Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KELUARGA BARU MENIKAH

DISUSUN OLEH :
SARINI
NIM : 201901157

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan keperawatan keluarga  yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga  digunakan

untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga  dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima

oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga,

mengetahui tingkat pencapaian keluarga  dalam melakukan fungsinya. Memerlukan

pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga  dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

keluarga  memenuhi tugas perkembangannya. Pasangan baru (keluarga  baru menikah)

ialah ketika masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga

melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga nya masing-masing.

Mempersiapkan keluarga  yang baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi

sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan

pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga  sendiri dan orang

tuanya, mulai membina hubunganungan baru dengan keluarga  dan kelompok social

lainnya.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang “asuhan

keperawatan keluarga pemula”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru menikah


2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pemula(baru menikah).

b. Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang terjadi pada

keluarga pemula (baru menikah).

c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga

pemula (baru menikah).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social individu-indidu yang

didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya ketergantungan

dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. ( Duval, 1972 ).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah,

hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta

empertahankan kebudayaan. ( SalvicionG. Bailon dan Aracelis Maglaya,1989 ).

Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh

perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga

luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu. (Burgess dan Locke (1992).

B. Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga Menurut Friedman, 1987 :

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan


psikososial. Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya yang positif,

peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.

2. Fungsi Social

Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang

menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.

Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi dimana anggota keluarga

belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya

individu maupun keluarga berperan didalam masyarakat.

3. Fungsi Reproduksi

Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumberdaya manusia.

4. Fungsi Ekonomi.

Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian,

perumahan dan lain-lain.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau pemeliharaan kesehatan yang

mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. ( Zaidin Ali,1999 ).

C. Tipe Keluarga

Delapan tipe keluarga menurut Frieman ( 1986 ) :

1. Nuclear Family

Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan dan tinggal

alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.

2. Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah

dan saling menunjang satu sama lainnya.

3. Single Parent Family.

Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-

anak yang masih bergantung padanya.

4. Nuclear Dyatd.

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah

yang sama.

5. Recontituened atau Blended Family

Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing membawa

anak dari hasil perkawinan terdahulu.

6. Tree Generation Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu, anak dalam

satu rumah.

7. Single Adult Living Alone

Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

8. Midle Age Atau Ederly Coople

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.

D. Tugas Keluaga Dalam Bidang Kesehatan

Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, 1981 adalah :

1. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.


4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga

Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas Kesehatan

yang ada.

E. Keluarga Baru Menikah

1. Definisi

Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan

keluarga masing-masing.

2. Tahap – Thap Pasangan Baru Menikah

a. Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via

perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.

b. Mempersiapkan keluarga yang baru.

c. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari

d. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.

e. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri.

Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai

membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan

f. Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan

jumlah yang diharapkan

3. Masalah Yang Biasa Dilakukan Oleh Pasangan Baru Menikah

a. Tidak menghadapi masalah utang


Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah

paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka

ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan

Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi

perlu dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan

Anda untuk ke depannya. Jika perlu, temui ahli perencana keuangan.

b. Mengasingkan diri dari pertemanan

Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan

mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang berkumpul,

pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi

bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena Anda tidak ikut-ikutan

flirting bersama pria di klub bukan berarti Anda tidak bisa menjadi teman yang

suportif.

c. Tidak cukup seks

Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei

mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyakn ialah

kesibukan. Coba untuk menginisiasikan acara berhubungan intim dengan

pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika Anda mulai terbiasa untuk

melakukannya, maka Anda akan makin menginginkannya, tak tertutup

kemungkinan akan makin menyukainya juga.

d. Tidak menjaga tubuh

Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah

akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa, ini

selalu terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam hari atau
karena sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga pada pagi harinya jadi

lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak. Wah, ini mesti diwaspadai.

Sebaiknya Anda mulai memperbanyak agenda untuk berolahraga bersama

pasangan.

e. Mertua dan ipar

Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki

masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur ekspektasi,

seperti Anda akan datang berkunjung bersama pada akhirnya, ini akan kembali

menghantui Anda.

f. Pertengkaran tak penting

Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah Anda

kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah

terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak,

ucapkan permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan

diri Anda sejenak. Pastikan Anda dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat

ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat emosi, pikiran Anda tidak tenang dan

bisa saja mengucapkan hal-hal yang tak Anda maksudkan yang bisa saja malah

memperburuk masalah.

g. Terobsesi dengan bayi

Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah

menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk

memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3

tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa terburu-buru? Nikmati waktu Anda

bersama pasangan, berlibur bersama, menikmati waktu tanpa perlu pusing


memikirkan kerepotan akan keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam

keadaan rileks, kemungkinan untuk hadirnya momongan justru lebih besar.

4. Tugas Perkembangan

Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan Masing-masing

menghadapi perpisahan dengan keluargakeluarga sendiri. orangtuanya, mulai

membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan

Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah

yang diharapkan Tugas perkembangan keluarga baru menikah :

a. Membina hubungan intim yang memuaskan.

1. Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru

2. Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.

3. Peran berubah.

4. Fungsi baru diterima.

5. Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar.

6. Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas

Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua

pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat

pasangan.

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan

mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya.

Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.

c. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.


Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat

Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana peran perawat

adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk

digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan

yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih

diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.

Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena

kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri

sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis,

kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah letak

peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal di atas

tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang

sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat

memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk

menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi

klien.

Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat

obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran

sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :

1) Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi

Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut

berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang

direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu

jenis/metoda, perawat dapat menanyakan alasan penggunaan metoda tersebut.


pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang

dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya.

2) Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi

Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat

menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan

kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai

diafragma, kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam

sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat

pengetahuan klien, perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi

dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi

yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak

direncanakan.

3) Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai.

Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien

terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga

pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi

bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus

di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan

peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut.

4) Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat

Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan

tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang

dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu

klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat


obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah

kehamilan. Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang

berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah:

 Kontrasepsi oral

 Pil keluarga berencana terpadu

Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat

haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung,

tromboplebitis. Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th,

pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan

menggunakan pil keluarga berencana.

 Mini Pil

Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus

menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani

pengobatan kejang

 Kontrasepsi Hormonal

 Hormone Implant

Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil,

perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung

dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun.

 Hormone Injeksi

Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa

menyusui.

 Kontrasepsi Mekanik
 Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai

pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock

syndrome.

 IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena

penyakit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat

reproduksi, infeksi sesudah persalinan/aborsi, kehamilan ektopik,

metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola.

 Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen.

Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak

memungkinkan untuk mempunyai anak Analisa Data Kurang

pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering

dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan

kehamilan yang tidak direncanakan.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang

perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga  yang dibinanya.

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga . Agar

diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat

diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan

sederhana (Suprajitno: 2004).

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi

dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga ,

diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).

a. Pengumpulan data

1. Identitas  keluarga  yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan  tipe

keluarga.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan  keluarga

 Tahap perkembangan keluarga  

saat ini perkembangan keluarga  ditentukan dengan anak tertua dari keluarga

inti.

 Tahap perkembangan

keluarga  yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan

yang belum terpenuhi oleh keluarga  serta kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

 Riwayat keluarga  inti


Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga  inti, yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber

pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga  serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

 Riwayat keluarga  sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga  dari pihak suami dan

istri.

3. Pengkajian Lingkungan

 Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber

air minum yang digunakan serta denah rumah.

 Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang

meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk

setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

 Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga  ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat.

 Perkumpulan keluarga  dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga  untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga  yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga

dengan masyarakat.
 Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga  adalah jumlah anggota

keluarga  yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga  untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis

atau dukungan dari anggota keluarga  dan fasilitas sosial atau dukungan dari

masyarakat setempat.

4. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

 Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh keluarga .

 Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Perilaku keluarga  didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan

faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit.

 Pengobatan tradisional

Merupakan pilihan bagi keluarga  untuk menentukan pengobatan yang

diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu pengobatan

tradisional.

5. Status Sosial Ekonomi

 Pendidikan

Tingkat pendidikan keluarga  mempengaruhi keluarga  dalam mengenal

suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir 

dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah

dangan tepat dan benar.

 Pekerjaan dan Penghasilan


Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga

dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga  yang

sakit salah satunya disebabkan karena suatu penyakit. Menurut

(Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga  dalam

merawat anggota keluarga  yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak

seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .

6. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga

Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga  mulai lahir hingga saat ini

termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang

unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga

yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat

mengakibatkan kecemasan.

7. Aktiftas

Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga  dapat berpengaruh terhadap

terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.

8. Data Lingkungan

 Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,

penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab

terjadinya suatu penyakit.

 Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh

lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat

kesehatan.
9. Struktur keluarga

 Pola komunikasi

Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah

berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu

tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga  untuk bertukar pikiran

dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun

non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

 Struktur Kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga  mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,

kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik.

 Struktur peran

Menurut Friedman(1998), anggota keluarga  menerima dan konsisten

terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga

puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak

dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan

ketegangan dalam keluarga .

10. Fungsi keluarga

 Fungsi afektif

Keluarga  harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak

menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota

keluarga  itu sendiri.

 Fungsi sosialisasi.

Keluarga  memberikan kebebasan bagi anggota keluarga  dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga  tidak memberikan


kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga

menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah

stress.

 Fungsi kesehatan

Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain diluar rumah.

11. Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga  adalah:

 Berapa jumlah anak

 Bagaimana keluarga  merencanakan jumlah anggota keluarga

 Metode apa yang digunakan keluarga  dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

12. Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga  adalah :

 Sejauhmana keluarga  memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan

 Sejauhmana keluarga  memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam

upaya peningkatan status kesehatan keluarga .

13. Stress dan Koping keluarga

 Stressor jangka pendek dan panjang

 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga  yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga  yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.


 Kemampuan keluarga  berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga  berespon terhadap

situasi/stressor.

 Strategi koping yang digunakan

Strategi koping yang digunakan keluarga  bila menghadapi permasalahan.

 Strategi adaptasi disfungsional

 Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga  bila

menghadapi permasalahan

14. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang

digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di

klinik.

15. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga  terhadap petugas

kesehatan yang ada.

B. Diagnosa

Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah

1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan

kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.

2. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan

3. ketidakmampuan Koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk

memenuhi tanggung jawab pran skunder.

4. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan

pengalaman seksual
C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang Pengetahuan

Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.

a. Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :

 Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi

yang dipilih dan pemecahan masalahnya.

 Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda

kontrasepsi yang dipilih.

 Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih.

 Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari

metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi.

b. Intervensi

 Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang

sehat terhadap masalah.

 Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan

cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,

mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan

tentang konsukensi tiap tindakan.

 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakait

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan

fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan


2. Koping keluarga ketidakmampuan b.d gangguan kemampuan untuk memenuhi

tanggung jawab pran skunder.

a. Tujuan : Individu menyusun tujuan jangka panjang dan pendek untuk perubahan.

b. Criteria hasil

 Menyebutkan harapan untuk diri sendiri dan keluarga

 Menyebutkan sumber daya komunitas yang tersedia

c. Intervensi

 Beri kesempatan pada seluruh anggota keluarga untuk menddiskusikan

penilaian mereka terhadap situasi.

 Hindari saling menyalahkan tetapi fasilitasi ventilasi amarahnya

 Krarifikasi perasaan anggota keluarga

 Jika ada indikasi, minta anggota keluarga untuk mempertimbangkan masalah

dari perspektif anggota keluarga yang lain

 Jika ada anggota keluarga yang sakit, bantu keluarga untuk mempunyai

harapan yang lebih realistis.

3. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan pengalaman seksual

a. Tujuan : Individu melakukan kembali aktivitas seksual sebelumnya atau

menjalankan aktivitas seksual pengganti yang lebih memuaskan

b. Criteria hasil

 Mengubah prilaku untuk mengurangi stressor

 Melakukan aktivitas seksual yang memuaskan

c. Intervensi

 Gali hubungan pasien dengan pasangannya


 Dorong untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual yang

mungkin mengganggu pasien.

 Lakukan latihan teratur untuk reduksi stress

 Anjurkan individu melakukan aktivitas seksual sedemikian rupa yang

mendekati pola sebelumnya

4. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan

a. Tujuan : Individu akan membuat pilihan berdasarkan informasi

b. Criteria hasil

 Menyatakan keuntungan dan kerugian dari pilihan berkeluarga

 Menceritakan mengenai ketakutan dan keprihatinan mengenai pilihan

pasangannya.

c. Intervensi

 Tetapkan hubungan saling percaya yang berarti meningkatkan saling

pengertian dan perhatian

 Gali apa yang timbul bila tidak mengambil keputusan

 Benahi kesalahan informasi

 Beri dorongan pada pasangan untuk terlibat dalam mengambil keputusan

 Kolaborasi denag keluarga untuk mengklarifikasi proses pengambilan

keputusan

D. Intervensi secara umum yang bias dilakukan perawat

1. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke arah

penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.


2. Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga memunginkan

keluarga bergerak maju ke arah tahap perkembangan berikutnya.

3. Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga disfungsional.

4. Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan keluarga.

5. Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan

dan pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara individual dan fungsi yang

optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga).

6. Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi primer.

7. Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang beda dalam

kehidupan keluarga.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga  adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih,

memiliki ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah

tangga, berinteraksi, punya peran masing-masing dan mempertahankan suatu

budaya.

Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan,

ada hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada

pengambil keputusan, kerjasama diantara anggota keluarg, interaksi, dan

tinggal dalam suatu rumah.

Tugas perkembangan kelaurga pada tahap keluarga pemula yaitu:

membangun perkawinan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara

harmonis, membina hubungan dengan keluarga  lain: teman dan kelompok

social, serta merencanakan penambahan anggota baru (mempersiapkan

menjadi orangtua), mendiskusikan rencana punya anak.

B. Saran

Sebaiknya sebagai seorang perawat/calon perawat harus selalu

memberikan pendidikan kesehatan kepada pasangan keluarga pemula, agar

bias menjalin hubungan keluarga yang harmonis ke depanya nanti.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:


Sagung Seto.
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and
Practice Nursing. Philadelpia: Lippincott.
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing, Concept
and Practice. Lippincott: California.
Carpenitto, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.
Effendy,N. 1998. Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:
EGC.
Friedman, M. M. 1998. Family Nursing Research Theory and Practice, 4th
Edition. Connecticu : Aplenton
Iqbal,Wahit dkk. 2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam
Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.
Jakarta : EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta :
EGC.
Wright dan Leakey.1984. Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya.

Anda mungkin juga menyukai