Oleh :
Aisya Az-zahra Paputungan
( PO713201211009 )
Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.
Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu dirawat,
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum
yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan
memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya, meingkatkan
pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai
suatu keluarga.
2. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak ( anak bayi sampai umur 30 bulan )
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga
besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak,mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhikebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehatdalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan normakehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkankeyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankanhubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehata
n fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda(mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yangmeninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-
anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhirmeninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan.Tahap ini juga dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahundan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannyaadalah menyediakan lingkungan yang sehat,
mempertahankanhubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-
anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
C. Tipe keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipekeluarga, yaitu :
A. Keluarga Tradisional
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dananak-anak yang hidup
dalam rumah tangga yang sama.
Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanyadengan satu orang yang
mengepalai akibat dari perceraian, pisah,atau ditinggalkan.
Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anakatau tidak ada anak yang
tinggal bersama mereka.
Bujang dewasa yang tinggal sendiri
Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencarinafkah, istri tinggal di
rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebihatau anggota yang tidak
menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dariwanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satukeluarga inti.
Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama-sama.
Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
D. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang
apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati danDarmawan (2005), yaitu
Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak,meneruskan nilai-nilai budaya anak
Fungsi perawatan kesehatanFungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi
keluargadalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluargaserta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluargaserta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga
Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumberdaya keluarga
Fungsi biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunantetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutangenerasi selanjutnya
fungsi psikologis Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasihsaying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggotakeluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga danmemberikan identitas keluarga
Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkananak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
E. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan denganketidakmampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan
lima tugas keluarga sebagai paparanetiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat
penjajagan tahapII bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yangdiaksud
adalah:
a) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap
tingkat keparahan penyakit, pengertian,tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga
terhadap masalah yang dialami keluarga.
e) lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampakterhadap kesehatan keluarga
B. Etiologi
a. Diabetes melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapatmenyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanyamemegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggapsebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin
2) Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses se!ara
berlebihan, obesitas dan kehamilan
3) gangguan sistem imunitas. sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipan kreatik dan mengakibatkan kerusakan sel sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus
4) kelainan insulin. pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin
akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin.
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi endogen
dan faktor eksogen.
Faktor endogen :
a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
C. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel.Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel
beta di Pankreas.
1) Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta mngeluarkan
hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga srl alfa yang
memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa
darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.
2) Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.
3) Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul
reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan
timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel
beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta
4) Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM
Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut
resistensi insulin.
D. Manifestasi klinis
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari,
banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur,
gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4
kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka
mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar glukosa darahnya
tinggi. (Soegondo S, dkk. 2007).
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,
sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap
saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
makan akan tetap kurus
e.Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak. (Arjatmo, Tjokronegoro. 2002)
E. Penatalaksanaan medis
PENATALAKSANAAN MEDIS
Berupa:
1) Sulfonilurea
2) Glinid
1) Biguanid
2) Tiazolidindion
2. Insulin
3. Pencegahan komplikasi
a. Berhenti merokok
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
5. Pendidikan.
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia,
lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae pada pasien wanita. Jika
keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang
baru satu kali saja abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis DM. Kalau hasil pemeriksaan
glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban
glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat
pemeriksaan yang sama.
5. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam waktu 5
menit
6. Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa. (Noer,
Sjaifoellah H.M., dkk. 2003)
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa
bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.
Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
a. Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-
tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma hipoglikemik
harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse
glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik,
biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau
penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
b. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh
terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:
1) Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
3) Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton
Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik
harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh
(angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :
a. Makroangiopati (makrovaskular)
b. Mikroangiopati (mikrovaskular)
Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.
(Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003)
III. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Tanda : penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada ekstremitas.
Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.
c. Integritas Ego
Gejala : tergantung pada orang lain.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eleminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia
Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka ulkus
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.
g. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan
yang lamba. Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 2000) adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran :
status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
c. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi / tidak mengenal sumber informasi.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran
: status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
Kriteria Hasil : - pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat, penurunan
jumlah intake ( diet pada status nutrisi).
- mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
c. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil : - mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk
mengurangi potensial infeksi.
- pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi / Implementasi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
luka , sputum purulen, urin warna keruh dan berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan ketosidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap kontak
pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter folley,
dsb).
R: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
R: Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).
R: sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko
terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
( Doenges, M. 2000)