Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KELUARGA DENGAN USIA PERTENGAHAN

DISUSUN OLEH :
SARINI
NIM : 201901157

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar

pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus

mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam

melakukan fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas

perkembangannya.

Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu

penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi

jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam

pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para

anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup

bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka

tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.

Keluarga usia pertengahan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan  berakhir pada saat dia pensiunan atau salah satu pasangan meninggal. Pada

beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit Karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan

anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dewasa

pertengahan.

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.

b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga usia pertengahan.

c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga usia Pertengahan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social individu-indidu yang

didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya ketergantungan

dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. ( Duval, 1972 ).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah,

hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta

empertahankan kebudayaan. ( SalvicionG. Bailon dan Aracelis Maglaya,1989 ).

Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh

perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga

luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu. (Burgess dan Locke (1992).

B. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya yang positif,

peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.

2. Fungsi Social
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang

menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.

Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi dimana anggota keluarga

belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya

individu maupun keluarga berperan didalam masyarakat.

3. Fungsi Reproduksi

Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumberdaya manusia.

4. Fungsi Ekonomi.

Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian,

perumahan dan lain-lain.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau pemeliharaan kesehatan yang

mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. ( Zaidin Ali,1999 ).

C. Tipe Keluarga

1. Nuclear Family

Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan dan tinggal

alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.

2. Extended Family

Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah

dan saling menunjang satu sama lainnya.

3. Single Parent Family.

Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-

anak yang masih bergantung padanya.


4. Nuclear Dyatd.

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah

yang sama.

5. Recontituened atau Blended Family

Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing membawa

anak dari hasil perkawinan terdahulu.

6. Tree Generation Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu, anak dalam

satu rumah.

7. Single Adult Living Alone

Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

8. Midle Age Atau Ederly Coople

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.

D. Tugas Keluaga Dalam Bidang Kesehatan

1. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga

Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas Kesehatan

yang ada.

E. Perkembangan Keluarga Usia Pertengahan

1. Definisi
Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar

60-65 tahun (Schaie & Willis,1996 dlm Psikologi Perkembangan). Dewasa

Pertengahan adalah masa – menyesuaikan diri & kesedaran bahawa ia bukan lagi

muda & masa depannya tidak lagi dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yg

tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa krisis, (Craig, 1976). Usia dewasa

tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode perkembangan yang dimulai kira-

kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 60an tahun. (Santrock, 1995)

Keluarga dewasa pertengahan merupakan salah satu tahap usia pertengahan

bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada

saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika

orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan

pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia

pertengahan merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan

orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka

dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya.

Pasangan Postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan

rumah) biasanya tidak terisolasi lagi saat ini, semakin banyak pasangan usia

pertengahan hidup hingga menghabiskan seluruh masa hidupnya dan menghabiskan

sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan hubungan ikatan keluarga

hingga empat generasi, yang merupakan hal yang biasa(Troll, 1971, dalam Friedman,

1988, hal 130).

Dari definisi tentang keluarga usia dewasa pertengahan diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa keluarga usia dewasa pertengahan adalah keluarga yang usianya

40-60 tahun, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pensiun atau kematian salah satu pasangan didalam keluarga.


2. Upaya Meningkatkan Keluarga Bahagia Pada Usia Pertengahan

Sangat diperlukan pasangan suami istri agar mampu menjalani salah satu

periode perkawinan tersebut dengan sukses untuk kemudian menuju usia lanjut,

Cukup banyak pasangan yang merasakan ganjalan atau konflik, baik pada usia dewasa

maupun periode menjelang usia lanjut. Bila konflik itu dibiarkan, katanya,

kemungkinan besar pasangan itu menderita.

Konflik itu juga dapat mengakibatkan mereka stres hingga akhirnya meninggal

tanpa kebahagiaan. Dan  di usia pertengahan ini juga, sebagian pasangan akan terus

berjuang untuk mengatasi konflik mereka, tetapi sebagian nya lagi akan tetap

membiarkan terbengkalai tanpa penyelesaian hingga meninggal. Inilah alasannya

sehingga kita perlu mempelajari lebih mendalam dan meluas mengenai perkembangan

perkawinan, khususnya ditinjau dari seksologi. Kita harapkan suami istri akan mampu

menjalani periode ini dengan sukses untuk menuju usia lanjut."

Ada banyak faktor yang diperlukan pasangan suami istri untuk mendapatkan

kebahagiaan pada usia pertengahan, salah satunya adalah faktor fisik. Karena itu, tiap

pasangan disarankan untuk memeriksakan kesehatannya kepada dokter secara teratur

sehingga ada keyakinan bahwa mereka tidak mengalami gangguan penyakit, seperti

jantung koroner, hipertensi, dan diabetes melitus.

Pola hidup yang baik sesuai dengan aturan kesehatan dan kebahagiaan dan

penting untuk dilakukan. Psikoseksual, juga salah satu faktor penting untuk mereka

perhatikan karena pada usia menjelang lanjut, mereka sering jenuh dalam hubungan

suami istri.

Ketertarikan yang dulu dirasakan besar belakangan menjadi dingin. Ini penting

dicari penyebabnya, apakah fisik, psikologis, atau seksual, hingga kehangatan antara

mereka berdua dapat dipulihkan.


3. Karakteristik Keluarga Dewasa Pertengahan

Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian

perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan istri

(lebih merata), dan pada peran (diferensi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan

Korman, 1989, dalam Friedman 1988).

Pada tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah-masalah

penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa

mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas

apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus-siklus

kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan

bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung dan

terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman, 1989, dalam Friedman

1988).

4. Masalah Yang Biasa Ditemukan Oleh Keluarga Usia Pertengahan

Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang dapat

terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :

a. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu luang

dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga yang tidak

teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti

merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining

kesehatan preventif.

b. Masalah-masalah hubungan perkawinan.

c. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang tua yang

berusian lanjut.
d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua

yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.

e. Tugas Perkembangan

Usia pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para orang tua

melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan yang

“terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda dan

terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan

keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-

tuntutan dari kedua bidang tersebut.

5. Tugas Pekembangan Usia Pertengahan

a. Pertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan

Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih

menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin mereka telah

melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-64 tahun.

Meskipun dapat dianjurkan sekarang, karena “lebih baik sekarang dari pada tidak

pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan

begitu banyak perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan

darah tinggi akibat kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya

kapasitas vital akibat merokok.

Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup

mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang

dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan

jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang

teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk

mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan kekuatan


pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan stroke merupakan dua pertiga

dari semua penyebab kematian antara usia 46 hingga 64 tahun dan sebagai

penyebab kamatian urutan ke empat.

b. Hubungan serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebayanya

Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam keluarga

dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini

mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman, 1988, hal

131). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia pertengahan terus

merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari

posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24

jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara

khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam

Friedman, 1988, hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak

dan cucu mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui

pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam

Friendman, 1988, hal 132).

Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan dan

membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar lain yang

lebih tua. Delapan puluh enam persen pasangan usia pertengahan minimal

memiliki satu orang tua masih hidup(hagestad, 1988, dalam Friedman, 1988, hal

132). Jadi, tanggung jawab memberi perawatan bagi orang tua lansia yang lemah

dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak asing. Banyak wanita yang

merasa berada dalam “himpitan generasi” dalam upaya mereka mengimbangi

kebutuhan-kebutuhan orang tua mereka yang berusia lanju, anak-anak, dan cucu-
cucu mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif

dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.

c. Meningkatkan keakraban pasangan atau hubungan perkawinan

Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-

bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun

muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyak pasangan merupakan

pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai

pasangan menikah dari pada sebagai orang tua. Wright dan Leahey (1984, dalam

Friedman, 1988, hal 132) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi

identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi

secara bersamaan. Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu

diuji kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu

sama lain yang penuh arti.

Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun

dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan,

melainkan menimbulkan “kebohongan”. Menurut Kerckhoff (1976, dalam

Friedman, 1988, hal 132), para konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa

ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan,

seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas traumatiknya.

Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan

berada dalam kebahagiaan yang membosankan.

Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan

atau harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita

sejak dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu

sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam


masa usia pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong terciptanya

hubungan  hidup berkeluarga. kebutuhan individu pada suatu pihak dan tugas

perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya menimbulkan energi

yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam satu

jalinan hubungan berkeluarga

Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan

atau harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita

sejak dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu

sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam

masa usia pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong terciptanya

hubungan  hidup berkeluarga. kebutuhan individu pada suatu pihak dan tugas

perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya menimbulkan energi

yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam satu

jalinan hubungan berkeluarga.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Data Umum

a. Identitas kepala keluarga

b. Komposisi anggota keluarga

c. Tipe keluarga

d. Genogram

e. Suku bangsa

f. Agama

g. Status sosial ekonomi keluarga

2. Pengkajian Lingkungan

a. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

b. Sistem pendukung keluarga

3. Struktur keluarga.

a. Pola komunikasi keluarga.

b. Struktur Kekuatan keluarga.

c. Struktur Peran.

4. Fungsi keluarga

a. Fungsi Afektif.

b. Fungsi Sosialisasi

c. Fungsi ekonumi

5. Stres dan koping keluarga

a. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor.

b. Strategi koping yang diigunakan

6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c. Riwayat keluarga inti

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan peran dalam keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal peran masing-masing anggota keluarga.

2. Resiko terjadinya konflik pada keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah komunikasi

3. Resiko terjadinya konflik keluarga dengan masyarakat berhubungan dengan

kurangnya peran serta keluarga dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Perubahan peran dalam keluarga berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal peran masing-masing anggota keluarga.

a. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, keluarga dapat mengenal dan

melaksanakan peran masing-masing anggota keluarga secara tepat

b. Kriteria Hasil :

1) Anggota keluarga dapat menempatkan diri/berperan sebagai anggota keluarga

2) Keluarga dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan baik

3) Hubungan antara anggota keluarga baik.

c. Intervensi:

1) Gali kebutuhan akan peran masing-masing anggota keluarga.

 Berikan penjelasan tentang peran masing-masing anggota keluarga.

 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap peran masing-masing

anggota keluarga.
2) Identifikasikan akibat-akibat jika peran masing-masing anggota keluarga tidak

dilaksanakan.

 Mendiskusikan pelaksanaan peran sebagai anggota keluarga yang

efektif.

 Mendorong keluarga untuk mengatur jadwal harian seefektif mungkin.

3) Gali sumber-sumber yang ada dalam keluarga,

 Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas yang ada dalam

masyarakat, misalnya sarana hiburan, olahraga, dll.

2. Resiko terjadinya konflik pada keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah komunikasi

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi konflik dalam

keluarga

b. Kriteria Hasil :

1) Pembicaraan dua arah.

2) Ada umpan balik dengan saling mengungkapkan masalah.

3) Memcahkan masalah keluarga

4) Saling berinteraksi

5) Meningkatkan keharmonisan keluarga

6) Keputusan keluarga dapat mengatasi konflik

c. Intervensi:

1) Gali pengetahuan keluarga tentang komunikasi.

 Diskusikan tentang manfaat dan pentingnya komunikasi pada keluarga.

 Motivasi keluarga melakukan komunikasi dengan anggota keluarga

 Beri kesempatan pada keluaraga untuk mengulangi apa yang sudah

dijelaskan oleh perawat.


2) Jelaskan akibat konflik yang terjadi di keluarga.

 Jelaskan alternatif-alternatif untuk mengatasi konflik

 Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam mengatasi konflik

 Evaluasi sejauh mana keluarga sudah mengambil keputusan

3. Resiko terjadinya konflik keluarga dengan masyarakat berhubungan dengan

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dapat berperan serta

aktif dalam kegiatan sosial masyarakat.

b. Kriteria Hasil :

1) Keluarga ikut dalam wadah sosial masyarakat

2) Keluarga aktif dalam menggunakan saran umum yang ada di lingkungan

tempat tinggal.

c. Intervensi :

1) Gali kebutuhan keluarga untuk bersosialisasi dengan masyarakt.

 Identifikasi wadah ke,asyarakatan yang ada disekitar lingkungan tempat

tinggal

 Identifikasi akibat kurang peran serta aktif keluarga dalam masyarakat.

2) Motivasi keluarga untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dalam

masyarakat:

 Motivasi keluarga uuntuk menggunakan waktu yang luang bersosialisasi

dengan masyarakat sekitar

 Motivasi keluarga agar secara aktif ikut dalam wadah kegiatan sosial

masyarakat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Selain itu keluarga juga

mempunyai tahap perkembangan salah satunya keluarga dengan anak dewasa

pertengahan. Kondisi keluarga usia dewasa pertengahan berkisar antara usia 40-60 tahun

dan anak terakhirnya telah meninggalkan rumah atau sudah menikah. Tugas yang harus

terpenuhi pada keluarga dengan usia ini adalah mampu menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan

perkawinan.

Peran perawat keluarga dengan anak usia dewasa pertengahan adalah pelayanan

kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu inti pelayanan untuk mewujudkan

keluarga sehat serta membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan

cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan

kesehatan keluarga. Selain itu peran atau tugas perawat yang lain ialah sebagai pendidik,

coordinator, pelaksanaan, pengawas kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu

kasus, modifikasi lingkungan.

B. Saran

1. Perawat

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, hal pertama yang harus dilakukan

adalah membangun hubungan saling percaya dengan didasarkan sifat empati bukan

simpati, dan mengetahu tugas perkembangan keluarga khususnya keluarga dengan

anak usia dewasa pertengahan.

2. Puskesmas
Tenaga kesehatan khususnya pekerja puskesmas mampu mengaplikasikannya kepada

masyarakat terutama pada keluarga dengan anak usia dewasa pertengahan.

3. Keluarga

Keluarga memahami tugas perkembangan khususnya pada keluarga dengan usia

dewasa pertengahan dan mampu mengaplikasikannya terhadap keluarganya.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing.
Philadelpia: Lippincott.
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing, Concept and
Practice. Lippincott: California.
Carpenitto, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.
Effendy,N. 1998. Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. 1998. Family Nursing Research Theory and Practice, 4th Edition.
Connecticu : Aplenton
Iqbal,Wahit dkk. 2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga. Jakarta : EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC.
Wright dan Leakey.1984. Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya.

Anda mungkin juga menyukai