OLEH :
KELOMPOK 2
1. SARINI 8. RUSAEDAH MALIK
2. HARDIYANTI 9. RINA
3. NI KADE AYU SUARI 10. NURLIAN
4. MOH. AFANDI 11. NI KADEK NURIYANTI
5. I GEDE ROY SUGIARTA 12. ROBERT TANGKE
6. ANNELINUS 13. FERNI ALFRYDA
7. AHMAD ZAIFUL
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik maupun dengan mental (Baihaqi dkk, 2005 : 4). Salah satu faktor
yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya stresor psikososial.
Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan seseorang (anak, remaja atau dewasa): sehingga orang itu terpaksa
menadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi tekanan yang timbul (Hawari, 2001 : x ).
Stressor psikososial ini muncul sebagai akibat dari perubahan-perubahan sosial yang serba
Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (American Nurses Association
B. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,dkk, 2009).
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara fisik
maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan
orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang
lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa, adanya resiko, riwayat penyakit
b. Faktor Psikologis
Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran diri, tidak jelasnya atau
berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-cita, krisis
identitas dan kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan,yang
dapat menyebabkan gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan akhirnya
Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari kalangan ekonomi rendah,riwayat
2. Faktor Presipitasi
keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien,konflik antar masyarakat.
Faktor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
orang lain dan menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :
a. Faktor sosiokultural.
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, dan berpisah dari orang
b. Faktor psikologik
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan
tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan
orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas
dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Dalami, dkk, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial:
1. Menarik diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
b. Gejala Objektif
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
7. Kurang spontan
3) Mengisolasi diri
7) Aktifitas menurun
9) Rendah diri
10) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur).
E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Dermawan, 2013 penatalaksanaan klien yang mengalami isolasi sosial adalah dengan
a. Terapi Farmakologi
a. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya
panjang.
b. Haloperidol (HLP)
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
irama jantung).
fenotiazine.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti
irama jantung).
Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan eletroshock adalah
suatu terapi psiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam pengobatannya. Biasanya
ECT ditunjukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon pada obat psikiatri
pada dosis terapinya. Diperkirakan hampir 1 juta orang di dunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk memberikan efek
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Rusdi (2013) pengkajian asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial adalah
sebagai berikut :
a. Identitas
Identitas terdiri dari : nama pasien (Identitas), umur, jenis kelamin, agama, alamat
lengkap, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, informan, keluarga yang
bisa dihubungi.
b. Alasan masuk
Alasan klien masuk bisa dilihat dari riwayat rekam medik klien ataupun bisa didapatkan
dari keluarga pasien. Bagaimana keadaan klien selama dirumah, apa yang menyebabkan
pasien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
c. Faktor predisposisi
Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan yang pernah
dilakukan sebelumnya (biasanya berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil). Biasanya
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Biasanya ada pengalaman masa
lalu pasien yang tidak menyenangkan seperti kegagalan, kehilangan, perpisahan,
kematian, trauma selama tumbuh kembang yang pernah dialami pasien pada masa lalu.
d. Fisik
Biasanya difokuskan pada system dan fungsi organ. Pada pemeriksaan fisik dilakukan
pemeriksaan head to toe,tanda - tanda vital (TTV) ,ukur tinggi badan dan berat badan,
dan kaji lebih lanjut sitem dan fungsi organ serta jelaskan dengan kondisi yang sesuai
e. Psikososial
1) Genogram
Adanya anggota keluarga pasien yang lain yang mengalami gangguan jiwa, pola
komunikasi terganggu, begitu pula dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya berisi tentang persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan bagian tubuh yang tidak disukainya.Biasanya pasien mudah kecewa,
b) Identitas diri
pasien sebagai laki – laki atau perempuan. Dan kepuasan pasien terhadap status
c) Peran diri
Biasanya pasien menceritakan tentang peran/tugas yang diemban dalam keluarga/
d) Ideal diri
harapan pasien terhadap tubuh, posisi, status, dan tugas atau peran.Biasanya
e) Harga diri
Biasanya tentang bagaimana cara pasien memandang dirinya, orang lain sesuai
dengan kondisi pada citra diri, identitas diri, peran diri, dan ideal diri. Penilaian/
f) Hubungan sosial
Biasanya pasien dengan isolasi sosial apatis, tidak mempunyai orang yang
g) Spritual
Biasanya nilai – nilai dan keyakinan terhadap agama kurang sekali, keyakinan
- Kegiatan ibadah
- Penampilan
Biasanya penampilan pasien tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, dan
cara berpakaian pasien tidak seperti biasanya, kuku panjang, rambut tampak
Biasanya cara bicara pasien dengan isolasi sosial biasanya lambat, membisu,
- Aktivitas motorik
Biasanya keadaan pasien tampak lesu, tegang, gelisah, sering menyendiri dan
tremor.
- Alam perasaan
- Afek
Biasanya afek pasien datar, tumpul, labil, tidak sesuai, berlebihan, dan
ambivalen.
kooperatif , mudah tersinggung, kontak mata tidak mau menatap lawan bicara,
- Persepsi
Biasanya pasien isolasi social tergantung dari halusinasi yang di derita oleh
apa isi halusinasi dan frekuensi gejala yang tampak saat pasien berhalusinasi.
- Proses pikir
- Isi pikir
Biasanya pada pasien isolasi sosial ditemukan phobia, depersonalisasi dan ide
yang terkait
- Tingkat kesadaran
- Kemampuan penilaian
- Makan
Biasanya pasien kurang makan dan makan pasien tidak sesuai kebutuhan.
- Mandi
Biasanya pasien tidak mau mandi, gosok gigi, tampak kusam dan tidak mau
menggunting kuku.
- BAK/BAB
- Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, dan memakai pakaian yang
tidak serasi
- Istirahat
- Penggunaan obat
Pasien tidak mau beraktivitas diluar rumah, karena pasien selalu merasa
ketakutan.
j) Mekanisme Koping
- Adaptif
- Pengetahuan
2. Diskusikan Memberikan
bersama kleyarga kesempatan
tentang isolasi kepada keluarga
sosiL : mengungkapkan
Pengertian, tanda masalh keluarga
dan gejala serta dalam merawat
proses terjadinya pasien di rumah
3. Jelaskan dua cara Meningkatkan
merawat pasien pegetahuan dan
dengan kemampuan
berkenalan dan keluarga untuk
berbicara saat mengenal
melakukan masalah isolasi
kegiatan harian sosial yang
dialami pasien
4. Anjurkan Memberikan
membantu pasien pemahaman dan
sesuai jadwal saat meningkatkan
besuk kemmapuan cara
merawat pasien
dengan isolasi
sosial
Setelah interaksi 1 x SP 2 :
30 menit keluarga : 1. Evaluasi Memberikan
1. Mampu kegiatan yang keyakinan dan
mempraktekan lalu (SP1). Beri rasa percaya diri
cara merawat pujian pada keluarga
pasien isolasi 2. Jelaskan dalam merawat
sosial dengan kegiatan rumah anggota keluarga
cara melakukan tangga yang dengan isolasi
kegiatan harian dapat melibatkan sosial
pasien berbicara
(makan, gotong
royong di
lingkungan
rumah) di rumah
3. Latih cara
membimbing
pasien berbicara
dan beri pujian
4. Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal
dan beri pujian
saat besuk
Setelah interaksi 1 x SP 3:
30 menit keluarga : 1. evaluasi kegiatan - Meningkatkan
1. Mampu yang lalu )SP 1, pengetahuan
mempraktekan Sp. Beri pujian dan
cara merawat 2. Jelaskan cara kemamouan
pasien isolasi melatih pasie keluarga untuk
sosial denga cara melakukan merawat pasien
melakukan kegaitan sosial - Memberikan
kegiatan sosial seperti keyakinan dan
berbelanja ke arsa peracya
warung, meminta dri pada
sesuatu, dll kelyarga dalam
3. Latih keluarga merawat
mengajak pasien anggota
belanja saat keluarga
besuk dengan isolasi
4. Anjurkan sosial
membantu pasien
sesuai jadwal
dan berikan
pujian saat besuk
Seyelah interaksi 1 x SP 4
30 menit keluarga : 1. Evaluasi - Membantu
1. Mampu membuat kegaitan yang memberikan
jadwal aktifitas di lalu (SP1, SP2, rasa
rumah/ Sp3). Beri pujian tanggungjawab
perecanaan pada keluarga
pulang pasien dan agar pasien
melaksanakan melaksanakan
follow up pasien 2. Jelaskan follow kegaitan serta
setelah pulang up ke RSj/PKM, minum obat
tanda kambuh, dengan teratur
rujukan
3. Anjurkan - Memberikan
membantu pasien keyakinan pada
sesuai jadwal keluarga untuk
dan memberikan melanjutkan
pujian merawat
keluarga
dengan isolasi
sosial
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial merupakan suatu situasi atau kondisi seseorang yang kurang baik dan
mengalami pola pikir untuk menarik diri dan menup diri untuk bergaul terhadap lingkungan
atau terhadap orang lain. keadaan ketika individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
B. Saran
1. Bagi perawat
Dalam proses keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan kiat keperawatan
menarik diri disarankan untuk selalu memberikan pengawasan dan kontrol rarutin setelah
Banyak klien di rumah sakit jiwa yang jarang dikunjungi keluarga, hendaknya pihak
rumah sakit ikut menghimbau keluarga dalam proses perawatan klien dan meningkatkan
kwalitas npelayanan, sehimgga dalan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan jiwa, trutama isolasi sosial : menarik diri bias berjalan secara maksimal.
Semoga karya ini dapat memudahkan untuk mengembangkan asuhan keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika