Anda di halaman 1dari 51

BAB II

TINJAUAN UMUM

1.1 PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor


1.1.1 Profil PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor
PT Antam Tbk adalah sebuah perusahaan pertambangan yang merupakan
satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi mineral logam di Indonesia. Saham terbesar dimiliki
oleh Negara, yaitu 65 persen dan 35 persen dimiliki oleh Public. Salah satu
komoditas andalan PT Antam Tbk adalah emas. Proses produksi dan pengolahan
emas terletak di Cikotok, Jawa Barat dan di Gunung Pongkor Desa Bantar Karet,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Namun
dikarenakan cadangan emas di Cikotok telah habis, kini Cikotok dijadikan tempat
pengolahan bijih emas saja dan kini PT Antam Tbk lebih memfokuskan proses
produksi dan pengolahan emas di Gunung Pongkor. Tambang Emas Pongkor ini
adalah tambang emas kedua setelah Cikotok yang dimiliki oleh PT Antam Tbk.

Sumber : PT. Antam UBPE Pongkor

Gambar 2.1 Lokasi PT. Antam UBPE Pongkor


Proyek PT Antam Tbk UBPE Pongkor mulai dibuka tahun 1991- 1992 dan
mulai produksi pada tahun 1994. Wilayah kuasa pertambangan PT Antam UBPE
Pongkor dikelola sesuai SK Menteri Pertambangan No. 375. K/7401/078/2000,
tanggal satu Agustus 2000 dan berlaku sampai dengan tahun 2020, dengan luas
wilayah eksplorasi 6.047 Hektar, yang di dalamnya terdapat kawasan ; Taman
Nasional seluas 1.995 Hektar atau 32,99 persen, Perhutani seluas 2.025 Hektar
atau 33,48 persen, Perkebunan Teh Nirmala seluas 375 Hektar atau 6,20 persen,
dan Masyarakat seluas 1652 Hektar atau 27,33 persen (Gambar 2.2).

Sumber : Dokumen Departemen Eksplorasi PT. Antam Tbk.

Gambar 2.2 Wilayah Pertambangan PT. ANTAM UBPE Pongkor

Hampir sebagian besar wilayah eksplorasi tersebut termasuk ke dalam


Kelurahan Nanggung, Desa Kalong Liud, Desa Pangkal Jaya, Desa Bantar Karet,
Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Leuwiliang. Sebagian kecil wilayah
eksplorasi yaitu di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan
Pamijahan dan Kecamatan Kelapanunggal, Kabupaten Sukabumi.
Kegiatan dalam usaha pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor
mencakup penambangan dan pengolahan, termasuk didalamnya adalah
pengelolaan limbah. Misi utama PT Antam Tbk UBPE Pongkor adalah :
1. Menghasilkan produk berkualitas, mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja serta memperhatikan lingkungan.
2. Beroperasi secara efisien, dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.
PT Antam Tbk UBPE Pongkor telah mengantongi beberapa penghargaan
dalam kegiatan bisnisnya, antara lain yaitu dalam aktivitas untuk
profesionalismenya PT Antam Tbk UBPE Pongkor memperoleh penghargaan
mutu kerja ISO 9000, dan untuk pengendalian lingkungan, PT Antam Tbk UBPE
Pongkor mendapatkan ISO 14000, serta berkenaan dengan pengelolaan
lingkungan dan pengembangan masyarakat, oleh kementrian Lingkungan hidup,
Proper PT Antam Tbk UBPE Pongkor yang semula Biru naik menjadi Proper
Hijau.
1.1.2 Sejarah PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor
PT Antam (persero) Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor atau
yang biasa disingkat UBPE Pongkor merupakan salah satu unit bisnis Antam yang
menambang galian emas dan perak di wilayah Kabupaten Bogor Jawa Barat,
dengan lzin Usaha Pertambangan seluas 6.047 Ha. Diawali dengan kegiatan
ekplorasi di Gunung Pongkor pada tahun 1974, kegiatan ekplorasi ini mengalami
pasang surut dan sempat tertunda dari tahun 1983 sampai dengan 1988
dikarenakan kegiatan eklporasi saat itu difokuskan di wilayah Cikotok. Pada
tahun 1988 kegiatan ekplorasi kembali dilakukan di Gunung Pongkor sampai
dengan 1991. UBPE Pongkor merupakan tambang emas terbesar di Pulau Jawa.
UBPE Pongkor mulai beroperasi pada tahun 1994 setelah dibangunnya pabrik
yang pertama di tahun 1993 dengan total kapasitas produksi 2,5 ton dan pada
tahun 1997 dikembangkan sehingga kapasitas produksi menjadi 5 ton.
Dalam setiap kegiatan penambangannya UBPE menggunakan metode
underground mining atau pertambangan bawah tanah dengan sistem pengeboran
manual menggunakan jack leg dan sistem pengeboran mekanis dengan
menggunakan jumbo drill. Dengan melihat karakteristik tambang dimana
komoditasnya akan habis dan sifatnya yang tidak bisa diperbaharui, kegiatan CSR
Antam sudah dimulai sejak dari ekplorasi hingga pasca tambang, sehingga pada
saat pasca tambang nanti, terutama masyarakat di sekitar operasi penambangan
bisa mandiri secara ekonomi dan menggapai masa depan yang berkelanjutan
sesuai dengan visi CSR Antam.
1.1.3 Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk. UBPE Pongkor
Pengorganisasian merupakan suatu fungsi manajemen yang dipandang
sebagai alat yang dipakai oleh anggota atau kelompok organisasi untuk mencapai
tujuan bersama secara efektif. Struktur organisasi dapat diartikan sebagai
rangkaian hubungan diantara individu-individu dalam suatu kelompok. Struktur
ini kemudian dilukiskan ke bagian organisasi atau diagram yang menunjukan
garis-garis besar hubungan-hubungan tersebut sesuai dengan fungsinya, baik
buruknya organisasi dapat menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam
mencapai rencana perusahaan yang telah ditetapkan.

Sumber : PT. Aneka Tambang UBPE Pongkor

Gambar 2.3 Bagan Struktur Organisasi

2.1.4 PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dan Pertambangan Tanpa Izin
Bisnis pertambangan adalah bisnis yang rawan sekali keberlanjutannya,
karena dalam kegiatan pertambangan rentan sekali terhadap isu-isu kerusakan
lingkungan, oleh karena itu dalam kegiatannya perusahaan pertambangan harus
dapat menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Perusahaan dalam hal ini
harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga tidak terjadi
kesenjangan yang tinggi antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat.
PT Antam Tbk UBPE Pongkor merupakan pertambangan emas. Jenis
komoditasnya saja tentunya membuat orang yang mendengar akan tergiur oleh
suatu benda yang memiliki nilai tinggi ini. Dengan begitu PT Antam Tbk UBPE
Pongkor memang harus lebih ekstra menjalin hubungan baik dengan masyarakat.
Selain berbagai tuntutan-tuntutan yang datang dari masyarakat dalam
kegiatan bisnisnya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor menghadapi gangguan yang
berupa Pertambangan Tanpa Izin (PETI), yang para pelakunya disebut gurandil
(tikus). PETI ini tentunya sangat merugikan PT Antam Tbk UBPE Pongkor,
karena lubang yang digali oleh PETI terkadang menembus wilayah eksplorasi PT.
Antam Tbk UBPE Pongkor. Selain hal tersebut, dalam proses eksplorasinya PETI
tidak memenuhi standar pengeboran yang telah ditentukan. Hal tersebut selain
merusak lingkungan juga membahayakan keselamatan jiwa PETI itu sendiri
akibat longsoran tanah yang sewaktuwaktu dapat terjadi. Pengolahan bijih emas
yang dilakukan PETI juga tidak layak, yaitu menggunakan air raksa yang
mengandung merkuri, dimana limbah tersebut dibuang oleh PETI ke Sungai yang
biasa digunakan oleh masyarakat untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi,
mencuci dan sebagainya.
Sebagai salah satu bentuk kontribusi perusahan terhadap wilayah sekitar
dalam masyarakat, PT Antam Tbk UBPE Pongkor memegang misinya dalam
pengembangan masyarakat yaitu “Berpartisipasi di dalam upaya
mensejahterakan masyarakat di sekitar operasi pertambangan”. Dalam
mensejahterakan masyarakat diperlukan stabilitas keamanan, dan dalam
pelaksanaanya harus ditumbuh kembangkan semangat membangun dan
meningkatkan ekonomi masyarakat yang dibantu oleh perusahaan. Dengan
mensejahterakan masyarakat di sekitar operasi pertambangan diharapkan PETI
tidak ada lagi sukses dari aktivitas ini adalah citra yang mewarnai perusahaan
pertambangan dan masyarakat sekitar.
2.1.5 Community Development/Coorporate Social Responsibility dan
Pascatambang PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor
Corporate Social Responsibility dimaknai sebgai suatu komitmen usaha
PT.Antam Tbk untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama
para pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat dimanapun PT Antam
Tbk berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara
berkelanjutan dengan menjujung tinggi prinsip-prinsip praktik usaha yang baik,
keadilan sosial, dan keadilan lingkungan
Corporate Social Responsibility ( CSR ) khusus untuk perusahaan yang
melakukan kegiatan ekploitasi dimaksudkan agar ada timbal balik keuntungan
bagi
daerah, dalam arti supaya masyarakat ikut merasakan keuntungan juga dari
kegiatan
eksploitasi. Sebelum ada CSR kegiatan ini dinamakan Community Devlopment
dan
kegiatan Community Devlopment di sini dimulai sejak masa eksplorasi .
Perubahan
yang terjadi pada saat ada CSR adalah dimasukkannya anggaran untuk
postmining, sedangkan konsentrasi anggaran adalah ditujukan kepada masyarakat.
Implementasi CSR Antam Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor
dituangkan dalam disain lima tahunan rencana CSR Antam ( master plan ).
Dengan kesadaran bahwa kehadiran Antam Pongkor ditengah- tengah masyarakat
tidaklah semata-mata hanya sebagai entitas perusahaan melainkan juga sebagai
bagian dari entitas sosial yang hidup berdampingan dan saling mempengaruhi
dengan masyarakat di sekitarnya.
Sejalan dengan kegiatan bisnisnya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor juga
turut membantu masyarakat di sekitar pertambangan dalam peningkatan kualitas
hidup mereka. Melalui program pengembangan masyarakat yang digalakkan
PT.Antam Tbk UBPE Pongkor, masyarakat diharapkan dapat terbangun
kemandiriannya. Landasan Community Development (CD) yang diemban oleh PT
Antam Tbk UBPE Pongkor, sesuai dengan salah satu misi korporat, yaitu
“Berpartisipasi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah
operasi pertambangan”. Fokus pelaksanaan CD di PT Antam Tbk UBPE Pongkor
sebelum tahun 2001 adalah penanggulangan PETI, sedangkan untuk jangka waktu
dari tahun 2001- 2015 yaitu penyiapan masyarakat pasca tambang, peningkatan
kualitas SDM masyarakat, mengembangkan ekonomi masyarakat, peningkatan
kemandirian dan ketahanan ekonomi masyarakat, peningkatan kesehatan
masyarakat, dan peningkatan infrastuktur masyarakat. Penanganan para PETI
memang tidak digalakkan seperti dulu, namun PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
sampai saat ini tetap berusaha mengurangi jumlah PETI.
Sasaran kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh
PT.Antam Tbk UBPE Pongkor terutama untuk menghadapi masyarakat
pascatambang yang kuat, mandiri, dan sejahtera. Filosofi dasar pelaksanaan
pengembangan masyarakat oleh PT. Antam Tbk UBPE Pongkor adalah “Memberi
kail dan mengajar bagaimana cara mengail”. Oleh karena itu pengembangan
masyarakat juga diarahkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
usaha mengembangkan serta memberdayakan masyarakat itu sendiri.
PT. Antam Tbk memfokuskan bentuk tanggung jawab sosial atau CSR-
nya pada empat bidang perhatian yaitu Nature, Social, Well Being dan Economic.
Oleh PT. Antam Tbk UBPE Pongkor keempat bidang perhatian ini
diimplementasikan kepada masyarakat sekitar pertambangan dengan landasan
Community Development, sesuai dengan misi korporat yaitu “Berpartisipasi di
dalam upaya mensejahterakan masyarakat di sekitar operasi pertambangan”.
Implementasi CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor ini dibagi lagi menjadi tiga
bentuk program yaitu Community Devlopment (Pengembangan masyarakat),
Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL).
2.2 Keadaan Umum
2.2.1 Letak Wilayah
PT. Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terletak di
Gunung Pongkor, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Untuk menuju ke lokasi penambangan dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Jarak tempuh sekitar 54 km ke arah
barat daya dari Bogor. Kondisi jalan baik, berkelok - kelok dan menanjak
sehingga kendaraan tidak dapat melaju dengan kecepatan tinggi dan waktu
tempuh 3 - 3,5 jam dari Bogor ke Pongkor (Gambar 2.4).
Sumber : Google, 2016

Gambar 2.4
PT. Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

Desa Bantar karet terletak pada ketinggian 750 Meter di bawah permukaan
laut dengan curah hujan 400mm-800mm per tahun. Suhu udara berkisar 34º C
pada siang hari dan 26ºC pada malam hari. Luas wilayah Desa Bantar Karet yaitu
841ha. Jarak yang perlu ditempuh dari Ibukota Kecamatan 15km, jarak dari
Ibukota Kabupaten Bogor 70km, jarak dari Ibukota Provinsi Jawa Barat 165km,
dan jarak dari Ibukota Negara RI 140km. Topografi Desa Bantar Karet berupa
wilayah berbukit-bukit terjal, dengan batas wilayah (Gambar 2.5) sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Pangkal Jaya
Sebelah Selatan : Desa Pasir Peuteuy, Kabupaten Sukabumi
Sebelah Barat : Desa Cisarua
Sebelah Timur : Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang
Sumber : BPS Kecamatan Nanggung, 2015

Gambar 2.5
Batas Administrasi Kecamatan Nanggung

2.2.2 Kondisi Wilayah


Secara Administratif Kecamatan Nanggung terdiri atas 11desa, 32 dusun,
117RW dan 397RT dengan jumlah penduduk 88.760 jiwa (Tabel 2.1). Adapun
mata pencaharian masyarakat Desa Bantar Karet antara lain yaitu sebagai petani
dan pedagang (54,7 %), PNS (35,7 %), jasa bengkel (3,4 %), pengrajin (2,8 %)
dan penjahit (2,0 %).
Tabel 2.1
Data Kependudukan di Kecamatan Nanggung

Sumber : BPS Kecamatan Nanggung, 2015

2.2.3 Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bantar Karet sudah cukup
memadai. Hal ini juga dikarenakan Desa Bantar Karet merupakan Desa yang
letaknya paling dekat dengan lokasi Kantor PT Antam Tbk UBPE Pongkor.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Nanggung (BPS
Kecamatan Nanggung, 2014) adalah sebagai berikut:
• Sarana dan prasarana kelembagaan
a) 1 buah pasar yang bernama Pasar Rebo
b) 20 buah masjid
c) 50 musholla
d) 25 buah majelis taklim
• Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan
a) 1 buah balai pengobatan (BP) yang bernama Yayasan Rahayu Sarana dan
prasarana pendidikan
b) 1 buah UPT Puskesmas Nanggung, desa Curug Bitung.
c) 3 buah TPA (Taman Pendidikan Al-quran), tersebar di Kampung Nunggul,
Tugu dan Leuwi Buluh
d) 6 buah Madrasah Diniyah Islam (MDI), tersebar di 6 kampung, yaitu
Kampung Cikaung, Kampung Cadas Leueur, Kampung Sidempok,
Kampung Cilanggar, Kampung Bojong Sari, dan Kampung Nutug
e) 7 buah SD, tersebar di 7 kampung, yaitu Kampung Bantar Karet I,
Kampung Bantar Karet II, Kampung Cadas Leueur, Kampung Gunung
Dahu, Kampung Nunggul, Kampung Ciguha dan Kampung Cilanggar
f) 1 buah SMP Kelas Jauh, yang merupakan bagian dari SMPN 01
Nanggung.
g) 1 buah SMAN Nanggung.
2.3 Lokasi Penelitian
Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Barat oleh Van Bemmelen (1949)
menjadi daerah studi ekskursi termasuk zona Bogor (Gambar 2.6) yang termasuk
Lajur Pegunungan Selatan Jawa Timur dalam satuan perbukitan dan perlipatan.
Satuan ini mempunyai elevasi tertinggi 1.205 m di Gunung Gembes dan elevasi
terendah 250 m di S. Grindulu. Bentuk perbukitan dipengaruhi oleh lipatan, sesar,
dan batuan terobosan dengan kemiringan lereng 15%-70%. Sedangkan morfologi
tersusun oleh batuan vulkanik dan sedimen Formasi Mandalika, Formasi Arjosari,
Formasi Watupatok, Formasi Dayakan dan batuan terobosan berumur Oligosen.
Sungai utama yang membentuk pola aliran yaitu K.Tinatar, K.Grindulu,
K.Brungkah, K.Ngepoh.

Lokasi Studi Ekskursi

Gambar 2.6 Peta Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen,1949)

2.3.1 Kondisi Geologi


Pada zona ini ditemukan urat kuarsa yang berpola saling sejajar dengan
jurus umum Barat Laut-Tenggara (Lihat Gambat 2.7)
Sumber : Dokumen Departemen Eksplorasi PT. Antam Tbk.
Gambar 2.7 Peta Geologi Daerah Pongkor dan Sekitarnya

2.3.2 Kondisi Topografi


Tambang emas Pongkor terletak pada elevasi 500-700mdpl dengan puncak
tertinggi berada pada elevasi 750m. Kemiringan lereng daerah ini berkisar 40%-
60%.
2.3.3 Geomorfologi
Daerah sekitar gunung Pongkor merupakan suatu rangkaian pegunungan
yang relatif berelief perbukitan sedang sampai terjal yang umumnya masih
tertutup hutan primer.
2.3.4 Stratigrafi
Batuan breksi tuff yang disusun oleh tuff, tuff lapilli, aglomerat dan lapisan
lempung ini menyebar disepanjang sungai cikaniki. Batuan ini diterobos dan
terpotong oleh urat kuarsa yang mengandung emas (Gambar 2.8)

Sumber : Agung Basuki, (1994)

Gambar 2.8 Stratigrafi Area Pongkor

2.4 Metode Penambangan


Sistem penambangan yang dilakukan pada kegiatan penambangan bawah
tanah UBPE Pongkor adalah dengan menggunakan metode cut and fill. Kegiatan
penambangan mengalami proses pemboran dan peledakan disetiap kemajuan
penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk pembuatan cross-cut dan
pengambilan material yang mengandung bijih. Ketika proses pengambilan
material telahdilakukan, maka area tersebut diisi kembali denganmaterial tanah
yang sebelumnya dipindahkan dan ditambahkan dengan tailing untuk menutupi
area yang telah selesai ditambang (backfilling). Skema cut and fill dapat dilihat
pada gambar 2.9.
Sumber : Dokumen Departemen Eksplorasi PT. ANTAM Tbk. 2005
Gambar 2.9 Metode Penambangan Cut and Fill

Kegiatan penambangan dimulai pada April 1994 dengan melakukan land


clearing untuk membuka jala dari Parengpeng ke Pongkor. Kemudian dilanjutkan
dengan pembangunan infrastruktur berupa gedung kantor, instalasi listrik, sarana
telekomunikasi, pabrik pengolahan, laboratorium serta pembuatan kolam untuk
menampung material sisa (tailing dam).
BAB III
REALISASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PT ANEKA TAMBANG TBK UBPE PONGKOR

3.1 Bentuk Program Corporate Social Responsibility PT. Antam Tbk UBPE
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Program-program Corporate Social
Responsibility PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk daerah di sekitar lokasi
pertambangan dibagi menjadi tiga bentuk, yakni program pengembangan
masyarakat, program kemitraan dan program bina lingkungan. Hal ini bertujuan
untuk:
1. Mempersiapkan Masyarakat Pascatambang
2. Peningkatan Kualitas SDM
3. Mengembangkan Ekonomi Masyarakat
4. Meningkatkan Kemandirian dan Ketahanan Ekonomi Masyarakat
5. Peningkatan esehatan Masyarakat
6. Peningkatan Infrastruktur Masyarakat
Strategi untuk pelaksanaan CSR UBPE Pongkor yang terbagi dalam tiga
bidang tersebut di atas memiliki sasaran prioritas pada masyarakat Ring Satu
Kecamatan Nanggung, kemudian untuk Ring Dua diluar kecamatan Nanggung
dan
Ring Tiga lebih luas bersifat nasional. Dalam pelaksanaannya kegiatan CSR
UBPE mengacu pada masterplan PT. ANTAM yang pada akhimya menghasilkan
program unggulan UBPE Pongkor yakni:
1. Mempersiapkan Masyarakat Pascatambang (Agrogeoedutourism)
2. Peningkatan Kualitas SDM
3. Mengembangkan Ekonomi Masyarakat
4. Meningkatkan Kemandirian dan Ketahanan Ekonomi Masyarakat Lokal
Berbasis Komoditas Lokal
5. Peningkatan Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat
6. Peningkatan Infrastruktur Masyarakat
Saat ini keberadaan ANTAM telah memberikan perubahan yang signifkan
bagi masyarakat Kecamatan Nanggung melalui:
• Pembangunan penunjang kehidupan sosial masyarakat yakni sekolah
• Pembangunan infiastruktur yang bersifat vital yakni akses jembatan dan
jalan raya, yang bertujuan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat.
Akses
yang mudah ini diharapkan akan merangsang aktifitas perekonomian.
• Partisipasi ANTAM (UBPE) dalan pelestarian kebudayaan. Keunikan
lokal
merupakan nilai kesejarahan yang tidak dapat tergantikan, maka dari itu
ANTAM (UBPE) ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial budaya.
Dalam rangka pelaksanan kegiatan CSR, PT Antam Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor telah melakukan social mapping yang dilakukan
oleh
IPB pada tahun 2006, dan pada tahun 2009 bekerja sama dengan konsultan
Gerbang
Daya Sinergi. Substansi dari social mapping yang dilakukan adalah memotret
potensi dan masalah yang berkaitan dengan program. Secara umum program-
program yang telah diimplementasikan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk
wilayah sekitar pertambangan antara lain sebagai berikut :
3.1.1 Program Persiapan Masyarakat Pascatambang
Roadmap penghidupan berkelanjutan (social mainclosure) pasca tambang
telah dirumuskan perusahan dalam bentuk grand design sebagai bentuk komitmen
perusahaan untuk kelanjutan penghidupan masyarakat jika perusahaan tambang telah
selesai beroperasi. Sebagai pedoman dalam implementasinya telah dibuat master plan
pasca tambang yaitu pengembangan masyarakat melalui : Agrogeoedutourism dan
Green Fine Aggregate (GFA).
Konsep Pengembangan kawasan Agrogeoedutourism didasarkan pada
keinginan PT. Antam Pongkor agar masyarakat nantinya tidak lagi bergantung pada
perusahaan setelah pascatambang. Saat perusahaan berhenti beroperasi masyarakat
sudah mulai atau sudah mempunyai usaha alternatif lainnya yang bisa dimanfaatkan
sesuai keunikan yang dimiliki masing-masing untuk komoditas wisata. Jadi tambang
dalamnya dapat dipakai mahasiswa untuk belajar (Gambar 3.1). Lalu wilayah ini juga
akan menjadi Taman Nasional yang ada wisata tambangnya. Sungai Cikaniki juga
menjadi lokasi wisata rafting (arung-jeram). Program yang digarap menyeluruh
meliputi peningkatan perekonomian, sumberdaya manusia, dan infrastruktur
penunjang kawasan.

Gambar 3.1 Ilustrasi Terowongan Bawah Tanah Penambangan Emas

Secara geografis, wilayah kecamatan Nanggung memiliki banyak potensi


yang dapat dikembangkan sebagai konsep tourism. Wilayah yang tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin menjadi tempat subur bagi sektor pertanian, peternakan serta
budaya. Kecamatan Nanggung juga memiliki objek situs sejarah yang sudah menjadi
salah satu icon wisata Kabupaten Bogor. Sedangkan potensi yang tidak dimiliki oleh
wilayah lain adalah keberadaan ANTAM yang melakukan kegiatan penambangan.
Konsep proses penambangan bawah tanah dan pengolahannya dapat menjadi potensi
wisata bagi masyarakat umum. Road Map untuk agrogeoedutourism dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Road Map Konsep Program Pascatambang Agrogeoedutourism
Sumber : Data Hasil Verifikasi Lapangan – Proper 2013 PT. Aneka Tambang UBPE– Jawa Barat

Selain itu, PT.Antam Pongkor juga tengah melakukan uji coba pengerjaan
pabrik pemanfaatan tailing (material sisa proses pemisahan mineral emas dan perak
dari ore atau bijih) yang diklaim sebagai pabrik pemanfaatan tailing pertama di
Indonesia (Gambar 3.2) sebagai bentuk inovasi di bidang pengelolaan lingkungan
pascatambang.
Sumber : Aplikasi Software Google Maps, 2016

Gambar 3.2 Lokasi Pabrik Green Fine Agregate PT. Antam Tbk. Pongkor

Pemanfaatan tailing ini akan digunakan sebagai bahan baku material konstruksi
yang diberi nama Green Fine Aggregate (GFA) dimana hari ini, Sabtu (09/04)
pabriknya telah diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti
Nurbaya (Gambar 3.3) serta telah bersertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI)
sebagai material konstruksi yang memenuhi seluruh persyaratan lingkungan dan
teknis. Bahkan, GFA telah dimanfaatkan dalam berbagai program kegiatan CSR
untuk perbaikan jalan, pembangunan ekowisata di Srengseng sawah, puskesmas dan
pembangunan infrastruktur di berbagai tempat (Gambar 3.4). Di sisi lain pemanfaatan
GFA juga mengurangi keberadaan PETI yang mulai beralih profesi menjadi
karyawan di pabrik GFA milik PT. Antam Pongkor (Gambar 3.5).
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016

Gambar 3.3 Pabrik Green Fine Agregate PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016

Gambar 3.4 Produk GFA Dimanfaatkan dalam Berbagai Program Kegiatan CSR
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Gambar 3.5 Mantan PETI Bekerja di Pabrik GFA

Berdasarkan izin yang telah dikeluarkan oleh KLHK pada Oktober 2014,
pemanfaatan dan pengolahan limbah bijih emas Antam Pongkor dapat digunakan
menjadi substitusi bagi bahan baku pembuatan batako, paving blok, bata ringan,
gorong-gorong, media jalan, tembok panel, genteng beton dan lainnya. Pemanfaatan
tailing ini telah mendapatkan izin dari KLHK Selain itu, berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 2 tahun 2008, limbah yang
tergolong limbah berbahaya dan beracun (B3) masih bisa dimanfaatkan dengan syarat
memenuhi kriteria seperti adanya kebutuhan pasar. Artinya, ada keuntungan dari segi
ekonomi jika limbah ini dimanfaatkan. Pemanfaatan tailing ini telah mendapatkan
izin dari KLHK melalui keputusan Menteri LH Nomor 07.86.10 tahun 2014 tentang
izin pemanfaatan limbah B3 milik PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
3.1.2 Program Pengembangan Kemasyarakatan
Program-program pengembangan kemasyarakatan yang telah dilakukan
oleh PT. Antam Tbk UBPE Pongkor antara lain :
a) Pengembangan pertanian wilayah Kecamatan Nanggung bekerjasama
dengan PUPUK dan Garuda Food, mulai tahun 2003.
b) Pengembangan tanaman obat-obatan bekerjasama dengan BPPT dan Dinas
Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bogor, mulai tanggal 15 Desember
2004. (Pembangunan Kawasan Agromedika Hambaro Kabupaten Bogor).
c) Pelatihan Pemuda Pelopor Warga bekerja sama dengan Yayasan Darut
Tauhid Bandung tangal 14 Mei 2005, diikuti oleh 20 orang perwakilan
Desa se- Kecamatan Nanggung.
d) Pelatihan kepemimpinan bekerja sama dengan LPSDM Gentra, tanggal
16–19 September 2005, diikuti oleh perwakilan seluruh Kecamatan di
Bogor Barat.
Program pengembangan masyarakat untuk wilayah Desa Bantar Karet
sendiri yang pernah terealisasi antara lain program pengembangan pertanian,
pelatihan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan tanaman
obat-obatan, dan sebagainya. Gambar di bawah ini merupakan dokumentasi
program pelatihan pengembangan SDM yang diikuti oleh Desa Bantar Karet,
dimana peserta yang dilibatkan adalah perwakilan dari kampung-kampung yang
ada di Desa Bantar Karet, yaitu Kampung Bantar Karet. Program pengembangan
masyarakat lainnya yang pernah diikuti oleh masyarakat Kampung Bantar Karet
yaitu pelatihan pengembangan tanaman obat-obatan. Pelatihan pengembangan
masyarakat tersebut biasanya diikuti oleh para pemuda, karena para orang tua
terkadang merasa malas, selain itu menurut para orang tua pemuda diharapkan
dapat menjadi generasi penerus untuk mengembangkan wilayahnya kelak.
Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Gambar 3.6 Pelatihan Pengembangan SDM

3.1.3 Program Kemitraan dan Swakelola


Program kemitraan adalah suatu program dimana PT Antam Tbk UBPE
Pongkor memberikan pinjaman dana kepada masyarakat yang telah memiliki
usaha, untuk kemudian masing-masing unit usaha tersebut dijadikan mitra binaan
PT Antam Tbk UBPE Pongkor agar usaha tersebut dapat lebih berkembang.
Pelaksanaan Program Kemitraan di PT Antam Tbk. dimulai sejak tahun 1992
yang pada saat itu masih bernama Program Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi
(PUKK). pengusaha kecil dan koperasi yang menjadi binaan atau disebut Mitra
Binaan PT Antam Tbk berada di berbagai sektor usaha antara lain : sektor
industri, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor peternakan, sektor
perkebunan, sektor perikanan, sektor jasa, dan sektor lainya seperti pada gambar
dibawah ini.
Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Gambar 3.7 Pengembangan Usaha Kecil

Pada suatu acara-acara tertentu PT Antam Tbk UBPE Pongkor akan


menyertakan mereka untuk mempromosikan kegiatan usaha mereka kepada
khalayak. Tujuan mengikut sertakan mereka pada acara tersebut adalah
memperkenalkan pasar pada mereka. Misalnya mereka diikutsertakan untuk
mendirikan stand-stand usaha mereka di Jakarta Conventional Center (JCC) atau
yang belum lama ini yaitu di Botani Square dalam acara Community Expo yang
diadakan oleh Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB),
dimana PT Antam Tbk UBPE Pongkor menyertakan salah satu mitra binaanya di
bidang industri kerajinan tas pada acara tersebut.
Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Gambar 3.8 Pengembangan di Bidang Pertanian

Program Kemitraan PT Antam Tbk UBPE Pongkor tergolong sebagai


program yang dapat mengembangkan perekonomian lokal karena program
tersebut dapat membantu membangun perekonomian di suatu wilayah, namun
program tersebut pernah mengalami kegagalan akibat kelemahan-kelamahan yang
ada dalam program kemitraaan tersebut. Hasil laporan akhir studi evaluasi dan
perencanaan pengembangan masyarakat di sekitar PT Aneka Tambang Tbk yang
ditulis oleh Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor bekerjasama
dengan PT Aneka Tambang Tbk pada tahun 2006, dirumuskan beberapa
kelemahan program kemitraan PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Adapun beberapa
kelemahan program PUKK (Program Kemitraan PT Antam Tbk UBE Pongkor)
menurut para penerima program antara lain :
1. PT Antam Tbk UBPE Pongkor dianggap mempunyai motif tersendiri,
dimana pemberian bantuan bukan untuk warga yang benar-benar mengelola
usaha, tetapi lebih kepada warga yang sering mengkritik PT Antam Tbk
UBPE Pongkor.
2. Bantuan PUKK tahap 1 diberikan tidak langsung pada penerima program,
melainkan melalui pihak ketiga.
3. Bantuan bukan didasarkan keinginan penerima.
4. Penerima bantuan ada yang belum berpengalaman usaha, sehingga usaha
yang disarankan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk dikembangkan
sebenarnya merupakan usaha baru baginya.
5. Dana bantuan kemitraan untuk modal yang direalisasikan tidak memadai
untuk digunakan sesuai usulan.
6. Pendekatan kelompok memiliki kelemahan bila kelompok dibuat asal jadi
dan belum terbangun kepercayaan diantara anggota kelompok. Pendekatan
yang disyaratkan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk mengajukan
permintaan bantuan PUKK adalah “kelompok”. Realisasinya, dana yang
diterima kelompok dibagi-bagi diantara anggota kelompok secara merata,
bukan untuk usaha bersama.
7. PT Antam Tbk UBPE Pongkor tidak secara serius menyeleksi kesiapan
manajerial dan kelayakan usaha bagi penerima program.
8. Pendampingan belum intensif.
PT Antam tetap mengusahakan program kemitraan meskipun memiliki
berbagai kelemahan tersebut dan tetap berusaha untuk memperbaiki program-
program yang dinilai gagal. Melalui pelibatkan berbagai lembaga-lembaga
pendikan dan instansi terkait PT Antam Tbk UBPE Pongkor berusaha melakuakan
pengkajian tentang program yang paling tepat dengan kebutuhan masyarakat,
sehingga program-program CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor dapat berjalan
terus (sustainable) dan terbangun kemandirian kelak jika PT Antam sudah tidak
beroperasi lagi di wilayah tersebut.
Kini Program Kemitraan tersebut sudah terealisasi di hampir semua wilayah
yang dekat dengan lokasi pertambangan. Beberapa program kemitraan yang telah
dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk wilayah sekitar pertamangan
antara lain :
a) Pengembangan perbengkelan CV Jaya Abadi.
b) Pengembangan industri kerajinan tas.
c) Pengembangan perbengkelan las listrik CV. Barokah.
d) Koperasi simpan pinjam sistem tanggung renteng Kecamatan Nanggung.
e) Pemberdayaan pengusaha :PT. MMU, CV. Bukit Tumaritis, CV Mustika
f) Kencana Jaya, CV. Mudiana Sejahtera, dan lain-lain.
g) Pemberdayaan masyarakat lokal melalui program Swakelola Bina Usaha
h) Comdev.
Program kemitraan untuk Desa Bantar Karet sendiri yang sudah terealisasi
antara lain program ternak ayam arab, pengembangan perbengkelan,
pengembangan perdagangan kayu, pengembangan perdagangan bakso, dan
sebagainya. Gambar di bawah ini merupakan salah satu contoh program
kemitraan yang ada di Desa Bantar Karet dan masih berjalan hingga saat ini, yaitu
pengembangan CV Jaya Abadi. Pengembangan CV Jaya Abadi ini tergolong
program kemitraan PT Antam Tbk UBPE Pongkor yang sukses di Desa Bantar
Karet, karena program tersebut sangat dirasakan sekali manfaatnya bagi pemilik
CV Jaya Abadi ini.

Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor


Gambar 3.9 Pengembangan Bengkel CV Jaya Abadi

Selain itu, perusahaan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat melalui survei


dasar yang telah dilakukan pada tahun 2009 untuk seluruh wilayah kecamatan
Nanggung. Kecamatan Nanggung merupakan lokasi di mana PT Antam tersebut
berada, sehingga kecamatan ini menjadi sasaran prioritas ( Ring I ) untuk kegiatan
CSR. Sedangkan untuk penentuan skala prioritas dilakukan dengan menggunakan
metode PRA dan Logical Framework Approch (LFA). Sebagai ilustrasi dapat
dicontohkan pada saat penentuan program budidaya Domba, terlebih dahulu
dipetakan dari sisi wilayah, penerimaan masyarakat, kemampuan geografis dan
SDMnya. Dari hasil diskusi kemudian muculah program, dengan demikian program
tidak dipaksakan oleh perusahaan saja melainkan murni keinginan masyarakat.
Rencana ke depan akan dikembangkan menjadi sentra Domba Nanggung dan untuk
selanjutnya akan diupayakan pengembangan industri dari kulit kambing. Dengan
demikian kambing tidak dijual dalam kondisi hidup tetapi dimanfaatkan juga kulitnya
sebagai bahan industri dan kotorannya dapat dimanfaatkan untuk pupuk serta biogas.
Harapannya dari budidaya domba ini akan dapat berkembang industri – industri yang
lain.
Program Swakelola adalah program bantuan PT Antam Tbk UBPE Pongkor,
dimana PT Antam Tbk UBPE Pongkor memberikan pekerjaan untuk masyarakat,
seperti mengecat kantor, membangun jalan, dan sebagainya. Di kampung Bantar
Karet yang masyarakatnya sebagian besar dari mata pencahariannya adalah tukang
ojek, buruh, petani, tentunya sangat mengandalkan program swakelola tersebut untuk
menambah penghasilan mereka. Namun program swakelola tersebut sangat jarang,
menurut salah satu masyarakat disana lima tahun sekali pun belum tentu didapatkan
pekerjaan tersebut. Bahkan masyarakat sampai meminta pekerjaan tetapi PT Antam
Tbk UBPE Pongkor tidak memberikannya, dikarenakan belum ada proyek.

Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor


Gambar 3.10 Program Swakelola PT Antam Tbk UBPE Pongkor
3.1.4 Program Bina Lingkungan
PT Antam Tbk UBPE Pongkor memfokuskan CSR-nya pada wilayah-wilayah
yang paling dekat dengan lokasi pertambangan dan memiliki kemungkinan dampak
yang paling besar. Adapun wilayah-wilayah tersebut sebagian besar adalah desa-desa
di Kecamatan Nanggung, yaitu antara lain Desa Bantar Karet, Desa Cisarua, Desa
Curug Bitung, Desa Hambaro, Desa Kalong Liud, Desa Malasari, Desa Nanggung,
Desa Pangkal Jaya, Desa Parakanmuncang, dan Desa Sukaluyu. Program-program
bina lingkungan yang telah dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk
wilayah sekitar pertambangan antara lain :
a) Pembangunan sarana dan prasarana : Pembangunan gedung sekolah (SDN
Hambaro 02, SDN Parakan Muncang 02, SDN Bantar Karet 01, MI Ciketug),
Pengaspalan jalan Malasari-Nyuncung-Nanggung, pembangunan puskesmas
pembantu Desa Malasari, pembangunan lapangan sepak bola Desa Bantar
karet, Desa Cadas Leueur, Desa Pangkal Jaya, serta pembuatan sarana air
bersih.
b) Sarana Ibadah/Keagamaan : Pembangunan Kantor KUA Kecamatan
Nanggung dan Majlis Ta’lim Desa Cisarua
c) Peningkatan kesehatan: Penanggulangan gizi buruk / busung lapar di wilayah
Kecamatan Nanggung, dengan program pemberian makanan tambahan
selama 6 (enam) bulan.
d) Bencana Alam: Bantuan musibah gempa bumi, tsunami dan tanah longsor.
e) Pendidikan dan Pelatihan : Pemberian bantuan kepada Karima Foundation
Program Bantuan Pendidikan anak yatim di kota Bogor, Yayasan Hilal
(pemberdayaan masyarakat secara terpadu), Yayasan Giri Taman, serta
Yayasan Baitul Mustahiq (Penampungan dan pendidikan yatim piatu /
dhuafa), bantuan rutin bulanan honor guru SD, Madrasah, SMP, SMU ABI,
Madrasah Aliyah Unggulan, serta bantuan biaya operasioal TK Parempeng.
Desa Bantar Karet sebagai desa yang letaknya paling dekat dengan PT Antam
Tbk UBPE Pongkor merupak desa yang paling sering mendapatkan bantuan dari PT
Antam Tbk UBPE Pongkor, salah satunya program bina lingkungan seperti pada
gambar di bawah ini. Pogram Bina Lingkungan yang telah dilakukan oleh PT Antam
Tbk UBPE Pongkor untuk Desa Bantar Karet periode 2007-2008 (Tabel 3.2 dan
Tabel 3.3).
Tabel 3.2
Bantuan PT.Antam Tbk UBPE Pongkor untuk Desa Bantar Karet Tahun 2007
Bulan Jenis Bantuan
Juli Bantuan Pembangunan SDN Kampung Cilanggar Desa Bantar
Karet (Tahap I)
Bantuan Pemasangan Instalasi Listrik Kampung Babakan
Gunung Dahu, Desa Bantar Karet
Bantuan Sound System Kampung Cadas Leueur Desa Bantar
Karet
Agustus Bantuan Pembangunan SDN Gunung Dahu, Desa Bantar
Karet
Bantuan Pembangunan Rumah Jompo di Wilayah Desa
Bantar Karet
September Bantuan Pembersihan Lingkungan Desa Bantar Karet
Oktober Bantuan Pengedaman Jalan Kampung Cimanganten Desa
Bantar Karet
November Bantuan Pembangunan pagar SDN Bantar Karet
Desember Pembangunan SDN Cilanggar, Desa Bantar Karet (Tahap I)

Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor

Gambar 3.11 Pemasangan Instalasi Listrik Kampung Babakan Gunung


Dahu, Desa Bantar Karet
Tabel 3.3
Bantuan PT. Antam Tbk UBPE Pongkor untuk Desa Bantar Karet Tahun 2008
Bulan Jenis Bantuan
Januari Bantuan pembangunan sarana air bersih Kampung Pasir
Eurih, Desa Bantar Karet
Bantuan pembangunan majelis ta'lim Kampung Cipanas,
Kampung Nunggul Desa
Bantar Karet
Februari Bantuan biaya pembangunan dinding pengaman sekolah SDN
Nunggul Desa Bantar Karet
September Bantuan Pembersihan Lingkungan Desa Bantar Karet
Maret Bantuan pembangunan SDN Cilanggar Desa Bantar Karet
(tahap 2)

Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor


Gambar 3.12 Pembangunan Sarana Air Bersih Kampung Pasir Eurih, Desa
Bantar Karet
Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Gambar 3.13 Pembangunan Infrastruktur

3.1.5 Penanganan Konflik akibat PETI


Konflik yang muncul dalam lima ( 5 ) tahun terakhir adalah konflik yang
berkitan dengan aktivitas penambangan yaitu adanya penambangan illegal di
mana para penambang kebanyakan berasal dari luar kecamatan Nanggung. Kondisi
seperti ini bagi perusahaan sangat mengganggu karena dapat merusak lingkungan,
budaya dan dapat membahayakan diri sendiri serta karyawan perusahan (Gambar
3.14). Budaya ekonomi instant ini sangat mengganggu program CSR sehingga
program pemberdayaan seperti tidak ada artinya. Demikian juga dengan modal sosial
yang dimiliki masyarakat seperti gotong royong dan kekeluargaan menjadi semakin
menipis.
Gambar 3.14 Keberadaan PETI

Kategori/tipe konflik yang pernah terjadi, pada tahun 1998 massa membakar
kantor pada saat perusahaan mencoba melakukan pelarangan penambangan karena
sangat membahayakan karena ada yg mengalami kecelakaan. Pada tahun 2004
kejadian terulang lagi dengan kasus yg sama. Selebihnya adalah letupan- letupan
kecil seperti demo tutup jalan, perusakan lahan. Jenis-jenis konflik yang paling sering
muncul untuk lima ( 5 ) tahun terakhir adalah letupan-letupan kecil.
Komitmen kelembagaan untuk merespon konflik adalah mendukung usaha
penertiban, pembersihan, sementara itu untuk satuan tugas, yang penting adalah
mengamankan aset. Perusahaan memiliki SOP untuk penanganan demo, tanggap
darurat dan untuk bencana alam, yang berupa antisipasi. Penyelesaian konflik dengan
masyarakat yang berkaiatan CSR dilakukan dengan musyawarah dan mufakat dan
sampai dengan saat ini efektif untuk mengelola konflik. Untuk masalah penambangan
emas tanpa ijin ( PETI ) diakui harus diselesaikan dengan lintas instansi. Dalam
konteks ini ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal menjadi sangat
tinggi. Seperti yang pernah terjadi, imbas dari penertiban penambangan, maka jalan
dari Pangkal Jaya sampai Antam di komplain warga untuk dibayar. Pihak perusahaan
kemudian minta pendapat dan bantuan kepada tokoh masyarakat dan Bina marga
untuk memberikan penjelasan kepada warga (Gambar 3.15). Bupati kemudian
mengeluarkan SK tentang status jalan tersebut dan hasilnya tidak mucul gejolak lagi.
Potensi konflik di masa yang akan datang masih berkaitan dengan penertiban
penambangan emas tanpa ijin (PETI ) perusahaan selalu menyampaikan
perkembangan yang terjadi ke pimpinan setempat.

Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor


Gambar 3.15 Sosialisasi Penanggulangan Dampak PETI

3.2 Mekanisme Perolehan Bantuan Program Corporate Social


Responsibility PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Mekanisme di sini ditekankan pada teknis pemberian bantuan untuk
masyarakat sekitar PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Perusahaan yang memiliki
komitmen untuk menerapkan konsep keberlanjutan dalam kegiatan operasi
perusahaan, mereka akan memiliki mekanisme yang dapat meninggalkan manfaat
yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat dan lingkungan di sekitar daerah
tersebut (Alizar, dkk, 2006). Mekanisme pelaksanaan program CSR yang
dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor tergolong pada bottom up process,
dimana beneficiaries (penerima manfaat), dalam hal ini masyarakat
mengidentifikasi dan merumuskan sendiri kebutuhannya untuk kemudian
dilakukan evaluasi oleh perusahaan.
Implementasi tersebut dapat dilihat dari prosedur untuk mendapatkan
bantuan yang ditetapkan oleh perusahaan, dimana masyarakat mengajukan
proposal terlebih dahulu, untuk kemudian proposal tersebut diproses oleh
perusahaan dan dinilai kelayakannya. Setelah proposal dievaluasi, perusahaan
akan mensurvei langsung di lapang dan baru membuat keputusan apakah proposal
tersebut disetujui atau tidak. Mekanisme tersebut tergolong cukup baik, walau
mungkin masyarakat yang menerima program bantuan dari PT Antam Tbk UBPE
Pongkor tidak merata, dikarenakan hanya sebagian masyarakat yang mengerti
prosedur untuk perolehan bantuan. Bahkan ada juga masyarakat yang merasa
tidak tersentuh oleh program-program bantuan dari PT Antam Tbk UBPE
Pongkor dan mengatakan bahwa program tersebut tidak tepat sasaran, dimana
masyarakat yang menerima program kebanyakan masyarakat yang sudah mampu,
sementara masyarakat miskin tidak tersentuh sama sekali.
Hal tersebut cukup diterima jika dilihat dari alasan PT Antam Tbk UBPE
Pongkor dalam hal keterbatasan tenaga untuk mensurvey langsung ke lokasi dan
merumuskan bersama masyarakat tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Dengan PT Antam Tbk UBPE Pongkor bekerja sama dan melibatkan lembaga-
lembaga lain dalam pengkajian dan merumuskan kebutuhan masyarakat,
mengindikasikan bahwa PT Antam Tbk UBPE Pongkor telah cukup baik dalam
menjalin hubungan dengan semua pihak dan telah responsif terhadap masyarakat
sekitar pertambangan.
Terdapat beberapa kritik masyarakat terhadap program pengembangan
masyarakat yang dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor pada tabel 3.4
dibawah ini :
Tabel 3.4 Perbandingan Mekanisme Perolehan Bantuan dan Manfaat bagi
Masyarakat Biasa dan Masyarakat Mantan PETI
Unsur Masyarakat Biasa Masyarakat Mantan PETI
Perbandingan
Jenis Bantuan yang Bantuan yang diterima cenderung Di samping bantuan yang sifatnya
diterima lebih kepada bantuan yang sifatnya pengembangan kemasyarakatan dan
pengembangan kemasyarakatan dan bina lingkungan, masyarakat mantan
bina lingkungan, seperti pelatihan PETI mendapat bantuan yang
SDM, pembangunan berbagai sifatnya pengembangan ekonomi,
infrastruktur seperti pembangunan seperti bantuan untuk mendirikan
jalan, sekolahan, sarana ibadah, dan atau mengembangan usaha, baik di
sebagainya sektor jasa, pertanian, perikanan,
maupun industri
Kemudahan dalam Masyarakat biasa cenderung sulit Lebih mudah dalam memperoleh
memperoleh untuk mendapatkan bantuan, terutama bantuan. Hal ini dikarenakan PETI
bantuan untuk mendapatkan bantuan untuk sangat berpengaruh sekali terhadap
pengembangan ekonomi mereka, kelangsungan PT Antam Tbk UBPE
misalnya untuk modal mendirikan Pongkor, dimana masyarakat mantan
usaha. Masyarakat biasa menilai PETI yang tidak diberi bantuan
proposal mereka sulit untuk disetujui cenderung bersifat anarki.
Masyarakat mantan PETI ini
biasanya marah jika proposal mereka
tidak disetujui oleh PT Antam Tbk
UBPE Pongkor. Dari wawancara
dengan salah seorang mantan PETI
yang ditemui di depan Ruang Staff
Comdev PT Antam Tbk UBPE
Pongkor, dimana Ia sedang
mengajukan proposal perolehan
bantuan Ia mengatakan bahwa jika
tidak memperoleh bantuan maka Ia
akan menutup jalan Desa Bantar
Karet yang sering dilewati PT
Antam Tbk UBPE Pongkor
Manfaat dan Jika dilihat di tingkat komunitas, Sangat bermanfaat sekali karena hal
tingkat kepuasan masyarakat cukup merasakan manfaat tersebut selain membantu dalam
terhadap bantuan dan cukup dengan adanya bantuan PT peningkatan kualitas hidup, dengan
PT Antam Tbk Antam Tbk UBPE Pongkor, karena diberinya para mantan PETI modal
UBPE Pongkor secar tidak langsung meningkatkan untuk berusaha, maka banyak juga
kualitas hidup mereka, seperti beberapa para mantan PETI yang
pembangunan berbagai infrastruktur kini sukses dan tidak lagi menjadi
pendidikan dan kesehatan. Namun PETI
untuk ranah individu mereka belum
cukup puas, karena mereka masih
mengharapkan yang lebih, seperti
bantuan untuk pengembangan usaha
yang masih sulit untuk direalisasikan
di ranah individu
BAB IV
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI PENAMBANGAN EMAS
TANPA IZIN

