Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA MENANTI


KELAHIRAN/ CHILDBEARING FAMILY

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

PUTRI ANDIKA AYU LESTARI 2019082024069


SELVI PANGLORO 2019082024038
ANA DWI NINGSIH 2019082024056
HARTINI SOKOY 2019082024058

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021

BAB I
TUGAS DAN PERKEMBANGAN KELUARGA MENANTI KELAHIRAN ANAK
PERTAMA

1.1. Pendahuluan
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri,
atau suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan anaknya
(Menurut UU nomor 52 tahun, 2009).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum:
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota.
Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat,
penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat
(Harmoko. 2012).
Keluarga kelahiran anak pertama merupakan keluarga yang menantikan
kelahiran anak pertama yang di persiapkan oleh pasangan baru atau suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama
memberikan perubahan yang besar bagi keluarga sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan bayi dan
berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (Eveyn, 2017).
Masalah kesehatan pada tahap perkembangan keluarga kelahiran anak pertama
salah satunya kurang pengetahuan terhadap perkembangan anak yaitu dari
perawatan anak dan masalah pemberian atau kurangnya asupan gizi yang dapat
menyebabkan turunnya kesehatan anak. Asupan dan penyakit infeksi merupakan
dua hal yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain maka hal ini perlu
diperhatikan khusus agar tidak terjadi masalah gizi buruk dan diare akibat dari
kurangnya pengetahuan ibu dalam memberikan makanan yang terlalu dini
sehingga alat pencernaan belum siap untuk mengolah (Devi, 2010)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan
orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam
satu rumah kelahiran anak pertama merupakan keluarga yang menantikan
kelahiran anak pertama yang di persiapkan oleh pasangan baru atau suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang penting
1.2. Mengidentifikasi Masalah-masalah Kesehatan
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh
keluarga selama setiap tahap perkembangan sehingga dapat memenuhi: Kebutuhan
biologis keluarga, Imperatif budaya keluarga, Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.
Masalah yang terjadi pada tahap ini:
1) Masalah pertama suami merasa diabaikan oleh sang istri. Kelahiran bayi pertama
memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya dalam memenuhi kebutuhan bayi. Pada tahap ini,
ditandai dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian
kedua pasangan tertuju pada bayi.
2) Masalah kedua adalah sering terjadi peningkatan perselisihan dan argumentasi
antara suami dan istri serta terjadinya interupsi yang kontinyu (begitu lelah
sepanjang waktu).
1.3. Peran Asuhan Keperawatan pada keluarga
Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan
dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di
Indonesia.Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di
berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran
pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi
klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Almizra,2016).
Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana
orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi merespon.

perawat mempunyai beberapa peran antara lain :

1) Pemberi informasi
Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala
sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.
2) Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang
kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus
memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun
kelompok dalam masyarakat.
3) Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu,
keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan
tersebut perawat hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu
memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4) Motivator
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku
positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih
berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.
5) Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan
adalah wajib bagi setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan
kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang belum pernah
menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah
satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
6) Penghubung keluarga dengan sektor terkait
Adakalanya masalah kesehatan yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh
faktor penyebab yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor
lain. Dalam hal ini perawat hares menghubungi sektor terkait.
7) Pemberi pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang
professional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan
pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang
dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif'
melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan
masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan,
pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara sungguh-
sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras
dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
8) Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan
kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9) Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data
yang akurat dilakukan suatu intervensi yang tepat.
Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau
bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

Tingkatan Praktik Keperawatan Keluarga

Tingkat I: Keluarga Sebagai Konteks

1. Keperawatan keluarga dikonseptualisasikan sebagai bidang


dimana keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien atau
anggota keluarga.
2. Asuhan keperawatan berfokus pada individu.
3. Keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder &
individu bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan dengan
pengkajian & intervensi
4. Perawat dapat melibatkan keluarga sampai tingkatan tertentu
5. Kebanyakan area spesialis memandang keluarga sebagai
lingkungan sosial yang krusial dari klien, dengan demikian
keluarga menjadi sumber dukungan utama. Ini disebut asuhan
berfokus pada keluarga

Tingkat II: Keluarga Sebagai Penjumlahan Anggotanya

1. Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah anggota


keluarga secara individu, oleh karena itu perawatan diberikan pada
semua anggota keluarga.
2. Model ini dipraktekkan secara implisit dalam keperawatan
kesehatan komunitas.
3. Dalam tingkatan ini, garis depannya adalah masing-masing klien
yang dilihat sebagai unit yang terpisah dari unit yang berinteraksi

Tingkat III: Subsistem Keluarga Sebagai Klien

1. Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima pengkajian dan


intervensi.
2. Keluarga inti, keluarga besar dan subsistem keluarga lainnya adalah
unit analisis dan asuhan.
3. Contoh foci keperawatan adalah hubungananak dan orangtua,
interaksi perkawinan, isu-isu pemberi perawatan, dan perhatian
(concern) pada bonding attachment

Tingkat IV: Keluarga Sebagai Klien

1. Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama


pengkajian atau asuhan.
2. Keluarga menjadi bagian depan dan anggota keluarga secara
individu sebagai latar belakang atau konteks
3. Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi
4. Fokus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi dan
struktur keluarga sama baik dalam berhubungan dengan subsistem
keluarga dalam keseluruhan dan dengan lingkungan luarnya
5. Sistem keperawatan keluarga menggunakan pengkajian klinik lanjut
(advanced) & ketrampilan intervensi berdasarkan pada integrasi
keperawatan, terapi keluarga dan teori system

Ada beberapa model keperawatan keluarga berdasarkan teori diantaranya :

1. Model Lingkungan dari Florence Nigthingale


Florence Nightingale tidak menampilkan secara aktual teori dari
keperawatan atau keperawatan keluarga. Lobo (1995) dalam Friedman
(2004)) merujuk pada pendekatan Nightingale untuk keperawatan sebagai
suatu model lingkungan yang sesuai dengan penekanan pada pentingnya
faktor-faktor lingkungan dalam kesehatan dan kesakitan. Contoh : ia
menuliskan (Nightingale, 1859/1992) “bangunan rumah yang jelek dapat
mempengaruhi kesehatan. Bangunan rumah sakit yang jelek dapat
mempengaruhi timbulnya sakit. Sirkulasi udara yang jelek pasti akan
diikuti oleh kesakitan” (Friedman, 2004) Friedman (2004), Nightingale
mempromosikan perawat kebidanan dan pelayanan kesehatan berbasis
rumah dan menulis catatan keperawatan dimana wanita dilibatkan dalam
asuhan untuk anggota keluarga yang sakit dan pemeliharaan

kesehatan anak-anak dirumah. Dalam suatu dokumennya, “Pelatihan perawat


untuk keluarga yang miskin” (Nightingale, 1949), Ia menuliskan perawat
menyatukan perawatan untuk yang sakit dan perawatan kesehatan dalam
lingkungan rumah. Ia memunculkan perawatan kesehatan kesehatan rumah
dan perawat anak- maternal digabungkan dalam praktek perawatan keluarga
secara keseluruhan sebagai unit pelayanan (1949). Nightingale banyak
membuat upaya untuk menganjurkan menugaskan wanita untuk memberikan
asuhan keperawatan yang baik didalam rumahnya bersamaan dengan
upayanya untuk menciptakan program pelatihan untuk perawat profesional. Ia
mungkin setuju dengan tulisan yang membedakan antara perawatan sebagai
tindakan dan perawatan sebagai suatu profesi dan suatu disiplin yang nyata.

2. Teori Imogene King tentang Pencapaian Tujuan (Interacting Systems


Framework and Middle Rage Theory of Goal Attainment)
Teori Imogene King berusaha menjawab tentang peran perawat dalam
praktik keperawatan dan bagaimana perawat mampu membuat keputusan
dalam praktik sehari-hari. King menggambarkan hal yang penting dalam
praktik keperawatan dengan melihat interaksi perawat - klien dalam
hubungan yang profesional untuk mencapai tujuan. Pada akhirnya
pengembangan teori King dikenal dengan “ Teori Pencapaian Tujuan “
(Christensen & Kenney, 1995) yang dibangun dari beberapa karakteristik
yang saling berinteraksi.
Teori ini juga berfokus pada pemberi dan penerima pelayanan
keperawatan yang berdasar pada pengembangan teori pencapaian tujuan
yang dimulai dari asumsi perawat dalam interaksi dengan klien yang
keduanya merupakan sistem terbuka yang akan selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Teori pencapaian tujuan mengambil simbol interaksi yang
menggambarkan individu sebagai anggota masyarakat, yang akan
bertindak untuk membangun persepsi dan komunikasi melalui simbol-
simbol. (Meleis, 1997). Teori King ini berfokus pada interaksi perawat -
klien dengan pendekatan sistem. Kekuatan pada model ini adalah
partisipasi klien dalam menentukan tujuan yang akan dicapai, mengambil
keputusan, dan interaksi dalam menerima tujuan dari klien. Teori ini
sangat penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan professional. Teori
ini juga dapat digunakan pada individu, keluarga, atau kelompok dengan
penekanan pada psikologi, sosialkultural, dan konsep interpersonal.
Bagaimanapun kondisi psikologi juga dibutuhkan untuk pendekatan yang
holistik.
3. Model Sister Callista Roy tentang Adaptasi (Adaptation Model)
MarrinerTomey (2006) Teori Roy dikenal dengan ”Model Adaptasi Roy”.
Menurut Roy, adaptasi merupakan suatu proses dari seseorang dalam
berperilaku pengeluaran hasil pemikiran dan merasakan sebagai individu
atau kelompok guna menciptakan lingkungan yang terintegrasi. Adaptasi
ini ada karena adanya suatu stimulus. Stimuli umum yang mempengaruhi
adaptasi antara lain: (1) Kultur – Status sosial ekonomi, etnis, sistem
keyakinan; (2) Keluarga- Struktur dan tugastugas; (3) Tahap
Perkembangan – Faktor usia, jenis, tugas, keturunan, dan genetik; (4)
Integritas Modes Adaptif – Fisiologis (mencakup patologi penyakit),
konsep diri, fungsi peran, interdependensi; (5) Efektivitas Cognator –
Persepsi, pengetahuan, ketrampilan; dan (6) Pertimbangan Lingkungan –
Perubahan lingkungan internal atau eksternal, pengelolaan medis,
menggunakan obat-obat, alkohol, tembakau. Terdapat 3 tingkatan adaptasi
pada manusia, diantaranya; stimuli fokal, stimuli kontekstual, dan stimuli
residual (Marriner-Tomey, 2006). Stimuli Fokal yaitu stimulus yang
langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh
kuat terhadap seorang individu. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang
dialami seseorang dan baik internal maupun eksternal yang dapat
mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara
subyektif. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri
tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian
dengan lingkungan yang sukar dialakukan observasi. Tiga proses adaptasi
yang dikemukakan Roy adalah mekanisme koping, pengaturan subsistem,
dan cognator subsistem (Marriner-Tomey, 2006). Mekanisme koping.
Pada sistem ini terdapat dua mecanisme yaitu pertama mekanisme koping
bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut, yang
ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses
yang otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mecanisme koping yang didapat
dimana coping tersebut di peroleh melalui pengembangan atau
pengalaman yang dipelajarinya. Pengaturan subsistem. Merupakan proses
coping yang menyertakan subsistem tubuh yaitu saraf, proses kimiawi dan
sistem endokrin. Cognator subsistem. Proses coping seseorang yang
menyertakan empat sistem pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi
dan informasi, pembelajaran, pertimbangan, dan emosi. Sistem adaptasi
memiliki empat model adaptasi diantaranya; (1) Fungsi Fisiologis; Sistem
adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas

dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis
dan endokrin; (2) Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola
interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain; (3) Fungsi peran;
Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang
dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang
lain; dan (4) Interdependent; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Marriner-Tomey
(2006) Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu: (1) Respon
yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan
atau keseimbangan sistem tubuh manusia; dan (2) Respon yang tidak adaptif

dimana manusia tidak dapat mengontrol dari terminologi keseimbangan


system tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai tujuan yang akan di raih.

4. Model Betty Neuman tentang Sistem Kesehatan (System Model)

Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang


terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara
keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan
adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal
maupun eksternal (MarrinerTomey, 2006). Komponen utama dari model ini
adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu
sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback
sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif
sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga,
komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai
disiplin keilmuan (Marriner-Tomey, 2006) Marriner-Tomey (2006) Tujuan
ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal.
Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem
terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam
maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman
menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki
dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau actual
melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi. Marriner-Tomey (2006)
Neuman menyajikan aspek-aspek model sistemnya dalam suatu diagram
lingkaran konsentris, yang meliputi variabel fisiologi, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual, basic structure dan energy
resources, line of resistance, normal line of defense, fixible line of defense,
stressor, reaksi, pencegahan primer, sekunder, tertier, faktor intra, inter dan
ekstra personal, serta rekonstitusi. Adapun faktor lingkungan, kesehatan,
keperawatan dan manusia merupakan bagian yang melekat paa model ini yang
saling berhubungan dan mendukung ke arah stabilitas sistem. Neuman
meyakini bahwa klien adalah suatu system yang memiliki 5 variabel yang
membentuk system klien, yaitu fisik, psikologis, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual. Neuman juga menjelaskan bahwa klien merupakan cerminan
secara holistic dan multidimensional (Fawcett,2005). Pernyataan tersebut
membuktikan bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing dalam
menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sistem
klien didefinisikan dalam istilah struktur dasar dan lingkaran-lingkaran
konsentrik yang saling, berkaitan. Struktur dasar meliputi pertahanan yang
bersifat umum, garis pertahanan normal dan garis pertahanan fleksibel.

5. Model Dorothea E. Orem tentang Perawatan Diri (Self Care Deficit


Theory of Nursing)
Menurut Orem, asuhan keperawata dilakukan dengan keyakinan bahwa
setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan
dan kesejahteraannya.Oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care
atau Self Care Defisit Teori (Marrey and Tomey, 2006). Ada tiga prinsip
dalam perawatan diri sendiri atau perawatan mandiri. Pertama, perawatan
mandiri yang bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air, makanan,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup
lainnya. Kedua, perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan
tumbuh kembang manusia. Ketiga, perwatan mandiri dilakukan karena
adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegah dan peningkatan
kesehatan. Menurut Orem, perawat dibutuhkan ketika seseorang
membutuhkan asuhan keperawatan karena ketidakmampuan untuk
merawat diri sendiri. Menurutnya, arena kerja perawat adalah membina
dan mempertahankan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien,
menentukan kapan seseorang membutuhkan bantuan atau pertolongan,
memperhatikan respon pasien, memberi pertolongan langsung kepada
individu dan keluarga serta bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Model Orem (1971) menjelaskan bahwa asuhan keperawatan diperlukan
ketika individu dewasa tidak dapat melakukan self care secara penuh untuk
menyokong hidup, memelihara kesehatan, memulihkan dari penyakit atau
injuri atau mengatasi dampak penyakit atau injuri (Orem, 1991). Model
Orem juga mengakomodasikan ketika asuhan keperawatan mungkin
langsung menuju pemberian asuhan keperawatan. contoh : Asuhan
perawatan mungkin langsung menuju orang tua atau wali dari anak yang
sakit. Enam konsep sentral dari model Orem adalah self care, Self Care
Agency, Terapeutic Self Care Demands, Self-Care Deficit, Nursing agency
dan Nursing System (Friedman, 2004).
6. Teori Martha E. Rogers tentang Manusia Seutuhnya (Unitary Human
Beings)
Teori Rogers (1970, 1992) tentang Unitary Human Being mengantar
kita pada pandangan yang baru bagi dunia keperawatan. Perbandingan
antara kesehatan dan penyakit. Fokus dari teori Rogers ini adalah adanya
hubungan timbal balik antara lingkungan dan kesatuan manusia. Pada
lapangan manusia memiliki konsep yang berbeda sebagai individu,
keluarga, kelompok, komunitas atau yang lainnya ke dalam sebuah
integral. Pola lapangan, inti dari ilmu pengetahuan ini, dapat dipahami
sebagai manifestasi dari manusia dan lingkungan (Marey & Tomey, 2006).
Teori dari Martha E. Rogers “Unitary Human Being” menjelaskan suatu
kerangka acuan bagi ilmu keperawatan untuk membedakan pengamatan
pada manusia, hubungan timbal balik manusia dan lingkungan dan praktek
ilmu keperawatan. Dalam konsep ”Science of Unitary Human Being”
perawat ditantang untuk memberikan peranan melalui pengembangan
secara konseptual, teoritis dan praktik. Perawat bertanggung jawab untuk
membuat analisis logis dari kerangka kerja dan generasi serta uji coba dari
teori. Bagaimana perawat menggunakan pengetahuan dari kerangka kerja
yang diperoleh untuk menyediakan layanan kepada masyarakat sepenting
pengetahuan yang dimilikinya. Sintesis bijaksana dari ilmu pengetahuan
dan seni dari keperawatan adalah penting jika kerangka kerja tersebut
berperanan untuk memenuhi perintah profesi dalam menyediakan
pelayanan bagi masyarakat. Semua perawat yang terkait bertanggung
jawab untuk mulai bekerja membuka ide komunikasi, pertanyaan,
tantangan, dan sangkalan yang dihasilkan oleh kerangka dan pelaporan
pekerjaan ilmiah dan praktek didalam literature ilmu perawatan. Inti teori
Martha E. Rogers (Martha Rogers' and The Science of Unitary Human
Beings, 2008) adalah Energy Fields (Bidang Energi), Openness (Terbuka),
Pattern (Pola), dan Pandimensionality.
7. Model Friedman
Proses keperawatan keluarga akan berbeda tergantung pada siapa yang
menjadi focus perawatan. Perbedaan tersebut tergantung pada perawat
dalam mengkonseptualisasi keluarga dalam prakteknya. Perawat yang
memandang keluarga sebagai latar belakang atau konteks individual
pasien, kemudian individu anggota keluarga menjadi focus dan proses
keperawatan adalah berorientasi pada individu sebagai cara yang
tradisional. Perawat yang mengkonseptalisasi keluarga sebagai unit
perawatan, kemusian keluarga sebagai unit atau system adalah focus yang
diinginkan dan ini jarang dilakukan (Friedman, 2004). Perawat keluarga
dalam prakteknya harus menstimulasi individu dan keluarga dan system
keluarga. Hal ini berarti perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan
keluarga harus menerapkan dua jalan, yaitu perawatan pada individu dan
keluarga serta keluarga sebagai sistemnya. Sehingga dalam melakukan
pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
dan evaluasi keperawatan kan lebih komplek dan mendalam (Friedman,
2004).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN
KELUARGA CHILDBEARING

Asuhan keperawatan keluarga adalah proses kompleks yang menggunakan


pendekatan sistematis untuk bekerja dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.
Tahapan proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:

