Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS RISIKO DENGAN PENDEKATAN HUMAN ERROR


PROBABILITY DAN RELIABILITY PADA AREA KERJA MESIN
BOILER
STUDI KASUS : Pabrik Gula

LAILI MAFTUHATUL UYUN


NRP 0514040072

PROGRAM STUDI
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

i
Nama Mahasiswa : Laili Maftuhatul Uyun
NRP : 0514040072
Calon Dosen Pembimbing : Rina Sandora, ST, MT.
: Ekky Nur Budiyanto, S.ST, MT.

RINGKASAN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i

RINGKASAN ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

1 BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Tugas Akhir ................................................................................ 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 4

2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 5

2.2 Ketel Uap .................................................................................................. 6

2.3 Gambaran Umum Aliran Proses Boiler .................................................... 7

2.4 Metode Human Realibility Assesment and Reduction Technique (HEART)


8

2.4.1 Langkah-langkah menentukan HEP (Human Error Probability)


dengan metode HEART .................................................................................. 9

2.5 Keandalan (Reliability)........................................................................... 13

2.5.1 Laju Kegagalan (Failure Rate) ....................................................... 14

2.6 Distribusi Kegagalan .............................................................................. 14

iii
2.6.1 Distribusi Eksponensial ................................................................... 15

2.6.2 Distribusi Weibull ........................................................................... 15

2.6.3 Distribusi Lognormal ....................................................................... 16

2.6.4 Distribusi Normal ............................................................................ 16

2.7 Tinjauan Software Weibull ..................................................................... 16

2.8 Hubungan Human Error Probability, Realibility dan Event Tree Analysis
17

2.9 Event Tree Analysis (ETA) ..................................................................... 17

2.9.1 Definisi pada Event Tree Analysis ................................................... 18

2.9.2 Prosedur Pelaksanaan Event Tree Analysis (ETA) .......................... 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 21

2.10 Diagram Alir Metode Penelitian ......................................................... 21

2.11 Tahap Identifikasi Masalah ................................................................. 22

2.12 Studi Literatur dan Studi Lapangan .................................................... 22

2.12.1 Studi Literatur .................................................................................. 22

2.12.2 Studi Lapangan ................................................................................ 22

2.13 Tahapan Pengumpulan Data................................................................ 22

2.14 Penarikan Kesimpulan dan Saran ........................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Boiler Pabrik Gula ............................................................................... 6


Gambar 2.2 Diagram Boiler Pabrik Gula ................................................................ 8
Gambar 2.3 Konsep ETA ...................................................................................... 20
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 21

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komponen dan Fungsi Boiler .............................................................. 6
Tabel 2.2 Klasifikasi Umum HEART ................................................................... 10
Tabel 2.3 EPCs HEART ........................................................................................ 11

vi
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unit boiler adalah peralatan yang berfungsi mengubah air menjadi
uap pada suhu dan tekanan tertentu. Aktivitas pada kegiatan boiler juga
mengandung potensi bahaya. Salah satu penyebab bahaya adalah faktor
manusia dan kegagalan instrumen (Da Costa, N, Musyafa, & Soeprijanto,
2017). Boiler merupakan salah satu komponen mesin penting pada suatu
industri, tak terkecuali pada pabrik gula. Uap yang dihasilkan boiler
digunakan pabrik gula untuk pembangkit listrik, serta proses pemasakan
gula. Jika, boiler mengalami kerusakan dapat dikatakan bahwa seluruh
aktifitas produksi di dalam pabrik terganggu bahkan sampai terhenti.
Akibatnya, pabrik mengalami banyak kerugian jika proses produksi sampai
terhenti, target perusahaan juga dapat mengalami kegagalan. Bukan hanya
kerugian saja, keselamatan pekerja juga dapat terancam jika boiler
mengalami gangguan atau kerusakan.
Dari hasil investigasi kecelakaan dengan menggunakan Fault Tree
Analysis (FTA) pada lampiran 1 dan juga data yang diperoleh pada pabrik
gula ini menunjukan bahwa penyebab dasar kecelakaan yang ada pada pabrik
gula ini adalah human error dan ketidakhandalan mesin. Pada musim giling
tahun 2017 terdapat 160,99 jam berhenti, sebagian besar diakibatkan karena
kerusakan mesin yang ada. Serta terdapat 5 kecelakaan yang terjadi pada
musim giling tahun 2017, 4 diantaranya adalah kecelakaan yang diakibatkan
oleh faktor human error.
Contoh kasus kerusakan boiler yang terjadi pada pabrik gula ini
diantaranya adalah pada tanggal 26 November 2016 IDF pada boiler
Yoshiment 1 mengalami kerusakan yang mengakibatkan pabrik gula ini harus
berhenti produksi selama 3 hari. Bukan hanya mengakibatkan terhentinya
proses produksi namun kerusakan boiler juga dapat menimbulkan korban
luka. Pada tanggal 9 September 2017 pukul 17.30 WIB, seorang pekerja

1
terpeleset dan mengakibatkan kaki kirinya terpeleset pada saluran air panas
saat membersihkan abu dibawah dapur boiler (Pabrik gula, 2017)
Kecelakaan yang terjadi pada pabrik gula ini menimbulkan kerugian
bagi perusahaan yaitu hilangnya jam kerja, terhentinya proses produksi
hingga korban luka. Oleh karena itu diperlukannya analisa bahaya dan analisa
risiko yang dapat dijadikan langkah pencegahan maupun langkah untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan yang tertera
pada Undang Undang Keselamatan Kerja no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 point
(a) yaitu mengenai syarat-syarat keselamatan untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penilitian untuk
menganalisa potensi human error dan ketidakhandalan komponen mesin yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengidentifikasi jenis kesalahan yang mungkin dilakukan
oleh pekerja yang berada pada mesin boiler dalam aktivitas pemeliharaan
ketel selama beroperasi?
2. Bagaimana mengetahui probabilitas human error yang dilakukan oleh
pekerja yang berada pada mesin boiler dalam aktivitas pemeliharaan ketel
selama beroperasi?
3. Bagaimana mengidentifikasi kegagalan yang terjadi pada boiler?
4. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan pada pabrik gula ini?

1.3 Tujuan
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis kesalahan yang mungkin dilakukan oleh pekerja
yang berada pada mesin boiler dalam aktivitas pemeliharaan ketel selama
beroperasi

2
2. Mengetahui probabilitas human error yang dilakukan oleh pekerja yang
berada pada mesin boiler dalam aktivitas pemeliharaan ketel selama
beroperasi.
3. Mengidentifikasi kegagalan pada boiler.
4. Memberikan rekomendasi untuk perbaikan pabrik gula ini.

1.4 Manfaat Tugas Akhir


Manfaat yang dapat diambil dari tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Mahasiswa:
a. Mampu mengidentifikasi potensi bahaya pada proses pemeliharaan
boiler.
b. Mampu memahami potensi human error dan kegagalan pada mesin
boiler saat kegiatan pemeliharaan boiler.
c. Mampu mengidentifikasi risiko dari adanya human error dan
ketidakandalan komponen mesin boiler.
d. Mampu memberikan rekomendasi salah satunya adalah dengan cara
melakukan evaluasi dan memeperbaiki SOP dan IK yang ada pada
perusahaan.
e. Dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah tentang
ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang ada pada dunia industri.
2. Bagi Perusahaan
a. Perusahaan akan mengetahui bahaya yang ada proses pemeliharaan
boiler pada saat boiler beroperasi baik pada human error maupun
kehandalan mesin.
b. Perusahaan dapat memperbaiki SOP dan IK yang ada, untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
c. Perusahaan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan perbaikan kedepannya.

3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di area kerja boiler Yoshiment 1 pada salah satu
pabrik gula yang berada di Jawa Timur.
2. Kegiatan yang akan dianalisa pada human error adalah kegiatan
pemeliharaan boiler pada saat beroperasi.
3. Data kerusakan komponen yang dianalisa adalah data kerusakan
komponen boiler tahun 2014-2017
4. SOP dan IK yang di evaluasi adalah pada saat pemeliharaan boiler pada
saat beroperasi.
5. Untuk menentukan nilai human error probability digunakan metode
HEART
6. Untuk mengetahui risiko dari nilai HEP tertinggi dan nilai laju kerusakan
paling tinggi digunakan metode ETA.

4
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui nilai MTTF
pada mesin boiler serta bentuk kegagalan pada mesin boiler, diataranya
adalah:
A. Tugas akhir mahasiswa PPNS-ITS , Ragil Ambarwati (Penilaian
Resiko Dan Perencanaan Kegiatan Perawatan Boiler Dengan
Pendekatan RCM II (Reliability Centered Maintenance) Dan
Identifikasi Bahaya Menggunakan JSA (Job Safety Analysis) 2009).
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi kegagalan
menggunakan FTA (Fault Tree Analysis) dan analisa kegagalan
menggunakan FMEA dan RCM II Decision Worksheet . Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 23 bentuk kegagalan yang
memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya functional failures
pada boiler. Perhitungan MTTF atau waktu antar kerusakan pada
komponen boiler menunjukkan bahwa komponen yang memilki nilai
waktu antar kerusakan tertinggi adalah as dan pegas safety valve dan
komponen yang nilai MTTF paling rendah adalah pegas regulator
valve (Ambarwati, 2009)

B. Tugas akhir mahasiswa PPNS, Sinar Amalia (Perencanaan Kegiatan


Perawatan dengan metode RCM II dan Penentuan Persediaan Suku
Cadang Pada PT X 2017).
Pada penelitian ini menhasilkan analisa pada FMEA (Failure
Mode and Effect Analysis) yang menunjukan bahwa terdapat 14
bentuk kegagalan (failure modes) yang mempunyai potensi penyebab
terjadinya kegagalan fungsi (functional failure) pada Boiler. Hasil
penilaian risiko dengan risk priority number (RPN) yang diberikan
dalam FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) menunjukkan ada 3

5
komponen yang memiliki nilai RPN tinggi, yaitu kegagalan pada
Safety Valve, WLC (Water Level Control), dan Deaerator, ketiga
komponen tersebut harus diprioritaskan dalam melakukan kegiatan
perawatan karena memiliki risiko yang sangat tinggi, jika peralatan
tersebut gagal maka dapat mengancam keselamatan pekerja dan
kerugian yang besar bagi perusahaan (Amalia, 2017).

2.2 Ketel Uap

Berdasarkan Undang – Undang Uap tahun 1930, yang dimaksud


dengan ketel uap yakni suatu pesawat yang digunakan untuk menghasilkan
uap atau stoom yang dipergunakan di luar pesawatnya. Pada gambar 2.1
merupakan gambaran secara umum boiler yang ada pada pabrik gula.

Gambar 2.1 Boiler Pabrik Gula


(Sumber : Pabrik Gula, 2017)
Setiap komponen boiler memiliki fungsinya masing-masing, fungsi dari
komponen boiler ditunjukan oleh tabel 2.1

No. Komponen Fungsi


1 Dumping grade Untuk menahan dan juga membuang ampas
2 Safety valve Untuk alat pengaman bila terjadi overpressure
3 Manometer Untuk mengukur tekanan kerja ketel
Memberi isyarat suara atau melindungi ketel karena
4 Peluit bahaya
kekurangan air (batas minimal)
5 Gelas Penduga Untuk mengetahui tinggi permukaan air di dalam ketel

6
6 Blower Untuk membersihkan jelaga yang menempel pada ketel
IDF (Induce Draft
7 Untuk menghisap udara dari cyclone
Fan)
FDF (Force Draft
8 Untuk menghembuskan udara ke dalam dapur ketel
Fan)
9 Bagasse feeder Untuk memasukkan ampas ke dalam dapur ketel
10 Bagasse carrier Untuk membawa ampas dari stasiun gilingan
11 Oil heater Sebagai pelumas
Sebagai alat pembakar campuran bahan bakar dan udara
12 Burner
bakar di dalam ruang ketel
Untuk mengumpulkan gas asap agar tidak berbahaya bagi
13 Dust Collector
lingkungan sekitar
14 BFWP (Boiler Feed Sebagai pompa bertekanan tinggi untuk menaikkan air
Water Pump) pengisi ketel ke dalam drum
15 Chimney Tempat membuang asap sisa pembakaran pada ketel
Merupakan bagian ketel sebagai tempat pembakaran
Furnace
16 antara udara dan bahan bakar yang dindingnya terdiri dari
pipa-pipa air
Tabel 2.1 Komponen dan Fungsi Boiler

Sumber:
2.3 Gambaran Umum Aliran Proses Boiler
Proses pada boiler pabrik gula ini di awali dengan suplai air yang
diperoleh dari air make up pada awal pengoperasian dan pada saat
operasional memakai air kondesat evaporator. Selain itu masuknya bahan
bakar berupa ampas yang dihasilkan dari proses penggilingan yang dibawa
oleh conveyor belt selanjutnya akan diatur jumlah ampas yang masuk serta
kualitas ampas yang dapat masuk kedalam furnace dengan bagases feeder.
Uap yang dihasilkan oleh boiler selanjutnya akan masuk kedalam high
pressure steam header (HPSH), dalam HPSH ini uap yang dihasilkan
disalurkan menuju power house, stasiun gilingan, dan suplesi uap bekas.
Pada power house, uap yang dihasilkan boiler akan memutar turbin dan
selanjutnya akan melalui generator untuk menjadi tenaga listrik. Selain itu
uap boiler juga digunakan untuk operasional pada stasiun gilingan.
Sedangkan uap bekas yang dihasilkan akan dikumpulkan pada low pressure
steam header yang selanjutnya akan digunakan untuk proses evaporator.
Hal ini sesuai dengan gambar 2.2 yang menggambarkan alur boiler pada
pabrik gula.

7
Gambar 2.2 Diagram Boiler Pabrik Gula (Sumber : Pabrik Gula, 2017)

2.4 Metode Human Realibility Assesment and Reduction Technique


(HEART)
Metode HEART adalah teknik yang digunakan dalam bidang
penilaian keandalan manusia (Human Reliability Assessment) untuk tujuan
mengevaluasi kemungkinan kesalahan manusia terjadi di seluruh
penyelesaian tugas. Metode HEART didasarkan pada prinsip bahwa setiap
kali tugas dilakukan ada kemungkinan gagal dan kemungkinan ini
dipengaruhi oleh satu atau lebih EPC (Error Producing Condition),
misalnya: gangguan, kelelahan, kondisi sempit dan lain-lain. Faktor-faktor
yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja ditunjukkan
dengan nilai HEP terbesar. Kondisi ini kemudian dapat diterapkan untuk
”best-case scenario” perkiraan probabilitas kegagalan di bawah kondisi
ideal untuk kemudian mendapatkan kesempatan kesalahan akhir ( Bell dan
Hoyrold, 2009).
Metode HEART didesain lebih sederhana untuk menjumlah risiko
yang ditimbulkan dari kesalahan manusia. Metode ini dapat diterapkan
dalam kondisi apapun dan industri manapun untuk kepentingan keandalan
manusia. Metode HEART digunakan untuk mengukur kesalahan manusia
dalam tugasnya sebagai operator (operator task). Metode ini relatif cepat,
sederhana, lebih mudah dimengerti dalam rangka mengidentifikasi tugas
operator untuk dinilai. Dalam langkahnya, HEART memasukan unsur
penilaian dari seorang pakar/ahli (expert judgement) yang diyakini cukup
berpengalaman (Ansori & Mustajib, 2013).

8
2.4.1 Langkah-langkah menentukan HEP (Human Error Probability)
dengan metode HEART
Metode HEART memberikan sejumlah panduan untuk
memudahkan analisa melaksanakan pengukuran tingkat keandalan
manusia. Panduan tersebut yaitu :
a. Langkah 1 : Mengklasifikasikan jenis tugas / pekerjaan
Analis mempunyai pilihan 8 jenis tugas umum yang
berbeda (generic task types / GTTs). GTTs dibedakan
berdasarkan karakteristik atau sifat yang menggambarkan
tugas yang sedang dinilai seperti yang dapat dilihat pada
tabel 2.2

Besaran nilai
Pekerjaan yang umum (generic task) ketidakandalan
Tidak terbiasa sama sekali, dijalankan cepat manusia
A dengan 0.55 (0.35 – 0.97)
tidak
Mengganti atau memulihkan sistem ke
B bentuk yang baru atau asli dengan usaha 0.26 (0.14 – 0.42)
mengetahui
sendiri tanpaakibat yang mungkin
pengawasan terjadi
atau prosedur
Pekerjaan/tugas kompleks yang
C membutuhkan tingginya tingkat 0.16 (0.12 – 0.28)
pemahaman dan keterampilan
Pekerjaan sederhana yang jelas dilakukan
D dengan cepat atau dengan memberikan 0.09 (0.06 – 0.13)
sedikit perhatian
Rutin, sangat praktis, pekerjaan cepat
E dengan melibatkan ketrampilan yang relatif 0.02 (0.007 – 0.045)
rendah
Memulihkan atau mengganti suatu sistem
ke bentuk awal atau baru, dengan
F mengikuti prosedur dengan beberapa 0.003 (0.0008– 0.007)
pemeriksaan
Sudah sangat terbiasa, telah dirancang
dengan baik sangat praktis, pekerjaan rutin
G yang terjadi beberapa kali dalam tiap 0.0004 (0.00008-0.009)
jamnya. dilakukan untuk kemungkinan
standar yang tinggi

9
Merespon dengan benar terhadap sistem
arahan yang sama, dimana ada penambahan
H atau sistem pengawasan otomatis yang 0.00002 (0.000006– 0.0009)
menyediakan interprestasi yang akurat
dalam tahapan system
M Tidak ada keadaan seperti di atas 0.03 (0.008 – 0.11)
Tabel 2.2 Klasifikasi Umum HEART

Sumber : Williams, 1986 dalam Ansori 2013

b. Langkah 2 : Menentukan nilai ketidakandalan dari tugas


/ pekerjaan tersebut
Penentuan besaran nilai ketidakhandalan manusia sesuai
kategori GTTs yang telah dipilih yang dapat diperoleh dari
tabel 2.2
c. Langkah 3 : Mengidentifikasi kondisi yang menimbulkan
kesalahan (EPCs)
Analis / ahli pakar diperlukan untuk mengidentifikasi
kondisi yang menimbulkan kesalahan EPC (Error Producing
Condition) yang membawa pengaruh negatif terhadap
tugas/pekerjaan tersebut. EPC diharuskan terpisah dari apa yang
tercakup dalam GTTs dan seharusnya memiliki sifat yang nyata
dan dapat dipertanggungjawabkan oleh analis. EPCs dapat
dilihat dari table 2.3, bersamaan dengan total faktor efek (Total
Effect Factor) dari tiap EPCs. Faktor ini menandakan
perkiraan jumlah nilai maksimum dimana ketidakandalan
dapat berubah dari kondisi baik ke buruk.

10
Tabel 2.3 EPCs HEART
Kondisi yang menghasilkan kesalahan (Error Producing Condition /
EPC) Total
Effect
Tidak biasa dengan situasi dimana hal itu secara potensial penting,
1 tetapi hanya terjadi sesekali atau baru terjadi
X 17
Kurangnya waktu yang tersedia untuk mendeteksi dan mengoreksi
2 Kesalahan X 11
Rendahnya rasio antara penerimaan informasi (signal) terhadap
3 gangguan (noise) sekitar X 10
Adanya penekanan / penolakan terhadap informasi atau keunggulan
4 yang mana terlalu mudah untuk diterima X9
Tidak adanya alat – alat yang menyampaikan secara fungsional kepada
5 Operator X8
Ketidaksesuaian antara suatu model operator pada umumnya dengan
6 apa yang dibayangkan perancang X8
7 Tidak adanya alat untuk membalikkan tindakan yang tidak diinginkan X 8
Kapasitas yang berlebih dalam saluran, khususnya salah satunya
8 diakibatkan oleh informasi yang datang secara bersamaan dalam suatu X 6
informasi yang tidak berlebihan
Perlunya untuk meninggalkan suatu teknik dan menerapkan teknik lain
9 dengan menggunakan filosofi yang berlawanan X6
Kebutuhan untuk mentransfer pengetahuan yang spesifik antar tugas
10 tanpa menimbulkan kerugian X 5.5
11 Keraguan pada standar performansi yang diharuskan X5
Ketidaksesuaian antara resiko yang dibayangkan dengan resiko yang
12 X4
Sesungguhnya
13 Sistem umpan balik buruk, rancu dan tidak sesuai X4
14 Tidak sebanding antara persepsi dan resiko nyata X4
15 Tidak jelasnya konfirmasi dari tindakan yang diharapkan secara X 4
langsung
Operator yang tidak berpengalaman (contohnya pedagang yang baru
16 X3
dan berkualitas tetapi tidak ahli)
Miskinnya kualitas dalam informasi yang disampaikan oleh prosedur
17 X3
dan interaksi antar manusia
Sedikit atau tidak adanya kebebasan dalam pemeriksaan atau
18 X3
pengujian pada output/keluaran
19 Konflik antara cepat/immediate dan lamanya tujuan yang dicapai X 2.5
20 Keraguan (ambigu) terhadap standar perfomansi yang diperlukan X 2.5
Ketidaksesuaian antara tingkat pendidikan dari individu dengan
21 persyaratan yang diharuskan dalam tugas X2

22 Dorongan untuk menggunakan prosedur lain yang lebih berbahaya X2


23 Kecilnya kesempatan untuk melatih pikiran dan tubuh di luar batas X 1.8
24 Peralatan instrument yang tidak handal X 1.6
Kebutuhan terhadap penilaian yang pasti , yang mana berada di luar
25 X 1.6
kemampuan atau pengalaman operator
26 Tidak jelasnya alokasi fungsi dan tanggung jawab X 1.6

11
Tidak ada langkah yang nyata untuk tetap berada pada jalur kemajuan
27 selama aktivitas X 1.4
28 Bahaya yang disebabkan terbatasnya kemampuan fisik X 1.4
29 Kecil atau tidak adanya peran yang berarti dalam tugas X 1.4
30 Besarnya tingkat emosional X 1.3
31 Moral kerja yang rendah X 1.2
32 Ketidaksesuaian antara display dan prosedur X 1.2
33 Tidak ada kondisi seperti diatas X 1.0
Sumber : Nachnul Ansori & M.Imron Mustajib 2013
d. Langkah 4 : Menentukan asumsi proporsi kesalahan
(Assessed Proportion of Affect / APOA)
Untuk tiap EPC yang telah teridentifikasi pada langkah 3,
analis/ahli pakar (yang diyakini cukup berpengalaman dalam
bidang yang menjadi objek penelitian) memberikan suatu
penilaian pada keseluruhan ketidakandalan yang
mempengaruhi tugas, dengan range penilaian antara 0 sampai
dengan 1. Dimana nilai 0 menyatakan tidak adanya peluang
human error dan 1 menyatakan pasti terjadi human error.
e. Langkah 5 : Menentukan Assessed Effect
Assessed Effect merupakan perkalian antara total Affect dan
proporsi kesalahan masing-masing EPC. Assessed Effect
dapat dihitung dengan rumus :
pi ( fi −1) (untuk generic tasks tipe A – C )
pi ( fi − 1) + 1 (untuk generic tasks tipe D-H dan M)
Dimana :
pi = asumsi proporsi kesalahan tiap EPC
fi = total effect tiap EPC
f. Langkah 6 : Menentukan HEP (Human Error Probability)
Penentuan HEP dapat dihitung dengan memperkirakan
penilaian ketidakandalan dari suatu tugas operator. Pertama,
menentukan tugas ke dalam bentuk umumnya (generic task)
dengan menggunakan tabel 2.2 pada permasalahan tersebut.
Dihubungkan dengan faktor r dalam tabel 2.2 untuk
memutuskan besaran nilai ketidakandalanya. Selanjutnya,
menentukan kondisi yang menimbulkan kesalahan (EPCs)

12
dengan menggunakan table 2.3, yang dihubungkan dengan fi
(total effect) tiap EPCs, kemudian melakukan penilaian proporsi
(APOA) dengan menandakan pi untuk tiap kesalahan / EPCs
yang mempengaruhi tugas operator. Kemungkinan nilai besaran
akan kegagalan manusia (nominal likelihood of human
failure) selanjutnya

r× π pi( fi − 1) + 1 (untuk generic tasks tipe D-H dan M).


i

Dimana :
r = besaran nilai ketidak andalan manusia
(nominal human unreliability)

π i
= fungsi perkalian

pi = asumsi proporsi kesalahan tiap EPC


fi = total effect tiap EPC
i = menandakan keseluruhan hasil

2.5 Keandalan (Reliability)


Menurut Ebeling (1997), keandalan merupakan peluang suatu sistem
atau komponen berjalan dengan fungsi yang diharapkan selama periode
waktu tertentu dengan kondisi operasi tertentu. Sedangkan menurut Leitch
(1995), keandalan didefinisian sebagai ukuran terhadap kemampuan
komponen atau sistem tersebut untuk melakukan fungsinya pada saat
dibutuhkan pada waktu dan kondisi tertentu. Dari definisi tersebut
didapatkan bahwa keandalan suatu sistem akan berpengaruh terhadap
aktivitas proses pada sistem, bagaimanakah efisiensi serta hasil produksi
pada plant.
Formula yang digunakan untuk menghitung nilai keandalan suatu
sistem adalah sebagai berikut (Ebeling, 1997) :
𝑅(𝑡)=1−𝐹(𝑡)= ∫ 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡

13
Dimana :
F(t) = Cumulative Distribution Function (CDF)
R(t) = Reliability Function
f(t) = Probability Density Function (PDF)
2.5.1 Laju Kegagalan (Failure Rate)
Laju kegagalan atau failure rate (λ) adalah ukuran besarnya
nilai kegagalan yang terjadi per satuan waktu. Dimana laju
kegagalan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara
banyaknya kegagalan yang terjadi dalam selang waktu tertentu
terhadap total waktu operasi komponen atau sistem. Laju kegagalan
juga dapat merepresentasikan seberapa sering suatu sistem atau
komponen tersebut mengalami kegagalan atau kerusakan.
Persamaan yang digunaan untuk mendapatkan laju kegagalan
adalah sebagai berikut (Ebeling, 1997) :
λ(t)= 𝑓(𝑡)/𝑅(𝑡)
Dimana :
f = banyaknya kegagalan selama jangka waktu operasi
T = total waktu operasi komponen/ system
λ= 1/MTBF
MTBF = MTTF+MTTR
Dimana:
MTBF = Mean Time Beetwen Failure
MTTF = Mean Time To Failure
MTTR = Mean Time To Repair

2.6 Distribusi Kegagalan


Distribusi kegagalan merupakan sebuah grafik sebaran yang menggambarkan
kemungkinan/ probabilitas kegagalan dari suatu komponen atau sistem. Distribusi
kegagalan didapatkan melalui data TTF (Time To Failure) sebuah komponen atau
sistem, data TTF bisa didapatkan dengan menganalisa data maintenance yang
dimiliki perusahaan untuk tiap-tiap komponen. Dari data maintenance tersebut
maka akan bisa dilihat kapan waktu rusak sebuah komponen dan kapan pula waktu

14
setelah perbaikannya selesai dilakukan. Sehingga didapatkan TTF adalah selisih
waktu antara waktu kerusakan berikutnya dengan waktu perbaikan pada kerusakan
yang satu.
Parameter yang didapat dari analisa distribusi data yang digunakan adalah
antara lain untuk menentukan MTTF dan reliability dari suatu komponen atau
sistem tersebut. Dari data MTTF akan dihasilkan nilai likelihood komponen atau
sistem. Yakni sebuah tingkat kejadian kegagalan berdasarkan nilai MTTF
sepanjang kurun waktu operasi sistem atau komponen tersebut.
Berikut adalah formula yang digunaan untuk mendapatkan MTTF suatu
komponen atau sistem (Ebeling, 1997) :
𝑀𝑇𝑇𝐹=∫𝑅(𝑡)𝑑𝑡
𝑙𝑖𝑘𝑒𝑙𝑖ℎ𝑜𝑜𝑑= 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑗𝑎𝑚) : 𝑀𝑇𝑇𝐹 (𝑗𝑎𝑚)
MTTF (Mean Time to Failure) = rata–rata selang waktu antara
kegagalan yang satu dengan kegagalan lainnya . Jenis-jenis distribusi
kegagalan yang umumnya digunakan untuk analisis keandalan suatu sistem
atau komponen adalah :
2.6.1 D
istribusi Eksponensial
Distribusi ekponensial banyak digunakan untuk kerusakan
peralatan yang disebabkan kerusakan komponen penyusun alat
tersebut. Persamaan yang digunakan pada distribusi ini adalah
sebagai berikut :
MTTF = 1/𝝺
Dimana :
= failure rate
MTTF = waktu rata – rata antar kerusakan

2.6.2 Distribusi Weibull


Distribusi weibull sering digunakan dalam teknik perhitungan
keandalan Dalam distribusi ini, terdapat dua parameter yaitu
parameter (𝛽 ) dan parameter (𝜂). Persamaan yang digunakan
pada distribusi ini adalah sebagai berikut :

15
 Weibull 2

1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = η Γ (1 + )
𝛽
 Weibull 3

1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = 𝛾 + η Γ (1 + )
𝛽

2.6.3 Distribusi Lognormal


Time to failure (t) dari suatu komponen diasumsikan
memiliki distribusi lognormal apabila y=ln(t), mengikuti
distribusi normal dengan rata – rata t0 dan variansinya adalah s.
Persamaan yang digunakan pada distribusi ini adalah sebagai
berikut :
𝜎2
𝑀𝑇𝑇𝐹 = 𝐸𝑥𝑝(𝜇 + )
2

Dimana:
µ = mean
𝜎 = standar deviasi
2.6.4 Distribusi Normal
Distribusi normal mempunyai laju kerusakan yang naik
sejak bertambahnya umur alat, yang berarti probabilitas
kerusakan alat atau komponen naik sesuai dengan bertambahnya
umur komponen tersebut. Distribusi normal mempunyai dua
parameter, yaitu rata-rata dan standar deviasi. Adapun fungsi-
fungsi distribusi normal dinyatakan sebagai berikut :
MTTF = 𝜇

2.7 Tinjauan Software Weibull


Software weibull ++6 adalah program komputer yang didesain untuk
menganalisa suatu kumpulan data random dalam hal ini data Time to
Failure (TTF) dan Time to Repair (TTR) yang kemudian diproses untuk
mendapatkan distribusi yang paling sesuai untuk kumpulan data tersebut.

16
Weibull ++ 6.0 ini akan mencocokkan distribusi yang paling sesuai dari
distribusi yang ada di dalamnya yaitu Weibull 2 parameter, Weibull 3
parameter, Normal, Eksponensial.
Untuk mendapatkan kesesuaian distribusi data tersebut , program
weibull ++6 ini memproses data dan menyesuaikan distribusinya,
kemudian me-rank mana yang paling cocok, proses ini berdasarkan hasil
perhitungan Maximum Likelihood Estimation (MLE). MLE digunakan
untuk menguji kevalidan dari parameter distribusi yang dipilih untuk data
TTF dan TTR yang kita analisa sehingga probability density function (pdf)
dapat diketahui.

2.8 Hubungan Human Error Probability, Realibility dan Event Tree


Analysis
Teknik ETA dapat digunakan untuk memodelkan keseluruhan
sistem, dengan cakupan analisis kepada subsistem, komponen, perangkat
lunak, prosedur, lingkungan, dan kesalahan manusia (Erricson,2005). Pada
pivotal event ETA dapat berupa sistem keselamatan teknis ataupun
seseorang yang mengoperasikan sistem keselamatan
(Ergonomidagen,2009).
Pada Human Reliability Assesment (HRA) juga dijelaskan
bahwa HRA harus mampu menganalisis desain saat ini dan
merekomendasikan bagaimana mengurangi kesalahan yang diidentifikasi.
Pada tahap identifikasi kesalahan banyak analisis reliabilitas dan risiko
seperti FMEA, FTA, ETA dan HAZOP yang dapat digunakan
(Vasconcelos,dkk. 2009)

2.9 Event Tree Analysis (ETA)


Adalah teknik analisis untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi urutan peristiwa dalam skenario kecelakaan yang potensial.
ETA menggunakan struktur pohon logika visual yang dikenal sebagai
pohon kejadian (ET). Tujuan dari ETA adalah untuk menentukan apakah
suatu kejadian akan berkembang menjadi sebuah kecelakaan serius atau

17
jika peristiwa tersebut dapat dikendalikan oleh sistem keselamatan dan
prosedur yang diterapkan dalam desain sistem. ETA dapat menghasilkan
berbagai kemungkinan hasil keluaran dari sebuah kejadian awal, dan dapat
memprediksi kemungkinan terjadinya kecelakaan untuk setiap hasil
keluaran (Erricson,2005).
Event Tree Analysis adalah suatu teknik analisa dengan
menggunakan diagram logika untuk mengevaluasi kemungkinan hasil-
hasil yang diperoleh (possible outcomes) bila terjadi suatu kejadian awal
(initiating event) karena kegagalan peralatan atau kesalahan manusia
(Center for Chemical Process Safety, 1992). Event Tree Analysis (ETA)
digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan accident yang dapat
terjadi.
Tujuan ETA adalah untuk mengevaluasi semua kemungkinan
hasil yang dapat dihasilkan dari kejadian awal (initiating event).
Umumnya, ada banyak kemungkinan hasil yang berbeda dari kejadian
awal (initiating event), tergantung pada apakah desain sistem keselamatan
kerja bekerja dengan baik atau terjadi kerusakan saat dibutuhkan. ETA
memberikan penilaian kemungkinan risiko (Probabilistic Risk Assesment)
dari risiko yang terkait dengan setiap kejadian awal (initiating event) yang
ada (Erricson,2005).
2.9.1 Definisi pada Event Tree Analysis
Menurut Clifton A Erricson pada bukunya berjudul Hazard
Analysis Techniques for Sistem Safety menjelaskan pengertian
masing- masing isilah yang ada pada event tree analysis adalah
sebagai berikut:
1. Initiating event (IE)
Kesalahan atau peristiwa yang memulai yang tidak diinginkan dari
rangkaian kecelakaan. IE dapat mengakibatkan kecelakaan
tergantung pada sukses tidaknya pelaksanaan metode
penanggulangan bahaya yang dirancang ke dalam sistem.
2. Pivotal events

18
Peristiwa perantara penting yang terjadi antara kejadian awal dan
kecelakaan akhir. PE merupakan kejadian gagal maupun sukses
dari metode keselamatan yang ditetapkan. PE berfungsi
untuk mencegah IE agar tidak mengakibatkan sebuah kecelakaan.
3. Probabilistic risk assessment (PRA)
Metode analisis yang komprehensif, terstruktur, dan logis untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko pada system teknologi
yang kompleks. Tujuan PRA adalah identifikasi secara terperinci
dan penilaian skenario kecelakaan dengan analisis kuantitatif.

2.9.2 Prosedur Pelaksanaan Event Tree Analysis (ETA)


Adapun cara pelaksanaan analisis menggunakan metode
Event Tree Analysis adalah:
1. Mengidentifikasi initialing event yang terjadi pada tipe
kecelakaan yang terjadi.
2. Mengidentifikasi safety function yang didesain untuk
mengurangi initiating event.
3. Menyusun event tree.
4. Menyusun urutan konsekuensi kecelakaan yang terjadi.
5. Dokumentasi. Menentukan initianing event adalah bagian
terpenting dari event tree analysis,dapat berupa sistem atau
equipment failure, human error atau gangguan pada proses
tergantung pada seberapa baik sistem atau operator merespon
kejadian tersebut.
Gambaran konsep ETA secara umum dijelaskan pada Gambar
2.3 sebagai berikut:

19
Gambar 2.3 Konsep ETA

20
3 BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Metode Penelitian


Secara sederhana, langkah-langkah dan metode penelitian yang
dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada diagram gambar 3.1.
Mulai

Identifikasi Masalah
(FTA)

Penetapan Tujuan Penelitian

Studi Lapangan Studi Pustaka

Tahap Pengumpulan Data


1. Data Primer : data fungsi komponen, Data
kegagalan boiler, penyebab kegagalan dan efek
yang ditimbulkan
2. Data Sekunder : Data waktu antar kerusakan
boiler, SOP pemeliharaan boiler saat beroperasi,
data kecelakaan

Pengolahan Data

Menentukan HEP:
1. Mengklasifikasikan
jenis tugas/pekerjaan
(Generic Task Types/
GTTs)
2. Menentukan nilai
ketidakandalan dari
tugas/pekerjaan.
3. Mengidentifikasi
Menentukan Nilai
kondisi yang
kegagalan pada komponen
menimbulkan kesalahan
mesin boiler
(EPCs)
4.Menentukan asumsi
proporsi kesalahan
(Assessed Proportion of
Effect (APOA)
5. Menentukan Assessed
Effect
6. Menentukan HEP

ETA
(Event Tree Anaysis)

Analisa Data dan evaluasi SOP dan IK tentang


pemeliharaan boiler pada saat beroperasi

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

21
3.2 Tahap Identifikasi Masalah
Tahap ini merupakan tahap awal penelitian mengenai permasalahan
apa yang akan diteliti. Identifikasi masalah digunakan untuk menentukan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan
masalah.

3.3 Studi Literatur dan Studi Lapangan


3.3.1 Studi Literatur
Tahap ini mempelajari literatur-literatur untuk menyusun
landasan teori yang digunakan untuk menunjang dan membantu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini,
antara lain tentang komponen boiler dan fungsinya, human error, dan
reliability pada mesin boiler. Referensi yang digunakan berupa buku
teks, jurnal penelitian dan sumber lain yang menunjang pengumpulan
data yang dilakukan. Studi literatur ini dilakukan selama proses
penelitian.
3.3.2 Studi Lapangan
Studi lapangan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
ada di pabrik gula ini terkait permasalahan pada penelitian ini. Dalam
studi lapangan ini dilakukan pengamatan terhadap cara pemeliharaan
boiler yang dilakukan pekerja selama proses giling berlangsung. Serta
penyebab banyaknya terjadi kecelakaan saat pemeliharaan boiler.
Dari studi lapangan diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang
pendekatan yang sesuai untuk pelaksanaan penelitian.

3.4 Tahapan Pengumpulan Data


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data - data yang digunakan
untuk melaksanakan penelitian in. Dalam proses pengumpulan data
dibutuhkan data primer dan data sekunder yang meliputi:
a. Data primer yang dibutuhkan meliputi data fungsi komponen, kegagalan
melakukan fungsi yang mungkin terjadi, penyebab kegagalan dan efek
yang ditimbulkan dari kegagalan tersebut. Data primer pada penelitian

22
ini berdasaran pendapat dari ahli (Expert Judgement). Dalam memililih
Expert Judgement. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria
tersebut ialah sebagai berikut :
1. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman pada sistem kerja boiler
2. Pernah berpartisipasi dalam penilaian risiko pada boiler.
3. Bersedia meluangkan waktu pada jam kerja untuk dimintai informasi
terkait boiler.
4. Mempunyai reputasi yang baik diperusahaan
Untuk mengetahui apakah Expert Judgement yang dipilih telah
memenuhi kriteria atau tidak dapat dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner terlebih dahulu pada calon Expert Judgement
terkait pengalaman mereka pada bidang boiler. Dari hasil kuesioner
tersebut maka akan diketahui Expert Judgement mana yang akan
dipilih.
b. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data waktu antar kerusakan
boiler (Time To Failure), SOP pemeliharaan boiler saat beroperasi, dan
data kecelakaan.

3.5 Penarikan Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini. Kemudian
saran diberikan untuk penelitian yang selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, S. (2017). Perencanaan Kegiatan Perawatan dengan metode RCM II dan


Penentuan Persediaan Suku Cadang Pada PT X 2017. Surabaya:
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Ambarwati, R. (2009). Penilaian Resiko Dan Perencanaan Kegiatan Perawatan
Boiler Dengan Pendekatan RCM II dan Identifikasi Bahaya Menggunakan
JSA. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Ansori, N., & Mustajib, M. I. (2013). Sistem Perawatan Terpadu (Intergrated
Maintanance System). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bisen, V., & Priya. (2010). Industrial Psychology. New Delhi: New Age
International.
Da Costa, S., N, D., Musyafa, A., & Soeprijanto, A. (2017). Human Factor and
Reliability Assessment on Boiler System. Wulfenia.
Gula, P. (2017). Data Kecelakaan Kerja. Mojokerto: Pabrik Gula.
Setiawan, M. A., & Agustina, T. S. (2014). Pengaruh Safety Climate Terhadap
Kecelakaan Kerja dengan Safety Behavior Sebagai Variabel Intervening
pada Karyawan PT. Panca Wana Indonesia Di Krian. Jurnal Manajemen
Teori dan Terapan, 128.

24
Lampiran 1 FTA Tersembur Air Panas

Tersembur air panas

Human
Valve dust collector bocor
Error

Spray tersumbat
Korosi

Banyaknya Maintanance
kerak kurang

25
26
27
28
29
30
1
2
3

Anda mungkin juga menyukai