OLEH :
200202073
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan keluarga, salah satunya
adalah Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia pre sekolah, tahap ini dimulai
sejak anak berusia 2.5-5 Tahun. Pada tahap ini juga keluarga mempunyai tahap
perkembangan untuk mengajarkan anaknya untuk bersosialisasi dan meningkatkan
prestasi anak. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perawat
memberikan perawatan dan melakukan pengkajian langsung dengan keluarga, apakah
keluarga sudah memenuhi tugas perkembangan anak pada usia ini atau belum, serta
mejelaskan kepada keluarga tugas perkembangan anak usia prasekolah, selain itu
perawat juga melakukan pengkajian disekitar lingkungannnya, apakah tempat keluarga
yang ditempati keluarga layak untuk ditempati atau tidak, serta melakukan perawatan
dan memberi solusi kepada keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit
Masa pra sekolah berada pada usia 30 bulan sampai 6 tahun (padila, 2012: 50).
Anak akan memperhalus peguasaan tubuhnya dan menanti dimulainya pendidikan
formal. Ini merupakan masa yang penting bagi orang tua karena anak dapat membagi
pikirannya dan berinteraksi dengan lebih efektif. Perkembangan fisik terjadi lebih
lambat dibandingkan kognitif dan psikososial (Perry, Potter. 2005: ).
Pada usia pra-sekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.
Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia
prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang
dulunya tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang
rentan berbagai penyakit yang akan mudah menyerang anak usia ini dan menimbulkan
masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang jika kondisi kesehatan anak tidak
ditangani secara baik oleh para praktisi kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan
adalah usaha yang tetap paling baik dilakukan (Perry, Potter. 2005 ).
Keluarga sebagai pranata social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu
mencuri perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah.
Banyak kejadian merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang,
selalu dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam
memfasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling
menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.
Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien dalam
keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan) (Perry, 2005). Keluarga berperan
dalam menentuka cara pemberian asuhan yang dibutuhkan oleh si sakit apabila ada
anggota keluarga yang sakit.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
yang di laksanakan oleh perawat yang di berikan di rumah atau tempat tinggal
klien.bagi klien beserta keluarga sehingga klien dan keluarga tetap memiliki otonomi
untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dangan masalah kesehatan yang di hadpinya.
Perawat yang melakukan asuhan bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan
keluarga dalam mencegah timbulnya penyakit, meningkatan dan memelihara kesehatan,
serta mengatasi masalah kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sudiharto, 2007). Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan
yang lain.
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya yang positif, peranan
yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
2. Fungsi Social
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi.
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian,
perumahan dan lain-lain.
- Mempertahankan kesehatan.
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
- Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus utama dalam usia keluarga ini
antara lain: mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
Menurut Gaseli dibagi menjadi 4 kelompok (hidayat, aziz alimul. 2005: 16-17).
1. Faktor interna
a. perbedaan ras/etnik atau bangsa
bila seseorang dilahirkan dengan ras rang erop maka tidak mungkin ia
memiliki faktor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi
badan setiap bangsa berlainan, pada umumnya orang kulit putih memiliki
ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras mongol.
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan keluarga yang gemuk-
gemuk
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal tahun
pertama kehidupan da masa remaja
d. Jenis kelamin
Wanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki-laki. Pada masa pubertas
wanita umumnya tumbuh lebih cepat dari pada laki-laki dan kemudian
seteah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.
e. Kelainan genetic
Sebagai salah satu contohn: Achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme,
sedangkan sindrom marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang
berlebihan.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pasa sindrom down’s dan sindrom turner’s
2. Faktor eksternal / lingkungan
a. faktor prenatal
1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhn janin
2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot.
3) Toksik / zat kimia
Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan
congenital seperti palatoskisis
4) Endokrin
Diabetes militus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegli dn
hiperplasi adrenal.
5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spinabifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan
jantung
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS (Penyakit
Menular Seksual) serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan
kelainan janin seperti katark, bisu, tuli, mikrosefali, retradasi mental
dan kelainan jantung kongenital
7) Kelainn imunologi
Eritoblastosis vitlis timbul atas dasar perbedaan golongan darahan antara
jnin dan ibu sehingga ibu membentuk ntibodi terhadap sel
darahmerh janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya akan mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak
8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan funsi plasenta
menyebabkan pertumbuha terganggu
9) Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain
b. Faktor persalinan
Kompikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar dikelompokkan
kedalam 3 kelompok, yaitu :
Pemenuhan kebutuhan emosi (asih) ini dapat dilakukan sedini mungkin yaitu
dengan mendekapkan bayi pada ibunya sesegera mungkin setelah lahir.
Yang dimaksud dengan stimulasi disini adalah perangsangan yang datang dari
lingkungan luar anak antara lain berupa latihan atau bermain. Stimulasi juga dapat
berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Stimulasi harus
dilaksankan dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan
dapat mengembangkan pola sosialisasinya. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat
diri sendiri seperti mandi, makan, minum, mengosok gigi, BAB dan BAK, dll.
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja dalam satu hari
(24 jam). Dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering. Apabila
buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare,
begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali
dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai
inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare
persisten dan diare kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat
dikelompokkan menjadi :
1) Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
2) Diare persisten
3) Diare Kronik
kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang bersifat
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
sehingga timbul diare. Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang
Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan sulit diserap.
Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertronik. Larutan isotonik,
air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi
dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lender atau darah. Warna tinja makin lama berubah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa atau elektrolit. Bila penderita telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.
Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi
2.Mata cekung
4. Cubitanperut
kembalinya lambat
dehidrasi Diare
persisten
2.Diare selama 14 hari
atau lebih
Disentri
Terdapat darah
dalam tinja
(berak campur darah)
2.4. Konsep Keperawatan Keluarga
2.4.1. Langkah-langkah asuhan keperawatan keluarga
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga (Padila, 2012)
adalah :
a. Data umum
- Nama kepala keluarga
- Alamat dan telepon
- Pendidikan kepala keluarga
- Komposisi keluarga dan genogram
- Tipe keluarga
- Suku bangsa
- Agama
- Status sosial ekonomi keluarga
- Aktivitas rekreasi keluarga
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d. Struktur keluarga
1) Sistem pendukung keluarga
2) Pola komunikasi keluarga
3) Struktur kekuatan keluarga
4) Struktur peran
5) Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
B. Diagnosa keperawatan
Jenis diagnosa ada 3 (Padila, 2012) :
- Aktual
- Resiko
- Potensial
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK PRA SEKOLAH
1. Nama KK : Tn.P
2. Umur : 29 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Batak
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Alamat : Desa Sumber Melati Diski, Kec. Sunggal
7. Komposisi Keluarga
8. Genogram
Tn. P Ny. E
9.
An.
Z
/ : Sudah meninggal
:Laki – Laki
: Perempun
Tinggal serumah
Masyarakat
Pekerjaan
Keluarga besar
Keterangan :
: ada hubungan yang kuat
7. Denah rumah
Ruang Tidur
Tetangga
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Ny. E Tn. P An.Z
Suhu 37 ºc - 37
DO:
-Rumah kurang ventilasi
-Kondisi rumah kurang
pencahayaan
-Keadaan umum baik
Rendah: 1
Menonjolnya 1 1 Karena saat dikaji An. Z tidak
x 1=
2 2
msalah 1 sedang diare
Segera: 2
Tidak segera: 1
Tidak
dirasakan: 0
Skor 5 3
Total 4
Intervensi Keperawatan
IMPLEMENTASI
EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN
PRASCHOOL DENGAN MASALAH DIARE PADA AN.Z DI DESA SUMBER
MELATI DISKI, KEC. SUNGGAL
Diagnose : Resiko kejadian diare berulang pada An. Z di keluarga Tn. P b/d ketidak
mampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Tanggal Evaluasi
Rabu S: Ny.E mengerti tentang Diare
20-01-2021
O: Ny.E mendengar dan menerima konsep dengan baik
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi lain
Kamis
S: Ny.M mengerti tentang membuat larutan gula garam pada An.
21-01-2021
Z
O: Ny.M memberikan feedback dan menerima konsep yang baik
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan dengan intervensi keluarga yang lebih intensif
Tanggal Evaluasi
Jum’at S: Ny.E mengerti dan paham mengajarkan batu efektif
22-01-2021
O: Ny.E menerima penjelasan dengan baik
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Lampiran 1 standar operasional prosedur (sop) batuk efektif
BATUK EFEKTIF
PROGRAM
STUDI NERS
UNIVERSITAS
SARI MUTIARA
INDONESIA
TAHUN 2021
PENGERTIAN Latihan mengeluarkan secret yang terakumulasikan dan
mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan
TUJUAN 1. membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
2. mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic
laboraturium
3. mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
KEBIJAKAN 1. klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi
sekret
2. pemeriksaan diagnostic sputum di laboraturium
PETUGAS Perawat
PERALATAN a. tempat sputum
b. Tissu
c. Stestoskop
d. Hanscoon
e. Masker
f. Air putih hangat dalam gelas
PROSEDUR Tahap prainteraksi
PERALATAN 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
Tahap kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Mempersiapkan klien
3. Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di perut
4. Melatih klien tuberkulosis melakukan napas perut
(menarik napas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta klien tuberkulosis merasakan
mengembangnya perut
6. Meminta klien tuberkulosis menahan napas hingga 3
hitungan
7. Meminta klien tuberkulosis menghembuskan napas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
8. Meminta klien tuberkulosis merasakan mengempisnya
perut
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan
penderita tuberkulosis bila duduk atau di dekat mulut
bila tidur miring)
10. Meminta penderita tuberkulosis untuk melakukan
napas dalam 2 kali, pada inspirasi yang ketiga tahan
napas dan batukkan dengan kuat
11. Menampung lendir ditempat pot yang telah disediakan
tadi
Lampiran 2 Sop Larutan Gula Garam pada Diare
STANDAR KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS SARI
MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
Dilakukan Tidak
dilakukan
7. REFERENSI 1. Al rasyid,harun.moenginah
P.A,untoro.1978. larutan gula
garam untuk dehidrasi
2. Potter, P.A., & Perry,A.G.
(2009). Basic Nursing
essentials for practice (6th ed).
Canada :Mosby Elseiver
DOKUMENTASI