A. PENGKAJIAN
Tahap ini perawat harus mengevaluasi masalah yang ada. Perawat harus terus
menerus mendapatkan informasi dari anggota keluarga yang dibimbingnya.
Pengkajian adalah proses yang berkesinambungan, dilakukan secara terus menerus.
Oleh karena itu, proses ini tidak hanya dilakukan satu kali. Perawat harus mampu
mendeskripsikan kondisi pasien terlebih dahulu dan sekarang sehingga informasi tersebut
dapat digunakan untuk memprediksi perilaku di masa mendatang. Hal-hal yang dikaji
dalam keluarga adalah:
1. Data umum
a. Informasi dasar
Data ini biasanya berupa data tertulis, dan dengan mudah kita dapat
memperolehnya dari Kartu Keluarga (KK). Selanjutnya pada KK kita akan
mendapatkan alamat lengkap, nama kepala keluarga dan anggota keluarga, serta
keterangan dasar berupa susunan keluarga.
Selain itu, perawat perlu menjelaskan jenis keluarga, masalah yang dihadapi,
dan kendala sebelumnya dalam bekerja.
b. Tipe bangsa
Penting untuk memahami ras dan budaya pasien dan keluarganya. Dari budaya
keluarga inilah kita akan memahami bagaimana keluarga mengembangkan
kebiasaan.
c. Agama
Semua agama memiliki peran tertentu dalam pendidikan higiene dan
kesehatan. Memahami keyakinan agama pasien dan keluarganya tidak hanya atas
nama keyakinan agamanya, tetapi juga cara mereka mempraktikkan doktrin atau
keyakinan agama.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga seringkali menentukan bagaimana keluarga
menjaga kesehatan anggota keluarganya. Seseorang dapat memperoleh status
sosial karena pengaruhnya dalam masyarakat atau komunitas. Selain itu,
kebutuhan dan pengeluaran keluarga juga menjadi alasan keadaan ini. Artinya
perawat juga perlu memahami tingkat konsumsi keluarga dan anggotanya.
e. Aktivitas rekreasi keluarga
Hiburan keluarga bisa menentukan tingkat stres keluarga, membuat beban, dan
akhirnya membuat sakit. Namun bentuk hiburannya tidak hanya bisa dilihat dari
tempat berpergian bersama keluarga, tapi juga bisa dilakukan di rumah. Misalnya
nonton TV, membaca buku, mendengarkan musik dan hal-hal menarik lainnya.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Baik dari segi psikologi, masyarakat, ekonomi, budaya dan komposisi,
keluarga secara keseluruhan akan selalu dinamis dan selalu berkembang. Beberapa
hal yang perlu dipelajari pada tahap ini adalah:
a. Tahap perkembangan saat ini
Bagaimana situasi baru keluarga ini? Inilah fokus utamanya. Tidak hanya dari
segi kesehatan, tapi juga dalam segala aspek. Misalnya, karena faktor ekonomi,
anggota keluarga mudah terserang penyakit akibat ketidakmampuan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan pangan yang sehat dan aman.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga dan setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya
masing-masing. Untuk setiap tugas, Anda harus membuat daftar tugas yang sudah
selesai. Dengan cara ini, akan ada tugas yang belum dilakukan. Jika ada beberapa
tugas yang belum diselesaikan, periksa kendala apa yang menyebabkan tugas
tersebut. Lalu apakah tugas itu harus segera diselesaikan atau bisa ditunda.
c. Riwayat keluarga inti
Bagian dari riwayat keluarga inti ini tidak hanya tentang studi riwayat
kesehatan. Adakah riwayat penyakit anggota keluarga dengan risiko yang
berkurang, cara pencegahan penyakit melalui imunisasi, fasilitas medis yang telah
diperoleh, riwayat penyakit yang diderita, dan riwayat perkembangan serta
riwayat penyakit penting dan kejadian terkait kesehatan atau pengalaman.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Riwayat keluarga besar dari suami dan istri juga diperlukan. Ini karena beberapa
penyakit bersifat turun-temurun atau mungkin diturunkan ke keturunan. Jika
sudah bisa dideteksi sejak dini, berbagai tindakan preventif maupun antisipatif
bisa dilakukan.
3. Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi keluarga dalam hal kesehatan. Menciptakan
lingkungan yang positif akan berdampak lebih baik bagi setiap anggota keluarga.
Dalam hal ini, beberapa data lingkungan yang diperlukan untuk mempelajari proses
perawatan di rumah adalah:
a. Karakteristik rumah
Rumah tersebut akan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Oleh karena itu
perawat perlu memperoleh data tentang karakteristik rumah atau kipas angin,
pencahayaan, jumlah jendela, tata letak perabotan, dan letak septic tank dengan
melihat ukuran rumah, tipe rumah, jumlah ruangan dan fungsinya, sirkulasi udara
dan sinar matahari, serta pendingin dan AC Kapasitas dan jenisnya, jarak sumber
air dengan tangki septik, konsumsi makanan olahan, dan konsumsi air minum
rumah tangga.
b. Karakteristik tetangga
Setelah masuk dari dalam rumah, data selanjutnya yang harus dicari adalah
lingkungan sekitar rumah. Perawat perlu mengetahui lingkungan fisik, kebiasaan,
kesepakatan atau peraturan penduduk setempat, dan budaya yang mempengaruhi
kesehatan.
c. Perkumpulan keluarga dan interasi dengan masyarakat
Selain berinteraksi dengan tetangga dan lingkungan RT-RW, setiap orang atau
setiap keluarga tentunya memiliki koneksi masing-masing, baik itu komunikasi,
hobi, pekerjaan, belajar atau bermain dengan teman. Interaksi ini juga dapat
digunakan untuk melacak jalur penyakit pasien. Apakah penyakit berasal dari
pergaulan di luar?
d. Mobilitas geografis keluarga
Salah satu pengembangan keluarga adalah mobilitas geografis. Apakah pasien dan
keluarganya sering berpindah tempat tinggal? Setidaknya pindah dari rumah orang
tua ke rumah sendiri atau jika sedang merantau, di mana pernah menyewa rumah
ataupun sebagai karyawan yang ditugaskan ke kota mana pun.
e. Sistem pendukung keluarga
Tentunya setiap keluarga menyediakan berbagai fasilitas berupa perabotan untuk
keluarga. Fasilitas ini perlu dievaluasi oleh sistem pendukung keluarga. Namun
dalam proses pengolahan datanya hanya dibutuhkan data saja, dan status
kesehatan berapa anggota keluarga yang dibutuhkan agar dapat membantu pasien.
4. Struktur keluarga
Dari semua struktur keluarga, perawat harus memiliki data. Data yang dibutuhkan
untuk proses perawatan di rumah ini adalah:
a. Metode komunikasi keluarga
Perawat diminta untuk mengamati satu sama lain dari semua anggota
keluarga. Apakah komunikasi dalam keluarga berfungsi dengan normal atau harus
terus berjalan. Komunikasi yang baik mudah dikenali oleh anggota keluarga,
mereka adalah pendengar yang baik, metode komunikasi yang tepat, pesan yang
jelas, dan interaksi yang melibatkan emosi.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga diukur dengan peran utama anggota keluarga. Oleh karena
itu, perawat membutuhkan data tentang siapa yang berperan utama dalam
pengambilan keputusan untuk keluarga, mengatur anggaran, tempat tinggal,
tempat kerja, mendidik anak, dll.
c. Struktur peran keluarga
Setiap anggota keluarga bisa berperan. Tidak ada anggota keluarga yang
dipisahkan dari orang tua atau anak. Meskipun tidak diperlukan persetujuan
sebelumnya, peran tersebut akan berjalan secara otomatis. Perawat perlu
memahami semua peran ini dan bagaimana menjalankannya. Jika ada masalah
dengan peran tersebut, yang biasanya akan memberikan pemahaman, menilai
pertumbuhan, pengalaman baru, keterampilan dan pola komunikasi.
5. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga ini juga telah dibahas pada bab sebelumnya. Namun dalam setiap
fungsinya perawat harus menekankan pada beberapa hal dan harus mengetahui hal-hal
tersebut.

a. Fungsi efektif
1) Bagaimana pola kebutuhan dan tanggapan keluarga?
2) Apakah individu tersebut memandang orang lain dalam keluarga?
3) Apakah pasangan yang sudah menikah mampu menggambarkan anggota lain
dan kebutuhan pribadi anggota lainnya?
4) Bagaimana kepekaan di antara anggota keluarga?
5) Bagaimana keluarga menanamkan rasa memiliki terhadap anggota keluarga?
6) Bagaimana anggota keluarga saling percaya, peduli dan mendukung?
7) Bagaimana hubungan keluarga dan interaksi dengan lingkungan?
8) Adakah hubungan khusus yang dekat, pemisahan dan keterikatan antara
anggota keluarga dan anggota keluarga lainnya?
b. Fungsi sosial
1) Bagaimana keluarga membesarkan anak, termasuk mengontrol perilaku sesuai
tingkat usia, menghormati, disiplin, kebebasan dan ketergantungan, hukuman,
memberi dan menerima cinta? Siapa yang paling bertanggung jawab?
2) Budaya apa yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan?
3) Apakah keluarga berisiko tinggi membesarkan anak? Apa saja faktor
risikonya?
4) Apakah lingkungan mendukung perkembangan anak, seperti tempat bermain
dan istirahat di kamar tidur sendiri?
c. Fungsi reproduksi
1) Berapa banyak anak?
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?
3) Metode apa yang digunakan keluarga untuk mengontrol?
6. Stress dan koping keluarga
Pada tahap ini perawat harus mengetahui bagaimana keluarga mengatasi dan
menghadapi stresor, dan strategi apa yang digunakan untuk mengatasi dan
menghadapi stresor tersebut.
7. Pemeriksaan kesehatan
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan perawat adalah data tentang kesehatan
jasmani. Bukan hanya kondisi pasien, tapi juga kesehatan seluruh keluarga. Beberapa
bagian yang harus diperiksa adalah sebagai berikut:
a. Tanda vital
Tanda-tanda penting yang harus diperiksa adalah suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah.
b. Antropometri
Pemeriksaan tersebut meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar perut, lingkar
kepala dan lingkar lengan. Dalam beberapa kasus, berat badan akan berkurang.
c. Pernapasan
Pernapasan yang harus diperiksa meliputi pola pernapasan, bentuk dada saat
menghirup, dan apakah ada suara yang tidak normal saat bernafas.
d. Kardiovaskular
Pada pemeriksaan kardiovaskular ini, biasanya tidak ditemukan kelainan, denyut
nadi cepat dan lemah.
e. Pencernaan
Pemeriksaan pencernaan untuk memeriksa mual dan muntah, buang air besar,
mukosa bibir, anoreksia dan buang air besar.
f. Perkemihan
Perawat memahami jumlah diuresis. Apakah itu menurun atau meningkat.
g. Muskuloskeletal
Melalui pemeriksaan ini, perawat akan mengetahui apakah terlalu banyak output
yang membuat tubuh lemas.
h. Indra
Sensasi yang perlu diperiksa oleh perawat utama adalah mata, hidung, dan telinga.
Itu masih normal atau telah berubah atau tidak normal.
i. Reproduksi
Apakah reproduksi masih berfungsi normal, begitu pula sebaliknya? Kalau tidak,
apa saja gejalanya?
j. Bagaimana kesadaran pasien selama pengobatan? Apa yang menyebabkan
hilangnya kesadaran?
8. Harapan keluarga
Pada bagian ini perlu diuraikan tentang harapan keluarga pasien terhadap penyakit
pasien. Selain itu sebagai penunjang dan motivasi perawat juga perlu mengetahui apa
yang diharapkan keluarga pada perawat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS


Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis dari kepekaan manusia terhadap
penyakit kesehatan atau proses kehidupan atau terhadap tanggapan individu, keluarga,
kelompok atau komunitas. Diagnosa keperawatan yang dapat diambil berdasarkan
masalah keluarga dengan kelahiran anak pertama menurut SDKI, yaitu :
1. Defisit pengetahuan / D.0111
2. Gangguan tumbuh kembang / D.0106
3. Resiko gangguan perkembangan / D.0107
4. Resiko gangguan pertumbuhan / D.0108
5. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua / D.0122
6. Pencapaian peran menjadi orang tua / D.0126
7. Resiko gangguan perlekatan / D.0127
8. Resiko proses pengasuhan tidak efektif / D.0128
9. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif / D.0117
10. Ansietas / D.0080
11. Resiko defisit nutrisi / D.0019

Diagnosa Prioritas Keperawatan Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama, yaitu :

1. Defisit pengetahuan / D.0111


2. Resiko gangguan perlekatan / D.0127
3. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua / D.0122
4. Resiko deficit nutrisi / D.0019
C. RENCANA INTERVENSI
1. Defisit pengetahuan / D.0111
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383)
a. Obesrvasi
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
b. Terapeutik
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c. Edukasi
1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
2. Resiko gangguan perlekatan / D.0127
Intervensi : Promosi Perlekatan ( I.10342 )
a. Observasi
1) Monitor kegiatan menyusui.
2) Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan ASI.
3) Identifikasi payudara ibu.
4) Monitor perlekatan saat menyusui
b. Terapeutik
1) Diskusikan dengan ibu masalah selama proses menyusui.
c. Edukasi
1) Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi.
2) Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat menyentuh
payudara ibu.
3) Ajarkan ibu agar bayi yang mendekati kearah payudara ibu dari bagian bawah.
4) Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan jarinya sepertu huruf
“ C”.
5) Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut bayi terbuka lebar sehingga
areola dapat masuk dengan sempurna.
6) Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui.
3. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua / D.0122
Intervensi :
a. Peningkatan kelekatan
1) Menjelaskan kepada ibu pentingnya kedekatan secara fisik dengan bayi
misalnya kontak kulit, menyusui, menggendong bayi dan tidur di dekat bayi
2) Menjelaskan kepada ibu cara menyediakan kontak kulit seperti metode
kanguru, pemijatan pada bayi dan menemani saat mandi
b. Peningkatan efikasi diri ibu
1) Mengeksplorasi tingkat pengetahuan ibu mengenai kemampuannya
melaksanakan asuhan pada bayinya
2) Memberikan informasi mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh
ibu
3) Memberikan dukungan kepada orang tua terkait dengan kepercayaan dirinya
dalam melakukan tindakan dan pengambilan keputusan
c. Perawatan bayi premature
1) Memberikan informasi actual terhadap orang tua bayi mengenai kondisi bayi
dan kebutuhan perawatannya
2) Mengajarkan tentang bonding / kelekatan antara orang tua dan bayi
3) Mengajarkan orang tua dalam memberikan stimulus pada bayi (pendengaran
dan penglihatan) untuk mendeteksi dini adanya gangguan pada pendengaran
atau penglihatan
4) Menyediakan informasi kepada orang tua terkait dengan kebutuhan nutrisi
bayinya
d. Pengajaran : nutrisi 0-3 bulan
1) Berikan informasi kepada orang tua untuk memberikan makan hanya ASI
selama 6 bulan
e. Pengajaran : stimulasi 0-4 bulan
1) Deskripsikan kepada orang tua mengenai perkembangan bayi normal
2) Anjurkan orang tua untuk mengajak bayinya berbicara, tersenyum atau
bernyanyi saat memberikan perawatan
3) Anjurkan orangtua untuk memberikan bayi mainan gemerincing untuk
menstimulasi pendengarannya
4. Risiko Defisit Nutrisi (D.0019)
Intervensi : Manajemen nutrisi (I.03119)
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
4) Monitor asupan makanan
5) Monitor berat badan
6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
1) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
2) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
c. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Anjurkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
BAB III
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP
PERKEMBANGAN KELUARGA CHILDBEARING

A.Pengkajian

Data Umum

1. Nama Kk: Tn. A


2. Alamat : Sentani
3. Pekerjaan kk : Nelayan
4. Pendidikan kk : SMP
5. Komposisi keluarga

Hubungan
Jenis Status
No Nama Dgn Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Kesehatan
Keluarga
1. Tn A L Suami 23 SMP Nelayan Sehat
TD : 110/80
mmhg
ND: 80 x/m
SB: 36,5 C
RR:20x/m

2. Ny. H P Istri 23 SMP IRT Sehat


TD : 90/60
mmhg
ND: 65x/m
SB: 36,5 C
RR:20x/m
Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah

6. Type keluarga
Tipe keluarga Tn.A adalah keluarga inti karena hanya ada suami dan istri
7. Suku : jawa
8. Agama : islam
9. Status sosial : Rp. 2.000.000
10. Rekreasi :
Tn.A mengatakan tidak mempunyai jadwal khusus untuk bereaksi, jika sedang jenuh
Tn.A dan keluarganya biasa meluangkan waktu untuk berjalan-jalann menonton, serta
mengobrol dengan tetangga sekitar rumah dan merasa jenuh berkurang. Sedangkan
Ny. H mengatakan menghilangkan jenuhnya dengan kumpul bersama keluarga,
tetangga serta teman-temannya
11. Riwayat tahap perkembangan
1. Tahap perkembangan keluarga
Keluarga dengan tahap perkembangan childbearing
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi hanya saja pada
tahap ini keluarga mempersiapkan diri menjadi figure orang tua
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Keluarga memiliki Riwayat keturunan diabetes militus tipe 2 serta Riwayat
anemia
4. Riwayat Kesehatan keluarga sebelumnya
Sebulan sebelumnya pernah terkena anemia
12. Keadaan lingkungan
1. Karakteristik rumah
Tumah dengan lebar 4 meter dan Panjang 5 meter, terdiri dari 1 kamar tidur, , 1
kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu
Tipe bangunan : bangunan permanen
Ventilasi : sinar matahari yang masuk cukup karena disetiap ruangan
menggunakan jendela
Kebersihan ruang : barang yang dimiliki tertata dengan rapih dan tidak ada barang
yang dibiarkan tertumpuk
Sumber air : sumber air pam

Denah rumah

KT KT

Ruang Tamu Dapur

13. Keadaan komunitas


Dilingkungan keluarga Tn. A adalah lingkungan padat penduduk dengan jarak yang
berdekatan dengan tetangga, rata-rata tetangga sudah memiliki rumah permanen,
tetangga Tn. A rata-rata adalah berstatus ekonomi menengah ke bawah, kebanyakan
bekerja sebagai seorang nelayan .
Interaksi dengan komunitas
Interaksi antara tetangga terjalin baik, tidakada lingkungan serta budaya apapun yang
mempengaruhi kesehatan lingkungan. Bila ada waktu senggang Tn.A biasa sering
mengobrol dengan tetangga.
14. Sistem pendukung keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Didalam keluarga Tn.A yang paling dominan berbicara adalah Tn.A sedangkan
anggota keluarga yang lainnya menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol,
berdiskusi, bertukar pendapat tentang permasalahan yang di hadapi.
2. Struktur peran
Tn.A didalam keluarganya ia mengatakan bahwa berperan sebagai kepala
keluarga yang memegang peranan dalam menentukan keputusan yang akan
dianbil dalam keluarga. Ny H mengatakan bahwa suaminya sangat perhatian
dalam keluarga mereka dan tn a selalu menanyakan pendapat Ny.H sebelum Tn.A
mengambil keputusannya.
3. Norma keluarga
Tn.A mengaku bahwa segala yang terjadi adalah karena kehendak tuhan seperti
halnya percaya bahwa penyakit bisa diobati dan tidak ada hubungannya dengan
guna-guna .

15. Fungsi keluarga


1. Fungsi afektif
Dalam keluarga Tn.A mengatakan bahwa ia dan Ny.H saling bertukar pendapat
dan mengharga pendapat masing-masing sambal mecari jalan keluar yang terbaik,
Tn.A sangat menghargai Ny.H dalam menggambil keputusan begitupun
sebaliknya, didalam keluarga Tn.A keduanya memiliki interaksi yang baik antar
tetangga dengan mengikuti aktifitas atau kegiatan bersama dilingkungan tempat
tinggal mereka seperti mengikuti pengajian ataupun kerja bakti.
2. Fungsi sosial
Lingkungan tempat tinggal Tn.A tidak memiliki tempat bermain yang luas dan
mendukung dalam perkembangan anak dikarenakan jarak antar rumah yang
sangat berdekatan dan tidak tersediannya lingkungan yang mendukung
perkembangan anak.
3. Fungsi keperawatan Kesehatan
Jika ada dalam keluarga Tn.A sakit biasanya Tn.A memberikan obat yang dapat
dibelinya diapotek dan apabila sakitnya tidak kunjung membaik Tn.A akan
membawa keluarganya menuju fasilitas Kesehatan terdekat untuk mendapatkan
bantuan lanjutan dengan menggunakan jaminan Kesehatan yang dimiliki oleh
keluarga.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.A memutuskan untuk mengikuti anjuran pemerintah dengan
memiliki 2 anak, menggunakan kb untuk mengontrol jarak kehamilan, hubungan
suami istri masih tetap.
5. Fungsi ekonomi
Penghasilan Tn.A sebagai nelayan dikatakan pas-pasan apalagi dalam menyambut
kesiapan sebagai orang dua yang anaknya akan lahir.

16. Stress dan koping keluarga


1. Stressor yang dimiliki
Selama kehamilan Ny.H memasuki usia ke 8 bulan, Ny.H selalu merasa lelah dan
tampak pucat dikarenakan menderita penyakit anemia
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga berusaha meningkatkan kondisi Ny H dengan menganjurkan untuk
istirahat yang dukup serta meningkatkan nutrisi yang baik untuk meningkatkan
kadar darah dalam tubuh, mengkonsumsi tablet tambah darah, namun keluarga
mengatakan keterbatasan ekonomi menyebabkan mereka jarang melakukan
pemeriksaan ke dokter maupun bidan.
3. Stress koping yang dilakukan
Keluarga berusaha melakukan yang terbaik yang mereka bisa untuk meningkatkan
status kesehatan Ny.H dan selalu berdiskusi dalam pengambilan keputusan.
4. Strategi adaptasi yang disfungsi
Tn.A kadang menegur Ny.H karena tidak beristirahat dengan cukup dan hanya
bertanya kepada orang-orang tua yang sudah berpengalaman sebelumnya karena
keluraga Tn.H tidak mampu melakukan pemeriksaan rutin ke dokter ataupun
bidan.

17. Pemeriksaan fisik (head to toe)


a. Kepala
Inspeksi

Tn.A Ny.H
Rambut bewarna hitam, tidak tampak ada Rambut bewarna nitam, tidak tampak
lesi, rambut tampak bersih, potongan adanya lesi,rambut tambak bersih terawat,
rambut pendek, rambut kuat dan terawatt kuat dan Panjang, distribusi rambut
distribusi rambut merata merata

Palpasi
Tn. A Ny.H
Tidak teraba adanya pembengkakan,tidak Tidak teraba adanya pembengkakan,
ada masa, tidak ada nyeri tekan tidak ada masa, tidak ada pembengkakan

b. Mata

Tn. A Ny.H
Konjungtiva baik tidak pucat, sklera putih Konjungtiva anemis, sklera putih, pupil
ada ada warna kuning, otot mata baik isokor, tampak kehitaman pd area
bergerak mengikuti jari perawat ke 8 arah mata,otot mata baik karena mampu
mengikuti jari perawat ke 8 arah.

c. Telinga

Tn. A Ny.H
Tidak ada lesi, simetris, tidak ada massa, Tidak ada lesi, simetris, tidak ada massa,
tidak terdapat kotoran dapat mendengar tidak terdapat kotoran dapat mendengar
dengan baik, tidak terdapat nyeri tekan dengan baik, tidak terdapat nyeri tekan

d. Hidung dan sinus-sinus

Tn. A Ny.H
Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak
tampak adanya massa, lessi, kemerahan, tampak adanya massa, lessi, kemerahan,
tidak terdapat nyeri tekan pada maksilaris, tidak terdapat nyeri tekan pada
frontalis, etmosialis dan spenoidalis maksilaris, frontalis, etmosialis dan
spenoidalis

e. Mulut dan faring


inspeksi

Tn. A Ny.H
Warna bibir pink, tidak ada ;essi, tidak Warna bibir pink, tidak ada ;essi, tidak
ada ulkus, keadaan gigi baik tidak tampak ada ulkus, keadaan gigi baik tidak tampak
adanya caries gigi, tidak ada bengkak, adanya caries gigi, tidak ada bengkak,
tumor, peradangan dan ulkus, ovula tumor, peradangan dan ulkus, ovula
tampak simetris, tidak tampak adanya tampak simetris, tidak tampak adanya
pembesaran atau peradangan pembesaran atau peradangan
f. Leher
inspeksi

Tn. A Ny.H
Warna kulit merata, tidak tampak adanya Warna kulit merata, tidak tampak adanya
lessi, peradangan, pembengkakan ataupun lessi, peradangan, pembengkakan ataupun
massa,tidak tampak adanya distensi vena massa,tidak tampak adanya distensi vena
jugularis jugularis

Palpasi

Tn. A Ny.H
Tidak teraba adanya pembesaran limfe, Tidak teraba adanya pembesaran limfe,
tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid,
tidak teraba massa tidak teraba massa

g. Dada dan paru-paru


Inspeksi

Tn. A Ny.H
Bentuk dada simetris, dada simetris antara Bentuk dada simetris, dada simetris
kanan dan kiri, freq napas 20 kali/ menit, antara kanan dan kiri, freq napas 20 kali/
napas normal, tidak tampak penggunaan menit, napas normal, tidak tampak
otot napas tambahan penggunaan otot napas tambahan,
tampak putting membesar serta aerola
menghitam.

Palpasi

Tn. A Ny.H
Tidak teraba adanya nyeri tekan, tidak Tidak teraba adanya nyeri tekan, tidak
teraba adanya massa teraba adanya massa

Perkusi

Tn. A Ny.H
Bunyi perkusi paru sonor, lokasi paru Bunyi perkusi paru sosnor, lokasi paru

Auskultasi
Tn. A Ny.H
Bunyi suara napas vesikuler tidak ada Bunyi suara napas vesikuler tidak ada
bunyi napas tambahan bunyi napas tambahan

Jantung

Tn. A Ny.H
Inspeksi : bentuk dada simetris Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : teraba denyut apeks Palpasi : teraba denyut apeks
Perkusi : bunyi perkusi jantung redup, Perkusi : bunyi perkusi jantung redup,
lokasi jantung lokasi jantung
Auskutasi : bj I dan bj ii terdengar Auskutasi : bj I dan bj ii terdengar

Payudara dan ketiak

Tn. A Ny.H
Inspeksi : tampak simetris, tidak tampak Inspeksi : tampak simetris, tidak tampak
adanya lessi, massa dan tumor adanya lessi, massa dan tumor, mamae
Palpasi :tidak adanya nyeri tekan, tidak tampak membesar
teraba adanya massa,tidak teraba adanya Palpasi :tidak adanya nyeri tekan, tidak
benjolan teraba adanya massa,tidak teraba adanya
benjolan

Abdomen

Tn. A Ny.H
Inspeksi: warna kulit merata, bentuk Inspeksi: warna kulit merata, bentuk
abdomen simetris abdomen simetris
Palpasi : hepar teraba, lien teraba, ginjal Palpasi : tinggi fundus uteri 28 cm,
teraba, tidak ada distensi kandung kemih, belum masuk dalam PAP
Perkusi : bunyi perkusi absomen tympani Perkusi : bunyi perkusi absomen tympani
Auskultasi : peristaltic usus terdengar Auskultasi : peristaltic usus terdengar, djj
janin 140x/menit

Lengan dan tungkai

Tn. A Ny.H
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri, Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri,
tidak tampak adanya lessi, tidak tampak tidak tampak adanya lessi, tampak
adanya pembengkakan adanya oedem
Palpasi : tidak teraba adanya nyeri tekan , Palpasi : tidak teraba adanya nyeri
crt kurang dari 3 detik tekan , crt lebih dari 3 detik

HARAPAN KELUARGA

Keluarga berharap Ny.H dapat melahirkan dengan normal serta anak yang dilahirkan pun
dalam keadaan sehat

ASKEP KEP KELUARGA

1.analisa data

Ny.H mengatakan Riwayat menderita anemia

Ny.H sering lupa mengkonsumsi tablet tambah darah

Ny.H mengatakan jarang melakukan ANC karena keterbatasan biaya

Ny.H mengatakan belum mengetahui mengenai persiapan kelahiran

Ny.H tidak mengetahui bagaimana cara menyusui yang baik dan benar

Tn.A mengatakan ini anak pertama

Tampak Ny.H belum mengetahui mengenai perawatan payudara

2. Klasifikasi Data

Data Masalah
DS : 1. Kesiapan peningkatan menjadi orang
Tn A mengatakan ini anak pertama tua / D.0122
Ny.H mengatakan belum mengetahui
mengenai persiapan kelahiran
DO :
Tampak Tn A dan Ny H belum
mempersiapkan diri menjadi orang tua

DS :Ny H tidak mengetahui bagaimana cara 2. Resiko gangguan perlekatan / D.0127


menyusui yang baik dan benar
DO:
Tampak Ny H belum mengetahui mengenai
perawatan payudara

DS :Ny H mengatakan Riwayat menderita 3. Risiko Defisit Nutrisi (D.0019)


anemia
Ny H mengatakan jarang melakukan ANC
karena keterbatasan biaya
DO:
Pasien tampak konjungtiva anemis
tampak mengkonsumsi makanan yang tidak
seimbang
n data Tujuan dan intervensi implementasi evaluasi
o kriteria hasil
1 Kesiapan peningkatan Setelah a. Peningkatan kelekatan a. Meberikan peningkatan kelekatan
dilakukan kepada keluarga
menjadi orang tua / 1) Menjelaskan kepada ibu
Tindakan
D.0122 keperawatan pentingnya kedekatan 1) Memberikan penjelasan
selama 1x24 kepada keluarga pentingnya
secara fisik dengan bayi
jam keluarga kedekatan secara fisik
DS :
mampu misalnya kontak kulit,
tn a mengatakan ini anak
memahami
pertama menyusui, menggendong
kesiapan
Ny h mengatakan belum
menjadi orang bayi dan tidur di dekat
mengetahui mengenai
tua
persiapan kelahiran bayi
Dengan
DO :
Kriteria hasil : 2) Menjelaskan kepada ibu
Tampak tn a dan ny h
-Peningkatan
belum mempersiapkan diri cara menyediakan kontak
kelekatan
menjadi orang tua
-Peningkatan kulit seperti metode
afeksi ibu
kanguru, pemijatan pada
- Perawatan
bayi dan menemani saat
bayi premature
mandi
b. Peningkatan efikasi diri ibu
2) Memberikan ibu penjelasan
1) Mengeksplorasi tingkat
pentingnya kontak kulit pada
pengetahuan ibu mengenai bayi
kemampuannya
melaksanakan asuhan pada
bayinya
2) Memberikan informasi
mengenai tindakan-
tindakan yang akan
dilakukan oleh ibu
3) Memberikan dukungan
kepada orang tua terkait
dengan kepercayaan
dirinya dalam melakukan
tindakan dan pengambilan
keputusan
c. Perawatan bayi premature
1) Memberikan informasi
actual terhadap orang tua
bayi mengenai kondisi
bayi dan kebutuhan
perawatannya
2) Mengajarkan tentang
bonding / kelekatan antara
orang tua dan bayi
3) Mengajarkan orang tua
dalam memberikan
stimulus pada bayi
(pendengaran dan
penglihatan) untuk
mendeteksi dini adanya
gangguan pada
pendengaran atau
penglihatan
4) Menyediakan informasi
kepada orang tua terkait
dengan kebutuhan nutrisi
bayinya
d. Pengajaran : nutrisi 0-3 bulan
1) Berikan informasi kepada
orang tua untuk
memberikan makan hanya
ASI selama 6 bulan
e. Pengajaran : stimulasi 0-4
bulan
1) Deskripsikan kepada orang
tua mengenai
perkembangan bayi
normal
2) Anjurkan orang tua untuk
mengajak bayinya
berbicara, tersenyum atau
bernyanyi saat
memberikan perawatan
3) Anjurkan orangtua untuk
memberikan bayi mainan
gemerincing untuk
menstimulasi
pendengarannya

2 Resiko gangguan Promosi Perlekatan ( I.10342 ) Memberikan Tindakan promosi


pelekatan
perlekatan / D.0127 a. Observasi
1) Monitor kegiatan
DS :Ny h tidak mengetahui
menyusui.
bagaimana cara menyusui
yang baik dan benar 2) Identifikasi kemampuan
DO:
bayi menghisap dan
Tampak ny h belum
mengetahui mengenai menelan ASI.
perawatan payudara
3) Identifikasi payudara ibu.
4) Monitor perlekatan saat
menyusui
b. Terapeutik
1) Diskusikan dengan ibu
masalah selama proses
menyusui.
c. Edukasi
1) Ajarkan ibu menopang
seluruh tubuh bayi.
2) Anjurkan ibu melepas
pakaian bagian atas agar
bayi dapat menyentuh
payudara ibu.
3) Ajarkan ibu agar bayi yang
mendekati kearah
payudara ibu dari bagian
bawah.
4) Anjurkan ibu untuk
memegang payudara
menggunakan jarinya
sepertu huruf “ C”.
5) Anjurkan ibu untuk
menyusui pada saat mulut
bayi terbuka lebar
sehingga areola dapat
masuk dengan sempurna.
6) Ajarkan ibu mengenali
tanda bayi siap menyusui.

3 Risiko Defisit Nutrisi Manajemen nutrisi (I.03119) Memberikan management nutrisi


(D.0019) a. Observasi a. Mengobservasi status gizi
1) Identifikasi status nutrisi b. Memberikan diit TKTP
2) Identifikasi alergi dan c. Memberikan edukasi
intoleransi makanan pemberiaan diit yang baik
3) Identifikasi kebutuhan d. Melakukan kolaborasi dengan
kalori dan jenis nutrien tim gizi dalam pemenuhan
4) Monitor asupan makanan nutrisi ibu hamil
5) Monitor berat badan
6) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
b. Terapeutik
1) Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
2) Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
c. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
2) Anjurkan diet yang
diprogramkan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

AW, Della. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum.
Sumber : http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/1050/1/KTI%20DELLA%20ARISTA
%20WIBAWATI.pdf Diakses pada tanggal 26 Februari 2021.
Effendy, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. EGC.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke
5. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. Undang-Undang RI nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan perkembangan keluarga, pada pasal 21 ayat 1. Jakarta: Kemenkes;
(2009).
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Devi, N. (2010). Nutrition and Food, Jakarta : PTKompas Media Nusantara.
Almirza, A., Supriyadi, & Hamid, M. A. (2016). Peran perawat dalam pelaksanaanprogram
perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) di Puskesmas Sukowono Kabupaten
Jember. Diperoleh tanggal 06 Februari 2018 dari http://digilib.unmuhjember.ac.id
Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Christensen, Kenney. (2009). Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Ed.4.
Jakarta:EGC.
Alligood,MR & Tomey,A.M. (2006). Nursing Theories and their work, 7 th edn, Mosby
Elsevier,St. Louis, Missouri.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga
(Riset, teori, dan praktik) Edisi 5. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai