Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN CHILDBEARING
Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas II
Dosen Koordinator : Ns. Dessy Ayu Wardani, M.Kep., Sp.Kep.Mat
Dosen Pengampu : Hestri Norhafipah, SST., M.Keb

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

13. Cici Khairunnisa 1. Renisa


14. Defri Linanita 2. Rifka Yuliyana
15. Dera Nur 3. Rosa Amalia N
16. Erni Priliawati 4. Rosiyanti
17. Hendro Ardi Pratama 5. Sekar Purwaning T
18. Kartika Neni Azzahra 6. Serina Putri
19. Lorensa Senny G 7. Silvina Era A. A
20. Melinda Bid 8. Theresia Welly
21. Nirma Mahnung 9. Tri Ratna Rahayu
22. Pebrinasari 10. Vikha Triwindhani
23. Pina 11. Yanda Savira A
24. Putri Oktarinda 12. Zefanya Tegar S

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan limpahan rahmat, karunia, juga taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tahap
Perkembangan Childbearing ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bu Hestri Norhafipah, SST., M.Keb


selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas II di ITKES Wiyata
Husada Samarinda yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat
membantu kami untuk lebih mengerti bagaimana cara pembuatan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan juga pengetahuan kita mengenai Childbearing. Kami juga
menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini ada kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.
Oleh sebab itu, Kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang telah kami buat untuk masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Samarinda, 15 Juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara
terus menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin
maju. Orang dengan mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit
berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh peningkatan biaya pengobatan
sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan dari
sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan. Keperawatan
keluarga merupakan salah satu area spesialis dalam keperawatan yang
berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan. Tujuan dari keperawatan
keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara menyeluruh
bagi anggota keluarga.
Karakteristik keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, anggota keluarga biasanya
hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial yaitu suami, istri, anak, kakak, dan adik yang mempunyai tujuan.
Perawat perlu mengetahui dan memiliki pikiran yang terbuka mengenai
konsep keluarga. Sekilas keluarga memiliki hal-hal yang umum, tetapi setiap
bentuk keluarga memiliki kekuatan dan permasalahan yang unik. Keluarga
banyak menghadapi tantangan seperti salah satunya pada tahap
perkembangan keluarga childbearing. Periode childbearing adalah waktu
transisi fisik dan psikologis bagi ibu dan seluruh keluarga. Orang tua harus
beradaptasi terhadap perubahan struktur karena adanya anggota baru dalam
keluarga yaitu bayi. Dengan kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan
berubah dan pola interaksi dalam keluarga harus dikembangkan.
Pada periode transisi, keluarga membutuhkan adaptasi yang cepat
sehingga kondisi ini menempatkan keluarga menjadi sangat rentan dan
mereka memerlukan bantuan untuk beradaptasi dengan peran yang baru.
Stress dari berbagai sumber dapat berdampak pada kesehatan fisik ibu dan
bayi. Maka dari itu kelompok tertarik untuk membahas mengenai konsep
keluarga dan tumbuh kembang keluarga childbearing.
B. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu
a. Memahami konser dasar keluarga
b. Memahami konsep keluarga dalam periode childbearing
c. Memahami asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan
childbearing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulam orang yang terkait dengan perkawinaan
kelahiran serta adopsi yang saling ketergantungan, dimana mempunyai tujuan
yaitu untuk menciptakan serta mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan setiap anggota keluarga.
Sedangkan pengertian dari Child-Bearing adalah merupakan waktu
transisi fisik dan psikologis bagi ibu dan seluruh anggota keluarga, dalam hal
ini orang tua, saudara atau anggota keluarga lainnya harus dapat beradaptasi
terhadap perubahan struktur karena adanya anggota keluarga baru yaitu bayi,
dengankehadiran seorang bayi maa system dalam keluarga akan berubah serta
pola pikir keluarga harus diperkembangkan.
B. Konsep Dasar Keluarga Dengan Tahap CHILDBEARING
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
systemkeluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubunga antara
anggotanya disepanjang waktu. Siklus perkembangan keluarga sebagai
komponen kunci dalam setiap kerangka kerja yang memandang keluarga
sebagai suatu system Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau
kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses. Kerangka perkembangan keluarga menurut Evelyn Duvall
memberikan pedoman untuk memeriksa dan menganalisa perubahan dan
perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga selama siklus
kehidupan mereka :
1. Tahap-tahap perkembangan keluarga "Childbearing" (kelahiran anak
pertama).
Tahap perkembangna keluarga dibagi sesuai kurun waktu tertentu yang
dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan
anak keluarga remaja. Meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga
mengikuti pola yang sama. Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas
dan fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut. Keluarga yang
menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (3.2 tahun)
merupakan tahap perkembangan keluarga childbearing. Kehamilan dan
kelahiran bayi pertama dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan yang penting, Kelahiran bayi pertama
memberikan perubahan yang besar bagi keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan peranya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering
terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus
perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap
menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap menjadi ibu. Peran utama
perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon Perawat
perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat
sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
2. Tugas perkembangan dengan keluarga childbearing
Tahap ini dimulai dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan. Ada
beberapa hal tugas perkembangan keluarga pada fase childbearing yaitu:
(Duval. dalam buku Santun Setiawati : 19 dan dalam buku Mubarak, dkk :
87-88).
a. Persiapan menjadi orang tua dan merawat bayi
b. Membagi peran dan tanggung jawab
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
d. Mempersiapkan biaya atau dana Child Bearing
e. Memfasilitasi role learning anggota kleuarga
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
h. Beradaptasi pada pola hubunga seksual
i. Mensosialisasikan anak dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan.
Sedangkan menurut Carter dan Mc. Goldrik, 1988, Duval dan Miller,
1985, (Dalam buku “ilmu keperawatan komunitas”, hal: 87-88) tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Membentuk keluraga muda sebagai sebuah unit yang mantap


mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga),
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua, kakek, dan nenek.
3. Fungsi perawat dalam tahap perkembangan keluarga dengan childbearing,
Sebagi kekhususan perawatan keluarga memiliki peran yang cukup banyak
dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatn dan konsultasi
antara lain (Mubarak.dkk: 88) :
a. Bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan bayi.
b. Mengenali gangguan kesehatn bayi secara dini dan mengatasinya,
c. Imunisasi yang dibutuhkan anak,
d. Tumbang anak yang baik,
e. Interaksi keluarga.
f. Keluarga berencana,
g. Pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.
C. Peran Keluarga
Peranan keluarga mengambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranaan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranaan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranaan ayah
Sebagai suami istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan memberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peranaan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranaan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dan berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peranaan anak
Anak-anak melaksanaan peranan psiko-sosial sesui dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, social dan spiritual.
D. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu (Friedman, M.M et al., 2010) :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga.
Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi efektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak. Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan
menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
E. Hal-Hal Yang Diterapkan Keluarga Kepada Anak
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan tugas antara satu dengan yang lainnya. Keluarga memiliki 8
tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan keluarga memiliki tugas
perkembangan keluarga atau harapan peran tertentu. Tugas perkembangan
keluarga cenderung menunjukkan rasa tanggung jawab yang harus dicapai
oleh keluarga sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan biologis
keluarga, penekanan budaya, dan aspirasi serta nilai keluarga(Sari, Aini, dan
Sulistiiyorini, 2014)
Tugas perkembangan juga berhubungan dengan harapan tugas atau
peran spesifik pada setiap tahap untuk mencapai fungsi dasar keluarga. Tahap
kedua dalam tumbuh kembang keluarga, yaitu tahap ketika seorang bayi
mulai lahir di tengah pasangan baru yang terdiri dari dua individu sebagai
pasangan. Keluarga tahap II (childbearing family) dimulai sejak kelahiran
anak pertama sampai bayi berumur 30 bulan [2]. Tahap kedua ini merupakan
tahap transisi dari peran individu menjadi orang tua dan membentuk sistem
permanen. Tahap ini memiliki perhatian kesehatan dalam pemenuhan tugas
perkembangannya. (Sari, Aini, dan Sulistiiyorini, 2014)
Berbagai pendekatan perlu diterapkan keluarga kepada anak (Raudhoh,
2017)
1. Memberikan contoh yang baik
2. Memberikan perhargaan
3. Jangan mempermalukan anak didepan orang lain
4. Selalu berkomunikasi dengan anak
5. Memberikan tanggung jawab sesuai dengan usia
6. Mendorang anak tampil berani
7. Memberi kepercayaan kepada anak
8. Jangan memanjakan anak
9. Tidak membiarkan anak bermalas-malasan.
F. Peran Orangtua Terhadap Childbearing

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan tugas
antara satu dengan yang lainnya. Tahap dalam tumbuh kembang keluarga,
yaitu tahap ketika seorang bayi mulai lahir di tengah pasangan baru yang
terdiri dari dua individu sebagai pasangan. Keluarga tahap II (childbearing
family) dimulai sejak kelahiran anak pertama sampai bayi berumur 30 bulan
[2]. Tahap kedua ini merupakan tahap transisi dari peran individu menjadi
orang tua dan membentuk sistem permanen. Tahap ini memiliki perhatian
kesehatan dalam pemenuhan tugas perkembangannya
Tugas perkembangan keluarga, khususnya keluarga tahap (childbearing
family) tidak seluruhnya dapat terpenuhi dengan optimal. Tugas
perkembangan keluarga diukur dengan 12 indikator dan dilakukan
pengkategorian dengan cut off point. Terdapat 9 indikator dengan pemenuhan
baik dan 3 indikator dengan pemenuhan kurang. Indikator dengan pemenuhan
yang baik mendukung tugas perkembangan keluarga tahap (childbearing
family) yang terpenuhi, begitu pula sebaliknya.
Indikator penerimaan kehadiran bayi baru lahir dipenuhi dengan baik
(69,1%). Hal ini disebabkan karena penyesuaian dengan kehadiran bayi telah
dipersiapkan sejak kondisi prenatal. Beberapa individu yang beralih peran
menjadi orang tua telah beradaptasi dari anggota keluarga besar yang telah
melewati tahap peran tersebut. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan berkumpul
dengan keluarga besar.
Penerimaan kehadirna bayi baru lahir dapat didukung dengan partisipasi
keluarga besar untuk mengoptimalkan pemenuhan indikator penerimaan
kehadiran bayi baru lahir. Indikator pengasuhan bayi oleh orang tua dipenuhi
dengan baik oleh responden (76,5%). Pengasuhan yang dilakukan oleh orang
tua merupakan bentuk penerimaan kehadiran bayi baru lahir.
Pemenuhan pada indikator penerimaan kehadiran bayi baru lahir
mempengaruhi pemenuhan pada indikator ini. Indikator ini dapat dipenuhi
dengan menggengendong bayi, merawat bayi sendiri atau oleh pasangan.
Indikator perawatan bayi oleh orang tua merupakan indikator dengan
pemenuhan yang cukup tinggi (88,2%). Perawatan bayi yang baik, meliputi
ketepatan penatalaksanaan masalah kesehatan, imunisasi, pertumbuhan dan
perkembangan normal, keamanan, dan promosi kesehatan umum [2].
Indikator pemahaman komunikasi bayi dapat dipenuhi responden dalam
jumlah tinggi (88,6%). Pola komunikasi tidak hanya diperuntukkan antar
pasangan, namun juga terhadap seorang bayi. Orang tua harus memahami dan
menangkap dengan cermat komunikasi bayi yang berupa tangisan.
Indikator pola komunikasi pasangan merupakan indikator yang dipenuhi
dnegan baik oleh responden (77,9%). Hal ini karena kemampuan adaptasi
pasangan yang baik terhadap kebutuhan komunikasi pada tahap baru
keluarga. Pasangan atau orang tua juga dapat memahami pentingnya pola
komunikasi yang baik setelah lahirnya bayi, yang dibutuhkan untuk
pemenuhan kebutuhan keluarga. Komunikasi yang dibutuhkan pada tahap
perkembangan tersebut juga disesuaikan dengan bertambangan anggota baru
dalam keluarga yang menuntut diskusi dari pasangan. Indikator perasaan stres
dipenuhi dengan baik oleh responden (67,6%). Responden juga tidak
mempersepsikan hilangnya kebebasan personal yang membatasi hubungan
sosial individu sehingga penyesuaian peran pada tahap ini dapat dilalui
dengan cukup baik yang berimplikasi pada tidak timbulnya stres yang besar.
Indikator waktu untuk suami dan istri dipenuhi dengan baik (82,4%).
Pemenuhan indikator karena waktu yang dihabiskan untuk bersama
pasangan dapat berkurang dengan lahirnya bayi dalam keluarga. Waktu untuk
pasangan berkaitan dengan komunikasi yang tetap dipertahankan seperti pada
tahap keluarga baru atau tahap pertama. Indikator tugas perkembangan
pemenuhan kebutuhan fisiologis pasangan dengan baik seiring dengan
kemampuan adaptasi individu (76,5%). Peralihan tahap perkembangan
keluarga berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan personal dan kebutuhan
pasangan. Kelahiran anak pertama mengakibatkan berkurangnya keintiman
dan kasih sayang pasangan, dan menimbulkan stres tingkat ringan
Indikator pemenuhan kebutuhan fisiologis pasangan dipenuhi dengan
baik (76,5%). Peralihan tahap perkembangan keluarga berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan personal dan kebutuhan pasangan. Kelahiran anak
pertama mengakibatkan berkurangnya keintiman dan kasih sayang pasangan,
dan menimbulkan stres tingkat ringan
Indikator berkumpul bersama teman dipenuhi dengan baik (82,4%).
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan sosialisasi. Kebutuhan berkumpul dengan
teman sebaya juga dapat dipenuhi dalam area kerja. Keluarga dengan orang
tua muda perlu mengetahui waktu membutuhkan bantuan dan asal bantuan
tersebut didapatkan, dari luar keluarga ataupun dari sumber-sumber dalam
keluarga.

G. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan


keluarga
1. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari
pendekatan intervensi keperawatan keluarga yang utama. Pendidikan
dapat mencakup berbagai bidang, isi dan fokus, termasuk promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, masalah kesakitan/disabilitas dan
dampaknya, serta dinamika keluarga. (Friedman, 2010)
Watson (1985) menekankan bahwa pendidikan memberikan
informasi kepada klien, dengan demikian, membantu mereka untuk dapat
mengatasi secara lebih efektif terhadap perubahan kehidupan dan
peristiwa yang menimbulkan stres. Mendapatkan informasi yang berarti,
membantu anggota keluarga lebih merasa memegang kendali dan
mengurangi stres. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk mengartikan
lebih jelas pilihan mereka dan lebih berhasil menyelesaikan masalah
mereka. (Friedman, 2010)
2. Konseling
Konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor
dan klien yang ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati, ketulusan,
dan keselarasan. Hubungan ini terdiri dari serangkaian interaksi
sepanjang waktu berupa konselor yang melalui berbagai teknik aktif dan
pasif, berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan klien yang telah
memengaruhi perilaku adaptif klien. (Bank, 1992 dalam Friedman 2010)
Elemen inti konseling adalah empati atau menyelami atau
merasakan perasaan dan perilaku orang lain; penerimaan positif terhadap
klien; dan selaras atau tulus, tidak berpura-pura dan jujur dalam
hubungan klien-perawat (Friedman, 2010)
3. Membuat kontrak
Suatu cara efektif bagi perawat yang berpusat pada keluarga agar
dapat dengan realistik membantu individu dan keluarga membuat
perubahan perilaku adalah dengan cara membuat kontrak.
Kontrak adalah persetujuan kerjasama yang dibuat antara dua pihak
atau lebih, misalnya antara orang tua dan anak. Aar tepat waktu dan
relefan, kontrak waktu dapat dinegosiasi secara terus menerus dan harus
mencakup area sebagai berikut : tujuan, lama kontrak, tanggung jawab
klien, langkah untuk mencapai tujuan, dan penghargaan terhadap
pencapaian tujuan (Sloan dan Schommer, 1975; Steiger dan Lipson, 1985
dalam Friedman 2010).
Biasanya kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, singkat, sederhana
dan tanpa paksaan (Goldenbergh & Goldenbergh, 2000 dalam Friedman
2010).
4. Menejemen kasus
Menejemen kasus memiliki riwayat perkembangan sebagai bagian
dari peran perawat kesehatan masyarakat; terakhir dugunakan di tatanan
layanan kesehatan yang bersifat akut (Carry 1996 dalam Friedman 2010).
Pertumbuhan perawatan terkelola telah menjadi kekuatan utama
munculnya menejemen kasus. Perawatan terkelola yang menekankan
pada pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi perawatan, sementara
memelihara kualitas perawatan dan kepuasan klien, benar-benar
membentuk cara menejemen kasus berfungsi ( Jones, 1994; MacPhee &
Hoffenbergh, 1996 dalam Friedman 2010).
5. Advokasi klien
Komponen utama dari menejemen kasus adalah advokasi klien
(Smith, 1993 dalam Friedman 2010). Advokasi adalah seseorang yang
berbicara atas nama orang atau kelompok lain.
Peran sebagai advokat klien melibatkan pemberian informasi
kepada klien dan kemudian mendukung mereka apapun keputusan yang
mereka buat (Bramlett, Gueldener, dan Sowell, 1992; Kohnke, 1982 dalam
Friedman 2010)
Perawat keluarga dapat menjadi advokat klien dengan sedikitnya empat
cara, yaitu :
a. Dengan membantu klien memperoleh layanan yang mereka
butuhkan dan menjadi hak mereka
b. Dengan melakukan tindakan yang menciptakan sistem layanan
kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan klien
c. Dengan memberikan advokasi untuk memasukan pelayanan yang
lebih sesuai dengan sosial-budaya.
d. Dengan memberikan advokasi untuk kebijakan sosial yang lebih
responsive (Canino dan Spurlock, 1994 dalam Friedman, 2010).
6. Koordinasi
Salah satu peran advokasi klien yang diterima secara luas adalah
koordinator. Karena inti dari menejemen kasus adalah juga koordinasi,
pengertian advokasi dan koordinasi pada pokonya saling tumpang tindih.
Pada kenyataannya menejemen kasus sering kali diartikan sebagai
koordinasi (khususnya di bidang kerja sosial), dan dirancang untuk
memberikan berbagai pelayanan kepada klien dengan kebutuhan yang
kompleks di dalam suatu pengendali tunggal (Sletzer, Litchfield, Lowy &
Levin, 1989 dalam Friedman, 2010)
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai
disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
7. Kolaborasi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain
untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak
hanya dialukakan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga
dan komunitaspun dapat dilakukan. Kolaborasi menurut Lamb dan
Napadano (1984) dalam Friedman (2010) adalah proses berbagi
perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan disertai tanggng jawab
bersama terhadap hasil dan kemampuan bekerjasama untuk tujuan sama
menggunakan teknik penyelesaian masalah.
8. Konsultasi
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat
maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat
harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus
ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
Konsultasi termasuk sebagai intervensi keperawatan keluarga
karena perawat keluarga sering berperan sebagai konsultan bagi perawat,
tenaga profesional, dan para profesional lainnya ketika informasi klien dan
keluarga serta bantuan diperlukan (Friedman, 2010).
H. Komunikasi Orang Tua Terhadap Childbearing
Komunikasi orang tua dengan anaknya sangat penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Apabila komunikasi orang tua berpengaruh baik kepada anaknya
maka hal akan menyebabkan anak berkembang baik pula. Suasana komunikasi orang
tua di rumah mempunyai peranan penting dalam menentukan kehidupan anak di
sekolah. Orang tua harus menjadikan rumah sebagai wadah untuk berkomunikasi
secara intens dengan anaknya. (Kozier, Barbara. 2015).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal yang sama dan masing-masing anggota merasakan adanya peratutan batin
sehingga terjadi saling mempenagruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri. Komunikasi orang tua adalah proses penyampaian informasi
anatara remaja dengan orang tua, sehingga menmbulkan perhatian dan efek tertentu.
(Kozier, Barbara. 2015).
Menurut (Susanto T. 2015) tanda- tanda komunikasi yang efektif ada enam
hal yaitu:
1. Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti
yang dimasud oleh komunikator.
2. Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi
dan membentuk pengertian. Sapaan ketika bertemu teman dapat dimaksud
untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan
hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap
Paling sering kita melaukan komunikasi untuk mempengaruhi
orang lain. Misalnya, guru ingin mengajak muridnya untuk lebih
mencintai ilmu pengetahuan. Pemasang iklan ingin merangsang selera
konsumen dan mendesaknya untuk membeli. Dari contoh tersebut disebut
komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman
tentang faktor- faktor pada diri komunikator, dan pesan yang
menimbulkan efek pada komunikasi. Persuasi didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan
manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak atas seperti
kehendak sendiri.
4. Sentuhan
Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orangtua
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi yang baru lahir. banyak ibu
yang ingin meraih anaknya yang baru lahir dan tali pusatnya dipotong,
mereka mengangkat bayi ke dada, merangkulnya kedalam pelukan. Begitu
anak dekat dengan ibunya maka anak akan mulai proses ekspoli dan juga
sentuhan mata suara dan aroma.
5. Hubungan sosial yang baik
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial
yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri.
Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Kebutuhan sosial
merupakan kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan
asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, dan cinta serta kasih sayang. Secara
singkat, kita kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita
ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan
dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi
interpersonal yang efektif.
6. Tindakan
Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi
lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong
orang untuk bertindak. Tetapi efektifitas komunikasi biasanya diukur dari
tindakan nyata yang dilakukan komunikasi. komunikasi orang tua dengan
anak dikatakan efektif bila kedua belah pihak saling dekat, saling
menyukai dan komunikasi diantara keduanya merupakan hal yang
menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh rasa percaya
diri. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya keterbukaan dan dukungan
yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang
disampaikan oleh orang tua. Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa komunikasi orang tua itu berpengaruh baik pada anaknya.
Komunikasi pada orang tua adalah proses penyampaian informasi anatara
anak dengan orang tua, sehingga menibulkan perhatian dan efek tertentu.
Adapun tanda-tanda komunikasi yang efektif adalah pengertian,
kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik, dan
tindakan. Apabila dalam komunikasi terdapat tanda-tanda tersebut maka
bisa dikatakan efektif.
I. Tujuan Perawatan Terhadap Child-Bearing
Keluarga Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan
kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan
yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya
mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
serta sosial dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan dan
merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang ada dan tidak ada hubungan darah
atau hubungan secara hukum akan tetapi berperan sebagai keluarga atau siapapun
yang di katakan klien sebagai keluarganya (Friedman, 1999).
Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang rumit,
sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja
dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini disebut proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan inti dan sari dari keperawatan, dimana proses adalah
suatu aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang
lain.
Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan keluarga
yaitu (Setiadi, 2008) :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga,
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan keluarga yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga
terhadap masalah. Dalam hal ini memerlukan data umum keluarga yaitu nama
keluarga, alamat, komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, agama, status sosial
ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.
2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan langkah
sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dihadapi, takut akan akibat
dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan,
dapat menjangkau fasilitas yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
Dalam hal ini yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil.
Perawatan sederhana dengan melakukan cara-cara perawatan yang sudah
dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan,
fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit. Perawatan keluarga
dengan melakukan perawatan sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana
perawatan keluarga yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal
mungkin.
4. Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis
Sejauh mana mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene
sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga. Dengan memodifikasi
lingkungan dapat membantu dalam melakukan perawatan pada anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan, dalam bentuk kebersihan rumah dan
menciptakan kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa
adanya gangguan dari luar.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga
Dimana keluarga mengetahui apakah keberdaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga. Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana
biasa mengunjungi pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi dan cenderung
yang paling

J. Fungsi keperawatan keluarga (Riasmini, 2017)


1. Keluarga mampu mengenal masalah tentang pengetahuan kesehatan
dan perilaku sehat
2. Keluarga mampu memutuskan untuk merawat, meningkatkan atau
memperbaiki kesehatan
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk meningkatkan atau
memperbaiki kesehatan
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yaitu dengan cara
mengontrol resiko dan keamanan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds: Keterbatasan lingkungan Disorganisasi perilaku
- bayi
Do:
- Jari jari meregang
atau tangan
menggegam
- Gerakan tidak
terkordinasi
- Menangis

Ds: Hubungan orang tua-anak Ansietas


- Merasa bingung tidak memuaskan
- Merasa khawatir
dengan akibat dari
kondisi yang
dihadapi
Do:
- Tampak gelisah
- Sulit tidur
- Tampak tegang
Ds : Kurangnya asupan Defisit nutrisi
- Nafsu makan makanan
menurun
Do :
- Otot menelan
lemah
- Diare
SDKI SLKI SIKI
Disorganisasi perilaku Organisasi Perilaku Perawatan bayi
bayi Bayi Definisi: mengidentifikasi
Definisa: disintegrasi Definisi: kemampuan dan merawat kesehatan
respond an integrasi respon bayi.
neurobehaviour bayi fisiologis dan
terhadap lingkungan neurobihavior terhadap Tindakan
lingkungan Observasi:
Penyebab : -monitor tanda-tanda vital
1. keterbatasan Ekspetasi:meningkat bayi
lingkungan fisik -mandikan bayi dengan
2. ketidaktepatan sensori Kriteria hasil: suhu ruang 21-24c
3. kelebihan stimulasi -gerakan pada -memandikan bayi dengan
sensori ekstermitas meningkat waktu 5-10 menit dan 2
4. imaturasi system -kemampuan jari-jari kali dalam sehari
sensori menggenggam -rawat tali pusat secara
Prematuritas meningkat terbuka
5.prematuritas -gerakan terkoordinasi -bersihkan pangkal tali
6.prosedur invasive -respon normal pusat lidi kapas yang telah
7. malnutrisi terhadap stimulus diberi air matang
8. gangguan motoric sensorik meningkat -kenakan popok bayi di
9.kelainan kogenital bawah umbilicus jika tali
10.kelainan genetic pusat belum terlepas
11. terpapar teragonik -lakukan pemijatan bayi
-ganti popok bayi jika
Gejala dan tanda mayor basah
Sebjektif:- -kenakan pakaian bayi dari
Objektif : bahan katun
1.hiperekstensi
ekstermitas Edukasi
2. jari-jari meregang atau -Anjurkan ibu menyusui
tangan menggenggam kebutuhan bayi
3.respon abnormal -anjurkan ibu cara
terhadap stimulus merawat bayi dirumah
sensori -ajarkan cara pemberian
4.gerakan makanan pendamping ASI
tidakterkoordinasi pada bayi >6 bulan.

Gejala dan tanda minor


Subjektif:-
Objektif:
1.menangis
2.tidak mampu
menghambat respon
terkejut
3.iritabilitas
4.gangguan reflex
5.tonus motoric berubah
6. tangan diwajah
7.gelisah
8.tremor
9.tersentak
10.aritmia
11.brakikardia atau
takikardia
12.saturasi menurun
13.tidak mau menyusu
14.warna kulit berubah

Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas


Definisi: kondisi emosi Definisi: meminimalkan
dan pengalaman Definisi: kondisi emosi kondisi individu dan
subyejtif individu dan pengalaman pengalaman subyektif
terhadap objek yang subyektif terhadap terhadap objek yang tidak
tidak jelas dan spesifik objek yang tidak jelas jelas dan spesifik akibat
akibat antisipasi bahaya dan spesifik antisipasi bahaya yang
yang memungkinkan memungkinkan individu
individu melakukan Ekspetasi menurun melakukan tindakan untuk
tindakan untuk Kriteria hasil: menghadapi ancaman.
menghadapi ancaman -verbalisasi Tindakan
kebingungan menurun Observasi:
Penyebab: -verbalisasi khawatir -identifikasi saat tingkat
1.krisis situasional akibat kondisi yang ansietas berubah
2.kebutuhan tidak dihadapi -identifikasi kemampuan
terpenuhi -perilaku gelisah mengambil keputusan
3.krisis maturasional menurun -monitor tanda-tanda
4.ancaman terhadap -perilaku tegang ansietas
konsep diri menurun Terapeutik:
5.ancaman terhadap -Ciptakan suasana
kematian terapeotik untuk
6.kekhawatiran menumbuhkan
mengalami kegagalan kepercayaan
7. penyalahgunaan zat -Temani pasien untuk
8.hubungan orang tua- mengurangi kecemasan
anak tidak memuaskan jika memungkinkan
9.faktor keturunan -Pahami situasi yang
10.penyalahgunaan zat membuat ansietas
11.terpapar bahaya -Dengarkan dengan penuh
lingkungan perhatian
12.kurang terpapar -Gunakan pendekatan
informasi yang tenang dan
meyakinkan
Gejala dan Tanda Mayor -Tempatkan barang
Subjektif: pribadi yang memberikan
1.merasa bingung kenyamanan
2.merasa khawatir -memotivasi
dengan akibat dari mengidentifikasi situasi
kondisi yang dihadapi yang memicu kecemasan
3. sulit berkonsentrasi -Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
Objektif: yang akan datang
1.tampak gelisah Edukasi:
2.tampak tegang -Jelaskan prosedur
3. sulit tidur termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Gejala dan Tand Mayor -Informasikan secara
Subjektif: faktual mengenai
1.mengeluh pusing diagnosis pengobatan dan
2.anoreksia prognosis
3.palpitasi -Anjurkan keluarga untuk
4.merasa tidak berdaya tetap bersama pasien jika
Objektif: perlu
1.frekuensi napas -Anjurkan melakukan
meningkat kegiatan yang tidak
2.frekuensi nadi kompetitif sesuai
meningkat kebutuhan
3.tekanan darah -Anjurkan
meningkat mengungkapkan perasaan
4.diaforesis dan persepsi
5.tremor -Pelatih kegiatan
6.muka tampak pucat penglihatan untuk
7.suara bergetar mengurangi ketegangan
8.kontak mata buruk -latih penggunaan
9.sering berkemih mekanisme pertahanan diri
10.berorientasi pada yang tepat
masa lalu -Latihan teknik relaksasi
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
obat,jika perlu
Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen nutrisi
Definisi:asupan nutrisi Definisi: keadekuatan Definisi:Mengidentifikasi
tidak cukup memenuhi asupan nutrisi untuk dan mengelola asupan
kebutuhan metabolism memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang
metabolism
Penyebab Observasi
1.kurangnya asupan Ekspetasi membaik -Identifikasi status
makanan nutrisi
2.ketidakmampuan Kriteria hasil: -Identifikasi alergi dan
menelan makanan -Porsi makan yang intoleransi makanan
3.ketidakmampuan dihabiskan -Identifikasi makanan
mencerna makanan -berat badan indeks yang disukai
4.ketidakmampuan massa tubuh (IMT) -Identifikasi kebutuhan
mengabsorbsi nutrient kalori dan jenis nutrien
5.peningkatan kebutuhan -Identifikasi perlunya
metabolism penggunaan selang
6.faktor ekonomi nasogastrik
7.faktor psikologis -Monitor asupan
makanan
Gejala dan Tanda Mayor -Monitor berat badan
Subjektif:- -Monitor hasil
Objektif: pemeriksaan
Berat badan menurun laboratorium
minimal 10% di bawah
rentang ideal. Terapeutik
-Lakukan oral hygiene
Gejala dan Tanda Minor sebelum makan jika
Subjektif: perlu
1.cepat kenyang setelah -Fasilitasi penggunaan
makan pedoman diet
2.kram/nyeri abdomen -Sajikan makanan secara
3.nafsu makan menurun menarik dan suhu yang
Objektif: sesuai
1.bising usu hiperaktif -Berikan makanan serat
2.otot pengunyah lemah untuk mencegah
3.otot menelan lemah konstipasi
4.membran mukosa -Berikan makanan tinggi
pucat kalori dan tinggi protein
5.sariawa -Berikan suplemen
6.serum albumin turun makanan jika perlu
7.rambut rontok -Hentikan pemberian
berlebihan makanan melalui selang
8.diare nasogastrik jika jika
asupan oral yang
ditoleransi

Edukasi:
-Anjurkan posisi duduk
jika perlu
-Anjuran diet yang
diprogramkan

Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
-Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Riasmini NM, Permatasari H. Chairani R. Astuti NW. Ria RTTM, et al.
2017. Panduan Asuhan Keperawatan individu, keluarga, kelompok
dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC, NIC di
Puskesmas dan masyarakat. Jakarta: UI Press.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Kozier, Barbara. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik Ed 7. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Susanto T. 2015. Buku ajar keperawatan keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Sari, M.A.N., Aini, L.A., dan Sulistyorini, L. (2014). Hubungan Tugas


Perkembangan Keluarga Tahap II (Childbearing Family) dengan
Kelengkapan Imunisasi DPT pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Mangli Kabupaten Jember (The Correlation Between Second Stage
(Childbearing) of Family Development Task with Completeness of DPT
Immnunization in Working Area of Mangli Public Health Centre in
Jember). Jember: Universitas Jember

Raudhoh. (2017). Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Usia Din. Jambi:
IAIN

Anda mungkin juga menyukai