Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus
mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah
berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh
peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah
garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan
keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab
itu disini akan dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di
Indonesia. Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah
satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target
pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga
secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan
sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang
kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan
perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima.
Maka dari itu penulis akan meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk melengkapi teori
teori dasar mengenai kosep dasar keluarga.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari keluarga?
2. Bagaimana tujuan dasar keluarga?
3. Bagaimana Tipe Keluarga?
4. Tahap Perkembangan Keluarga
5. Struktur, peran dan fungsi keluarga
6. Tugas keluarga di bidang kesehatan
7. Ciri-ciri dan sifat keluarga
8. Keluarga sebagai system
9. Stress dan koping keluarga
10. Kriteria keluarga mandiri
11. Konsep primary health care
12. Konsep keluarga sejahtera
1.3. Tujuan penyusunan
1. Untuk menjadi bahan perkuliahan mata ajar Keperawatan Keluarga
2. Untuk menjadi bahan presentasi kelompok
1.4. Metode penyusunan

Bab I menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penysunan, dan metode
penyusunan. Bab II berisi tinjauan teori. Bab III penutup berisi kesimpulan dan saran dari
penyusun . dihalaman terakhir terdapat daftar pustakan atau daftar referensi
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi
yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).
Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama
bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Menurut Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005), keluarga adalah dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
2.2. Tujuan Dasar Keluarga
2.3. Tipe Keluarga

Gambaran tentang pembagian Tipe Keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian Tipe
Keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.      Pengelompokan secara Tradisional
Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :
a)      Nuclear Family (Keluarga Inti)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya.
b)      Extended Family (Keluarga Besar)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi
2.      Pengelompokan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualism, maka tipe keluarga Modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam,
diantaranya :
a     Tradisional Nuclear
Adalah : Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b      Niddle Age/Aging Couple
Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-
duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
c      Dyadic Nuclear
Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
d     Single Parent
Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e)      Dual Carrier
Adalah : Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki
anak.
f)        Three Generation
Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
g)      Comunal
Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih yang
monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h)      Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.

i)        Composite /Keluarga Berkomposisi


Adalah : sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.
j)        Gay and Lesbian Family
Adalah : keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
2.4. Tahap Perkembangan

Gambaran Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil.Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui
tahapanperkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola
yangsama. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998).
1. Pasangan Baru
  Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) danperempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah danmeninggalkan keluarga masing-
masing.Meninggalkan keluarga bisa berartipsikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal denganorang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru
membutuhkan penyesuaian peran danfungsi.Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaansendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi
dan sebagainya.
Adapun tugas perkembangan, yaitu :
a.       Membina hubungan intim danmemuaskan.
b.      Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c.       Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga,
istri dan keluarga sendiri.
2. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini
adalah:
a.    Persiapan menjadi orang tua.
b.    Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
c.    Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang
tuanberinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua danbayi
yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tuadapat
tercapai.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :
a.    Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman.
b.    Membantu anak untuk bersosialisasi.
c.    Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
d.   Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat.
e.    Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f.Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g.    Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir padasaat
anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlahmaksimal
sehingga keluarga sangat sibuk.Selain aktivitas di sekolah, masing-masinganak memiliki
minat sendiri.Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yangberbeda dengan anak.Tugas
perkembangan keluarga :
a.    Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b.    Mempertahankan keintiman pasangan.
c.    Memenuhi kebutuhan  dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian.Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besaruntuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.Tugas perkembangan :
a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Merupakan tahap
paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya danmembimbing anak untuk bertanggung
jawab.Seringkali muncul konflik orang tuadan remaja.

6. Keluarga dengan anak dewasa


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan adaatau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.Tugas
perkembangan :
a.Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhirsaat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase inidianggap sulit
karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagalsebagai orang tua.Tugas
perkembangan :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin,
menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8. Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal. Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap
ini.
2.5 Struktur Keluarga
1. Struktur Keluarga Berdasarkan garis keturunan
a. Patrilinear. Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,saudara sedarah, dalam
berbagai generasidimana hubungan itu menurut garis keturunan ayah.
b. Matriliniar.Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara dalam berbagai
generasi dimana hubungan itu menurut garis keturunan ibu.
2. Berdasarkan jenis perkawinan
a. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan istri.
b. Poligami adalah keluarga diman terdapat seorang suami dan lebih dari orang istri
3. Berdasarkan pemukiman
a. Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau dekat keluarga sedarah
suami
b. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan sedarah
istri.
c. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.
4. Berdasarkan kekuasaan
a. Keluarga kabapaan. Dalam keluarga suami memegang peranan paling penting
b. Keluarga keibuan. Dalam hubungan keluarga istri memegang peranan paling penting
c. Kaluarga setara. Peranan suami istri kurang lebih seimbang.
2.6 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus
dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan
keluarga, sebagai berikut :

1. Fungsi biologis
1. Untuk meneruskan keturunan.
2. Memelihara dan membesarkan anak.
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.


2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4. Memberikan Identitas anggota keluarga.

3.   Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak. 


2. Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

4.   Fungsi Ekonomi

1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 


2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang,
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.

5.   Fungsi Pendidikan

a. Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan


membentuk  perilaku anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang  dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ahli lain membagi fungsi
keluarga, sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan : Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila
kelak dewasa.
2. Fungsi Sosialisasi anak : Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan: Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan
merasa aman.
4. Fungsi Perasaan : Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Religius : Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas
kepala keluarga untuk meyakinkan bahwa ada kehidupan lain setelah  dunia ini.

6. Fungsi Ekonomis

Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam
memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari
penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif 

Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi,
tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing, dsb.

2.7 Peran Keluarga


Posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya. 
2. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.8 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan, keluarga
mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu membantu
dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
2.9 Ciri – ciri dan Sifat Keluarga
A. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri Umum:
Menurut  Mac Iver and Page, yaitu :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara
3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun,tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.
Ciri-ciri Khusus:
Organisasi keluarga ini dalam beberapa hal tidaklah sama dengan asosiasi lainnya, di samping
memiliki ciri-ciri umum sebagai suatu organisasi lazimnya, keluarga juga memiliki ciri-ciri
khusus sebagai berikut:
1. Kebersamaan: Keluarga merupakan bentuk yang hampir paling universal di antara bentuk-
bentuk organisasi sosial lainnya.
2. Dasar-dasar emosional: Hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan-dorongan yang
sangat mendalam dari sifat organis kita, seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan akan
maternal, dan perhatian orang tua.
3. Pengaruh perkembangan: Hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal
dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia, dan pengaruh
perkembangan yang paling besar dalam kesadaran hidup yang mana merupakan sumbernya.
4. Ukuran yang terbatas: Keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya, yang dibatasi
oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan identitasnya.
5. Posisi inti dalam struktur sosial: Keluarga merupakan inti dari organisasi sosial lainnya.
Kerap di dalam masyarakat yang masih sederhana, maupun dalam masyarakat yang lebih
maju, yang mempunyai tipe masyarakat patriarkal, struktur sosial secara keseluruhan
dibentuk dari satuan-satuan keluarga.
6. Tanggung jawab para anggota: Keluarga memiliki tuntutan-tuntutan yang lebih besar dan
kontinyu daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi lainnya. Pada masa krisis manusia
mungkin bekerja, berperang dan mati demi negara mereka. Tetapi mereka harus membanting
tulang sepanjang hidupnya demi keluarga mereka.
7. Aturan kemasyarakatan: halini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu di dalam
masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-kondisinya.
8. Sifat kekekalan dan kesemnetaraannya: Sebagai institusi, keluarga merupakan sesuatu yang
demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi merupakan organisasi yang paling
bersifat sementara dan yang paling mudah berubah dari seluruh organisasi-organisasi penting
lainnya dalam masyarakat.
B. Sifat Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
Berdasarkan lokasi
1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk
memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediamanan kaum kerabat istri;
2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap
di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di
sekitar kediaman kaum kerabat istri;
4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar
pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum
kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
5. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati
tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun
istri;
6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di
sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup
terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya
sendiri .
Berdasarkan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya
ayah)
2. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua,
umumnya ibu)
3. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
2.10 Keluarga Sebagai System

Keluarga sebagai system dapat diartikan sebagai berikut :


 Komponen: Dalam suatu keluarga masing – masing anggota mempunyai sifat
interdependensi, interaktif dan mutual.
 Batasan : Dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter)yang digunakan untuk
menyeleksi informasi yang masuk dan yang keluar. Batasan masing – masing keluarga
akan berbeda tergantung dari beberapa factor seperti : sosial, budaya, ekonomi dan
lain – lain.
 Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari system yang lebih luas yaitu masyarakat.
 Terbuka (Batas yang permeable) dimana didalam keluarga terjadi pertukaran antar
system.
 Mempunyai : Masing – masing keluarga mempunyai organisasi / struktur yang akan
mempengaruhi fungsi yang ada dari anggotanya.

2.11 Stress dan Koping Keluarga


2.12 Kriteria Keluarga Mandiri
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
 Menerima petugas perawatan kesehatan.
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Keluarga mandiri Tingkat II
 Menerima petugas perawatan kesehatan.
 Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
 Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
 Menerima petugas perawatan kesehatan
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
 Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
 Menerima petugas perawatan kesehatan
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
 Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
2.13 Konsep Dasar Primary Health Care

Pelayanan kesehatan primer/ Primary Health Care (PHC) merupakan pelayanan


kesehatan esensial yang bisa dijangkau secara universal oleh individu dan keluarga dalam
masyarakat. Fokus jangkauan dari pelayanan kesehatan primer sangat luas, dan merangkum
berbagai aspek masyarakat serta kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian
pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi
(tenaga kesehatan), serta turut mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik
. Pelayanan kesehatan primer atau PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin
tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada
perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, secara essensial dapat diraih, dan
mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri,
disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan pada metode dan teknologi
praktis, ilmiah, dan social yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun
keluarga di dalam masyarakat, melalui partisipasi sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
masyarakat dalam semangat untuk dapat hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib
sendiri (self determination). Selain itu, PHC juga:
1. Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya, dan politik masyarakat dan
berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan pelayanan
kesehatan masyarakat.
2. Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan upaya preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif
3. Minimal mencakup penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan cara pencegahan
dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan gizi, penyediaan sanitasi
dasar dan air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana,
imunisasi terhadap penyakit menular utama dan pencegahan penyakit endemik,
pengobatan penyakit umum dan cedera, serta penyediaan obat essensial
4. Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sektor dan aspek-aspek pembangunan
nasional dan masyarakat, di samping sector kesehatan terutama pertanian, peternakan,
industri makanan, pendidikan, penerangan, agama, perumahan, pekerjaan umum,
perhubungan, dan sebagainya
5. Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri masyarakat serta perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian PHC serta penggunaan sumber daya
yang ada
6. Ditunjang oleh sistem rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional dan timbal-
balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan memprioritaskan golongan
masyarakat yang paling membutuhkan
7. Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk tenaga kesehatan
tradisional yang terlatih dibidang teknis dan social untuk bekerja sebagai tim kesehatan
yang mampu bekerja bersama masyarakat dan membangun peran serta masyarakat
Hal-hal yang mendorong pengembangan konsep Primary Health Care antara lain:
a. Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai orientasi aspek
sosial-ekonomi-politik
b. Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan dengan sector
pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya keterpaduan, kerjasama lintas
sector, dan pemerataan/perluasan daya jangkau upaya kesehatan
c. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta masyarakat di
beberapa Negara
Prinsip Dasar PHC
       Lima prinsip dasar PHC adalah:
       1.      Pemerataan upaya kesehatan
       2.      Penekanan pada upaya preventif
       3.      Menggunakan teknologi tepat guna
       4.      Melibatkan peran serta masyarakat
       5.      Melibatkan kerjasama lintas sektoral

Program PHC
Program PHC antara lain:
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat esensial
Tujuan PHC
1. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan
sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan
       2.      Tujuan Khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasar kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
Fungsi PHC
       PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis dan pengobatan
4. Pelayanan tindak lanjut
5. Pemberian sertifikat
Ciri-ciri PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
Tanggung jawab Perawatan dalam PHC
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan
kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan sendiri pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada
masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat
2.14 Konsep Keluarga Sejahtera
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas,
2001:1011) “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga
harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah
dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan)
tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan
lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika
jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan
tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih
menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya
tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati.
Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan
kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya
sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan
sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis,
bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih
sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat,
menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga.
(BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang
diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/
pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal
ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota
keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
 Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
 Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
 Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.
(BKKBN, 1994 : 18-21)
B. Tahapan-tahapan Kesejahteraan
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara
minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
 Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga
 Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.
 Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau
berpergian.
 Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
 Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera
I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi
yaitu:
 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
 Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
 Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun
 Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
 Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
 Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
 Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
 Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
 Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi
(kecuali sedang hamil)

3. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d
n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
 Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
 Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
 Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
 Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
 Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.
4. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah
terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
 Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
 Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan
atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
 Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan, sandang, dan
papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan yang dimiliki barulah
dikatakan makmur dan sejahtera
C. Peran Perawat Dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera
Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera tahap I.
Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai beberapa peran antara
lain :
1. Pemberi informasi
a. Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu, khususnya
yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Penyuluh
b. Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan dan tertarik
untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan baik kepada perorangan
dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.
3. Pendidik
c. Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat hares mendidik keluarga agar
berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4. Motivator
d. Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam
kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah
perawat berperan sebagai motivator.
5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi setiap perawat
untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang
belum pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih
anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan yang ditemukan
bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh
faktor lain. Dalam hal ini perawat harus menghubungi sektor terkait.
7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan
Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta
kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui
proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan
terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara
profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara
sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam
penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan mereka
untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang akurat dan dapat
dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara
terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Dari definisi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

3.2  Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga melalui pendalaman
keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan
kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu
perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Geldard, Kathryn & Geldard, David. (2011). Konseling Keluarga. Membangun Relasi untuk Saling
Memandirikan Antar Anggota Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://faizalnizbah.blogspot.co.id/2014/01/definisi-struktur-dan-tipe-keluarga.html
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga.
Jakarta: Kencana.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.
Willis, Sofyan S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai