Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI ISOLASI SOSIAL

OLEH :
KELOMPOK 2
1. SARINI 8. RUSAEDAH MALIK
2. HARDIYANTI 9. RINA
3. NI KADE AYU SUARI 10. NURLIAN
4. MOH. AFANDI 11. NI KADEK NURIYANTI
5. I GEDE ROY SUGIARTA 12. ROBERT TANGKE
6. ANNELINUS 13. FERNI ALFRYDA
7. AHMAD ZAIFUL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU


2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang

berhubungan dengan fisik maupun dengan mental (Baihaqi dkk, 2005 : 4). Salah satu faktor

yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya stresor psikososial.

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan

dalam kehidupan seseorang (anak, remaja atau dewasa): sehingga orang itu terpaksa

menadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi tekanan yang timbul (Hawari, 2001 : x ).

Stressor psikososial ini muncul sebagai akibat dari perubahan-perubahan sosial yang serba

cepat yang merupakan dampak proses modernisasi dan industrialisasi.

Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang

spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan

penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (American Nurses Association

dalam Hamid 2000).

B. Tujuan

Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan

umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1.     Mampu menjelaskan mengenai isolasi sosial

2.      Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan isolasi sosial


BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau bahkan sama

sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien mungkin merasa

ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,dkk, 2009).

Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun

lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara fisik

maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme

individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan

orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang

lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi

rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).

B. Faktor Penyebab Isolasi Sosial

Menurut Pusdiklatnakes (2012) kegagalan-kegagalan yang terjadi sepanjang daur

kehidupan dapat mengakibatkan perilaku menarik diri:

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Biologis

Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa, adanya resiko, riwayat penyakit

trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.

b. Faktor Psikologis

Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran diri, tidak jelasnya atau

berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-cita, krisis

identitas dan kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan,yang
dapat menyebabkan gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan akhirnya

menjadi masalah isolasi sosial.

c. Faktor Sosial Budaya

Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari kalangan ekonomi rendah,riwayat

penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,tingkat penididikan rendah dan

kegegalan dalam berhubungan sosial.

2. Faktor Presipitasi

Biasanya ditemukan riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis,atau kelaianan struktur

otak,kekerasan dalam keluarga,kegagalan dalam hidup, kemiskinan, atau adanya tuntutan di

keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien,konflik antar masyarakat.

Faktor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress

seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan

orang lain dan menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :

a. Faktor sosiokultural.

Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, dan berpisah dari orang

yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.

b. Faktor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan

untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan

orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas

tinggi (Stuart, 2006).


C. Proses Terjadinya Isolasi Sosial

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi

sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar

belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan

tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan

orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas

dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam

dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak

sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Dalami, dkk, 2009).
D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial:

1. Menarik diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:

a. Gejala Subjektif

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Respon verbal kurang atau singkat

4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

7) Klien merasa tidak berguna

8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

9) Klien merasa ditolak

b. Gejala Objektif

1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara

2. Tidak mengikuti kegiatan

3. Banyak berdiam diri di kamar

4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat

5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

6. Kontak mata kurang

7. Kurang spontan

8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)

9. Ekpresi wajah kurang berseri


2) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

3) Mengisolasi diri

4) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

5) Memasukan makanan dan minuman terganggu

6) Retensi urine dan feses

7) Aktifitas menurun

8) Kurang enenrgi (tenaga)

9) Rendah diri

10) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur).

E. Penatalaksanaan Medis

Menurut Dermawan, 2013 penatalaksanaan klien yang mengalami isolasi sosial adalah dengan

pemberian obat-obatan dan tindakan lain yaitu :

a. Terapi Farmakologi

a. Clorpromazine (CPZ)

Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai

realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri

terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi,

gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya

berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja,

hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut

kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata

kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama


jantung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,

sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,

metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka

panjang.

b. Haloperidol (HLP)

Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta

dalam fungsi kehidupan sehari – hari.

Efeksamping :Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi,

hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan

irama jantung).

c. Trihexy phenidyl (THP)

Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan

idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan

fenotiazine.

Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti

kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi,

hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan

irama jantung).

2. Electro Convulsive Therapy

Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan eletroshock adalah

suatu terapi psiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam pengobatannya. Biasanya

ECT ditunjukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon pada obat psikiatri
pada dosis terapinya. Diperkirakan hampir 1 juta orang di dunia mendapat terapi ECT setiap

tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk memberikan efek

kejang klonik yang dapat memberikan efek terapi selama 15 menit.

F. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Rusdi (2013) pengkajian asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial adalah

sebagai berikut :

a. Identitas

Identitas terdiri dari : nama pasien (Identitas), umur, jenis kelamin, agama, alamat

lengkap, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, informan, keluarga yang

bisa dihubungi.

b. Alasan masuk

Alasan klien masuk bisa dilihat dari riwayat rekam medik klien ataupun bisa didapatkan

dari keluarga pasien. Bagaimana keadaan klien selama dirumah, apa yang menyebabkan

pasien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk

mengatasi masalah, dan bagaimana hasilnya.

c. Faktor predisposisi

Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan yang pernah

dilakukan sebelumnya (biasanya berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil). Biasanya

pasien pernah menjadi mengalami dan menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.Biasanya

ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Biasanya ada pengalaman masa
lalu pasien yang tidak menyenangkan seperti kegagalan, kehilangan, perpisahan,

kematian, trauma selama tumbuh kembang yang pernah dialami pasien pada masa lalu.

d. Fisik

Biasanya difokuskan pada system dan fungsi organ. Pada pemeriksaan fisik dilakukan

pemeriksaan head to toe,tanda - tanda vital (TTV) ,ukur tinggi badan dan berat badan,

dan kaji lebih lanjut sitem dan fungsi organ serta jelaskan dengan kondisi yang sesuai

dengan keluhan yang ada

e. Psikososial

1) Genogram

Adanya anggota keluarga pasien yang lain yang mengalami gangguan jiwa, pola

komunikasi terganggu, begitu pula dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.

Genogram dilihat dari 3 generasi sebelumnya.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh

Biasanya berisi tentang persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang

disukai dan bagian tubuh yang tidak disukainya.Biasanya pasien mudah kecewa,

mudah putus asa, menutup diri.

b) Identitas diri

Biasanya berisikan status pasien atau posisi pasie sebelum dirawat.Kepuasan

pasien sebagai laki – laki atau perempuan. Dan kepuasan pasien terhadap status

dan posisinya di (sekolah, tempat kerja, dan kelompok)

c) Peran diri
Biasanya pasien menceritakan tentang peran/tugas yang diemban dalam keluarga/

kelompok masyarakat. Kemampuan pasien dalam melaksanakan tugas atau peran

tersebut biasanya mengalami krisis peran.

d) Ideal diri

Biasanya berisi tentang harapan pasien terhadap penyakitnya.Harapan pasien

terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, dan masyarakat).Dan

harapan pasien terhadap tubuh, posisi, status, dan tugas atau peran.Biasanya

gambaran diri negatif.

e) Harga diri

Biasanya tentang bagaimana cara pasien memandang dirinya, orang lain sesuai

dengan kondisi pada citra diri, identitas diri, peran diri, dan ideal diri. Penilaian/

penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya. Biasanya pasien

mengalami harga diri rendah.

f) Hubungan sosial

Biasanya pasien dengan isolasi sosial apatis, tidak mempunyai orang yang

terdekat dan sering dicemoohkan oleh lingkungan disekitar pasien

g) Spritual

- Nilai dan keyakinan

Biasanya nilai – nilai dan keyakinan terhadap agama kurang sekali, keyakinan

agama pasien isolasi sosial juga terganggu

- Kegiatan ibadah

Biasanya pasien menjalankan kegiatan ibadah dirumah sebelumnya, saat sakit

ibadah terganggu atau sangat berlebihan.


h) Status mental

- Penampilan

Biasanya penampilan pasien tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, dan

cara berpakaian pasien tidak seperti biasanya, kuku panjang, rambut tampak

banyak ketombe, pakaian tampak kotor.

- Cara bicara/ pembicaraan

Biasanya cara bicara pasien dengan isolasi sosial biasanya lambat, membisu,

dan tidak mampu memulai pembicaraan.

- Aktivitas motorik

Biasanya keadaan pasien tampak lesu, tegang, gelisah, sering menyendiri dan

tremor.

- Alam perasaan

Biasanya ditemukan keadaan pasien tampak seperti sedih, ketakutan, putus

asa, dan khawatir.

- Afek

Biasanya afek pasien datar, tumpul, labil, tidak sesuai, berlebihan, dan

ambivalen.

- Interaksi selama wawancara

Biasanya pada saat melakukan wawancara pasien bermusuhan, tidak

kooperatif , mudah tersinggung, kontak mata tidak mau menatap lawan bicara,

dan selalu curiga.

- Persepsi
Biasanya pasien isolasi social tergantung dari halusinasi yang di derita oleh

pasien. Seperti halusinasi pendengaran mendengar sesuatu, penglihatan

melihat sesuatu, penghidu menghidu sesuatu, pengecap mengecap sesuatu,

perabaan merasakan sesuatu, jika ditemukan halusinasi maka perlu ditanyakan

apa isi halusinasi dan frekuensi gejala yang tampak saat pasien berhalusinasi.

- Proses pikir

Biasanya pada pasien isloasi sosial proses pikir pasien Sirkumtansial,

tangensial dan kehilangan asosiasi.

- Isi pikir

Biasanya pada pasien isolasi sosial ditemukan phobia, depersonalisasi dan ide

yang terkait

- Tingkat kesadaran

Biasanya pada pasien ditemukan tingkat kesadaran bingung dan sedasi

melalui wawancara atau observasi.

- Tingkat konsentrasi berhitung

Biasanya pada saat dilakukan wawancara cendrung tidak mampu

berkonsentrasi dan tidak mampu berhitung.

- Kemampuan penilaian

Biasanya pasien mengalami gangguan kemampuan penilaiaan bermakna.

- Daya tilik diri

Biasanya pasien mengingkari penyakit yang diderita dan menyalahkan hal-hal

yang diluar dirinya.


i) Kebutuhan Persiapan pulang

- Makan

Biasanya pasien kurang makan dan makan pasien tidak sesuai kebutuhan.

- Mandi

Biasanya pasien tidak mau mandi, gosok gigi, tampak kusam dan tidak mau

menggunting kuku.

- BAK/BAB

Biasanya BAB/BAK pasien normal/ tidak ada gangguan

- Berpakaian

Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, dan memakai pakaian yang

tidak serasi

- Istirahat

Biasanya istirahat pasien terganggu

- Penggunaan obat

Biasanya pasien minum obat tidak teratur

- Aktivitas dalam rumah

Biasanya pasien malas mengerjakan pekerjaan rumah

- Aktivitas diluar ruma

Pasien tidak mau beraktivitas diluar rumah, karena pasien selalu merasa

ketakutan.

j) Mekanisme Koping

- Adaptif

Biasanya pasien menyendiri, otonomi, mutualisme dan interdependent


- Maladaptif

Biasanya reaksi pasien lambat/berlebihan, pasien bekerja secara berlebihan,

selalu menghindar dan menciderai diri sendiri.

- Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya pasien mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungan,

biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari kelompok, masalah

dengan pendidikan, masalah dengan pekerjaan, masalah dengan ekonomi dan

masalah dengan pelayanan kesehatan.

- Pengetahuan

Biasanya pasien isolasi sosial mengalami gangguan kognitif

2. Diagnosa, Intervensi dan Rasional

Diagnosa Perencanaan Rasional


No
keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Isolasi sosial Tujuan Umum : Setelah 1 x 30 menit SP 1 :       Hubungan saling
Pasien mampu pertemuan pasien : 1.     Bina hubungan percaya
berinteraksi 1.     Mampu saling percaya merupakan
dengan orang membina dengan tindakan : landasan dasar
lain secara hubungan saling -      Mengucapkan interaksi perawat
optimal percaya di tandai salam setiap dengan klien
dengan pasien kali interaksi sehingga klien
Tujuan Khusus: menunjukkan dengan pasien terbuka dalam
Pasien mampu : ekspresi wajah -      Berkenalan mengungkapkan
1.     Membina bersahabat, dengan pasien : masalahnya dan
hubungan memperlihatkan perkenalakan menimbulkan
saling percaya rasa senang, ada nama dan nama sikap menerima
2.     Menyadari kontak mata, panggilan yang terhadap orang
penyebab mau berjabat disukai, serta lain
isolasi sosial tangan, mau tanyakan nama
3.     Berkenalan menyebutkan dan nama
dengan namanya, mau panggilan
perawat menjawab salam, pasien
pasien mau -      Menanyakan
duduk perasaaan dan
berdampingan keluhan pasien
dengan perawat, saat ini
mau -      Buat kontrak
mengutarakan asuhan: apa
masalah yang yang akan
dihadapi dilakukan
2.     Mampu bersama pasien
mengenal nerapa lama
penyebab isolasi akan
sosial, dikerjakan, dan
keuntungan dimana
berhubungan tempatnya
dengan orang -      Jelaskan
lain, dan bahwa
kerugian tidak informasi yang
berhubungan diperoleh
3.     Mampu untuk
berkenalan kepentingan
dengan perawat terapi akan
4.     Mampu dirahasikan
menyusun jadwal -      Setiap sat
kegiatan harian tunjukkan
berkenalan sikap empati
terhadap pasien
-      Penuhi
kebutuhan
dasar pasien
bila
memungkinkan

2.     Bantu pasien      Agar klien dapat


mengenal mengenal dan
penyebab isolasi mengungkapkan
sesuai dengan penyebab isolasi
tindakan sebagai sosial yang terjadi
berikut :
-     Menanyakan
pendapat
pasien tentang
kebiasaan
berinteraksi
dengan orang
lain
-      Siapa yang
satu rumah
dengan pasien
-      Siapa yang
dekat dengan
pasien
-      Apa sebabnya?
-      Siapa yang
tidak dekat
dengan pasien
dan apa
sebabnya
-      Menayakan
apa yang
menyebabkan
pasien tidak
ingin
berinteraksi
dengan orang
lain
3.     Bantu pasien       Agar klien
mengenal mempunyai
keuntungan keinginan
berhubungan berinteraksi
dengan orang dengan orang lain
lain dengan cara
mendiskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman
dan bergaul
akrab dengan
mereka
4.     Bantu pasien       Agar klien
mengenal menyadari
kerugian tidak kerugian yang
berhubungan ditimbulkan
dilakukan akibat
dengan cara : berinteraksi
-     Mendiskusikan dengan orang lain
keruguan bila
pasien hanya
mengurung diri
dan tidak
bergaul dengan
orang lain
-      Menjelaskan
pengaruh
isolasi sosial
terhdap
kesehatan fisik
pasien
5.     Latih dan       Dengan belajar
ajarkan pasien berkenalan
berkenalan menimbulkan
dengan cara : motivasi klien
-      Jelaskan untuk berinteraksi
kepada pasien dengan orang lain
cara
berinteraksi
dengan orang
lain
-      Berikan contoh
bcara
berinteraksi
dengan
perawat atau
tamu :
-      Sebutkan dulu
nama kita dan
nama
panggilan asal
dan hobi
-      Menanyakan
nama, nama
panggilan asal
dan hobi

6.    Masukan dalam        Memberikan rasa


jadwal harian tanggungjawab
pada pasien untuk
melaksanakan
kegiatan dengan
teratur
4.     Berkenalan Setelah interaksi 1 x SP 2
dengan 2-3 orang 30 menit pasien : 1.     Mengevaluasi Dengan menilai
dan berbicara 1.     Mampu kegiatan yang kemampuan dan
sambil melakukan berinterakasi lalu (SP1). Beri perkembangan
2 kegiatan harian dengan orang pujian pasien, dapat
lain secara 2.     Latih cara emberikan
bertahap : berbicara saat kesempatan dan
berkenalan melakukan motivasi klien
dengan 2-3 orang kegiatan harian untuk mau
2.     Mampu (latih 2 kegiatan) melakukan
berbicara sambil 3.     Memasukkan interaksi secara
melakukan pada jadwal bertahap dan
kegiatan harian harian interaksi saat
(2 kegiatan) berkenalan melakukan
3.     Mampu dengan 2-3 orang kegiatan
memasukkan pasien, perawat
dalam jadwal dan tamu,
kegiatan harian berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
5.     Berkenalan denga Setelah interaksi 1 x SP 3 :
4-5 orang dan 30 menit pasien : 1.     Evaluasi        Sebagai dasar
berbicara sambil 1.     Mampu kegiatan yang lalu perawat untuk
melakukan 2 menyebutkan (SP 1 dan SP 2). menilai
kegiatan harian kegiatan yang Beri pujian perkembangan
baru sudah dilakukan klien dalam
2.     Mampu mengenal cara
beribteraksi berinteraksi
dengan orang        
lain secara 2.     Latih cara Memberikan
bertahap : berbicara saat motivasi klien
berkenala dengan meakukan untuk berinteraksi
4-5 orang sambil kegiatan harian dan mendapatkan
berbicara sambil ( 2 kegiatan baru) respon yang
melakukan 2 positif
kegiatan (baru)
3.     Mampu 3.   Masukan pada       Memberikan
memasukkan jadwal kegiatan motivasi dan rasa
dalam jadwal untuk latihan tanggungjawab
kegiatan harian berkenalan 4-5 pada pasien untuk
orang berbicara melaksanakan
saat melakukan 4 kegiatan
kegiatan harian berkenalan
dengan teratur
6.     Berbicara sambil Setelah interaksi 1 x SP 4 :
melakukan 30 menit pasien : 1.     Evaluasi        Menilai
kegiatan sosial 1.     Mampu kegiatan lalu (SP perkembangan
menyebutkan 1, SP 2, dan SP dan kemajuan
kegiatan yang 3). Beri pujian pasien
sudah dilakukan        
2.     Mampu 2.   Latih cara bicara Memberikan motivasi
berinteraksi sosial : meminta klien untuk
dengan orang sesuatu, berinteraksi dan
lain secara emnejawab mendapatkan
bertahap: pertanyaan respon yang
berkenalan positif
dengan > 5 orang        
dan bersosialisasi 3.  Masukkan pada Memberikan
3.     Mampu jadwal keguatan motivasi dan rasa
memasukkan untuk latihan tanggungjawab
dalam jadwal berkenalan pada pasien untuk
kegiatan harian dengan >5 orang, melaksanakan
orang baru, kegiatan
bebicara saat berkenalan
melakukan dengan teratur
kegiatan dan
bersosialisasi
Keluarga mampu: Setelah interaksi 1 x SP 1
Merawat pasien 30 menit keluarga : Beri penyuluhan        Dengan
di rumah 1.     Mampu kepada keluarga penyuluhan dapat
mengidentifikasi tentang cara meibatkan
masalah dan merawat pasien keluarga dalam
menjelaskan cara isolasi sosial di meningkatkan
merawat pasien rumah kemmapuan
dengan isolasi 1.    Identifikasi dan keluarga untuk
sosial : diskusikan merawat pasien
berkenalan dan masalah keluarga sehingga
berbicara saat dlam merawat meningkatkan
melakukan pasien di rumah perawatan pasien
kegiatan harian        

2.  Diskusikan Memberikan
bersama kleyarga kesempatan
tentang isolasi kepada keluarga
sosiL : mengungkapkan
Pengertian, tanda masalh keluarga
dan gejala serta dalam merawat
proses terjadinya pasien di rumah
       
3.   Jelaskan dua cara Meningkatkan
merawat pasien pegetahuan dan
dengan kemampuan
berkenalan dan keluarga untuk
berbicara saat mengenal
melakukan masalah isolasi
kegiatan harian sosial yang
dialami pasien
       
4.   Anjurkan Memberikan
membantu pasien pemahaman dan
sesuai jadwal saat meningkatkan
besuk kemmapuan cara
merawat pasien
dengan isolasi
sosial
Setelah interaksi 1 x SP 2 :
30 menit keluarga : 1.     Evaluasi        Memberikan
1.     Mampu kegiatan yang keyakinan dan
mempraktekan lalu (SP1). Beri rasa percaya diri
cara merawat pujian pada keluarga
pasien isolasi 2.     Jelaskan dalam merawat
sosial dengan kegiatan rumah anggota keluarga
cara melakukan tangga yang dengan isolasi
kegiatan harian dapat melibatkan sosial
pasien berbicara
(makan, gotong
royong di
lingkungan
rumah) di rumah
3.     Latih cara
membimbing
pasien berbicara
dan beri pujian
4.     Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal
dan beri pujian
saat besuk
Setelah interaksi 1 x SP 3:
30 menit keluarga : 1.     evaluasi kegiatan -     Meningkatkan
1.  Mampu yang lalu )SP 1, pengetahuan
mempraktekan Sp. Beri pujian dan
cara merawat 2.     Jelaskan cara kemamouan
pasien isolasi melatih pasie keluarga untuk
sosial denga cara melakukan merawat pasien
melakukan kegaitan sosial -      Memberikan
kegiatan sosial seperti keyakinan dan
berbelanja ke arsa peracya
warung, meminta dri pada
sesuatu, dll kelyarga dalam
3.     Latih keluarga merawat
mengajak pasien anggota
belanja saat keluarga
besuk dengan isolasi
4.     Anjurkan sosial
membantu pasien
sesuai jadwal
dan berikan
pujian saat besuk
Seyelah interaksi 1 x SP 4
30 menit keluarga : 1.     Evaluasi -    Membantu
1.  Mampu membuat kegaitan yang memberikan
jadwal aktifitas di lalu (SP1, SP2, rasa
rumah/ Sp3). Beri pujian tanggungjawab
perecanaan pada keluarga
pulang pasien dan agar pasien
melaksanakan melaksanakan
follow up pasien 2.     Jelaskan follow kegaitan serta
setelah pulang up ke RSj/PKM, minum obat
tanda kambuh, dengan teratur
rujukan

3.     Anjurkan -      Memberikan
membantu pasien keyakinan pada
sesuai jadwal keluarga untuk
dan memberikan melanjutkan
pujian merawat
keluarga
dengan isolasi
sosial
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Isolasi sosial merupakan suatu situasi atau kondisi seseorang yang kurang baik dan

mengalami pola pikir untuk menarik diri dan menup diri untuk bergaul terhadap lingkungan

atau terhadap orang lain. keadaan ketika individu mengalami penurunan atau bahkan sama

sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien mungkin merasa

ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

B. Saran

1. Bagi perawat

Dalam proses keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan kiat keperawatan

sehingga dapat menerapkan tindakan keperawatan secara paripurna .

2. Bagi keluarga Pasien

Hendaknya yang anggota keluarganya pernah mengalami gangguan kejiwaan khususnya

menarik diri disarankan untuk selalu memberikan pengawasan dan kontrol rarutin setelah

dilakukan perawatan di rumah sakit.

3. Bagi rumah sakit

Banyak klien di rumah sakit jiwa yang jarang dikunjungi keluarga, hendaknya pihak

rumah sakit ikut menghimbau keluarga dalam proses perawatan klien dan meningkatkan

kwalitas npelayanan, sehimgga dalan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan jiwa, trutama isolasi sosial : menarik diri bias berjalan secara maksimal.

4. Bagi instansi pendidikan

Semoga karya ini dapat memudahkan untuk mengembangkan asuhan keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi Offset

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Keliat, Budi. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai