Anda di halaman 1dari 50

1 BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan sektor industri sudah semakin maju. Hal ini
dapat dibuktikan dengan semakin berkembangnya pabrik dan industri
manufaktur di berbagai daerah. Industri tersebut digunakan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan sehari hari. Seiring dengan perkembangan industri dan
teknologi, diperlukan peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia
yang handal dan siap pakai.

Melihat situasi dan kondisi yang sekarang ini, mahasiswa sebagai salah
satu sumber daya manusia juga dituntut untuk bisa menguasai ilmu yang
diterima didunia pendidikan dan dapat mengaplikasikannya didunia bisnis atau
kerja.Selain menguasai teori yang ada, tak kalah penting untuk secara langsung
meninjau pada lapangan. Oleh karena itu, Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya (PPNS) mengadakan On the job training (OJT) yangmerupakan
kegiatan akademik yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
mahasiswa serta membentuk kesiapan dalam menghadapi dunia kerja. Selama
perkuliahan mahasiswa dibekali dengan berbagai macam mata kuliah yang
terkonsentrasi pada pengawasan dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Dalam kegiatan On the job training inilah mahasiswa dapat mengenal
proses industri secara langsung dan mengamati bagaimana bahaya serta
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mengurangi resiko di
tempat kerja.

PTPN X Pabrik Gula Kremboong dipilih sebagai tujuan karena dalam


proses produksinya, industri gula membutuhkan banyak instrumen yang
menjadi perhatian khusus dalam aspek manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

Harapannya, semua implementasi dan pengetahuan tentang proses kerja


dapat menjadi bahan evaluasi bersama tentang kesesuainnya dengan Undang-
Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terkait. Diharapkan juga dapat
dimunculkan rekomendasi untuk temuan negatif yang dapat mengurangi
potensi bahaya yang sesuai dengan Perundang-Undangan tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang digunakan.

1.2 Tujuan OJT


Tujuan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Mampu mengidentifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko


dengan metode HIRADC pada PT. PG Kremboong.
2. Mampu mengevaluasi metode HIRADC pada PT. PG Kremboong.
1.3 Permasalahan Khusus yang Dibahas
Dalam menjalani kegiatan On Job Training (OJT) ini, selain
mengetahui tentang kondisi riil proses produksi dan penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dalam upayanya mengurangi dan mencegah bahaya yang
ada di proses industri, juga akan di bahas mengenai permasalahan khusus yang
ada di perusahaan.

Pihak perusahaan menginginkan adanya risk assesment dalam proses


pengolahan air nira menjadi gula. Maka dari itu dibuatlah sebuah risk
assesment dengan menggunakan metode HIRADC. Yang dalam perusahaan
PTPN X PG Kremboong disebut dengan form IBPPR (Identifikasi Bahaya,
Penilaian dan Pengendalian Resiko).

Risk assesment yang dibuat meliputi site pengolahan yang terdiri dari
beberapa area yaitu: area dapur pemasakan, area pemurnian, area penguapan,
dan area putaran.

Dari evaluasi HIRADC maka akan dilakukan Re-design pada Safety


Sign yang ada di PTPN X PG.Kremboong. Dimana diharapakan pekerja dapat
selalu berhati-hati dalam bekerja dan tetap mengutamakan Keselamatan dan
kesehatan kerja.
1.4 Batasan Masalah yang Diambil
Adapun batasan permasalahan yang diambil dalam penulisan laporan On
Job Training (OJT ) adalah

1. Obyek penelitian hanya fokus pada identifikasi bahaya, penilaian, dan


pengendalian resiko saja dan tidak mencakup bagaimana proses kerja
dilakukan secara keseluruhan dan ruang lingkupnya hanya pada site
pengolahan, tidak pada pengemasan dan instalasi yang ada
diperusahaan PTPN X PG Kremboong.

2. Re-Design Safety Sign dilakukan pada seluruh side mulai dari Instalasi
sampai dengan pengemasan.

3. Re-Design Safety Sign berdasar pada ISO 7001.


2 BAB 2
DATA UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil PG. Kremboong

1. Sejarah PG. Kremboong


Pabrik Gula Kremboong (PG. Kremboong) yang berlokasi di
Desa Krembung Sidoarjo didirikan sebagai suatu perusahaan swasta
Belanda pada tahun 1847. PG. Kremboong didirikan oleh N.V. Cooy
dan Coster Van Voor Hout yang pada saat itu Pabrik Gula Kremboong
memproduksi gula masih dengan tenaga manusia yang dibantu dengan
peralatan yang masih sederhana dan bersifat Home Industry.

Pada masa kedudukan jepang PG. Kremboong tidak hanya


digunakan untuk Pabrik Gula saja melainkan juga digunakan sebagai
tempat pembuatan senjata perang. Pada 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya setelah jepang menyerah pada
sekutu. Pada saat tersebut terjadi kevakuman kekuasaan sehingga
Indonesia berhasil menguasai PG. Kremboong. Namun, setelah Perang
Dunia II Belanda berhasil kembali dan mengambil alih seluruh
perusahaan Belanda yang berada di Indonesia dan pada tahun 1950 PG.
Kremboong dibangun kembali dan dioprasikan dibawa pemerintahan
jepang.

Pada saat terjadi perebutan Irian Barat pada tahun 1957


Indonesia berhasil mengambil alih seluruh perusahaan asing yang
berada di Indonesia. Kepungurasan pada saat itu ditangani oleh
kementrian perkebunan (Perusahaan Perkebunan Negara) yang diubah
menjadi ‘Perusahaan Negara Perkebunan (PNP), diubah lagi menjadi
‘Perseroan Terbatas Perkebunan’ (PTP) pada tahun 1973. Setelah
dibentuk PTP maka PNP XXI dan PNP XXII yang merupakan 2
perusahaan perkebunan dijadikan satu menjadi PTP XXI-XXII dimana
PG. Kremboong berada didalamnya. Setelahnya terjadi beberapa
penggabungan PTPN dimana setelahnya PG. Kremboong menjadi salah
satu dari 11 PG di jatim dibawah naungan PTPN X.

