Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah perusahaan
agrobisnis dan agroindustri yang merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang didirikan dengan maksud untuk turut serta
dalam melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan program pemerintah
di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta
subsektor perkebunan pada khususnya dengan tujuan memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
Hingga saat ini PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terus
melakukan perubahan dan peningkatan produktivitas dan kualitas untuk
menjadi perusahaan agrobisnis dan agroindustri yang tangguh dan
berkarakter global. Oleh karena itu, kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) harus senantiasa di tingkatkan
agar dapat meningkatkan prestasi PT. Perkebunan Nusantara VII
(Persero). Salah satunya adalah dengan meningkatkan dan
mempersiapkan pekerja yang profesional di bidangnya.
Untuk dapat terjun kedunia kerja setelah lulus kuliah, setiap
mahasiswa harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keprofesionalan
pekerjaannya yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Banyak sekali
hal yang menjadi hambatan bagi seseorang yang belum mengalami
pengalaman kerja untuk terjun kedunia pekerjaan, seperti halnya ilmu
pengetahuan yang diperoleh dikampus yang bersifat statis ( pada
kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap kegiatan –
kegiatan dalam dunia kerja yang nyata ), teori yang diperoleh belum tentu
sama dengan praktik kerja di lapangan , dan keterbatasan waktu dan
ruang yang mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh masih
terbatas. Dikarenakan hal di atas, maka Universitas menetapkan mata
2

kuliah kerja praktek agar para mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan


yang tidak diberikan oleh kampus pada umumnya.
Kegiatan kerja praktek yang dilakukan pada salah satu perusahaan
berkaitan dengan kinerja mesin itu meliputi : keterkaitan antara
kemampuan menganalisa kinerja mesin, keterampilan teknis yang
memadai, dan tata laksana proses dalam pekerjaan. PT. Perkebunan
Nusantara VII (Persero) Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) Unit
Bekri menggunakan berbagai mesin dan alat-alat yang mendukung proses
produksinya dalam menghasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).
Mesin Screw press Kelapa Sawit merupakan alat yang biasa
digunakan dalam proses pemisahan minyak di mesin digester. Worm
Screw (Kempa Ulir) di mesin Screw Press adalah salah satu komponen
utama pada mesin pengekstraksi CPO (Crude Palm Oil) / minyak mentah
sawit dari Tandan Buah Segar. Pabrik Minyak Kelapa Sawit memproses
bahan baku berupa Buah Sawit atau sering disebut Tandan Buah Segar
(TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit
(Palm Kernel). Screw press Pabrik Kelapa Sawit berfungsi untuk
mempress buah sawit. Kapasitas  Screw Press ada : P10 , P15, P20 ,
bahkan ada merk tertentu  sampai P30. Supaya hasil press baik, maka
harus dijaga kondisi banyak sparepart di dalam mesin screw press atau
Kempa Ulir Sawit misalnya: worm screw, press cage, dll.
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang
telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar.
Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau –
pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan
mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ).
Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut
diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak dipishkan
dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun clarifikasi,
sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.
3

Bagian utama screw press adalah Double screw, Press silinder,


Casing/Body, Gear Box, Hydraulic double cone. Worm Screw terdapat di
dalam Press silinder yang berada di dalam Casing/ Body Mesin Screw
Press. Worm Screw terbuat dari bahan baja tuang dengan ukuran yang
berbeda tergantung kapasitas olah yang dapat dilakukan oleh Screw
Press. Satuan kapasitas Screw Press adalah Ton TBS/Jam. Umumnya
dalam membeli sparepart diukur dari jam kerja alat tersebut selanjutnya
untuk digantikan kembali (kecuali patah). Pada Kerja Praktek (KP) ini
penulis melakukan Pemeliharaan dan Perbaikan pada Bearing dan Worm
Screw Press jenis LAJU P-15 Pada PKS PTPN VII Unit Bekri. Pada Mesin
Screw Press ini dilakukan Pemeliharaan dan Perbaikan agar Screw Press
ini tidak mengalami kerusakan yang cepat. Screw Press ini berfungsi
sebagai pemisah antara minyak dan daging buah (biji buah) maka dari itu
pada maintenance pada screw press ini wajib menikuti sop jam kerja pada
mesin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, berikut
merupakan rumusan masalah dari pembahasan di atas :
1. Bagaimana menghitung jam kerja pemeliharaan dan perbaikan
komponen Worm Screw Press LAJU P-15 pada PTPN Unit VII
Bekri ?
2. Apa saja jenis material dari mesin Screw Press LAJU P-15 pada
PTPN Unit VII Bekri ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dijabarkan di atas, berikut
tujuan analisa pada Worm Screw Press LAJU P-15 ini :
1. Ingin mengetahui jam kerja pemeliharaan dan perbaikan
komponen Worm Screw Press LAJU P-15 pada PTPN Unit VII
Bekri.
4

2. Untuk mengetahui jenis material yang digunakan pada mesin


Screw Press LAJU P-15 PTPN VII Unit Bekri.

1.4 Metodologi
Analisa dilaksanakan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII
Unit Bekri, Desa Sinar Banten, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah.
Pengambilan data berlangsung selama bulan Januari – Maret 2021. Di
PTPN VII Unit Bekri adalah pabrik pengolahan kelapa sawit berkapasitas
15 Ton/ jam yang beroperasi 25 Januari s/d 25 maret 8 jam/hari dan 5
hari kerja/ minggu. Pada hari senin, aktivitas produksi pabrik PPKS.
Data yang digunakan dalam analisa ini adalah data primer yang
diperoleh secara langsung dari pabrik dan informasi dari staff/ karyawan
yang berwenang di PTPN VII Unit Bekri.
Metode yang digunakan pada analisa ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data spesifikasi Worm Screw Press yang
digunakan pada PTPN VII Unit Bekri.
2. Analisa jam kerja produksi dan kapasitas produksi pabrik
pengolahan kelapa sawit PPKS.
3. Analisa pemeliharaan dan perbaikan Worm Screw Press pada
PTPN VII Unit Bekri.

1.5 Manfaat
Keberhasilan untuk kuantitas minyak sawit yang diinginkan
terletak pada proses pengempaan ini sendiri, semakin baik kinerja dari
mesin Press atau semakin sedikitnya kerusakan yang terjadi pada
Worm Screw Press maka akan menghasilkan kuantitas minyak sesuai
dengan target kuantitas yang diinginkan per/ harinya.
5

1.6 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada analisa alat st. press ini adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisa pemeliharaan dan perbaikan komponen Worm
Screw Press LAJU P-15 PTPN VII Unit Bekri.
2. Analisa berdasarkan data operasi yang terjadi di lapangan PKS
PTPN VII Unit Bekri.
6

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan


PTPN VII (Persero) dahulu merupakan perkebunan pada masa
penjajahan Belanda yang bertujuan mengeksploitasi kekayaan sumber
daya alam Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan membangun kebun
tanaman industri yang berada di sepanjang Pulau Sumatera.
Pada tahun 1942 Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia
dan meninggalkan Indonesia. Namun pengambilalihan kekuasaan eks
perkebunan Belanda baru dapat diwujudkan secara hukum pada tanggal
10 November 1957. Untuk memperkuat legalitas pengambilalihan
tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU Nasionalisasi No. 86
Tahun 1958 Jo. PP No. 14 Tahun 1959 dilanjutkan dengan PP No. 141-
175 yang menjadikan seluruh perkebunan tersebut dibagi dan dibentuk
unit-unit usaha. Pada tahun 1963 diadakan pembagian wilayah
berdasarkan komoditas. Wilayah Lampung dan Sumatera Selatan banyak
mempunyai komoditas karet, sehingga perkebunan pada kedua daerah
tersebut digabung dalam Perusahaan Negara Perkebunan IX (PNP) yang
berkantor pusat di Lampung.
Pembagian wilayah dilakukan kembali untuk efesiensi manajemen
melalui PP No. 14 tanggal 13 April 1968, sehingga PNP IX berubah nama
menjadi Perusahaan Negara Perkebunan X (PNP X) dengan wilayah kerja
tetap di 2 (dua) propvinsi yaitu Lampung dan Sumatera Selatan.
Pada tahun 1980 perubahan status dilakukan dari Perusahaan
Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Perubahan status tersebut
dilakukan berdasarkan pada akte notaris GHS Lumban Tobing, S.H No.
53 tanggal 30 Juni 1980 dengan nama PT Perkebunan X Persero (PTP X
Persero). Perubahan status dilakukan dengan tujuan agar perusahaan
dapat mandiri baik dari sisi manajemen maupun produksi.
7

Selain PT Perkebunan X (Persero) di wilayah Lampung dan Sumatera


Selatan juga didirikan PT Perkebunan XXXI (Persero). Pengelolaan
komoditas yang berbeda. PT Perkebunan XXXI (Persero) mengelola
budidaya tebu dan mendirikan pabrik gula Bunga Mayang di Lampung
Utara dan pabrik gula Cinta Manis di Ogan Komering Ilir, Sumatera
Selatan. Pendirian PT Perkebunan XXXI (Persero) diatur dengan PP RI
No. 15 Tahun 1989 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Oktober
1980 sedangkan badan hukumnya ditetapkan berdasarkan akte notaris
Imas Fatimah, S.H No. 17 tanggal 1 Agustus 1990.
Pada tahun 1994 Menteri Pertanian RI menetapkan konsolidasi
seluruh BUMN sektor pertanian dengan titik fokus perkebunan. Pada
tahun 1996 berdasarkan konsolidasi tersebut, PT Perkebunan XXXI
(Persero) yang berkedudukan di Bandar Lampung dan PT Perkebunan
XXXI (Persero) yang berkedudukan di Palembang dilebur menjadi 1 (satu)
yaitu PT Perkebunan Group Lampung. Selanjutnya perusahaan diberikan
mandat untuk mengelola proyek pengembangan PT Perkebunan XI
(Persero) di Lahat, Sumatera Selatan, dan proyek pengembangan PT
Perkebunan XIII (Persero) di Bengkulu yang kemudian seluruh
pengelolaannya dibawah satu kesatuan manajemen dengan nama PT
Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang berkantor pusat di Bandar
Lampung.

PTPN VII (Persero) didirikan berdasarkan Tri Darma Perkebunan, yaitu:


1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan dibidang
perkebunan bagi pendapatan nasional melalui upaya produksi dan
pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk
kepentingan konsumen dalam negeri dan ekspor non migas
(devisa);
2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf
hidup petani dan karyawan pada khususnya;
8

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air,


serta kesuburan tanah.

2.2. Keadaan Umum Perusahaan


PTPN VII (Persero) dibentuk berdasarkan PP No. 12 tahun 1996
tanggal 14 Februari oleh Notaris Hukum Kamil, S.H. yang tertuang dalam
akte No. 40 Tanggal 11 Maret 1998 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman
RI dengan keputusan No. C – 28335 H.T.01.01 tanggal 8 Agustus 1996.
Telah dimaklumkan pada Berita Negara No. 80 tanggal 4 Oktober 1996.
PTPN VII (Persero) melakukan usaha dalam bidang prkebunan dengan
komoditi utama yang dibudidayakan yaitu, karet, kepala sawit, teh, tebu
dan kakao. Wilayah kerja PTPN VII (Persero) meliputi wilayah Lampung,
Sumatera Selatan, dan Bengkulu.

2.3. Lokasi dan Jenis Komoditi PT Perkebunan Nusantara VII


PTPN VII (Persero) memiliki kantor pusat di Jalan Teuku Umar No.
300, Kedaton, Bandar Lampung dan memiliki unit usaha yang tersebar di
Propvinsi Lampung sebanyak 12 unit, 2 distrik. Sumatera Selatan 14 unit,
2 distrik, serta Bengkulu 3 unit, 1 distrik.
PTPN VII (Persero) bergerak dalam bidang agribisnis dengan
komoditas utama yang diusahakan mencakup 4 jenis yaitu karet, kepala
sawit, teh, dan tebu. Keseluruhan komoditi dikelola dengan teknologi yang
modern, manajemen terpadu dan didukung sumber daya yang profesional
di bidangnya.
9

Gambar 2.1. Lokasi


Sumber : https:petalokasi.org/Kabupaten-LampungTengah-PTPN7-
Persero-Bekri

2.4. Profil Unit Bekri


Unit Bekri merupakan salah satu Unit Perkebunanyang dimiliki
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII dengan
komoditas kelapa sawit dibawah Wilayah Distrik Way Seputih. Unit Bekri
berada di Desa Sinar Banten, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah.
Komoditas yang ada adalah Kelapa Sawit dengan produk yang dihasilkan
adalah CPO (Crude Palm Oil), PKO (Palm Kernel Oil) dan BIS (Bungkil Inti
Sawit). Unit Bekri memiliki PPKS dengan kapasitas 50 ton/jam, PPIS
10

dengan kapasitas 50 ton/hari dan pabrik kompos dengan kapasitas 8


ton/jam.

Batas wilayah Unit Bekri adalah :

 Utara : Kecamatan Padang Ratu Gunung Sugih


 Selatan : Kecamatan Bangun Rejo Natar
 Timur : Kecamatan Gunung Sugih
 Barat : Kecamatan Padang Ratu Bangun Rejo

Selain itu Unit Bekri juga memiliki produk sampingan sebagai berikut:

 Tandan Kosong diolah menjadi Pupuk Kompos


 Limbah Abu Dust Collector di diaplikasikan untuk Pupuk
Tanaman Kelapa Sawit.
 Limbah Cair diaplikasikan untuk Pupuk Tanaman Kelapa Sawit
 Limbah Solid diaplikasikan untuk Pupuk Tanaman Kelapa
Sawit
 Cangkang dan fiber Kelapa Sawit digunakan untuk bahan
bakar Boiler di PPKS, Pabrik Teh, dan Pabrik Gula

2.4.1. Wilayah Kerja PTPN VII


Wilayah kerja pengelolaan PTPN VII yang tersebar di Propinsi
Lampung meliputi wilayah kerja sebagaimana jelaskan berikut ini:
1. Provinsi Lampung sebanyak 10 Unit Usaha (6 UU di Distrik
Sekampung dan4 UU di Distrik Seputih),
2. Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 14 Unit Usaha (7 UU di Distrik
MuaraEnim dan 7 UU di Distrik Banyuasin),
3. Provinsi Bengkulu sebanyak 3 Unit Usaha dibawah naungan
DistrikBengkulu. Areal tanaman menghasilkan (TM) terdiri dari :
Areal Inti 78.523 hektar dan Areal Plasma 53.107 hektar.
11

2.5. Visi dan Misi Perusahaan


2.5.1 Visi Perusahaan
PTPN VII (Persero) menjadi perusahaan agribisnis berbasis karet,
kelapa sawit, teh, dan tebu yang tangguh serta berkarakter global.
Memiliki daya saing yang prima, melalui peningkatan produktivitas, mutu,
skala ekonomi usaha dan dukungan industri hilir. Mempunyai karakteristik
perusahaan berkelas dunia dengan proses bisnis dan kinerja yang prima
serta menghasilkan produk yang berstandar internasional.

2.5.2. Misi Perusahaan


PTPN VII (Persero) memiliki misi sebagai berikut :
1. Menjalankan usaha perkebunan karet, kelapa sawit, teh, dan tebu
dengan menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan
yang efektif serta ramah lingkungan.
2. Mengembangkan industri yang terintegrasi dengan bisnis inti (karet,
kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi
terbarukan.
3. Mengembangkan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi.
4. Membangun tata kelola usaha yang efektif.
5. Memelihara keseimbangan kepentingan stakeholders untuk
mewujudkan daya saing guna menumbuh-kembangkan
perusahaan.
12

2.6. Struktrur Organisasi Unit Bekri


STRUKTUR ORGANISASI & PERSONALIA
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA BEKRI
MANAGER

Sinkep Tan. I Sinkep Tan.II Sinkep T & T Sinkep TUK

Afd. I. Afd. VI 1. Sinder Tek/Rep Sinder SDM & Umum Sinder TUK

Afd.II Afd.VII. 2. Sinder Traksi

Afd. III. Afd.VIII 3. Sinder Listrik/Air

Afd. IV. 4. Sinder PPKS. I

5. Sinder PPKS. II

6. Sinder PPIS

Mandor Besar Mandor Besar Mandor Besar Krani Ka. Krani Ka Krani Ka.
Ka.Labor Ka. Puskes Ka.Satpam Ka.Gudang Ka.Gud.Produksi
Umum SDM Bid.Pembukuan
WaKa

Krani/Mandor Krani Krani Krani Krani Krani Krani Krani Krani Krani
Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Satpam Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Unit Bekri


13

2.7. Proses Bisnis Unit Bekri


Bekri adalah salah satu Unit Usaha dengan komoditas kelapa
sawit. Adapun alur proses bisnis Unit Bekri dapat digambarkan sebagai
berikut :

Kebun K. Sawit

TBS Unit Seinduk TBS TBS


Kemitraan/Pembeliann

Pengolahan di PPKS

LIMBAH
Minya Inti Inti Sawit
k Sawit Unit Seinduk

Limbah Cair
Digunakan untuk
Land Aplikasi Pengolahan di PPKS

Limbah Padat antara


Minyak Bungkil
lain cangkang untuk
Inti Inti
bahan bakar, dan
Tangki Minyak Tangki Minyak Gudang
tankos untuk kompos Sawit Inti Sawit

Pesanan dari 7.12

CPO dikirim ke
Deliver
IPMG Panjang
y Order
MIS dan BIS dijual
(DO)
ke pembeli sesuai DO

Gambar 2.3 Proses Bisnis Unit Bekri


14

2.8. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Proses pengolahan di PPKS bertujuan untuk mengolah bahan baku
berupa tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang berasal dari kebun
UU inti dan dari kemitraan untuk diolah menjadi CPO dan Inti sawit
dengan kualitas yang baik dan losses yang serendah mungkin.
Kapasitas pabrik PPKS Bekri telah mengalami peningkatan
kapasitas olah, yang sebelumnya kapasitas 40 T/J dan setelah
optimalisasi kapasitas menjadi 50 T/J.
Tahapan proses pengolahan di PPKS Bekri adalah sebagai berikut:

TBS Timbangan Loading Sterilizer Thresher


Ramp

Pabrik Biji
Inti / Kernel Press
Tandan
Kosong

Boiler Fibre + Shell

Limbah Cair & Padat


Storage
CPO Klarifikasi
Tank

Gambar 2.4 Alur Proses Pengolahan

2.8.1. Pemanenan Tandan buah


Dalam proses ini didapatkan bahan bahan baku utama dari pohon
kelapa sawit, yaitu Tandan Buah Segar (TBS). Dimana buah yang baru
dipanen dari kebun kelapa sawit biasanya akan langsung diangkut ke
pabrik menggunakan truk, yang sebelumnya buah akan terlebih dahulu
masuk dalam Loading Ramp. Setelah itu, tandan buah segar akan melalui
jembatan timbang guna mengukur berat buah yang dipanen.
15

