Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA DI PT SOLUSI BANGUN


INDONESIA PABRIK TUBAN
Nama Kelompok :

1. Alfath Syawalany Sugiarto (P27820520001)


2. Alvinda Pratiwi (P27820520002)
3. Amelia Dwi Surya Pratiwi (P27820520003)
4. Anggun Khoirun Nisa Pebriani (P27820520004)
5. Ardi Bagus Setiawan (P27820520005)
6. Arinal Hidayah (P27820520006)
7. Devi Aprista Famalia (P27820520007)
8. Dwi Tarisa Putri (P27820520008)
9. Emy Nur Utami (P27820520010)
10. Farah Hanis Dwi Kartika Sari (P227820520011)
11. Ilham Nendyo Yogiisworo (P27820520012)
12. Intan Zuly Ernanda (P27820520013)
A. Persiapan
Persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan observasi lapangan yaitu:1. Mengajukan
surat permohonan melakukan observasi di PT Solusi Bangun Indonesia Pabrik Tuban2. Mendapatkan
jawaban persetujuan dari PT SBI Pabrik Tuban berkenaan dengan surat permohonan observasi
lapangan melalui virtual3. Melakukan kunjungan virtual dengan PT Solusi Bangun Indonesia Pabrik
Tuban.

B. Lokasi
Dalam melaksanakan observasi lapangan ini, lokasi yang digunakan penulis untuk pengambilan data
mengenai Sistem keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja dan bagaimana penerapan K3
secara umum dan segala kegiatan yang berkenaan dengan aspek K3 adalah di perusahaan PT Solusi
Bangun Indonesia Tbk Pabrik Tuban. Lokasi perusahaan PT Solusi Bangun Indonesia pabrik Tuban
berada di Desa Merkawang, Desa Glondonggede, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban Jawa
Timur.
C. Pelaksanaan
Observasi lapangan virtual di Perusahaan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik
Tuban dilakukan pada hari selasa tanggal 15 Maret 2022 jam 09.00-12.00 WIB

D. Sumber Data
WawancaraPeninjauan virtual

E. Teknik Pengumpulan data


1.Wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan dan bertanggungjawab
dalamhal K3 di PT Solusi Bangun Indonesia Pabrik Tuban
2.Peninjauan secara virtual pada objek penelitian berkenaan dengan pelaksanaan K3
di PT Solusi Bangun Indonesia Pabrik Tuban
A. Gambaran Umum PT Solusi Bangun Indonesia

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk adalah perusahaan produsen semen di Indonesia, dan merupakan
anak perusahaan dari Semen Indonesia Group (SIG). PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
menjalankan usaha yang terintegrasi dari semen, beton siap pakai, dan produksi agregat. Perseroan
mengoperasikan empat pabrik semen di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Tuban
(Jawa Timur), dan Lhoknga (Aceh), dengan total kapasitas 14,8 juta ton semen per tahun, dan
mempekerjakan lebih dari 2,400 orang.
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Tuban berlokasi di Desa Merkawang, Desa Glondonggede,
Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban Jawa Timur. Lingkup usaha yang dijalankan oleh PT
SBI Pabrik Tuban adalah pabrik semen, clinker, dan bahan galian dengan luas area 195 Ha. PT SBI
Pabrik Tuban mulai beroprasi pada tahun 2015 dengan jumlah karyawan 271 karyawan, jumlah
tenaga kontraktor 473 orang dan menghasilkan produksi sekitar 3,7 juta ton/tahun.
B. Proses Produksi

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Tuban memproduksi semen serba guna
melalui beberapa tahap. Bahan baku utama pembuatan semen terdiri dari batu kapur
(lime stone), tanah liat (clay), pasir silika, dan pasir besi. Proses penambangan
melalui beberapa tahap yaitu pengeboran, peledakan, pengerukan, dan
pengumpulan material. Batu kapur dibawa menggunakan truk dan dicurahkan
kedalam hopper. Hopper merupakan tempat penampungan awal untuk masukan
kedalam crusher. Crusher berguna untuk menghancurkan batu kapur. Batu kapur
dibawa menggunakan belt conveyor (BC) setelah sampai dipelabuhan setelah
dihancurkan. Batu kapur (lime stone) yang sampai di pabrik sudah melalui beberapa
proses penambangan dengan hasil akhir seperti bongkahan yang kasar. Bahan baku
pembuatan semen yang lain yaitu tanah liat (clay) diambil dari penambangan di
Desa Mliwang, Kecamatan Kerek yang dibawa ke pabrik menggunakan truk. Tanah
liat (clay) yang dibawa ke pabrik sudah melalui proses penambangan dalam bentuk
akhir seperti bongkahan.
Setelah bahan baku sampai di gudang penyimpanan, bahan baku diambil menggunakan reclaimer
sekaligus dihancurkan lagi dan dibawa ke bin. Reclaimer memiliki kapasitas tertentu untuk
memindahkan bahan baku. Seluruh aktivitas pemindahan bahan baku menggunakan belt
conveyor. Weight feeder digunakan mengatur kecepatan setiap bahan baku untuk diteruskan dari
bin. Bin merupakan tempat penyimpanan sementara untuk mengontrol seberapa banyak bahan
akan masuk ke produksi.
Setelah komposisi masing-masing bahan baku sudah ditentukan oleh laboratorium, hasil
komposisi bahan baku diberikan ke Control Center Room (CCR) untuk proses eksekusi produksi.
Setelah mengetahui komposisi maka dari bin disalurkan menggunakan BC (belt conveyor) ke
vertical raw mill untuk dicampur dan dihancurkan. Hasil raw mill dinamakan raw meal. Raw meal
dimasukkan ke dalam blending silo untuk tempat penyimpanan sementara ke proses selanjutnya.
Pada blending silo, raw meal akan mengalami pengadukan dan homogenisasi. Homogenisasi
merupakan penangkapan debu yang terbawa dan diikat menggunakan electrostatic precipitator.
Setelah itu, raw meal akan dihangatkan menggunakan udara panas hingga proses di rotary kiln
dengan proses yang dinamakan pre-heating. Rotary kiln memiliki empat bagian yaitu transisi,
pembakaran, pelelehan, dan pendinginan. Hasil rotary kiln dinamakan clinker
Clinker akan langsung didinginkan secara mendadak setelah selesai proses di rotary kiln.
Pendinginan clinker menggunakan mesin cooler. Setelah selesai didinginkan dimasukan
kedalam clinker silo untuk penyimpanan sementara. Proses selanjutnya yaitu pre-grinding
untuk menghancurkan clinker yang berbentuk seperti bongkahan batu karena proses
pembakaran dan pendinginan mendadak. Grinding media akan menghaluskan dan
mencampurkan dengan cara ditumbuk secara acak karena finish mill berbentuk silinder
dengan panjang 13 meter dengan diameter 4,8 meter yang didirikan secara horizontal dan
diputar secara terus menerus seperti rotary kiln. Setelah proses finish mill selesai hingga
berukuran sekitar 2 microns, maka semen selesai diproduksi dan masuk kedalam silo cement
yang kemudian masuk ke proses packing. Proses packing dilakukan secara otomatis
menggunakan mesin packer. Setelah proses packing, semen serba guna dimasukkan
kedalam gudang penyimpanan yang kemudian didistribusikan ke distributor.
Potensi Bahaya

Potensi bahaya merupakan keadaan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Yang
termasuk dalam potensi bahaya adalah :
1.Kebakaran
Kebakaran merupakan insiden akibat dari api yang tidak diinginkan, dapat menimbulkan
kerugian dan membahayakan kesehatan manusia. Upaya pengendalian kebakaran yang
diterapkan di PT SBI Tuban telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep. 186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, terbukti disediakannya APAR, pilar hidrant
didekat pos satpam, alarm sistem dan spinkler, pelatihan pemadam kebakaran dan penetapan
jalur evakuasi.
2. Peledakan
Bahaya peledakan dapat timbul karena tekanan berlebih dan suhu ekstrim. Upaya
pengendalian bahaya peledakan dilakukan dengan penerapan Kepmenkes No.
1204/MENKES/SK/2004 terutama mengenai konstruksi bangunan.
3. Terpeleset
Potensi bahaya terpeleset kebanyakan timbul karena penerapan house keeping
yang kurang tepat dan ulah manusia. Banyak karyawan yang menganggap
terpeleset dan terjatuh merupakan hal biasa jadi tidak perlu dilaporkan. Upaya
pengendalian dilakukan dengan penerapan house keeping yang lebih optimal
dan pemasangan karet pada jalan miring atau beralur. Hal ini sesuai UU No. 1
Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja, dalam pasal 3 mengenai syarat-syarat
keselamatan kerja.

4. Tergores dan tertusuk


Sebagian besar potensi bahaya seperti tergores dan tertusuk karena human
error, PT SBI Tuban berupaya melakukan pengendalian dengan mengadakan
penyuluhan K3 kepada petugas terkait yang merupakan kegiatan rutin,
penggunaan APD, dan penerapan house keeping yang baik. Hal ini telah sesuai
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
5. Kelilipan atau kemasukan debu

Potensi bahaya mata kelilipan atau kemasukan debu pada karyawan dan
kontraktor di pabrik semen PT SBI sangat tinggi karena polusi udara akibat
proses produksi semen. Untuk itu PT SBI berupaya melakukan pengendalian
dengan penyediaan APD dan klinik untuk pengobatan.
Faktor Bahaya

1. Faktor Fisik
Faktor bahaya fisik meliputi bising, listrik, getaran dan radiasi

a.Bising
Kebisingan adalah level suara yang melebihi tingkat daya dengar manusia yang dapat diukur dalam
satuan desibel. Upaya pengendalian kebisingan di PT SBI Tuban adalah dengan melakukan hierarki
pengendalian untuk mesin yang menimbulkan kebisingan seperti pada mesin Mini Mill dibuatkan
peredam di sekeliling mesin dengan plat besi yang tebal dengan dilapisi Peredam Rubber, dan
kebijakan tentang pemakaian APD. Hal ini sudah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970, pasal 12 sub
b yang menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang-undangan diatur kewajiban dan hak-hak
tenaga kerja untuk memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
b. Listrik
Di PT. Solusi Bangun Indonesia juga sudah terdapat penangkal petir, daya listrik bertegangan
220 volt bersumber dari sebuah gardu listrik dan 1 buah genset daya 250 pk. Sangat
berbahaya bila penangannannya tidak tepat. Upaya pengendalian di PT. Solusi Bangun
Indonesia adalah seperti kebijakan tentang pemakaian APD. Hal ini sudah sesuai UU No. 1
Tahun 1970, pasal 12 poin (b) yang menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang-
undangan diatur kewajiban dan hak-hak tenaga kerja untuk memakai alat perlindungan diri
yang diwajibkan.

d.Radiasi
Penggunaan sinar radiasi merupakan hal yang sangat penting di perusahaan . Acuan
pengendalian radiasi yang digunakan di PT. Solusi Bangun Indonesia adalah Kepmenkes No.
1204/MENKES/SK/2004 tentang perlindungan radiasi. Secara keseluruhan standar tersebut
telah diterapkan dengan baik oleh PT. Solusi Bangun Indonesia mengenai konstruksi
bangunan dan pemakaian APD, dalam pemakaian APD hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun
1970, pasal 12 poin (b) yang menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang-undangan
diatur kewajiban dan hak-hak tenaga kerja untuk memakai alat perlindungan diri yang
diwajibkan.
2. Faktor Kimia

Termasuk dalam faktor kimia adalah :


a.) Debu dan Asap
Partikulat respirabel yang paling dominan sebagai pengganggu kualitas udara ruangan adalah
asap rokok. Kandungannya merupakan gabungan senyawa karsinogenik, mutagenik, toksik,
dan iritatif. Partikulat lain adalah debu yang berasal dari luar ruangan , seperti dari jalan raya,
ataupun debu kegiatan konstruksi. Upaya pengendalian adalah seperti penyediaan APD, hal ini
sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970, pasal 14 sub c yang menyebutkan bahwa
pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua APD yang diwajibkan kepada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai atau ahli keselamatan kerja
B.) Bahan Kimia
Bahan kimia dalam bentuk tunggal maupun campuran yang berdasarkan sifat fisik, kimia atau
toksikologi dapat menimbulkan PAK seperti iritasi, muntah, asma, dan gangguan lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengendalian untuk mencegah atau mengurangi
dampak yang timbul. Pengendalian dilakukan dengan penanganan yang tepat dalam
penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan penggunaannya. PT. Solusi Bangun Indonesia
telah melakukan pengendalian bahan kimia sesuai Kepmenakes No. Kep. 187/MEN/1999
tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, dalam pasal 4 tentang
MSDS, dan Penyediaan APD bagi tenaga kerja sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 1970,
pasal 14 sub c yang menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-
cuma, semua APD yang diwajibkan kepada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai atau ahli keselamatan kerja
Sosialisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Pengenalan (awareness)
Sosialisasi Kebijakan K2 pada setiap pertemuan (rapat, seminar, dll) Safety talk sebelum
melaksanakan tugas (kegiatan overran, baca laporan, dll) Poster-poster pesan keselamatan
kerja

b.Sosialisasi kebijakan K3 kepada seluruh karyawan PT SBI untuk mendapatkan dukungan


dan keterlibatan dari seluruh karyawan. Sosialisasi ini melibatkan semua manajemen
termasuk direktur. Hal ini penting dilakukan untuk menunjukkan keseriusan dari semua
manajemen dalam penerapan K3 di perusahaan. Kegagalan dalam mensosialisasikan
kebijakan K3 kepada seluruh karyawan akan berakibat pada kegagalan dalam penerapan
program-program k3 berikutnya. Sosialisasi yang dilakukan tidak banya membacakan poin-
poin kebijakan akan tetapi juga penjelasan yang detail dari poin-poin tersebut agar dapat
dipahami dan diterima karyawan
Sistem Keselamatan Kerja

1. Penyediaan APD (safety tools)


PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Tuban telah menyediakan APD kepada tenaga kerja
yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Tujuan dari penyediaan APD adalah untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja dari faktor bahaya dan potensi bahaya yang dapat
mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja.

2.Klinik K2
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk pabrik Tuban peduli terhadap kesehatan para pekerja. Para
pekerja di lapangan dapat terkena dampak dari proses produksi seperti radiasi, suara, fisik
alat berat dan paparan sinar. PT SBI Tbk Pabrik Tuban menyediakan klinik sebagai tempat
pengobatan bagi para pekerja yang sakit.
Pelayanan Kesehatan Kerja

PERMENAKERTRANS No. Perusahaan 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan


Tenaga Kerja dalam menyelenggarakan Keselamatan Kerja pada pasal 2 dan 3
menyebutkan bahwa perusahaan harus mengadakan pemeriksaan kesehatan kerja sebelum
kerja, harus melakukan pemeriksaan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun
sekali kecuali ditentukan oleh Dirjen Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja serta Pemeriksaan khusus. Di PT SBI Tuban tenaga kerja baik karyawan
maupun tenaga kontraktor sudah mendapatkan pemeriksaan berkala dan khusus.
Untuk menghindari kecelakaan kerja, para pekerja diwajibkan untuk memakai APD lengkap
yang sudah disediakan pada saat memasuki kawasan PT SBI. Tingginya resiko kecelakaan
kerja saat proses produksi semen membutuhkan koordinasi dari pimpinan kepada pekerja
melalui berbagai cara diantaranya sosialisasi secara terus menerus dan penyediaan
kecukupan APD.

Untuk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja maka
pemerintah menetapkan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) yang sekarang di ganti dengan BPJS Ketenagakerjaan sebagai pelaksanaan
pasal 10 dan 15 UU No. 14 Tahun 1969 dan PT SBI Tuban sudah mengikutikan karyawanya
dalam program BPJS Ketenagakerjaan.
Gizi Kerja

Pemilihan kebutuhan gizi karyawan merupakan suatu tindakan untuk menjaga dan
memelihara kesehatan tenaga kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1.Makan 4 sehat 5 sempurna untuk tenaga kerja di PT SBI Tuban.
2.Belum ada Pemberian extra fooding atau makanan tambahan untuk tenaga kerja yang
bekerja.
Sedangkan untuk pengadaan kantin, PT SBI Tuban sudah menyediakan kantin untuk
seluruh tenaga kerjanya.
Pengolahan Limbah

Proses produksi di PT Solusi Bangun Indonesia menghasilkan limbah yang beraneka ragam.
Perusahaan semen merupakan salah satu penghasil debu terbanyak sehingga dapat
menimbulkan efek negatif bagi lingkungan. Perusahaan harus mengidentifikasi limbah yang
dihasilkan agar penanganan limbah yang dilakukan tepat. Hasil identifikasi limbah dapat
mengetahui dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah. Penanggulangan dilakukan setelah
mengetahui jenis limbah dan dampak yang dihasilkan. Limbah dapat diolah kembali agar tidak
memberi dampak negatif bagi lingkungan. PT SBI menyediakan solusi permanen yang ramah
lingkungan dalam permasalahan limbah yaitu dengan metode Co-Processing yang
memanfaatkan panas dari limbah alternatif bahan bakar dan bahan baku yang menggantikan
sebagian bahan baku dan bahan bakar tradisional dalam pembuatan semen.
Proses produksi menghasilkan limbah padat, limbah udara dan limbah cair. Limbah padat non
logam hasil dari proses produksi dijual kembali kepada pihak ketiga jika dapat dimusnahkan.
Limbah padat non logam yang dapat dimusnahkan sendiri akan dimasukkan kedalam pembakaran
kiln. Limbah padat B3 dapat berupa glasswool, filter oli bekas, kaleng bekas cat, limbah bekas
lembekan, tinta bekas, lampu TL, saw dust, dan majun. Limbah padat B3 yang tidak dapat
dimusnahkan sendiri diangkut oleh pihak ketiga. Sebelum diangkut, limbah B3 ditampung di waste
storage yang memiliki ijin.
Proses pengendalian limbah udara untuk debu menggunakan electrostatic precipitator (EP) di
area raw mill, finish mill, serta gas bahan kimia dikendalikan menggunakan alat penangkap seperti
conditioning tower, bag house filtes, exhaust fan, cerobong dan melakukan penanaman pohon di
sekitar area pabrik.
Pengelolaan lingkungan limbah B3 sebagai bahan baku dan bahan bakar alternatif atau disebut
metode Co-Processing dimulai dari proses pengumpulan limbah industri lalu limbah disiapkan dan
diproses menjadi bahan bakar alternatif sebagai bahan baku dan bahan bakar pembuatan semen.
Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk mendapatkan suasana bekerja
yang aman, nyaman dengan tujuan adalah mencapai produktivitas yang setinggi- tingginya. Maka
dari itu, mutlak dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa terkecuali.

Saran
Sebagai tenaga medis diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam
memberikan nilai-nilai perawatan dengan melakukan hak dan kewajiban perawat di berbagai
wilayah Indonesia dengan budaya di setiap daerah, serta memperhatikan keselamatan kerja
pribadi, teman sejawat dan lingkungan sesuai dengan perundang- undangan dan keputusan
menteri yang berlaku.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai