Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA TN. S DENGAN


MASALAH KESEHATAN TUBERKULOSIS

Oleh :

ADE CHRISTI SANJAYA


P27820519001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo No. 2 Tuban

Format pengkajian keluarga prodi tuban |1


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang cukup akrab di masyarakat. Penyakit
menular ini sering dikaitkan dengan status sosial yang rendah, walaupun kenyataannya tidak
sepenuhnya benar. Indonesia termasuk dalam kelompok High Burden Country untuk kasus TB.
Posisi Indonesia tidak pernah diluar 5 besar sebagai negara dengan insidens terbanyak, bahkan
pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2020 dan 2021 menduduki urutan kedua, diatasnya hanya
ada negara India. (Reviono, 2018).
Kesembuhan pasien TB di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
pengetahuan, status pendidikan, dan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Harus di pastikan
pasien TB mengikuti pengobatan secara adekuat, karena ketidakpatuhan dapat menyebabkan
kegagalan pengobatan, kekambuhan (relaps), penularan kuman dan berkembangnya resistensi
obat. Namun, pasien seringkali kesulitan mematuhi pengobatan karena harus meminum banyak
obat selama beberapa bulan. (Alisjahbana,2020)
Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan standar keberhasilan pengobatan sebesar
90%, yang mana secara nasional angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis belum tercapai
termasuk pada tahun 2020 yaitu 82,7% (Profil kesehatan indonesia, 2020).
Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan
salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia Insiden TBC dilaporkan meningkat secara
drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis
/TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian
penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan jumlah penduduk yang ada di
Indonesia, Indonesia menempati urutan ketiga India dan China dalam hal jumlah penderita
diantara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Dari data TB paru di Indonesia yaitu kasus baru tuberkulosis secara global sebanyak 6,4
juta, setara dengan 64% dari insiden tuberkulosis sebanyak 10 juta kasus. Jumlah kasus
tuberkulosis pada tahun 2018 sebanyak 566.623 (Profil Kesehatan Indonesia, 2018). Di tahun
2019 menurun yaitu sebanyak 543.874 kasus (Profil Kesehatan Indonesia 2019). Kemudian
pada tahun 2020 kasus TB meningkat sebesar 845.000 kasus atau 312 per 100.000 penduduk
dan mortalitas 92.000 atau 34 per 100.000 penduduk (selain TB HIV) dengan angka kematian
sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian perjam di tahun 2020. ( WHO global TB
report, 2020).
Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah lama dikenal
masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikan TBC dapat disembuhkan
dengan memakan obat anti TB dengan betul yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau petugas
kesehatan lainnya (Misnadiarly, 2006).
Format pengkajian keluarga prodi tuban |2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah kesehatan
Tuberkulosis
1.2.2 Tujuan Khusus
- Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan masalah Tuberkulosis
- Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan masalah Tuberkulosis
- Menyusun perencanaan keperawatan pada keluarga dengan masalah Tuberkulosis
- Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan masalah Tuberkulosis
- Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan masalah Tuberkulosis

Format pengkajian keluarga prodi tuban |3


BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan
yang lain (Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan
lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau
unit layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap
yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2.1.2 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
- Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga.
- Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
- Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi Reproduksi

Format pengkajian keluarga prodi tuban |4


Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan
keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu
untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan
2.1.3 Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi
8:

1. Keluarga Baru (Berganning Family)


Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan,
menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan
rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal
care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
4. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak
5. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Format pengkajian keluarga prodi tuban |5


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja,
memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarganya
7. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu
dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan
antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
8. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
2.1.4 Tugas Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman (2010), antara lain :
a. Struktur peran
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi
tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu system social.
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu sistem ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai suatu hal
atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keuarga dalam
kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu prses komunikasi fungsional dan proses komunikasi
disfungsonal.
1) Proses komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan keluarga yang
sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai pengirim dan penerima pesan
yang baik isi maupun tingkat intruksi pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan
antara isi dan tingkai intruksi.
Format pengkajian keluarga prodi tuban |6
2) Proses komunikasi disfungsional. Sama halnya ada cara berkomunikasi yang
fungsional, gambaran dar komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta
komunkasi disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.
d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan. Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik
system keluarga adalah kemampua atau potensial, actual dari individu anggota keluarga
yang lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik kekuasaan
keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua,
anak, saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik
interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh
kendali dan bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan.
2.1.6 Tugas Keluarga di bidang Kesehatan
Tugas pokok keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (2010), antara lain :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami
anggota keluarga. Keluarga perlu mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar
dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui keadaan penyakitnya; sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan;
keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan; sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (keuangan atau financial, fasilitas fisik, psikososial) dan bagaimana sikap
keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat dan keluarga mengetahui sumber dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta
bagaimana upaya pencegahan terhadap penyakit.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui
keuntungan dan keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat terjangkau oleh keluarga.

2.2 Konsep Tuberkulosis

2.2.1 Definisi Tuberkulosis

Format pengkajian keluarga prodi tuban |7


Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium

Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri Tuberkulosis

ini dapat masuk ke tubuh pasien melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada

kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri

tersebut (Nurarif dan Kusuma, 2015).

2.2.2 Etiologi

Penyebab Tuberkulosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri Tuberkulosis ini tidak

berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Terdapat

dua macam Mycobacterium tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe Bovin ada di

dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkolosis usus, sedangkan Basil tipe Human bisa berada di

bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari pasien TB sehingga orang yang terkena rentan

terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: Mycobacterium tuberculosis,

Mycobacterium Africanum, Mycobacterium Bovis , Mycobacterium Leprae. Yang juga dikenal sebagai

bakteri tahan asam (BTA). Secara umum sifat kuman TB adalah sebagai berikut: berbentuk batang

dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron, bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan

metode Ziehl Neelsen, memerlukan media husus untuk biakan antara lain Lownstein Jensen dan

ogawa, kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop,

tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara

4°C sampai minus 70°C, kuman sangat peka terhadap panas sinar matahari dan ultraviolet, dalam

dahak pada suhu 30°C -37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu dan kuman dapat bersifat

dormant (“tidur”/tidak berkembang) (Kemenkes RI, 2014).

Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang

tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar matahari. Mycobacterium bovis dan

Mycobacterium avium adalah kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi

tuberkulosis (Wijaya & Putri, 2013).

Format pengkajian keluarga prodi tuban |8


Mycobacterium tuberculosis termasuk famili Mycobacteriaceace yang mempunyai berbagai

genus, salah satunya adalah Mycobacterium tuberculosis dan salah satu spesiesnya adalah

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid

sehingga tahan asam. Bakteri ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam. Mycobacterium

tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit

akan mati. 8 Bakteri ini juga rentan terhadap panas – basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada

dalam lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 1000 C. Bakteri ini juga akan mati dalam

beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5% (Danusantoso, 2012).

2.2.3 Patofisiologi

Seseorang yang dicurigai menghirup basil Mycobacteriumtuberkulosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri

menyebar melalui jalan napas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak.

Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks

serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melakukan reaksi

inflamasi. Neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik terhadap

tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.

Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah

bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar. Massa jaringan baru

disebut granuloma, yang berisi gumpalanbasil yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang

membentuk dinding . Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa

tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk

perkijuan (necrotizing caseosa).

Setelah itu akan terbentuk kalsifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non-aktif. Penyakit

akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit

aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi

ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menajdi perkijuan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses

penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru- paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan

bronkopneumonia, pembentukan tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denguan

sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.

Format pengkajian keluarga prodi tuban |9


Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagian bersatu membentuk sel turbekel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-

20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast

akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang di kelilingi oleh turbekel.

2.2.4 Klasifikasi

Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun

(2014) adalah sebagai berikut:

1. Klasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi:

a. Tuberkulosis Paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobrankial. TB

milier diklasifiksikan sebagai TB paru karena terdapat lesi diparu. Pasien yang mengalami TB

paru dan ekstra paru haus diklasifikasikan sebagai kasus TB paru.

b. TB ekstra paru adalah kasus TB yang melibatkan organ diluar parenkim paru seperti pleura,

abdomen, genitourinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak. Kasus TB ekstra paru dapat

ditegakan secara klinis atau histologis setelah diupayakan semaksimal mungkin dengan

konfirmasi bakteriologis.

2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.

a. Pasien baru TB Adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya atau

sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis).

b. Pasien yang pernah diobati TB. Adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1

bulan atau lebih (≥dari 28 hari).

Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:

1. Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh dan saat ini didiagnosis TB

berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis ( baik karena kambuh atau reinfeksi).

2. Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan

dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat ( lost to follow-up ): adalah pasien yang

pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up ( klasifikasi ini sebelumnya disebut sebagai

pengobatan pasien setelah putus berobat/ default).


Format pengkajian keluarga prodi tuban | 10
4. Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya

tidak diketahui.

3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat. Pengelompokan pasien berdasarkan

hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa:

a. Mono resistan (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.

b. Poli resistan (TB MR) : resistant terhadap lebih dari 1 jenis OAT lini pertama selain Isoniazid

(H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.

c. Multi drug resistan (TB XDR) : resistant terhadap Isoniazid (H) dan rifampisin secara

bersamaan.

d. Extensive drug resistan (TB XDR) : adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap

salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua (baik

karena kambuh atau reinfeksi). jenis suntikan ( Kanamisin, Kapreomisin,dan Amikasin).

e. Resistan Rifampisin ( TB PR ) : resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi

terhadap OAT lain .

4. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV.

a. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah pasien TB dengan:

1. Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART.

2. Hasil tes HIV positif pada saat didiagnosis TB.

3. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya tes HIV menjadi positif, pasien harus disesuaikan

kembali klasifikasinya sebagai pasien TB dengan HIV positif.

b. Pasien TB dengan status HIVe tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti pendukung

hasil tes HIV saat didiagnosa TB ditetapkan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat

diperoleh hasil tes HIV pasien, pasien hasrus disesuaikan kembali klasifikasinya berdasarkan

hasil tes terakhir ( Kemenkes RI, 2014).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Tuberculosis sering dijuluki “ the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak

kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada

sejumlah pasien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Zuriati dkk (2017).


Format pengkajian keluarga prodi tuban | 11
Menurut Zuriati dkk (2017) Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik :

a. Gejala respiratorik meliputi

1. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi

karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-

produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batu kering (non produktif) kemudian

setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih

dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat

pembuluh darah yang pecah

2. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis

atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat

banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk

darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah

Menurut zuriati Dkk (2017). Gejala klinis haemoptoe: Kita harus memastikan bahwa perdarahan

dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Batuk darah

a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

b. Darah berbuih bercampur udara

c. Darah segar berwarna merah muda

d. Darah bersifat alkalis

e. Anemia kadang-kadang terjadi

f. Benzidin test negative

2) Muntah darah

a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual

b. Darah bercampur sisa makanan

c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambun

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 12


d. Darah bersifat asam

e. Anemia sering terjadi

f. Benzidin test positif

3) Espiktasis

a. Darah menetes dari hidung

b. Batuk pelan kadang keluar

c. Darah berwarna merah segar

d. Darah bersifat alkalis

e. Anemia jarang terjadi

4) Sesak nafas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila kerusakan

parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothoraks, anemia dan lain-lain.

5) Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul

apabila system pernapasan di pleura terkena.

b. Gejala Sistemik

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang panas

bahkan dapat mencapai 40-41 C. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh

pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Demam merupakan

gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam

influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas

serangan makin pendek

2. Gejala sistemik lain

Adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise (gejala

malaise sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri

otot dll). Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu- bulan akan tetapi

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 13


penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul

menyerupai gejala pneumonia (Tempo, 2005).

Manifestasi klinik menurut Nurarif dan Kusuma (2015) sebagai berikut ;

1. Demam 40-41OC serta ada batuk/batuk darah

2. Sesak napas dan nyeri dada

3. Malaise, keringat malam

4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada

5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

2.2.6 Cara Penularan dan Resiko

Menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2014, terdapat

Cara penularan Tuberkulosis yaitu :

1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang

dikeluarkannya. Namun, bukan berarti pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif

tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena

jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji < 5000 kuman per cc dahak sehingga

sulit untuk dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.

2) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan

menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%. Pasien

TB dengan BTA negatif hasil kultur positif adalah 26 % sedangkan pasien TB dengan

hasil kultur negatif dan foto toraks positf adalah 17 %.

3) Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik

dahak yang infeksius tersebut.

4) Pada waktu batuk atau bersin pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

percikan dahak (droplet nuclei/percik renik) sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak ( Kemenkes RI, 2014).

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 14


Risiko penularan TB tergantung pada jumah basil dalam percikan, virulensi dari hasil TB ,

terpajanya basil TB dengan sinar ultraviolet, terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau

pada saat bernyanyi, tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi, atau pada

waktu melakukan bronkoskopi. Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak menular. Seseorang

pasien tetap menular sepanjang ditemukan TB di dalam sputum mereka. Pasien yang tidak diobati atau

yang diobati tidak sempurna, dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama bertahun- tahun

(Chin,2009).

Diperkirakan pasien TB BTA positif yang belum terdiagnosis dan belum diobati, dapat

mengkontaminasi 10 hingga 20 orang tiap tahun (variasi tergantung gaya hidup dan lingkungan dari si

pasien dan orang yang tertular). Semua orang yang berada di ruangan yang sama dengan orang yang

batuk dan menghirup udara yang sama, berisiko menghirup kuman tuberkulosis . Risikonya paling

tinggi bagi mereka yang berada paling dekat dengan orang yang batuk (Crofton, 2002).

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan

tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor

risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB dan menjadi sakit TB. HIV mengakibatkan kerusakan

yang luas sistem daya tahan tubuh seluler, sehingga jika terjadi infeksi penyerta (opportunistic), seperti

tuberkulosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan

demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula (Kemenkes,2014)

2.2.7 Upaya Pengendalian TB Paru

Menurut Kemenkes RI tahun 2014, sejalan dengan meningkatnya kasus TB Paru, pada awal

tahun 1990-an WHO dan IUATLD mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai

strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course).

Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci antara lain:

a. Komitmen politis dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan.

b. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.

c. Pengobatan yang standar dengan supervisi dan dukungan bagi pasien.

d. Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.


Format pengkajian keluarga prodi tuban | 15
e. Sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap

hasil pengobatan pasien dan kinerja program.

Fokus utama strategi DOTS yaitu penemuan dan penyembuhan pasien, prioritasnya diberikan

kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini dapat memutuskan rantai penularan TB sehingga

akan menurunkan insiden TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan

cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB Paru di masyarakat. Pada sidang WHA ke 67

tahun 2014 silam, telah ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB global pasca 2015

yang bertujuan untuk menghentikan epidemi global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan:

1. Penurunan angka kematian akibat penyakit TB sebesar 95% dari angka tahun 2015.

2. Penurunan angka insiden TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk)

Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar strategi utama dan komponen-komponennya yaitu:

1. Integrasi layanan TB Paru berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB Paru :

a. Diagnosis TB sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan TB

secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi beresiko tinggi.

b. Pengobatan untuk semua pasien TB, termasuk untuk pasien resistan obat dengan disertai

dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-centred support)

c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tatalaksana komorbid TB yang lain.

d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan beresiko tinggi serta

pemberian vaksinasi untuk mencegah TB.

2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.

a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan pencegahan

TB.

b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka kebijakan

lainyang mendukung pengendalian TB seperti wajib lapor, registrasi vital, tata kelola dan

penggunaan obat rasional serta pengendalian infeksi.

d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak

determinan sosial terhadap TB.

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 16


3. Intensifikasi riset dan inovasi

a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat yaitu alat, metode intervensi dan

strategi baru pengendalian TB.

b. Pengembangan riset untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi-

inovasi baru untuk mempercepat pengembangan program pengendalian TB.

2.1.8 Komplikasi

Menurut Zuriarti (2017) Komplikasi berikut sering terjadi pada pasien stadium lanjut:

a) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan

kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas

b) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial

c) Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat

pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru

d) Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena

kerusakan jaringan paru

e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya

f) Insufisiensi kardio pulmoner (Card3io Pulmonary Insufficiency)

g) Pasien yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 17


2.1.9 Pathway

Mycobacterium Tuberculosis paru Kurangnya Pengetahuan

Alveolus
Defisit Pengetahuan
Respon geram

Leukosit Memfagosit Bacteri meriang Pencopotan Benih Tuberkel

Dari Benteng Kavitas

Leukosit Digantikan Oleh Makrofag Trakeobronkial,


Bersihan Jalan Nafas
Makrofag mengadakan infiltrasi Tidak efektif PenimbunanSekret

Terbentuk Sel tuberkel epiteloid Batuk Anoreksia,mual,muntah

Nekrosis Kaseosa secret


Nyeri Defisit Nutrisi
Granulasi akut
Resiko Infeksi

Jaringan Parut Kolagenosa

Kerusakan Membran Alveolar Sesak Napas Gangguan Pola tidur

Gangguan Pertukaran Gas Intoleransi Aktivitas

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 18


BAB III

LAPORAN PENDAHULUAN

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN KELUARGA
Tanggal pengkajian :
a. Data Umum
1. Nama KK :
2. Umur KK :
3. Alamat :
4. Pekerjaan KK :
5. Pendidikan KK :
6. Komposisi Keluarga:

Nama Jenis Hubungan TTL/ Pendidikan Pekerjaan Status Keterangan


No anggota kelamin dengan Umur imunisasi
keluarga keluarga

7. Genogram : minimal 3 generasi


Simbol-simbol yang bisa digunakan :

35 2
5

Laki-laki Perempuan Identifikasi - klien Meninggal Menikah Pisah

Cerai anak kandung Anak angkat Aborsi Kembar

Tinggal dalam 1 rumah Hamil

8. Tipe keluarga:
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe
keluarga tersebut

9. Suku bangsa:
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 19


10. Agama:
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

11. Status sosial ekonomi:


Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya.Selain itu status ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

12. Aktifitas rekreasi keluarga:


Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengar radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan perkembangan anggota keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala

3. Riwayat keluarga inti


Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, pencegahan penyakit, pelayanan
kesehatan yang digunakan keluarga

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Menjelaskan riwayat kesehatan generasi di atas keluarga inti (orang tua dari suami dan istri)
meliputi riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya penanggulangan
penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan saat ini

c. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, sarana pembuangan
limbah atau tempat sampah dan sarana MCK, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah, privasi anggota keluarga.

Denah rumah: gambar denah rumah

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat meliputi perkotaan,
pedesaan, industri, agraris, kondisi dan keamanan jalan yang digunakan, karakteristik etnik dan kelas
sosial, kepadatan populasi, kebiasaan atau aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan, pekerjaan masyarakat umumnya, ketersediaan pelayanan kesehatan,
fasilitas pendidikan, fasilitas rekreasi, fasilitas transportasi umum, keamanan lingkungan

3. Mobilitas geografis keluarga


Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 20


5. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan (asuransi kesehatan).
Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat
d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga, siapa pengambil keputusan
utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. perlu dijelaskan
pula hal-hal yang mempengaruhi komunikasi keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga


Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku. Perlu dikaji siapa pengambil keputusan dalam keluarga, bagaimana cara keluarga
membuat keputusan
3. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal
Peran formal mis. Ayah, ibu, suami, istri, anak, nenek, kakek, dll
Peran informal mis.: pendorong, penyelaras, inisiator, negosiator, penghalang, dll

4. Nilai dan norma keluarga


Meliputi data tentang nilai dan norma yang dianut keluarga. Perlu dikaji kesesuaian nilai yg
dianut keluarga dengan masyarakat, kesesuaian nilai anggota keluarga dengan nilai yg dianut
keluarga, nilai-nilai keluarga yang mempengaruhi kesehatan

e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai

2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga ; bagaimana
membesarkan anak dalam hal belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku yang berlaku di
keluarga dan masyarakat; siapa yang bertanggungjawab untuk membesarkan anak; adakah budaya-
budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan ada masalah dalam memberikan pola pengasuhan

3. Fungsi perawatan kesehatan


Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit.Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga:
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah
sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit.
 Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
 Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, yang
perlu dikaji adalah :
 Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa
dan cara perawatannya).
 Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 21


 Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
 Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggungjawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik, psikososial).
 Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat,
hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki.
 Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.
 Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi.
 Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.
 Sejauhmana sikap.pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
 Sejauhmana kekompakan antara anggota keluarga.
e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
di masyarajat, hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan.
 Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
 Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.
 Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
 Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga, bila tidak apa penyebabnya
4. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah
anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.

5. Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauh mana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.

f. Stress dan koping keluarga


1. Stressor jangka panjang dan pendek
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stressor


Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stressor

3. Strategi koping yang digunakan


Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan (strategi koping keluarga
internal dan eksternal)

4. Strategi adaptasi disfungsional


Dijelaskan mengenai perilaku keluarga yang tidak adaptif untuk menghadapi permasalahan

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik

h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi.

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 22


C. SKORING DAN PRIORITAS MASALAH
KRITERIA SKORING* PEMBENARAN
a) Sifat masalah :

b) Kemungkinan masalah untuk dirubah :

c) Potensi masalah untuk dicegah :

d) Menonjolnya masalah :

TOTAL SKOR

No Kriteria Skor** Bobot Skoring* Pembenaran


1 Sifat masalah Diisi sesuai dengan
Skala: 1. Tidak/kurang sehat /aktual 3 kekuatan dan atau
2. Ancaman/resiko 2 1 kelemahan keluarga,
3. Keadaan sejahtera/krisis 1 misalnya sumber daya,
sumber dana , dll
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: 1. Mudah 2
2
2. Sebagian 1
3. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala: 1. Tinggi 3
1
2. Cukup 2
3. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala:
1. Masalah dirasakan dan harus segera 2
ditangani 1 1
2. Ada masalah tetapi tidak perlu 0
ditangani
3. Masalah tidak dirasakan
TOTAL SKOR
NB: Cara Skoring

Skor dari skala kriteria**


Skoring * = x Bobot
(tiap kriteria) Angka tertinggi tiap kriteria

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Urutan sesuai dengan total skor tertinggi)
1. .................................................................................
2. ................................................................................
Format pengkajian keluarga prodi tuban | 23
3. dst

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 24


E. RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan EVALUASI
N Diagnos Intervensi
Umu Khusu Kriteria Standar
o a keperawatan
m s
Verbal 1. .............................. 1. …………..
.. 2. ……………
2. .............................. ….
.. 3. ……………...
3. dst

Psikomoto
r
1. ..............................
..
2. ..............................
..
Afektif 3. dst

1. ..............................
..
2. ..............................
..
3. dst

F. IMPLEMENTASI
No Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi formatif ttd
S:

O:

A:

P:

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 25


Format pengkajian keluarga prodi tuban | 26
G. EVALUASI

NO Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi sumatif TTD


keperawatan
S:

O:

A:

P:

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 27


BAB IV

LAPORAN KASUS

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

H. PENGKAJIAN KELUARGA
Tanggal pengkajian :
a. Data Umum
1. Nama KK : Tn. S
2. Umur KK : 45 Tahun
3. Alamat : Krajan, Dawung
4. Pekerjaan KK : Petani/Nelayan
5. Pendidikan KK : SD
6. Komposisi Keluarga:

Nama Jenis Hubungan TTL/ Pendidikan Pekerjaan Status Keterangan


No anggota kelamin dengan Umur imunisasi
keluarga keluarga
1 Ny. K P Istri 41 SD IRT - Sehat
2 Sdr. A P Anak 19 SMA Pegawai - Sehat
Swasta

7. Genogram : minimal 3 generasi

8. Tipe keluarga:
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe
keluarga tersebut

9. Suku bangsa:
Keluarga mengatakan bersuku Jawa

10. Agama:
Keluarga mengatakan menganut Agama Islam

11. Status sosial ekonomi:


Kondisi keuangan keluarga Tn. S di dapat dari penghasilannya sebagai karyawan swasta.
Penghasilan Tn. S Rp. 2.500.000 per bulan, dengan pendapatan tersebut ekonomi keluarga Tn. S
cukup untuk keperluan sehari-hari, Tn. S dan Ny. Y berperan mengatur dana untuk kebutuhan
rumah tangga, kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan anaknya.
12. Aktifitas rekreasi keluarga:
Keluarga mengatakan tidak pernah berekreasi ke tempat-tempat wisata namun hanya menonton
tv bersama dirumah

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 28


b. Riwayat dan perkembangan anggota keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Anak dari Tn.S dan Ny.K masih tinggal satu rumah dan sekarang bekerja sebagai pegawai
Swasta

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Keluarga memberikan kebebasan pada anaknya

3. Riwayat keluarga inti


Tn.S : Keluarga mengatakan 5 Bulan Lalu Batuk-Batuk dan Periksa ke Puskesmas dan
dinyatakan terkena penyakit Paru-Paru
Ny.K : Keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
Sdr.A : Keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Keluarga mengatakan Ibu dari Ny.K memiliki riwayat Hipertensi dan Pegal-pegal dibagian
Punggung

c. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, sarana pembuangan
limbah atau tempat sampah dan sarana MCK, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah, privasi anggota keluarga.

Denah rumah: gambar denah rumah

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Rumah keluarga Tn.S berada di samping jalan utama desa dan Dekat dengan balai desa, Fasilitas
kesehatan yang digunakan adalah Puskesmas Sumurgung, Keluarga Tn.S sering berkumpul
dengan tetangga, dan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat seperti Tahlilan

3. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga mengatakan tidak pernah pindah tempat tinggal namun terkadang berkunjung kerumah
orangtua Tn.S di Ngaglik Palang

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga mengatakan berkumpul disaat malam hari ketika semuanya sudah pulang bekerja
termasuk anak.
Keluarga mengatakan interkasi dengan masyarakat melalui acara-acara seperti tahlilan

5. Sistem pendukung keluarga


Keluarga mengatakan memiliki jaminan kesehatan berupa BPJS Kesehatan
d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan yang mengambil keputusan adalah Ny.K namun melalui diskusi dengan
Tn.S
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mengatakan yang mengambil keputusan adalah Ny.K namun melalui diskusi dengan
Tn.S
3. Struktur peran
Dalam Keluarga ini peran
Tn.K adalah sebagai kepala keluarga, suami, dan ayah
Ny.K adalah sebagai istri dan Ibu
Sdr. A adalah sebagai anak
Kebutuhan keluarga setiap hari dipenuhi oleh Tn.S

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 29


4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga mengatakan menganut adat dan norma yang ada dilingkungan desa yaitu adat dan
norma jawa. Keluarga mengatakan Tn.S mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh lalu
diperiksakan ke puskesmas dan didiagnosa Tn.S menderita penyakit Paru-Paru

e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn. S selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga, saling
membantu jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan dan saling menghargai satu
sama lain.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. S menekankan kepada seluruh anggota keluarga agar bersikap baik terhadap
tetangga, berperilaku sopan, dan berperilaku ramah kepada sesama manusia. Tn. S dan Ny.K
juga mengikuti kegiatan tahlilan disekitar rumah
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Keluarga masih kurang mengenal dalam permasalah kesehatan, masih kurang nya
pengetahuan mengenai tanda dan gejala maupun faktor penyebab serta cara penularan
penyakit dari Tn. S. Yang dapat mempengaruhi persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan Tn. S.
b. Mengambil keputusan
Tn. S mengatakan tidak mengerti tentang penyakit Tubercolosis yang dideritnya.
Dia selalu memeriksakan penyakitnya ke puskesmas terdekat. dan kurang tau cara
perawatan dan pembuangan dahak penyakit tubercolosis. Tn.S menganggap
penyakit itu seperti batuk biasa
c. Kemampuan memberikan perwatan anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa batuk Tn. S sudah lama dan tidak sembuh-sembuh ,
oleh karena itu Tn. S dibawa ke puskesmas oleh anggota keluarganya. Keluarga
sangat peduli dengan Tn.S
d. Kemampuan modifikasi lingkungan
Keluarga belum mampu memodifikasi lingkungan, terlihat dari kondisi dalam
rumah yang berantakan, kebersihan rumah yang masih kurang, pencahayaan
rumah masih kurang.
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan memiliki BPJS kesehatan. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan tersebut terbukti jika ada anggota yang sakit selalu berobat ke
Puskesmas.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.S memiliki 1 orang anak

5. Fungsi ekonomi
Keluarga mengatakan kebutuhan sandang, pangan, papan sudah terpenuhi dari pekerjaan Tn.S
sebagai petani dan nelayan dengan penghasilan perbulan sekitar 1-3jt perbulan

f. Stress dan koping keluarga


1. Stressor jangka panjang dan pendek
Pengobatan penyakit Tn.S sudah berjalan 5 bulan dan berharap segera sembuh
Format pengkajian keluarga prodi tuban | 30
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stressor

3. Strategi koping yang digunakan


Keluarga mengatakan apabila ada masalah keluarga banyak berdoa dan beribadah

4. Strategi adaptasi disfungsional


Kebersihan dan kerapian serta pencahayaan dalam rumah masih kurang

g. Pemeriksaan fisik
1. Tn.S
- TTV : - TD : 110/80 - RR : 16 x/menit
- Nadi : 60 x/menit - Suhu : 36,3
- Kepala : tidak terdapat kelainan, distribusi rambut merata, terlihat bersih
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata simetris
- Hidung : hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung dan polip
- Mulut : lembab, tidak terdapat stomatitis
- Telinga : tidak terdapat serumen
- Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : bentuk dada simetris, tidak terdapat suara tambahan pada paru (normal:sonor)
- Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan ataupun jejas, terdengar timpani
- Kulit : turgor kulit baik
- Ekstremitas atas : tidak terdapat kelainan
- Ekstremitas bawah : tidak terdapat kelainan
2. Ny.K
- TTV : - TD : 110/80 - RR : 20 x/menit
- Nadi : 60 x/menit - Suhu : 36,3
- Kepala : tidak terdapat kelainan, distribusi rambut merata, terlihat bersih
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata simetris
- Hidung : hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung dan polip
- Mulut : lembab, tidak terdapat stomatitis
- Telinga : tidak terdapat serumen
- Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : bentuk dada simetris, tidak terdapat suara tambahan pada paru (normal:sonor)
- Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan ataupun jejas, terdengar timpani
- Kulit : turgor kulit baik
- Ekstremitas atas : tidak terdapat kelainan
- Ekstremitas bawah : tidak terdapat kelainan
3. Sdr. A
- TTV : - TD : 110/80 - RR : 16 x/menit
- Nadi : 60 x/menit - Suhu : 36,3
- Kepala : tidak terdapat kelainan, distribusi rambut merata, terlihat bersih
Format pengkajian keluarga prodi tuban | 31
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata simetris
- Hidung : hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung dan polip
- Mulut : lembab, tidak terdapat stomatitis
- Telinga : tidak terdapat serumen
- Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : bentuk dada simetris, tidak terdapat suara tambahan pada paru (normal:sonor)
- Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan ataupun jejas, terdengar timpani
- Kulit : turgor kulit baik
- Ekstremitas atas : tidak terdapat kelainan
- Ekstremitas bawah : tidak terdapat kelainan

h. Harapan Keluarga
Keluarga berharap penyakit yang diderita Tn.S segera sembuh dan bisa beraktivitas normal seperti
dahulu

I. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : Kurangnya kemampuan Defisit Pengetahuan
- Keluarga mengatakan Tn.S keluarga mengenal masalah
mengalami penyakit Paru-paru kesehatan
- Keluarga mengatakan Tn.S
sudah berobat selama 5 bulan
di Puskesmas Sumurgung
- Keluarga mengatakan Tn.S
belum kembali bekerja sebagai
Nelayan
- Keluarga mengatakan
Penyakit Tn.S dikarenakan
aktivitasnya sebagai nelayan
DO :
- Tn. S sudah tidak
batuk
- Tn. S mampu
beraktivitas
- Jendela rumah selalu
tertutup
- Kondisi rumah
kurang tertata rapi
- Kondisi rumah
kurang bersih

2 DS : Kurangnya kemampuan Resiko Infeksi


- Keluarga mengatakan Tn.S keluarga mengenal masalah
mengalami penyakit Paru-paru kesehatan
- Keluarga mengatakan Tn.S
sudah berobat selama 5 bulan
di Puskesmas Sumurgung
DO :
- Jendela rumah selalu
tertutup
- Kondisi rumah
kurang tertata rapi
- Kondisi rumah
Format pengkajian keluarga prodi tuban | 32
kurang bersih

J. SKORING DAN PRIORITAS MASALAH


KRITERIA SKORING* PEMBENARAN
Dx : Defisit Pengetahuan
a) Sifat masalah : Aktual 3 Kurang mengertinya
keluarga mengenai
penyakit tuberkulosis
b) Kemungkinan masalah untuk dirubah : 1
Sebagian

c) Potensi masalah untuk dicegah : 3


Tinggi

0 Keluarga tidak
d) Menonjolnya masalah : Tidak mengetahui cara penyakit
Dirasakan tuberkulosis menular

TOTAL SKOR 7
KRITERIA SKORING* PEMBENARAN
Dx : Resiko Infeksi
a) Sifat masalah : Resiko 2 Kurang mengertinya
keluarga mengenai
penyakit tuberkulosis
b) Kemungkinan masalah untuk 1
dirubah : Sebagian

c) Potensi masalah untuk dicegah : 3


Tinggi

d) Menonjolnya masalah : Tidak Keluarga tidak


Dirasakan 0 mengetahui cara penyakit
tuberkulosis menular

TOTAL SKOR 7

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Urutan sesuai dengan total skor tertinggi)
1. Defisit Pengetahuan b.d Kurangnya kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Resiko Infeksi b.d Kurangnya kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 33


L. RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan EVALUASI
N Diagnos Intervensi
Umu Khusu Kriteria Standar
o a keperawatan
m s
Verbal 4. ........................... 4. …………..
..... 5. ……………
5. ........................... ….
..... 6. …………….
6. dst ..

Psikomot
or
4. ...........................
.....
5. ...........................
.....
Afektif 6. dst

4. ...........................
.....
5. ...........................
.....
6. dst

M. IMPLEMENTASI
No Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi formatif ttd
S:

O:

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 34


A:

P:

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 35


N. EVALUASI

NO Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi sumatif TTD


keperawatan
S:

O:

A:

P:

Format pengkajian keluarga prodi tuban | 36

Anda mungkin juga menyukai