PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus
mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah
berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh
peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah
garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan
keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab
itu disini akan dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di
Indonesia. Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah
satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target
pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga
secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan
sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang
kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan
perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima.
Maka dari itu penulis akan meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk melengkapi teori
teori dasar mengenai kosep dasar keluarga.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari keluarga?
2. Bagaimana tujuan dasar keluarga?
3. Bagaimana Tipe Keluarga?
4. Tahap Perkembangan Keluarga
5. Struktur, peran dan fungsi keluarga
6. Tugas keluarga di bidang kesehatan
7. Ciri-ciri dan sifat keluarga
8. Keluarga sebagai system
9. Stress dan koping keluarga
10. Kriteria keluarga mandiri
11. Konsep primary health care
12. Konsep keluarga sejahtera
1.3. Tujuan penyusunan
1. Untuk menjadi bahan perkuliahan mata ajar Keperawatan Keluarga
2. Untuk menjadi bahan presentasi kelompok
1.4. Metode penyusunan
Bab I menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penysunan, dan metode
penyusunan. Bab II berisi tinjauan teori. Bab III penutup berisi kesimpulan dan saran dari
penyusun . dihalaman terakhir terdapat daftar pustakan atau daftar referensi
BAB II
TINJAUAN TEORI
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi
yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).
Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama
bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Menurut Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005), keluarga adalah dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
2.2. Tujuan Dasar Keluarga
2.3. Tipe Keluarga
Gambaran tentang pembagian Tipe Keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian Tipe
Keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengelompokan secara Tradisional
Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :
a) Nuclear Family (Keluarga Inti)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya.
b) Extended Family (Keluarga Besar)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi
2. Pengelompokan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualism, maka tipe keluarga Modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam,
diantaranya :
a Tradisional Nuclear
Adalah : Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b Niddle Age/Aging Couple
Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-
duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
c Dyadic Nuclear
Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
d Single Parent
Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e) Dual Carrier
Adalah : Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki
anak.
f) Three Generation
Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
g) Comunal
Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih yang
monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h) Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.
Gambaran Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil.Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui
tahapanperkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola
yangsama. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998).
1. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) danperempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah danmeninggalkan keluarga masing-
masing.Meninggalkan keluarga bisa berartipsikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal denganorang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru
membutuhkan penyesuaian peran danfungsi.Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaansendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi
dan sebagainya.
Adapun tugas perkembangan, yaitu :
a. Membina hubungan intim danmemuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga,
istri dan keluarga sendiri.
2. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini
adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang
tuanberinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua danbayi
yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tuadapat
tercapai.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f.Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
1. Fungsi biologis
1. Untuk meneruskan keturunan.
2. Memelihara dan membesarkan anak.
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
3. Fungsi Sosialisasi
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi Pendidikan
1. Fungsi Pendidikan : Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila
kelak dewasa.
2. Fungsi Sosialisasi anak : Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan: Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan
merasa aman.
4. Fungsi Perasaan : Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Religius : Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas
kepala keluarga untuk meyakinkan bahwa ada kehidupan lain setelah dunia ini.
6. Fungsi Ekonomis
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam
memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari
penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi,
tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing, dsb.
Program PHC
Program PHC antara lain:
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat esensial
Tujuan PHC
1. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan
sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan
2. Tujuan Khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasar kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis dan pengobatan
4. Pelayanan tindak lanjut
5. Pemberian sertifikat
Ciri-ciri PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
Tanggung jawab Perawatan dalam PHC
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan
kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan sendiri pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada
masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat
2.14 Konsep Keluarga Sejahtera
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas,
2001:1011) “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga
harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah
dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan)
tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan
lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika
jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan
tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih
menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya
tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati.
Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan
kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya
sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan
sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis,
bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih
sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat,
menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga.
(BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang
diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/
pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal
ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota
keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.
(BKKBN, 1994 : 18-21)
B. Tahapan-tahapan Kesejahteraan
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara
minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga
Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.
Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau
berpergian.
Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera
I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi
yaitu:
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun
Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi
(kecuali sedang hamil)
3. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d
n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.
4. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah
terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan
atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan, sandang, dan
papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan yang dimiliki barulah
dikatakan makmur dan sejahtera
C. Peran Perawat Dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera
Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera tahap I.
Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai beberapa peran antara
lain :
1. Pemberi informasi
a. Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu, khususnya
yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Penyuluh
b. Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan dan tertarik
untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan baik kepada perorangan
dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.
3. Pendidik
c. Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat hares mendidik keluarga agar
berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4. Motivator
d. Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam
kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah
perawat berperan sebagai motivator.
5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi setiap perawat
untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang
belum pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih
anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan yang ditemukan
bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh
faktor lain. Dalam hal ini perawat harus menghubungi sektor terkait.
7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan
Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta
kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui
proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan
terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara
profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara
sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam
penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan mereka
untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang akurat dan dapat
dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara
terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Dari definisi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
3.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga melalui pendalaman
keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan
kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu
perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Geldard, Kathryn & Geldard, David. (2011). Konseling Keluarga. Membangun Relasi untuk Saling
Memandirikan Antar Anggota Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://faizalnizbah.blogspot.co.id/2014/01/definisi-struktur-dan-tipe-keluarga.html
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga.
Jakarta: Kencana.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.
Willis, Sofyan S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta