PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan sektor industri sudah semakin maju. Hal ini
dapat dibuktikan dengan semakin berkembangnya pabrik dan industri
manufaktur di berbagai daerah. Industri tersebut digunakan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan sehari hari. Seiring dengan perkembangan industri dan
teknologi, diperlukan peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia
yang handal dan siap pakai.
Melihat situasi dan kondisi yang sekarang ini, mahasiswa sebagai salah
satu sumber daya manusia juga dituntut untuk bisa menguasai ilmu yang
diterima didunia pendidikan dan dapat mengaplikasikannya didunia bisnis atau
kerja.Selain menguasai teori yang ada, tak kalah penting untuk secara langsung
meninjau pada lapangan. Oleh karena itu, Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya (PPNS) mengadakan On the job training (OJT) yangmerupakan
kegiatan akademik yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
mahasiswa serta membentuk kesiapan dalam menghadapi dunia kerja. Selama
perkuliahan mahasiswa dibekali dengan berbagai macam mata kuliah yang
terkonsentrasi pada pengawasan dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Dalam kegiatan On the job training inilah mahasiswa dapat mengenal
proses industri secara langsung dan mengamati bagaimana bahaya serta
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mengurangi resiko di
tempat kerja.
Risk assesment yang dibuat meliputi site pengolahan yang terdiri dari
beberapa area yaitu: area dapur pemasakan, area pemurnian, area penguapan,
dan area putaran.
2. Re-Design Safety Sign dilakukan pada seluruh side mulai dari Instalasi
sampai dengan pengemasan.
2. Manager Tanaman
Bertanggung jawab kepada kepala administrator dalam bidang
tanaman.
Manager Tanaman membawahi antaralain :
Asman Tanaman
Menjaga kelancaran pemasukan tebu sesuai kapasitas giling
baik dari dalam maupun luar daerah untuk dipertanggung jawab kan
kepada manager tanaman.
Asman Kordinator Kebun Wilayah
Mengkoordinasikan kelancaran penyediaan tebu untuk
dipertanggung jawabkan kepada kepala bagian tanaman dan
membawahi beberapa Distrik
Asman Asman Distrik (Tebang Angkut)
Melaksanakan penyuluhan dan bimbingan teknis sekaligus
mengawasi pekerjaan kebun.
3. Manajer Instalasi
Bertanggung jawab menangani peralatan-peralatan pabrik untuk
proses produksi.
Manajer instalasi mempunyai wakil sebagai Koordinator Asman
yang membawahi bberapa jabatan, antara lain:
a. Asman Gilingan
Bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan di Stasiun Gilingan
dari awal proses gilingan sampai akhir proses gilingan.
b. Asman Besali
Bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang workshop untuk
proses perbaikan spare part mesin, seperti : Bubut, Frais (Milling),
Skrap, Bor dan lainnya.
c. Asman Boiler
Bertanggung Jawab terhadap pekerjaan yang ada di Stasiun Boiler.
d. Asman Listrik
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan kelistrikan di semua stasiun.
e. Asman Instrumentasi
Bertangung jawab terhadap pekerjaan pada semua
instrumentasi di lingkungan Pabrik Gula dan menjaga/mengontrol
yang berhubungan dengan Control Valve, PLC dan Control Panel di
lingkungan Pabrik Gula Kremboong.
4. Manajer Pengolahan
Bertanggung jawab atas kelangsungan segala proses yang terjadi
mulai dari perencanaan tebu, penggilingan, sampai didapatkan produk
gula sesuai dengan kwalitas dan kwantitas yang telah ditetapkan.
Manajer Pengolahan mempunyai wakil sebagai Koordinator Asman
yang membawahi beberapa jabatan, antara lain:
a. Asman Pemurnian
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan di
Stasiun Pemurnian.
b. Asman Penguapan
Bertanggung jawab terhadap proses pekerjaan yang ada di
dalam Stasiun Penguapan.
c. Asman Masakan
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan di
dalam Stasiun Masakan.
d. Asman Puteran
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan di proses puteran atau
pengeringan sampai ke proses pengemasan, dan proses lainnya yang
ada di Stasiun Puteran.
e. Gudang Gula
Bertangung jawab atas penyimpanan produksi berupa gula
dan semua yang terjadi pada gudang gula.
5. Manajer QC (Quality Control)
Bertanggung jawab atas terlaksananya analisa dan pemantauan proses
produksi baik On Farm dan Off Farm. Serta bertanggung jawab kepada
General Manajer.
Manajer QC membawahi beberapa jabatan, antara lain:
a. Juru Tulis
Bertanggung jawab pada proses pembukaan Manajer QC, bisa juga
disebut sebagai Sekretaris Manajer yang tugasnya melputi :
permintaan dana, laporan kerja dan kepentingan lainnya didalam QC.
b. Asman On Farm (BB)
Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan diluar produksi atau
bisa dikatakan di dalam perkebunan dan menaksir jumlah kapasitas
tebu yang akan diproduksi tebu untuk 1 periode giling.
c. Asman Off Farm (BO)
Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan QC di lingkungan
produksi dan memantau kualitas dan mutu selama produksi sampai
menjadi gula.
6. Manajer SDM (Sumber Daya Manusia)
Bertanggung jawab terhadap administrasi di perkantoran dan
bertanggung jawab kepada penerimaan rekruitmen pegawai serta tahapan
seleksinya.
Manajer SDM membawahi jabatan, yaitu:
a. Asman SDM
Bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengupayakan bahwa tahapan rekruitmen dan seleksi karyawan
dilaksanakan sesuai dengan pedoman dan bahan baku teknis yang
telah disiapkan.
Pabrik gula yang berdiri sejak tahun 1847 ini tetap beroprasi
hingga sekarang tanpa ada perpindahan lokasi dengan beberapa
pertimbangan yaitu:
2.3 Produksi
Proses pembuatan gula di Pabrik Gula Kremboong menggunakan proses sulfitasi .
Rangkaian prosesnya meliputi enam bagian, yaitu:
1. Stasiun Persiapan
Tebu yang digunakan dalam proses pembuatan gula di PG
Kremboong adalah tebu milik rakyat yang mempunyai standart MBS
(Manis, Bersih dan Segar). Tebu-tebu yang akan masuk ke stasiun
gilingan terlebih dahulu ditempatkan pada emplasment (tempat
penampungan tebu).
Tebu diangkut menggunakan lori. Sebelum digiling tebu dari
emplasment dilakukan penimbangan dengan dua cara, yaitu:
2. Stasiun Gilingan
Setelah penimbangan tebu, dilakukan tahap penyiapan
penggilingan. Yaitu pemindahan dari lori atau truk ke meja tebu
dengan menggunakan katrol. Selanjutnya dari meja tebu dengan
menggunakan alat cane rake yang berupa batang baja bergerigi
(berfungsi untuk meratakan) tebu ditransport masuk ke auxilary
carrier. Kemudian tebu diumpankan pada cane cutter yang bertujuan
untuk mencacah tebu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
dilanjutkan ke unigrator (penumbuk) berupa tangkai baja yang terdiri
atas hammer grator yang digerakkan dengan menggunakan turbin uap
yang digunakan untuk memperhalus ukuran tebu sebelum masuk roll
gilingan.
Pada Gilingan 1
Tebu yang telah dicacah dari unigrator diangkut oleh
main carrier menuju gilingan 1, tebu diperah menghasilkan nira
perahan gilingan pertama kemudian dilewatkan pada bak filtrasi
(untuk menahan serabut – serabut dari ampas tebu yang masih
terbawa) dan bak sedimentasi (untuk mengendapkan adanya
logam dan kerikil yang mungkin terbawa). Dari bak sedimentasi
diteruskan ke tangki penampung (setelah dicampur dengan nira
perahan gilingan kedua). Pada bagian ini, setiap 1 lori tebu yang
digiling, diambil sampel untuk dilakukan test brix (dengan
memakai brix hidrometer) dan polar (dengan memakai
polarimeter), tujuan dari test ini adalah untuk menentukan ‘angka
nira’ yang akan mendasari penentuan rendemen untuk
menentukan bagi hasil antara petani dan pihak PG.
Pada Gilingan 2
Ampas yang berasal dari gilingan 1 diperah lagi pada
gilingan 2. Nira yang dihasilkan digabungkan dengan nira
perahan gilingan pertama, juga dialirkan ke dalam bak filtrasi dan
bak sedimentasi. Selanjutnya nira dialirkan ke dalam tangki
penampung, dimana pada bagian atasnya terdapat alat penimbang
(timbangan bolougne). Dengan memanfaatkan prinsip ‘gaya
moment’ yang bertujuan untuk mencatat berapa nira yang telah
dihasilkan. Selanjutnya setelah ditimbang nira ditampung dalam
tangki penampung, nira yang ada disebut nira mentah.
Pada Gilingan 3
Ampas yang keluar dari gilingan 3 ditambahkan dengan
air, atau biasa disebut air imbibisi (disemprotkan di sepanjang
lebar conveyor). Sehingga pada saat masuk ke dalam gilingan 3
diharapkan sisa nira yang masih ada pada ampas dapat ditarik
oleh air imbibisi . Temperatur air imbibisi yang ditambahkan
berkisar 50 – 60oC. Keluar dari gilingan 3, ampas tebu
dimasukkan pada gilingan 4, sedangkan nira hasil perahan
dikembalikan pada gilingan ke 2.
Pada Gilingan 4
Keluar dari gilingan 4, ampas tebu ditransport untuk
ditampung pada penampung ampas (bagasse). Bagasse digunakan
untuk pembakaran pada ketel uap, sedangkan nira hasil perahan
gilingan 4 dikembalikan pada gilingan ke 3.
Untuk mencapai hasil yang baik, maka yang perlu diperhatikan adalah:
1. Tekanan Hidrolik
Tekanan hidrolik berfungsi untuk membantu kerja dari rol gilingan
sehingga kerja gilingan menjadi konstan
2. Kecepatan Gilingan
Kecepatan gilingan tergantung pada beban ampas yang masuk. Jika
ketebalan ampas dijaga, proses gilingan akan maksimal.
3. Ukuran Ampas
Ukuran ampas yang dihasilkan dari unigrator, diharapkan berukuran
kecil dan homogen, hal ini akan bermanfaat pada proses giling,
dimana hasil nira perasan akan semakin banyak jika ukuran ampas
kecil (hal ini akan mempermudah nira untuk keluar dari ampas),
sebaliknya jika ukuran besar dan tidak homogen, maka kerja gilingan
akan kurang optimal.
4. Sanitasi Steam dan Chemicalia
3. Stasiun Pemurnian
Pelaksanaan K3 di PG Kremboong
Kegiatan dalam pelaksanaan K3 meliputi:
1. Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap PT.
Perkebunan Nusantara X – Pabrik Gula Kremboong, Sidoarjo
terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat
menimbulkan resiko kecelakaan dan PAK.
Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan
dan melaksanakan kebiajakan:
a. Standar bagi tempat kerja
b. Perencanaan pabrik dan bahan
c. Prosedur dan intruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa
2. P2K3
Berdasarkan Surat Keputusan No.XX-SURKP/16.051 yang
telah ditandatangani oleh General Manager PT. Perkebunan Nusantara
X – Pabrik Gula Kremboong pada 8 oktober 2016 telah menetapkan
kepada beberapa nama untuk menjadi Tim P2K3 SMK3 Pabrik Gula
Kremboong, yang mana sesuai dengan Permenaker R.I No.
PER/04/MEN/1987 pasal 3 bahwa Sekretaris P2K3 adalah Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, susunannya sebagai berikut:
o Uraian Tugas
Seluruh Anggota P2K3 selain menjalankan tugasnya di
perusahaan juga bertugas untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas
rutin maupun non rutin dilaksanakan secara aman, dan memastikan
bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan aman dan telah
dicegah terjadinya kecelakaan kerja dan PAK. Berikut adalah uraian
tugas Sekretaris dan Anggota P2K3:
Aktivitas Pemastian Keamanan Kerja
1. Anggota P2K3 memastikan bahwa seluruh aktivitas dan
tempat kerja area kerjanya telah dilakukan identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan telah ditetapkan
pengendaliannya
2. Anggota P2K3 berwewenang untuk menghentikan sebuah
pekerjaan apabila diketahui bahwa pelaksanaan pekerjaan
tersebut dilakukan secara tidak aman.
Gambar 2.2 Perbedaan Warna Lantai Area Kerja dan Lajur Pejalan Kaki
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
Gambar 2.3 Kondisi Lantai Kerja
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
4. Safety Sign
Safety sign diperlukan sebagai sistem proteksi pasif dalam
kegiatan preventif kecelakaan kerja dan penyakit akiber kerja. Safety
sign merupakan tanda pengaman yang dipasang guna mengingatkan
pekerja tentang hal yang bersifat anjuran, peringatan, dan larangan.
Contoh safety sign yang ada di PTPN X PG Kremboong adalah aturan
untuk menggunkan ear plug, safety helmet, safety boots dan safety
glasses.
Berikut beberapa contoh dokumentasi safety sign yang ada di
area PG. Kremboong:
Gambar 2.4 Tanda Area Wajib APD
(Sumber: Dokumentasi Laporan,2017)
5. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan
semua area ke area titik kumpul aman yang telah di tentukan
(Assembly point). Dalam sebuah industri, keberadaan jalur evakuasi
sangat penting untuk mengevakuasi para pekerja ke tempat aman
apabila dalam proses produksi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
- Lokasi harus berjarak cukup jauh dan aman dari jatuhan dan
bahaya lainnya.
- Lokasinya memiliki akses menuju tempat yang lebih aman serta
tidak menghalangi kendaraan yang digunakan untuk
penanggulangan keadaan berbahaya
- Lokasi harus bebas dari kemungkinan adanya bahaya lain
Tujuan dari keselamatan itu sendiri adalah sebagai berikut : (Suma’mur, 1981)
1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Menjamin agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara
aman dan efisien.
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian langsung dan juga dapat
menimbulkan kerugian tidak langsung yaitu kerusakan mesin dan peralatan
kerja, terhentinya proses produksi, kerusakan pada lingkungan kerja.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat,
dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja telah diatur dalam Undang-
Undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat.
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. (Peraturan Pemerintah
No.50/2012).
1. Pengertian Resiko
Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari
kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan
keparahan dari cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kejadian atau paparan tersebut. Sedangkan manajemen risiko adalah
suatu proses untuk mengelola risiko yang ada dalam setiap kegiatan
(Ramli, 2010).
Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya
(hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi
lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko
mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap
yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua
potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau
pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya (
Sugandi, 2003).
2. Manajemen Resiko
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3
untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang
baik (Ramli, 2010).
1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam
mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah
upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas
organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan dari manajemen
risiko.tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan
pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara
sederhana adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui
pengamatan maka kita sebenarnya telah melakukan suatu identifkasi
bahaya.
2. Penilaian Resiko
Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian
risiko melalui analisa dan evaluasi risiko.Analisa risiko dimaksudkan
untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang ditimbulkannya.
Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga
dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar
terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.