PENDAHULUAN
1.1. Sejarah dan Perkembangan Pabrik
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. didirikan pada tanggal 14 November
1974. Dimana perusahan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. ini berdiri atas
patungan antara PT. Semen Padang dan PT. Semen Gresik. Pada Tahun 1978
pemerintah Republik Indonesia memberikan penyertaan modal yang merubah
status hukum
susunan modal
Pemerintah RI (88%), PT. Semen Gresik (7%), dan PT. Semen Padang (5%).
Pada tahun 1978 dimulai pembangunan fisik di tiga lokasi yaitu Baturaja,
Palembang dan Pajang pembangunan ini selesai akhir tahun 1980.
Namun pada tahun 1991 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3
tahun 1991, terjadi pengambilalihan saham-saham yang dimiliki oleh PT.
Semen Gresik dan PT. Semen Padang oleh Pemerintah RI sehingga susunan
modal PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. mengalami perubahan menjadi
sepenuhnya dikuasai Pemerintah RI (100%). PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk. diresmikan pada tanggal 29 April 1981 oleh Presiden Republik
Indonesia dan baru beroperasi secara komersial pada tanggal 1 Juni 1981.
Saat itu produk yang dihasilkan adalah semen portland tipe I (SNI-15-20491994) dengan kapasitas produksi 500.000 ton semen per tahun.
Untuk mengembangkan produksi, proyek Optimasi-I dimulai 11 Juli
1992 s.d. akhir Maret 1994 secara swakelola yang dititik beratkan pada
peningkatan kapasitas produksi semen dari 500.000 ton per tahun menjadi
550.000 ton per tahun. Di tahun-tahun selanjutnya, kebutuhan semen kian
meningkat seiring pesatnya pertumbuhan pembangunan. Untuk memenuhi
permintaan pasar, proyek Optimasi-II dilakukan dan pada tanggal 1 Oktober
1996 s.d. Desember 2010. Pada proyek ini kapasitas produksi semen
ditingkatkan menjadi 1.250.000 ton semen per tahun. Pada bulan Juni 2013,
mulai melakukan Go public (IPO), dengan menggunakan dana pemerintah
sebesar 76,24 % dan 23,76 % dana publik. Kemudian, pada awal Juli 2013
dilakukan proyek Cement Mill dan Packer di pabrik Baturaja dengan
| EVALUASI KINERJA JET PULSE FILTER Z1P121 DI CEMENT
MILL 1
menambah kapasitas produksi semen sebanyak 800.000 ton per tahun. Untuk
lebih jelasnya, sejarah dan perkembangan pabrik dapat dilihat pada gambar 1
berikut ini.
PT.SEMEN BATURAJA
Didirikan tanggal 14 November 1974
Perusahaan Patungan antara PT. Semen Padang dan PT. Semen Gresik
2.
3.
Mulai Juli 2013, Proyek Cement Mill & Packer Di Pabrik Baturaja
Menambah Kapasitas Produksi Cement 800.000 tpy
Semen Portland Tipe I (OPC-I) SNI 15-2049-2004 dan Semen Portland Komposit
(PCC) SNI 15-7064-2004, dengan lokasi pabrik di Baturaja, Palembang dan
Panjang. Pusat Produksi terletak di Baturaja yaitu produksi terak, dengan
mempertimbangkan bahwa lokasi ini sangat cocok dan menguntungkan karena
beberapa hal sebagai berikut:
1. Hanya berjarak kurang lebih 90 km dari kota Tanjung Enim, dimana terdapat
tambang batubara milik PT. Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. yang mana
batubara menjadi bahan bakar utama pabrik baturaja.
2. Terdapat banyaknya cadangan batu kapur di lokasi daerah Pusar, yang terletak
lebih kurang 3 km dari pusat kota Baturaja.
Mengingat bahwa pasar utama yang direncanakan adalah daerah Sumatera
Selatan dan Lampung, tetapi bahan baku utama terdapat di Baturaja (OKU), serta
fasilitas angkutan yang memungkinkan pada saat itu hanya kereta api, maka
proses penggilingan dan pengantongan semen selain dilaksanakan di Pabrik
Baturaja sendiri juga dilaksanakan di Pabrik Palembang dan Panjang.
1. Pabrik Baturaja
Adapun lokasi pabrik di Baturaja terletak di daerah sukajadi, Kecamatan
Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan.
Pemilihan lokasi di daerah ini karena memiliki bahan baku utama yang berupa
batu kapur dan tanah liat yang mencukupi untuk pabrik pembuatan semen.
Unit pembuatan terak (Clinker Plant Unit) di Desa Sukajadi Baturaja,
dengan kapasitas produksi 1.200.000 ton terak/tahun dengan batubara sebagai
bahan bakar utama reaksi pembentukan terak dan sumber listrik berasal dari PLN
dan dilengkapi dengan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD).Luas areal pabrik ini
adalah 5.403.141 m2.
Pabrik Panjang
Pabrik Baturaja
Produksi
Terak,
Penggilingan
Pengantongan Semen
mampu mengantisipasi kebutuhan organisasi yang lebih baik dan kinerja yang
lebih efisien dalam mencapai target dan tujuan Perusahaan.
Dengan mempertahankan dan menerapkan manajemen yang berdasarkan
pada sertifikat ISO 9002, struktur organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
dalam waktu singkat dapat berubah setiap saat. Cara ini diterapkan untuk mencari
bentuk organisasi yang sesuai dan efisien serta mencari karyawan yang benarbenar qualified, karena karyawan yang tidak mampu akan tersingkir dengan
sendirinya. Dimulai dari penetapan kebijakan terbentuk visi dan misi perusahaan
kemudian diciptakanlah struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Struktur organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk yaitu berbentuk
hierarki fungsional dengan design struktur birokrasi, dimana pekerjaan dibagibagi sesuai dengan spesialisasi kerjanya, dan dikelompokkan sesuai dengan
fungsi-fungsinya sehingga tugas yang sama dapat dikoordinasikan. Struktur
organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Gambar 2.2 Diagram struktur organisasi induk PT. Semen Baturaja (Persero)Tbk.
Biro Distribusi& Transport
Departemen
Keuangan
Biro Penjualan
Direktur
Keuangan
Biro Pemasaran
Biro P2A
Departemen
Logistik
Biro A2K
Biro Akuntansi
Biro ICT
Departeme
n SDM dan
Umum
Biro Pengadaan
Biro SDM
Direktur Produksi
dan pengembangan
Biro Umum
Departemen
Operasi
Biro KBL
Biro PabrikPanjang
Biro PTP
Biro PemeliharaanMesin
Departemen
Litbang
Biro Produksi II
Biro Produksi I
Biro PBM
Tim PersiapanPabrikBaru
Biro PUM
Pembangunan
CMP
Biro RBP
Departemen
SPI
Ka. BidangTeknik
Sekretaris
Perusahaa
n
Auditor
Direktur Utama
Direktur
Pemasaran
Departemen
Pemasaran
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memiliki satu Direktur Utama yang
membawahi empat Direksi,yaitu :
1.
2.
Direktur Keuangan
3.
4.
Direktur Pemasaran
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memiliki 8 Departemen, sebagai berikut
:
1.
Sekretaris Perusahaan
2.
Departemen SPI
3.
4.
Departemen Operasi
5.
Departemen Litbang
6.
Departemen Logistik
7.
Departemen Keuangan
8.
Departemen Pemasaran
Sejak tanggal 2 Oktober 2012, terjadi penggantian lima direksi yaitu:
1.
Direktur Utama
2.
3.
Direktur Pemasaran
4.
5.
Direktur Keuangan
suatu unit kerja. Unit kerja yang akan dibahas pada bagian ini adalah pada level
departemen dan Biro. Dibawah ini merupakan penejelasan mengenai fungsi unit
kerja yang terdapat pada PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.
1.
a.
Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan mengarahkan dan mengendalikan seluruh kegiatan unit
kerja Sekretaris Perusahaan yang meliputi:
-
Menjamin kesesuaian kegiatan operasional perusahaan dengan peraturanperaturan yang berlaku di pasar modal;
b.
c.
2.
a.
b.
Lead Auditor
Lead Auditor merencanakan, mengendalikan dan mengkoordinir kegiatan
operasional
3.
a.
serta
mengkoordinasikan
kebijakan
pokok
dan
kegiatan
operasional
Departemen Litbang sesuai dengan misi dan tujuan perusahaan yang meliputi:
b.
c.
d.
Biro PUM
Biro
PUM
merencanakan,
melaksanakan,
mengendalikan
serta
e.
Bagian K3 & LH
Bagian K3 & LH merencanakan, mengendalikan dan mengkoordinasikan
4.
a.
dan efektif dalam rangka mengelola logistik perusahaan sehingga sesuai dengan
kebijakan, prosedur, sasaran, tujuan, rencana dan anggaran untuk mendukung
kegiatan perusahaan dan melakukan koordinasi dengan Departemen terkait agar
operasional logistik efektif dan efisien serta bertanggung jawab atas pembinaan
personil di lingkungan unit kerjanya.
b.
Biro Pengadaan
Biro pengadaan membuat perencanaan, melaksanakan, mengendalikan
c.
2.
a.
b.
PBM
merencanakan,
melaksanakan,
mengendalikan
serta
Biro Produksi I
Biro Produksi I merencanakan, melaksanakan, mengendalikan serta
d.
Biro Produksi II
Biro Produksi II merencanakan, melaksanakan, mengendalikan serta
Penggilingan semen;
Pengantongan semen;
Kegiatan loading/unloading;
e.
Perencanaan
Teknik
Pabrik
merencanakan,
melaksanakan,
Pemeliharaan
melaksanakan,
Listrik,
mengendalikan
serta
Instrument
&
Utility
mengkoordinasikan
merencanakan,
semua
aktivitas
a.
dan efisien serta bertanggung jawab atas pembinaan personil di lingkungan unit
kerjanya.
4.
a.
SDM
&
Umum
merencanakan,
melaksanakan,
b.
Biro SDM
Biro SDM membuat perencanaan, mengendalikan, mengkoordinasikan
Tinjauan organisasi;
c.
Biro Umum
Biro
Umum
merencanakan,
melaksanakan,
mengendalikan
serta
Administrasi umum;
Administrasi inventaris;
Rumga;
Pekerjaan umum;
d.
Bagian Keamanan
Bagian Kemananan merencanakan, melaksanakan, mengendalikan serta
Biro KBL
Biro
KBL
merencanakan,
melaksanakan,
mengendalikan
serta
Penyusunan anggaran;
Verifikasi atas penerimaan & pengeluaran dana persetujuan kontrakkontrak Kemitraan dan Bina Lingkungan;
Perwakilan
Jakarta
merencanakan,
melaksanakan
dan
Fungsi Personalia;
5.
a.
Departemen Keuangan
Departemen
Keuangan
mengkoordinasikan,
mengarahkan,
dan
Biro Akuntansi
mengendalikan
serta
mengkoordinir
semua
kegiatan
anggaran
meliputi
Keuangan
Baturaja
melaksanakan,
mengendalikan
serta
Keuangan
Panjang
melaksanakan,
mengendalikan
serta
a.
Departemen Pemasaran
Departemen Pemasaran merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan
b.
Biro Pemasaran
Biro Pemasaran merencanakan, melaksanakan, mengendalikan serta
peluang pemasaran;
informasi pasar;
situasi pasar;
pangsa pasar dan menyiapkan kontrak jual beli semen dan penyaluran
semen ke distributor;
c.
Spare part mesin pabrik (Terak, semen, gypsum, BBM, spare part dan lainlain) yang dikirim menggunakan jasa angkutan darat (KA, mobil),
angkutan sungai/laut (kapal, tongkang);
Departemen Operasi
Biro Produksi II
1.4.
Pemasaran
Pemasaran semen tidak secara langsung dilakukan oleh PT. Semen Baturaja
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Banten
Bengkulu
Jawa Barat/DKI Jakarta
Jambi
Lampung
Sumatera Selatan
Untuk meningkatkan kegiatan usaha dan niaga PT. Semen Baturaja
semen yang
mempunyai sumber utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit senyawa besi.
Tanah liat memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan secara umum mempunyai warna
cokelat kemerah merahan serta tidak larut dalam air.
Tabel 2. dibawah ini merupakan sifat sifat fisik dan kimia dari limestone dan
clay :
1
2
3
4
5
6
Rumus kimia
CaCO3
Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O
Berat molekul
100,09 g/gmol
796,40 g/gmol
Densitas
2,71 g/ml
2,9 g/ml
Titik leleh
1339 oC
Warna
Kelarutan
Larut
dalam
air,
asam
NH4Cl
alat kontrol otomatis. Prehomogenisasi yang dilengkapi dengan alat kontrol otomatis
akan mempermudah untuk melakukan koreksi dan kontrol sehingga fluktuasi komposisi
bahan dapat dikurangi. Seperti proses homogenisasi yang terjadi di dalam CF Silo yang
digambarkan dalam grafik di bawah ini.
2)
Kehalusan Umpan
Semakin halus umpan kiln yang diumpankan, maka bahan bakar yang digunakan
untuk membakar umpan tersebut akan semakin sedikit. Pengawasan yang terus-menerus
terhadap umpan kiln dapat dipakai sebagai patokan untuk penghematan bahan bakar yang
digunakan. Umpan yang lebih halus akan mempertinggi tingkat kereaktifan bahan.
3)
Panas Hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga pada saat proses
hidrasi berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas. Panas hidrasi dari masing
masing komponen penyusun semen dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3. Panas Hidrasi komponen Penyusun Semen
No
1
2
3
4
Komponen
C 3S
C 2S
C3A
C4AF
Dari tabel atas menunjukkan bahwa semen yang kaya akan C 3S dan C3A
mempunyai panas hidrasi yang tinggi, atau sebaliknya. Berdasarkan pengalaman, panas
hidrasi dapat dihitung dari panas hidrasi masing masing komponen penyusun dengan
menggunakan persamaan :
Qh = a(C3S)+b(C2S)+c(C3A)+d(C4AF)
Dengan :
Qh
a,b,c,d
(C3S)
(C2S)
(C3A)
(C4AF)
proses hidrasi berlangsung adalah C3S dan C3A. Oleh karena itu untuk menghasilkan
semen dengan panas hidrasi rendah diperlukan klinker dengan kandungan C3S dan C3A
yang rendah pula.
4)
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun, terutama
oleh kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya sampai umur 28
hari), didominasi oleh hidrasi C 3S yang didukung oleh C3A. Untuk C2S dan C4AF akan
memberikan kontribusi terhadap kuat tekan untuk umur yang lebih lama. Selain itu yang
mempengaruhi
pengembangan
kuat
tekan
adalah
kehalusan
semen
terhadap
= kuat tekan
a,b,c,....
5)
Shrinkage ( Pengerutan )
Pengaruh komposisi kimia semen terhadap shrinkage tidak diketahui secara pasti.
Gonnerman menemukan C3S dan C2S mempunyai tingkat pengaruh yang sama terhadap
terjadinya peristiwa shrinkage, sedangkan menurut Roper, naiknya kandungan C 3A akan
mengakibatkan shrinkage menjadi lebih besar. Pengaruh C 3A terhadap shrinkage ini
dipengaruhi oleh besarnya kadar gypsum dalam semen, dengan kata lain semen yang
mempunyai kandungan C3A sama akan mengakibatkan shrinkage yang berbeda bila
kandungan gypsumnya berbeda.
Untuk pengaruh dari elemen yang lain dalam semen seperti kehalusan, distribusi
ukuran partikel, dan lain lainnya diketahui secara pasti.
6)
Salah satu hal penting dalam penggunaan semen dalam struktur beton adalah
ketahanan terhadap sulfat. Komponen penyusun semen yang mempengaruhi terhadap
ketahanan terhadap sulfat adalah C 3A. Pada saat terjadi proses hidrasi semen, C 3A akan
bereaksi dengan sulfat dan air membentuk ettringite. Ettringite ini mempunyai volume
yang lebih besar dibandingkan volume komponen penyusunnya sehingga bila berlebihan
mengakibatkan terjadinya ekspansi yang dapat menyebabkan kerusakan pada struktur
beton.
Pada proses hidrasi semen dihasilkan juga Ca(OH) 2 yang akan bereaksi dengan
sulfat yang menghasilkan kalsium alumina hidrat. Reaksi ini juga mengakibatkan
pengembangan volume.
Reaksi pembentukan calsium alumina hidrat dan ettringite adalah sebagai
berikut :
Ca(OH)2 + (SO4)2- + 2H2O
CaSO4.2H2O + 2NaOH
3CaSO4.2H2O + 4CaO.Al2O3.19H2O
3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O + Ca(OH)2Ettringitt
Ettringitte juga terbentuk sebagai hasil reaksi antara C 4AF dengan sulfat, tetapi
lebih kecil bila dibandingkan dengan C 3A. Dari uraian diatas, maka semen yang tahan
terhadap sulfat (semen type V) kandungan C3A-nya dibatasi maksimum 5 %.
7)
Soundness
Meskipun demikian, CaO bebas akan bereaksi dengan cepat pada saat air ditambahkan ke
dalam semen dan volume akhir reaksi lebih besar bila di bandingkan sebelum reaksi.
c) MgO bebas + H2O
Efek adanya MgO bebas dan reaksi yang terjadi sama dengan efek adanya CaO
bebas, tetapi pada reaksi MgO bebas ini dihasilkan volume yang jauh lebih besar bila
dibandingkan reaksi CaO bebas.
Penentuan nilai Soundness semen dapat dilakukan dengan mengukur ekspansi
pada autoclave, Past test atau metode Le Chatelier.
8)
Waktu pengikatan
Waktu pengikatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh pasta semen dari mulai di
tambahkan air sampai didapatkan semen yang keras dan tidak dapat di bentuk lagi.
Periode waktu pengikatan ini dapat dibagi menjadi 4 yaitu dormant periode, initial set
(pengikatan awal), final set (pengikatan akhir), dan hardening (pengerasan).
Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal dan
dapat di bentuk (workable). Untuk beberapa saat sifat pasta tidak dapat berubah. Periode
ini dikenal dengan periode tidak aktif (dormant periode). Pada tahap selanjutnya, pasta
yang terbentuk menjadi semakin kaku hingga mencapai tingkat dimana pasta tetap lunak,
tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi.
Periode ini disebut inital set,sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkatan ini disebut initial setting time(waktu pengikatan awal). Selanjutnya pasta
menjadi semakin kaku menjadi semakin padatan yang keras dan etas (rigid). Tahap ini
disebut final set dan waktu yang di butuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebut final
settingtime (waktu pengikatan akhir). Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen
menjadi semakin keras dan kuat yang disebut dengan pengerasan atau hardening.
9)
Konsistensi
2) Insoluble Residue
Yaitu impuritis/zat pengotor yang tetap tinggal setelah semen tersebut direaksikan
dengan asam khlorida (HCl) dan natrium karbonat(Na 2CO3). Insoluble residue dibatasi
untuk mencegah tercampurnya semen Portland dengan bahan bahan alami lainnya yang
tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika
CaO
SiO2 + Al2O3 + Fe2O3
Batasan nilai HM adalah 1,7-2,3, pengaruh nilai HM terhadap proses dan kualitas
semen adalah sebagai berikut:
Pengaruh HM >2,3
kiln feed suklit dibakar, kebutuhan energi tinggi. Karakteristik semen yang dihasilkan
adalah mempunyai kadar CaO bebas cenderung tinggi, kuat tekan awal dan panas hidrasi
tinggi, tidak tahan terhadap senyawa asam dan stabilitas volume yang rendah.
Pengaruh HM <1,7
Batasan nilai LSF adalah 90-99 pengaruh nilai LSF terhadap proses dan kualitas
semen adalah sebagai berikut:
Pengaruh LSF > 99
Kiln feed sulit dibakar, kebutuhan energi tinggi.
Sulit membentuk coating, sehingga panas hidrasi yang hilang dari dinding tanur naik.
Temperatur gas keluar tanur naik
Kadar CaO bebas cenderung naik
Kadar C3S naik, sehingga kuat tekan awal dan panas hidrasi naik.
Batu bara yang tinggi.
Biasanya digunakan untuk mengantisipasi kadar abu dan komposisi kimia kadar
abu batu bara yang tinggi.
Pengaruh LSF <90
Kiln feed mudah dibakar, kebutuhan energi rendah.
Fase cair di burning zone berlebih, cenderung membentuk ring dan coating washing
Klinker berbentuk bola-bola dan sulit dingin.
Kadar CaO bebas rendah.
Kadar C3S turun dan kadar C2S naik secara proporsional.
Panas hidrasi semen cenderung rendah.
c) Silika Modulus (SM)
Silika modulus adalah nilai yang menunjukan perbandingan antara jumlah SiO 2
terhadap jumlah Fe2O3 dan Al2O3. Modulus silica (SM) dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini:
Batasan nilai SM adalah 1,9-3,2. Pengaruh nilai SM terhadap proses dan kualitas
semen sebagai berikut:
Pengaruh SM >3,2
Kiln feed sulit dibakar dan memerlukan energi tinggi.
Fase cair rendah, thermal load tinggi, terak dusty dan kadar CaO bebas cenderung
tinggi.
Sifat coating tidak stabil. Coating yang terbentuk tidak tahan terhadap thermal shock
sehingga radiasi dan dinding tanur tinggi.
Merusak bata tahan api.
Memperlambat pengerasan semen.
Kuat tekan semen cenderung tinggi.
Pengaruh SM < 1,9
Selalu membentuk ring.
Klinker terbentuk bola dan sulit dingin.
Waktu pengikatan semen pendek dan panas hidrasi naik.
Kuat tekan awal semen (3-7 hari) rendah.
Tanur tidak stabil, kebutuhan energi rendah.
Mudah dibakar, fase cair tinggi, dapat merusak bata tahan api.
IM = AM =
Batasan nilai IM/AM adalah 1,5-2,5, pengaruh nilai IM/AM terhadap proses dan
kualitas semen adalah sebagai berikut :
Pengaruh IM > 2,5
Kiln feed sulit dibakar.
Viskositas fase cair pada temperatur tetap akan naik.
Semen yang dihasilkan mempunyai kuat tekan awal tinggi, waktu pengikatan pendek,
panas hidrasi tinggi, ketahanan terhadap sulfur rendah.
Kadar C3A naik, C4AF turun,sedangkan C3S dan C2S rendah.
Pengaruh IM <1,5
Fase Cair mempunyai viskositas rendah.
Semen yang dihasilkan mempunyai ketahanan terhadap sulfat tinggi, kuat awal rendah
dan panas hidrasi rendah.
IM yang rendah dan tidak adanya SiO2 bebas dalam kiln feed menyebabkan terak
menjadi lengket dan membentuk bola bola besar.
Selain mengandung senyawa yang diperlakukan, kiln feed juga mengandung
senyawa yang tidak diinginkan. Kadar senyawa tersebut harus dibatasi sekecil mungkin.
Pembatasan ini dilakukan untuk menghindari gangguan yang dapat ditimbulkan oleh
senyawa tersebut,baik selama proses pembuatan semen maupun pada saat semen tersebut
digunakan.
Senyawa kimia yang terdapat dalam bahan baku dan yang diperlukan
adalah Oksida Kalsium (CaO), Oksida Silisium (SiO 2), Oksida Alumunium
(Al2O3) dan Oksida Besi (Fe2O3). Disamping senyawa-senyawa tersebut, terdapat
juga senyawa-senyawa lain yang keberadaannya tidak diinginkan dan harus
dibatasi, seperti Magnesium Oksida (MgO), Alkali, Klorida, Sulfur, dan Fosfor.
Berikut ini merupakan fungsi senyawa kimia dalam bahan baku
pembuatan semen, yaitu :
a. Oksida Kalsium (CaO)
Dalam proses pembuatan semen, Oksida Kalsium merupakan komponen
yang terbesar jumlahnya, dan akan bereaksi dengan Oksida Silikat, Alumunium
Silikat, Alumina, dan Oksida Besi dan membentuk senyawa mineral potensial
penyusun kekuatan dalam semen.
b. Oksida Silikat/ Silium (SiO2)
Oksida Silikat merupakan oksida komponen terbesar kedua setelah Oksida
Kalsium. Oksida ini juga sangat menentukan dalam pembentukan mineral
potensial. Oksida Silikat diperoleh dari penguraian dan dekomposisi mineralmineral Montmorilnit, Kaolinit, ataupun yang berasal dari tanah liat. Disamping
itu, Oksida Silikat dapat juga diperoleh dari batuan Pasir Silika (Silica Sand).
c. Oksida Alumunium/Alumina (Al2O3)
Oksida Alumunium bersama Oksida Kalsium membentuk Oksida Kalsium
Aluminta (C3A). Oksida Alumunium bersama dengan Oksida Besi dan Oksida Kalsium
dalam pembakaran di kiln akan membentuk senyawa Kalsium Alumina Ferrit (C 4AF).
Oksida alumunium sebagian besar diperoleh dari tanah liat. Oksida Alumina selain ikut
bagian dalam reaksi-reaksi pembentukan mineral potensial juga berperan untuk
menurunkan titik leleh (flix) pada proses pembakaran di kiln. Oksida Alumina ini juga
menentukan tingkat kekentalan lelehan hasil pembakaran di kiln dengan nilai berbanding
luru.
terutama berasal dari dolomite (CaCO3.MgCO3) dan dapat juga berasal dari blast
furnace slag yang mengandung MgO tinggi.
f. Oksida Belerang
Oksida belerang yang sebagian besar berasal dari bahan bakar dan
senyawa sulfur dari bahan mentah, akan sangat mengganggu proses pembakaran
di kiln. Oksida belerang pada suhu tinggi 1450 oC akan menguap dan akan
bereaksi dengan alkali membentuk senyawa alkali sulfat yang akan terkondensasi
atau mengembun pada suhu 1000 oC. SO2 berlebih akan bereaksi dengan CaO
membentuk CaSO4 yang akan menyebabkan kebuntuan pada daerah preheater
atau dalam istilah operasi bisa disebut dengan build up di inlet kiln, dan bisa
menyebabkan berhentinya operasi kiln.
g. Klorida
Klorida biasanya berasal dari tanah liat. Pada suhu pembakaran di buring
zone, klorida akan menguap dan akan mengembun membentuk coating yang juga
akan menyebabkan terjadinya bulid up. Apabila kandungan klorida dalam bahan
semen cukup tinggi dilakukan antisipasi dengan melengkapi kiln dengan systemby
pass untuk mengeluarkan secara periodik. Kandungan klorida dalam semen akan
menyebabkan karat pada besi beton.
h. Fluoride
Fluoride dalam bahan baku semen tidak begitu diperhatikan, karena
biasanya persentasenya sangat rendah, antara 0,03 0,08 % dan pada pembakaran
mudah menguap sehingga tidak mengganggu proses pembakaran.
i. Fosfor Oksida
Kandungan Fosfor Oksida dalam bahan baku sangat rendah. Oksida ini
dalam jumlah besar akan merugikan kualitas semen, karena akan menurunkan
kuat tekan semen, khususnya pada kuat tekan awal.
Struktur mineral bahan baku berpengaruh terhadap :
- Kekerasan : - Sifat Abrasi
- Kemampuan untuk dipecah
- Kemampuan untuk digiling
- Kadar Air : - Sifat plastis (plasticy)
- Sifat mudah lengket (stickness)
- Pemilihan proses pembuatan (basah, semi basah, semi kering, kering).
- Reaktifitas : - Sifat sifat pembakaran
Pembentukan Klinker
-
Sifat Semen
Mempengaruhi kekuatan semen
SiO2
Al2O3
Fe2O3
Tidak
terlalu
berpengaruh
pada
kekuatan awal
Sumber :PT. Semen Baturaja (Persero) (2012)
2.1.2
Rumus kimia
SiO2
Berat molekul
60,06 g/gmol
159,70 g/gmol
Densitas
1,32 g/ml
5,12 g/ml
Titik leleh
1710 oC
Titik didih
2230 oC
Warna
Coklat keputihan
Hitam
Kelarutan
2.1.3
klinker untuk memperbaiki sifat sifat tertentu dari semen yang dihasilkan. Bahan baku
tambahan yang biasa digunakan untuk mengatur waktu pengikatan semen adalah
Gypsum.
CaSO4. 2H2O
Berat molekul
172,17 g/gmol
Densitas
2,32 g/ml
Titik leleh
128 oC
Titik didih
163 oC
Warna
Putih
7
Kelarutan
Sumber : Perry, R. H, tahun 1989
Gypsum
2.2.1
3. Preheater
a. Cyclone preheater, digunakan untuk pemanasan awal dengan kapasitas
1700 ton/hari.
b. Cyclone preheater dengan precalsiner (secondary burner), digunakan
untuk calsinasi raw meal dengan kapasitas 2500 ton/hari.
Berikut table 7 merupakan spesifikasi dari preheater dan gambar 8.
Jenis suspension preheater dengan calsiner:
Tabel 7. Spesifikasi Preheater
Stage
Kiln string
Precalsiner String
Stage I
Stage II
Stage III
Stage IV
2 x 4,48 m diameter
1 x 6,00 m diameter
1 x 6,40 m diameter
2 x 6,40 m diameter
1 x 4,11 m diameter
1 x 6,11 m diameter
1 x 6,39 m diameter
1 x 6,53 m diameter
: 76 m
Diameter
: 4,5 m
Kapasitas
: 4300 ton/hari
Heat consumption
: 35,45 mm
Ketebalan Refractory
: 200 mm
Kiln Slope
: 0,03
75 ton semen/jam.
a. Electrostatic
precipitator,
untuk
menyaring
debu
secara
Uraian Proses
1.
Buldozer
Pompa listrik
Greader
Wheel loader
1. Clearing
Clearing adalah kegiatan pembersihan semak belukar maupunbongkahan
bongkahan batu yang berada di atas lokasi dan menghalangi penambangan. Tanah
humus di bagian atas lokasi dan menghalangi penambangan. Tanah humus di
bagian atas harus ditimbun pada tempat tertentu dan ditanami rumput agar tidak
terjadi erosi, sehingga kelak dapat dipakai sebagai reklamasi bekas bekas
penambangan.
2.
mempunyai ketebalan lebih kurang 4 meter dengan menggunakan alat gali Back
Hoe UH 20. Lapisan tanah selanjutnya digali dan dimuat ke dalam Dump Truck
HD 200 kemudian dibuang ke tempat pembuangan di sebelah tenggara front.
3. Drilling (Pengeboran)
Untuk penambangan batu kapur terlebih dahulu dilakukan pengeboran guna
pembuatan lubang ledak (Blast Hole). Jenis alat yang digunakan pada front penambangan
batu kapur ada tiga jenis yaitu :
Jack Hammer
Digunakan untuk bongkahan-bongkahan (Boulder) yang terdapat pada bagian
atas dari batu kapur untuk memudahkan operasi.
Wagon Drill dan Rotary Drill
Wagon Drill dan Rotary Drill digunakan bila permukaan batu kapur sudah cukup rata
dan dioperasikan untuk pembuatan lubang ledak. Geometri lubang ledak produksi PT.
Semen Baturaja (Persero) terdiri dari burden 2,5 meter, kedalaman lubang ledak bor
rata-rata 7 meter, posisi kemiringan lubang 80 o dan spacing 3 meter. Jika pengeboran
telah selesai, dilanjutkan dengan pengisian lubang ledak dengan bahan peledak.
4. Blasting (Peledakan)
Perlengkapan peledakan secara umum terbagi antara lain :
- Penggalak awal (Detonator listrik, sumbu ledak)
- Penggalak utama (primer, Booster)
- Penggalak nyala panas atau arus listrik (kabel listrik, sumbu bakar).
- Sumber nyala atau arus listrik (Blasting Machine).
Bahan peledak yang dipakai :
- Damotion 805
Bahan peledak dengan bentuk seperti dodol yang pekat dengan melarutkan
-
urutan pekerjaan yang dilakukan selama pengisian bahan peledak adalah sebagai
berikut :
- Mempersiapkan bahan peledak, detonator, listrik dan peralatan lain.
- Pengecekan kedalaman lubang.
- Mengontrol detonator dengan Ohm Meter.
- Memasukkan detonator ke dalam Damotin.
- Memasukkan primer bahan peledak ke dalam lubang.
- Memasukkanpekerjaan stemming (pemadatan lubang tambang).
- Menghubungkan detonator listrik sehingga menjadi rangkaian yang tersusun
-
baik.
Menguji rangkaian dengan alat Blasting Ohm Meter untuk mengetahui apakah
sudah sempurna.
Memberikan tanda sirine sebagai awal dimulainya peledakan.
5. Loading (Pemuatan)
Merupakan rangakaian kegiatan yang dilakukan untuk mengambil dan
memuat material ke dalam alat angkut. Alat muat yang dipakai antara lain :
Hydraullic Shovel, Back Hoe, Whell Loader. Setelah batu kapur digali dengan alat
muat lalu dimasukkan ke Dump Truck.
6. Hauling (Pengangkutan)
Merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut batu
kapur ke peralatan pemecah batu kapur. Alat angkut yang digunakan adalah
DumpTruck.
7. Crushing (Pemecahan)
Batu kapur yang diangkut dari tambang dengan Dump Truck dituangkan
ke dalam limestone hopper. Selanjutnya batu kapur dimasukkan ke dalam alat
pemecah (single shaft hammer crusher) oleh appron feeder. Prinsip kerja dari alat
pemecah yaitu berdasarkan putaran (rotation) dan pukulan (impact) dari hammer
yang membentuk impact wall lining.
Produk yang lolos dari saringan (grate basket) masuk discharge steel
conveyor, sedangkan material jatuhan dari appron feeder ditampung oleh drag
chain dan masuk discharge steel conveyor. Selanjutnya batu kapur tersebut
diangkut dengan melalui rangkaian seri belt conveyor dicurahkan dengan
membentuk layerlayer ke tempat penumpukan yang dibagi dua bagian yaitu
stock pile I dan II.
b. Penambangan Tanah Liat (Clay)
Penambangan tanah liat yang berlokasi di Air Gading terletak lebih kurang
400 meter arah barat daya dari pabrik. Lapisan over burden berkisar antara 0,2
0,5 meter, Luas lokasi penambangan lebih kurang 27,4 ha dengan system
penggalian dari atas bench.
Alat alat yang digunakan :
a. Hydraullic Exavator / Back Hoe Hitachi dengankapasitas 2,4 m3
b. Rear Dump Truck
Alat bantu yang digunakan :
Buldozer untuk pengupasan tanah penutup
Kegiatan penambangan tanah liat meliputi clearing, stripping, loading,
hauling dan crushing.
1. Clearing / Stripping
Untuk pembersihan/pengupasan over burden tersebut cukup dengan
menggunakan bulldozer.
2. Loading / Hauling
Alat yang dipakai adalah back hoe dengan kapasitas 2,4 m3, sedangkan
alat angkutnya adalah Rear Dump Truck dengan kapasitas 20 ton.
3. Crushing
Dengan alat angkut Dump Truck, tanah liat dari tambang diangkut dan
dituangkan ke dalam clay hopper. Appron feeder yang dilengkapi dengan I speed
mentransfer tanah liat ke Double Roller Crusher. Prinsip kerja Double Roller
Crusher adalah dengan cara ditekan oleh dua buah roller yang putarannya
berlawanan arah.
Pada roller tersebut dilengkapi dengan kuku baja (teeth) untuk membantu
memecah tanah liat yang keras. Untuk menampung jatuhan material dari appron
2.
menjadi lebih kecil atau membuat luas permukaan material menjadi lebih besar. Tujuan
dari penggilingan bahan mentah ini adalah untuk mendapatkan campuran bahan mentah
yang homogenik dan untuk mempermudah terjadinya reaksi kimia pada saat klinkerisasi.
Selain penggilingan , material juga mengalami pengeringan dengan media pengeringanya
berupa gas panas yang dapat berasal dari hot gas generator ataupun dari kiln exchaust
gas.
Bahan mentah utama yang terdiri dari batu kapur dan tanah liat di garuk dengan
menggunakan reclaimer dari stock pile masing masing , kemudian bahan koreksi yang
berupa pasir silika dan pasir besi di campur dengan bahan mentah uatama dalam sebuah
belt conveyor untuk di umpankan ke dalam vertical mill. Di dalam vertical mill keempat
bahan mentah yang telah bercampur dengan proporsi tertentu itu mengalami proses
penggilingan dan pengeringan. selanjunya, material yang telah halus di hisap dengan
sebuah fan.
Untuk mendapatkan produk vertical mill tepung baku atau raw meal yang
memiliki kehalusan sesuai dengan standard , maka material yang terhisap harus melewati
separator terlebih dahulu dan selanjutnya di pisahkan dari gas panas dengan
menggunakan 4 buah cyclone.
Tepung baku yang telah terpisah dari gas panas selanjutnya di masukkan ke CF
Silo ( Continous Flow Silo ) dengan menggunakan alat transport berupa fluxoslide dan
belt bucket elevator. Di dalam CF Silo raw meal akan dihomogenisasi dan di simpan serta
siap di umpan ke kiln . produk atas dari Cyclone separator adalah uap air , gas panas dan
sebagian debu yang terikat pada waktu pemisahan ini di transportasikan ke Electric
Precipitator.
Didalam
yang bertegangan tinggi . Debu yang terkumpul ini di kembalikan lagi ke CF Silo .
Sedangkan gas panas dari kiln , uap air dan sebagian debu yang tidak tertangkap oleh
elektrode elektroda Electric Precipitator di transportastikan ke cerobong (stack) dengan
bantuan sebuah fan adalah IDF fan.
Berikut gambar 10 merupakan skema umum penggilingan bahan mentah di PT.
Semen Baturaja (Persero).
a. Penggilingan Batubara
Raw coal yang diperoleh dari PT. Bukit Asam (Persero) ditumpuk dalam
domestorage, selanjutnya reclaimer akan menggaruk batubara untuk dijatuhkan
dalam belt conveyor. Kemudian oleh bucket elevator material dibawa ke raw coal
silo.
b. Penggilingan Raw Coal
Proses diawalidengan pemanasan sistem (heating up), yang bertujuan untuk
mempersiapkan kondisi operasi coal mill dengan cara memasukkan gas panas dari kiln
hingga mencapai temperatur tertentu dan harus dilakukan dengan benar hingga tidak
membahayakan system sebelum dimasuki batubara.
Setelah kondisi panas memenuhi persyaratan segera raw coal dimasukkan ke
dalam coal mill melalui twin paddle. Di dalam coal mill,raw coal masukdi antara table
dan roller membentuk ketebalan tertentu bed contact dengan gas panas mengalami proses
pengeringan.
Selain hasil penggilingan dihisap oleh jet pulse filter untuk dipisahkanantara coal
halus dari gas panas. Coal halus ditangkap oleh filter kemudian disimpan dalam bin
sebagai produk coal mill yang siap untuk digunakan pada proses pembakaran, sedangkan
gas panasnya dibuang melalui stack (prinsip kerjanya sama dengan raw material semen
pada vertical mill).
Keberhasilan proses penggilingan batubara selain dari segi kuantitas juga ditinjau
dari kualitasnya, yaitu kadar air dan kehalusan fine coal produk coal mill standar air
maksimal 9 %, agar tidak merugikan proses pembakaran, sedangkan kehalusan batubara
dibatasi maksimum 20% yang lolos ayakan 90 . Tingkat kehalusan yang berlebihan akan
merugikan dalam proses pembakran. Agar sistem tetap bertekanan negative dan tidak
adanya batubara yang berhamburan, maka digunakan jet pulse dengan ukuran kecil.
4. Pembakaran
Tepung baku (raw meal) yang telah dihomogenisasi di dalam CF Silo dikeluarkan
dan dengan menggunakan serangkaian peralatan transport, tepung baku di umpankan ke
kiln. Tepung baku yang di umpankan ke Kiln di sebut umpan baku atau umpan kiln (kiln
feed) . proses pembakaran yang terjadi meliputi pemanasan awal umpan baku di
preheater (pengeringan,dehidrasi dan dekomposisi) , pembakaran di kiln (klinkerisasi)
dan pendinginan di Grate cooler (quenching).
=3 rpm
= 75 m
=4,5 m
= 150
Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi pada proses pembuatan semen pada
tabel 8.
Tabel 8. Reaksi Pada Proses Pembuatan Semen
Temperatur (0C)
0-100
100-600
600-1000
karbonat
sedangkan
karbonat
Reaksi
H2O ( l )H2O ( g )
dari
suhu 900 C.
700-900
1100-1200
C2AF
4CaO.Al2O3.Fe2O3
maksimum
1200-1450
a. Pengeringan
Pengeringan di sini adalah proses penguapan air yang masih terkandung
dalam umpan baku. Terjadi pada saat umpan baku kontak dengan gas panas pada
temperature sampai 200 C.
b. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses terjadinya pelepasan air kristal (combined water)
yang terikat secara molekuler di dalam mineral mineral umpan baku . Proses ini
terjadi temperatur 100 400 C . Kondisi ini menyebabkan struktur mineral
menjadi tidak stabil dan akan terurai menjadi pada temperature 400 900 C.
c. Dekomposisi dan kalsinasi
Dekomposisi adalah proses penguraian atau pemecahan mineral mineral
umpan baku menjadi oksida oksida yang relatif terjadi pada temperature400
900 C . Proses yang terjadi ialah :
Kaolin menjadi Metakaolin
Al4(OH)8.Si4O8
2(Al2O3.SiO2) + 4H2O
Metakaolin menjadi oksida oksida reaktif
Al2O3.2SiO2
Al2O3+ 2SiO2
Proses kalsinasi adalah proses penguraian karbonat menjadi oksida CaO
dan MgO serta CO2 sebagai gas. Proses kalsinasi berlangsung dari cyclone I
hingga cyclone III pada temperature yang berbeda dengan keberhasilan derajat
kalsinasi (prsentasi unsure CaO yang terurai dari senyawa karbonat) sesuai
dengan desain preheater yang digunakan.
Reaksi dekomposisi karbonat yaitu :
CaCO3 panas
CaO + CO2
MgCO3 panas MgO + CO2
d. Klinkerisasi
Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa senyawa penyusun
semen Portland, baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair.Proses klinkerisasi
membutuhkan energi yang sangat tinggi yaitu berkisar 800 kkal/kg klinker dan
proses ini sebagian besar terjadi di dalam kiln, cyclone IV A dan calsiner. Proses
klinkerisasi dalam kiln terbagi dalam beberapa zona, yaitu :
1) Calcining Zone
Pada zona ini raw meal dari preheater akan mengalami pemanasan hingga
1200C dan proses yang terjadi adalah proses penguraian secara maksimum dari
unsure unsure reaktif yang terkandung dalam material masih berbentuk bubuk
dan bagian dalam kiln digunakan lapisan alumina bricks.
2) Transition Zone
Pada zona ini material mengalami perubahan fase dari padat ke cair
dengan temperature operasi sekitar 1300 C. pada zona ini juga terjadi reaksi
antara CaO dengan senyawa SiO2, Al203 dan Fe2O3. Daerah kiln ini dilindungi
oleh lapisan High Alumina Bricks.
3) Sintering Zone
Pada zona ini material mendekati sumber panas yang terpancar dari burner.
Pemanasan terjadi hingga 1500 C. proses yang terjadi adalah pelelehan dari
semua material dan reaksi maksimum antara CaO dengan senyawa SiO 2, Al203
dan Fe2O3. Minerak compound ini membentuk senyawa utama klinker yaitu C 3S
(Alite), C2S (Belite), C3A (Celite) dan C4AF (Felite). Reaksi ini disebut reaksi
klinkerisasi
4) Cooling Zone
Material yang berbentuk cair di sintering zone akan mengalir ke cooling
zone dan mengalami perubahan fase material menjauhi gun burner. Temperature
akan turun hingga mencapai 1200 C. karena adanya gerakan rotasi kiln, maka
sebagian besar material akan berbentuk granular atau butiran.
e. Quenching
temperatur 1200 C.
Mencegahnya terjadinya pembentukan struktur Kristal beta 2 CaO.SiO 2 yang
bersifat hidraulis menjadi Kristal alfa 2 CaO.SiO 2 yang bersifat kurang atau
tidak hidraulis. Klinker yang dihasilkan kemudian disimpan di dalam klinker
silo.
-
Penggilingan semen
Klinker yang disimpan dalam klinker silo dikeluarkan dan di angkut
dengan chain conveyor masuk ke dalam bin klinker. Sementara gypsum dari
gerbong dibongkar dan disimpan dalam bin gypsum. Dengan perbandingan
tertentu, klinker dan gypsum dikeluarkan dari bin masing masing dan akan
bercampur di belt conveyor. Dari belt conveyor campuran ini kemudian
dihancurkan dengan roller press sehingga memiliki ukuran tertentu yang
selanjutnya digiling dengan menggunakan alat penggiling berupa tube mill yang
berisi bola bola besi sehingga media penghancurnya.
Dengan menggunakan sebuah fan , material yang telah halus dihisap dan
dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat
pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen silo yang kedap
udara. Semen yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu fisik semen dengan
kehalusan minimal 3000 cm2/g (SNI mempersyaratkan min. 2800 cm2/g).
6. Pengantongan Semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakan
belt conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa Rotary
Packer, semen dikantongi dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen , kemudian di
bawa ke truk untuk dipasarkan. Selain itu, semen juga dikemas dengan big bag
yang bermuatan 1 ton semen dan ada semen curah atau bulk yang diangkut
menggunakan truk bermuatan.
konstruksi, terutama yang tidak ada kemungkinan mendapat serangan sulfat dari
tanah dan timbulnya panas hidrasi yang tinggi.
2.3.1
Semen Baturaja (Persero) dapat dilihat pada tabel 9di bawah ini.
Tabel 9. Sifat Sifat Fisik Semen Portland Type I
No
1
Uraian
Satuan
Kahalusan : uji
permeabilitas udara
Portland Tipe I
min 280
Baturaja (Persero)
maks 320
min 45
min 110
maks 375
maks 320
maks 0,8
maks 0,1
min 125
min 180
min 200
min 260
min 280
min 350
maks 50
maks 70
m2/kg
Waktu pengikatan
dengan alat vicat :
Awal
menit
Akhir
3
Kekekalan : pemuaian
dengan Autoclave
Kuat tekan :
4
3 hari
7 hari
28 hari
kg/cm2
Pengikatan semu
5
penetrasi akhir
2.3.2
SiO2, % minimum
Al2O3, % maksimum
Fe2O3, % maksimum
MgO, % maksimum
6,0 %, maksimum
SO3, % maksimum
3,0 % maksimum
3,5 % maksimum
3,0 % maksimum
% maksimum
Hilang pijar, % maksimum
5,0 % maksimum
2.4 Utilitas
Sarana-sarana air bersih dan tenaga listrik sangat diperlukan sebagai pendukung
berlangsungnya operasi pabrik. Sarana ini disediakan oleh bagian utilitas yang ada dalam
naungan biro pemeliharaan.
2.4.1
yang memenuhi standar industri air minum yang sumbernya berasal dari sungai
Ogan di daerah pusar yang terletak 1 km dari pabrik.
Berdasarkan tempatnya, pengolahan air dibagi dua bagian, yaitu :
79
Sodium hipoklorit (NaClO), untuk membunuh bakteri yang terkandung
dalam air
4. Dalam bak pengaduk, lumpur dan kotoran dari proses di atas dialirkan
kembali ke sungai Ogan melalui bak slurry. Air yang jernih akan masuk ke
settling basin melalui lubang overflow.
5. Pada settling basin inti terdapat drag chain yang berfungsi untuk
mengumpulkan debu yang ada. Lumpur yang kemudian dimasukkan
kedalam pocket settling basin, yaitu penampungan lumpur dibuang ke
sungai.
B. Pengolahan Air di Pabrik
renovasi
fasilitasfasilitasyang
dibutuhkan
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1. Judul
Evaluasi Kinerja Jet Pulse Z1P121 di Cement Mill 1 PBR PT.Semen Baturaja
(Persero).
3.2. Latar Belakang
Semen berasal dari kata cement dalam bahasa asing atau Inggris yang
berarti pengikat atau perekat. Kata cement itu sendiri diambil dari kata latin
cementum yaitu nama yang diberikan kepada batu kapur yang serbuknya telah
digunakan sebagai bahan adukan (mortar) lebih dari 2000 tahun yang lalu di
negara Italia. Dalam perkembangannya, arti kata cement mengalami sedikit
perubahan, misalnya pada abad pertengahan semen diartikan sebagai segala
macam bahan pengikat/perekat seperti rubber cement, termasuk pula portland
cement. Semen dapat diartikan sebagai pengikat (bonding material) yang
digunakan bersama-sama batu kerikil, pasir, batu, dan lain-lain untuk pembuatan
bangunan gedung, saluran air, dan bangunan-bangunan lain. Semen
juga
merupakan suatu perekat (binders) hidrolis terhadap senyawa anorganik, dan daya
rekat semen akan timbul jika semen tersebut bereaksi dengan air (Agus Yulianto,
1995).
Di pabrik semen kita banyak berurusan dengan debu. Mengantisipasi supaya
debu tidak menimbulkan masalah menjadi hal yang penting. Setiap debu yang
keluar dari sistem adalah biaya yang hilang. Biaya tersebut adalah harga material,
ongkos kebersihan, kerusakan peralatan akibat debu, stop yang tidak dapat
diprediksi akibat kesulitan pengecekan peralatan di daerah berdebu, komplain
masyarakat, dll. Menyadari kerugian yang dapat ditimbulkan tersebut maka
dilakukan antisipasi untuk meminimalkan kerugian. Mulailah dipasang peralatan
untuk mengumpulkan debu sehingga area kerja menjadi lebih bersih dan ini
merupakan investasi tambahan. Hal yang terpenting adalah bagaimana
mengurangi sumber debu. Debu hanya dapat dibangkitkan dari aktifitas yang
terbuka, material yang kering, adanya pergerakan material padat/gas.
Maka dari itulah di pabrik PT.SEMEN BATURAJA ini dibutuhkan suatu alat
yang disebut Jet pulse filter. Pada kesempatan kali ini pula dalam pelaksanaan
Kerja Praktek ini, penulis membahas mengenai kinerja dari Jet Pulse filter
Z1P121 pada cement mill 1.
3.3. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memaksimalkan fungsi jet pulse dimana exhaustnya mempunyai
kapasitas yang berlebih.
2. Dapat mengurangi polusi debu di cement mill 1 building PT.SEMEN
BATURAJA
3.4.
Manfaat
Tugas ini diharapkan dapat membantu mengevaluasi kinerja jet pulse yang
ada di pabrik semen, juga mengetahui cara untuk mengurangi debu yang ada di
pabrik semen khususnya Pabrik Semen Baturaja.
3.5. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari tugas khusus ini adalah :
1. Bagaimana memaksimalkan fungsi jet pulse dimana exhaustnya mempunyai
kapasitas yang berlebih ?
2. Bagaimana mengurangi polusi debu di cement mill 1 building PT.SEMEN
BATURAJA?
3. Bagaimana mencari exhaust fan dalam jet pulse filter Z1P121 pada cement
mill 1?
a. Housing Bagfilter : atau kotak tempat filter, seperti terlihat pada gambar 1
housing bagfilter dibagi dalam 2 bagian yaitu bagian atas dimana ruang udara
bersih, dan bagian bawah nya ruang udara kotor. Letak filter adalah pada
ruang udara kotor.
b. Filter : Umumnya filter berbentuk kantong silinder bagian atas lubang
(untuk keluarnya udara) dan pada bagian bawah tertututp (buntu). Material
filter terdiri dari jenis polyester, polypropelene, fiberglass dll,- pemilihannya
tergantung jenis debu dan sifat kimiawi dari debu dan udara yang di-filter
seperti kandungan asam, alkali, suhu udara dll.
c. Filter cage : berbentuk keranjang/cage/frame terletak pada bagian dalam
silinder filter fungsinya adalah untuk menahan filter tetap mengembang
sehingga udara dapa lewat didalamnya, filter cage ini terbuat dari material
besi galvanis.
d. Venturi : terletak pada bagian atas cage/filter (bagian keluarnya udara dari
silinder filter). Fungsinya adalah mengarahkan udara pulse jet pembersih
filter penggunaan venturi akan meningkatkan efektifitas pembersihan filter.
e. Solenoid Valve : Katup pembuka aliran compressed air kedalam kantong
filter, untuk membersihkan filter.
f. Header, Diafragma dan nozzle; header adalah tabung penampung compressed
air, Diaragma adalah pipa penghubung dari solenoid valve ukurannya sama
dengan solenoid valve, Nozzle terbuat dari pipa ukuran diameter 12 mm/14
mm.
g. Rotary air lock : Pada bagian bawah Housing berfungsi untuk pembuangan
debu yang tertampung pada hopper, walaupun tetap berputar tetapi udara
tidak dapat masuk/keluar dari dalam Bagfilter umumnya degerakkan oleh
gearbox/gearmotor.
Pitot Tube
Kecepatan udara dapat diukur dengan menggunakan sebuah tabung pitot
dan manometer, atau dengan sensor aliran (instrumen tekanan diferensial), atau
anemometer yang akurat. Tekanan kecepatan diukur dengan menggunakan sebuah
tabung pitot dan manometer. Tekanan total diukur dengan menggunakan pipa
bagian dalam dari tabung pitot dan tekanan statis diukur dengan menggunakan
pipa luar dari tabung pitot. Jika ujung tabung luar dan dalam disambungkan ke
manometer, didapatkan tekanan kecepatan (yaitu perbedaan antara tekanan total
dan tekanan statis).
arah kantong melalui injector menuju clean gas plenum. Saat compressed air
ditembakkan dari injector dengan kecepatan yang mendekati kecepatan suara,
secondary gas ikut masuk dari clean gas plenum menuju filter. Total jumlah gas
ini disebut dengan purging air. Perbandingan secondary flow terhadap jet flow
dinamakan mass flow ratio.
Pemecahan Masalah
Deskripsi Data
Spesifikasi Alat
Nama Alat
Air To Cloth
Keliling Pipa
Panjang Bag
Diameter Bag
Jumlah Bag
Jumlah Kompartemen
Kapasitas Exhaust Fan
Keterangan
Jet Pulse Filter Z1P121
2,4 (m3/min)m2
0,54 m
3.037 m
0,1295 m
48 buah
2 kompartemen
131 m3/min
Flow 1 Hisapan
27,6 m3/min
55,2 m3/min
menghisap pada tail bucket elevator Z1J19 dan
Lokasi Hisapan
Perhitungan
Diketahui :
= 131 m3/min
Panjang Bag
= 3,03 m
Diameter Bag
= 0,1295 m
= 2,08 m
= 1,35 m
= 70 bag
Q
A /C ratio
131m3 /min
2,4 (m3 /min ) m2
= 55 m2
Menghitung jumlah kompartemen
Penentuan jumlah compartment berdasarkan net cloth area yang diperoleh. Tabel
di bawah ini menunjukkan penentuan jumlah compartment berdasarkan area dari
bag yang digunakan.
= 592 ft2
Jumlah Kompartemen
=2
= 3,03 m
Diameter bag
= 0,1295 m
=dL
= 3,14, x 0,1295 m x 3,03 m
= 1,23 m2
Rencana 5 row jadi tiap row terdiri dari 7 bag per kompartemen
Can velocity secara aktual (standard 1-1,5 m/s)
Dimana : p jet pulse
= 2,08 m
jet pulse
= 1,35m
= /4 x D2
= 3,14/4 X 0,1295 m
= 0,01 m2
Q
At (n bag x Abb)
131m 3/s
2,8 m (70 x 0,01 m2)
2
= 69 m/min
= 1,2 m/s
Perhitungan Design Jet Pulse
Dengan : Q
= 131 m3/s
Total area filtrasi
Ac
Q
A /C ratio
131 m3 /min
2,4 (m 3 /min )2
= 55 m2
Net Cloth Area (Anc)
= 592 ft2
Jumlah Kompartemen
=2
= 3,03 m
Diameter
= 0,1295 m
=dL
= 3,14, x 0,1295 m x 3,03 m
= 1,23 m2
= Ac / Abag
= 55 m2 / 1,23 m2
= 44 buah bag
~ 48 buah bag
= 2,25 m
= 1,5 m
= /4 x D2
= 3,14/4 X 0,1295 m
= 0,01 m2
Q
At (n bag x Abb)
131 m3 /s
2,5 m2(48 x 0,01m2 )
= 70 m/min
= 1,2 m/s
Menghitung Can Velocity Jet Pulse dengan Mengubah Kapasitas Exhaust
Fan yang Sesuai dengan Jumlah Bag Existing dan Dimensi Aktual.
Berdasarkan Design Actual Jet Pulse Z1P121 pada cement mill 1
mempunyai 70 bag dan 2 kompartemen. Dimana setiap kompartemen memiliki 35
bag dengan 5 row dan 7 bag didalamnya.
Jumlah Bag
= Ac / Abag
70 bag
= Ac/ 1,23493531 m2
Ac
= 86,1 m2
Ac
Q
A /C
Q
2,4 (m /min)m2
86,1 m
= 207 m3/min
p jet pulse
= 2,08 m
jet pulse
= 1,35m
=pxl
= 2,08 m x 1,35 m
= 2,8 m2
Abb
= /4 x D2
= 3,14/4 X 0,1295 m
= 0,01 m2
Q
At (n bag x Abb)
207 m3/s
2,8 m (70 x 0,01 m2)
2
= 110 m/min
= 1,8 m/s
Menghitung Can Velocity Jet Pulse dengan Mengubah Kapasitas Exhaust Fan
yang Sesuai dengan Jumlah Bag Existing tetapi Dimensi Diubah.
Dengan : Q dan jumlah bag yang sama yaitu 207 m3/min dan 70 buah bag.
Mendesign panjang dan lebar jet pulse sehingga can velocity yang
didapat sesuai dengan standar.
Can velocity (standard 1-1,5 m/s)
Dimana :
p jet pulse
= 2,5 m
jet pulse
= 1,35 m
=pxl
= 2,5 m x 1,35 m
= 3,3 m2
Abb
= /4 x D2
= 3,14/4 X 0,1295 m
= 0,01 m2
Q
At (n bag x Abb)
207 m/ s
2
3,3 m (70 x 0,01 m )
2
= 84 m/min
= 1,4 m/s
Q
n bag
Panjang
Lebar
Can velocity
(m3/min)
131
131
207
207
(buah)
70
48
70
70
(m)
2,08
2,25
2,08
2,50
(m)
1,35
1,50
1,35
1,35
(m/s)
1,2
1,2
1,8
1,4
273
273+ 25
= 1,18452 kg/m3
24 x 2 x 9,81
1,18452
= 19,93 = 20 m/s
= 1,293
Jadi,
V=
pd x 2 x 9,81
= 2r
54 cm = 2 x 3,14 x r
r
= 9 cm
= 0,09 m
1
4
D2
1
4
x 3,14 x 0,172 m
= 0,02 m2
=Lxv
= 0,023 m2 x 20 m/s
= 0,46 m3/s
= 28 m3/min
= 28 m3/min x 2
= 56 m3/min
=Lxv
0,63 m3/s
= L x 20 m/s
= 0,03 m2
1
4
D2
0,0315 m
1
4
x 3,14 x D2
D2
= 0,04 m
= 0,2 m
= 20 cm
=Lxv
0,63 m3/s
= L x 20 m/s
= 0,03 m2
=
1
4
0,0315 m2
D2
= 0,04 m
= 0,2 m
1
4
D2
x 3,14 x D2
= 20 cm
Untuk membuat 2 pipa tambahan diperlukan diameter masing masing pipa
sebesar 0,2 meter.
3.8. Pembahasan
Di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. untuk Jet Pulse Z1P121 secara
aktual memiliki jumlah bag sebanyak 70 buah bag dengan kapasitas exhaust fan
sebesar 131 m3/min dengan panjang 2,08 m dan lebar 1,35 m diperoleh can
velocity sebesar 1,2 m/s (standard can velocity 1 1,5 m/s). Meskipun kapasitas
exhaust fan dan can velocity nya memenuhi standar akan tetapi dengan jumlah
bag yang sekarang yaitu 70 buah bag masih tidak efektif karena kapasitas fan sulit
untuk menghisap debu dengan jumlah bag yang terlalu banyak, sehingga masih
banyak debu yang berada di tail bucket elevator Z1J02 dan Z1J19.
Untuk memaksimalkan kinerja Jet Pulse Z1P121 maka dibuat design
dengan menggunakan kapasitas exhaust fan yang sama, namun jumlah bag yang
lebih sedikit yaitu 48 buah bag. Untuk panjang dan lebar bag sebesar 2,25 m dan
1,5 m diperoleh can velocity yang memenuhi standar sebesar 1,2 m/s. Namun, jika
masih ingin menggunakan 70 buah bag maka, harus menambah kapasitas exhaust
fan nya sebesar 207 m3/min dengan panjang dan lebar yang sesuai data aktual
diperoleh nilai can velocity sebesar 1,8 m/s (tidak memenuhi standar). Jika nilai
can velocity tidak memenuhi standar maka material hasil blastinga di bag filter
akan terhisap kembali oleh fan serta membuat bag menjadi jenuh yang akan
mengakibatkan kurang efektifnya kinerja jet pulse. Sehingga, untuk membuat
nilai can velocity yang memenuhi standar maka harus mendesign panjang dan
lebar dari jet pulse tersebut dan diperoleh nilai can velocity sebesar 1,4 m/s
dengan kapasitas exhaust fan 207 m3/min, jumlah bag yang digunakan 70 buah
dengan panjang 2,5m dan lebar 1,35m.
Pada Jet Pulse Z1P121 ini, memiliki dua hisapan yaitu menghisap di tail
bucket elevator Z1J19 dan Z1J02. Dimana dalam perhitungan diatas untuk
mengetahui hisapan tersebut menggunakan keliling pipa dari masing masing
ujung bucket. Setelah melakukan pengukuran dilapangan bahwa kedua ujung pipa
pada bucket elevator Z1J19 dan Z1J02 memiliki diameter yang sama, sehingga
total flow hisapan yang didapat sebesar 55,2 m 3/min. Dari total hisapan yang
diperoleh masih mempunyai kapasitas exhaust fan yang berlebih yaitu sebesar
75,8 m3/min. Sehingga, untuk memaksimalkan kapasitas exhaust fan perlu
ditambah hisapannya dengan cara memasang 2 buah pipa dengan diameter yang
sama yaitu sebesar 0,2 m. Kedua pipa yang baru dapat dimanfaatkan untuk
menghisap daerah berdebu lainnya. Jika exhaust fan telah diubah menjadi 207
m3/min, hisapan dapat ditambah menjadi 4 pipa dengan diameter yang sama yaitu
0,2 m.
Pada design baru Jet Pulse Z1P121 dengan jumlah bag sebanyak 48 buah
dengan kapasitas exhaust fan nya sebesar 131 m3/min. Dimana, pada jet pulse ini
PORTLAND CEMENT
10
2,3
1,2 1,5
CEMENT
2,0
3.9.2. Saran
Untuk menambah keefektifan kinerja jet pulse maka disarankan untuk :
BAB IV
PENUTUP
semen dari 450.000 ton menjadi 550.000 per tahun. Saat ini sejak 1 Oktober 1996
sampai dengan 2010 dilaksanakan proyek optimalisasi untuk meningkatkan
kapasitas produksi semen menjadi 1.250.000 ton per tahun.
Pada proses pembuatan semen ada 2 macam, yaitu proses basah (wet
process) dan proses kering (dry process).
1. Proses basah, proses yang pada dasarnya adalah: bahan dasar digiling
dalam crush, diayak, dimasukkan dalam ball mill dan dicampur air
sehingga membentuk slurry, diknakan proses benifiksi, kemudian
dilakukan pembakaran dalam rotary kiln.
2. Proses kering, bahan mentah digiling dan dicampur dalam keadaan
kering, kemudian dilakukan pembakaran dalam bentuk umpan tepung.
Kelebihan dan Kekurangan Proses Basah :
1. Tungku lebih panjang (90-120m) supaya pemanasan sempurna.
2. Pemakaian bahan bakar lebih banyak.
3. Pencampuran lebih homogen, karena berbentuk bubur.
4. Tidak banyak debu (dibandingkan proses kering).
5. Kontak dapat baik.
6. Pengangkutan bahan lebih mudah, dapat menggunakan pompa.
Kelebihan dan Kekurangan Proses Kering :
1. Tungku lebih pendek (35-45m).
2. Bahan bakar sedikit, sebab tidak memerlukan penguapan air.
3. Pencampuran massa tidak begitu homogeny.
4. Banyak debu yang keluar, sehingga dapat mengganggu kesehatan.
5. Reaksinya tidak sempurna, karena prosesnya dalam keadaan padat.
Proses pembuatan semen yang dilakukan pada PT. Semen Baturaja ini
menggunakan proses kering (Dry process). Proses produksi ini dimulai dari
penyediaan bahan mentah, penggilingan bahan mentah, pembakaran, pendinginan
klinker, penggilingan klinker, dan pengantongan semen.
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen adalah batuan alam
yang mengandung oksida oksida kalsium, alumina, silika dan besi. Bahan baku
tersebut terdiri dari tiga kelompok yaitu bahan baku utama, bahan baku penunjang
(korektif) dan bahan baku tambahan.Bahan baku utama merupakan bahan baku
yang mengandung komposisi kimia oksida oksida kalsium, silika dan alumina.
Bahan baku utama yang digunakan yaitu batu kapur (Lime Stone) dan tanah liat
(Clay) sedangkan bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika,
oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand) dan
pasir
besi
(iron
sand).
Batu
kapur
dapat
diperoleh
dengan
cara