Oleh :
NISRINA MAIMUNAH
1906277044
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN USIA
PERTENGAHAN
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta
social individu-indidu yang didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan
umum. ( Duval, 1972 ).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta empertahankan kebudayaan. ( SalvicionG. Bailon dan Aracelis
Maglaya,1989 ).
Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh
perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus
keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu. (Burgess dan Locke
(1992).
B. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga Menurut Friedman, 1987 :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
ganbaran dirinya yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan
penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi Social
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya
dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan
sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga,
prilaku melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun
keluarga berperan didalam masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumberdaya manusia.
d. Fungsi Ekonomi.
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
dan individu. ( Zaidin Ali,1999 ).
C. Tipe Keluarga
Delapan tipe keluarga menurut Frieman ( 1986 ) :
a. Nuclear Family
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan
dan tinggal alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
c. Single Parent Family.
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama
dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.
d. Nuclear Dyatd.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam
satu rumah yang sama.
e. Recontituened atau Blended Family
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing
membawa anak dari hasil perkawinan terdahulu.
f. Three Generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu,
anak dalam satu rumah.
g. Single Adult Living Alone
Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Midle Age Atau Ederly Coople
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.
D. Tugas Keluaga Dalam Bidang Kesehatan
Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, 1981adalah :
a. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas Kesehatan yang ada.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakitdengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
diastolikyangnaik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan puncakyang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluarmelalui arteri. Tekanan darah diastolik
diambil tekanan jatuh ketitik terendahsaat jantung rileks dan mengisi
darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormaltekanan darah dalam pembuluh darah arteri yangmengangkut
darah darijantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal
ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir danmeningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah bebankerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
dapat menimbulkan kerusakanjantung dan pembuluh darah (Udjianti,
2010).
Hipertensi sering juga diartikansebagai suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dantekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
2. KlasifikasiHipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi
menjadi empatkalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 1.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan
Darah Sistolik DanDiastolik
3. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat
diketahuin penyebabnya.Hipertensi esensial biasanya
dimulai sebagai proses labil (intermiten) padaindividu
pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “
padasuatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat,
perjalanannya dipercepatatau “maligna“ yang
menyebabkan kondisi pasien memburuk dengancepat.
Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah
gangguan emosi,obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, factorketurunan
(Brunner & Suddart, 2015).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah
dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan
(Brunner & Suddart,2015).
4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat
diubah dan yang dapatdiubah oleh penderita hipertensi
menurut Black & Hawks (2014) adalahsebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu,
pada seseorangdengan riwayat keluarga, beberapa gen
berinteraksi dengan yanglainnya dan juga lingkungan
yang dapat menyebabkan tekanan darahnaik dari waktu
ke waktu. Klien dengan orang tua yang
memilikihipertensi berada pada risiko hipertensi yang
lebih tinggi pada usiamuda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50
tahun. Peristiwahipertensi meningkat dengan usia 50-60
% klien yang berumur lebihdari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.Diantara orang
dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih
daripada tekanan darah diastolic karena merupakan
predictor yang lebihbaik untuk kemungkinan kejadian
dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit
ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
wanita sampaikira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria
dan wanita hampir samaantara usia 55 sampai 74 tahun,
wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang
berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan
dengan kadar rennin
yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin,
tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada
klien diabetes
mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah
jantung sertamenstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang
menciptakanbanyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan
meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas
dengan faktorfaktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga
meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus
hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan
hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak
langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.
Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium,
dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan
hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat, Merokok sigaret, mengosumsi
banyak alcohol, dan beberapapenggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.pada
dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat
seperti kokaindapat menyebabkan naiknya tekanan
darah secara langsung.
5. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai
kelainan apapun selaintekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan pada retina,seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah,dan pada kasus berat edema pupil
(edema pada diskus optikus ) (Brunner &Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejalasampai bertahun – tahun.Gejala,
bila ada, biasanya menunjukkan adanyakerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system
organ yangdivaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan.Penyakit arteri coronerdengan angina
adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi.Hipertrofiventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saatdipaksa
berkontraksi melawan tekana sistemik yang
menigkat.Apabila jantungtidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013),
menyebutkan bahwasebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai
mual dan muntah akibatpeningkatan tekana
intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat
hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.
6. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien
adalah mencegahterjadinya morbiditas dan mortalitas
penyerta dengan mencapai danmempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas
setiapprogram ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan dankualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa
penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidupsangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaanhipertensi dengan non farmakologis
terdiri dari berbagai macam caramodifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan idealRadmarsarry,
(2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
mengatasiobesitasjuga dapat dilakukan dengan
melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat
diturunkan
sebanyak 5 mmHg.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi &
Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan,
antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan
berlebih dalam tubuhsehingga daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan
Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi
untuk menghambataktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk
menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita
yang mengalamigangguan pernafasan seperti asma
bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)Vasodilator bekerja
secara langsung pada pembuluh darah
denganrelaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor
(Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat
pembentukan zat angiotensinII dengan efek samping
penderita hipertensi akan mengalami batukkering,
pusing, sakit kepala dan lemas.