Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

SYNDROM CORONARIA AKUT

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
1. SARINI 201901157
2. STEVANY SUSILA
3. NI KADEK AYU SWUARI

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kardiovaskular yang utama baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam hal diagnosis dan
manajemennya, SKA tetap menjadi salah satu masalah kesehatan utama karena
menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi
Sindroma koroner akut, penyebab kematian tertinggi secara global, merupakan
kumpulan dari gejala dan tanda klinis dari iskemik miokardium akut yang erat disebabkan
oleh penyakit aterosklerosis. Sulit untuk membedakan klasifikasi dari sindroma koroner
akut pada pemeriksaan awal.
Sindroma koroner akut ditandai dengan riwayat nyeri dada, nyeri yang menjalar ke
bahu dan lengan kiri, keringat dingin, mual dan muntah. Pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG) dan pemeriksaan enzim jantung perlu dilakukan untuk membedakan jenis
serangan sindroma koroner akut karena tata laksana lanjutan dan prognosisnya berbeda
antara STEMI dan NSTEMI.
Sindroma koroner akut harus segera ditatalaksana karena komplikasinya meningkat
dengan semakin lamanya penanganan. Tujuan tata laksana pada sindroma koroner akut
adalah revaskularisasi dan mencegah terjadinya komplikasi. Pada pasien dengan angina
tidak stabil dan NSTEMI perlu benar-benar dilakukan penilaian atau stratifikasi risiko
sebelum menentukan prosedur yang akan dilaksanakan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagamaina konsep tinjauan teoritis dari penyakit Syndrom
Coronaria Akut
2. Untuk mengetahuai bagaimana Konsep dasar dan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus syndrome coronaria Akut
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Andra (2006) mengatakan Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian

kegawatan pada pembuluh darah koroner.Wasid (2007) menambahkan bahwa SKA

adalah suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai Infark

Miocard akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi (NSTEMI) atau tanpa

gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya

trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.

Harun (2007) berpendapat istilah SKA banyak digunakan saat ini untuk

menggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah coroner. Sindrom coroner

Akut merupakan satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit coroner yaitu, angina

tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan

elevasi ST, maupun angina pektoris pasca infark atau pasca tindakan intervensi coroner

perkutan. Sindrom coroner Akut merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi

klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium. 

B. Etiologi

Rilantono (1996) mengatakan sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada

penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh

empat hal, meliputi:

1. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi

kolesterol tinggi.

2. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).

3. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus menerus.

4. Infeksi pada pembuluh darah.


Wasid (2007) menambahkan mulai terjadinya SKA dipengaruhi oleh beberapa

keadaan, yakni:

1. Aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan)

2. Stress emosi, terkejut

3. Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan

aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung

meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat.

C. Klasifikasi

 Wasid (2007) mengatakan berat/ ringannya Sindrom Koroner Akut menurut 

Braunwald (1993) adalah:

1. Kelas I: Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat, dengan nyeri

pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi >2 kali per hari.

2. Kelas II: Sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1 bulan pada

waktu istirahat.

3. Kelas III: Akut, yakni kurang dari 48 jam.

Secara Klinis:

1. Klas A: Sekunder, dicetuskan oleh hal-hal di luar koroner, seperti anemia, infeksi,

demam, hipotensi, takiaritmi, tirotoksikosis, dan hipoksia karena gagal napas.

2. Kelas B: Prime

3. Klas C: Setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah diobati. Dengan anti

angina (penghambat beta adrenergik, nitrat, dan antagonis kalsium ) Antiangina dan

nitrogliserin intravena.

D. Patofisiologi

 Rilantono (1996) mengatakan SKA dimulai dengan adanya ruptur plak arter

koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet, pembentukan trombus, serta aliran
darah coroner yang mendadak berkuran. Hal ini terjadi pada pla coroner yang kaya lipid

dengan fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque).Ini disebut fase plaque disruption

‘disrupsi plak’.

Setelah plak mengalami ruptur maka faktor jaringan (tissue factor) dikeluarkan dan

bersama faktor VIIa membentuk tissue factor VIIa complex mengaktifkan faktor X

menjadi faktor Xa sebagai penyebab terjadinya produksi trombin yang banyak. Adanya

adesi platelet, aktivasi, dan agregasi, menyebabkan pembentukan trombus arteri

koroner.Ini disebut fase acute thrombosis ‘trombosi akut’.Proses inflamasi yang

melibatkan aktivasi makrofage dan sel T limfosit, proteinase, dan sitokin, menyokong

terjadinya ruptur plak serta trombosis tersebut.

Sel inflamasi tersebut bertanggung jawab terhadap destabilisasi plak melalui

perubahan dalam antiadesif dan antikoagulan menjadi prokoagulan sel endotelial, yang

menghasilkan faktor jaringan dalam monosit sehingga menyebabkan ruptur plak. Oleh

karena itu, adanya leukositosis dan peningkatan kadar CRP merupakan petanda inflamasi

pada kejadian coroner akut (IMA) dan mempunyai nilai prognostic. Pada 15% pasien

IMA didapatkan kenaikan CRP meskipun troponin-T negatif. Endotelium mempunyai

peranan homeostasis vaskular yang memproduksi berbagai zat vasokonstriktor maupun

vasodilator lokal.Jika mengalami aterosklerosis maka segera terjadi disfungsi endotel

(bahkan sebelum terjadinya plak). Disfungsi endotel ini dapat disebabkan meningkatnya

inaktivasi nitrit oksid (NO) oleh beberapa spesies oksigen reaktif, yakni xanthine oxidase,

NADH/ NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate oxidase), dan endothelial

cell Nitric Oxide Synthase (eNOS).

Oksigen reaktif ini dianggap dapat terjadi pada hiperkolesterolemia, diabetes,

aterosklerosis, perokok, hipertensi, dan gagal jantung.Diduga masih ada beberapa enzim

yang terlibat dalam produk radikal pada dinding pembuluh darah, misalnya
lipooxygenases dan P450-monooxygenases. Angiotensin II juga merupakan aktivator

NADPH oxidase yang poten.Ia dapat meningkatkan inflamasi dinding pembuluh darah

melalui pengerahan makrofage yang menghasilkan monocyte chemoattractan protein-1

dari dinding pembuluh darah sebagai aterogenesis yang esensial.

Fase selanjutnya ialah terjadinya vasokonstriksi arteri coroner akibat disfungsi

endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi itu.Pada keadaan disfungsi endotel,

faktor konstriktor lebih dominan (yakni endotelin-1, tromboksan A2, dan prostaglandin

H2) daripada faktor relaksator (yakni nitrit oksid dan prostasiklin). Nitrit Oksid secara

langsung menghambat proliferasi sel otot polos dan migrasi, adesi leukosit ke endotel,

serta agregasi platelet dan sebagai proatherogenic. Melalui efek melawan, TXA2 juga

menghambat agregasi platelet dan menurunkan kontraktilitas miokard, dilatasi coroner,

menekan fibrilasi ventrikel, dan luasnya infark. Sindrom coroner akut yang diteliti secara

angiografi 60—70% menunjukkan obstruksi plak aterosklerosis yang ringan sampai

dengan moderat, dan terjadi disrupsi plak karena beberapa hal, yakni tipis - tebalnya

fibrous cap yang menutupi inti lemak, adanya inflamasi pada kapsul, dan hemodinamik

stress mekanik. Adapun mulai terjadinya Sindrom coroner akut, khususnya IMA,

dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yakni aktivitas/ latihan fisik yang berlebihan (tak

terkondisikan), stress emosi, terkejut, udara dingin, waktu dari suatu siklus harian (pagi

hari), dan hari dari suatu mingguan (Senin).

Keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas simpatis

sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung meningkat, kontraktilitas

jantung meningkat, dan aliran coroner juga meningkat. Dari mekanisme inilah beta

blocker mendapat tempat sebagai pencegahan dan terapi.  


E. Manifestasi klinis

Rilantono (1996) mengatakan gejala Sindrom Koroner Akut berupa keluhan nyeri

ditengah dada, seperti: rasa ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke leher,lengan kiri dan

kanan, serta ulu hati, rasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin, dan keluhan

nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri, bahu,serta punggung. Lebih

spesifik, ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti masuk angin atau maag.

Tapan (2002) menambahkan gejala kliniknya meliputi:

1. Terbentuknya thrombus yang menyebabkan darah sukar mengalir ke otot

jantung dan daerah yang diperdarahi menjadi terancam mati .

2. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina).

Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung selama

lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawah, leher, bahu dan

lengan serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat. Nyeri ini dapat

pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau

pada penderita yang pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola serangannya

menjadi lebih berat atau lebih sering.

3. Selain gejala-gejala yang khas di atas, bisa juga terjadi penderita hanya

mengeluh seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang terasa di ulu

hati. Keluhan di atas dapat disertai dengan sesak, muntah atau keringat dingin.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Wasid (2007) mengatakan cara mendiagnosis IMA, ada 3 komponen yang harus

ditemukan, yakni:

1. Sakit dada

2. Perubahan EKG, berupa gambaran STEMI/ NSTEMI dengan atau

tanpa gelombang Q patologik


3. Peningkatan enzim jantung (paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas

normal), terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk

nekrosis miokard. Nilai normal troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap positif bila

> 0,2 ng/dl.  

G. Penatalaksanaan

Rilantono (1996) mengatakan tahap awal dan cepat pengobatan pasien SKA adalah:

1. Oksigenasi: Langkah ini segera dilakukan karena dapat membatasi kekurangan

oksigen pada miokard yang mengalami cedera serta menurunkan beratnya ST-elevasi.

Ini dilakukan sampai dengan pasien stabil dengan level oksigen 2–3 liter/ menit secara

kanul hidung.

2. Nitrogliserin (NTG): digunakan pada pasien yang tidak hipotensi. Mula-mula secara

sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau aerosol spray. Jika sakit dada tetap ada setelah

3x NTG setiap 5 menit dilanjutkan dengan drip intravena 5–10 ug/menit (jangan lebih

200 ug/menit ) dan tekanan darah sistolik jangan kurang dari 100 mmHg. Manfaatnya

ialah memperbaiki pengiriman oksigen ke miokard; menurunkan kebutuhan oksigen

di miokard; menurunkan beban awal (preload) sehingga mengubah tegangan dinding

ventrikel; dilatasi arteri coroner besar dan memperbaiki aliran kolateral; serta

menghambat agregasi platelet (masih menjadi pertanyaan).

3. Morphine: Obat ini bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan kegelisahan;

mengurangi rasa sakit akibat iskemia; meningkatkan venous capacitance; menurunkan

tahanan pembuluh sistemik; serta nadi menurun dan tekanan darah juga menurun,

sehingga preload dan after load menurun, beban miokard berkurang, pasien tenang

tidak kesakitan. Dosis 2 – 4 mg intravena sambil memperhatikan efek samping mual,

bradikardi, dan depresi pernapasan


4. Aspirin: harus diberikan kepada semua pasien Sindrom coroner akut jika tidak ada

kontraindikasi (ulkus gaster, asma bronkial). Efeknya ialah menghambat

siklooksigenase –1 dalam platelet dan mencegah pembentukan tromboksan-A2.

Kedua hal tersebut menyebabkan agregasi platelet dan konstriksi arterial.

5. Penelitian ISIS-2 (International Study of Infarct Survival) menyatakan bahwa Aspirin

menurunkan mortalitas sebanyak 19%, sedangkan "The Antiplatelet Trialists

Colaboration" melaporkan adanya penurunan kejadian vaskular IMA risiko tinggi dari

14% menjadi 10% dan nonfatal IMA sebesar 30%. Dosis yang dianjurkan ialah 160–

325 mg perhari, dan absorpsinya lebih baik "chewable" dari pada tablet, terutama

pada stadium awal 3,4. Aspirin suppositoria (325 mg) dapat diberikan pada pasien

yang mual atau muntah 4. Aspirin boleh diberikan bersama atau setelah pemberian

GPIIb/IIIa-I atau UFH (unfractioned heparin). Ternyata efektif dalam menurunkan

kematian, infark miokard, dan berulangnya angina pectoris.

6. Antitrombolitik lain: Clopidogrel, Ticlopidine: derivat tinopiridin ini menghambat

agregasi platelet, memperpanjang waktu perdarahan, dan menurunkan viskositas

darah dengan cara menghambat aksi ADP (adenosine diphosphate) pada reseptor

platelet., sehingga menurunkan kejadian iskemi. Ticlopidin bermakna dalam

menurunkan 46% kematian vaskular dan nonfatal infark miokard. Dapat dikombinasi

dengan Aspirin untuk prevensi trombosis dan iskemia berulang pada pasien yang

telah mengalami implantasi stent koroner.

7. Pada pemasangan stent coroner dapat memicu terjadinya trombosis, tetapi dapat

dicegah dengan pemberian Aspirin dosis rendah (100 mg/hari) bersama Ticlopidine

2x 250 mg/hari. Colombo dkk. memperoleh hasil yang baik dengan menurunnya

risiko trombosis tersebut dari 4,5% menjadi 1,3%, dan menurunnya komplikasi

perdarahan dari 10–16% menjadi 0,2–5,5%21. Namun, perlu diamati efek samping
netropenia dan trombositopenia (meskipun jarang) sampai dengan dapat terjadi

purpura trombotik trombositopenia sehingga perlu evaluasi hitung sel darah lengkap

pada minggu II – III. Clopidogrel sama efektifnya dengan Ticlopidine bila

dikombinasi dengan Aspirin, namun tidak ada korelasi dengan netropenia dan lebih

rendah komplikasi gastrointestinalnya bila dibanding Aspirin, meskipun tidak terlepas

dari adanya risiko perdarahan. Didapatkan setiap 1.000 pasien SKA yang diberikan

Clopidogrel, 6 orang membutuhkan tranfusi darah 17,22. Clopidogrel 1 x 75 mg/hari

peroral, cepat diabsorbsi dan mulai beraksi sebagai antiplatelet agregasi dalam 2 jam

setelah pemberian obat dan 40–60% inhibisi dicapai dalam 3–7 hari. Penelitian

CAPRIE (Clopidogrel vs ASA in Patients at Risk of Ischemic Events ) menyimpulkan

bahwa Clopidogrel secara bermakna lebih efektif daripada ASA untuk pencegahan

kejadian iskemi pembuluh darah (IMA, stroke) pada aterosklerosis (Product

Monograph New Plavix).


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 53 tahun

Alamat : Buayan, Kebumen

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

BB : 113 kg

Pekerjaan : Pegawai PDAM

No. Rekam Medik 231735

Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2020

Diagnosa Medik : NSTEMI dd UAP

b. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Alamat : Buayan, Kebumen
Hub. Dengan Klien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati menyebar ke dada, pundak
dan punggung.
Riwayat penyakit sekarang :
Klien datang ke IGD pada tanggal 1 Maret jam 11.00 dengan
keluhan nyeri pada ulu hati menyebar ke dada, pundak, dan
punggung. Klien merasa nyeri sejak pukul 09.00 lalu klien dibawa
ke puskesmas Buayan sebelum akhirnya klien meminta dirujuk ke
RSU PKU Muhammadiyah.
Gombong. Klien masuk ICU setelah sebelumnya mendapat perawatan
di ruang Husna PKU Muhammadiyah Gombong dengan diagnosa medis
NSTEMI. Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis GCS E:4
M:6 V:5. Klien terpasang O2 dengan non-rebreating masker
8liter/menit, terpasang syringe pump dengan NTG di spuit 50cc
3cc/jam, terpasang kondom kateter, terpasang infus RL 20cc/jam pada
tangan kanan. Ssat dikaji TTV klien yaitu: TD 153/94 mmHg, Nadi 70
x/menit, Pernafasan 38x/menit, Suhu 36,1o Celcius, Saturasi Oksigen
98%.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat saat di IGD:
Klien masuk IGD tanggal 07 juli 2017 pukul 10.00 rujukan dari
puskesmas Buayan dengan keluhan nyeri dada menjalar ke punggung
dan pundak. Saat di IGD TTV Klien yaitu: TD 197/118 mmHg, Nadi
71x/menit, Suhu 36,7oCelcius, Rr 37 x/menit, dan SpO2 95%.
- Riwayat pengobatan:
Klien mengatakan belum pernah berobat karena penyakit ini. Klien
mengatakan belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
- Riwayat penyakit sebelumnya:
Klien mengatakan baru pertama dirawat dengan keluhan seperti ini,
sebelumnya klien belum pernah dirawat baik karena penyakit menular,
penyakit menaun, ataupun penyakit menurun.
- Lain-lain:
Klien mengaku pernah mengecek kadar gulanya dan ternyata tinggi.
Riwayat penyakit keluarga :
- Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
seperti dirinya. Klien mengatakan ayah dan ibunya belum pernah dirawat
di Rumah Sakit.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
Klien mengatakan sesak nafas. Rr 36x/menit saturasi oksigen 98%. Irama nafas cepat.
Suara nafas mengi. Terpasang Non-rebreating mask 8l/menit. Tidak ada penumpukan
sekret. Hidung bersih
b. B2 (Blood)

TD 153/94mmHg. Nadi 70x/menit. Suara jantung normal tidak ada suara jantung
tambahan. Saturasi oksigen 98%. Adanya peningkatan JVP.

c.B3 (Brain)

Kesadaran klien composmentis dangan GCS E4 M6 V5. Klien tidak mengalami


disorientasi waktu, tempat, maupun orang. Alur pembicaraan nyambung. Ukuran pupil
kanan 3mm kiri 3mm.
d. B4 (Bowel)
Tidak ada lesi pada rongga mulut. Tidak menunjukan dehidrasi. Klien mengalami
konstipasi. Klien mengatakan belum BAB sejak 2 hari yang lalu. Bising usus
16x/menit.
e. B5 (Bladder)
Produksi urin menurun. Urin pekat kekuningan. Klien terpasang kondom kateter
ukuran 30.
f. B6 (Bone)
Terpasang infus pada tangan kiri. Tidak mengalami kelemahan anggota gerak. Tonus
otot 5. Adanya udema derajat 1. Warna kulit sawo matang, akral hangat dan lembab.
Tidak ditemukan adanya ulkus dekubitus.
4. Pengkajian Pola Fungsional Virginia Handerson
a.Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak mengalami sesak napas
Saat dikaji : Klien mengatakan mengalami sesak napas, terasa diremas kuat
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan dengan teratur 3-4x sehari, makan
sayur, buah dan lauk pauk, gemar mengkonsumsi makanan
bersantan. Minum 7-8 gelas/hari, gemar meminum minuman
energi seperti kukubim
Saat dikaji : Klien diberi diit TKTP, TKRL (Tinggi kalori Tinggi Protein,
Tinggi Kalsium Rendah Lemak), kehilangan nafsu makan,
minum sedikit 2-3 gelas perhari.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1-2x/hari, BAK lancar 2- 5x/hari
Saat dikaji : Klien mengatakan belum BAB, BAK
menggunakan kondom kateter, urin berwarna keruh
d. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering begadang, istirahat
kurang teratur
Saat dikaji : Klien mengatakan susah tidur, tidak nyaman
karena nyeri dan sesak napas.
e.Pola Aktivitas

Aktivitas Sebelum sakit Saat dikaji


0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Mandi √ √

Berpakaian √ √

Toileting √ √

Berpindah √ √
Makan √ √

Keterangan :
0 : Mandiri penuh
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Ketergantungan
f. Pola Mempertahankan Suhu
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunakan kipas angin saat panas, jaket dan
selimut saat dingin

Saat dikaji : Klien meminta menghidupkan AC ruangan saat panas, memakai


selimut saat dingin
g. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan terkadang berlibur ke pantai bersama keluarga
Saat dikaji : Klien mengatakan hanya berbaring di tempat tidur, mengobrol saat
dijenguk.
h. Pola belajar
Sebelum sakit : Klien mengatakan jarang membaca buku-buku pengetahuan
Saat dikaji : Klien mengatakan mendapatkan penyuluhan dari tim medis dirumah
sakit
i. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2x sehari, rajin memotong kuku dan rajin
keramas
Saat dikaji : Klien belum mandi, di ruangan klien diseka 2x sehari, pagi dan sore
J. Pola Kenyamanan
Sebelum sakit : Klien mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan di rumah
Saat dikaji : Klien mengatakan kurang nyaman dengan keadaan di rumah sakit,
klien merasa tidak nyaman dengan sakitnya.
j. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Klien mengatakan rutin beribadah, terkadang beribadah di masjid
dan mengikuti pengajian
Saat dikaji : Klien mengatakan melakukan tayamum dan beribadah dengan
tiduran.

k. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah berkomunikasi, suara jelas
dan bisa mendengar dengan baik
Saat dikaji : Komunikasi kurang lancar karena sesak, sesekali menghela nafas
l. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Klien mengatakan bekerja sebagai pegawai lapangan PDAM
Saat dikaji : Hanya berbaring di tempat tidur
m. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunkan baju dan celana pendek,
memakai pakaian yang disukainya
Saat dikaji : Klien mengenakan pakaian sederhana.
n. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah berkomunikasi, suara
jelas dan bisa mendengar dengan baik
Saat dikaji : Komunikasi kurang lancar karena sesak, sesekali menghela nafas
o. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Klien mengatakan bekerja sebagai pegawai lapangan
PDAM.
Saat dikaji : Hanya berbaring di tempat tidur
p. Pola Berpakaian

Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunkan baju dan celana pendek,


memakai pakaian yang disukainya
Saat dikaji : Klien mengenakan pakaian sederhana.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis GCS E4 M6 V5 TD 153/94mmHg,
N 70x/menit, RR : 36x/ menit,suhu 36,1o
b. Kepala
Mesocephali, simetris, nyeri kepala tidak ada
c. Wajah
Simetris, tidak oedema, tidak ada sianosis, ekspresi tegang
d. Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva ananemis, isokor, sklera anikterik reflex cahaya
ada, tajam penglihatan normal.
e. Telinga
Tidak ada serumen, membrane timpani normal, pendengaran normal
f. Mulut
Stomatitis tidak ditemukan, gigi sebagian berlubang, kelainan
tidak ada
g. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, terdapat pembesaran vena jugularis
h. Thorak
Inspeksi : Gerakan simetris, retraksi dinding dada tidak terlihat, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus kuat dan
simetris
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Bunyi ronchi
i. Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis terlihat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, denyut teraba kuat
Perkusi : bunyi redup, tidak terkaji kardiomegali
Auskultasi : bunyi jantung normal tidak terkaji adanya bunyi jantung tambahan.
j. Abdomen
Inspeksi : perut buncit, tidak ada lesi, warna kulit sawo matang
Auskultasi : bising usus 16x/menit
Palpasi : tidak asites, tidak ada nyeri tekan, tidak terkaji pembesaran hepar
Perkusi : bunyi timpani
k. Genitalia
Terpasang kondom kateter
l. Ekstermitas
Akral hangat, edema derajat 1, kekuatan 5/5, tidak ada kelemahan anggota gerak
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Nilai
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
Jum’at SGOT 18.00 0 -50 U/L
07-07- SGPT 13.00 0 – 50 U/L
2017 Natrium 140.4 135 - 147 mEq/L
Kalium 3.71 3.5 – 5.0 mEq/L
HBs Ag Neg Negatif -
Leukosit 14.47 H 3.8 – 10.6 10^3/ul
Eritrosit 5.03 4.4 – 5.9 10^6/ul
Hemoglobin 14.7 13.2 – 17.3 g/dl
Hematokrit 42.2 40 -52 %
MCV 93.9 80 – 100 fL
MCH 29.2 26 – 34 pg
MCHC 31.1 L 32 – 36 g/dl
Trombosit 249 150 – 440 10^3/ul
Basofil 0.2 0 – 1.0 %
Eosinofil 7.5 H 2.0 - 4.0 %
Neutrofil 79.2 H 50 – 70 %
Limfosit 8.8 L 25 – 40 %
Monosit 4.3 2.0 – 8.0 %
GDS 160 H 70 – 105 mg/dl
Ureum 30 15 -39 mg/dl
Kreatinin 1.10 0.9 – 1.3 mg/dl
Kolesterol 231 H 0 – 200 mg/dl
Trigliserida 134 0 - 150 mg/dl
LDL kolesterol 105 <130 mg/dl
HDL kolesterol 50 33 - 55 mg/dl

b. Pemeriksaan Thoraks
- Tampak adanya pembesaran jantung
- Tidak tampak adanya kelainan paru
II. ANALISA DATA

No Tanggal Data Etiologi Masalah


1 08 Juli Ds : agen cidera Nyeri akut
2017 - Klien mengatakan nyeri pada biologis
dada menjalar ke punggung (iskemik,
dan pundak penurunan
- Klien mengatakan nyeri suplai oksigen
terasa seperti di remas dan ke otot
ditusuk jaringan
- Klien mengatakan nyeri saat miokard).
aktifitas
- Klien mengatakan merasa
sesak nafas
- Klien mengaku susah tidur
karena merasa nyeri
Do:
- Klien merintih
- Klien mengusap daerah
nyeri
- Klien gelisah
- Posisi klien tidak nyaman
- Raut muka klien tegang,
menyeritkan dahi
- Klien susah tidur karena
merasa nyeri
- Nadi 70x/menit
- TD 153/ 94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO2 98%

2. 08 Juli Ds : kontraktilitas Penurunan


- Klien mengeluh nyeri skala 6
- Klien mengeluh sesak nafas
2017 jantung curah jantung
- Klien mengeluh pusing
Do :
- Nadi 70x/menit
- TD 153/ 94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO2 98%
- Hasil rontgen thorax terlihat
adanya cardiomegali
- Klien mengalami udem
ringan derajat 1
- Bunyi nafas mengi
- Klien mengalami peningkatan
jvp
08 Juli Ds : Perubahan Kecemasan
2017 status kesehatan
- Klien mengatakan ia takut
jika terjadi sesuatu
- Klien mengatakan tidak
mengerti akan keadaanya
- Klien sering menanyakan
keadaanya
Do:
- Klien sering bertanya tentang
tindakan yang akan
dilakukan
- Nadi 70x/menit
- TD 153/ 94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO2 98%
- Klien gelisah
- Klien selalu merubah
posisinya
- Raut muka tegang
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iskemik,
penurunan suplai oksigen ke otot jaringan miokard).
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
IV. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Cardiac Care


jantung berhubungan 3x7jam diharap curah jantung normal dengan - Evaluasi adanya nyeri dada
dengan kontraktilitas kreteria: ( intensitas,lokasi, durasi)
jantung - Nyeri angina tidak ada - Catat adanya disritmia jantung
- Klien dapat beraktivitas. - Catat adanya tanda dan
- Tanda vital dalam batas normal. gejala penurunan cardiac
- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites output
- Tidak ada penurunan kesadaran - Monitor status kardiovaskuler
- Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung,
berikan terapi oksigen
- Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan
tekanan darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x7 jam Pain manajemen
dengan agen cidera diharap nyeri berkurang/hilang dengan kreteria: - Lakukan pengkajian secara
biologis (iskemik, - Klien dapat mengekspresikan bahwa komprehensif dengan PQRST
penurunan suplai nyeri berkurang/hilang - Gunakan teknik komunikasi terapiutik
oksigen ke otot jaringan - Tanda vital dalam batas normal. - Anjurkan pasien untuk memberitahu
miokard). - Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk perawat dengan cepat bila terjadi
meningkatkan kenyamana nyeri dada.

- Klien dapat mengenali factor penyebab dan - Gunakan teknik distraksi relaxasi
menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor - Observasi pasien tentang skala nyeri
tersebut atau ketidaknyamanan
- Gunakan tebel nyeri untuk memonitor
- Klien dapat beristirahat
nyeri terhadap efek pemberian obat
- Kaji tentang
kepercayaan, kebudayaan, terhadap
nyeri pasien dan responnya.
- Observasi nonverbal pasien terhadap
ketidaknyamanan.
- Observasi gejala yang berhubungan
dengan dispnea, mual/muntah,
pusing.
- Evaluasi laporan nyeri pada leher,
bahu, tangan/lengan khususnya sisi
kiri.
- Posisikan pasien pada istirahat total
selama episode angina.
- Observasi tanda-tanda vital
- Ciptakan lingkungan yang tenang,
nyaman bila perlu batasi pengunjung
- Berikan makanan yang lembut
- Kolaborasi :
• Pemberian oksigen
• Nitro Gliserin
• Beta Bloker
• Morfin sulfat

3 Kecemasan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x7jam - Gunakan teknik komunikasi terapiutik
berhubungan dengan diharapkan kecemasan berkurang dengan kriteria hasil :
- Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
perubahan status - klien menyatakan ansietas menurun sampai tingkat
- Kaji ekspresi pasien terhadap takut :
kesehatan yang dapat diatasi.
menolak, depresi, marah
- Klien menunjukkan strategi koping yang efektif
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat - Beritahu pasien tentang program
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan medis yang telah dibuat untuk
menurunkan serangan akan datang
- Kaji tanda vital

- Kaji orientasi pasien : orang, tempat


dan waktu
- Dorong keluarga untuk memberikan
dukungan kepada klien
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan

- Bantu pasien mengenal situasi yang


menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan
- teknik relaksasi
V. Terapi

No Tanggal Nama therapi Dosis


1. 08 Juli 2017 Disolf 490 mg 3x1
2. 08 Juli 2017 Simvastatin 20 mg 1x1
3. 08 Juli 2017 Alprazolam 0.5 mg 1x1
4. 08 Juli 2017 Laxadin syirup 3x2
5. 08 Juli 2017 Arixtra 2.5 mg 1 x 2.5 mg
6. 08 Juli 2017 Nitrogliserida 10 mg dalam 20mcg /menit
spuit 50cc
7. 08 Juli 2017 Morphine 2x10 mg + 2cc/jam
ketorolac 2 mg (dalam spuit
50cc)
8. 08 Juli 2017 NaCl 500ml/24jam
9. 09 Juli 2017 Disolf 490 mg 3x1
09 Juli 2017 Simvastatin 20 mg 1x1
09 Juli 2017 Alprazolam 0.5 mg 1x1
09 Juli 2017 Laxadin syirup Arixtra 2.5 3x2
09 Juli 2017 mg 1 x 2.5 mg
09 Juli 2017 Nitrogliserida 10 mg dalam spuit 5occ 10mcg /menit
Morphine 2 mg + ketorolac
2cc/jam
09 Juli 2017 2x10mg (dalam spuit 50cc)
NaCl
500ml/24jam
09 Juli 2017
VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Dx Implementasi Respon TTD


08 juli 2017 1,2,3 - Melakukan pengkajian meliputi S: -
08.00 identitas, riwayat penyakit, O : Klien menjawab pertanyaan dan mengemukakan keluhan
pengkajian B6, dan pemeriksan dengan menahan rasa nyeri
fisik.

08.10 2 - Melakukan pengkajian nyeri S: - Klien mengatan nyeri jika aktifitas berat
- Klien mengatakan nyeri seeperti diremas-remas dan ditusuk
- Klien mengatakan nyeri terasa pada dada menjalar ke
pungggung dan pundak
- Klien mengatakan nyeri terasa pada skala 7
- Klien mengatakan nyeri terasa sepanjang waktu dan datang
dengan tiba-tiba
O:- Klien menjawab pertanyaan dan mengemukakan keluhan
dengan menahan rasa nyeri

08.30 3 - Menjelaskan tentang prosedur S:- Klien mengatakan awalnya risik dengan alat yang terpasang,
tindakan setelah dijelaskan fungsinya klien merasa tenang
O:- Klien tenang, sesekali membetulkan manset di lengan kirinya
karena sering kendur.

08.45 3 - Menjelaskan prosedur tindakan S: - Klien menanyakan hasil EKG,


EKG - Klien mengatakan lega hasilnya tidak terlalu buruk

09.00 1 - Melakukan perekaman EKG O:- Hasil pemeriksaan irama sinus, adanya pembesaran atrium
kiri, tidak ditemukan segmen ST

09.30 2 - Memberikan obat Disolf S:- Klien menanyakan kegunaan obatnya,


- Klien menanyakan obat untuk mengurangi nyeri
O:- Terapi obat disolf 490mg masuk

10.00 2,3 - Memberi penjelasan obat untuk S:- Klien mengatakan agar segera diberi pengurang rasa sakit
Menggurangi nyeri agar dapat beristirahat

10.10 2 - Memberi terapi Morfin + - Terapi morfin 2mg + ketorolac 2x10 mg diencer pada spuit
ketorolac 50 cc masuk via bolus dengan syringe pump 2cc/jam
10.30 - Memberikan terapi Nitrogliserin - Terapi nitrogliserin 10 mg diencer pada spuit 50cc masuk
via bolus dengan syringe pump 20 mcg/menit, 6cc/jam

11.00 2,3 - Mengajarkan terapi non S : - klien merasa lega setelah diajari teknik distraksi relaxasi.
farmakologi distraksi relaxasi O : - Klien tenang, kooperatif
- Klien melaporkan rasa nyaman

11.30 1 - Melakukan balance cairan - Input-output-iwl = 450-50-(15x113/4) = minus 23,75cc

12.00 3
- Menganjurkan keluarga untuk
- Keluarga kooperatif, dapat menerima setelah diberi
membatasi pengunjung
penjelasan.

- Melakukan evaluasi
14.00 1,2,3 - Keluhan klien mulai mereda
- Melakukan pendokumentasian
keperawatan
09 Juli 2017 1,2,3 - Mengobservasi KU klien - KU cukup, TTV : Tekanan darah 143mmHg, Nadi 81x/menit,
07.30 suhu 36,60C, pernafasan 25x/menit, nyeri mulai berkurang,
saturasi oksigen 98%
07.45 1,2 - Mengganti terapi oksigen - Klien mengatakan sesak berkurang, lebih nyaman menggunakan
menggunakan binasal kanul binasal kanul
3l/menit

08.30 1 - Melakukan perekaman EKG - Masker non rebreating 8l/menit diganti binasal kanul 3l/menit
09.00 1,2 - Memberikan terapi Nitrogleserin - Terapi nitrogliserida 10 mg diencer pada spuit 50cc masuk via
bolus dengan syringe pump 10 mcg/menit, 3cc/jam
09.30 - Memindahkan klien ke ruang
perawatan Husna

11.00 2,3 - Mengajarkan teknik distraksi


relaksasi
S: - Klien merasa lega setelah diajari teknik distraksi relaxasi.
- Klien mengatakan jika sesak atau merasa nyeri ia
mempraktekan teknik relaxasi.
O:- Klien tenang, kooperatif
- Klien melaporkan rasa nyaman
11.30 1 - Melakukan balance cairan
O:- Input-output-iwl = 700-200-(15x113/4) = 76,25cc
O:- Pengunjung yang awalnya berjumlah 5 orang menjadi 3 orang.
- Klien terlihat merasa lega
12.00 - Menganjurkan keluarga untuk
2,3
membatasi pengunjung

- Lakulkan pengkajian nyeri S : - Klien mengatakan sebelumnya untuk berpindah posisi saja merasa
12.45 2
menggunakan PQRST nyeri, sekarang nyeri tidak terasa walau duduk tanpa sandaran.
- Klien mengatakan nyeri seeperti diremas-remas dan ditusuk
mulai mereda
- Klien mengatakan nyeri yang terasa pada dada menjalar ke
pungggung dan pundak mulai mereda
- Klien mengatakan nyeri terasa pada skala 4
- Klien mengatakan nyeri datang sesekali dengan frekuensi
sedikit.
O: - Klien menjawab pertanyaan dan mengemukakan keluhan dengan
santai, tidak terlihat menahan nyeri.

13.30 1,2,3 - Melakukan evaluasi keperawatan


- Mendokumentasikan asuhan
15.30 1,2,3
keperawatan

- Klien diperbolehkan pulang


VII. EVALUASI

Tanggal Dx SOAP
08 juli 2017 S : - klien mengatakan mengatakan masih merasa nyeri, nyeri sedikit berkurang, skala nyeri 6
- Klien mengatakan susah untuk beristirahat
O : - hasil pemeriksaan ekg irama sinus, adanya pembesaran atrium kiri, tidak ditemukan elevasi segmen ST.
- Hasil pemeriksaan radiologi : rontgen thorax terdapat cardiomegali, paru-paru bersih.
1 - TTV : tekanan darah 155/85 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,20C, pernafasan 34x/menit, saturasi
oksigen 98%
- Klien masih gelisah, sesekali merintih.
A : - masalah belum teratasi
P : - lanjutkan intervensi
S: - klien mengatakan masih merasa nyeri, nyeri sedikit berkurang, skala nyeri 6
- klien mengatakan nyeri masih terasa pada dada menjalar ke punggung dan bahu
- klien mengatakan merasa lebih tenang
- klien mengatakan sempat tertidur tetapi terbangun karenya tiba-tiba merasa nyeri
2
O: - klien masih gelisah,
- klien masih menunjukan ekspresi menahan nyeri saat membetulkan posisi tidurnya
- TTV : tekanan darah 155/85 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,20C, pernafasan 34x/menit, saturasi
oksigen 98%
- A: - masalah belum teratasi
- P: - lanjutkan intervensi
S : - klien mengatakan khawatir jika sakitnya bertambah parah
- Klien mengatakan merasa sedikit tenang setelah diberi penjelasan prosedur tindakan
O : - klien masih gelisah,
- Terlihat sesekali klien melamun
3
- Ekspresi wajah menunjukan kecemasan
- Strategi koping klien masih kurang bagus
A : - masalah belum teratasi
P : - lanjutkan intervensi
09 Juli 2017 S : - klien mengatakan mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 4
- Klien mengatakan susah untuk beristirahat
O : - hasil pemeriksaan ekg irama sinus, adanya pembesaran atrium kiri, tidak ditemukan elevasi segmen ST.
- TTV : tekanan darah 135/85mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,50C, pernafasan 30x/menit
1
- Klien terlihat gembira, raut wajah cerah
- Udema pada kaki sudah tidak ada
A : - masalah teratasi
P : - pertahankan intervensi
S: - klien mengatakan nyeri sudah berkurang ke skala 4, nyeri timbul sesekali
- Klien mengatakan merasa tenang sudah berada di ruangan biasa
- Klien mengatakan sudah bisa beristirahat tanpa merasa nyeri yang hebat
- Klien mengatakan jika nyeri ia melakukan tarik nafas dalam
- Klien menatakan rasa tertekan di dada sudah tidak ada
2
O: - klien tenang
- Ekspresi wajah klien rileks, klien bercanda dan tertawa dengan pengunjung
- Klien dapat duduk dan beraktifitas tanpa ekspresi nyeri
- TTV : tekanan darah 135/85mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,50C, pernafasan 30x/menit
A: - masalah belum teratasi
P: - lanjutkan intervensi
S : - klien mengatakan percaya bahwa ia akan sembuh
- Klien mengatakan ia percaya bahwa allah pasti mengabulkan doanya
- Klien mengatakan sudah merasa tenang karena keluarganya selalu memberi suport
O : - klien tampak sumringah,
3
- Ekspresi wajah menunjukan klien sudah tidak merasa cemas
- Strategi koping klien bagus
A : - masalah teratasi
P : - pertahankan intervensi
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Infark jantung adalah nekrosis sebagian oto jantung akibat berkurangnya suplai darah

ke bagian otot tersebut akibat oklusi atau thrombosis arteria koronaria atau dapat juga akibat

keadaan syok atau anemia akut. Apabila seseorang mengalami Nyeri dada tiba-tiba

berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas harus dilakukan

tindakan segera yaitu EKG, Pemeriksaan Laboratori, Pemeriksaan Darah, Pemeriksaan

Enzim Serum. Setelah diagnosis infark miokard akut ditegakkan maka selanjutnya dilakukan

observasi dngan cermat.

Berdasarkan materi yang ada tentang sindrom koroner akut asuhan keperawatan yang

dilakukan yaitu :

1. Melakukan pengkajian

2. Menganalisa data

3. Merumuskan diagnosa keperawatan

4. Merencanakan tujuan dan intervensi

5. Mengimplemetasi rencana keperawatan

6. Mengevaluasi

b. Saran

Bagi klien yang mempunyai gejala-gejala yang tampak seperti Nyeri yang memancar

sampai ke bahu, leher, lengan, atau rahang, atau nyeri di punggung diantara tulang belikat

dan gejala sebelumya maka perlu dilakukan dignosis dini karena dapat dicurigai mengalami
penyakit sindrom koroner akut terutama infark miokard akut. Dengan diagnosis yang tepat

dan dengan tindakan yang cermat dan tepat maka kita akan menyelamtkan nyawa penderita.

Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit infark miokard

akut, hendaknya :

1. Klien diberi support agar dapat mempercepat penyembuhan

2. Memberi perawatan dan perhatian kepda klien dalam proses perawatan

3. Penigkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta kerja sama antara pihak rumah sakit

dengan keluarga

Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien apabila dilakukan perawatan

dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. (1998). Diagnosa Keperawata: Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi VI. Jakarta: EGC 

Rilantono, dkk.(1996). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Wasid (2007). Tinjauan Pustaka Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut.

http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/tinjauan-pustaka-konsep-

baru.penanganan.html.Diaskes di Palu, tanggal 10 Maret 2020: Jam 19.10 W

Anda mungkin juga menyukai