2.8.2. Penyortiran
Setelah masuk pabrik pengolahan minyak kelapa sawit, proses
pembuatan CPO berikutnya adalah penyortiran atau pemilahan tandan
buah segar. Dimana buah kelapa sawit akan dipisahkan menurut
kematangannya.
Proses ini merupakan proses yang begitu penting karena
kematangan buah sawit akan mempengaruhi rendemen minyak, yang
antara lain adalah sebagai berikut ini rinciannya.
Tabel 2.1. Fraksi buah
Fraksi buah Kategori Jumlah brondolan
Fraksi 00 (F-00) Sangat mentah (afkir) Tidak ada
Fraksi 0 (F-0) Mentah 1-12,5% buah luar
Fraksi 1 kurang matang 12,5-25% buah luar
Fraksi 2 matang I 25-50% buah luar
Fraksi 3 matang II 50-75% buah luar
Fraksi 4 lewat matang 75-100% buah luar
Fraksi 5 terlalu matang buah dalam membrondol

2.8.3. Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)


Proses pengolahan CPO selanjutnya adalah perebusan tandan
buah segar atau TBS, pertama-tama TBS akan direbus dalam sebuah
wadah khusus yang memiliki lubang (cage), kemudian langsung
dipindahkan ke dalam sterilizer yang berbentuk bejana berjalan dengan
tekanan udara 2,6 hingga 3.0 kg/cm2.
Tujuan dari perebusan tandan buah segar sendiri antara lain
adalah untuk mematikan enzim yang mampu membuat kualitas CPO
menurun. Selain itu proses perebusan juga dapat membuat buah kelapa
sawit mudah terlepas dari tandan atau berondolannya, serta berfungsi
untuk memudahkan daging buah kelapa sawit terlepas dari cangkang dan
intinya sekaligus melunakkannya.
16

2.8.4. Perontokan buah


Pada proses pengolahan CPO yaitu tahap thresher, daging buah
yang masih melekat akan dipisahkan dan berikutnya ditampung serta
dibawa oleh Fruit Conveyor.
Dalam mesin yang berbentuk drum dan bekerja dengan cara
berputar ini, brondolan akan dipisahkan dari tangkai tandannya.
Sayangnya, proses perontokan ini tidak selamanya berhasil 100%
merontokkan brondolan. Dan brondolan yang belum terpisah dari
tangkainya tersebut tidak langsung dibuang melainkan akan masuk dalam
thresher kedua.

2.8.5. Pengolahan
Tahap atau proses pengolahan Crude Palm Oil selanjutnya sudah
masuk dalam tahap inti yaitu pengolahan daging buah sawit, dimana
pengolah daging buah kelapa sawit ini terdiri dari dua tahap yaitu digester
dan screw press.

2.8.6. Pemurnian minyak kelapa sawit


Setelah lulus dalam proses screw press kemudian akan didapatkan
minyak kasar yang kemudian akan dimasukkan dalam stasiun Clarifikasi.
proses pemurnian minyak sendiri akan melalui beberapa tahap
yang antara lain adalah tahap sand trap tank, vibro separator, vertical
clarifier tank, oil tank, oil purifier vacuum dryer, sludge tank, sand cyclone,
brush strainer, sludge separator dan storage tank.

2.8.7. Pengolahan biji sawit


Masuk dalam tahap akhir yaitu pengolahan biji sawit yang telah
dipress dalam tahap sebelumnya. Proses pengolahan CPO yang terakhir
ini pun terdiri dari beberapa tahap seperti: Cake breaker conveyor,
depericarper, nut silo, riplle mill, claybath, hydro cyclone, kernel dryner,
dan kernel storage.
17

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis guineensis jack) adalah merupakan tanaman
golongan plasma yang menghasilkan minyak. Secara umum, buah
kelapa sawit terdiri dari daging buah, cangkang, dan inti. Tebal
daging buah dari buah yang cukup baik atau normal berkisar antara 2
hingga 8 mm sesuai dengan ukuran buahnya. Proses pembentukan
minyak dalam kelapa sawit berlangsung selama 3 – 4 minggu sampai
tingkat matang morpologis, yaitu buah telah matang dan kandungan
minyak sudah optimal. Pada awalnya Tandan Buah Segar (TBS)
dipindahkan ke loading ramp. Kemudian buah diteruskan ke sterilizer
untuk direbus selama kurang lebih 120 menit buka tutup pintu
perebusan. Setelah itu buah yang direbus di sterilizer tadi diteruskan ke
tresher menggunakan elevator dimana di tresher ini ada dua conveyor
yang nantinya akan memisahkan buah dari janjangnya. Buah dibawa ke
bottom cross conveyor yang kemudian melewati fruit elevator diteruskan
ke fruit distribution conveyor yang kemudian akan dibawa ke
digester. Dari digester, buah tersebut dibawa ke screw press untuk
diperas hingga mengeluarkan minyak. Di dalam screw press ini
terdapat 3 produk yaitu minyak, fiber dan nut.
Minyak diteruskan ke sand trap tank untuk dipisahkan dari
pasir, di dalam sand trap tank, pasir mengalami proses pengendapan
sedangkan minyaknya dipompa ke sand cyclone dan crude oil tank.
Kemudian minyak dipompa ke oil skimming tank dan ditransfer ke vacum
oil dryer yang berisi air panas dan minyak. Air panas dipompa ke water
tank sedangkan minyak langsung disimpan ke oil storage tank yang
nantinya akan siap dikirim. Sedangkan fiber dari screw press dihisap dari
depericarper untuk ditransfer ke boiler sebagai bahan bakar. Kemudian
untuk nut dibawa ke nut polishing drum yang berfungsi memisahkan sisa
18

fiber yang melekat pada nut, batu dan wet kernel. Nut dipanaskan dan

mengalami proses pengeringan di kernel silo sekitar 60-70oC setelah itu


dipindahkan ke gudang.

3.2 Sistem Kerja PTPN VII Unit Bekri


Sistem kerja perusahaan yang di pakai dalam PTPN VII Unit Bekri ini
yaitu sistem pergantian ship. Yaitu ship siang dan ship malam, dan
pergantian ship yang dilaksanakan seminggu sekali. Yang semula
masuk ship siang menjadi ship malam pergantian ship ini dilakukan pada
hari minggu. Jam kerja dilakukan mulai dari sift Pertama pukul 07:00 pagi
sampai pukul 15:00 sore hari dan di tambah waktu lembur 1 jam, di
berikan waktu istirahat dari pukul 12:00 sampai 13:30 dan sift ke dua di
lakukan mulai pukul 16:00 sampai pukul 07:00.

3.3. Sistem Keselamatan dan Kesejahteraan Kariawan


Karyawan PTPN VII Unit Bekri dalam bekerja selalu memakai alat
keselamatan kerja, seperti topi/ helm, sepatu, sarung tangan, kacamata
dan sabuk pengaman untuk berkerja di ketinggian. Dalam kesejahteraan
kariawan, PTPN VII Unit Bekri tempat tinggal/ mesh untuk kariawan
perusahaan yang berasal dari luar daerah yang di utamakan.

3.4. Stasiun Pengolahan PTPN VII Unit Bekri


Untuk mengolah TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel,
PTPN VII Unit Bekri memiliki 11 stasiun kerja yang saling terkait. Skema
Diagram Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit dijelaskan pada lampiran di
bawah Secara garis besar, skema tersebut menjelaskan seluruh bagian
pemrosesan kelapa sawit yang ada di pabrik kelapa sawit mulai dari buah
sawit yang masuk hingga menjadi CPO. Tandan Buah Segar (TBS) yang
akan diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) Perlakuan terhadap Tandan
Buah Segar (TBS), mulai di lapangan, transportasi, dan proses
pengolahan di pabrik sangat menentukan kualitas minyak yang
19

dihasilkan. Target yang harus dicapai pada proses pengolahan adalah


mengolah bahan baku TBS dengan kriteria matang panen yang baik,
sehingga memperoleh hasil produksi CPO dan inti sawit yang memenuhi
persyaratan mutu sesuai keinginan pasar dengan harga jual yang tinggi
dan biaya olah seminimal mungkin serta mengendalikan limbah sebagai
produk samping. Pengolahan TBS menjadi CPO dan KPO melalui
beberapa stasiun. Stasiun pengolahan meliputi :
3.4.1. Stasiun Penerimaan TBS (Fruit Reception Station)
Stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat
penerimaan TBS dari kebun. Pada stasiun ini dapat diketahui
jumlah produksi TBS setiap harinya. Mutu TBS harus benar-benar
diperhatikan sebelum TBS diolah pada tahapan berikutnya untuk
menghasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas yang
diinginkan.

3.4.2. Jembatan Timbang (Weight Bridge)

Weight Bridge (jembatan timbang) berfungsi untuk


menimbang berapa banyak TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Setiap truk yang membawa TBS terlebih dahulu harus ditimbang
pada jembatan timbang. Setelah itu, truk kosong yang keluar
dari lokasi pabrik harus ditimbang kembali sehingga jumlah
TBS yang masuk ke pabrik dapat diketahui beratnya. Perhitungan
kelapa sawit yang masuk menggunakan mobil truck dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : Brutto – Tara = Netto.
Keterangan :
- Netto : Berat isi (kg)
- Brutto : Berat kotor (kg)
- Tara : Berat bersih (kg
20

3.4.3. Stasiun Sortasi PTPN VII Unit Bekri


Setiap buah masuk, harus disortasi terlebih dahulu. Sortasi
adalah suatu kegiatan pengamatan yang bertujuan untuk
mengelompokkan mutu buah yang diterima, adapun kriteria
sortasi pada PTPN VII Unit Bekri adalah sebagai berikut :
1. Berat tandan minimum 6 kg/jenjang
2. Panjang tangkai maksimal 2,5 cm
3. TBS masak normal warna daging buah merah
4. TBS berondolan harus dalam kondisi kering
5. Tidak boleh ada sampah
6. Fraksi buah harus berada pada fraksi 1-5, untuk fraksi
00,0 dan 6 akan dipulangkan kembali.
Kriteria ideal sortasi TBS yang masuk di PTPN VII Unit
Bekri dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 3.1: Kriteria persyaratan mutu dan komposisi panen yang
ideal Sumber: Ir.H Siswandi (2016)
Buah luar Komposisi
Fraksi Kematangan membrond panen
Fraksi 00 Sangat mentah ol Ada
Tidak ideal Boleh
Tidak
Fraksi 0 Mentah 0 - 12,5 % Ada
Tidak Boleh
Fraksi 1 Kurang Matang 12,50% - 25% Ada
Max. 20%
Fraksi 2-3 Matang 25% - 75% Min. 68%
Fraksi 4-5 Melebihi Batas 75% - 100% Min. 12%
Matang

3.4.4. Loading Ramp


Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS
sementara sebelum TBS masuk ke tangki perebusan. Loading
o
Ramp dirancang dengan kemiringan 45 untuk membantu
meluncurnya buah dari ramp ke lori. Lantai loading ramp dibuat
dari baja plat dengan jarak 5 mm dengan tujuan agar sampah-
21

sampah dan pasir yang terbawa bersama dengan TBS terbuang


dan jatuh kebawah, loading ramp dilengkapi dengan pintu hidrolik
yang berguna untuk memasukkan TBS ke dalam lori. TBS yang
datang sebaiknya langsung diolah agar kualitas minyak yang
dihasilkan terjaga. Semakin lama masa penimbunan buah akan
menyebabkan luka pada TBS yang akan menyebabkan tingginya
asam lemak bebas dan terjadinya losses.

3.4.5. Lori PTPN VII Unit Bekri


Lori adalah wadah yang digunakan untuk membawa TBS
dari loading ramp ke steriliser. Dinding lori dibuat berlubang agar
uap dapat masuk melalui celah-celah TBS sehingga perebusan
dapat berlangsung secara merata.. Jumlah lori pada pabrik ini ±
100 unit dengan berat lori 1500 Kg dan kapasitas masing-masing
Lori adalah 2500 kg.
a. Capstan
Capstan adalah alat untuk menarik rangkaian lori baik lori
kosong maupun lori berisi TBS. Capstan digerakkan oleh
motor listrik dengan perantaraan transmisi roda gigi
(mereduksi putaran). Capstan dijalankan dengan cara
melilitkan tali seling secara teratur,
b. Transfer Carriage
Transfer Cariage berfungsi untuk memindahkan Lori yang
telah berisi TBS ke Railtrack menuju rebusan. Transfer
Cariage bergerak di atas rel dan hanya dapat memuat satu
buah Lori.

3.4.6. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)


Lori yang telah terisi TBS kemudian dimasukkan kedalam
perebusan (Sterilizer). Yang mana PKS Inecda Plantation
memiliki 2 unit Sterilizer dengan masing-masing Sterilizer
dapat memuat 10 unit Lori.
22

Tujuan dari perebusan (Sterilizer) buah sawit adalah :


a. Mencegah kenaikan asam lemak bebas
b. Mengurangi kadar air dalam buah
c. Memudahkan brondolan lepas dari tandan pada proses
Threshing
d. Melunakkan daging buah agar mudah dilumat di Digester
e. Memudahkan lepasnya inti dari cangkang.
f. Untuk mempermudah proses pemecahan cangkang
g. Mematikan Enzim Lipase di dalam buah
Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari Back
Pressure Vessel (BPV) selama 85 - 90 menit tergantung dari TBS
itu sendiri dan permintaan dari laboratorium, dengan kondisi
operasi tekanan Steam 3 - 5 kg/cm². Hal – Hal Yang
Mempengaruhi Perebusan, Tekanan Uap dan Lama Perebusan,
Pembuangan Udara dan Air Kondensat.
A. Tekanan uap dan lama perebusan
Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan hasil
perebusan yang mempengaruhi effesiensi pabrik. Perebusan
yang terlalu lama menyebabkan kerugian minyak dalam air
rebusan (kondensat) dan janjangan kosong bertambah dan
dapat merusak mutu minyak dalam inti.
B. Pembuangan udara dan air kondesat.
Apabila udara dalam rebusan tidak sempurna dikeluarkan
akan terjadi pencampuran udara dan uap yang mengakibatkan
pemindahan panas dari uap ke dalam buah tidak sempurna.
3.4.7. Stasiun Penebahan (Thresing Station)
Stasiun penebahan merupakan stasiun yang berfungsi
untuk memisahkan / pemipilan brondolan buah dari tandan atau
janjangan. Stasiun ini terdiri dari beberapa peralatan, yaitu:
a. Tipler Station
23

b. Hopper Auto Feeder


c. Thresher
d. Conveyor Under Thresher
e. Buttom Cross Conveyor
f. Fruit Bucket Elevator
g. Incinerator
Berikut penjelasannya :
a. Tipler Station
Tipler Station digunakan untuk menuangkan buah yang telah
di rebus ke dalam Hopper Auto Feeder yang selanjutnya akan di
bawa oleh Scraper Conveyor dan selanjutnya di masukan ke
dalam Thresher oleh Bunch Conveyor. Tipler hanya dapat
dapat memuat 1 buah Lori ke dalamnya, kemudian Tipler akan
diputar hingga buah sawit yang berada di dalam Lori tersebut
habis tertuang ke dalam Hopper Auto Feeder.
b. Hopper Auto Feeder
Hopper Auto Feeder digunakan untuk menampung buah
yang sudah direbus pada Sterilizer untuk selanjutnya dibawa oleh
Scraper Conveyor masuk ke Thresher. Hopper Auto Feeder
dibuat miring dengan sudut tertentu agar buah dapat meluncur
masuk ke Scraper Conveyor dan buah dapat diarahkan masuk ke
dalam Thresher. Bentuk dari Hopper Auto Feeder dapat dilihat
pada gambar
c. Thresher
Buah rebusan dari Sterilizer di distribusikan ke Thresher
melalui Conveyor untuk selanjutnya dipisahkan antara brondolan
dengan tandannya. Proses pemipilan dilakukan didalam drum
berputar (Rotary Drum Thresher) dengan kapasitas maksimum 30
ton/ jam. Pemipilan buah dilakukan dengan prinsip bantingan
didalam drum berputar. Di dalam drum terdapat sudu–sudu (ada 7
o
buah) dengan jarak masing-masing sudut 120 .
24

d. Conveyor Under Thresher


Conveyor ini digunakan untuk untuk mendistribusikan
berondolan yang jatuh dari Thresher ke Bottom Cross Conveyor.
e. Buttom Cross Conveyor
Bottom Cross Conveyor ini digunakan untuk
mendistribusikan berondolan dari Conveyor Under Thereser ke
Bucket Elevator.
f. Fruit Bucket Elevator
Fruit Bucket Elevator digunakan untuk mendistribusikan
berondolan dari Bottom Cross Conveyor ke Digester melalui Top
Cross Conveyor.
g. Incinerator
Tandan kosong dari Thresher jatuh ke Horizontal
Empty Bunch Conveyor dan di angkat menuju pelumatan tandan
kosong sehingga menjadi serabut.
3.4.8. Stasiun Pengempaan (Pressing Station)
Pada stasiun pengempaan terdapat dua unit sistem yang
memegang peranan dalam satuan operasi pengolahan kelapa
sawit yang terdiri atas mesin digester dan mesin screw press,
adapun bagian-bagian utama mesin Screw Press yang terdapat
pada gambar dan dapat di uraikan sebagai berikut :
25

Gambar 3.1. Bagian Utama Screw Press


1. Inlet
Inlet terpasang di atas Casing/Body Screw Press.
Berfungsi sebagai penghubung Digester ke Screw Press
untuk tempat masuknya biji buah sawit yang telah
mengalami proses percincangan di digester.
2. Casing/ Body Screw
Casing/Body Screw Press terbuat dari plat Mild Steel
minimal 10 mm berbentuk kotak dengan dilengkapi
pintu sebelah kanan, kiri dan atas. Di bagian atas ada
2 pintu yaitu 1 pintu untuk melihat kondisi Press silinder
dan satu pintu atau lubang untuk menghubungkan
Screw Press dengan corong umpan dari Digester yang
disebut Inlet.
3. Worm screw
Worm Screw terdapat di dalam Press silinder yang
berada di dalam Casing/ Body Mesin Screw Press. Worm
Screw terbuat dari bahan baja tuang dengan ukuran yang
berbeda tergantung kapasitas olah yang dapat dilakukan
oleh Screw Press. Satuan kapasitas Screw Press adalah
Ton TBS/Jam. Umumnya dalam membeli sparepart diukur
dari jam kerja alat tersebut selanjutnya untuk digantikan
kembali (kecuali patah).

Ga m bar 3 .2 . Ga mb a r w orm screw pre ss


26

4 . Pre ss Si li n d e r
Press Silinder atau disebut juga Press Cage terdapat di
dalam Casing /Body Mesin Screw Press. Terbuat dari
plat baja yang diperkuat dengan tulangan plat Mild Steel
setebal 8 mm. Press silinder berbentuk kaca mata yang
bagian tengahnya terhubung. Press silinder dapat juga
disebut saringan, dimana Fiber/ serabut daging buah
sawit tidak terbawa ke cairan minyak yang telah
mengalami pengepresan.
5. Hydraulic Double Cone
Hydraulic Double Cone terdapat di depan Casing/ Body
Screw Press. Merupakan alat yang ditambahkan ke
sistem Screw press untuk memberikan tekanan lawan
terhadap daya dorong Double Screw di Fiber/serabut,
dengan ditekannya ampas kempa oleh Hydraulic Double
Cone maka minyak akan keluar dari massa yang ditekan
melalui Press Silinder.
6 . Ge a rb o x
Gearbox terdapat dibagian belakang Body Screw Press
yang di dalamnya terdapat Primary dan Secondary Screw
yang dihubungkan dengan Gear agar putaran Double
Screw saling berlawanan arah. Disisi Gearbox umumnya
dilengkapi dengan selang Sight Glass untuk melihat level
pelumas dari luar dan dilengkapi dengan lubang dibagian
atas untuk melihat kondisi bantalan.
7. Motor Listrik
Motor listrik terdapat di belakang Gearbox mesin Screw
Press sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk
menggerakan mesin Double Screw Press, dihidupkan
melalui panel kendali sekaligus sistem hidroliknya.
27

3.5. Cara Kerja Screw Press


Motor listrik sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk
menggerakkan mesin Double Screw Press. Screw Press dihidupkan
melalui panel kendali sekaligus system hidroliknya, lalu di masukkan
air panas dengan suhu 80ºC melalui pipa masuk (pipe inlet). Motor
listrik hidup memutar pulli melalui poros motor dengan daya 30 kW
dengan putaran 1450 rpm. Pulli menggerakkan sabuk menghantarkan
putaran ke pulli yang terpasang pada poros yang menghubungkan ke
Gear Reduser dan Gear Reduser digerakkan poros utama yang
dihubungkan dengan kopling. Poros utama menggerakkan roda gigi
perantara yang mengakibatkan kedua poros berulir akan bergerak
berlawanan arah dengan putaran yang sama.
Pada bagian akhir ulir terdapat dua buah konus yang
digerakkan dengan bantuan sistem hidrolik dengan gerakan maju mundur
sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil pengepresan dan tekanannya sebesar 40-60 bar.
Minyak yang dihasilkan oleh mesin press di alirkan ke Oil Vibrating Scren
dan kemudian di alirkan ke Crude Oil Tank untuk di proses lebih lanjut,
sedangkan serabut dan biji buah sawit yang masih mengandung 6%
minyak di alirkan ke Cake Breaker Conveyor untuk proses selanjutnya.
Motor listrik memutar poros Screw Press yang direduksi
(dikurangkan) putarannya dari 1450 menjadi 9-11 rpm melalui Speed
Reduser. Kapasitas Screw Press yang direncanakan harus sesuaikan
dengan kapasitas olahan pabrik. Dalam menentukan kapasitas 15 ton
TBS/ jam Screw Press yang dipergunakan maka ada beberapa hal yaitu :
1. Sebelum kelapa sawit masuk kedalam Screw Press masa awal
buah kelepa sawit telah berkurang. Hal ini disebabkan karena
berlangsungnya proses penebahan pada mesin Thresher /
Stripper. Massa sawit yang berkurang yang dimaksud adalah
berupa tandan kosong yang dipindahkan dengan conveyor.
28

2. Untuk memperoleh hasil Pressing yang baik yakni minyak sawit


keluar semua maka perlu diperhatikan bahwah Screw Press harus
dalam keadaan selalu penuh. Kondisi ini dibutuhkan untuk
memperoleh efisiensi yang lebih baik dari penekanan yang
dilakukan sebab jika banyak ruang kosong pada saat penekanan
maka tidak berlangsung maksimal.

3.6. Tipe Screw Press


Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam
PKS yaitu Speichim, Usine De Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap efisiensi
pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki Feed Screw, sehingga
kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan
adonan masuk berdasarkan gravitasi. Kontiunitas adonan yang masuk
kedalam Screw Press mempengaruhi volume Worm yang paralel dengan
penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan Oil Losses
dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat
Screw Press menggunakan Fed Screw, karena disamping pengisian
yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan
rendah sehingga minyak keluar.
Hal ini akan membantu daya kerja dari Screw Press, karena
kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam
pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak
dalam cairan. Pengguna Feed Screw akan menimbulkan pertambahan
investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam
pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang lebih insentif. Type
Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang
menggunakan Feed Screw dan tanpa Feed Screw. Sedangkan Usine De
Wecker tidak dilengkapi dengan Feed Screw. Screw Press terdiri dari
Single Shaft dan Double Shaft yang memiliki kemampuan Press
29

yang berbeda-beda, dimana alat press yang Double Shaft umumnya


kapasitasnya lebih tinggi dari Single Shaft

3.7. Tekanan Kerja Screw Press


Penggerak poros Screw Press dilakukan dengan Electromotor
yang di pindahkan dengan Belt, Gigi dan Hydraulic. Power yang
diperlukan menggerakkan alat Screw adalah 19-21 KWH dengan putaran
Shaft 9-11 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tahanan lawan
pada Adjusting Cone. Tekanan pada Hydraulic Cone yang sesuai untuk
single “Single Stage Pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-60
bar dan pada Double Pressing menggunakan tekanan pertama 40-45
bar dan pada pengempaan kedua tekanan 40-60 Bar. Tujuan untuk
menstabilkan press adalah :
1. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya
adonan masuk kedalam Screw Press yang diimbangi dengan
tekanan stabil maka ekstraksi minyak akan lebih sempurna,
dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.
2. Menurunkan biji pecah, semakin tinggi variasi tekanan dalam
Screw Press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
3. Memperpanjang umur teknis, umur alat teknis seperti crew, cylinder
press, dan electromotor lebih tahan lama karena kurangnya
goncangan electric dan mekanis.

3.8. Pengempaan (Presser)


Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari adukan hasil
output digester, dimana buah - buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau-pisau stirring arm di digester dimasukkan ke dalam
feed screw conveyor dan mendorongnya masuk ke dalam mesin
pengempaan (twin screw press). Seperti gambar dibawah ini :
30

Gambar 3.3. Model screw press yang digunakan untuk pengolahan


kelapa sawit.
Oleh karena adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa
tersebut diperas sehingga melalui lubang-lubang press cage minyak
dipisahkan dari serabut dan biji. Hasil yang keluar dari proses berupa
ampas dan biji yang selanjutnya masuk ke Cake Bake Conveyor dan
minyak kasar yang masih mengandung kotoran seperti pasir, serat-serat
dan air yang selanjutnya akan melewati tahap klarifikasi berupa Sand
Trap Tank untuk memisahkan pasir dari minyak kasar yang berasal
dari screw press dan Vibrating Screen untuk memisahkan serat-serat dari
minyak kasar tersebut dan selanjutnya dikirim ke Crude Oil Tank sebagai
tangki penampungan minyak kasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam proses pengempaan ini antara lain:
a. Ampas kempa (Press Cake) harus merata keluar di sekitar
konus
b. Tekanan hidrolik pada kumulator dijaga 40-60 bar.
c. Bila Screw Press harus berhenti pada waktu yang lama,
Screw Press harus dikosongkan.
d. Tekanan kempa yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
kadar inti pecah bertambah dan kerugian inti bertambah.
e. Tekanan kempa yang terlalu rendah akan mengakibatkan
Cake basah, kerugian (Looses) pada ampas dan biji
bertambah, pemisahan ampas dan biji tidak sempurna, bahan
bakar ampas basah sehingga pembakaran dalam dapur boiler
pun menjadi tidak sempurna.
Pada Kerja Praktek (KP) ini penulis melakukan Pemeliharaan, dan
Perbaikan pada Worm Screw Press jenis LAJU P-15 Pada PKS PTPN
VII Unit Bekri. Pada Mesin Screw Press ini dilakukan Pemeliharaan, dan
31

Perbaikan agar Screw Press ini tidak mengalami kerusakan yang cepat.
Screw Press ini berfungsi sebagai pemisah antara minyak dan daging
buah (biji buah). Mekanisme pengempaan pada worm screw press terbagi
atas tiga bagian, yaitu: seksi pengisian (feed scetion), seksi pemadatan
(ram scetion) dan seksi penyumbatan (plug section). Pada bagian plug
section akan mengalami proses penekan yang paling besar oleh karena
adanya tahanan lawan yang diberikan oleh konus.

3.9. Bearing/ Bantalan


Bearing (bantalan) adalah suatu elemen mesin yang menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman, dan berumur panjang. Bearing ini harus
cukup kokoh untuk menahan beban dari poros yang terhubung dengan
komponen mesin lainya sehingga dapat berputar, bekerja sesuai dengan
fungsinya. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik, maka prestasi
seluruh sistem akan menurun bahkan bisa terhenti. Bantalan dalam
permesinan dapat disamakan perannya dengan pondasi pada gedung.
Untuk bearing dengan jenis bola mempunyai kemampuan untuk
putaran tinggi dan gesekan yang kecil. Bearing ini bisa mudah didapat dan
mudah pula dalam pemasangannya. Bearing mempunyai bentuk dan
ukuran tertentu sesuai dengan kodenya dan mempunyai ukuran yang
presisi. Apalagi untuk yang bentuk bola dengan cincin yang sangat kecil
maka besar per satuan luas menjadi sangat penting. Dengan demikian
bahan yang dipakai juga harus mempunyai ketahanan dan kekerasan
yang tinggi. Bahan yang biasa dipakai pada pembuatan bearing adalah
baja khrom karbon tinggi.
Umumnya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros.
a. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara permukaan
poros (tap) dengan permukaan bantalan. Guna melicinkan
32

gesekan-gesekan tersebut digunakanlah minyak pelumas sebagai


lapisan perantaranya.

Gambar 3.4. Bantalan Luncur


(Sumber: https://www.indiamart.com/bearings.html)

b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini, terjadi gesekan gelinding antara bagian
yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola (peluru), rol, rol jarum dan rol bulat.

Gambar 3.5. Bantalan Gelinding


(Sumber: https://www.indiamart.com/bearings.html)

Berdasarkan beban yang bekerja pada bantalan:


Bearing ini dapat diklasifikasikan atas; Bearing Radial, Bearing
axial. Menurut jenis elemen gelindingnya dibedakan atas bentuk bola
dan rol.
a) Bearing axial : arah beban yang ditumpu adalah tegak lurus
sumbu poros.
33

b) Bearing Radial : arah beban yang ditumpu sejajar dengan


sumbu poros.
c) Untuk Bearing khusus/kombinasi ; dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

Gambar 3.6. Tipe Beban Pada Bearing


(Sumber: www.teknikotomotif.com)
Untuk itu dalam penggunaan juga harus diperhatikan
bagaimana gaya atau beban bekerja, baru menentukan jenis
bearing yang digunakan. Untuk pelumasan pada bearing ini juga
sangat penting karena akan menentukan keawetan dari bearing.
Karena dengan ada pelumasan, maka akan memperkecil
kerusakan akibat gesekan bola dan cincin.

3.10. Jenis - Jenis Bearing


Secara umum jenis bearing dibagi berdasarkan jenis diatas, namun
pada kenyataannya bentuk dan ukurannyapun bervariasi. Keadaan ini
biasanya disebutkan dalam katalog yang dibuat oleh pabrik yang
bersangkutan.
a. Single row groove ball bearings
Bearing ini mempunyai alur dalam pada kedua cincinnya.
Karena memiliki alur, maka jenis ini mempunyai kapasitas
dapat menahan beban secara ideal pada arah radial dan aksial.
Maksud dari beban radial adalah beban yang tegak lurus
terhadap sumbu poros, sedangkan beban aksial adalah beban
yang searah sumbu poros.
34

Gambar 3.7. Single row groove ball bearings


(Sumber: https://www.indiamart.com/bearings.html)
b. Double row self aligning ball bearings
Jenis ini mempunyai dua baris bola, masing-masing baris
mempunyai alur sendiri-sendiri pada cincin bagian dalamnya.
Pada umumnya terdapat alur bola pada cincin luarnya. Cincin
bagian dalamnya mampu bergerak sendiri untuk menyesuaikan
posisinya. Inilah kelebihan dari jenis ini, yaitu dapat mengatasi
masalah poros yang kurang sebaris.

Gambar 3.8. Double row self aligning ball bearings


(Sumber: https://www.indiamart.com/bearings.html)
c. Single row angular contact ball bearings
Berdasarkan konstruksinya, jenis ini ideal untuk beban radial.
Bearing ini biasanya dipasangkan dengan bearing lain, baik itu
dipasang secara pararel maupun bertolak belakang, sehingga
mampu juga untuk menahan beban aksial.
35

Gambar 3.9. Single row angular contact ball bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
d. Double row angular contact ball bearings
Disamping dapat menahan beban radial, jenis ini juga dapat
menahan beban aksial dalam dua arah. Karena konstruksinya
juga, jenis ini dapat menahan beban torsi. Jenis ini juga
digunakan untuk mengganti dua buah bearing jika ruangan
yang tersedia tidak mencukupi.

Gambar 3.10. Double row angular contact ball bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
e. Double row barrel roller bearings
Bearing ini mempunyai dua baris elemen roller yang pada
umumnya mempunyai alur berbentuk bola pada cincin luarnya.
Jenis ini memiliki kapasitas beban radial yang besar sehingga
ideal untuk menahan beban kejut.
36

Gambar 3.11. Double row barrel roller bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
f. Single row cylindrical bearings
Jenis ini mempunyai dua alur pada satu cincin yang biasanya
terpisah. Eek dari pemisahan ini, cincin dapat bergerak aksial
dengan mengikuti cincin yang lain. Hal ini merupakan suatu
keuntungan, karena apabila bearing harus mengalami
perubahan bentuk karena temperatur, maka cincinnya akan
dengan mudah menyesuaikan posisinya. Jenis ini mempunyai
kapasitas beban radial yang besar pula dan juga cocok untuk
kecepatan tinggi.

Gambar 3.12. Single row cylindrical bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
g. Tapered roller bearings
Dilihat dari konstruksinya, jenis ini ideal untuk beban aksial
maupun radial. Jenis ini dapat dipisah, dimana cincin dalamnya
dipasang bersama dengan rollernya dan cincin luarnya
terpisah.
37

Gambar 3.13. Tapered roller bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
h. Spherical roller thrust bearings
Jenis ini hampir sama dengan tipe diatas. Bearing tersebut
sangat cocok dengan tugas berat, dengan beban axial dan
beban radial. Bearing tersebut mampu menyelaraskan diri dan
dapat mengakomodasi kecepatan rendah maupun kecepatan
tinggi. Karena didesain dengan tingkat kekakuan dapat diatur.

Gambar 3.14. Spherical roller thrust bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
i. Single direction thrust ball bearings
Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan beban aksial
dalam satu arah saja. Elemennya dapat dipisahkan sehingga
mudah melakukan pemasangan. Beban aksial minimum yang
dapat ditahan tergantung dari kecepatannya. Jenis ini sangat
sensitif terhadap ketidak sebarisan (misalignment) poros
terhadap rumahnya.
38

Gambar 3.15 Single direction thrust ball bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
j. Double direction thrust ball bearings
Jenis ini sama seperti point 8, hanya saja bearing jenis ini dapat
diberi beban aksial dalam dua arah. Bagian-bagiannya pun juga
dapat dipisahkan sehingga mudah bongkar dan pasangnya.

Gambar 3.16. Double direction thrust ball bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
k. Ball and socket ball bearings
Bearing jenis ini mempunyai alur dalam berbentuk bola, yang
bisa membuat elemennya berdiri sendiri. Kapasitasnya sangat
besar terhadap beban aksial. Selain itu juga dapat menahan
beban radial secara simultan dan cocok untuk kecepatan yang
tinggi.

Gambar 3.17. Ball and socket ball bearings


(Sumber: http://www.skf.com/id/in/index.html)
3.11. Umur Bearing
39

Dalam suatu alat pasti terdapat umur pakai penggunaan alat tersebut
seperti halnya bearing. Namun terkadang dalam penggunaannya mampu
bertahan lebih lama maupun terjadi kerusakan yang tidak sesuai dengan
waktu diperkirakaan dari umur pakai alat tersebut.
Tabel 3.2. Umur Bearing
Umur Lᴺ 2000 – 4000 5000 – 15000 20000 – 30000 40000 – 60000
(Jam) (Jam ) (Jam) (Jam)
Beban Pemakaian Pemakaian Pemakaian Pemakaina
jarang sebentar – terus - menerus terus –
sebentar (tidak menerus
terus – dengan
menerus) keandalan yang
tinggi
Kerja halus Alat listrik Konveyor, Pompa, Poros Poros,
tanpa rumah tangga, Mesin transmisi, Transmisi
tumbukan Sepeda pengangkat, Separator, utama yang
Lift, Tangga Pengayak, memegang
berjalan Mesin peranan
perkakas, penting, Motor
Press putar, – motor listrik
Separator yang penting
Sentrifugal,
Sentrifus
pemurni gula,
Motor Listrik
Kerja Biasa Mesin Otomobil, Motor kecil, Pompa
pertanian, Mesin Jahit Roda meja, penguras,
Gerinda tangan Pemegang Mesin pabrik,
pinyon, Roda Kertas, Rol
gigi reduksi, kalender, Kipas
Rel Kereta angin, Kran,
Penggiling
bola, Motor
utama kereta
rel listrik
Kerja dengan Alat – alat Penggetar,
getaran atau besar, unit roda
40

tumbukan gigi dengan Penghancur


getaran besar,
rolling mil

Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan


umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi
putaran sebenarnya disebut beban ekuivalen dinamis. Jika suatu
deformasi permanen maksimum yang terjadi karena kondisi beban statis
yang sebenarnya pada bagian dimana elemen gelinding membuat kontak
dengan cincin pada tegangan maksimum, maka beban yang menimbulkan
deformasi tersebut dinamakan beban ekuivalen statis.

3.12. Perawatan Mesin


Perawatan adalah kombinasi dari semua tindakan yang dilakukan
dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu kondisi yang
dapat diterima dan berfungsi seperti sediakala atau paling tidak mendekati
sehingga kegiatan produksinya dapat berjalan dengan lancar (mesin dan
peralatannya paling tidak mencapai umur ekonomisnya dan menghindari
kemacetan serta kerusakan sekecil mungkin) sehingga pabrik dapat tetap
beroperasi secara efektif, efisien, produktif, dan tepat waktu sesuai
dengan yang telah direncanakan.
a. Jenis-jenis Maintenance (Perawatan) Mesin/Peralatan Kerja 
Yang dimaksud dengan Maintenance adalah suatu kegiatan
untuk merawat atau memelihara dan menjaga Mesin/peralatan dalam
kondisi yang terbaik supaya dapat digunakan untuk melakukan
produksi sesuai dengan perencanaan. Dengan kata lain, Maintenance
adalah kegiatan yang diperlukan untuk mempertahankan (retaining)
dan mengembalikan (restoring) mesin ataupun peralatan kerja ke
kondisi yang terbaik sehingga dapat melakukan produksi dengan
optimal.
Dengan berkurangnya tingkat kerusakan mesin dan peralatan
kerja, kualitas, produktivitas dan efisiensi produksi akan meningkat
41

dan menghasilkan profitabilitas yang tinggi bagi perusahaan. Pada


dasarnya Maintenance atau Perawatan Mesin/Peralatan kerja
memerlukan beberapa kegiatan seperti dibawah ini:
– Kegiatan Pemeriksaan/Pengecekan
– Kegiatan Meminyaki (Lubrication)
– Kegiatan Perbaikan/Reparasi pada kerusakan (Repairing)
– Kegiatan Penggantian Suku Cadang (Spare Part) atau
Komponen.
b. Maintenance atau Perawatan
Maintenance atau Perawatan dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, diantaranya adalah:
1. Breakdown Maintenance (Perawatan saat terjadi Kerusakan)
Breakdown Maintenance adalah perawatan yang
dilakukan ketika sudah terjadi kerusakan pada mesin atau
peralatan kerja sehingga Mesin tersebut tidak dapat
beroperasi secara normal atau terhentinya operasional
secara total dalam kondisi mendadak. Breakdown
Maintenance ini harus dihindari karena akan terjadi kerugian
akibat berhentinya Mesin produksi yang menyebabkan tidak
tercapai Kualitas ataupun Output Produksi.
2. Preventive Maintenance (Perawatan Pencegahan)
Preventive Maintenance atau kadang disebut juga
Preventative Maintenance adalah jenis Maintenance yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mesin
selama operasi berlangsung. Contoh Preventive
maintenance adalah melakukan penjadwalan untuk
pengecekan (inspection) dan pembersihan (cleaning) atau
pergantian suku cadang secara rutin dan berkala. Preventive
Maintenace terdiri dua jenis, yakni :
a. Periodic Maintenance (Perawatan berkala)
42

Periodic Maintenance ini diantaranya adalah


perawatan berkala yang terjadwal dalam melakukan
pembersihan mesin, Inspeksi mesin, meminyaki mesin dan
juga pergantian suku cadang yang terjadwal untuk
mencegah terjadi kerusakan mesin secara mendadak yang
dapat menganggu kelancaran produksi. Periodic
Maintenance biasanya dilakukan dalam harian, mingguan,
bulanan ataupun tahunan.
b. Predictive Maintenance (Perawatan Prediktif)
Predictive Maintenance adalah perawatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan sebelum terjadi
kerusakan total. Predictive Maintenance ini akan
memprediksi kapan akan terjadinya kerusakan pada
komponen tertentu pada mesin dengan cara melakukan
analisa trend perilaku mesin/peralatan kerja. Berbeda
dengan Periodic maintenance yang dilakukan berdasarkan
waktu (Time Based), Predictive Maintenance lebih
menitikberatkan pada Kondisi Mesin (Condition Based).
3. Corrective Maintenance (Perawatan Korektif)
Corrective Maintenance adalah Perawatan yang
dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyebab
kerusakan dan kemudian memperbaikinya sehingga Mesin
atau peralatan Produksi dapat beroperasi normal kembali.
Corrective Maintenance biasanya dilakukan pada mesin
atau peralatan produksi yang sedang beroperasi secara
abnormal (Mesin masih dapat beroperasi tetapi tidak
optimal).
Jenis-jenis Perawatan atau Maintenance diatas perlu
dipelajari dan diketahui dalam menerapkan Total
Productive Maintenance (TPM). Untuk mengukur kinerja
43

Mesin, kita dapat menghitungnya dengan rumus OEE


(Overall Equipment Effectiveness).
c. Tujuan Maintenance (Perawatan/Pemeliharaan)
Tujuan-tujuan melakukan maintenance diantaranya adalah :
a. Mesin dapat menghasilkan Output sesuai dengan kebutuhan
yang direncanakan.
b. Kualitas produk yang dihasilkan oleh Mesin dapat terjaga dan
sesuai dengan harapan.
c. Mencegah terjadinya kerusakan berat yang memerlukan biaya
perbaikan yang lebih tinggi.
d. Untuk menjamin keselamatan tenaga kerja yang
menggunakan mesin yang bersangkutan.
e. Tingkat Ketersediaan Mesin yang maksimum (berkurangnya
downtime)
f. Dapat memperpanjang masa pakai mesin atau peralatan
kerja.
44

3.13. Diagram Alir


45

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


Pada Kerja Praktek (KP) ini penulis melakukan Pemeliharaan, dan
Perbaikan pada Worm Screw Press jenis LAJU P-15 Pada PKS PTPN
VII Unit Bekri. Pada Mesin Screw Press ini dilakukan Pemeliharaan, dan
Perbaikan agar Screw Press ini tidak mengalami kerusakan yang cepat.
Screw Press ini berfungsi sebagai pemisah antara minyak dan daging
buah (biji buah). Mekanisme pengempaan pada worm screw press terbagi
atas tiga bagian, yaitu: seksi pengisian (feed scetion), seksi pemadatan
(ram scetion) dan seksi penyumbatan (plug section). Pada bagian plug
section akan mengalami proses penekan yang paling besar oleh karena
adanya tahanan lawan yang diberikan oleh konus, dapat dilihat pada
gambar 4.1

Gambar 4.1 Mekanisme pembagian


pengempaan
46

Skema tersebut menjelaskan seluruh bagian pemrosesan kelapa


sawit ada di pabrik kelapa sawit mulai dari buah sawit yang masuk
hingga menjadi CPO.

Gambar 4.2 Skema diagram pada stasiun press di PTPN VII Unit
Bekri.

4.2 Pemeliharaan Perbaikan (Repair Maintenance) pada Komponen


Screw Press

Adapun pemeliharaan yang dilakukan pada Screw Press LAJU


P-15 di PKS PTPN VII Unit Bekri adalah sebagai berikut:
A. Pemeliharaan Harian
a. Pembersian bagian luar mesin.
b. Pengecekan baut.
c. Pertahankan oli level minyak pelumas, hindari kebocoran.
d. Periksa/ hindarai kebocoran-kebocoran.
e. Penambahan Grease pada Lubrican Tube.
B. Pemeliharaan Mingguan
a. Periksa/ hindari kebocoran-kebocoran.
47

b. Pelumasan Chain Sprocket.


c. Corong pintu Degister di lumasi.
d. Bersihkan bagian luar dan dalam.
e. Periksa L/ R Lock Nut.
f. Periksa Packing pada Frame.
C. Pemeliharaan Bulanan
a. Periksa Oil Seal Thrust Bearing.
b. Periksa Thrust Bearing.
c. Periksa bushing-bushing main Shaft.
d. Periksa main Shaft.
e. Periksa Intermediate Gear/Spie.
f. Perhatikan ulir pada End Shaft.
g. Periksa dimensi pada Worm Screw L/ R.
h. Periksa performasi pada (control diameter lobang dan
ketebalan plat).
i. Periksa Press Cage (control diameter lobang dan ketebalan
plat).
D. Pemeliharaan Tahunan
a. Ganti oli level minyak pelumas setiap 450 jam kerja.
b. Ganti/cuci Greasa pada Lubricant Tube setiap 450 jam kerja.
c. Ganti Bearing setiap 7500 jam kerja.
d. Ganti Dismathing Palt setiap 15000 jam kerja.
e. Overhoul Centilevel setiap 15000 jam kerja.
E. Perawatan Grease Bearing dan Pelumasan Gear Box mesin Screw
Press laju p-15 berkala.
Data: Dari manual book didapati mesin Screw Press laju p-
15 menggunakan pelumas dengan SAE 20W50 API SG/CD dan
dilakukan pergantian pelumas dalam 450 jam kerja mesin tersebut.
Dari penggunaan mesin tersebut terdapat data sebagai berikut :
a. Januari 2021
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
48

Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam
jam
1/8 2/7
3/- 4/8 5/9 6/8 7/8 8/7 9/8
10/- 11/8 12/8 13/7 14/8 15/8 16/8
17/- 18/7 19/8 20/8 21/- 22/9 23/7
ganti
24/- 25/8 26/8 27/8 28/8 29/7 30/7
31/-
Terhitung dibulan januari telah terjadi pergantian pada hari kamis
21 januari 2021 dan selanjutnya terhitung jam kerja dari hari jumat
22 januari 2021. Total jam kerja : 195 jam kerja.
b. Februari 2021
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Tgl/ Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/
jam jam
1/8 2/7 3/8 4/8 5/8 6/8
7/- 8/8 9/8 10/7 11/9 12/8 13/7
14/- 15/8 16/8 17/7 18/7 19/8 20/8
21/- 22/8 23/8 24/7 25/7 26/8 27/8
28/-
Total jam kerja mesin pada bulan Februari : 186 jam kerja.
c. Maret 2021
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Tgl/ Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/ jam Tgl/
jam jam
1/8 2/7 3/8 4/6 5/8 6/8
7/- 8/6 9/7 10/7 11/8 12/7 13/8
14/- 15/7 16/7 17/8 18/8 19/9 20/7
21/- 22/6 23/7 24/8 25/9 26/6 27/7
28/- 29/8 30/8 31/ganti
49

Total jam kerja mesin pada bulan maret : 202 jam kerja
Dari data diatas tersebut maka harus dilakukan pergantian minyak
pelumas mesin pada hari Rabu 31 Maret 2021 atau450 jam kerja.

4.2.1 Pemeliharaan Pada Komponen Screw Press

Adapun pemeliharaan dan penggantian yang dilakukan pada


Screw Press LAJU P-15 di PKS PTPN VII Unit Bekri hanya beberapa
item saja yaitu sebagai berikut:
a. Pemeliharaan Pada Bearing
Bearing (bantalan) adalah suatu komponen yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu elemen pada sebuah mesin. Pada
mesin Press PKS PTPN VII Unit Bekri, Bearing dilakukan
Pemeliharaannya setiap hari, yakni dengan memberikan
pelumas (Grease) pada setiap Bearing (bantalan) yang berada
pada mesin Press tersebut. Pelumasan ini dilakukan pada saat
mesin tidak bekerja.
b. Pemeliharaan Hidrolik Cylinder.
Hidrolik ini adalah Pemeliharaan yang sangat mudah

tetapi sedikit rumit. Pemeliharaan ini hanya pembersihan pada


selang-selang aliran hidrolik ke Screw Press, pengecekan
Sell hidrolik yang sudah tidak layak digunakan lagi.
Gambar 4.3 Hidrolik Cylinder.
c. Pemeliharaan V-belt
50

Perawatan V-belt ini adalah perawatan yang sangat mudah


sekali, pemeliharaannya ini hanya melakukan pengecekan
ketegangan V-belt dan melakukan sedikit pelumasan pada V-
belt yang agak mulai aus yakni dengan memberikan sedikit
Grease pada permukaan V-belt yang bergesekan.

Gambar 4.4 V-belt


d. Pemeliharaan pada Strainer (Pelat Saringan Minyak)
Perawatan ini dilakukan dengan cara membongkar corong
mesin pengaduk, perawatannya sendiri adalah dengan cara
membuka dan membersihkan lubang-lubang saringan yang
mengalami penyumbatan yang disebabkan oleh pecahan
dari cangkah buah sawit yang terlalu kecil. Penggantian
sendiri dilakukan apabila lubang-lubang saringan tersebut
sudah mengalami penyumbatan yang sangat besar dan
tidak dapat diakukan Pembersihan lagi, penggatian
51

Gambar 4.5 Strainer (Pelat Saringan Minyak)


e. Pemeliharaan Worm Screw
Setelah diketahui masalah yang terjadi dan penyebab
permasalahannya serta perbaikan sementara yang telah
dikerjakan pada Worm Screw Press, diharapkan adanya solusi
permasalahan atau pemecahan masalah supaya kedepannya
masalah tersebut dapat diminimalkan. Baik itu meminimalkan
sumber daya Workshop maupun biaya pemeliharaan
berkelanjutan. Demi tercapainya efektikitas dan efisiensin
proses produksi pabrik.
Hal ini sesuai dengan sistem perawatan korektif. Salah satu
langkah korektif adalah Proses Perbaikan (Rebuild) Worm
Screw.Langkah pengerjaannya adalah, Setelah Worm
Screw dikeluarkan dari unit mesin Screw Press, mekanik
Workshop mengerjakan perbaikan sementara terhadap Worm
Screw Press yang sudah aus tersebut, menunggu kedatangan
worm Screw Press yang baru.

f. Perbaikan Worm Screw Press.


Karena keausan yang terjadi pada worm screw press di
pabrik PTPN VII Unit Bekri tidak sesuai dengan rekomendasi
52

waktu pemakaian dari pabrik pembuatannya membuat jadwal


pembelian spare part atau worm screw press baru menjadi
tidak stabil. Hal ini dapat membuat terganggunya proses
produksi pabrik karena kerusakan atau keausan pada worm
screw press tidak dapat diperkirakan. Hal ini membuat bagian
teknik, terkhusus bengkel reparasi mengerjakan perbaikan
sementara terhadap worm screw press yang sudah aus
tersebut, menunggu kedatangan worm screw press yang baru.
Adapun perbaikan yang dikerjakan oleh karyawan bengkel
adalah mengelas (menambah ketebalan/ Rebuild) yang
dikerjakan pada permukaan worm screw press yang
mengalami keausan paling besar, yaitu pada ulir terluar
dengan menggunakan las listrik. Penambahan ketebalan
worm screw press dengan metode pengelasan listrik ini hanya
dikerjakan pada bagian ulir terdepan saja.
Karena ulir ini yang mengalami keausan terbesar, tidak
pada keseluruhan ulir. Hasil worm screw press setelah
mengalami perbaikan penambahan ketebalan oleh bengkel
reparasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.6 hasil perbaikan/ reparasi Worm Screw Press


Penambahan ketebalan Worm Screw Press dengan metode
pengelasan 2 tahap, yaitu pertama di lakukan dengan kawat
las biasa. (Mashuri.2017.Personal Interview. 30 November
2017). Kedua di lakukan menggunakan kawat las dengan nilai
kekerasan yang tinggi. pada bagian ini elektroda yang di
53

gunakan pada pengelasan adalah elektroda merek


KRIPTONIUM jenis AWS A5.1 E6013. Elektroda jenis ini
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Ukuran elektroda : 4 mm × 400 mm
2. Arus yang digunakan : AC/ DC dengan daya 120-190
Ampere
3. Kekerasan : 60 ksi / 414 MPa
4. Lapisan : 6 pass/ lapisan
0
5. Suhu : suhu kerja bisa mencapai 620 Celcius
6. Posisi pengelasan : untuk semua posisi
7. Kegunaannya untuk besi cor.
Penambahan ketebalan Worm Screw Press berkisar 2-3
mm. Berdasarkan buku perawatan PKS PTPN VII Unit Bekri,
bahwa Worm Screw Press setelah dilakukan perbaikan dapat
bertahan untuk jangka waktu hampir setengah dari masa pakai
Worm Screw Press baru dari pabrikan pembuatan Worm Screw
atau sekitar 600 - 700 jam dan jika hasil pengelasannya bagus
maka umur pemakaian Worm Screw ini bisa mencapai 600 jam
pemakaian, dan dalam satu Screw bisa dilakukan dua kali
Repair dan dalam satu kali Repair ini menghabiskan biaya
sekitar Rp. 1.500.000, dan ini sudah lumayan membantu
untuk menekan biaya produksi jika di bandingkan dengan
harga Worm Screw yang baru. Data-data dari hasil survei
mesin Screw Press pada PKS PTPN VII Unit Bekri
ditabulasikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Spesifikasi Mesin Screw Press LAJU P-15
No Uraian Data Keterangan
1 Mesin Screw Press LAJU P-
2 Type 15Horizontal Double
3 Kapasitas (q) 15 Ton/jam
4 Tekanan cone (p) 40-60 Bar
54

5 Putaran poros 9-11 Rpm


6 Input siklus Continous
7 Panjang mesin 4585
8 Lebar Mesin mm
1490
9 Tinggi Mesin mm
1075
10 Berat Mesin mm
6500 Kg
Sumber: screw press catalogue RRCS-2B

Gambar 4.7 Peristilahan Screw Press


Tabel 4.2 Dimensi Worm Screw Press LAJU P-15
No Uraian Keterangan Satuan
1 Pitch (p) 220 Mm
2 Diameter (d) 305 Mm
3 Diameter poros (Dr) 110 Mm
4 Diameter rata-rata (dm) 158 Mm
5 Tebal screw (b) 40 Mm
6 Diameter rongga poros (dr) 45 Mm
7 Tinggi screw (h) 90 Mm
8 Berat Worm Screw (W) 100 Kg
9 Jumlah Ulir 4,5 Ulir
10 Clereance 2-3 Mm
Sumber: screw press catalogue RRCS-2B
55

Tabel 4.3 Sifat Fisis dan Mekanis material Cast Iron.


No Sifat Fisik Nilai Satuan
1 Modulus Elastisitas (E) 124 GPa
2 Kuat Tarik 276 MPa
3 Density 0,0076 Kg/m³
4 Yield Strenght 600 N/mm²
5 Ultimate Tensile Streght 950 N/mm²
6 Thermal conductivity 53,3 W/m.K
7 Thermal Expansion Coefficient 9,0x10¯⁶
8 Specific Heat 490 J/kg.K
Sumber: screw press catalogue RRCS-2B

4.2.2 Spesifikasi Grease Bearing dan Pelumasan Gear Box Pada


Jam Kerja Mesin Screw Press P-15
Pada spesifikasi teknis mesin diperoleh penggantian oli/ minyak
pelumas setiap 450 jam kerja.
Dari perhitungannya didapat hasil:
1. Januari 2021 : 195 jam kerja.
2. Februari 2021 : 186 jam kerja.
3. Maret : 202 jam kerja.
Dari hal diatas maka rekomendasi dalam penggantian minyak
pelumas mesin setiap 450 jam kerja/ atau 10 minggu. Dengan jenis
pelumas Shell SAE 20W50, API SG/CD.
56

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemeliharaan dan
perbaikan pada mesin Screw Press LAJU P-15 adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan dapat di lakukan dengan Langkah korektif pada
Screw, dengan cara metode pengelasan yaitu menambah
ketebalan Worm Screw sampai memiliki nialai clereance 2-3 mm
pada permukaan Screw tergantung pada ketebalan standart
seperti Screw yang baru.
2. Material worm screw kapasitas 15 Ton tersebut adalah cast Iron,
sehingga memiliki komposisi kandungan karbon sebesar antara (C)
3-3,5 % dan Silikon (Si) 1,8-2,4 % dan memiliki titik lebur mencapai
1150°C-1200°.
3. Untuk penggantian Grease dan Pelumas dapat dilakukan sesuai
dengan perbaikan berkala yaitu selama 450 jam kerja, dan
menggunakan spesifikasi Pelumas jenis Shell SAE 20W50, API
SG/CD.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari pemeliharaan dan perbaikan pada
mesin Screw Press LAJU P-15 adalah sebagai berikut:
1. Pemberian tekanan ideal untuk pengolahan adalah kisaran 40-60
bar, untuk mendapatkan efesiensi yang baik untuk pengurangan Oil
Losses, Kernel Losses, dan keausan Worm Screw.
2. Sebaiknya sebelum dilakukanya pengelasanya dilakukan
pembersihan Worm Screw dan pemanasan daerah Worm Screw,
agar tidak adanya kegagalan ataupun permasalah yang
diakibatkan pengelasan tanpa pemanasan.
3. Setelah dilakukanya Recondisi pada Screw Press sebaiknya
dilakukan pengecekan ulang terhadap dimensi dari Screw Press itu
57

sendiri seperti pengecekan kerataan pada permukaan Screw, jika


ada yang berlebih sebaiknya dilakukan penggerindaan, agar
batang Worm Screw Press tersebut dimensinya sama seperti yang
baru.
58

DAFTAR PUSTAKA

“The Wear Of Metal Under Unlubricated Conditions”.

Proceedings Of The Royal Society. A-236: 397-410. Archard,J.F.

and Hirst, W. (1956).

Teknik Manajemen Pemeliharaan, Alih Bahasa, Kusnul

Hadi.Erlangga. Jakarta. Corder, A.S. 1992.

Maintainability, Maintenance, and Reliability for Engineers.

Taylor & Francis Group LLC. New York. Dhillon, B.S. 2006.

Maintenance Fundamentals. 2nd ed. Elsevier Butterworth-

Heinemann. United States of America. Mobley, R. Keith. 2004.

Membaca Kode Kawat las (SMAW) S Bandaso, Zuingli. 2011.

Anda mungkin juga menyukai