Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

SHARTINI ARSYAD

NH0116161

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDINMAKASSAR

FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya tugas
laporan pendahuluan Asuhan keperawatan keluarga ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Laporan
individu sebagai syarat lulus KKN.
Namun saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
masih terdapat banyak kekurangan karena dibatasi oleh signal untuk mencari
Referensi , karena itu saya sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan Laporan Pendahuluan ini
selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pangkep,Februari 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan pada
unikeluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas
adalah klien atau resipien keperawatan. Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat, merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan dirumah
sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga.secara empiris
dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan
keluarga menjadi sangat berhubungan atau sgnifikan,
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat sehingga dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga , perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenui kebutuhan
individu ,dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-
nilai kebudayaan yang diterapkan oleh keluarga sehingga pelayanan kesehatan
dapat berjalan dengan baik.
2. Tujuan
Tujuan umum
1. Mengetahui konsep keluarga

Tujuan khusus

1. Mengetahui konsep keperawatan keluarga


LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA

1.1 Konsep Keluarga


1.1.1 Defenisi Keluarga
Defenisi keluarga antara lain :
1.1.1.1 Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi,
seperti ikatan darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan
social (hidup bersama) dan adanya hubungan psikologi (ikatan
emosiaonal).
1.1.1.2 Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta dari tiap anggota keluarga.
1.1.1.3 Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI,1988) dikutip dalam (Muhith, A &
Siyoto, 2016).

1.1.2 Definisi Keperawatan Keluarga


Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai focus pelayanan dan melibatkan
anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Depkes RI, 2010, dikutip dalam
(Kholifah, S, N. Widagdo, 2016).

1.1.3 Sasaran Keperawatan Keluarga


1.1.3.1 Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarg adalam kondisi
tidak mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan
antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan
tahapan tumbuh kembang kelurga. Focus intervensi keperawatan
terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
1.1.3.2 Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga resiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih
anggota keluarg amemerlukan perhatian khusus dan memiliki
kebutuhan unutk menyesuaikan diri, terkait siklusperkembangan
anggota keluarga dan keluarga dengan faktor resiko penurunan
status kesehatan.
1.1.3.3 Keluarga yang memerlujkan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan yang memerlukan tindak
lanjut pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya pasien
pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degenerative,
tinfakan pembedahan, dan penyakit terminal Depkes RI, 2010,
dikutip dalam (Kholifah, S, N. Widagdo, 2016).

1.1.4 Tipe Keluarga


Berbagai tipe keluarga adalah sebagai berikut:

1.1.4.1 Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini:

 The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri


atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak
angkat.
 The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu ketahui, keluarga
ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak.
 Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
 Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang
tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
 Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga
Indonesia terutama di daerah pedesaan.
 Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
 Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang
pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
1.1.4.2 Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional,
tipe keluargaini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa
tipe sebagai berikut:
 Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri
atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
 Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
 Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan
jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan
suami istri.
 The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
 Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
1.1.5 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini:
1.1.5.1 Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan
fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial
yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota
keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan
menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.
1.1.5.2 Fungsi sosialisasi dan penempatan social
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur
hidup, karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka
sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang
mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau
perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari
interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
1.1.5.3 Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
1.1.5.4 Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
1.1.5.5 Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian
yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
 Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
 Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga.
 Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
 Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
 Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

1.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga


Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga sebagai berikut:

1.1.6.1 Keluarga baru menikah atau pemula/beginning family

Tugas perkembangannya adalah:

 Membangun perkawinan yang saling memuaskan


 Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok social
 Mendiskusikan rencana memiliki anak
1.1.6.2 Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga
dengan anak baru lahir/child bearing familiy
Tugas perkembangannya adalah:
 Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga
 Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
 Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek
1.1.6.3 Tahap ketiga adalah keluarga dengan anak prasekolah
Tugas perkembangannya adalah:
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan;
 Mensosialisasikan anak
 Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain
 Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di
luar keluarga.
1.1.6.4 Tahap ke empat adalah keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
 Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
 Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
1.1.6.5 Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
 Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
 Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
 Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
1.1.6.6 Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
 Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
 Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
 Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri
1.1.6.7 Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
 Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak-anak
 Memperkokoh hubungan perkawinan
1.1.6.8 Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
 Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
 Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
 Mempertahankan hubungan perkawinan
 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
 Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).
1.1.7 Karakteristik keluarga sebagai sistem
Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu
sistem (Harmoko, 2012).
1.1.7.1 Pola komunikasi keluarga
Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu
sistem terbuka dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola
komunikasi dilakukan secara langsung, jelas, spesifik, tulus,
jujur dan tanpa hambatan. Sedangkan pola komunikasi seitem
tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak
selaras, saling menyalahkan, kacau dan membingungkan.
1.1.7.2 Aturan keluarga
 Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman
berubah sesuai kebutuhan keluarga dan bebas mengeluarkan
pendapat.
 Sistem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai
perkembangan zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan
pendapat terbatas.
1.1.7.3 Perilaku anggota keluarga
 Sistem terbuka: sesuai dengan kemampuan keluarga memiliki
kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri,
percaya diri, mengikat, dan mampu mengembangkan dirinya.
 Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap
(selalu bergantung) tidak berkembang, harga diri, kurang
percaya siri, ragu – ragu dan kurang dapat dukungan untuk
mengambangkan.
1.2 Tingkat Kemandirian Keluarga
1.2.1 Tingkat satu
Keluarga sebagai konteks, dalam tingkat satu keperawatan keluarga
dikonaeptualisasikan sebagai suatu bidang dengan keluarga dipandang
sebagai konteks bagi pasien atau klien menurut Bozzet 1987 dalam buku
(Ali, Zaidin. 2010). Pada tingkat ini keluarga sebagai kelompok primer
klien yang paling penting digambarkan stressor atau sumber bagi klien,
terkait dengan pengkajian interaksi.
1.2.2 Tingkat dua
keluarga sebagai kumpulan dari anggota keluarga dalam praktik
keperawatan tipe ini, dipandang sebagai kumpulan individu anggota
keluarga dikatakan keperawatan keluarga apabila semua anggota keluarga
mendapat perawatan. pada tingkat ini hal yang penting adalah masing-
masing klien dilihat sebagai untit terpisah, bukan unit yang saling
berinteraksi Dobberty dan Camphel 1998 dalam buku (Ali, Zaidin. 2010).
1.2.3 Tingkat tiga
keluarga sebagai kien. Pada tingkat ini keluarga menjadi klien atau fokus
utama pengkajian keperawatan, keluarga dipandang sebgai sistem
berinteraksi, dengan fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal
keluarga, struktru dan fungsi keluarga, dan keluarga dengan lingkungan
luarnya. Fokus dari tingkat tiga adalah keterampilan pengkajian dan
intervensi klinis yang lebih maju berdasarkan integrasi keperawatan, terapi
keluarga dan teori sistem (Ali, Zaidin. 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012). Asuhan keperawatan Keluarga (S. Riyadi, ed.). Yogyakarta:


Pustaka pelajar.

Kholifah, S, N. Widagdo, W. (2016). Keperawatan keluarga dan Komunitas. Jakarta:


PPSDM Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Muhith, A & Siyoto, S. (2016). Pendidikan keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Andi


Offset.

Zaidin, A. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga (F. Ariani, ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai