Oleh :
PENDAHULUAN
Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri Tuberkulosis
ini dapat masuk ke tubuh pasien melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada
kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
2.2.2 Etiologi
Penyebab Tuberkulosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri Tuberkulosis ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Terdapat
dua macam Mycobacterium tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe Bovin ada di
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkolosis usus, sedangkan Basil tipe Human bisa berada di
bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari pasien TB sehingga orang yang terkena rentan
Mycobacterium Africanum, Mycobacterium Bovis , Mycobacterium Leprae. Yang juga dikenal sebagai
bakteri tahan asam (BTA). Secara umum sifat kuman TB adalah sebagai berikut: berbentuk batang
dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron, bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan
metode Ziehl Neelsen, memerlukan media husus untuk biakan antara lain Lownstein Jensen dan
ogawa, kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop,
tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara
4°C sampai minus 70°C, kuman sangat peka terhadap panas sinar matahari dan ultraviolet, dalam
dahak pada suhu 30°C -37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu dan kuman dapat bersifat
Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar matahari. Mycobacterium bovis dan
Mycobacterium avium adalah kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi
genus, salah satunya adalah Mycobacterium tuberculosis dan salah satu spesiesnya adalah
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid
sehingga tahan asam. Bakteri ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam. Mycobacterium
tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit
akan mati. 8 Bakteri ini juga rentan terhadap panas – basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada
dalam lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 1000 C. Bakteri ini juga akan mati dalam
beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5% (Danusantoso, 2012).
2.2.3 Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil Mycobacteriumtuberkulosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri
menyebar melalui jalan napas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak.
Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melakukan reaksi
inflamasi. Neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik terhadap
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar. Massa jaringan baru
disebut granuloma, yang berisi gumpalanbasil yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding . Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa
tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk
Setelah itu akan terbentuk kalsifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non-aktif. Penyakit
akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit
aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi
ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menajdi perkijuan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses
penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru- paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
bronkopneumonia, pembentukan tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denguan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel turbekel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-
20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast
akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang di kelilingi oleh turbekel.
2.2.4 Klasifikasi
a. Tuberkulosis Paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobrankial. TB
milier diklasifiksikan sebagai TB paru karena terdapat lesi diparu. Pasien yang mengalami TB
b. TB ekstra paru adalah kasus TB yang melibatkan organ diluar parenkim paru seperti pleura,
abdomen, genitourinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak. Kasus TB ekstra paru dapat
ditegakan secara klinis atau histologis setelah diupayakan semaksimal mungkin dengan
konfirmasi bakteriologis.
a. Pasien baru TB Adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya atau
sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis).
b. Pasien yang pernah diobati TB. Adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1
1. Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis ( baik karena kambuh atau reinfeksi).
2. Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan
3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat ( lost to follow-up ): adalah pasien yang
pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up ( klasifikasi ini sebelumnya disebut sebagai
tidak diketahui.
3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat. Pengelompokan pasien berdasarkan
hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa:
a. Mono resistan (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.
b. Poli resistan (TB MR) : resistant terhadap lebih dari 1 jenis OAT lini pertama selain Isoniazid
c. Multi drug resistan (TB XDR) : resistant terhadap Isoniazid (H) dan rifampisin secara
bersamaan.
d. Extensive drug resistan (TB XDR) : adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua (baik
a. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah pasien TB dengan:
3. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya tes HIV menjadi positif, pasien harus disesuaikan
b. Pasien TB dengan status HIVe tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti pendukung
hasil tes HIV saat didiagnosa TB ditetapkan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat
diperoleh hasil tes HIV pasien, pasien hasrus disesuaikan kembali klasifikasinya berdasarkan
Tuberculosis sering dijuluki “ the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada
sejumlah pasien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
1. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batu kering (non produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih
dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat
2. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk
Menurut zuriati Dkk (2017). Gejala klinis haemoptoe: Kita harus memastikan bahwa perdarahan
1) Batuk darah
2) Muntah darah
3) Espiktasis
4) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila kerusakan
parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
5) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
b. Gejala Sistemik
1. Demam
bahkan dapat mencapai 40-41 C. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Demam merupakan
gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
Adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise (gejala
malaise sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri
otot dll). Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu- bulan akan tetapi
1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. Namun, bukan berarti pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif
tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena
jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji < 5000 kuman per cc dahak sehingga
2) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%. Pasien
TB dengan BTA negatif hasil kultur positif adalah 26 % sedangkan pasien TB dengan
3) Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik
4) Pada waktu batuk atau bersin pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei/percik renik) sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
terpajanya basil TB dengan sinar ultraviolet, terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau
pada saat bernyanyi, tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi, atau pada
waktu melakukan bronkoskopi. Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak menular. Seseorang
pasien tetap menular sepanjang ditemukan TB di dalam sputum mereka. Pasien yang tidak diobati atau
yang diobati tidak sempurna, dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama bertahun- tahun
(Chin,2009).
Diperkirakan pasien TB BTA positif yang belum terdiagnosis dan belum diobati, dapat
mengkontaminasi 10 hingga 20 orang tiap tahun (variasi tergantung gaya hidup dan lingkungan dari si
pasien dan orang yang tertular). Semua orang yang berada di ruangan yang sama dengan orang yang
batuk dan menghirup udara yang sama, berisiko menghirup kuman tuberkulosis . Risikonya paling
tinggi bagi mereka yang berada paling dekat dengan orang yang batuk (Crofton, 2002).
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor
risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB dan menjadi sakit TB. HIV mengakibatkan kerusakan
yang luas sistem daya tahan tubuh seluler, sehingga jika terjadi infeksi penyerta (opportunistic), seperti
tuberkulosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan
Menurut Kemenkes RI tahun 2014, sejalan dengan meningkatnya kasus TB Paru, pada awal
tahun 1990-an WHO dan IUATLD mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai
Fokus utama strategi DOTS yaitu penemuan dan penyembuhan pasien, prioritasnya diberikan
kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini dapat memutuskan rantai penularan TB sehingga
cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB Paru di masyarakat. Pada sidang WHA ke 67
tahun 2014 silam, telah ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB global pasca 2015
yang bertujuan untuk menghentikan epidemi global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan:
1. Penurunan angka kematian akibat penyakit TB sebesar 95% dari angka tahun 2015.
Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar strategi utama dan komponen-komponennya yaitu:
1. Integrasi layanan TB Paru berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB Paru :
a. Diagnosis TB sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan TB
b. Pengobatan untuk semua pasien TB, termasuk untuk pasien resistan obat dengan disertai
d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan beresiko tinggi serta
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan pencegahan
TB.
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka kebijakan
lainyang mendukung pengendalian TB seperti wajib lapor, registrasi vital, tata kelola dan
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak
a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat yaitu alat, metode intervensi dan
2.1.8 Komplikasi
Menurut Zuriarti (2017) Komplikasi berikut sering terjadi pada pasien stadium lanjut:
a) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
d) Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya
g) Pasien yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit
Alveolus
Defisit Pengetahuan
Respon geram
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGKAJIAN KELUARGA
Tanggal pengkajian :
a. Data Umum
1. Nama KK :
2. Umur KK :
3. Alamat :
4. Pekerjaan KK :
5. Pendidikan KK :
6. Komposisi Keluarga:
35 2
5
8. Tipe keluarga:
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe
keluarga tersebut
9. Suku bangsa:
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan
c. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, sarana pembuangan
limbah atau tempat sampah dan sarana MCK, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah, privasi anggota keluarga.
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai
2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga ; bagaimana
membesarkan anak dalam hal belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku yang berlaku di
keluarga dan masyarakat; siapa yang bertanggungjawab untuk membesarkan anak; adakah budaya-
budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan ada masalah dalam memberikan pola pengasuhan
5. Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauh mana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
d) Menonjolnya masalah :
TOTAL SKOR
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Urutan sesuai dengan total skor tertinggi)
1. .................................................................................
2. ................................................................................
Format pengkajian keluarga prodi tuban | 23
3. dst
Psikomoto
r
1. ..............................
..
2. ..............................
..
Afektif 3. dst
1. ..............................
..
2. ..............................
..
3. dst
F. IMPLEMENTASI
No Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi formatif ttd
S:
O:
A:
P:
O:
A:
P:
LAPORAN KASUS
H. PENGKAJIAN KELUARGA
Tanggal pengkajian :
a. Data Umum
1. Nama KK : Tn. S
2. Umur KK : 45 Tahun
3. Alamat : Krajan, Dawung
4. Pekerjaan KK : Petani/Nelayan
5. Pendidikan KK : SD
6. Komposisi Keluarga:
8. Tipe keluarga:
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe
keluarga tersebut
9. Suku bangsa:
Keluarga mengatakan bersuku Jawa
10. Agama:
Keluarga mengatakan menganut Agama Islam
c. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, sarana pembuangan
limbah atau tempat sampah dan sarana MCK, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah, privasi anggota keluarga.
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn. S selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga, saling
membantu jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan dan saling menghargai satu
sama lain.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. S menekankan kepada seluruh anggota keluarga agar bersikap baik terhadap
tetangga, berperilaku sopan, dan berperilaku ramah kepada sesama manusia. Tn. S dan Ny.K
juga mengikuti kegiatan tahlilan disekitar rumah
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Keluarga masih kurang mengenal dalam permasalah kesehatan, masih kurang nya
pengetahuan mengenai tanda dan gejala maupun faktor penyebab serta cara penularan
penyakit dari Tn. S. Yang dapat mempengaruhi persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan Tn. S.
b. Mengambil keputusan
Tn. S mengatakan tidak mengerti tentang penyakit Tubercolosis yang dideritnya.
Dia selalu memeriksakan penyakitnya ke puskesmas terdekat. dan kurang tau cara
perawatan dan pembuangan dahak penyakit tubercolosis. Tn.S menganggap
penyakit itu seperti batuk biasa
c. Kemampuan memberikan perwatan anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa batuk Tn. S sudah lama dan tidak sembuh-sembuh ,
oleh karena itu Tn. S dibawa ke puskesmas oleh anggota keluarganya. Keluarga
sangat peduli dengan Tn.S
d. Kemampuan modifikasi lingkungan
Keluarga belum mampu memodifikasi lingkungan, terlihat dari kondisi dalam
rumah yang berantakan, kebersihan rumah yang masih kurang, pencahayaan
rumah masih kurang.
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan memiliki BPJS kesehatan. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan tersebut terbukti jika ada anggota yang sakit selalu berobat ke
Puskesmas.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.S memiliki 1 orang anak
5. Fungsi ekonomi
Keluarga mengatakan kebutuhan sandang, pangan, papan sudah terpenuhi dari pekerjaan Tn.S
sebagai petani dan nelayan dengan penghasilan perbulan sekitar 1-3jt perbulan
g. Pemeriksaan fisik
1. Tn.S
- TTV : - TD : 110/80 - RR : 16 x/menit
- Nadi : 60 x/menit - Suhu : 36,3
- Kepala : tidak terdapat kelainan, distribusi rambut merata, terlihat bersih
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata simetris
- Hidung : hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung dan polip
- Mulut : lembab, tidak terdapat stomatitis
- Telinga : tidak terdapat serumen
- Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : bentuk dada simetris, tidak terdapat suara tambahan pada paru (normal:sonor)
- Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan ataupun jejas, terdengar timpani
- Kulit : turgor kulit baik
- Ekstremitas atas : tidak terdapat kelainan
- Ekstremitas bawah : tidak terdapat kelainan
2. Ny.K
- TTV : - TD : 110/80 - RR : 20 x/menit
- Nadi : 60 x/menit - Suhu : 36,3
- Kepala : tidak terdapat kelainan, distribusi rambut merata, terlihat bersih
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata simetris
- Hidung : hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung dan polip
- Mulut : lembab, tidak terdapat stomatitis
- Telinga : tidak terdapat serumen
- Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : bentuk dada simetris, tidak terdapat suara tambahan pada paru (normal:sonor)
- Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan ataupun jejas, terdengar timpani
- Kulit : turgor kulit baik
- Ekstremitas atas : tidak terdapat kelainan
- Ekstremitas bawah : tidak terdapat kelainan
3. Sdr. A
- TTV : - TD : 110/80 - RR : 16 x/menit
- Nadi : 60 x/menit - Suhu : 36,3
- Kepala : tidak terdapat kelainan, distribusi rambut merata, terlihat bersih
Format pengkajian keluarga prodi tuban | 31
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata simetris
- Hidung : hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung dan polip
- Mulut : lembab, tidak terdapat stomatitis
- Telinga : tidak terdapat serumen
- Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : bentuk dada simetris, tidak terdapat suara tambahan pada paru (normal:sonor)
- Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan ataupun jejas, terdengar timpani
- Kulit : turgor kulit baik
- Ekstremitas atas : tidak terdapat kelainan
- Ekstremitas bawah : tidak terdapat kelainan
h. Harapan Keluarga
Keluarga berharap penyakit yang diderita Tn.S segera sembuh dan bisa beraktivitas normal seperti
dahulu
I. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : Kurangnya kemampuan Defisit Pengetahuan
- Keluarga mengatakan Tn.S keluarga mengenal masalah
mengalami penyakit Paru-paru kesehatan
- Keluarga mengatakan Tn.S
sudah berobat selama 5 bulan
di Puskesmas Sumurgung
- Keluarga mengatakan Tn.S
belum kembali bekerja sebagai
Nelayan
- Keluarga mengatakan
Penyakit Tn.S dikarenakan
aktivitasnya sebagai nelayan
DO :
- Tn. S sudah tidak
batuk
- Tn. S mampu
beraktivitas
- Jendela rumah selalu
tertutup
- Kondisi rumah
kurang tertata rapi
- Kondisi rumah
kurang bersih
0 Keluarga tidak
d) Menonjolnya masalah : Tidak mengetahui cara penyakit
Dirasakan tuberkulosis menular
TOTAL SKOR 7
KRITERIA SKORING* PEMBENARAN
Dx : Resiko Infeksi
a) Sifat masalah : Resiko 2 Kurang mengertinya
keluarga mengenai
penyakit tuberkulosis
b) Kemungkinan masalah untuk 1
dirubah : Sebagian
TOTAL SKOR 7
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Urutan sesuai dengan total skor tertinggi)
1. Defisit Pengetahuan b.d Kurangnya kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Resiko Infeksi b.d Kurangnya kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Psikomot
or
4. ...........................
.....
5. ...........................
.....
Afektif 6. dst
4. ...........................
.....
5. ...........................
.....
6. dst
M. IMPLEMENTASI
No Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi formatif ttd
S:
O:
P:
O:
A:
P: