Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN USIA


PERTENGAHAN

Oleh :

NISRINA MAIMUNAH

1906277044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN USIA
PERTENGAHAN

A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta
social individu-indidu yang didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan
umum. ( Duval, 1972 ).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta empertahankan kebudayaan. ( SalvicionG. Bailon dan Aracelis
Maglaya,1989 ).
Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh
perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus
keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu. (Burgess dan Locke
(1992).
B. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga Menurut Friedman, 1987 :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
ganbaran dirinya yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan
penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi Social
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya
dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan
sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga,
prilaku melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun
keluarga berperan didalam masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumberdaya manusia.
d. Fungsi Ekonomi.
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
dan individu. ( Zaidin Ali,1999 ).
C. Tipe Keluarga
Delapan tipe keluarga menurut Frieman ( 1986 ) :
a. Nuclear Family
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan
dan tinggal alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
c. Single Parent Family.
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama
dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.
d. Nuclear Dyatd.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam
satu rumah yang sama.
e. Recontituened atau Blended Family
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing
membawa anak dari hasil perkawinan terdahulu.
f. Three Generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu,
anak dalam satu rumah.
g. Single Adult Living Alone
Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Midle Age Atau Ederly Coople
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.
D. Tugas Keluaga Dalam Bidang Kesehatan
Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, 1981adalah :
a. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas Kesehatan yang ada.

E. Perkembangan Keluarga Usia Pertengahan


1. Definisi
Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun & berakhir
sekitar 60-65 tahun (Schaie & Willis,1996 dlm Psikologi Perkembangan). Dewasa
Pertengahan adalah masa – menyesuaikan diri & kesedaran bahawa ia bukan lagi
muda & masa depannya tidak lagi dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan
yg tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa krisis, (Craig, 1976). Usia
dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode perkembangan yang
dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 60an tahun. (Santrock, 1995)
Keluarga dewasa pertengahan merupakan salah satu tahap usia
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat
seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan
suami istri dalam usia pertengahan merupakan sebuah keluarga inti meskipun
masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga
lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan
keturunannya.
Pasangan Postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan
rumah) biasanya tidak terisolasi lagi saat ini, semakin banyak pasangan usia
pertengahan hidup hingga menghabiskan seluruh masa hidupnya dan
menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan
hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang
biasa(Troll, 1971, dalam Friedman, 1988, hal 130).
Dari definisi tentang keluarga usia dewasa pertengahan diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa keluarga usia dewasa pertengahan adalah keluarga yang
usianya 40-60 tahun, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan didalam keluarga.
2. Upaya Meningkatkan Keluarga Bahagia Pada Usia Pertengahan
Sangat diperlukan pasangan suami istri agar mampu menjalani salah satu
periode perkawinan tersebut dengan sukses untuk kemudian menuju usia lanjut,
Cukup banyak pasangan yang merasakan ganjalan atau konflik, baik pada usia
dewasa maupun periode menjelang usia lanjut. Bila konflik itu dibiarkan, katanya,
kemungkinan besar pasangan itu menderita.
Konflik itu juga dapat mengakibatkan mereka stres hingga akhirnya
meninggal tanpa kebahagiaan. Dan di usia pertengahan ini juga, sebagian
pasangan akan terus berjuang untuk mengatasi konflik mereka, tetapi sebagian
nya lagi akan tetap membiarkan terbengkalai tanpa penyelesaian hingga
meninggal.Inilah alasannya sehingga kita perlu mempelajari lebih mendalam dan
meluas mengenai perkembangan perkawinan, khususnya ditinjau dari seksologi.
Kita harapkan suami istri akan mampu menjalani periode ini dengan sukses untuk
menuju usia lanjut."
Ada banyak faktor yang diperlukan pasangan suami istri untuk
mendapatkan kebahagiaan pada usia pertengahan, salah satunya adalah faktor
fisik. Karena itu, tiap pasangan disarankan untuk memeriksakan kesehatannya
kepada dokter secara teratur sehingga ada keyakinan bahwa mereka tidak
mengalami gangguan penyakit, seperti jantung koroner, hipertensi, dan diabetes
melitus.
Pola hidup yang baik sesuai dengan aturan kesehatan dan kebahagiaan dan
penting untuk dilakukan. Psikoseksual, juga salah satu faktor penting untuk
mereka perhatikan karena pada usia menjelang lanjut, mereka sering jenuh dalam
hubungan suami istri.
"Ketertarikan yang dulu dirasakan besar belakangan menjadi dingin. Ini
penting dicari penyebabnya, apakah fisik, psikologis, atau seksual, hingga
kehangatan antara mereka berdua dapat dipulihkan."
3. Karakteristik Keluarga Dewasa Pertengahan
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian
perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan
istri (lebih merata), dan pada peran (diferensi peran perkawinan meningkat)
(Leslie dan Korman, 1989, dalam Friedman 1988).
Pada tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah-masalah
penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa
mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas
apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus-siklus
kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan
memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan
berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman,
1989, dalam Friedman 1988).
4. Masalah Yang Biasa Ditemukan Oleh Keluarga Usia Pertengahan
Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang
dapat terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :
a. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu
luang dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga
yang tidak teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang
optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan
alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
b. Masalah-masalah hubungan perkawinan.
c. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang
tua yang berusian lanjut.
d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan
orang tua yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.
e. Tugas Perkembangan
Usia pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para orang tua
melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan
yang “terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda
dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan
keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin
memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut.
5. Tugas Pekembangan Usia Pertengahan
a. Pertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat
menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa
mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya
merusak diri selama 45-64 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang,
karena “lebih baik sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar,
agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan begitu banyak perubahan-
perubahan fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan darah tinggi akibat
kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas
vital akibat merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya
hidup mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit
yang dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami
serangan jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa
pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-
cara yang efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit
juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker
dan stroke merupakan dua pertiga dari semua penyebab kematian antara
usia 46 hingga 64 tahun dan sebagai penyebab kamatian urutan ke empat.
b. Hubungan serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebayanya
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam
keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan
ini mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman,
1988, hal 131). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia
pertengahan terus merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan
kebahagiaan yang berasal dari posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung
jawab sebagai orang tua selama 24 jam. Karena umur harapan hidup
meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara khusus terjadi pada tahap
siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam Friedman, 1988,
hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu
mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui
pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam
Friendman, 1988, hal 132).
Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan
dan membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar
lain yang lebih tua. Delapan puluh enam persen pasangan usia pertengahan
minimal memiliki satu orang tua masih hidup(hagestad, 1988, dalam
Friedman, 1988, hal 132). Jadi, tanggung jawab memberi perawatan bagi
orang tua lansia yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman
yang tidak asing. Banyak wanita yang merasa berada dalam “himpitan
generasi” dalam upaya mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orang
tua mereka yang berusia lanju, anak-anak, dan cucu-cucu mereka.
Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif
dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.
c. Meningkatkan keakraban pasangan atau hubungan perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah
bertahun-bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-
hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyak
pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan
satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada sebagai orang tua.
Wright dan Leahey (1984, dalam Friedman, 1988, hal 132) melukiskan
tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independen yang terjadi secara bersamaan.
Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu diuji
kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu
sama lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang
menurun dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan
kebahagiaan perkawinan, melainkan menimbulkan “kebohongan”.
Menurut Kerckhoff (1976, dalam Friedman, 1988, hal 132), para konselor
perkawinan telah lama mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam
perkawinan selama tahun-tahun pertengahan, seringkali berkaitan dengan
jemunya ikatan, bukan karena kualitas traumatiknya. Karakteristik umum
dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan berada dalam
kebahagiaan yang membosankan.
Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan
tuntutan atau harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam
masyarakat kita sejak dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai
diatas bagian penentu sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus
mengenai hidup berkeluarga dalam masa usia pertengahan terdapat dua hal
pokok yang mendorong terciptanya hubungan  hidup berkeluarga.
kebutuhan individu pada suatu pihak dan tugas perkembangan pada lain
pihak. Pemanduan antara keduanya menimbulkan energi yang
membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam
satu jalinan hubungan berkeluarga

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakitdengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
diastolikyangnaik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan puncakyang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluarmelalui arteri. Tekanan darah diastolik
diambil tekanan jatuh ketitik terendahsaat jantung rileks dan mengisi
darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormaltekanan darah dalam pembuluh darah arteri yangmengangkut
darah darijantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal
ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir danmeningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah bebankerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
dapat menimbulkan kerusakanjantung dan pembuluh darah (Udjianti,
2010).
Hipertensi sering juga diartikansebagai suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dantekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
2. KlasifikasiHipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi
menjadi empatkalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 1.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan
Darah Sistolik DanDiastolik

Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan


tekanan darah orangdewasa menurut Triyanto (2014),
adapun klasikasi tersebutsebagai berikut:
Tabel 1.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan
Darah Pada OrangDewasa.

3. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat
diketahuin penyebabnya.Hipertensi esensial biasanya
dimulai sebagai proses labil (intermiten) padaindividu
pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “
padasuatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat,
perjalanannya dipercepatatau “maligna“ yang
menyebabkan kondisi pasien memburuk dengancepat.
Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah
gangguan emosi,obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, factorketurunan
(Brunner & Suddart, 2015).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah
dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan
(Brunner & Suddart,2015).
4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat
diubah dan yang dapatdiubah oleh penderita hipertensi
menurut Black & Hawks (2014) adalahsebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu,
pada seseorangdengan riwayat keluarga, beberapa gen
berinteraksi dengan yanglainnya dan juga lingkungan
yang dapat menyebabkan tekanan darahnaik dari waktu
ke waktu. Klien dengan orang tua yang
memilikihipertensi berada pada risiko hipertensi yang
lebih tinggi pada usiamuda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50
tahun. Peristiwahipertensi meningkat dengan usia 50-60
% klien yang berumur lebihdari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.Diantara orang
dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih
daripada tekanan darah diastolic karena merupakan
predictor yang lebihbaik untuk kemungkinan kejadian
dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit
ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
wanita sampaikira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria
dan wanita hampir samaantara usia 55 sampai 74 tahun,
wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang
berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan
dengan kadar rennin
yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin,
tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada
klien diabetes
mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah
jantung sertamenstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang
menciptakanbanyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan
meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas
dengan faktorfaktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga
meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus
hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan
hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak
langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.
Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium,
dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan
hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat, Merokok sigaret, mengosumsi
banyak alcohol, dan beberapapenggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.pada
dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat
seperti kokaindapat menyebabkan naiknya tekanan
darah secara langsung.
5. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai
kelainan apapun selaintekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan pada retina,seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah,dan pada kasus berat edema pupil
(edema pada diskus optikus ) (Brunner &Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejalasampai bertahun – tahun.Gejala,
bila ada, biasanya menunjukkan adanyakerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system
organ yangdivaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan.Penyakit arteri coronerdengan angina
adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi.Hipertrofiventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saatdipaksa
berkontraksi melawan tekana sistemik yang
menigkat.Apabila jantungtidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013),
menyebutkan bahwasebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai
mual dan muntah akibatpeningkatan tekana
intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat
hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.
6. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien
adalah mencegahterjadinya morbiditas dan mortalitas
penyerta dengan mencapai danmempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas
setiapprogram ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan dankualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa
penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidupsangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaanhipertensi dengan non farmakologis
terdiri dari berbagai macam caramodifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan idealRadmarsarry,
(2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
mengatasiobesitasjuga dapat dilakukan dengan
melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat
diturunkan
sebanyak 5 mmHg.

2) Kurangi asupan natrium


Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat
menurunkan tekanansistolik sebanyak 5 mmHg dan
tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkoholRadmarsarry (2007) dalam
Wijaya & Putri (2013), konsumsi alcoholharus dibatasi
karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkantekanan darah.Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka
yang tidak meminum
berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013),
Pertahankan asupan dietpotassium ( >90 mmol (3500
mg)/hari) dengan cara konsumsi diettinggi buah dan
sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk,
apelkacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak
dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013),
merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan
timbulnya hipertensi, tetapimerokok dapat
menimbulkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensiseperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari rokok karenadapat memperberat
hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress
memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika
episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan
sementara yang sangat
tinggi.

b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi &
Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan,
antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan
berlebih dalam tubuhsehingga daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan
Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi
untuk menghambataktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk
menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita
yang mengalamigangguan pernafasan seperti asma
bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)Vasodilator bekerja
secara langsung pada pembuluh darah
denganrelaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor
(Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat
pembentukan zat angiotensinII dengan efek samping
penderita hipertensi akan mengalami batukkering,
pusing, sakit kepala dan lemas.

Anda mungkin juga menyukai