Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil PTP Nusantara II

PTP Nusantara II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (


BUMN ). Sebelumnya perusahaan ini di kuasai oleh Verenigde Dely My ( VDM )
yang merupakan salah satu maskapai milik Belanda tang terbatas pada sektor
perkebunan Tembakau Deli dan setelah terjadi peralihan kekuasaan Belanda
kepada Indonesia perusahaan ini di kenal dengan nama NV. Deli Maskapai (
MODTCHAPPY ) yang berkantor pusat di Medan. Kemudian dengan peraturan
pemerintah perusahaan ini di beri nama perusahaan Negara Tembakau Deli (
PPNTD-I ).

Pada awal berdirinya Perkebunan Nasional Pagar Marbau adalah di bawah


naungan PTPN IX namun di dalam perkembangan PTPN IX bergabung bersama
dengan PTPN II. Awalnya perkebunan PTPN IX hanya menanam tembakau
sebagai hasil utama. Namun sesuai dengan izin diversifikasi usaha dari Menteri
Pertanian dengan Surat keputusan No.393/KPTS/UM/1970 tanggal 6 Agustus
1970 untuk Pagar Marbau dan Kuala Namu maka kebun tembakau di konversikan
menjadi kebun kelapa sawit. Kebun – kebun tembakau yang di konversikan
adalah kebun dengan jenis tanah yang di golongkan kelas tiga untuk tembakau
yang produksinya rendah disebabkan derajat penyakit layu yang tinggi. Dengan
perkataan lain jika perkebunan tersebut di pertahankan untuk penanama tembakau
akan menimbulkan kerugian terus menerus.

Realisasi diversifikasi usaha dimulai dengan penanamam kelapa sawit


secara bertahap
yaitu :

1
Tabel 1.1 Tahapan Penanaman Kebun Kelapa Sawit PTPN II Pagar Merbau

Tahun Luas Kebun Kelapa Sawit (Ha)

1971 325

1972 1000

1973 1175

1974 1000

1975 1000

1976 1000

Total 5500

Pembiayaan penanaman kelapa sawit dari tahun 1971 sampai dengan 1973
seluruh dari PTP-IX. Untuk penanaman seterusnya beserta pembangunan pabrik
di peroleh dari Departemen Keuangan.

PKS ( Pabrik Kelapa Sawit ) Pagar Merbau di rencanakan pada tahun 1974
oleh Direksi PTP IX. Pada tahun 1975 pembangunan pabrik di mulai dengan
kapasistas produksi awal 30 Ton TBS ( Tandan Buah Segar ) per jam dari yang di
rencanakan 60 Ton TBS per jam. Sebagai supplier adalah USINE DE WECKER,
LUXEMBURG ( UDW ), dan dalam hal ini menunjukkan PT. Atmindo Medan
sebgai sub kontraktor yang melakukan sebagai fabrikasi. Sedangkan Pekerjaan
lain di luar Supply UDW seperti Water Treatment Plant, Laboratorium, Work
shop, Incenerator, Kantor, Drainage dan lain – lain dikerjakan oleh pemborong
lokal. Untuk menjamin Supply berkualitas baik, PT. Narada consultan Bandung di
tunjuk sebagai konsultan PT. Perkebunan IX.

Penyelesaian pembangunan pabrik pada akhirnya November 1976 dan


kemudian dilakukan individual test, pemanasan perlahan – lahan, pembersihan
dan trial run. Pada awal Januari 1977 pabrik mulai beroperasi secara berangsur –
angsur untuk kemudian mencapai kapasistas penuh ( 30 ton TBS/jam ) pada awal
Februari 1977 dan di lanjutkan dengan Commisioning pada akhir Februari 1977.

2
Pabrik kelapa sawit Pagar Marbau di resmikan secara simbolis oleh Bapak
Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 4 April 1977 dengan
penandatanganan prasasti di perkebunan Adolina PTPN IV. Pada awalnya PKS
Pagar Marbau dipimpin oleh seorang administratur, namun pada perkembangan
selanjutnya dilakukan pemisahan antara kebun dan pabrik, dimana kebun
dipimpin oleh administratur dan pabrik dipimpin oleh seorang manager pabrik
sesuai dengan SKPTS Direksi PTPN II No. 11/KPTS/R.3/1999 tanggal 30 April
1999. Walau terjadi pemisahan antara pabrik dengan kebun namun keduanya
saling mendukung karena pengadaan persediaan bahan baku untuk di olah setiap
harinya sebagian besar bersal dari kebun sendiri.

Lokasi PKS Pagar Merbau terletak di antara kota Lubuk Pakam dan desa
Galang. Lokasi pabrik dari kota Lubuk Pakam berjarak sekitar 4 km menuju desa
Pagar Merbau II Kecamatan Lubuk Pakam Kabupataen Deli Serdang. Jarak
tempuh dari kota Medan untuk mencapai pabrik ini adalah sekitar 19 km dan
memakan waktu perjalanan 1,5 jam.

B. Visi, Misi, Tujuan PTP Nusantara II

Visi : Dari perusahaan perkebunan menjadi perusahaan multi usaha berdaya saing
tinggi

Misi : Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha, memberikan


kontribusi optimal, menjaga kelestarian dan pertambahan nilai.

Tujuan : mengolah TBS sebagai bahan baku menjadi minyak kasar (CPO) dan inti
(Kernel) yang bermutu baik.

C. Managemen dan Kultur PTP Nusantara II

Karyawan PKS Pagar Marbau di bagi menjadi 2 jenis yaitu :


1) Pegawai staf, golongan III-A sampai IV-D
2) Pegawai Non – staf, golongan I-A sampai II-D

3
Pada masa produksi jam kerja yang di berlakukan bagi setiap karyawan /
staf produksi adalah dengan pembagian jam kerja menjadi 2 shift yaitu sebagai
berikut:
1) Shift I : pukul 07.00 – 19.00 WIB
2) Shift II : pukul 19.00 – 07.00 WIB

Sedangkan untuk karyawan di bagian administrasi masa jam kerja selama


6 jam hari kerja dalam seminggu kecuali hari minggu dengan jam kerja kantor
adalah sebagai berikut :
1) Pukul 08.00 – 12.00 WIB : Jam Kerja
2) Pukul 12.00 – 14.00 WIB : Jam istrihat
3) Pukul 14.00 – 16.00 WIB : Jam Kerja setelah Istrihat

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas staf dan karyawan


adalah kesejahteraan karyawan itu sendiri. Untuk itu perusahan telah
menyediakan fasilitas – fasilitas sebagai berikut :
1) Perumahan bagi staf dan karyawan maupun keluarganya dan apabila tidak
mengambil perumahan diberikan bantuan dana sewa rumah sebesar 25 %.
2) Sarana pendidikan untuk anak – anak karyawan.
3) Memberikan bantuan dana pendidikan berupa uang kost untuk anak – anak
staf maupun karyawan yang kuliah atau bersekolah jauh dari rumah.
4) Sarana kesehatan untuk staf dan karyawan beserta keluarganya berupa Rumah
Sakit PTPN II.
5) Membangun sarana Olah Raga serta memberikan cuti tahunan.

D. Lingkup Pekerjaan PTP Nusantara II

Pabrik kelapa sawit Pagar Merbau bergerak dalam bidang pengolahan


Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit dan kernel (inti sawit)
dengan jenis produk CPO. Peningkatan permintaan akan produksi bahan mentah
berupa minyak mentah kelapa sawit telah membuka peluang usaha untuk
pengembangan industri hilir. Untuk pemasaran produk, PKS Pagar Merbau

4
memasarkan produknya dengan cara melakukan penjualan secara partai besar.
Penjualan secara partai besar ini dilakukan oleh kantor pemasaran bersama yang
bekerja sama dengan pusat pelelangan CPO Nasional di Jakarta.

E. Bahan Baku PTP Nusantara II

Bahan baku yang digunakan oleh PTP Nusantara II PKS Pagar Merbau
dalam proses produksi adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang didapat dari
perkebunan sendiri atau perkebunan lain yang bekerjasama dengan pabrik.

F. Produk PTP Nusantara II

Produksi PTP Nusantara II adalah untuk menciptakan atau menambah


kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada
seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi
kebutuhan manusia.

G. Aktivitas Pekerja/Staff/Teknisi PTP Nusantara II

1. Manager
a) Tugas dan Tanggung Jawab Manager
1) Memonitor dan mengevaluasi biaya pengolahaan dan biaya umum sehingga
diperoleh harga
2) Pokok serendah mungkin
3) Mengevaluasi dan memonitor pemakai spare part pabrik secara umum serta
bahan – bahan
4) Proses pengolahaan seefisien dan seefektif mungkin
5) Melaksanakan inspeksi secara rutin ke PKS yang dipimpinnya
6) Melaksanakan pengendalian pemakaian sumber daya sistem kerja PKS
7) Mengevaluasi atau menyetujui rencana kerja dan Anggaran Perusahaan (
RKAP ) dan Rencana Kerja Operasional ( RKO ) yang di buat masing –
masing PKS yang di pimpin

5
8) Memonitor atau mengevaluasi dan meningkatkan perolehan rendemen
minyak dan inti sawit
9) Mengambil langkah – langkah penyelesaian jika terjadi gejolak atau
penyimpangan yang terjadi di PKS Pagar Marbau
10) Bertanggung Jawab Kepada Direksi PTPN II

b) Wewenang Manager
1) Berwewenang terhadap semua pekerjaan yang ada di perusahaan serta
terhadap pemakaianmesin – mesin dan peralatan
2) Menyetujui wewenang dan tanggung jawab personil yang di bawahinya
sesuai dengan bagan organisasi

2. Asisten Laboratorium
a) Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Laboratorium
1) Mengawasi operasi pabrik dalam hal kendali mutu dengan menggunakan
semua sarana yang telah di sediakan untuk mencapai kualitas dan kuantitas
selama proses pengolahan berlangsung
2) Melaksanakan pemeriksaan besarnya losess minyak dan inti yang terjadi
selama proses pengolahan berlangsung
3) Mengawasi pemakaian bahan – bahan laboratorium dan bahan – bahan
pembantu selama proses pengolahan berlangsung
4) Mengawasi pemeriksaan limbah pabrik baik dari hasil kegiatan hasil produksi
pabrik maupun kegiatan – kegiatan lain dan pengaruhnya terhadap
lingkungan sekitar
5) Mengawaasi dan membuktikan jumlah TBS yang masuk ke pabrik sesuaia
dengan SPB dari tiap – tiap afdeling untuk menentukan kapasitas olah, dan
perhitungan renfdamen bersama dengan asisten pengolahan
6) Mengawasi jumlah pengeluaran baik hasil produksi maupun tandan kosong
dari kegiatan produksi
7) Mengawasi proses pengolahan air baik untuk kebutuhan proses maupun
kebutuhan domestik di sekitar pabrik
8) Membuat laporan sebagai informasi bagi unit pengolahan

6
9) Bertanggung Jawab terhadap manager pabrik

b) Wewenang Asisten Laboratorium


1) Menjamin dan menyetujui proses pengolahan
2) Menyetujui wewenang dan tanggungjawab personil yang di bawahinya sesuia
dengan bagian organisasi perusahaan
3) Menjamin dan menyetujui rencan kalibrasi peralatan atau pengukuran di
pabrik yang di tugaskan kepadanya
4) Melaksanakan penelitian dan pengujian terhadap produk atau proses baru

3. Asisten Pengolahan
a) Tugas dan Tanggunjawab Seorang Asisten Pengolahan
1) Menjamin bahwa kebijakan mutu, di megerti , di terapkan, dan di pelihara di
seluruh mandor – mandor dan pekerja di proses pengolahan
2) Membuat rencana pemakaian tenaga kerja, peralatan dan bahan – bahan
kimia yang di guanakan pada proses pengolahan sesuai dengan RKAP dan
penjabaran ke RKO
3) Berusaha agar proses pengolahan dilakukan efektif dan efisien, supaya
produktifitas dapat tercapai
4) Mempersiapakan agenda meeting yang berhubungan dengan proses
pengolahan seperti produksi, tenga kerja, peralatan, bahan – bahan kimia dan
peralatan yang di gunakan
5) Mengendalikan proses sesuai pengolahan dengan spesifikasi yang telah di
tetapkan
6) Melakukan pengawasan terhadap identifikasi dan mampu telusur yang
berhubungan dengan proses pengolahan sampai final produk di gudang.
7) Melakukan adjusment sesuai data – data yang telah di berikan oleh asisten
laboratorium
8) Melakukan pengawasan terhadap jumlah bahan baku yang diterima serta
produksi yang di kirim

7
9) Mengawasi penanganan proses pengolahan dan final produk sesuai dengan
kriteria yang telah di tentukan serta penanganan packing dan
penyimpanannya
10) Mengawasi dan melakukan stock produksi yang ada di gudang atau storage
tank
11) Mengendalikan cacatan mutu termasuk identifikasi, pengarsipan,
pemeliharaan, apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan
12) Mengorganisasikan audit di proses pengolahan sehingga Internal Audit dan
External Audit dapat dilaksanakan secara efektif
13) Bertanggungjawab terhadap kebersihan seluruh lingkungan pabrik
14) Bertanggungjawab terhadap pencapaian target produksi sesuai dengan bahan
baku yang di terima
15) Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang di tentukan di dalam
Internal Audit dan Ekstenal Audit
16) Menandatangani dab mengevaluasi check sheet dalam proses pengolahan
17) Membuat laporan manajemen pengolahan
18) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua mandor proses
pengolahan

b) Wewenang Asisten Pengolahan


1) Menentukan Annual Goal ( sasaran mutu ) tahunan yang berhubungan
dengan proses di pengolahan
2) Memulai dan menghentikan produksi sesuai dengan rencana produksi
3) Melakukan penyesuaian proses produksi sesuai dengan data yang diterima
dari laboratorium
4) Menghentikan produksi apabila terjadi trouble shooting peralatan
5) Menyetujui wewenang dan tanggungjawab personil yang di bawahinya sesuai
dengan organisasi

4. Asisten Maintenance/Bengkel Umum/Bengkel Listrik/Bengkel Traksi


a) Tugas dan tanggungjawab asisten maintenance/bengkel umum/bengkel
listrik/ bengkel traksi

8
1) Menjamin bahwa kebijakan mutu, dimegerti, diterapkan, dan dipeliharaoleh
semua mandor – mandor dan pekerja di bengkel
2) Menjamin bahwa semua aktifitas yang di lakukan oleh pelaksanaan teknik
sesuai dengan prosedur mutu, instruksi kerja yang telah didokumentasikan
dan diimplementasikan sampai efektif
3) Mempersiapkan agenda meeting untuk tinjauan manejemen yang
berhubungan dengan masalah – masalah di bengkel
4) Mengajukan permintaan bahan – bahan dan alat /mesin untuk kepentingan
dibengkel sesuai dengan perencanaan yang telah di buat
5) Menjamin bahwa semua peralatan/mesin yang digunakan dalam proses telah
siap di operasikanoleh pabrik
6) Merencanakan semua peralatan/mesin baik pemeliharaan secara rutin
maupun pemeliharaan break down
7) Menjamin dan mengecek rencana dengan aktifitas – aktifitas hasil
pemeliharaan baik secara rutin maupun break down
8) Bertanggungjawab terhadap pemakaian spare parst serta mencatat waktu
pemeliharaan
9) Menandatangani laporan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan break down
10) Membuat laporan Emergency Maintenance
11) Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat – alat pemeriksaan
pengukuran dan alat – alat ujiyang di gunakan di pabrik
12) Mengidentifikasi kebutuhan terhadap semua personil yang ada pada
pengawasannya
13) Menindak lanjutin tindakan – tindakan perbaikan yang di temukan pada
internal audit

b) Wewenang Asisten Maintenance/Bengkel Umum/Bengkel


Listrik/Bengkel Traksi
1) Menerima lapran hasil perbaikan/reperasi yang diborongkan kepada
kontraktor
2) Membantu manager dalam evaluasi hasil reperasi yang dilakukan pemborong

9
3) Menentukan spare past yang di gunakan pada mesin sesuai dengan standar
yang telah di tetapkan
4) Menyetujui pekerjaan yang telah dilakukan oleh mandor / mekanik / listrik
termasuk work shop
5) Menyetujui wewenang dan tanggungjawab personil yang di bawahinya sesuai
dengan badan organisasi

5. Kepala Tata Usaha ( KTU )


a) Tugas dan Tanggungjawab Kepala Tata Usaha ( KTU )
1) Menjamin bahwa kebijakan mutu, dimengerti, diterapkan, dan dipelihara oleh
semua personil yang ada bagian administrasi
2) Menjamin bahwa semua aktifitas pekerjaan pada pembeli, persetujuan
rekanan, pengadaan produk yang tidak berwujud sesuai dengan prosedur
mutu yang telah di ddokumentasikan dan di terapkan secara efektif
3) Memeriksa dan mengevaluasi setiap permintaan dari bagian yang terkait
untuk di sesuaikan kepada rekening anggaran / budget
4) Mengawasi pelaksanaan identifikasi terhadap semua bahan / alat yang di
terima di gudang pabrik
5) Mengawasi keberadaan stok bahan alat yang ada di gudang pabrik
6) Membuat atu melaksanakan pengeluaran barang dan penerima barang
7) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua personil di bagian
administrasi

b) Wewenang Kepala Tata Usaha ( KTU )


1) Melakukan tindakan perbaikan atau pencegahan jika terjadi suatu masalah
yang berhubungan dengan pemeliharaan, sesuai dengan persetujuan asisten
terkait
2) Memeriksa atu mengoreksi daftar sisa barang yang ada di gudang masing –
masing di PKS
3) Menyetujui Wewenang dan tanggungjawab personil yang di bawahinya
sesuai dngan bagian organisasi

10
6. Perwira Pengaman ( PAPAM )
a) Tugas dan Tanggungjawab Perwira ( PAPAM )
1) Menangani hal – hal pencurian dan tersangka dan menyerahkan kepda pihak
yang berwajib, serta di dalamnya penanganan pengamanan kebun atau pabrik
2) Mengadakan jaringan komunikasi / pendekatan terhadap pihak yang terkait di
dalm penanganan unujk rasa dan lain – lain yang sifatnya untuk
mengamankan kebun atau pabrik
3) Mengadakan dan menugaskan personil yang di bawahinya untuk
melaksanakan patroli pada area pabrik dan kebun

b) Wewenang Perwira Pengaman


1) Menyetujui wewenang dan tanggungjawab personil yang dibawahinya sesuai
dengan badan organisasi

H. Ruang Lingkup Pemasaran PTP Nusantara II

Hasil produksi seluruh PTPN yang bernaung dalam koordinator wilayah I,


pemasarannya dikelola oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Untuk daerah
pemasaran hasil produksi perkebunan yang dikelola oleh KPB dapat dibagi dua,
yaitu daerah pemasaran dalam negeri dan daerah pemasaran luar negeri. Khusus
untuk pemasaran dalam negeri, kegiatannya dilaksanakan oleh KPB kepada
penyalur yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perdagangan yang dijual ke pabrik minyak makan, mentega, kosmetik, dll. PKS
Pagar Merbau berada dibawah naungan PTPN II yang berpusat di Tanjung
Morawa. Hasil produksi juga diekspor ke beberapa negara seperti India, Maroko,
Vietnam, dll.

11
BAB II

PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI II

A. Program Kerja Magang Industri II


Ruang lingkup tugas khusus magang industri yaitu “SISTEM KERJA
RIPPLE MILL RM 4000 DALAM PROSES PEMECAHAN BIJI SAWIT DI
PKS PTP NUSANTARA II PAGAR MERBAU”
Adapun ruang lingkup perusahaan yang dipelajari penulis adalah sebagai
berikut :
1. Proses produksi/pengolahan.
2. Utilitas.
3. Bahan baku.
Magang industri dilaksanakan selama satu bulan dalam periode 17 Juli 2019 – 20
Agustus 2019. Berlokasi di PKS PTP NUSANTARA II PAGAR MERBAU.

B. Pelaksanaan Magang Industri II

Tabel 2.1 Pelaksanaan Magang Industri II


di PKS PTP NUSANTARA II PAGAR MERBAU

Hari dan Tanggal Kegiatan


17 Juli 2019 1. Keberangkatan
18 Juli 2019 1. Kedatangan dan Sosialisasi
19 Juli 2019 1. Perkenalan dengan Manajer
2. Meninjau Langsung ke area pabrik
22 Juli 2019 1. Mengobservasi Management dan
kultur perusahaan
2. Mengobservasi area pabrik
23 Juli 2019 1. Mengobservasi Timbangan
24 Juli 2019 1. Mengobservasi Loading Ramp
25 Juli 2019 1. Mengobservasi Rebusan (

12
Sterilizing station)
26 Juli 2019 1. Mengobservasi Bantingan (
Thressing station )
29 Juli 2019 1. Mengobservasi Stasiun Press (
Pressing Station )
30 Juli 2019 1. Mengobservasi Stasiun
Pengolahan Biji ( Kernel )
29 Juli 2019 1. Mengobservasi Stasiun
Klarifikasi( Clarification Station )
31 Juli 2019 1. Mengobservasi Pembangkit
Tenaga
1- 2 Agustus 2019 1. Mengobservasi Pengolahan air dan
Limbah
5 Agustus 2019 1. Membantu karyawan pabrik
memindahkan cangkang kernel
untuk bahan bakar boiler
6 Agustus 2019 1. Membantu karyawan pabrik
memindahkan brondolan ( biji
sawit ) yang jatuh dari lorry
7 Agustus 2019 1. Membantu karyawan pabrik
mengangkut berondolan ( biji
sawit ) yang jatuh dari bawah
loading ramp
8 - 9 Agustus 2019 1. Mengobservasi Stasiun Pemecah
kernel (ripple mill)
2. Mewawancarai Operator di Stasiun
ripple mill
12 - 14 Agustus 2019 1. Menganalisis sistem kerja Ripple
Mill dalam proses pemecahan biji
sawit di PKS PTP Nusantara II
Pagar Merbau
15 - 16 Agustus 2019 1. Mewawancarai Operator di Stasiun

13
ripple mill
2. Mengamati kerusakan di Stasiun
Ripple Mill
19 Agustus 2019 1. Menyusun draft laporan
2. Melengkapi data yang diperlukan
untuk keperluan laporan
3. Revisi Laporan Akhir magang
sama Pembimbing Magang
20 Agustus 2019 1. Pamitan kepada Bagian Kantor
SDM Perusahaan , Staff dan
Kepala Bengkel yang telah
membantu kami dalam
pelaksanaan Magang Industri II di
PKS PT.Perkebunan Nusantara II
Pagar Merbau

14
BAB III

STUDI KASUS/ANALISI PEKERJAAN

A. Studi Kasus/Analisis Pekerjaan


1. Latar Belakang
Perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit (PKS) sedang
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, salah satunya ditandai
dengan membaiknya harga CPO (Crude Palm Oil). Usaha perkebunan kelapa
sawit dan unit pengolahannya diperkirakan semakin berkembang dengan pesat,
seiring dengan semakin majunya perkembangan teknologi, sehingga pemanfaatan
kelapa sawit semakin beragam.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat cepat dimana
peralatan-peralatan canggih diciptakan untuk mempermudah dan mempercepat
suatu proses kerja di pabrik. Salah satunya adalah peralatan pemecah biji kalapa
sawit yaitu Ripple Miil yang berfungsi sebagai pemecah / memisahkan inti dari
cangkangnya di dalam proses pengolahan biji kelapa sawit.
Pengolaha kelapa sawit adalah faktor yang menetukan keberhasilan
perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang diperoleh kelapa sawit pada pabrik
kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit (CPO). Hasil sampingan dari pengolahan
kelapa sawit pada pabrik kelapa sawit adalah inti (karnel) kalapa sawit.
Untuk mendukung kelancaran proses pemecahan biji kelapa sawit yang
baik diperlukan persiapan alat pemecah yang sistem kerjanya dapat bekerja
dengan cara seefisien mungkin. Agar hasil operasi alat pemecah itu tidak
menghasilkan pemecahan yang buruk dan kemampuan pemecahan biji pada alat
tersebut dapat dipertahankan.

2. Ripple Mill RM-4000


Ripple Mill adalah salah satu peralatan pengolahan biji kelapa sawit dalam
suatu pabrik kelapa sawit yang berfungsi sebagai alat pemecah biji kelapa sawit.
Pemecahan biji kelapa sawit adalah dengan prinsip kerja jepit, giling biji diantara
celah. Rotating Assembly dengan Stationary Ripple Plate. Maksud dari RM-4000

15
adalah karena kapasitas maksimal mesin sebesar 4000 kg (4 ton)

Gambar 3.1 Ripple Mill RM-4000

a) Perkembangan Ripple Mill


Teknologi pemecahan dan pengeluaran inti dari cangkang machinery
semakin lama semakin maju, pada awal pemecahan biji dilakukan dengan prinsip
benturan pemukulan dengan menggunakan Hammer Mill. Pada tahap kedua,
kelemahan sistem pukul diatas dengan menggunakan prinsip giling dengan
menggunakan Roller Mill. Tetapi hasilnya masih kurang memuaskan. Sekitar
tahun 1979, PTA (Pty) Ltd. mengembangkan pemakaian Ripple Mill yang masih
sederhana untuk memecah biji-bijian seperti biji bunga matahari, biji kapas,
kacang kedelai dan sebagainya. Tujuan dari penggunaan Ripple Mill adalah untuk
melaksanakan pemecahan cangkang biji kelapa sawit dari inti kelapa sawit.

b) Ripple Mill Sebagai Pemecah Bij Kelapa Sawit.


Saat ini ada dua jenis alat pemecah biji yang digunakan oleh PKS, yaitu
Nut Cracker model rotor vertikal dan Nut Cracker model rotor horizontal ( Ripple
Mill). Nut Cracker model rotor vertical bekerja dengan prinsip pemecahan biji
dengan melemparkan kedinding penahan. Biji masuk dari bagian tengah rotor
melalui suatu lorong. Melalui suatu gerak putar biji akan terlempar akibat gaya
sentrifugal. Biji akan mengalami benturan yang sangat keras sehingga pecah dan
mengeluarkan inti yang ada didalamnya, selain biji sebagian inti sawit juga ikut
pecah, inti pecah ini harus dibatasi maksimum 10% karena inti pecah sangat peka

16
terhadap penjamuran dan pengasaman.
Pada nut cracker rotor horizontal ( Ripple Mill ) biji seakan dikupas pada
suatu stator yang dibuat bergerigi ketika rotor berputar untuk menggerakkan biji-
biji tersebut sehingga mengakibatkan biji terpecah. Ripple Mill lebih banyak
digunakan dibandingkan nut cracker rotor vertical karena tanaman sawit yang
banyak diusahakan saat ini yaitu dari jenis Tenera, dimana bijinya cenderung
lebih kecil dan cangkangnya lebih tipis, penggunaan nut cracker rotor vertikal
kurang cocok untuk pemecahan biji-biji seperti ini karena efek pemecahan dengan
pelemparan akan menyebabkan lebih banyak inti yang ikut pecah.
Ripple Mill dilengkapi dengan vibrator dan magnit yang dipasang pada
corong/talang vibrator digunakan untuk meratakan biji masuk ke ripple mill agar
tidak menumpuk, sedangkan magnit digunakan untuk menangkap benda-benda
logam/besi agar tidak terikut / tergiling kedalam riplle mill.
Rippel Mill ( pemecah biji ) kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama
yaitu :
1) Rotating Rotor Assembly
Rotating Rotor Assembly terdiri dari 30 batang rotor rod dengan panjang
400 mm dan diameternya 19 mm, yang terbuat dari high carbon steel, yang
dipasang pada rotor dengan susunan 15 batang dibagian luar dan 15 batang
dibagian dalam.
2) Stationary Ripple Plate
Stationary Rippel Plate dibuat dari cast steel tinggi dengan permukaan
bagian dalam dibentuk bergerigi segitiga.

PTP. Nusantara II PKS Pagar Merbau memiliki empat buah mesin Ripple
Mill sesuai dengan fungsinya masing-masing, serta motor yang berfungsi sebagai
penggerak mula ripple mill. Spesifikasi ripple mill yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Nama Mesin : Ripple Mill
2. Merk : LAJU
3. Kapasitas Maksimum : 3 - 4 Ton/jam
4. Type/Model : Double RM-4000

17
5. Rotor Speed : 1450 rpm

Spesifikasi motor yang digunakan sebagai berikut:


1. Jenis : Motor Induksi 3phasa
2. Type : Y.EMM-160M.IP 54 SI
3. Daya : 11 KW
4. Arus : 21 A
5. Power Motor : 15 Hp
6. Tegangan : 380 Volt
7. Frekuensi : 50 Hz
8. Speed : 1440 Rpm
9. Berat Motor : 120kg

Gambar 3.2 Konstruksi Ripple Mill


( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+konstruksi+ripple+mill )

c) Bagian Penyusun Ripple Mill


1) Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi dipegang oleh poros.

18
Gambar 3.3 Poros
( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+poros+ripple+mill )

2) Rotor Plate
Rotor Plate berjumlah 4 buah, rotor plate ini dapat dibedakan berdasarkan
letak terpasangnya pada ripple mill, yaitu:
a) Rotor Centre Plate, yang berjumlah 2 buah
b) Rotor End Plate, yang berjumlah 2 buah

Alat ini terbuat dari bahan carbon steel hard facing treatment. Guna dari
rotor plate ini adalah untuk meratakan pembagian umpan yang masuk menjadi 3
kelompok. Ini berguna agar pemasukan umpan dapat berjalan merata dan sebagai
tempat melekatnya rotor rod. Gesekan yang sering terjadi pada rotor plate ini
adalah akibat dari gesekan umpan yang masuk. Apabila pada penyetelan Rotating
Rotor Assembly tidak seimbang maka keadaan rotor plate akan miring sehingga
akan menyebabkan kemiringan pada letak rotor plate dan ini akan menyebabkan
semakin besarnya kemungkinan kehausan dan pembengkokan atau baling pada
rotor plate tersebut.

Gambar 3.4 Rotor Plate


( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+rotor+plate+ripple+mill )

19
3) Rotor Rod
Rotor rod ini berfungsi sebagai penekan biji sehingga pecah pada
Stationary Ripple Plate. Rotor rod terbuat dari bahan Carbon Steel, tekanan yang
terjadi akibat putaran Rotating Rotor Assembly yang tinggi sehingga memaksa
biji sawit tertekan dan akhirnya pecah. Rotor rod ini berjumlah 30 batang, 15
batang yang terletak dibagian dalam dan 15 batang terletak dibagian luar.

Gambar 3.5 Rotor Rod


( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+rotor+rod+ripple+mill )

4) Ripple Plate
Ripple plate ini memiliki gerigi yang menyebabkan cangkang dari biji
sawit pecah. Ripple plate ini ada 1 buah, pemakaian ripple plate bekerja hanya
pada satu putaran dari rotating rotor assembly. Ripple plate ini terbuat dari bahan
cast steel, karena pada proses pemecahan diperlukan kekerasan yang tinggi.
Kehausan pada ripple plate ini disebabkan oleh biji kelapa sawit tersebut. Ripple
Mill pada pabrik kelapa sawit biasanya dicek satu minggu sekali, apabila terjadi
kehausan pada ripple plate maka akan diperbaiki dengan menggunakan sistem
pengelasan dan biasanya terjadi kehausan pada 1000 jam kerja

20
Gambar 3.6 Ripple Plate
( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+ripple+plate; )

5) Frame Plate
Frame plate ini berguna untuk menopong poros jarak celah antara Rotating
Rotor Assembly dengan Stationary Ripple Plate dan sebagai penutup bagian
samping kanan dan samping kiri dari ripple mill

Gambar 3.7 Frame Plate


( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+frame+plate+ripple+mill; )

6) Bantalan Gelinding
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen lainnya bekerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik
maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja sebagaimana

21
mestinya.
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol jarum dan
rol bulat. Bantalan gelinding hanya dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu saja karena
konstruksinya yang sukar dan ketelitiannya yang tinggi. Keunggulan bantalan ini
adalah pada gesekannya yang sangat rendah. Pelumasannya pun sangat sederhana,
yaitu cukup dengan minyak gemuk, bahkan yang memakai sil sendiri tidak perlu
pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi, namun karena adanya
gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran yang tinggi bantalan ini akan
sedikit goyang. Bantalan yang digunakan pada ripple mill PKS berjenis bantalan
gelinding (Ball Bearing).

Gambar 3.8 Bantalan Gelinding


( sumber:
https://www.google.com/search?q=gambar+bantalan+gelinding+ripple+mill; )

7) Puli dan Sabuk


Puli dan sabuk merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya seperti halnya sproket rantai dan roda gigi. Puli pada
umumnya dibuat dari besi cor kelabu FC 20 atau FC 30, dan adapula yang terbuat
dari baja. Perkembangan yang pesat dalam bidang penggerak pada berbagai mesin
yang menggunakan motor listrik telah membuat arti sabuk untuk alat penggerak
menjadi berkurang. Akan tetapi, sifat elastisitas daya dari sabuk untuk
menampung kejutan dan getaran pada saat transmisi membuat sabuk tetap

22
dimanfaatkan untuk mentransmisikan daya dari penggerak pada mesin perkakas.
Keuntungan jika menggunakan puli:
a) Bidang kontak sabuk-puli luas, tegangan puli biasanya lebih kecil sehingga
lebar puli bisa dikurangi.
b) Tidak menimbulkan suara yang bising dan lebih tenang.

Transmisi sabuk ini dipergunakan terutama karena :


a) Penanganannya mudah.
b) Harganya murah.
c) Tahan terhadap panas yang terjadi pada gesekan antara pulli dengan sabuk.
d) Bekerja lebih halus.
e) Bisa untuk jarak lebih jauh.

Gambar 3.9 Puli dan Sabuk


( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+puli+dan+sabuk; )

8) Motor Induksi 3 Phasa


Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik
menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan
mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. Pada sistem kerja ripple
mill rotar diputar sehingga menimbulkan tekanan untuk memecah biji dan
menghasilkan gaya sentrifugal. Sementara sentrifugal sendiri adalah gaya
percepatan yang muncul secara sederhana dari percepatan rotasi kerangka acuan,
yang berarti benda akan bergerak menjauhi pusat lingkaran. dalam hal ini ripple
mill dapat berputar akibat digerakkan oleh sebuah motor yang pada porosnya
dikaitkan sebuah belt atau sabuk yang saling keterkaitan pada poros ripple mill.

23
Motor induksi dipilih sebagai penggerak ripple mill karena mempunyai
keuntungan-keuntungan yang cukup banyak diantaranya adalah:
1. Bentuknya sederhana, konstruksinya cukup kuat
2. Effisiensinya tinggi, dan tidak memerlukan sikat pada keadaan normal,
sehingga rugi-rugi gesekan dapat dikurangi.

Tetapi juga memiliki kerugian, yaitu :


1. Kecepatan tidak mudah dikontrol.
2. Power faktor rendah pada beban ringan.
3. Arus start biasanya 5 – 7 kali dari arus nominal

Gambar 3.10 Motor Induksi 3 phasa


( sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+motor+induksi+3+phasa; )

d) Keuntungan Penggunaan Ripple Mill


Keuntungan dari ripple mill yaitu dapat langsung memecahkan biji basah
dari Polishing Drum tanpa proses pengeringan melalui Nut Silo, Heater dan Fan
sehingga konsumsi listrik dan biaya perawatan untuk peralatan tambahan ini dapat
diirit, begitu juga terdapat penghematan uap yang mana uap ini dapat
dipergunakan untuk station yang lebih penting seperti untuk rebusan buah (
Sterilizer ). Effisiensi pemecahan biji sawit dapat mencapai hingga 99%. Sehingga
kerugian akibat dari banyak terbuangnya biji yang belum dipecahkan, ataupun ½
pecah dalam proses LTDS ( Light Tenera Dust Separator ) dapat dihemat. Hasil
dan mutu pemecahan yang lebih baik, memungkinkan pemisahan efektif di LTDS

24
lebih baik pula. Persentase inti sawit yang hancur/halus karena biji sawit yang
terlampau kering atau tipis menjadi lebih sedikit, sehingga perolehaan persentase
inti utuh lebih banyak ( Rendemen inti meningkat ).
Persentasi inti yang hancur karena biji yang terlampau kering menjadi lebih
sedikit. Abu dan kotoran berkurang karena cangkang dan inti hancur relatip
sedikit. Ukuran cangkang lebih besar sehingga pemakaian cangkang sebagai
bahan bakar ketel uap lebih efisien. Kapasitas mesin dapat mencapai 4 ton per jam
untuk Tipe RM-4000, sebanding dengan dua atau tiga unit mesin merengkah biji
yang konvensionil.
Hal-hal lain yang menguntungkan dengan penggunaan Ripple Mill :
1. Konstruksi sangat sederhana
2. Pembongkaran dan pemasangan sangat mudah dan cepat
3. Pemeliharaan mudah dan murah
4. Pengisian dapat diatur dan diawasi
5. Biaya operasi yang rendah
Unit ripple mill dapat dipasang dimana saja tanpa melakukan perombakan
besar-besaran pada struktur pabrik yang sudah ada. Untuk pemecahan biji sawit
ukuran yang bervariasi secara sempurna, disarankan dengan penambahan Nut
Granding Drum untuk mengatur masuknya biji kecil, sedang, dan besar kedalam
ripple mill. Kecepatan putaran rotor pada mesin ripple mill untuk menghasilkan
pemecahan biji kelapa sawit yang baik ialah 950 sampai dengan 1500 rpm.

B. Hambatan Dan Solusi Pekerjaan


Hambatan yang sering terjadi karena sering menghantam biji kernel maka
plat gerigi menjadi tumpul dan menyebabkan pemecahan tidak efektif, jarak rotor
dengan plat bergerigi yang terlalu rapat akan menyebabkan presentase biji yang
remuk cukup tinggi dan bila jarak terlalu renggang maka pemecahan biji tidak
sempurna. Putaran rotor yang terlalu cepat akan membuat biji terlalu hancur dan
jika puritan rotor terlalu lambat akan menyebabkan biji tidak pecah. Bentuk biji
yang heterogen, lonjong atau gepeng akan menyebabkan efisiensi pemecahan
rendah.
Solusi pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki hambatan tersebut

25
adalah dengan melakukan pengecekan dan perbaikan rutin pada mesin sebelum
beroperasi.

C. Pembahasan
1. Prinsip kerja alat Rippel Mill Type RM 4000
Rippel Mill beroprasi dengan prinsip kerja :
a) Giling / gilas
b) Jepit
c) Kupas
d) Belah
Setelah mengalami proses pemecahan kulit yang dinamakan cangkang
terkelupas, sehingga didapat produk lain yang disebut karnel atau inti.
Rippel Mill memiliki dua bagian utama yaitu ;
a) Rotating Rotor Assembly
b) Stationary Ripple Plate
Rotating Rotor Assembly terdiri dari 30 batang rotor rod yang terbuat dari
high carbon steel, yang dipasang pada rotor dengan susunan 15 batang dibagian
luar dan 15 batang dibagian dalam.
Ripple Plate dibuat dari baja cor tinggi dengan permukaan bagian dalam
dibantuk bergerigi segitiga.
Biji yang masuk dari bagian atas Ripple Mill dijepit beberapa kali
mengikuti putaran rotor pada celah antara Stationary Ripple Plate dan Rotor.
Rotor yang berputar memberikan tekanan untuk memecah biji sawit, maka
efektifitas dan fungsi Ripple Mill ditentukan oleh kecepatan putaran rotor dan
jarak dengan Ripple Plate serta ketajaman sudut gerigi permukaan bagian dalam
Ripple Plate.
Ripple Mill pada umumnya dilengkapi dengan Nut Granding untuk
mengatur pemasukan biji kecil, sedang dan besar kedalam Ripple Mill. Dengan
sistem jepit, giling, kupas dan belah tersebut memungkinkan inti utuh lebih dapat
dipertahankan, dan inti yang pecah serta abu akan berkurang karena cangkang dan
inti hancur relatif rendah

26
1 2 4

10 8 7

11 9 6

Gambar 3.11 Proses Pemecahan Biji Kelapa Sawit


( sumber:
https://www.google.com/search?q=gambar+proses+produksi+ripple+mill )

Keterangan :
1. Corong pemasukan inti 8. Ripple mill ukuran sedang
2. Nut granding lubang kecil 9. Elektromotor ripple mill ukuran
3. Nut granding lubang sedang sedang
4. Nut granding lubang besar 10. Ripple mill ukuran kecil
5. Elektromotor ukuran kecil 11. Elektromotor ripple mill ukuran
6. Elektromotor ukuran besar kecil
7. Ripple mill ukuran besar 12. Mixture conveyor

2. Prosedur Pengoperasian Ripple Mill RM 4000.


Persiapan Pengoperasian ( Start )

a) Periksa corong ripple mill tidak tersumbat akibat proses pengolahan

27
sebelumnya.
b) Periksa magnit penangkap besi dan bersihkan dari kotoran yang ada.
c) Lakukan pemeriksaan terhadap V-belt dan motor penggerak.
d) Pastikan LTDS, conveyor dan clay bath telah dijalankan sebelum ripple mill
dioperasikan.

Pengoperasian
a) Hidupkan mesin ( tekan tombol ON pada panel )
b) Biji yang telah dipisahkan oleh nut granding berdasarkan ukurannya masing-
masing, masuk ke riplle mill yang telah diatur kecepatannya.
c) Atur kecepatan ripple mill dan periksa biji yang keluar dari ripple mill apakah
banyak biji yang pecah atau tidak.

Penghentian kerja Ripple Mill


a) Hentikan pemasukan biji ke ripple mill dengan menghentikan nut granding.
b) Tekan tombol OFF pada panel untuk menghentkan ripple mill.

3. Mekanisme Kerja Dari Ripple Mill Pada Stasiun Kernelery


Selain menghasilkan CPO, proses pengolahan sawit juga menghasilkan
kernel. Untuk itu setelah melewati stasiun press dan CBC diolah lagi dalam
stasiun kernel. inti dari proses yang terjadi pada stasiun kernel ini adalah
pemisahan inti dari serat dan cangkang. Mekanisme kerja dari Ripple Mill dalam
pengolahan biji sawit pada stasiun kernelery pabrik kelapa sawit, tidak serta merta
hanya menggunakan alat ini saja, akan tetapi ada beberapa alat yang berfungsi
sebagai instrument pembantu kerja dari Ripple Mill agar dapat optimal.

Biji dari alat pembersih daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan
dikeringkan. Biji-biji yang telah di keringkan kemudian akan mengkerut dan
mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya. Biji-biji yang telah
dipisahkan berdasarkan diameternya dengan menggunakan nut granding,
kemudian dipecah dengan menggunakan ripple mill dengan cara digiling dalam
putaran rotor bar sehingga biji akan bergesekan dengan ripple plate sehingga inti
dan cangkangnya dapat dipisahkan. Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar

28
dari alat pemisah biji perlu dilakukan usaha yang menurunkan kandungan air,
sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya
terjadi selama proses penyimpangan, oleh sebab itu perlu diperhatikan proses
dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dengan kadar
air inti. Dalam kernel drier ada udara panas di alirkan melalui pipa di tiga
lapisan, udara panas dibagian atas suhunya 70o C. bagian tengah dengan suhu
60o C dan bagian bawah 50o C. Pengeringan dilakukan sampai kadar air inti
mencapai 7 - 7,5%.
Prinsip pemisahan biji dari cangkangnya adalah karena adanya perbedaan
berat jenis antara inti dan cangkang. Caranya adalah dengan mengapungkan biji-
biji yang telah dipecahkan dalam larutan tanah liat/kaolin yang mempunyai berat
jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan mengapung dalam larutan
dan cangkang akan mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah
kemudian dicuci sampai bersih. Alat yang digunakan untuk memisahkan inti dari
cangkangnya disebut hydrocyclone separator. Inti buah dibawa ke silo dan
dikeringkan pada suhu 80°C. Selama pengeringan harus selalu dibolak-balik agar
keringnya merata.
Pemisahan antara inti dan cangkang dilakukan dua tahapan pemisahan
antara cangkang dan inti oleh LTDS ( Light Tenera Dust Separator ) 1, dan
pemisahan antara inti utuh dan inti pecah pada LTDS 2. Pada LTDS 1 fraksi
ringan yaitu cangkang akan di hisap oleh LTDS cyclon fan dan akan ditumpuk di
penampungan cangkang (shell hopper) yang selanjutnya digunakan sebagai bahan
bakar boiler, sedangkan inti utuh dan pecah akan masuk ke LTDS 2. di dalam
LTDS 2 inti utuh yang merupakan fraksi terberat akan jatuh ke kernel transport
untuk dibawa ke kernel silo dryer, inti pecah yang masih juga membawa
cangkang akan dihisap oleh LTDS cyclon fan dan akan masuk ke hydrocyclone
untuk dipisahkan antara inti pecah dan cangkang Inti pecah dan cangkang yang
masih terikut, di dalam hidrocyclone akan terpisah berdasarkan perbedaan berat
jenis antara inti pecah dan cangkang halus. Hydrocyclone ini terdiri dari dua drum
yang di batasi oleh dinding penyekat satu dan dua. Dari LTDS 2 inti pecah dan
cangkang halus akan masuk ke hydrocyclone drum no1. Di dalam hydrocyclone
pertama inti dan cangkang akan dihisap oleh cyclone, inti akan di kirim ke kernel

29
silo dryer, sedangkan cangkang yang masih tercampur dengan inti akan masuk ke
dalam hydrocyclone ke dua inti dan cangkang akan di pisahkan kembali, inti akan
di alirkan ke kernel silo dryer, sedangkan cangkang akan di alirkan ke shell
hopper untuk di kirim ke boiler. Biji yang sudah terpisah dari cangkangnya dan
masih mengandung 12% air dimasukkan ke silo dryer untuk diturunkan kadar
airnya hingga 7%. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70o , tengah 60o,
bawah 50oC. Dan setelah kadar air normal biji di simpan ke bulking dengan
memberi udara untuk menjaga kelembaban biji Kelekangan pada biji basah hanya
mungkin diperoleh bila rebusan TBS ( Tandan Buah Segar ) kelapa sawit
dilaksanakan dengan benar, yaitu :
a) Tekanan perebusan yang cukup ( misal 3kg/cm2)
b) Sistem perebusan 2 atau 3 puncak

Untuk tekanan dibawah 2,6 kg/cm2, umumnya kelekangannya kurang


baik, sehingga untuk pemecahan biji yang sempurna sebaiknya masih dilakukan
pemeraman pada silo tanpa pemanasan. Bila perebusan dengan sistem tekanan 3
kg/cm2 dan perebusan minimal 2 puncak maka kelekangan biji relatif lebih baik,
sehingga biji dapat langsung dipecah setelah dibersihkan dari plosing drum tanpa
melalui tahapan pengeringan maupun pemeraman dalam Nut Silo. Variasi ukuran
biji tidak mempengaruhi terhadap efektifitas ripple mill, ketebalan cangkang juga
berpengaruh dalam efektifitas ripple mill, bahkan mempercepat keausan Rotor
Rod dan Ripple Plate. Pada putaran 950 sampai dengan 1500rpm efesiensi
pemecahan riplle mill dapat mencapai 99%.
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektifitas Ripple Mill
adalah sebagai berikut :
a) Kondisi rotor rod dan ripple plate
Sudut gerigi ripple plate yang sudah tumpul, dan rotor rod yang sudah
menipis atau bengkok, bahkan patah akan menurunkan efektifitas ripple mill.
b) Jarak celah rotor rod dengan ripple plate
Jarak celah yang terlalu lebar mengakibatkan pemecahan biji yang kurang
efektif yaitu banyaknya biji setengah pecah, dan sebaliknya celah yang terlalu
rapat akan mengakibatkan inti sawit hancur.

30
4. Data Pengamatan
Data Pengamatan Proses Pemecahan Biji Sawit Pada Alat Ripple Mill Di
PTP.Nusantara II PKS Pagar Merbau.

Tabel 3.1 Data Pengamatan Biji, Cangkang dan Inti Yang Masuk dan
Keluar Pada Proses Pemecahan Biji Kelapa Sawit

Biji Cangkang Inti (%) Cangkang


No Jam
Utuh (%) Hancur
(%)
( %)

09.00
1 99,2 0,8 79,06 20,94
WIB

10.00
2 98,4 1.6 77,98 22,02
WIB

11.00
3 99 78,89 21,11
WIB 1

12.00
4 99,2 0,8 79.06 20,94
WIB

13.00
5 99 1 78,89 21,11
WIB

14.00
6 98,7 1,7 78,35 21,65
WIB

15.00
7 99,2 0,8 79,06 20,94
WIB

31
5. Mengetahui banyaknya biji, cangkang dan inti yang keluar dan masuk
pada proses pemecahan biji.
a) Bahan yang masuk:
Kapasitas Ripple Mill = 4.059,398 kg/jam
Biji = 99,2 % x 4.059,398 kg/jam = 4.026,923 kg/jam
Ampas = 0,8% x 4.059,398 kg/jam = 32,475 kg/jam

b) Bahan yang keluar:


Kapasitas Inti = 79,06% x 4.059,398 kg/jam = 3.209,360 kg/jam
Cangkang = 20,94% x 4.059,398 kg/jam = 850,038 kg/jam

6. Untuk mengetahui daya penghancur yang baik dalam pemecahan biji


kelapa sawit adalah sebagai berikut.
a) Arus = 21 A
b) Tegangan = 380 Volt
c) Diameter = 0,4 m
d) Panjang = 0,53 m

32
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PTP.NUSANTARA II
Pengolahan Kelapa Sawit Pagar Merbau terhadap alat Ripple Mill RM-4000 pada
stasiun karnelery mengenai proses pemecahan biji dan cangkang kelapa sawit,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rippel Mill adalah salah satu peralatan pengolahan biji kelapa sawit dalam
suatu pabrik kelapa sawit yang berfungsi sebagai alat pemecah biji kelapa
sawit. Pemecahan biji kelapa sawit dengan cara jepit, giling (gilas) biji
diantara celah Rotating Assembly dengan Stationary Ripple Plate.
2. Hasil pemecahan yang baik dipengaruhi oleh jarak celah antara rotating rotor
assembly dengan stationary ripple plate dan kecepatan putaran rotor, serta
ketajaman sudut gerigi permukaan ripple plate.
3. Kecepatan putaran rotor pada mesin ripple mill untuk menghasilkan
pemecahan biji kelapa sawit yang baik ialah 950 sampai dengan 1500 rpm.
4. Dalam menjaga efektifitas kerja ripple mill harus dilakukan perawatan atau
pemeliharaan pada mesin ripple mill untuk mencapai hasil kerja yang efisien.

B. Saran
1. Untuk mencapai hasil pemecahan yang efektif, sebaiknya dilakukan
pengecekan jarak celah antara stator dan rotor ripple mill sebelum beroperasi.
2. Mengingat peralatan yang digunakan dalam waktu yang cukup lama, maka
perlu dilakukan pembersihan pada peralatan tersebut guna mendapatkan
kualitas yang baik, yaitu dengan membersihkan kotoran – kotoran dan serabut
yang terdapat pada parit-parit gigi ripple plate dan pada rotor rod.
3. Kepada setiap operator yang berada di dalam stasiun pengolahan hendak
memakai alat perlindungan diri seperti hlam, sarung tangan, kaca mata,
penutup telinga dan sebagainya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Sibagariang, Srinita, dkk.2011. “LaporanPraktekKerja di PabrikKelapaSawit


(PKS) PT. Perkebunan Nusantara II PagarMarbau”. PENDIDIKAN
TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
Soeharjo, H, dkk.1997. “VademecumKelapaSawit”. Penerbit: PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) Bah Jambi – PematangSiantar, Sumatera Utara –
Indonesia
Suwandi, H, Ir. 2004. “BukuPedomanKerjaKelapaSawit”. Penerbit: PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) TanjungMorawa

34
LAMPIRAN LAMPIRAN

Foto bersama Assistant Pengolahan

Visi, Misi Perusahaan

35
Bagian-Bagian Proses Produksi

Timbangan

Stasiun Sortasi

Lorry Pengangkut/Basket

36
Stasiun Perebusan ( Sterilizer )

Stasiun Bantingan ( Threshing )

Automatic Feeder

Screw Press

37
Vacuum Oil Dryer

Nut Polishing Drum

Nut Silo Dryer

Nut Cracker/Ripple Mill

38

Anda mungkin juga menyukai