DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
1. SARINI 201901157
2. STEVANY SUSILA
3. NI KADEK AYU SWUARI
A. Definisi
adalah suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai Infark
Miocard akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi (NSTEMI) atau tanpa
Harun (2007) berpendapat istilah SKA banyak digunakan saat ini untuk
Akut merupakan satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit coroner yaitu, angina
tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan
elevasi ST, maupun angina pektoris pasca infark atau pasca tindakan intervensi coroner
perkutan. Sindrom coroner Akut merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi
klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium.
B. Etiologi
kolesterol tinggi.
3. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus menerus.
keadaan, yakni:
C. Klasifikasi
1. Kelas I: Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat, dengan nyeri
pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi >2 kali per hari.
2. Kelas II: Sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1 bulan pada
waktu istirahat.
Secara Klinis:
1. Klas A: Sekunder, dicetuskan oleh hal-hal di luar koroner, seperti anemia, infeksi,
2. Kelas B: Prime
3. Klas C: Setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah diobati. Dengan anti
angina (penghambat beta adrenergik, nitrat, dan antagonis kalsium ) Antiangina dan
nitrogliserin intravena.
D. Patofisiologi
Rilantono (1996) mengatakan SKA dimulai dengan adanya ruptur plak arter
koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet, pembentukan trombus, serta aliran
darah coroner yang mendadak berkuran. Hal ini terjadi pada pla coroner yang kaya lipid
dengan fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque).Ini disebut fase plaque disruption
‘disrupsi plak’.
Setelah plak mengalami ruptur maka faktor jaringan (tissue factor) dikeluarkan dan
bersama faktor VIIa membentuk tissue factor VIIa complex mengaktifkan faktor X
menjadi faktor Xa sebagai penyebab terjadinya produksi trombin yang banyak. Adanya
melibatkan aktivasi makrofage dan sel T limfosit, proteinase, dan sitokin, menyokong
perubahan dalam antiadesif dan antikoagulan menjadi prokoagulan sel endotelial, yang
menghasilkan faktor jaringan dalam monosit sehingga menyebabkan ruptur plak. Oleh
karena itu, adanya leukositosis dan peningkatan kadar CRP merupakan petanda inflamasi
pada kejadian coroner akut (IMA) dan mempunyai nilai prognostic. Pada 15% pasien
(bahkan sebelum terjadinya plak). Disfungsi endotel ini dapat disebabkan meningkatnya
inaktivasi nitrit oksid (NO) oleh beberapa spesies oksigen reaktif, yakni xanthine oxidase,
aterosklerosis, perokok, hipertensi, dan gagal jantung.Diduga masih ada beberapa enzim
yang terlibat dalam produk radikal pada dinding pembuluh darah, misalnya
lipooxygenases dan P450-monooxygenases. Angiotensin II juga merupakan aktivator
NADPH oxidase yang poten.Ia dapat meningkatkan inflamasi dinding pembuluh darah
endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi itu.Pada keadaan disfungsi endotel,
faktor konstriktor lebih dominan (yakni endotelin-1, tromboksan A2, dan prostaglandin
H2) daripada faktor relaksator (yakni nitrit oksid dan prostasiklin). Nitrit Oksid secara
langsung menghambat proliferasi sel otot polos dan migrasi, adesi leukosit ke endotel,
serta agregasi platelet dan sebagai proatherogenic. Melalui efek melawan, TXA2 juga
menekan fibrilasi ventrikel, dan luasnya infark. Sindrom coroner akut yang diteliti secara
dengan moderat, dan terjadi disrupsi plak karena beberapa hal, yakni tipis - tebalnya
fibrous cap yang menutupi inti lemak, adanya inflamasi pada kapsul, dan hemodinamik
stress mekanik. Adapun mulai terjadinya Sindrom coroner akut, khususnya IMA,
dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yakni aktivitas/ latihan fisik yang berlebihan (tak
terkondisikan), stress emosi, terkejut, udara dingin, waktu dari suatu siklus harian (pagi
jantung meningkat, dan aliran coroner juga meningkat. Dari mekanisme inilah beta
Rilantono (1996) mengatakan gejala Sindrom Koroner Akut berupa keluhan nyeri
ditengah dada, seperti: rasa ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke leher,lengan kiri dan
kanan, serta ulu hati, rasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin, dan keluhan
nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri, bahu,serta punggung. Lebih
spesifik, ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti masuk angin atau maag.
2. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina).
Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung selama
lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawah, leher, bahu dan
lengan serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat. Nyeri ini dapat
pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau
pada penderita yang pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola serangannya
3. Selain gejala-gejala yang khas di atas, bisa juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang terasa di ulu
hati. Keluhan di atas dapat disertai dengan sesak, muntah atau keringat dingin.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Wasid (2007) mengatakan cara mendiagnosis IMA, ada 3 komponen yang harus
ditemukan, yakni:
1. Sakit dada
normal), terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap positif bila
G. Penatalaksanaan
Rilantono (1996) mengatakan tahap awal dan cepat pengobatan pasien SKA adalah:
oksigen pada miokard yang mengalami cedera serta menurunkan beratnya ST-elevasi.
Ini dilakukan sampai dengan pasien stabil dengan level oksigen 2–3 liter/ menit secara
kanul hidung.
2. Nitrogliserin (NTG): digunakan pada pasien yang tidak hipotensi. Mula-mula secara
sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau aerosol spray. Jika sakit dada tetap ada setelah
3x NTG setiap 5 menit dilanjutkan dengan drip intravena 5–10 ug/menit (jangan lebih
200 ug/menit ) dan tekanan darah sistolik jangan kurang dari 100 mmHg. Manfaatnya
ventrikel; dilatasi arteri coroner besar dan memperbaiki aliran kolateral; serta
tahanan pembuluh sistemik; serta nadi menurun dan tekanan darah juga menurun,
sehingga preload dan after load menurun, beban miokard berkurang, pasien tenang
Colaboration" melaporkan adanya penurunan kejadian vaskular IMA risiko tinggi dari
14% menjadi 10% dan nonfatal IMA sebesar 30%. Dosis yang dianjurkan ialah 160–
325 mg perhari, dan absorpsinya lebih baik "chewable" dari pada tablet, terutama
pada stadium awal 3,4. Aspirin suppositoria (325 mg) dapat diberikan pada pasien
yang mual atau muntah 4. Aspirin boleh diberikan bersama atau setelah pemberian
darah dengan cara menghambat aksi ADP (adenosine diphosphate) pada reseptor
menurunkan 46% kematian vaskular dan nonfatal infark miokard. Dapat dikombinasi
dengan Aspirin untuk prevensi trombosis dan iskemia berulang pada pasien yang
7. Pada pemasangan stent coroner dapat memicu terjadinya trombosis, tetapi dapat
dicegah dengan pemberian Aspirin dosis rendah (100 mg/hari) bersama Ticlopidine
2x 250 mg/hari. Colombo dkk. memperoleh hasil yang baik dengan menurunnya
risiko trombosis tersebut dari 4,5% menjadi 1,3%, dan menurunnya komplikasi
perdarahan dari 10–16% menjadi 0,2–5,5%21. Namun, perlu diamati efek samping
netropenia dan trombositopenia (meskipun jarang) sampai dengan dapat terjadi
purpura trombotik trombositopenia sehingga perlu evaluasi hitung sel darah lengkap
dikombinasi dengan Aspirin, namun tidak ada korelasi dengan netropenia dan lebih
dari adanya risiko perdarahan. Didapatkan setiap 1.000 pasien SKA yang diberikan
peroral, cepat diabsorbsi dan mulai beraksi sebagai antiplatelet agregasi dalam 2 jam
setelah pemberian obat dan 40–60% inhibisi dicapai dalam 3–7 hari. Penelitian
bahwa Clopidogrel secara bermakna lebih efektif daripada ASA untuk pencegahan
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
BB : 113 kg
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati menyebar ke dada, pundak
dan punggung.
Riwayat penyakit sekarang :
Klien datang ke IGD pada tanggal 1 Maret jam 11.00 dengan
keluhan nyeri pada ulu hati menyebar ke dada, pundak, dan
punggung. Klien merasa nyeri sejak pukul 09.00 lalu klien dibawa
ke puskesmas Buayan sebelum akhirnya klien meminta dirujuk ke
RSU PKU Muhammadiyah.
Gombong. Klien masuk ICU setelah sebelumnya mendapat perawatan
di ruang Husna PKU Muhammadiyah Gombong dengan diagnosa medis
NSTEMI. Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis GCS E:4
M:6 V:5. Klien terpasang O2 dengan non-rebreating masker
8liter/menit, terpasang syringe pump dengan NTG di spuit 50cc
3cc/jam, terpasang kondom kateter, terpasang infus RL 20cc/jam pada
tangan kanan. Ssat dikaji TTV klien yaitu: TD 153/94 mmHg, Nadi 70
x/menit, Pernafasan 38x/menit, Suhu 36,1o Celcius, Saturasi Oksigen
98%.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat saat di IGD:
Klien masuk IGD tanggal 07 juli 2017 pukul 10.00 rujukan dari
puskesmas Buayan dengan keluhan nyeri dada menjalar ke punggung
dan pundak. Saat di IGD TTV Klien yaitu: TD 197/118 mmHg, Nadi
71x/menit, Suhu 36,7oCelcius, Rr 37 x/menit, dan SpO2 95%.
- Riwayat pengobatan:
Klien mengatakan belum pernah berobat karena penyakit ini. Klien
mengatakan belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
- Riwayat penyakit sebelumnya:
Klien mengatakan baru pertama dirawat dengan keluhan seperti ini,
sebelumnya klien belum pernah dirawat baik karena penyakit menular,
penyakit menaun, ataupun penyakit menurun.
- Lain-lain:
Klien mengaku pernah mengecek kadar gulanya dan ternyata tinggi.
Riwayat penyakit keluarga :
- Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
seperti dirinya. Klien mengatakan ayah dan ibunya belum pernah dirawat
di Rumah Sakit.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
Klien mengatakan sesak nafas. Rr 36x/menit saturasi oksigen 98%. Irama nafas cepat.
Suara nafas mengi. Terpasang Non-rebreating mask 8l/menit. Tidak ada penumpukan
sekret. Hidung bersih
b. B2 (Blood)
TD 153/94mmHg. Nadi 70x/menit. Suara jantung normal tidak ada suara jantung
tambahan. Saturasi oksigen 98%. Adanya peningkatan JVP.
c.B3 (Brain)
Mandi √ √
Berpakaian √ √
Toileting √ √
Berpindah √ √
Makan √ √
Keterangan :
0 : Mandiri penuh
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Ketergantungan
f. Pola Mempertahankan Suhu
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunakan kipas angin saat panas, jaket dan
selimut saat dingin
k. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah berkomunikasi, suara jelas
dan bisa mendengar dengan baik
Saat dikaji : Komunikasi kurang lancar karena sesak, sesekali menghela nafas
l. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Klien mengatakan bekerja sebagai pegawai lapangan PDAM
Saat dikaji : Hanya berbaring di tempat tidur
m. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunkan baju dan celana pendek,
memakai pakaian yang disukainya
Saat dikaji : Klien mengenakan pakaian sederhana.
n. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah berkomunikasi, suara
jelas dan bisa mendengar dengan baik
Saat dikaji : Komunikasi kurang lancar karena sesak, sesekali menghela nafas
o. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Klien mengatakan bekerja sebagai pegawai lapangan
PDAM.
Saat dikaji : Hanya berbaring di tempat tidur
p. Pola Berpakaian
Nilai
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
Jum’at SGOT 18.00 0 -50 U/L
07-07- SGPT 13.00 0 – 50 U/L
2017 Natrium 140.4 135 - 147 mEq/L
Kalium 3.71 3.5 – 5.0 mEq/L
HBs Ag Neg Negatif -
Leukosit 14.47 H 3.8 – 10.6 10^3/ul
Eritrosit 5.03 4.4 – 5.9 10^6/ul
Hemoglobin 14.7 13.2 – 17.3 g/dl
Hematokrit 42.2 40 -52 %
MCV 93.9 80 – 100 fL
MCH 29.2 26 – 34 pg
MCHC 31.1 L 32 – 36 g/dl
Trombosit 249 150 – 440 10^3/ul
Basofil 0.2 0 – 1.0 %
Eosinofil 7.5 H 2.0 - 4.0 %
Neutrofil 79.2 H 50 – 70 %
Limfosit 8.8 L 25 – 40 %
Monosit 4.3 2.0 – 8.0 %
GDS 160 H 70 – 105 mg/dl
Ureum 30 15 -39 mg/dl
Kreatinin 1.10 0.9 – 1.3 mg/dl
Kolesterol 231 H 0 – 200 mg/dl
Trigliserida 134 0 - 150 mg/dl
LDL kolesterol 105 <130 mg/dl
HDL kolesterol 50 33 - 55 mg/dl
b. Pemeriksaan Thoraks
- Tampak adanya pembesaran jantung
- Tidak tampak adanya kelainan paru
II. ANALISA DATA
- Klien dapat mengenali factor penyebab dan - Gunakan teknik distraksi relaxasi
menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor - Observasi pasien tentang skala nyeri
tersebut atau ketidaknyamanan
- Gunakan tebel nyeri untuk memonitor
- Klien dapat beristirahat
nyeri terhadap efek pemberian obat
- Kaji tentang
kepercayaan, kebudayaan, terhadap
nyeri pasien dan responnya.
- Observasi nonverbal pasien terhadap
ketidaknyamanan.
- Observasi gejala yang berhubungan
dengan dispnea, mual/muntah,
pusing.
- Evaluasi laporan nyeri pada leher,
bahu, tangan/lengan khususnya sisi
kiri.
- Posisikan pasien pada istirahat total
selama episode angina.
- Observasi tanda-tanda vital
- Ciptakan lingkungan yang tenang,
nyaman bila perlu batasi pengunjung
- Berikan makanan yang lembut
- Kolaborasi :
• Pemberian oksigen
• Nitro Gliserin
• Beta Bloker
• Morfin sulfat
3 Kecemasan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x7jam - Gunakan teknik komunikasi terapiutik
berhubungan dengan diharapkan kecemasan berkurang dengan kriteria hasil :
- Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
perubahan status - klien menyatakan ansietas menurun sampai tingkat
- Kaji ekspresi pasien terhadap takut :
kesehatan yang dapat diatasi.
menolak, depresi, marah
- Klien menunjukkan strategi koping yang efektif
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat - Beritahu pasien tentang program
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan medis yang telah dibuat untuk
menurunkan serangan akan datang
- Kaji tanda vital
08.10 2 - Melakukan pengkajian nyeri S: - Klien mengatan nyeri jika aktifitas berat
- Klien mengatakan nyeri seeperti diremas-remas dan ditusuk
- Klien mengatakan nyeri terasa pada dada menjalar ke
pungggung dan pundak
- Klien mengatakan nyeri terasa pada skala 7
- Klien mengatakan nyeri terasa sepanjang waktu dan datang
dengan tiba-tiba
O:- Klien menjawab pertanyaan dan mengemukakan keluhan
dengan menahan rasa nyeri
08.30 3 - Menjelaskan tentang prosedur S:- Klien mengatakan awalnya risik dengan alat yang terpasang,
tindakan setelah dijelaskan fungsinya klien merasa tenang
O:- Klien tenang, sesekali membetulkan manset di lengan kirinya
karena sering kendur.
09.00 1 - Melakukan perekaman EKG O:- Hasil pemeriksaan irama sinus, adanya pembesaran atrium
kiri, tidak ditemukan segmen ST
10.00 2,3 - Memberi penjelasan obat untuk S:- Klien mengatakan agar segera diberi pengurang rasa sakit
Menggurangi nyeri agar dapat beristirahat
10.10 2 - Memberi terapi Morfin + - Terapi morfin 2mg + ketorolac 2x10 mg diencer pada spuit
ketorolac 50 cc masuk via bolus dengan syringe pump 2cc/jam
10.30 - Memberikan terapi Nitrogliserin - Terapi nitrogliserin 10 mg diencer pada spuit 50cc masuk
via bolus dengan syringe pump 20 mcg/menit, 6cc/jam
11.00 2,3 - Mengajarkan terapi non S : - klien merasa lega setelah diajari teknik distraksi relaxasi.
farmakologi distraksi relaxasi O : - Klien tenang, kooperatif
- Klien melaporkan rasa nyaman
12.00 3
- Menganjurkan keluarga untuk
- Keluarga kooperatif, dapat menerima setelah diberi
membatasi pengunjung
penjelasan.
- Melakukan evaluasi
14.00 1,2,3 - Keluhan klien mulai mereda
- Melakukan pendokumentasian
keperawatan
09 Juli 2017 1,2,3 - Mengobservasi KU klien - KU cukup, TTV : Tekanan darah 143mmHg, Nadi 81x/menit,
07.30 suhu 36,60C, pernafasan 25x/menit, nyeri mulai berkurang,
saturasi oksigen 98%
07.45 1,2 - Mengganti terapi oksigen - Klien mengatakan sesak berkurang, lebih nyaman menggunakan
menggunakan binasal kanul binasal kanul
3l/menit
08.30 1 - Melakukan perekaman EKG - Masker non rebreating 8l/menit diganti binasal kanul 3l/menit
09.00 1,2 - Memberikan terapi Nitrogleserin - Terapi nitrogliserida 10 mg diencer pada spuit 50cc masuk via
bolus dengan syringe pump 10 mcg/menit, 3cc/jam
09.30 - Memindahkan klien ke ruang
perawatan Husna
- Lakulkan pengkajian nyeri S : - Klien mengatakan sebelumnya untuk berpindah posisi saja merasa
12.45 2
menggunakan PQRST nyeri, sekarang nyeri tidak terasa walau duduk tanpa sandaran.
- Klien mengatakan nyeri seeperti diremas-remas dan ditusuk
mulai mereda
- Klien mengatakan nyeri yang terasa pada dada menjalar ke
pungggung dan pundak mulai mereda
- Klien mengatakan nyeri terasa pada skala 4
- Klien mengatakan nyeri datang sesekali dengan frekuensi
sedikit.
O: - Klien menjawab pertanyaan dan mengemukakan keluhan dengan
santai, tidak terlihat menahan nyeri.
Tanggal Dx SOAP
08 juli 2017 S : - klien mengatakan mengatakan masih merasa nyeri, nyeri sedikit berkurang, skala nyeri 6
- Klien mengatakan susah untuk beristirahat
O : - hasil pemeriksaan ekg irama sinus, adanya pembesaran atrium kiri, tidak ditemukan elevasi segmen ST.
- Hasil pemeriksaan radiologi : rontgen thorax terdapat cardiomegali, paru-paru bersih.
1 - TTV : tekanan darah 155/85 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,20C, pernafasan 34x/menit, saturasi
oksigen 98%
- Klien masih gelisah, sesekali merintih.
A : - masalah belum teratasi
P : - lanjutkan intervensi
S: - klien mengatakan masih merasa nyeri, nyeri sedikit berkurang, skala nyeri 6
- klien mengatakan nyeri masih terasa pada dada menjalar ke punggung dan bahu
- klien mengatakan merasa lebih tenang
- klien mengatakan sempat tertidur tetapi terbangun karenya tiba-tiba merasa nyeri
2
O: - klien masih gelisah,
- klien masih menunjukan ekspresi menahan nyeri saat membetulkan posisi tidurnya
- TTV : tekanan darah 155/85 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,20C, pernafasan 34x/menit, saturasi
oksigen 98%
- A: - masalah belum teratasi
- P: - lanjutkan intervensi
S : - klien mengatakan khawatir jika sakitnya bertambah parah
- Klien mengatakan merasa sedikit tenang setelah diberi penjelasan prosedur tindakan
O : - klien masih gelisah,
- Terlihat sesekali klien melamun
3
- Ekspresi wajah menunjukan kecemasan
- Strategi koping klien masih kurang bagus
A : - masalah belum teratasi
P : - lanjutkan intervensi
09 Juli 2017 S : - klien mengatakan mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 4
- Klien mengatakan susah untuk beristirahat
O : - hasil pemeriksaan ekg irama sinus, adanya pembesaran atrium kiri, tidak ditemukan elevasi segmen ST.
- TTV : tekanan darah 135/85mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,50C, pernafasan 30x/menit
1
- Klien terlihat gembira, raut wajah cerah
- Udema pada kaki sudah tidak ada
A : - masalah teratasi
P : - pertahankan intervensi
S: - klien mengatakan nyeri sudah berkurang ke skala 4, nyeri timbul sesekali
- Klien mengatakan merasa tenang sudah berada di ruangan biasa
- Klien mengatakan sudah bisa beristirahat tanpa merasa nyeri yang hebat
- Klien mengatakan jika nyeri ia melakukan tarik nafas dalam
- Klien menatakan rasa tertekan di dada sudah tidak ada
2
O: - klien tenang
- Ekspresi wajah klien rileks, klien bercanda dan tertawa dengan pengunjung
- Klien dapat duduk dan beraktifitas tanpa ekspresi nyeri
- TTV : tekanan darah 135/85mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,50C, pernafasan 30x/menit
A: - masalah belum teratasi
P: - lanjutkan intervensi
S : - klien mengatakan percaya bahwa ia akan sembuh
- Klien mengatakan ia percaya bahwa allah pasti mengabulkan doanya
- Klien mengatakan sudah merasa tenang karena keluarganya selalu memberi suport
O : - klien tampak sumringah,
3
- Ekspresi wajah menunjukan klien sudah tidak merasa cemas
- Strategi koping klien bagus
A : - masalah teratasi
P : - pertahankan intervensi
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Infark jantung adalah nekrosis sebagian oto jantung akibat berkurangnya suplai darah
ke bagian otot tersebut akibat oklusi atau thrombosis arteria koronaria atau dapat juga akibat
keadaan syok atau anemia akut. Apabila seseorang mengalami Nyeri dada tiba-tiba
berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas harus dilakukan
Enzim Serum. Setelah diagnosis infark miokard akut ditegakkan maka selanjutnya dilakukan
Berdasarkan materi yang ada tentang sindrom koroner akut asuhan keperawatan yang
dilakukan yaitu :
1. Melakukan pengkajian
2. Menganalisa data
6. Mengevaluasi
b. Saran
Bagi klien yang mempunyai gejala-gejala yang tampak seperti Nyeri yang memancar
sampai ke bahu, leher, lengan, atau rahang, atau nyeri di punggung diantara tulang belikat
dan gejala sebelumya maka perlu dilakukan dignosis dini karena dapat dicurigai mengalami
penyakit sindrom koroner akut terutama infark miokard akut. Dengan diagnosis yang tepat
dan dengan tindakan yang cermat dan tepat maka kita akan menyelamtkan nyawa penderita.
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit infark miokard
akut, hendaknya :
3. Penigkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta kerja sama antara pihak rumah sakit
dengan keluarga
Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien apabila dilakukan perawatan
dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. (1998). Diagnosa Keperawata: Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi VI. Jakarta: EGC
Wasid (2007). Tinjauan Pustaka Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut.
http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/tinjauan-pustaka-konsep-