Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES MELLITUS

Oleh :
Aisya Az-zahra Paputungan
( PO713201211009 )

PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2023/2024
PENDAHULUAN
I. KELUARGA
A. Pengertian keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan
ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria,
2017).

Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.

Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu dirawat,
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum
yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan
memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya, meingkatkan
pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai
suatu keluarga.

B. Tahap dan tugas perkembangan keluarga


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985dan Friedman 1998, ada 8 tahap
tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I : keluarga pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan.Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraansecara harmonis, merencanakan keluarga
berencana.

2. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak ( anak bayi sampai umur 30 bulan )
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga
besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak,mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhikebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehatdalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan normakehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkankeyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankanhubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehata
n fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.

5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20tahun)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi ecara terbuka antara orang tua dan anak-anak,
memberikan perhatian,memberikan kebebasan dalam batasan tanggung
jawab,mempertahankan komunikasi terbuka dua arah

6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda(mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yangmeninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-
anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhirmeninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan.Tahap ini juga dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahundan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannyaadalah menyediakan lingkungan yang sehat,
mempertahankanhubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-
anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.

8. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia


Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal. Tugas perkembangankeluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan,menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankanhubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

C. Tipe keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipekeluarga, yaitu :
A. Keluarga Tradisional
 Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dananak-anak yang hidup
dalam rumah tangga yang sama.
 Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanyadengan satu orang yang
mengepalai akibat dari perceraian, pisah,atau ditinggalkan.
 Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anakatau tidak ada anak yang
tinggal bersama mereka.
 Bujang dewasa yang tinggal sendiri
 Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencarinafkah, istri tinggal di
rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
 Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebihatau anggota yang tidak
menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

B. Keluarga non tradisional


 Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidakmenikah (biasanya terdiri
dari ibu dan anaknya)
 Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyaianak
 Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin samahidup bersama
sebagai pasangan yang menikah
 Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogamy
dengan anak-anak, secara bersamamenggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai
pengalaman yangsama. Menurut Allender dan Spradley (2001)

Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan danDarmawan (2005)

 Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dariwanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satukeluarga inti.
 Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama-sama.
 Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

D. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang
apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati danDarmawan (2005), yaitu
 Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
 Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak,meneruskan nilai-nilai budaya anak
 Fungsi perawatan kesehatanFungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi
keluargadalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluargaserta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluargaserta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga
 Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumberdaya keluarga
 Fungsi biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunantetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutangenerasi selanjutnya
 fungsi psikologis Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasihsaying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggotakeluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga danmemberikan identitas keluarga
 Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkananak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
E. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan denganketidakmampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan
lima tugas keluarga sebagai paparanetiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat
penjajagan tahapII bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yangdiaksud
adalah:

a) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap
tingkat keparahan penyakit, pengertian,tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga
terhadap masalah yang dialami keluarga.

b) ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti


mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga
menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative
dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit

c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,seperti bagaimana keluarga


mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit

d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi


keluarga, upaya pencegahan penyakityang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan
yangdilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

e) lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampakterhadap kesehatan keluarga

f) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanankesehatan, seperti kepercayaan


keluarga terhadap petugas kesehatandan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas
kesehatan yangada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipersepsikan keluarga

II. DIABETES MELITUS


A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin kerja
insulin atau keduanya. (smeltzer & bare 2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh terutama mata ginjal saraf jantung dan pembuluh darah ( PERKENI 205 dan ADA 2017 ).

B. Etiologi
a. Diabetes melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapatmenyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanyamemegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggapsebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin
2) Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses se!ara
berlebihan, obesitas dan kehamilan
3) gangguan sistem imunitas. sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipan kreatik dan mengakibatkan kerusakan sel sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus
4) kelainan insulin. pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin
akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin.

b.Gangren Kaki Diabetik

Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi endogen
dan faktor eksogen.
Faktor endogen :

a. Genetik, metabolik

b. Angiopati diabetik

c. Neuropati diabetik

Faktor eksogen :

a. Trauma

b. Infeksi

c. Obat

C. Patofisiologi

Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel.Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel
beta di Pankreas.

1) Pankreas

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta mngeluarkan
hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga srl alfa yang
memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa
darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.

2) Kerja Insulin

Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.

3) Patofisiologi DM Tipe 1

Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul
reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan
timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel
beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta

4) Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM
Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut
resistensi insulin.

D. Manifestasi klinis

Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari,
banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur,
gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4
kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka
mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar glukosa darahnya
tinggi. (Soegondo S, dkk. 2007).

gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

b.Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,
sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c.Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap
saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
makan akan tetap kurus

e.Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak. (Arjatmo, Tjokronegoro. 2002)

E. Penatalaksanaan medis

PENATALAKSANAAN MEDIS

Berupa:

1. Obat Hipoglikemik Oral

a. Pemicu sekresi insulin:

1) Sulfonilurea

2) Glinid

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin:

1) Biguanid

2) Tiazolidindion

3) Penghambat glukosidase alfa

2. Insulin

3. Pencegahan komplikasi

a. Berhenti merokok

b. Mengoptimalkan kadar kolesterol

c. Menjaga berat tubuh yang stabil


d. Mengontrol tekanan darah tinggi

e. Olahraga teratur dapat bermanfaat :

1) Mengendalikan kadar glukosa darah

2) Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)

3) Membantu mengurangi stres

4) Memperkuat otot dan jantung

5) Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)

6) Membantu menurunkan tekanan darah

(Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003)

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan.

F. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia,
lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae pada pasien wanita. Jika
keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang
baru satu kali saja abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis DM. Kalau hasil pemeriksaan
glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban
glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat
pemeriksaan yang sama.

Cara pemeriksaan TTGO :

1. Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa

2. Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak

3. Puasa semalam, selama 10-12 jam

4. Glukosa darah puasa diperiksa

5. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam waktu 5
menit

6. Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa. (Noer,
Sjaifoellah H.M., dkk. 2003)

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa
bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.

1. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus

Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
a. Reaksi Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-
tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma hipoglikemik
harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse
glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik,
biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau
penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.

b. Koma Diabetik

Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh
terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:

1) Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)

2) Minum banyak, kencing banyak

3) Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton

Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik
harus segara dibawa ke rumah sakit

2. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh
(angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :

a. Makroangiopati (makrovaskular)

b. Mikroangiopati (mikrovaskular)

Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.
(Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003)
III. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Tanda : penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada ekstremitas.
Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.
c. Integritas Ego
Gejala : tergantung pada orang lain.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eleminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia
Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka ulkus
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.
g. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan
yang lamba. Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 2000) adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran :
status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
c. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi / tidak mengenal sumber informasi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus (Doenges, 2000)
meliputi :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastric,
berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual, kacau mental).
Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan
kriteria ; pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi
perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.
Intervensi / Implementasi :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2) Kaji pola napas dan bau napas.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi
alkosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
3) Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.
R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi. Demam
dengan kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.
4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
5) Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.
R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
6) Ukur berat badan setiap hari.
R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
7) Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara
individual.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran
: status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.

Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
Kriteria Hasil : - pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat, penurunan
jumlah intake ( diet pada status nutrisi).
- mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
c. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil : - mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk
mengurangi potensial infeksi.
- pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi / Implementasi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
luka , sputum purulen, urin warna keruh dan berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan ketosidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap kontak
pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter folley,
dsb).
R: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
R: Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).
R: sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko
terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.

6) Posisikan pasien pada posisi semi fowler.


R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan terjadinya risiko
hipoventilasi.
7) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R: penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan


kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah
Kriteria Hasil : - menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.
- mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
- Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi / Implementasi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.
R : mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
R : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara fisiologi.
4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
R : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan /
toleransi pasien.
R : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
pasien.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
( Doenges, M. 2000)

Anda mungkin juga menyukai