Pada rentan waktu 1847-sekarang peralatan yang digunakan


untuk proses produksi PG. Kremboong sudah banyak yang diganti
dengan peralatan yang lebih modern, sehingga saat ini PG. Kremboong
sedang mengalami modernisasi untuk peralatannya agar dapat mengejar
ketertinggalan produksi.
2. Struktur Organisasi PG. Kremboong

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Pabrik Gula Kremboong tahun 2016


(Sumber: Dokumen Perusahaan,2017)
PG Kremboong dikepalai oleh seorang Administrator, yang
membawahi beberapa Kepala Bagian PG Kremboong. Bagian – bagiannya
adalah :
1. Manager Keuangan dan Umum (K&U)
Bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional di bidang
administrasi yang meliputi perencanaan/pengawasan, pengendalian
biaya, dan ketertiban bidang administrasi dan akuntansi pabrik gula.
 Manager Administrasi Keuangan dan Umum membawahi :
a. Asman Perencanaan dan Produksi
b. Pembukuan
Mempertanggung jawabkan pembukuan biaya dan
pendapatan sesuai dengan pos – pos perkiraan.
c. T.U.Hasil
Administrasi pemasukan dan pengeluaran produksi gula
dan pembayaran cukai gula.
d. Sekretaris Umum
Bertanggung jawab terhadap semua urusan administratif.
e. Gudang Material dan PDE
Melaksanakan administrasi gudang dan menjaga keamanan
atas penyimpanan bahan baku barang perlengkapan.
f. Keamanan
Bertanggung jawab atas pengamanan baik personil
maupun materil perusahaan.

2. Manager Tanaman
Bertanggung jawab kepada kepala administrator dalam bidang
tanaman.
 Manager Tanaman membawahi antaralain :
 Asman Tanaman
Menjaga kelancaran pemasukan tebu sesuai kapasitas giling
baik dari dalam maupun luar daerah untuk dipertanggung jawab kan
kepada manager tanaman.
 Asman Kordinator Kebun Wilayah
Mengkoordinasikan kelancaran penyediaan tebu untuk
dipertanggung jawabkan kepada kepala bagian tanaman dan
membawahi beberapa Distrik
 Asman Asman Distrik (Tebang Angkut)
Melaksanakan penyuluhan dan bimbingan teknis sekaligus
mengawasi pekerjaan kebun.

3. Manajer Instalasi
Bertanggung jawab menangani peralatan-peralatan pabrik untuk
proses produksi.
 Manajer instalasi mempunyai wakil sebagai Koordinator Asman
yang membawahi bberapa jabatan, antara lain:
a. Asman Gilingan
Bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan di Stasiun Gilingan
dari awal proses gilingan sampai akhir proses gilingan.
b. Asman Besali
Bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang workshop untuk
proses perbaikan spare part mesin, seperti : Bubut, Frais (Milling),
Skrap, Bor dan lainnya.
c. Asman Boiler
Bertanggung Jawab terhadap pekerjaan yang ada di Stasiun Boiler.
d. Asman Listrik
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan kelistrikan di semua stasiun.
e. Asman Instrumentasi
Bertangung jawab terhadap pekerjaan pada semua
instrumentasi di lingkungan Pabrik Gula dan menjaga/mengontrol
yang berhubungan dengan Control Valve, PLC dan Control Panel di
lingkungan Pabrik Gula Kremboong.
4. Manajer Pengolahan
Bertanggung jawab atas kelangsungan segala proses yang terjadi
mulai dari perencanaan tebu, penggilingan, sampai didapatkan produk
gula sesuai dengan kwalitas dan kwantitas yang telah ditetapkan.
 Manajer Pengolahan mempunyai wakil sebagai Koordinator Asman
yang membawahi beberapa jabatan, antara lain:
a. Asman Pemurnian
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan di
Stasiun Pemurnian.
b. Asman Penguapan
Bertanggung jawab terhadap proses pekerjaan yang ada di
dalam Stasiun Penguapan.
c. Asman Masakan
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan di
dalam Stasiun Masakan.
d. Asman Puteran
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan di proses puteran atau
pengeringan sampai ke proses pengemasan, dan proses lainnya yang
ada di Stasiun Puteran.
e. Gudang Gula
Bertangung jawab atas penyimpanan produksi berupa gula
dan semua yang terjadi pada gudang gula.
5. Manajer QC (Quality Control)
Bertanggung jawab atas terlaksananya analisa dan pemantauan proses
produksi baik On Farm dan Off Farm. Serta bertanggung jawab kepada
General Manajer.
 Manajer QC membawahi beberapa jabatan, antara lain:
a. Juru Tulis
Bertanggung jawab pada proses pembukaan Manajer QC, bisa juga
disebut sebagai Sekretaris Manajer yang tugasnya melputi :
permintaan dana, laporan kerja dan kepentingan lainnya didalam QC.
b. Asman On Farm (BB)
Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan diluar produksi atau
bisa dikatakan di dalam perkebunan dan menaksir jumlah kapasitas
tebu yang akan diproduksi tebu untuk 1 periode giling.
c. Asman Off Farm (BO)
Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan QC di lingkungan
produksi dan memantau kualitas dan mutu selama produksi sampai
menjadi gula.
6. Manajer SDM (Sumber Daya Manusia)
Bertanggung jawab terhadap administrasi di perkantoran dan
bertanggung jawab kepada penerimaan rekruitmen pegawai serta tahapan
seleksinya.
 Manajer SDM membawahi jabatan, yaitu:
a. Asman SDM
Bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengupayakan bahwa tahapan rekruitmen dan seleksi karyawan
dilaksanakan sesuai dengan pedoman dan bahan baku teknis yang
telah disiapkan.

3. Tata Letak dan Lokasi PG. Kremboong


PG. Kremboong bertempat di Jalan Raya Krembung, Desa
Krembung, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi
Jawa Timur, 61275, Indonesia. Pabrik berada ± 20 km sebelah selatan
Kabupaten Sidoharjo, pada ketinggian 7 meter dpl dan curah hujan
1,450-1,675 mm/tahun, serta jenis tanah alluvial (Sidoarjo) dan
regusol (Mojokerto).

Pabrik gula yang berdiri sejak tahun 1847 ini tetap beroprasi
hingga sekarang tanpa ada perpindahan lokasi dengan beberapa
pertimbangan yaitu:

1. Kemudahan dalam mendapatkan bahan baku utama untuk


proses produksi
2. Kemudahan transportasi darat maupun air
3. Kemudahan perluasan pabrik karena lahan yang luas
4. Terdapat tempat yang cukup luas untuk memberikan
fasilitas bagi karyawan PG. Kremboong
5. Lokasi pabrik yang cukup jauh dari jantung kota sehingga
pada saat musim giling akan mengurangi polusi udara
maupun suara di tengah kota.

2.2 Visi Misi PG. Kremboong

1. Visi PG. Kremboong


 Menjadi perusahaan agro industri terkemuka yang berwawasan
lingkungan

2. Misi PG. Kremboong


 Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tebu dan
tembakau yang berdaya saing tinggi untuk pasar domestik dan
internasional dan berwawasan lingkungan.
 Berkomitmen menjaga pertumbuhan dan kelangsungan usaha melalui
optimalisasi dan effisiensi di segala bidang.
 Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai perusahaan
bagi kepuasan Stake holder melalui kepemimpinan, inovasi dan
kerjasama tim serta organisasi yang profesional.

2.3 Produksi
Proses pembuatan gula di Pabrik Gula Kremboong menggunakan proses sulfitasi .
Rangkaian prosesnya meliputi enam bagian, yaitu:

1. Stasiun Persiapan
Tebu yang digunakan dalam proses pembuatan gula di PG
Kremboong adalah tebu milik rakyat yang mempunyai standart MBS
(Manis, Bersih dan Segar). Tebu-tebu yang akan masuk ke stasiun
gilingan terlebih dahulu ditempatkan pada emplasment (tempat
penampungan tebu).
Tebu diangkut menggunakan lori. Sebelum digiling tebu dari
emplasment dilakukan penimbangan dengan dua cara, yaitu:

a. Penimbangan untuk truk


b. Penimbangan untuk lori
Proses penimbangan tebu yang diangkut lori terdiri dari tiga
bagian, yaitu :

1. Penimbangan lori dalam keadaan kosong (Tarra)


Penimbangan ini dilakukan sebelum periode giling, dimana pada
masa ini belum diketahui berapa berat lori kosong, sehingga perlu
dilakukan penimbangan selama beberapa kali (± 2 minggu).
Setelah kurun waktu tersebut, maka berat lori telah diketahui
dengan pasti (dengan mengambil nilai rata – rata berat lori dari
penimbangan selama ± 2 minggu tersebut, kemudian dicatat setiap
kode lori beserta berat tarra-nya.

2. Penimbangan lori beserta isi tebu ( Berat Kotor )


3. Perhitungan Berat Bersih ( Netto )
Perhitungan ini dilakukan dengan cara mengurangkan nilai berat
kotor dengan hasil tarra yang sudah diketahui sesuai dengan kode
lori pengangkutnya.

(Netto = Berat Kotor – Tarra ).

Adapun untuk proses penimbangan tarra untuk truk dilakukan setelah


tebu diangkut ke meja tebu.

2. Stasiun Gilingan
Setelah penimbangan tebu, dilakukan tahap penyiapan
penggilingan. Yaitu pemindahan dari lori atau truk ke meja tebu
dengan menggunakan katrol. Selanjutnya dari meja tebu dengan
menggunakan alat cane rake yang berupa batang baja bergerigi
(berfungsi untuk meratakan) tebu ditransport masuk ke auxilary
carrier. Kemudian tebu diumpankan pada cane cutter yang bertujuan
untuk mencacah tebu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
dilanjutkan ke unigrator (penumbuk) berupa tangkai baja yang terdiri
atas hammer grator yang digerakkan dengan menggunakan turbin uap
yang digunakan untuk memperhalus ukuran tebu sebelum masuk roll
gilingan.
 Pada Gilingan 1
Tebu yang telah dicacah dari unigrator diangkut oleh
main carrier menuju gilingan 1, tebu diperah menghasilkan nira
perahan gilingan pertama kemudian dilewatkan pada bak filtrasi
(untuk menahan serabut – serabut dari ampas tebu yang masih
terbawa) dan bak sedimentasi (untuk mengendapkan adanya
logam dan kerikil yang mungkin terbawa). Dari bak sedimentasi
diteruskan ke tangki penampung (setelah dicampur dengan nira
perahan gilingan kedua). Pada bagian ini, setiap 1 lori tebu yang
digiling, diambil sampel untuk dilakukan test brix (dengan
memakai brix hidrometer) dan polar (dengan memakai
polarimeter), tujuan dari test ini adalah untuk menentukan ‘angka
nira’ yang akan mendasari penentuan rendemen untuk
menentukan bagi hasil antara petani dan pihak PG.
 Pada Gilingan 2
Ampas yang berasal dari gilingan 1 diperah lagi pada
gilingan 2. Nira yang dihasilkan digabungkan dengan nira
perahan gilingan pertama, juga dialirkan ke dalam bak filtrasi dan
bak sedimentasi. Selanjutnya nira dialirkan ke dalam tangki
penampung, dimana pada bagian atasnya terdapat alat penimbang
(timbangan bolougne). Dengan memanfaatkan prinsip ‘gaya
moment’ yang bertujuan untuk mencatat berapa nira yang telah
dihasilkan. Selanjutnya setelah ditimbang nira ditampung dalam
tangki penampung, nira yang ada disebut nira mentah.
 Pada Gilingan 3
Ampas yang keluar dari gilingan 3 ditambahkan dengan
air, atau biasa disebut air imbibisi (disemprotkan di sepanjang
lebar conveyor). Sehingga pada saat masuk ke dalam gilingan 3
diharapkan sisa nira yang masih ada pada ampas dapat ditarik
oleh air imbibisi . Temperatur air imbibisi yang ditambahkan
berkisar 50 – 60oC. Keluar dari gilingan 3, ampas tebu
dimasukkan pada gilingan 4, sedangkan nira hasil perahan
dikembalikan pada gilingan ke 2.

 Pada Gilingan 4
Keluar dari gilingan 4, ampas tebu ditransport untuk
ditampung pada penampung ampas (bagasse). Bagasse digunakan
untuk pembakaran pada ketel uap, sedangkan nira hasil perahan
gilingan 4 dikembalikan pada gilingan ke 3.

Untuk mencapai hasil yang baik, maka yang perlu diperhatikan adalah:

1. Tekanan Hidrolik
Tekanan hidrolik berfungsi untuk membantu kerja dari rol gilingan
sehingga kerja gilingan menjadi konstan
2. Kecepatan Gilingan
Kecepatan gilingan tergantung pada beban ampas yang masuk. Jika
ketebalan ampas dijaga, proses gilingan akan maksimal.
3. Ukuran Ampas
Ukuran ampas yang dihasilkan dari unigrator, diharapkan berukuran
kecil dan homogen, hal ini akan bermanfaat pada proses giling,
dimana hasil nira perasan akan semakin banyak jika ukuran ampas
kecil (hal ini akan mempermudah nira untuk keluar dari ampas),
sebaliknya jika ukuran besar dan tidak homogen, maka kerja gilingan
akan kurang optimal.
4. Sanitasi Steam dan Chemicalia

3. Stasiun Pemurnian

2.4 Kebijakan Perusahaan Tentang Safety dan Lingkungan

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pada PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Kremboong telah
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) dan memiliki kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
2. Menerapkan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui
penetapan program kerja K3, identifikasi bahaya dan
pengendalian resiko guna mencegah kecelakaan kerja dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK).
3. Mematuhi peraturan perundangan yang berlaku tentang
Keselamatan dan kesehatan Kerja.
4. Menyediakan sumber daya dan peningkatan kompetensi K3 yang
berlaku.

Pernyataan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


secara tertulis dan bertanggal yang ditandatangani/disahkan oleh
General Manager PT. Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula
Kremboong, Sidoarjo. Kebijakan ini secara jelas menyatakan tujuan
dan sasaran K3 serta ditetapkan untuk diimplementasikan seluruh
bagian (jajaran manajemen, karyawan dan relasi) beserta jajarannya
dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mewujudkan tempat kerja
yang aman dan efisien.

Kebijakan ini ditinjau ulang minimal secara berkala melalui


rapat P2K3 untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai
dengan perubahan yang terjadi dalam PT. Perkebunan Nusantara X –
Pabrik Gula Kremboong, Sidoarjo dan peraturan perundang-
undangan.

Dari kebiajakan yang telah dibuat, PT. Perkebunan Nusantara


X – Pabrik Gula Kremboong berkomitmen untuk terus menerus
meningkatkan kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui
penerapan SMK3 demi terciptanya Zero Accident.

 Pelaksanaan K3 di PG Kremboong
Kegiatan dalam pelaksanaan K3 meliputi:
1. Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap PT.
Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong, Sidoarjo
terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat
menimbulkan resiko kecelakaan dan PAK.
Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan
dan melaksanakan kebiajakan:
a. Standar bagi tempat kerja
b. Perencanaan pabrik dan bahan
c. Prosedur dan intruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa

Pengendalian Resiko dan PAK dilakukan melalui:

1. Identfikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:


a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi
bahaya
b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
mungkin akan terjadi.
2. Penilaian resiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu
resiko yang telah diidentifikasi, sehingga digunakan untuk
menentukan prioritas pengendalian.
3. Tindakan pengendalian dilakukan melalui:
a. Pengendalian, teknis/rekayasa yang meliputi
eliminasi, subsitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan
sanitasi.
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Insentif, penghargaan dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan
insiden dan etiologi
e. Penegakan hukum
2. Perencanaan dan Rekayasa
Tahap perencanaan dan rekayasa meliputi:
a. Pengembangan.
b. Verifikasi
c. Tinjauan Ulang
d. Validasi dan penyesuaian

Dalam pelaksanaan perencanaan dan rekayasa harus


memperhatikanunsur-unsur:

a. Identifikasi potensi bahaya


b. Prosedur penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan
dan PAK
c. Personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan
dan diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untk
melakukan verifikasi persyaratan SMK3
3. Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan ditinjau ulang
secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses
atau bahan baku yang digunakan oleh personal dengan melibatkan
para pelaksana yang memiliki kompetensi kerja dalam
menggunakan prosedur.
4. Penyerahan sebagai Pelaksanaan Pekerjaan
PT. Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong,
Sidoarjo yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja
kepada perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain
tersebut memenuhi persyaratan K3. Verifikasi terhadap
persyaratan K3 tersebut dilaksanakan oleh personil yang
berkompeten dan berwewenang serta tanggung jawab yang jelas.
5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan
kecelakaan dan PAK.
b. Menjamin agar produk dan jasa serta mitra kerja PT.
Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong,
Sidoarjo memenuhi persyaratan K3.
c. Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, Pt
Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong-
Sidoarjo harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan
menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai
identifikasi, penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan
dan PAK.
6. Produk Akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin
keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan serta pemusnahannya.
7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana
Industri
PT. Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong,
Sidoarjo harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi
keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri meliputi:
a. Penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang
cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolong medik.
b. Proses perawatan lanjutan.
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala
oleh personil yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi
yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan
instansi terkait yang berwenang untuk mengetahui kehandalan
pada saat kejadian yang sebenarnya.
8. Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
PT Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong,
Sidoarjo harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan
darurat secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang
normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami
trauma.
 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Pemantauan dan evaluasi kiner K3 dilaksanakan di PT.
Perkebunan Nusantara X – Pabrik Kremboong, Sidoarjo meliputi:
1. Pemeriksaan, Pengujian, Pengukuran
Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta
frekuensinya disesuaikan dengan objek yang mengacu pada
peraturan dan standar yang berlaku
Prosedur pemeriksaan, pengujian dan pengukuran secara umum
meliputi:
a. Personel yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan
keahlian yang cukup.
b. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang
berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen,
tenaga kerja, dan kontraktor kerja yang terkait.
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus
digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3.
d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat
ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil
pemeriksaan, pengujian dan pengukuran.
e. Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk
menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden.
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
2. Audit Internal SMK3
Audit Internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk
mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilakukan
secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki
kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah
ditetapkan. Pelaksanaan audit internal dapat menggunakan kriteria
audit external sebagaimana tercantum pada Lampiran II pada
Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012. Frekuensi audit harus
ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan
bukti sumber bahaya yang didapatkan ditempat kerja. Hasil audit
harus digunakan oleh Manajemen PT. Perkebunan Nusantara X –
Pabrik Gula Kremboong, Sidoarjo, dalam proses tinjauan ulang
manajemen. Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara
sistematik dan efektif oleh pihak manajemen.

2. P2K3
Berdasarkan Surat Keputusan No.XX-SURKP/16.051 yang
telah ditandatangani oleh General Manager PT. Perkebunan Nusantara
X – Pabrik Gula Kremboong pada 8 oktober 2016 telah menetapkan
kepada beberapa nama untuk menjadi Tim P2K3 SMK3 Pabrik Gula
Kremboong, yang mana sesuai dengan Permenaker R.I No.
PER/04/MEN/1987 pasal 3 bahwa Sekretaris P2K3 adalah Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, susunannya sebagai berikut:

No. Nama Bagian Jabatan


1 Ir. Gatot Soebijakto, - Ketua Tim P2K3
MMA
2 Hugeng M. Masluh, SE SDM Wakil Ketua Tim
P2K3
3 Dudi Gartana Putra, ST Instalasi Sekertaris I Tim P2K3
4 Fajar Priyambada, ST Pengolahan Sekertaris II Tim
P2K3
5 Rizki Dwi Nanto, ST Pengolahan Sekertaris III Tim
P2K3
6 Santosa Widiatmoko Instalasi Anggota Tim P2K3
7 Juli Tri Hariyadi, ST QC Anggota Tim P2K3
8 Dite Fajar Sisworo Instalasi Anggota Tim P2K3
9 dr. Ita Nur Kamilah Medis Anggota Tim P2K3
10 Faizal Dony Rifai, SP Tanaman Anggota Tim P2K3
11 Purnomo Widodo, SP QC Anggota Tim P2K3
MM
12 Ely Mahfud Instalasi Anggota Tim P2K3
13 Arif Nurhadi Pengolahan Anggota Tim P2K3
14 Haryono Kadiskam Anggota Tim P2K3
15 Putut Hadi Sasmito Instalasi Anggota Tim P2K3
16 Bakti Setiawan, ST Pengolahan Anggota Tim P2K3

 Tugas dan Tanggung Jawab P2K3


o Tanggung Jawab P2K3
o Ketua P2K3
Memastikan agar organisasi P2K3 menjalankan fungsinya
sesuai dengan Tugas yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia Nomor : PER.04/MEN/1987.
o Sekretaris P2K3
Mengelola kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh P2K3,
memberikan masukan baik diminta maupun tidak kepada pimpinan
perusahaan atas pelaksanaan K3 di perusahaan, membuat jadwal
rapat, membuat notulen dan mendistribusikan hasil rapat P2K3 dan
membuat laporan ke Disnaker setiap 3 bulan.
o Anggota P2K3
Untuk memastikan resiko-resiko K3 ditempat kerja telah
teridentifikasi, dan dikendalikan, serta melakukan pemantauan
terhadap kecukupan dan konsistensi pengendalian resiko.

o Uraian Tugas
Seluruh Anggota P2K3 selain menjalankan tugasnya di
perusahaan juga bertugas untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas
rutin maupun non rutin dilaksanakan secara aman, dan memastikan
bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan aman dan telah
dicegah terjadinya kecelakaan kerja dan PAK. Berikut adalah uraian
tugas Sekretaris dan Anggota P2K3:
 Aktivitas Pemastian Keamanan Kerja
1. Anggota P2K3 memastikan bahwa seluruh aktivitas dan
tempat kerja area kerjanya telah dilakukan identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan telah ditetapkan
pengendaliannya
2. Anggota P2K3 berwewenang untuk menghentikan sebuah
pekerjaan apabila diketahui bahwa pelaksanaan pekerjaan
tersebut dilakukan secara tidak aman.

3. Anggota P2K3 mengusulkan perbaikan – perbaikan


terhadap peralatan, SOP, tempat kerja dan kompetensi dari
tenaga kerja untuk memenuhi syarat kerja aman di area
kerjanya. Usulan – usulan tersebut disampaikan pada saat
rapat bulanan P2K3.
 Rapat P2K3
P2K3 melaksanakan Rapat sebulan sekali kemudian hasil
rapat bulanan yang telah dilakukan dilaporkan kepada
Disnaker Sidoarjo setiap 3 bulan sekali dan telah
ditandatangani oleh Ketua P2K3. Berikut adalah uraian
tugasnya:
1. Sekertaris P2K3 menyebarkan / mengirimkan undangan
rapat kepada anggota tidak lebih dari 4 (empat) hari
sebelum pertemuan. Undangan akan menguraikan hal-hal
yang akan didiskusikan, siapa yang diharapkan hadir,
waktu, tanggal dan tempat pertemuan.
2. Rapat ini minimal memuat :
 Membahas temuan Inspeksi dan kemajuan hasil
perbaikan inspeksi bulan sebelumnya
 Hasil rapat-rapat K3 pada bulan berjalan yang
dilaksanakan oleh Bidang – bidang.
 Pembahasan resiko-resiko ditempat kerja serta
efektifitas pengendalian yang ditetapkan. Perubahan
kebijakan K3, Perubahan Peraturan Perundangan di
Bidang K3. Perubahan terhadap personil, peralatan,
material, proses dan prosedur.
 Pelaksanaan Investigasi dan hasil investigasi yang
dilakukan terhadap Incident / Accident.
3. Sekertaris P2K3 membuat notulensi hasil rapat P2K3,
selanjutnya mendistribusikan hasil rapat bagian /
departemen terkait serta unit – unit kerja dan ditempelkan
di papan informasi K3 dalam kurun waktu selambat-
lambatnya 1 minggu setelah pertemuan, serta
mendokumentasikan/menyimpan notulen hasil rapat.
Pelaksanaan penyebaran informasi dilakukan sesuai
dengan prosedur Komunikasi.
4. Apabila memerlukan tindak lanjut dari hasil rapat P2K3,
maka Ketua menetapkan tanggal penyelesaian dan
penanggungjawab penyelesaian aktivitas dimaksud.

3. Jalur untuk Pejalan Kaki


Dalam pemenuhan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), perusahaan PTPN X PG Kremboong telah memenuhi
sebagian besar persyaratan umum penerapan 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin).

Salah satu contoh penerapan ini ditunjukkan dengan adanya


pengecatan pada warna lantai di area tempat kerja. Metode
pengecatan pada lantai area lingkungan kerja berfungsi untuk
membantu pekerja maupun tamu tetap berada di jalur yang aman dari
proses produksi yang tengah berlangsung. Hal ini juga dapat
digunakan untuk menciptakan keteraturan bagi perusahaan, ketertiban
bagi siapapun yang memasuki area kerja. Meskipun adanya
pengecatan pada lantai dapat memberikan sikap waspada akan adanya
potensi bahaya, namun tidak dapat mengeliminasi atau mengurangi
bahaya di area tersebut.

Perusahaan PTPN X PG Kremboong menerapakan jalur


berwarna kuning sebagai jalur untuk pejalan kaki/pedestrian. Jalur
yang diperbolehkan seorang tamu untuk melintas dengan aman tanpa
di dampingi oleh pihak pengawas. Sedangkan jalur berwarna hijau
digunakan untuk menunjukkan area kerja dimana proses atau mesin
sedang berjalan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Tanda Jalur Pejalan Kaki


(sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 2.2 Perbedaan Warna Lantai Area Kerja dan Lajur Pejalan Kaki
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
Gambar 2.3 Kondisi Lantai Kerja
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Di karenakan proses kerja yang terus berlangsung 24 jam


dalam masa penggilingan (6 bulan), mengakibatkan kondisi lantai
kerja yang kotor. Setiap pagi, di awal shift pertama, pekerja
membersihkan lantai agar lingkungan kerja kembali resik. Pekerjaan
pembersihan lantai area kerja dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

4. Safety Sign
Safety sign diperlukan sebagai sistem proteksi pasif dalam
kegiatan preventif kecelakaan kerja dan penyakit akiber kerja. Safety
sign merupakan tanda pengaman yang dipasang guna mengingatkan
pekerja tentang hal yang bersifat anjuran, peringatan, dan larangan.
Contoh safety sign yang ada di PTPN X PG Kremboong adalah aturan
untuk menggunkan ear plug, safety helmet, safety boots dan safety
glasses.
Berikut beberapa contoh dokumentasi safety sign yang ada di
area PG. Kremboong:
Gambar 2.4 Tanda Area Wajib APD
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 2.5 Tanda Area Wajib APD


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 2.6 Tanda Pejalan Kaki


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
Gambar 2.7 Tanda Peringatan Tangga Licin
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 2.8 Tanda Tempat Ruang Terbatas


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

5. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan
semua area ke area titik kumpul aman yang telah di tentukan
(Assembly point). Dalam sebuah industri, keberadaan jalur evakuasi
sangat penting untuk mengevakuasi para pekerja ke tempat aman
apabila dalam proses produksi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Jalur evakuasi ini sangat penting keberadaannya saat terjadi


accident di area kerja. Diharapkan agar seluruh warga dalam sebuah
gedung memiliki kesiapan dan tidak panik jika terjadi hal yang tidak
diinginkan. Sehingga dengan adanya sarana pendukung untuk
antisipasi ini diharapkan bisa mengurangi jumlah kerugian hingga
mengurangi segala macam resiko yang akan ditimbulkan. Jumlah dan
kapasitas jalur evakuasi menyesuaikan dengan jumlah penghuni dan
ukuran area kerja.
Rambu rambu jalur evakuasi harus di pasang di semua area
kerja dari industri. Rambu jalur evakuasi dapat dilihat seperti gambar
di bawah ini:

Gambar 2.9 Rambu Jalur Evakuasi


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Setelah mengikuti rambu petunjuk jalur evakuasi, pekerja


yang sedang di evakuasi menuju ke titik kumpul (Assembly Point)
untuk melakukan pencatatan korban selamat dan sebagai upaya
evakuasi jika ada orang yang masih berada dalam area kerja yang
terkena accident.

Lokasi yang digunakan untuk titik kumpul (Assembly Point)


harus memiliki pertimbangan sebagai berikut:

- Lokasi harus berjarak cukup jauh dan aman dari jatuhan dan
bahaya lainnya.
- Lokasinya memiliki akses menuju tempat yang lebih aman serta
tidak menghalangi kendaraan yang digunakan untuk
penanggulangan keadaan berbahaya
- Lokasi harus bebas dari kemungkinan adanya bahaya lain

Berikut ini adalah contoh lokasi dan penanda titik kumpul


(Assembly Point) yang ada di PTPN X PG Kremboong dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.10 Titik Kumpul Evakuasi
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Untuk lebih memudahkan proses penanggulangan bahaya


tersebut, baik pekerja maupun tamu harus mengetahui secara umum
tentang adanya jalur evakuasi tersebut. Gambaran umum mengenai
jalur evakuasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.11 Denah jalur Evakuasi


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
3 BAB 3
TEORI DASAR

3.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Sistem Manajemen Kesehatan


dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Menurut Filosofi (Mangkunegara) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur.

Menurut Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah


semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.

Menurut OHSAS 18001:2007 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

Tujuan dari keselamatan itu sendiri adalah sebagai berikut : (Suma’mur, 1981)
1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Menjamin agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara
aman dan efisien.
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian langsung dan juga dapat
menimbulkan kerugian tidak langsung yaitu kerusakan mesin dan peralatan
kerja, terhentinya proses produksi, kerusakan pada lingkungan kerja.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat,
dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja telah diatur dalam Undang-
Undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat.
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. (Peraturan Pemerintah
No.50/2012).

3.2 Analisis Resiko

1. Pengertian Resiko
Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari
kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan
keparahan dari cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kejadian atau paparan tersebut. Sedangkan manajemen risiko adalah
suatu proses untuk mengelola risiko yang ada dalam setiap kegiatan
(Ramli, 2010).
Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya
(hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi
lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko
mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap
yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua
potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau
pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya (
Sugandi, 2003).

2. Manajemen Resiko
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3
untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang
baik (Ramli, 2010).

Namun sebagaimana dikemukakan Webb (1994) manajemen


risiko adalah “suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi
risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk
observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang
mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk
suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner (2001)
mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana
didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment)
(identifikasi dan dianalisa), penanganan (handling), dan pemantauan
(monitoring) risiko.

Tujuan manajemen risiko yang hendak dicapai adalah


mencegah kegagalan perusahaan, mengurangi pengeluaran,
menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi dan lain
sebagainya.

Dengan melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai


manfaat antara lain (Ramli,2010) :
 Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko
dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya.

 Menekan biaya untuk penanggualangan kejadian yang tidak


diinginkan.

 Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham


mengenai kelangsungan dan keamanan investasinya.

 Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko


operasi bagi setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan.

 Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

3. Perangkat Manajemen Risiko


Untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususnya
untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendaliannya
diperlukan metoda atau perangkat. Khusus untuk risiko K3, ada
beberapa metoda yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi bahaya
diantaranya :

1. Preliminary Hazard Analysis (PHA)


2. Hazard and Operability Study (HAZOPS)
3. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
4. Job Safety Analysis (JSA)
5. What if
6. Brainstorming
7. Fault Tree Analysis
8. Task Risk Assessment
9. Check list / Daftar Periksa
10. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk
Control)
Pada PT Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong,
Sidoarjo untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendaliannya menggunakan metode HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assessment and Risk Control).

3.3 Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)


HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudian
diidentifikasikan sumber bahayanya sehingga didapatkan risikonya. Kemudian
akan dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi
paparan bahaya yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam
mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah
upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas
organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan dari manajemen
risiko.tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan
pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara
sederhana adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui
pengamatan maka kita sebenarnya telah melakukan suatu identifkasi
bahaya.

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program


pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal
bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya
pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat dijalankan (Ramli,
2010).

2. Penilaian Resiko
Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian
risiko melalui analisa dan evaluasi risiko.Analisa risiko dimaksudkan
untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang ditimbulkannya.
Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga
dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar
terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.

Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan


kriteria yang telah ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku
untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.
Jika risiko dinilai tidak dapat diterima, harus dikelola atau ditangani
dengan baik. Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup dua
tahapan proses yaitu menganalisa risiko (Risk Analysis) dan
mengevaluasi risiko (Risk Evaluation). Kedua tahapan ini sangat
penting karena akan menentukan langkah dan strategi pengendalian
risiko.

Penilaian risiko pada PT. Perkebunan Nusantara X – Pabrik


Gula Kremboong, Sidoarjo, berpedoman pada dokumen SMK3 form
matriks resiko (terlampir) yang terdapat pada SOP Identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dengan menggunakan 2
parameter yaitu Probability dan Severity.
4 BAB 4
PEMBAHASAN MASALAH
4.1 Jyvgygukg
4.2 Laporan Mingguan On the Job Training
Laporan Minggu Pertama

 Senin, 4 September 2017

Hari pertama dimulainya kegiatan On the Job Training (OJT)


di Perusahaan PTPN X PG Kremboong. Kegiatan hari pertama diisi
dengan pengenalan dengan pembimbing lapangan beserta staff bagian
pengolahan di PTPN X PG Kremboong.

 Selasa, 5 September 2017

Pemberian tugas khusus berupa Risk Assesment oleh


pembimbing On the Job Training (OJT) di Perusahaan PTPN X PG
Kremboong. Risk Assesment tersebut berbentuk HIRARC, yang dalam
perusahaan ini disebut dengan form IBPPR (Identifikasi Bahaya,
Penilaian dan Pengendalian Resiko) pada 4 area di pengolahan yang
meliputi: area dapur pemasakan, area pemurnian, area penguapan, dan
area putaran.

 Rabu, 6 September 2017

Tinjauan lapangan pada area pengolahan, boiler dan area


limbah perusahaan. Tinjauan ini bertujuan untuk mengenali dan
mempelajari seluruh area kerja yang ada di Perusahaan. Berikut ini
sebagian area kerja yang dapat di tampilkan pada gambar di bawah
ini:
Gambar 4.1 Intalasi Pipa Menuju Boiler
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 4.2 Area Kristalisasi Nira


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 4.3 Area Bagasse House


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
 Kamis, 7 September 2017

Identifikasi area dapur masakan. Mengenali komponen yang


ada pada area masakan, serta bagaimana alur proses pada area dapur
masakan. Identifikasi ini akan digunakan dalam evaluasi IBPPR yang
ada di perusahaan. Berikut ini sebagian komponen area dapur
masakan yang dapat di tampilkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.4 Pekerjaan di Area Penampung Nira


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 4.5 Tangki Vacum Pan


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
 Jumat, 8 September 2017

Pengerjaan laporan On The Job Training (OJT) Bab 1 dan


pengumpulan data dari perusahaan mengenai profil perusahaan,
struktur organisasi, alur proses, dan kebijakan mengenai penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan.

Data ini aka digunakan sebagai pelengkap laporan On The Job


Training (OJT).

 Sabtu, 9 September 2017

Tinjauan lapangan di bagian tebang angkut PTPN X


Kremboong. Melihat dan identifikasi proses serta alat angkat angkut
yang terlibat dalam transport maupun penimbangan tebu yang telah di
kumpulkan dari para petani.

Transportasi tebu dilakukan setelah di timbang dan diangkut


menggunakan kereta lori. Sebagian di angkut menggunakan truk ke
bagian penggilingan pertama. Berikut ini sebagian area pengangkutan
dan timbangan yang dapat di tampilkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.6 Lori Pengangkut Tebu


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
Gambar 4.7 Area Sekitar Penimbangan
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 4.8 Crane Timbangan Tebu


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
Laporan Minggu Kedua

 Senin, 11 September 2017

Identifikasi area pemurnian. Mengenali komponen yang ada


pada area pemurnian, serta bagaimana alur proses pada area
pemurnian. Identifikasi ini akan digunakan dalam evaluasi form
IBPPR yang ada di perusahaan. Berikut ini sebagian komponen area
pemurnian yang dapat di tampilkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.9 Kondensor


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 4.10 Flash Tank


(Sumber: Dokumentasi Laporan)
 Selasa, 12 September 2017

Tinjauan lapangan dan mengamati proses pada pembersihan


stasiun gilingan. Pembersihan ini dilakukan selama perbaikan pada
turbin altenator. Selama dilakukan pembersihan peralatan milling
tersebut, stasiun penggilingan berhenti beroperasi.

Pembersihan tersebut meliputi pengambilan sisa sisa gilingan


tebu yang tidak digunakan, maupun ampas kasar sisa gilingan tebu
yang berada di lubang yang ada di bawah mesin milling. Berikut ini
sebagian proses pembersihan area milling dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 4.11 Pembersihan Alat Milling


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

 Rabu, 13 September 2017

Tinjauan lapangan pada proses pengolahan limbah padat dari


PTPN X PG Kremboong. Salah satu limbah padat yang diolah adalah
blotong. Blotong termasuk limbah padat yang dihasilkan dari proses
pemurnian nira dimana proses pemisahannya menggunakan alat
penapis rotary vacuum filter.

Blotong tersebut masih mengandung unsur penting yang


membantu penyuburan tanah, sehingga digunakan untuk pembuatan
pupuk. Berikut ini sebagian area blotong dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 4.12 Alat Pengolah Blotong


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

 Kamis,14 September 2017

Asistensi terkait evaluasi form IBPPR (Identifikasi Bahaya,


Penilaian dan Pengendalian Resiko) pada stasiun masakan dan
pemurnian. Asistensi ke manajer pengolahan sebagai tambahan
rekomendasi untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi di area
kerja.

 Jumat, 15 September 2017

Tinjauan lapangan dan melihat proses dari IPAL (Instalasi


Pengolahan Air Limbah) di PTPN X PG Kremboong. Air limbah
berasal dari stasiun masakan dan di transportasi kan dengan
menggunakan pipa yang terpasang di atas site menuju di lokasi IPAL.
Lokasi IPAL berada di seberang pabrik. Setelah di tampung dan di
olah, air limbah yang telah netral kadar pH nya akan di buang di
sungai. Berikut ini sebagian area IPAL dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 4.13 Pengolahan IPAL
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

Gambar 4.14 Kolam Penampungan Air Limbah


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

 Sabtu, 16 September 2017

Tinjauan lapangan dan pengawasan pada pembenahan alat


milling. Tinjauan lapangan dilakukan untuk mengetahui proses
pengelasan, penyambungan, dan perbaikan dari mesin milling.Berikut
ini sebagian area milling yang diperbaiki dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 4.15 Pembenahan Alat Milling


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
Laporan Minggu ketiga

 Senin, 18 September 2017

Pengumpulan evaluasi form IBPPR (Identifikasi Bahaya,


Penilaian dan Pengendalian Resiko) pada stasiun masakan dan
pemurnian. Form IBPPR telah di kumpulkan dalam bentuk Ms Word
kepada SHE staff.

Pemberian tugas mengenai evaluasi dan pembaharuan safety


sign di setiap stasiun di pabrik oleh SHE staff.

 Selasa, 19 September 2017

Pencarian referensi ketentuan pembuatan safety sign.


Referensi yang digunakan mengacu pada ISO 7010:2010 about
Graphical Symbols. Safety sign tersebut di buat dengan menggunakan
software Corel.

 Rabu, 20 September 2017

Identifikasi bahaya di parkiran, lokasi transportasi tebu,


stasiun masakan dan penggilingan. Identifikasi bahaya tersebut
digunakan untuk menentukan safety sign apakah yang dibutuhkan dan
dimana lokasi peletakan simbol tersebut yang sesuai.

 Kamis, 21 September 2017

Aktivitas perkantoran libur karena bertepatan dengan perayaan


Satu Muharam/ Tahun Baru Islam. Aktivitas yang diliburkan berupa
administrasi dan pekerjaan kantoran, namun aktivitas yang ada di
plant tetap berjalan sebagaimana mestinya karena tuntutan produksi
pada masa giling berlangsung.

 Jumat, 22 September 2017

Pencarian ide dan referensi terkait tugas akhir yang dilakukan


di perpustakaan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Hal
ini dilakukan sebagai bahan untuk berkonsultasi dengan dosen
mengenai topik yang akan di angkat sebagai tugas akhir.

 Sabtu, 23 September 2017

Melanjutkan pencarian referensi tugas akhir di rumah.


Referensi yang dicari dapat berupa buku, modul, jurnal yang dapat di
unduh di internet bila dibutuhkan.

Laporan Minggu Keempat

 Senin, 25 September 2017

Pengerjaan tugas khusus mengenai Safety Sign yang terlebih


dahulu di tugaskan oleh SHE staff. Pengerjaan yang dilakukan
meliputi redesign Safety Sign di kawasan milling serta pembuatan
banner tentang kawasan wajib K3 di perusahaan.

 Selasa, 26 September 2017

Melanjutkan pengerjaan tugas khusus mengenai Safety Sign di


kawasan pengolahan nira. Pembuatan Safety Sign di lokasi ini
meliputi rambu berhati hati di tangga, peringatan komponen yang
berbahaya, lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya,
dan rambu rambu lain yang sejenisnya. Pengerjaan safety sign dapat
dilihat seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.16 Pengerjaan Safety Sign menggunakan Software Corel
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

 Rabu, 27 September 2017

Berkeliling site masakan bersama pembimbing ojt. Pembinaan


ojt dilanjutkan dengan pengamatan terhadap komponen turbine
alternator. Turbin ini memiliki peran penting sebagai penyalur uap
yang berasal dari boiler.

Komponen pengaman dapat dilihat pada manual book yang


ada pada ruang control room. Manual book berbentuk diagram proses
per komponen dengan potongan bagian bagiannya. Manual book
secara keseluruhan dapat terlihat seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.17 Gambar Layout Turbin Altenator
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

 Kamis, 28 September 2017

Tinjauan dan evaluasi lapangan di sekitar bagian pengemasan.


Setelah gula di produksi, maka dilakukan pengemasan untuk
selanjutnya di angkut menuju gudang penyimpanan. Pada gudang
penyimpanan, terdapat pekerja yang mengangkut secara manual. Hal
ini dapat menjadi perhatian khusus tentang posisi kerja ergonomis
untuk pekerja tersebut. Berikut ini sebagian area gudang penyimpanan
gula dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.18 Gudang Penyimpanan Gula


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
Gambar 4.19 Pengangkutan Gula
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

 Jumat, 29 September 2017

Berkeliling site pada area tebang angkut tebu. Setelah tebu di


timbang maka di angkut menuju area penggilingan. Agar proses
transportasi tebu tidak ada kendala dan tidak menimbulkan
penumpukan karena tidak teraturnya area angkutan tebu, maka
diperlukan adanya penataan jalan keluar masuk alat angkut tebu.

Gambar 4.20 Jalur Masuk Truck dan Lori Tebu


(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)

 Sabtu, 30 September 2017

Melanjutkan pencarian referensi tugas akhir. Referensi yang


dicari dapat berupa buku, modul, jurnal yang dapat di unduh di
internet bila dibutuhkan.
5 BAB 6
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai