi, hubungan seksual (Kaakinen et al., 2010). Ibu mungkin mengalami
lelah selama berbulan-bulan karena darah menyusui, kesulitan tidur, depresi,
tuntutan peran ganda, atau kembali bekerja di luar rumah, yang semuanya
diperparah oleh tuntutan perawatan bayi. selain itu, ada hubungan antara
kelelahan ibu dan depresi pascapersalinan yang keduanya mempengaruhi proses
keluarga (Davidson et al., 2008) .

Dalam menghadapi proses penyesuaian tentu perlu dukungan keluarga.


Peran menjadi orang tua untuk beradaptasi berkaitan dengan kebiasaan
berkumpul dengan keluarga besar. Penerimaan kehadirna bayi baru lahir dapat
didukung dengan partisipasi keluarga besar untuk mengoptimalkan pemenuhan
indikator penerimaan kehadiran bayi baru lahir (Sari et al., 2014). Pasangan atau
orang tua juga dapat memahami pentingnya pola komunikasi yang baik setelah
lahirnya bayi, yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.
Komunikasi yang dibutuhkan pada tahap perkembangan tersebut juga
disesuaikan dengan bertambangan anggota baru dalam keluarga yang menuntut
diskusi dari pasangan (Sari et al., 2014). Adanya dukungan keluarga yang sangat
baik untuk ibu postpartum, karena dukungan yang baik dari keluarga akan
memberikan kekuatan emosi tersendiri bagi ibu postpartum (Yunita et al., 2021).
Untuk mendorong tumbuh kembang bayi dengan pemberian asi ekslusif pada
bayi memerlukan dukungan keluarga yang baik (Mamangkey et al., 2018). Oleh
karena itu diperlukan asuhan keperawatan pada keluarga agar keluarga dapat
memberikan pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan serta dapat
memberikan perawatan pada anak sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kesehatan dalam tugas perkembangan keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan


masalah sebagai berikut : Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Secara
Komprehensif pada Keluarga dengan tahap pertumbuhan childbearing ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Secara umum penulisan ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui


secara langsung asuhan keperawatan pada Keluarga dengan tahap
pertumbuhan childbearing.
2. Tujuan Khusus

a. Menguraikan konsep keperawatan keluarga dengan tahap pertumbuhan


childbearing
b. Menguraikan konsep asuhan keperawatan keluarga
c. Menguraikan asuhan keperawatan keluarga tahap pertumbuhan
childbearing
d. Mengidentifikasi tugas perkembangan dengan tahap pertumbuhan
childbearing
BAB II
Konsep Tahap Tumbuh Kembang Keluarga

A. Definisi dan Batasan Karakteristik

Keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan oleh perkawinan,


darah, atau adopsi, yang merupakan satu rumah tangga; berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain dalam peran sosial masing-masing suami istri, ibu
dan ayah, putra dan putri, kakak dan adik; dan menciptakan dan memelihara
budaya bersama (Burgess & Locke, 1953, pp. 7–8) dalam (Kaakinen et al., 2010).
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Widagdo and
Kholifah (2016) keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan.

Tahap keluarga childbearing adalah tahap keluarga kelahiran anak


pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Penambahan anggota keluarga dengan
anak pertama karena sifatnya yang khas dan diharapkan, transisi perkembangan
disebut juga transisi normatif. Dengan demikian, anggota keluarga
mengharapkan dan belajar untuk berinteraksi secara berbeda saat anak-anak
tumbuh (Duvall & Miller, 1985) dalam (Kaakinen et al., 2010).

B. Tugas perkembangan keluarga

Pengetahuan tentang tahapan keluarga membantu perawat mengantisipasi


reorganisasi yang diperlukan untuk mengakomodasi pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan dari anggota keluarga. Tugas perkembangan
keluarga tahap childbearing menurut (Duvall & Miller, 1985) dalam (Kaakinen
et al., 2010) dan (Widagdo and Kholifah, 2016) :

1. Menyesuaikan diri dengan peran orang tua yang baru


Hadirnya bayi membutuhkan perubahan yang tiba-tiba sampai menuntut
peran yang tidak henti-hentinya. Biasanya, hal ini pada awalnya sulit karena
perasaan tidak memadai dati orang tua yang baru; kurangnya bantuan dari
keluarga: saran yang bertentangan dari teman, keluarga, dan profesional
pelayanan kesehatan yang selama ini membantu; dan sering terbangunnya
bayi di waktu malam yang biasanya berlanjut sampai sekitar tiga sampai
empat minggu. Dengan demikian, ibu menjadi lelah secara psikologi dan
fisiologi. Selain mengasuh bayinya, ibu sering merasa terbebani oleh tugas
rumah tangga dan mungkin juga oleh tanggung jawab pekerjaan (Andarmoyo,
2012).
2. Memelihara hubungan pasangan suami istri yang memuaskan
Kepuasan dalam keluarga dapat tercapai dengan cara komunikasi yang baik
dan memanfaatkan bayi sebagai sarana untuk komunikasi. Perasaan puas juga
dibutuhkan bayi. Untuk mencapai perkembangan bayi yang optimal yaitu
dengan kasih sayang yang dapat menciptakan rasa aman pada bayi,
sedangkan gangguan pemuasan pada pasangan akan berakibat retaknya
hubungan perkawinan. Oleh karena itu, kemampuan beradaptasi dengan
meningkatkan saling pengertian sangat diperlukan untuk mencapai kepusan
pribadi.
3. Mendorong tumbuh kembang bayi
Keluarga perlu kemantapan dalam menciptakan suasana untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarganya. Keluarga mulai
mengintegrasikan bayi ke dalam kehidupan keluarga sehingga keluarga mulai
memainkan peran sebagai orang tua. Bayi membutuhkan perhatian besar
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan ini akan mem berikan kepuasan bagi keluarga, sekaligus akan
mengurangi konflik keluarga. Dengan demikian, pengetahuan tentang
perawatan bayi dan stimulasi perkembangan sangat diperlukan dalam tahap
ini (Andarmoyo, 2012).
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orang tua dan kakek nenek
Tugas ini berkaitan dengan fungsi sosialisasi keluarga. Hadirnya bayi dalam
keluarga, menyebabkan bertambahnya interaksi keluarga dan sering pula
disertai hadirnya orang lain seperti kakek/nenek atau orang lain yang
diperlukan untuk mendukung perawatan bayi. Hal ini menyebabkan
bertambahnya interaksi dalam keluarga dan berubahnya peran sehingga
pertentangan biasanya muncul akibat perbedaan pendapat antara individu.
Komunikasi yang baik dan terbuka, serta saling pengertian perlu
dikembangkan untuk menjamin sosialisasi yang efektif serta membantu
menyelesaikan perbedaan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah
meskipun sistem pendukung/orang lain penting untuk tahap ini, keluarga
harus tahu kapan membutuhkan bantuan dan siapa yang bisa dimintai
bantuan. Karena itu, jangan sampai bantuan yang ada justru menimbulkan
konflik keluarga (Andarmoyo, 2012).
5. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga
Keluarga perlu mengidentifikasi tugas perkembangan pribadi sebagai dewasa
muda dan peran sebagai orang tua sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam
menjalankan tugasnya dan membantu menyelesaikan tugas yang dibebankan
(Andarmoyo, 2012).
6. Merencanakan keluarga berencana
Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah
postpartum 6 minggu. Orangtua kemudian harus didorong secara terbuka
untuk mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Mengingat meningkat
nya tuntuan-tuntutan keluarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi,
orangtua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering
dapat berbahaya bagi ibu, dan juga ayah, saudara bayi, dan unit keluarga
(Friedman, 1998).
C. Masalah-masalah kesehatan dan promosi

Masalah-masalah yang sering muncul pada tahap childbearing adalah


suami diabaikan oleh istri dengan kelahiran anak pertama membawa perubahan
besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan peran
mereka agar dapat memenuhi kebutuhan anak. Masalah-masalah lain yang
dapat terjadi pada tahap childbearing menurut (Kaakinen et al., 2010):
1. Sebagian besar wanita yang bekerja akan kehilangan beberapa pekerjaan dan
melepaskan kemungkinan kemajuan karir setelah mempunyai anak
2. Perawatan dan pengasuhan bayi membuat gangguan pola tidur, tuntutan
waktu dan energi, tugas rumah tangga tambahan, dan ketidaknyamanan
pribadi bagi ibu
3. Keluarga harus belajar untuk menyesuaikan dan mengatasi tuntutan baru
seperti perawatan bayi, hubungan seksual, dan sumber daya pribadi mereka.
4. Setelah kelahiran, beberapa orang tua akan memiliki rencana yang pasti dan
disepakati bersama untuk kehamilan selanjutnya. Keluarga yang memiliki
rencana pasti terutama membutuhkan informasi tentang pilihan KB agar
mereka dapat melaksanakan rencana mereka
D. Peran Perawat dalam Tahap Perkembangan Childbearing

Menurut Friedman et al (2003) dan Kaakinen et al (2010) peran dan fungsi


perawat keluarga adalah:

1. Sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan keperawatan dengan


pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian sampai evaluasi.
Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat
promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
2. Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan
melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat
secara mandiri. Dalam tahap childbearing perawat dapat melakukan
penyuluhan dan konseling KB, perawatan bayi, konseling tumbuh kembang
anak, promosikan komunikasi pasangan yang efektif dengan menyisihkan
waktu yang teratur untuk berbicara dan menikmati satu sama lain sebagai
pasangan yang penuh kasih.
3. Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling atau
bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan keluarga. Dalam tahap childbearing perawat
dapat melakukan konseling orang tua tentang realitas pengasuhan seperti
tidur yang terganggu, konseling orang tua untuk mengembangkan
keterampilan baru dalam memberikan perawatan dan cara berinteraksi
dengan bayi mereka, konseling pasangan tentang perubahan seksualitas
setelah lahir dan membantu mereka mengembangkan ekspresi seksual yang
saling memuaskan..
4. Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja
sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah
kesehatan di keluarga
E. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk
mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota keluarga (Widagdo and
Kholifah, 2016). Karakteristik data yang dikumpulkan:
a. Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah
secara adekuat
b. Data yang dikumpulkan harus akurat untuk menghindari kesalahan.
Perawat harus berpikir bagaimana caranya mengklarifikasi data yang
ditemukan melalui keluhan klien adalah benar, dengan membuktikan apa
yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan.
Data perlu divalidasi sekiranya meragukan. Perawat tidak boleh
membuat kesimpulan tentang suatu kondisi klien.
c. Data yang dikumpulkan harus relevan dengan kondisi klien dan keluarga.
Oleh karenanya, perawat perlu memahami penyakit yang diderita klien
sebelum melakukan pengkajian data. Perawat dapat membuat catatan-
catatan tentang data yang akan dikaji apabila tidak disediakan format
pengkajian.

Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:


a. Wawancara, yaitu komunikasi dengan klien dan keluarga untuk
mendapatkan respon, baik verbal maupun nonverbal. Wawancara adalah
menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi oleh klien, atau disebut dengan anamnesa. Wawancara
berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan keluarga serta merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan.
b. Observasi adalah mengamati perilaku serta keadaan klien dan keluarga
untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan yang dialami.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indera
lainnya, melalui perabaan, sentuhan, dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat indera.
c. Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk
menentukan masalah kesehatan klien.

Komponen pengkajian keluarga terdiri atas kategori pertanyaan, yaitu data


pengenalan keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data
lingkungan, struktur keluarga (struktur peran, nilai, komunikasi, kekuatan),
fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan kesehatan, ekonomi,
reproduksi), dan koping keluarga (Friedman dkk, 2003). Berikut uraian
masing-masing pertanyaan:

a. Data pengenalan keluarga yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala


keluarga, alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar
belakang budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan rekreasi
keluarga. Data ini merupakan data dasar untuk mengkaji data
selanjutnya. Dalam data pengenalan keluarga perlu ditambahkan
genogram. Genogram keluarga adalah format untuk menggambar pohon
keluarga yang mencatat informasi tentang anggota keluarga dan
hubungan mereka selama setidaknya tiga generasi (McGoldrick et al.,
2008).
Figure 1 Bentuk genogram

Figure 2 Simbol Genogram

b. Komponen pengkajian riwayat dan tahap perkembangan keluarga, yaitu


tahap perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak
pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti (data yang dimaksud adalah data kesehatan seluruh anggota
keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak), riwayat keluarga
sebelumnya dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan.
c. Data lingkungan yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah,
karakteristik tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe
penduduk, apakah termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe
hunian rumah, apakah sebagian besar tetangga, sanitasi jalan, dan
pengangkutan sampah. Kaji mobilitas geografis keluarga. Data yang
perlu dikaji adalah berapa lama keluarga tinggal di tempat tersebut,
adakah riwayat pindah rumah, dari mana pindahnya. Kemudian
ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat,
penggunaan pelayanan di komunitas, dan keikutsertaan keluarga di
komunitas. Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data
yang perlu dikaji adalah siapa yang memberikan bantuan, dukungan, dan
konseling di keluarga, apakah teman, tetangga, kelompok sosial,
pegawai, atau majikan, apakah ada hubungan keluarga dengan pelayanan
kesehatan dan agensi.
d. Data struktur keluarga, antara lain pola komunikasi, meliputi
penggunaan komunikasi antaranggota keluarga, bagaimana anggota
keluarga menjadi pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan
perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi. Data berikutnya
yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data siapa
yang membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting keputusan
yang diambil. Selanjutnya, adalah data struktur peran, meliputi data
peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi peran dan
posisi setiap anggota keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana
perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku
fleksibel. Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai
kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang
berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan,
orientasi masa depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung
dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai
keluarga dan nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai
keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol
dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai memengaruhi kesehatan
keluarga.
e. Data fungsi keluarga ada 5 fungsi yang perlu dikaji
1) Fungsi afektif. Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola
kebutuhan keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga
merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah anggota
keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka
saling mendukung satu sama lainnya.
2) Fungsi sosialisasi. Data yang dikumpulkan adalah bagaimana
keluarga menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi
anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan perilaku
yang sesuai usia.
3) Fungsi perawatan kesehatan. Data yang dikaji terdiri atas keyakinan
dan nilai perilaku keluarga untuk kesehatan, Bagaimana keluarga
menanamkan nilai kesehatan terhadap anggota keluarga, konsistensi
keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan keluarga. Pengkajian
data pada fungsi perawatan kesehatan difokuskan pada data tugas
keluarga di bidang Kesehatan. Tugas kesehatan keluarga menurut
Friedman (1988) ada 5 (Lima), yaitu:
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Data yang
dikaji adalah apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang
sedang diderita anggota keluarga, apakah keluarga mengerti
tentang arti dari tanda dan gejala penyakit yang diderita anggota
keluarga. Bagaimana persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan anggota keluarga, bagaimana persepsi keluarga terhadap
upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat. Data yang
dikaji adalah bagaimana kemampuan keluarga mengambil
keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit, apakah
diberikan tindakan sendiri di rumah atau dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Siapa yang mengambil keputusan untuk
melakukan suatu tindakan apabila anggota keluarga sakit,
bagaimana proses pengambilan keputusan dalam keluarga apabila
ada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Data
yang dikaji adalah bagaimana keluarga mampu melakukan
perawatan untuk anggota keluarganya yang mengalami masalah
kesehatan. Apakah yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki
status kesehatannya, apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah
terjadinya suatu penyakit, apa yang dilakukan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit, apakah ada keyakinan, sikap
dan nilai-nilai dari keluarga dalam hubungannya dengan perawatan
di rumah.
d) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat. Data
yang dikaji adalah bagaimana keluarga mengatur dan memelihara
lingkungan fisik dan psikologis bagi anggota keluarganya.
Lingkungan fisik, bagaimana keluarga mengatur perabot rumah
tangga, menjaga kebersihannya, mengatur ventilasi dan
pencahayaan rumah. Lingkungan psikologis, bagaimana keluarga
menjaga keharmonisan hubungan antaranggota keluarga,
bagaimana keluarga memenuhi privasi masing-masing anggota
keluarga.
e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan. Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau dari tempat tinggalnya, misalnya Posyandu, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, dan Rumah Sakit terdekat dengan
rumahnya. Sumber pembiayaan yang digunakan oleh keluarga,
bagaimana keluarga membayar pelayanan yang diterima, apakah
keluarga masuk asuransi kesehatan, apakah keluarga mendapat
pelayanan kesehatan gratis. Alat transportasi apa yang digunakan
untuk mencapai pelayanan kesehatan, masalah apa saja yang
ditemukan jika keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan umum.
4) Fungsi ekonomi merupakan fungsi keempat yang perlu dikaji. Data
yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas data
jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran,
bagaimana keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggota
keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.
5) Fungsi keluarga terakhir yang dikaji adalah fungsi reproduksi, data
yang dikumpulkan adalah berapa jumlah anak, apakah mengikuti
program keluarga berencana atau tidak, apakah mempunyai masalah
pada fungsi reproduksi.
f. Komponen data terakhir adalah data koping keluarga. Data yang perlu
dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga, meliputi data tentang
stresor yang dialami keluarga berkaitan dengan ekonomi dan sosialnya,
apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan stresor yang
dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-
hari. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang
objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan stres.

Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan analisis data. Analisis data


merupakan pengelompokan data berdasarkan masalah keperawatan yang
terjadi. Analisis data membutuhkan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar
belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan.

2. Diagnose Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang semua respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua
diagnosis keperawatan harus didukung oleh data. Data diartikan sebagai
definisi karakteristik. Definisi karakteristik dinamakan ”Tanda dan gejala”,
Tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang
dirasakan oleh klien. Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan
tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi perawat (Herdman, 2018).
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolok ukur atau
acuan yang digunakan sebagai pedoman dasar penegakan diagnosis
keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman,
efektif dan etis (PPNI, 2017)

Kategori diagnose keperawatan keluarga:

a. Diagnosis keperawatan actual, dirumuskan apabila masalah keperawatan


sudah terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari masalah keperawatan
sudah dapat ditemukan oleh perawat berdasarkan hasil pengkajian
keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan promosi Kesehatan, Kategori diagnosis
keperawatan keluarga ini diangkat ketika kondisi klien dan keluarga
sudah baik dan mengarah pada kemajuan. Meskipun masih ditemukan
data yang maladaptif, tetapi klien dan keluarga sudah mempunyai
motivasi untuk memperbaiki kondisinya, maka diagnosis keperawatan
promosi kesehatan ini sudah bisa diangkat.
c. Diagnosis keperawatan risiko, yaitu menggambarkan respon manusia
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang mungkin
berkembang dalam kerentanan individu, keluarga, dan komunitas. Hal ini
didukung oleh faktor-faktor risiko yang berkontribusi pada peningkatan
kerentanan
d. Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir adalah diagnosis
keperawatan sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon manusia
terhadap level kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas, yang
telah memiliki kesiapan meningkatkan status kesehatan mereka.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga tahap
childbearing adalah:
a. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Mengekpresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi ornag
tua
Objektif:
1) Tampak adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau
anggota keluarga
Gejala Tanda Minor
Subjektif:
1) Anak atau anggota keluarga lainya mengeskpresikan kepuasan dalam
lingkungan rumah
2) Anak atau anggota keluarga mengungkapkan harapan yang realistis
Objektif
1) Kebutuhan fisik dan emosi anak/anggota keluarga terpenuhi

Kondisi Klinis Terkait

1) Perilaku upaya peningkatan kesehatan


b. Penampilan peran tidak efektif b.d perubahan peran
Penyebab:
1) Harapan peran tidak realistis
2) Hambatan fisik
3) Harga diri rendah
4) Perubahan citra tubuh
5) Ketidakadekuatan sistem pendukung (support system)
6) Stres
7) Perubahan peran
8) Faktor ekonomi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Merasa bingung menjalankan peran
2) Merasa tidak terpenuhi
3) Merasa tidak puas dalam menjalankan peran
Objektif:
1) Konflik peran
2) Adaptasi tidak adekuat
3) Strategi koping tidak efektif
Gejala Tanda Minor
Subjektif:
1) Merasa cemas
Objektif:
1) Depresi
2) Dukungan sosial kurang
3) Kurang bertanggung jawab menjalankan peran
Kondisi klinis terkait
1) Penyakit keganasan organ reproduksi
2) Kondisi Kronis
3) Pembedahan mayor
4) Penyalahgunaan zat
5) Cedera medula spinalis
6) Sindrom keletihan kronis
7) Depresi mayor
c. Risiko gangguan perlekatan b.d kekhawatiran menjalankan peran
sebagai orang tua
Faktor risiko:
1) Kekhawatiran menjalankan peran sebegai orang tua.
2) Perpisahan antara ibi dan bayi/anak akibat hospitalisai.
3) Penghalang fisik (mis,inkubator, baby warmer).
4) Ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan bayi/anak.
5) Perawatan dalam ruang isolasi.
6) Prematuritas.
7) Penyalahgunaan zat.
8) Konflik hubungan antara orang tua dan anak.
9) perilaku bayi tidak terkoordinasi.
Kondisi Klinis Terkait:
1) Hospitalisasi.
2) Prematuritas.
3) Penyakit Kronis pada orang tua atau anak.
4) Retardasi mental.
5) Komplikasi maternal.
6) Sakit selama periode hamil dan melahirkan.
7) Post parfum blues.
d. Menyusui tidak efektif b.d kurang terpapar informasi
Penyebab fisiologis:
1) Ketidakadekuatan suplai ASI
2) Hambatan pada neonatus (mis. prematuritas, sumbing)
3) Anomali payudara ibu (mis. puting yang masuk ke dalam)
4) Ketidakadekuatan refleks oksitosin
5) Ketidakadekuatan refleks menhispa bayi
6) Payudara bengkak
7) Riwayat operasi payudara
8) Kelahiran kembar
Penyebab Situasional:
1) Tidak rawat gabung
2) Kurang terpapar informasi tentang pentinya menyusui dan/atau
metode menyusui
3) Kurangnya dukungan keluarga
4) Faktor budaya
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif:
1) Kelelahan maternal
2) Kecemasan maternal
Objektif:
1) Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu
2) ASI tidak menetas/memancar
3) BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
4) Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
1) Intake bayi tidak adekuat
2) Bayi menghisap tidak terus menerus
3) Bayi menangis saat disusui
4) Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah
menyusui
5) Menolak untuk mengisap
Kondisi Klinis Terkait:
1) Abses payudara
2) Masititis
3) Carpal tunnel syndrome
e. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
Penyebab :
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif:
Tidak tersedia
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Kondisi Klinis Terkait:
1) Nyeri/kolik
2) Hypertirodisme
3) Kecemasan
4) Penyakit paru obstruktif kronis
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) kondisi pasca operasi
f. Defisit pengetahuan tentang perawatan bayi b.d kurang terpapar
informasi
Penyebab:
1) Keteratasan kognitif
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapar informasi
5) Kurang minat dalam belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
1) Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Menunjikan presepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
1) Menjalani pemeriksaan yang tepat
2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan,
agitasi,histeria)
Kondisi Klinis terkait:
1) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis

Pada suatu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari satu
diagnosa keperawatan, maka selanjutnya bersama keluarga harus
menentukan prioritas dengan menggunakan skala Baylon dan Maglaya
sebagai berikut:
Table 1 Skala Prioritas Masalah Keluarga

Cara perhitungannya sebagai berikut:

a. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah


keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan
nilai tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria.
Bobot merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah
(Skor/angka tertinggi x bobot)
b. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis
keperawatan keluarga.
c. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga
yang prioritas
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018). Perencanaan
keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh
perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan
dengan melibatkan anggota keluarga. Salah satu aspek penting dari bekerja
dengan keluarga adalah hubungan perawat-keluarga, yang merupakan
intervensi dalam dan dari dirinya sendiri (Friedman et al., 2003). Perawat
bertanggung jawab untuk membantu keluarga mengimplementasikan
rencana asuhan. Perawat dapat mengambil peran sebagai guru, panutan,
pelatih, konselor, advokat, koordinator, konsultan, dan evaluator dalam
membantu keluarga untuk mengimplementasikan rencana asuhan yang
mereka ciptakan. Jenis-jenisnya intervensi tidak terbatas karena mereka
dirancang bersama keluarga untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
konteks keluarga (Kaakinen et al., 2010).
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Penampilan Peran Penampilan Peran (L.13119) Dukungan Penampilan Peran (I.13478)
Tidak Efektif Observasi:
D.0125 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam ▪ Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai
diharapkan penampilan peran membaik. tingkat perkembangan
Pengertian : Kriteria Hasil: ▪ Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
Pola perilaku yang Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat ▪ Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
berubah atau tidak Menurun Meningkat Terapeutik
sesuai dengan harapan, 1 Verbalisasi harapan terpenuhi ▪ Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan
norma, dan lingkungan 1 2 3 4 5 peran yang tidak diinginkan
2 Verbalisasi kepuasan peran ▪ Fasilitasi bermain peran dalam mengantisipasi reaksi
orang lain terhadap perilaku
1 2 3 4 5
▪ Fasilitasi diskusi tentang perubahan peran
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Edukasi:
Meningkat Menurun
▪ Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk
3 Verbalisasi perasaan bingung menjalankan peran pengembangan peran
1 2 3 4 5 ▪ Diskusikan perubahan peran yang diperlukan
4 Perilaku Cemas akibat penyakit atau ketidakmampuan
1 2 3 4 5 ▪ Diskusikan strategi positif untuk mengelola
perubahan peran
Kolaborasi
▪ Rujuk dalam kelompok untuk mempejari peran baru

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Gangguan Perlekatan ( L.13122) Promosi perlekatan (I.10342)


Perlekatan
Observasi:
D.0127 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
meningkat ▪ Monitor kegiatan menyusui
▪ Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan
Pengertian : Kriteria Hasil: ASI
▪ Identifikasi payudara ubu (mis.benkak, putting lecet,
mastitis,nyeri pada payudara)
Berisiko Mengalami Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
▪ Monitor perlekatan saat menyusui (mis.aerola bagain
Gangguan Interaksi Antara Menurun Meningkat bawah lebih kecil dari pada aerola bagian atas, mulut
Orang Tua Atau Orang bayi terbuka lebar , bibir bayi terputar keluar dan dagu
Terdekat Dengan 1 Mempraktikan perilaku sehat selama hamil bayi menempel pada payudara ibu
Bayi/Anak Yang Dapat Terapeutik:
1 2 3 4 5
Mempengaruhi Proses
Asah, Asih Dan Asuh ▪ Dindarkan memegang kepala bayi
2 Menyiapakan perlengkapan bayi sebelum kelahiran ▪ Diskusikan dengan ibu masalah selama proses
menyusui
1 2 3 4 5 Edukasi

3 Verbalisasi perasaan positif terhadap bayi ▪ Ajarkan ibu menopang seluruh bayi
▪ Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi
1 2 3 4 5 dapat menyentuh payudara ibu
▪ Anjurkan bayi yang mendekati kearah payudara ibu
4 Mencium bayi dari bagian bagian bawah
▪ Anjurkan ibu untuk memegang payudara
1 2 3 4 5 menggunakan jarinya seperti huruf C pada posisi kam
12-6 atau 3-9 saat mengaahkan kemulut bayi
5 Tersenyum kepada bayi ▪ Anjurkan ibu untuk menyusui menunggu mulut bayi
terbuka lebar sehingga areola bagian bawah dapat
1 2 3 4 5 masuk sempurna
▪ Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusu
6 Melakukan kontak mata dengan bayi

1 2 3 4 5
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Menyusui Tidak Efektif Status Menyusui L.03029 Edukasi Menyusui (I.12393)
Observasi:
D.0029 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
kemampuan memberikan ASI secara lansgung dari payudara kepada informasi
bayi dan anak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi membaik 2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
Pengertian : Kriteria Hasil: Edukasi
Kondisi dimana ibu dan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
bayi mengalami Meningkat Menurun 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
ketidakpuasan atau 1 Tetesan/pancaran ASI 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
kesukaran pada proses 1 2 3 4 5 4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui 2 Suplai ASI adekuat menyusui
1 2 3 4 5 5. Libatkan sistem perndukung: suami, keluarga, tenaga
3 Intake bayi kesehatan dan masyarakat
Terapeutik:
1 2 3 4 5
1. Berikan konseling menyusui
4 Hisapan Bayi 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
1 2 3 4 5 3. Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan (latch
5 Kecemasan Maternal on) dengan benar
1 2 3 4 5 4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
mengkopres dengan kapas yang telah diberikan minyak
kelapa
5. Ajarkan perawatan payudara postpartum (mis. Memerah
ASI, pijat payudara, pijat oksitosin

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pola Tidur Pola tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)

D.0055 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:


diharapkan pola tidur membaik
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Pengertian : Kriteria Hasil: 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
Gangguan kualitas dan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur (mis. kopi, teh, alkohol, makanan mendekati waktu
kuantitas waktu tidur Menurun Meningkat
tidur, minum banyak air sebelum tidur)
akibat factor eksternal 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
1 Keluhan sulit tidur
Terapeutik:
1 2 3 4 5
1. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)
2 Keluhan sering terjaga 2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
1 2 3 4 5 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
3 Keluhan tidak puas tidur (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk
1 2 3 4 5 menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
4 Keluhan pola tidur berubah
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
1 2 3 4 5 2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
5 Keluhan istirahat tidak cukup mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
1 2 3 4 5 supresor terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. psikologis:gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan ( L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)

D.0111 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:


diharapkan tingkat pengetahuan membaik
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Pengertian : Kriteria Hasil: informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Ketiadaan atau kurangnya Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat menurunkan motivasi perilaku perilaku hidup bersih dan
sehat
informasi kognitif yang Menurun Meningkat
Terapeutik:
berkaitan dengan topik
tertentu 1 Perilaku sesuai anjuran
1. Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
1 2 3 4 5
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
2 Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
1 2 3 4 5 kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
Meningkat Menurun meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

3 Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi

1 2 3 4 5

4 Persepsi yang keliru terhadap masalah

1 2 3 4 5

5 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

1 2 3 4 5

1. Implementasi
Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping (Widagdo and Kholifah, 2016). Tindakan keperawatan keluarga
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1) Memberikan informasi
2) Memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan Tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe Tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
1) menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
2. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan
pada akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian integral pada
setiap tahap proses keperawatan (Widagdo and Kholifah, 2016). Penilaian
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP (subyektif,
obyektif, analisa, dan planning)

S: hal-hal yang dikemukakan keluarga.

O: hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur.

A: analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa.

P: perencanaan yang akan datang setelah melihat respon keluarga


DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. (2018) International Nursing Diagnoses: definitions and
classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
Kaakinen, J.R. et al. (2010) Family Health Care Nursing. 4th edn. Philadelphia: F.
A. Davis Company.
Widagdo, W. and Kholifah, S.N. (2016) Keperawatan Keluarga dan Komunitas
Komprehensif. Jakarta: Kemenkes RI.
Yunita, S. et al. (2021) the relationship between family support with events of post
partum blues. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 7.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003) Family nursing: Research,
theory and practice (5th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Mamangkey, S. J., Rompas, S., & Masi, G. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Puskesmas Ranotana
Weru. Jurnal Keperawatan, 6(1).
Sari, M. A. N., Susumaningrum, L. A., & Sulistyorini, L. (2014). Hubungan Tugas
Perkembangan Keluarga Tahap II (Childbearing Family) dengan
Kelengkapan Imunisasi DPT pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mangli
Kabupaten Jember (The Correlation Between Second Stage (Childbearing) of
Family Development Task with Complete. Pustaka Kesehatan, 2(3), 515-
522.
McGoldrick, M., Gerson, R., & Petry, S. (2008). Genograms: Assessment and
interventions (3rd ed.). New York: W.W. Norton.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Lampiran I Wawancara
Keluarga 1
Nama ayah: Tn.A Nama Ibu: Ny.K
Agama: Islam Agama: Islam
Usia: 37 Usia: 36
Usia perkawinan: 4 tahun Usia perkawinan: 4 tahun
Pekerjaan: Karyawan swasta Pekerjaan: IRT
Pendidikan terakhir: SMK Pendidikan terakhir: SMA
Penghasilan perbulan: Rp. 2.500.000 Penghasilan perbulan:-
Suku: Jawa Suku: Jawa
Status tempat tinggal: Rumah kontrak Status tempat tinggal: Rumah kontrak

1. Apakah setelah mempunyai anak ibu mengalami baby blues syndrome?


Jawab: sedikit baby blues, pokoknya dulu sedikit-sedikit marah dan jadi tidak
suka anak kecil (kecuali anak sendiri) padahal dulu sangat suka anak kecil
2. Sebagai orang tua bagaimana cara membagi tugas dalam mengurus anak?
Jawab: yang penting anak diam dulu, jika tidak sempat masak ya saya beli. Jika
ayahnya sedang libur bekerja maka biasanya sama ayahnya dan saya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga
3. Apakah ada kebiasaan yang berubah setelah mempunyai anak?
Jawab: pola istirahat jadi berubah malam jadi susah tidur sampai ingin konsumsi
obat tidur, jadi moodswing, sebelumnya saya biasa bekerja dan sekarang jadi ibu
rumah tangga kaya unfair banget
4. Apakah sebagai orang tua pernah mendapat komentar dari luar?
Jawab: paling sedih kalau ada yang bilang anak saya kurus padahal sini sudah
berusaha berbagai cara biar anak mau makan
5. Apakah ada konflik yang muncul dengan pasangan ketika menjadi orang tua?
Jika ada konflik bagaimana cara mengatasi?
Jawab: kadang merasa badmood dengan suami dan jika ada konflik kita
bicarakan bersama
6. Apakah anak sudah mendapatkan imunisasi sesuai usianya?
Jawab: imunasi sudah lengkap
7. Pola asuh seperti apa yang akan anda tanamkan kepada anak?
Jawab: mengarahkan agar menjadi mandiri dan menanamkan agama yang paling
penting
8. Apakah sudah merencanakan KB?
Jawab: saat ini saya menggunakan KB suntik, tetapi suami sudah pengen punya
anak lagi
9. Seberapa besar (mertua/ipar) ikut campur dalam pengasuhan anak?
Jawab: sudah tidak punya mertua dan orang tua, jauh dari ipar dan saudara
paling ketemu waktu ada acara
10. Bagaimana cara memelihara hubungan yg memuaskan setelah menikah?
Jawab: satu minggu sekali jalan-jalan makan diluar mencari kuliner yang belum
pernah atau yang jarang makan
Keluarga 2

Nama ayah: Tn.A Nama Ibu: Ny.F


Agama: Islam Agama: Islam
Usia: 28 Usia: 26
Usia perkawinan: 2 tahun Usia perkawinan: 2 tahun
Pekerjaan: Karyawan swasta Pekerjaan: Karyawan swasta
Pendidikan terakhir: S1 Pendidikan terakhir: S1
Penghasilan perbulan: Rp. 6.500.000 Penghasilan perbulan: Rp. 6.500.000
Suku: Jawa Suku: Jawa
Status tempat tinggal: Rumah kontrak Status tempat tinggal: Rumah kontrak

1. Apakah setelah mempunyai anak ibu mengalami baby blues syndrome?


Jawab: alhamdulillah ada ibu sama suami yang selalu mendukung dan saya
malah merasa senang sudah menjadi seorang ibu
2. Sebagai orang tua bagaimana cara membagi tugas dalam mengurus anak?
Jawab: saya cuti dan suami masih WFH juga jadi bisa maksimal dalam mengurus
anak
3. Apakah ada kebiasaan yang berubah setelah mempunyai anak?
Jawab: tidurnya kalau malam jadi kurang karena kadang anak rewel
4. Apakah sebagai orang tua pernah mendapat komentar dari luar?
Jawab: banyak sih kadang ada yang bilang ibu habis melahirkan harus gini,
bayinya harus di giniin tapi ya saya cuma iya-iya aja
5. Apakah ada konflik yang muncul dengan pasangan ketika menjadi orang tua?
Jika ada konflik bagaimana cara mengatasi?
Jawab: jika ada pasti di selesaikan dengan komunikasi yang baik tapi kadang
merasa iri melihat suami kalau malam bisa tidur dengan pulas
6. Apakah anak sudah mendapatkan imunisasi sesuai usianya?
Jawab: sudah, untuk imunisasi kemarin sekalian pas di rumah sakit
7. Pola asuh seperti apa yang akan anda tanamkan kepada anak?
Jawab: untuk saat ini ya saya akan memberikan kasih sayang, memberikan asi
seusai anjuran, memberikan kebutuhan bayi ya kurang lebih seperti itu
8. Apakah sudah merencanakan KB?
Jawab: saat ini saya menggunakan KB IUD kemarin pasang waktu SC sekalian
9. Seberapa besar (mertua/ipar) ikut campur dalam pengasuhan anak?
Jawab: mertua jauh jadi yang paling deket sekarang ya dengan ibu saya sendiri,
besok kalau cuti habis dan kembali merantau paling cari orang untuk mengasuh
10. Bagaimana cara memelihara hubungan yg memuaskan setelah menikah?
Jawab: kadang ngobrol bareng ngomongin anak, kalau suami libur ya kadang
pergi jalan-jalan dan kadang dikasih hadiah sama suami.

Keluarga 3

Nama ayah: Tn.A Nama Ibu: Ny.N


Agama: Islam Agama: Islam
Usia: 23 Usia: 22
Usia perkawinan: 2 tahun Usia perkawinan: 2 tahun
Pekerjaan: Karyawan swasta Pekerjaan: IRT
Pendidikan terakhir: SMA Pendidikan terakhir: SMA
Penghasilan perbulan: Rp. 7.000.000 Penghasilan perbulan:-
Suku: Jawa Suku: Jawa
Status tempat tinggal: Rumah orang tua Status tempat tinggal: Rumah orang tua

1. Apakah setelah mempunyai anak ibu mengalami baby blues syndrome?


Jawab: iya, ketika mengalami baby blues saya menjadi pribadi yang mudah
sedih/terharu dan mudah marah. terutama ketika sedang bersama anak saya
sering merasa terharu karena merasa sangat bahagia sudah menjadi seorang ibu.
2. Sebagai orang tua bagaimana cara membagi tugas dalam mengurus anak?
Jawab: ketika anak tidak tidur saya tidak melakukan pekerjaan rumah apapun.
tugas rumah seperti nyapu, ngepel dll dilakukan ketika anak sedang tidur.
3. Apakah ada kebiasaan yang berubah setelah mempunyai anak?
Jawab: banyak.. ketika sudah mempunyai anak banyak perubahan terjadi
terutama jam tidur menjadi tidak teratur, dan ketika bepergian menjadi lebih
banyak barang bawaan seperti pempers dll, juga keadaan rumah menjadi tidak
selalu rapi seperti biasanya.
4. Apakah sebagai orang tua pernah mendapat komentar dari luar?
Jawab: pernah, maklum ketika baru menjadi ibu pasti banyak hal-hal yang belum
diketahui mengenai mengurus bayi tentang cara memandikan, memakaikan baju
dll, tentu akan mendapat bnyak saran2 dari bidan, orangtua dll
5. Apakah ada konflik yang muncul dengan pasangan ketika menjadi orang tua?
Jika ada konflik bagaimana cara mengatasi?
Jawab: ada, mungkin konflik kecil. ketika menjadi ibu pasti segala
urusan/prioritas diberikan kepada anak seutuhnya sehingga tugas rumah tidak
terselesaikan, dan tentunya saya kadang marah2 jika suami hanya santai2 saja.
cara mengatasinya dengan melakukan pembagian tugas rumah dengan suami
supaya tidak segalanya dikerjakan istri
6. Apakah anak sudah mendapatkan imunisasi sesuai usianya?
Jawab: sudah, untuk imunisasi kemarin sekalian pas di rumah sakit
7. Pola asuh seperti apa yang akan anda tanamkan kepada anak?
Jawab: saya akan memberikan apa yang anak butuhkan, memberikan asi dan
mpasi seusai anjuran, menyayangi anak
8. Apakah sudah merencanakan KB?
Jawab: belum kebetulan suami sedang merantau
9. Seberapa besar (mertua/ipar) ikut campur dalam pengasuhan anak?
Jawab: mertua jauh jadi yang paling deket ya dengan ibu saya dan bapak sendiri
kebetulan masih satu rumah dengan orang tua
10. Bagaimana cara memelihara hubungan yg memuaskan setelah menikah?
Jawab: kebetulan suami sedang merantau, jadi kami paling video call atau wa
ngirim foto keseharian anak atau ngobrol-ngobrol waktu vc
1. Tabel Karakteristik Distribusi Frekuensi Pada 6 Responden Tahap
Keluarga Child Bearing.
No Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 3 50
Perempuan 3 50
Total 6 100
2 Usia
Remaja Akhir (17-25 Tahun) 2 33,3
Dewasa Awal (26 - 35 Tahun) 3 50
Dewasa Akhir (36 – 45 Tahun) 1 16,7
Menurut; Depkes (2009)
Total 6 100
3 Pendidikan Terakhir
SD -
SMP -
SMA 4 66,7
Diploma -
Sarjana 2 33,3
Total 6 100
4 Pekerjaan
Tidak bekerja 2 33,3
Pegawai Negeri -
Karyawan Swasta 4 66,7
Total 6 100
5 Usia Perkawinan
<1 tahun -
1-2 tahun 4 66,7
3-4 tahun 2 33,3
>4 tahun -
Total 6 100
6 Pendapatan
<1-2 juta
3-5 juta 2 33,3
6-7 juta 4 66,7
>7 juta
Total 6 100
7 Suku
Jawa 6 100
Total 6 100
8 Bahasa Sehari – Hari
Jawa 4 66,7
Indonesia 2 33,3

Total 6 100
9 Agama
Islam 6 100
Kristen - -
Total 6 100
10 Status Tempat Tinggal
Kontrak 2 66,6
Rumah milik suami/istri - -
Rumah milik orang tua 1 33,3
Total 3 100
Hasil wawancara pada Keluarga 1
Transkrip Sub tema Tema
“dulu sedikit baby blues, Perubahan suasana hati dan
pokoknya dulu sedikit-sedikit kebiasaan
marah dan jadi tidak suka anak
kecil (kecuali anak sendiri)
padahal dulu sangat suka anak
kecil”

“pola istirahat jadi berubah


malam jadi susah tidur sampai
ingin konsumsi obat tidur
karena semakin banyak
pikiran, jadi moodswing,
sebelumnya saya biasa bekerja Peran baru
dan sekarang jadi ibu rumah
tangga kaya unfair banget”

“paling sedih kalau ada yang Kelelahan ibu


bilang anak saya kurus padahal
sini sudah berusaha berbagai
cara biar anak mau makan”

“kadang merasa badmood


dengan suami dan jika ada
konflik kita bicarakan
Bersama”
“yang penting anak diam dulu, Perhatian Mendorong pertumbuhan dan
jika tidak sempat masak ya saya perkembangan anak
beli atau jika ayahnya libur ya
anak sama ayah saya
mengerjakan pekerjaan rumah
tangga”

“mengarahkan anak menjadi


mandiri dan menanamkan
agama yang paling penting”

“imunasi anak sudah lengkap”


“sudah tidak punya mertua dan Keluarga besar Peran kakek dan nenek
orang tua, jauh dari ipar dan
saudara paling ketemu waktu
ada acara”
“satu minggu sekali jalan-jalan Jalan-jalan Memelihara hubungan yang
makan diluar mencari kuliner memuaskan
yang belum pernah atau yang
jarang makan”
“ saat ini saya menggunakan Jarak kelahiran Keluarga berencana
KB suntik, tetapi suami sudah
pengen punya anak lagi”
Hasil wawancara Keluarga 2

Transkrip Sub tema Tema


“alhamdulillah ada ibu sama Perubahan suasana hati dan
suami yang selalu mendukung kebiasaan
dan saya malah merasa senang
sudah menjadi seorang ibu”

“tidurnya kalau malam jadi


kurang karena kadang anak
rewel”

“ jika ada pasti di selesaikan Kelelahan ibu


Peran baru
dengan komunikasi yang baik
tapi kadang merasa iri melihat
suami kalau malam bisa tidur
dengan pulas”

“banyak sih kadang ada yang


bilang ibu habis melahirkan
harus gini, bayinya harus di
giniin tapi ya saya cuma iya-iya
aja”
“ saya cuti dan suami masih Perhatian Mendorong pertumbuhan dan
WFH juga jadi bisa maksimal perkembangan anak
dalam mengurus anak”

“ untuk saat ini ya saya akan


memberikan kasih sayang,
memberikan asi seusai anjuran,
memberikan kebutuhan bayi ya
kurang lebih seperti itu”

“sudah, untuk imunisasi


pertama kemarin sekalian pas
di rumah sakit”
“ mertua jauh jadi yang paling Keluarga besar Peran kakek dan nenek
deket sekarang ya dengan ibu
saya sendiri, besok kalau cuti
habis dan kembali merantau
paling cari orang untuk
mengasuh ”
“kadang ngobrol bareng Jalan-jalan Memelihara hubungan yang
ngomongin anak, kalau suami memuaskan
libur ya kadang pergi jalan-
jalan dan kadang dikasih
hadiah sama suami.”
“ saat ini saya menggunakan Jarak kelahiran Keluarga berencana
KB IUD kemarin pasang waktu
SC sekalian”
Hasil wawancara keluarga 3

Transkrip Sub tema Tema


“ iya, ketika mengalami baby Perubahan suasana hati dan
blues saya menjadi pribadi kebiasaan
yang mudah sedih/terharu dan
mudah marah. terutama ketika
sedang bersama anak saya
sering merasa terharu karena
merasa sangat bahagia sudah
menjadi seorang ibu.”

“banyak.. ketika sudah


mempunyai anak banyak
perubahan terjadi terutama
jam tidur menjadi tidak teratur,
dan ketika bepergian menjadi
lebih banyak barang bawaan
seperti pempers dll, juga
keadaan rumah menjadi tidak
selalu rapi seperti biasanya.

“pernah, maklum ketika baru Konflik


Peran baru
menjadi ibu pasti banyak hal-
hal yang belum diketahui
mengenai mengurus bayi
tentang cara memandikan,
memakaikan baju dll, tentu
akan mendapat bnyak saran2
dari bidan, orangtua dll”

“ada, mungkin konflik kecil.


ketika menjadi ibu pasti segala
urusan/prioritas diberikan
kepada anak seutuhnya
sehingga tugas rumah tidak
terselesaikan, dan tentunya
saya kadang marah2 jika suami
hanya santai2 saja. cara
mengatasinya dengan
melakukan pembagian tugas
rumah dengan suami supaya
tidak segalanya dikerjakan
istri”
“ ketika anak tidak tidur saya Perhatian Mendorong pertumbuhan dan
tidak melakukan pekerjaan perkembangan anak
rumah apapun. tugas rumah
seperti nyapu, ngepel dll
dilakukan ketika anak sedang
tidur”

“saya akan memberikan apa


yang anak butuhkan,
memberikan asi dan mpasi
seusai anjuran, menyayangi
anak”

“sudah sesuai usia”


“ mertua jauh jadi yang paling Keluarga besar Peran kakek dan nenek
deket ya dengan ibu saya dan
bapak sendiri kebetulan masih
satu rumah dengan orang tua”
“kebetulan suami sedang Komunikasi Memelihara hubungan yang
merantau, jadi kami paling memuaskan
video call atau wa ngirim foto
keseharian anak atau ngobrol-
ngobrol waktu vc”
“belum kebetulan suami Jarak kehamilan Keluarga berencana
sedang merantau”
Hasil
Pengalaman orang tua pada tahap keluarga childbearing ada kesamaan dan
perbedaan dari setiap keluarga. Tema pertama yang teridentifikasi adalah peran
baru yang tergambar dalam kalimat berikut:

“dulu sedikit baby blues, pokoknya dulu sedikit-sedikit marah dan jadi tidak suka
anak kecil (kecuali anak sendiri) padahal dulu sangat suka anak kecil”. (K1)

“pola istirahat jadi berubah malam jadi susah tidur sampai ingin konsumsi obat
tidur karena semakin banyak pikiran, jadi moodswing, sebelumnya saya biasa
bekerja dan sekarang jadi ibu rumah tangga kaya unfair banget”. (K1)

“paling sedih kalau ada yang bilang anak saya kurus padahal sini sudah berusaha
berbagai cara biar anak mau makan”(K1)

“kadang merasa badmood dengan suami dan jika ada konflik kita bicarakan
Bersama”(K1)

“tidak, alhamdulillah ada ibu sama suami yang selalu mendukung dan saya malah
merasa senang sudah menjadi seorang ibu”. (K2)

“tidurnya kalau malam jadi kurang karena kadang anak rewel”. (K2)

“banyak sih kadang ada yang bilang ibu habis melahirkan harus gini, bayinya
harus di giniin tapi ya saya cuma iya-iya aja”. (K2)

“alhamdulillah tidak ada dan jika ada pasti di selesaikan dengan komunikasi yang
baik tapi kadang merasa iri melihat suami kalau malam bisa tidur dengan pulas”.
(K2)

“iya, ketika mengalami baby blues saya menjadi pribadi yang mudah sedih/terharu
dan mudah marah. terutama ketika sedang bersama anak saya sering merasa
terharu karena merasa sangat bahagia sudah menjadi seorang ibu.”. (K3)

“banyak.. ketika sudah mempunyai anak banyak perubahan terjadi terutama jam
tidur menjadi tidak teratur, dan ketika bepergian menjadi lebih banyak barang
bawaan seperti pempers dll, juga keadaan rumah menjadi tidak selalu rapi seperti
biasanya”. (K3)

“pernah, maklum ketika baru menjadi ibu pasti banyak hal-hal yang belum
diketahui mengenai mengurus bayi tentang cara memandikan, memakaikan baju
dll, tentu akan mendapat bnyak saran2 dari bidan, orangtua dll”. (K3)

“mungkin konflik kecil. ketika menjadi ibu pasti segala urusan/prioritas diberikan
kepada anak seutuhnya sehingga tugas rumah tidak terselesaikan, dan tentunya
saya kadang marah2 jika suami hanya santai2 saja. cara mengatasinya dengan
melakukan pembagian tugas rumah dengan suami supaya tidak segalanya
dikerjakan istri”. (k3)

Tema kedua yaitu mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak. Pernyataan


ibu yang mendukung tema tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“yang penting anak diam dulu, jika tidak sempat masak ya saya beli atau jika
ayahnya libur ya anak sama ayah saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga”.
(K1)

“mengarahkan anak menjadi mandiri dan menanamkan agama yang paling


penting”. (K1)

“imunasi anak sudah lengkap”. (K1)

“saya cuti dan suami masih WFH juga jadi bisa maksimal dalam mengurus anak”.
(K2)

“untuk saat ini ya saya akan memberikan kasih saying, memberikan asi seusai
anjuran, memberikan kebutuhan bayi ya kurang lebih seperti itu”. (K2)

“sudah, untuk imunisasi kemarin sekalian pas di rumah sakit”. (K2)

“ketika anak tidak tidur saya tidak melakukan pekerjaan rumah apapun. tugas
rumah seperti nyapu, ngepel dll dilakukan ketika anak sedang tidur”. (K3)

“sudah mendapat imunisasi sesui usia”. (K3)


Tema ketiga yaitu peran kakek dan nenek. Pernyataan ibu yang mendukung tema
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“sudah tidak punya mertua dan orang tua, jauh dari ipar dan saudara paling
ketemu waktu ada acara”. (K1)

“mertua jauh jadi yang paling deket ya dengan ibu saya sendiri”. (K2)

“ke tempat mertua jarang-jarang kebetulan saya tinggal di rumah ibu jadi ya yang
paling deket dengan ibu dan bapak saya”. (K3)

Tema ketempat yaitu keluarga berencana. Pernyataan ibu yang mendukung tema
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“saat ini saya menggunakan KB suntik, tetapi suami sudah pengen punya anak
lagi”. (K1)

“saat ini saya menggunakan KB IUD…”. (K2)

“kebetulan suami sedang merantau jadi belum merencanakan KB”. (K3)

Anda mungkin juga menyukai