4.1. Pertambangan Tanpa Izin


4.1.1 Asal Muasal Pertambangan Tanpa Izin di PT. Antam Tbk UBPE
Pongkor
Awal mula pembukaan proyek, terdapat banyak sekali Penambangan Tanpa
Izin (PETI), yang jumlahnya mencapai ribuan. Pertambangan Tanpa Izin (PETI)
tersebut tentu saja sangat merugikan PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Kerugian
tersebut akibat ulah PETI yang menambang emas menembus batas kawasan PT
Antam Tbk UBPE Pongkor. Di samping itu PETI juga menimbulkan kerusakan
lingkungan karena proses eksplorasi yang tidak memenuhi standar. Para Pelaku
PETI tidak hanya berasal dari Kecamatan Nanggung, tapi sebagian besar berasal
dari dalam Provinsi Jawa Barat sendiri (Cikotok, Sukabumi, Bogor, dan Rangkas
Bitung).
Untuk mengatasi PETI yang jumlahnya tak terkendali, PT Antam Tbk
UBPE Pongkor mulai memperketat sistem pengamanannya. Namun usaha
tersebut justru memicu terjadinya konflik antara PT Antam Tbk UBPE Pongkor
dengan PETI. Pada tahun 1998 meletuslah konflik terbesar, dimana hal tersebut
dipicu oleh tewasnya seorang gurandil yang tertembak oleh senapan milik seorang
keamanan PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Kesalahpahaman tersebut berdampak
pada pembakaran Kantor Administrasi PT Antam Tbk UBPE Pongkor, yang
menyebabkan PT Antam Tbk UBPE Pongkor terhenti produksinya selama kurang
lebih 10 hari dan mengalami kerugian milyaran rupiah.
Sejalan dalam kegiatan bisnisnya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor terus
berupaya mengurangi PETI melalui program-program CSR-nya, salah satunya
yaitu dengan merekrut para pekerja yang merupakan masyarakat sekitar
pertambangan. Selain itu juga dilakukan SK Bupati Tahun 2001 yang berisi
bahwa PETI dilarang serta mengeluarkan PETI dari wilayah operasi produksi
tambang Pongkor, serta membentuk stabilitas keamanan tahun 2001 sampai
dengan tahun 2005. Jumlah pelaku PETI di tambang emas Pongkor relatif tidak
berubah dari tahun sebelumnya, yakni berkisar antara 100-200 orang. Kegiatan
PETI berlokasi di wilayah permukaan di atas deposit milik PT Antam Tbk UBPE
Pongkor yang berlokasi di bawah tanah di area Taman Nasional Gunung Halimun.
Deposit emas yang berada di permukaan tidak boleh ditambang karena merupakan
wilayah Taman Nasional.
4.1.2 Motif Pertambangan Tanpa Izin di PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Sebagian besar Pertambangan Tanpa Izin (PETI) berasal dari luar
kecamatan Nanggung, sekitar 70 persen gurandil (sebutan untuk para pelaku
PETI) adalah pendatang dari dalam Provinsi Jawa Barat sendiri (Cikotok, Salopa,
Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, dan Rangkasbitung) dan dari luar, seperti
Bengkulu, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Timur. Hanya 30 persen yang berasal
dari sekitar kawasan pertambangan itu, yaitu dari Desa Bantar Karet dan Desa
Cisarua. Hal yang menarik adalah bahwa ada sejumlah gurandil yang merupakan
karyawan PT.Aneka Tambang yang mengundurkan diri. Pemeran lain adalah
aparat keamanan yang membuka akses dan memberi perlindungan bagi orang-
orang yang bekerja sebagai gurandil. Para gurandil datang dengan berbagai motif,
ada yang sebagian mengaku bahwa alasan meraka menjadi PETI adalah untuk
makan sehari-hari, dan ada juga yang memang untuk memperkaya diri mereka,
karena mereka tahu saat itu harga emas sangat tinggi.
Terlebih setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997,
dimana marak dengan masyarakat yang di PHK (Pemutusan Hak Kerja). Hal
tersebut menyebabkan mereka mencari cara lain untuk mendapatkan uang, guna
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bahkan dari beberapa gurandil yang
tertangkap, ketika ditanya apakah mereka tidak khawatir dengan keselamatan
mereka, mereka justru menjawab dengan mimik wajahnya yang terlihat pasrah
terhadap keadaan :
“ Mau bagaimana lagi, toh sama saja jadi gurandil saya mati, tidak menjadi
gurandil juga saya akan mati karena kelaparan”.
Keadaan seperti tersebut sering dimanfaatkan oleh para pemodal besar
yang ingin memperkaya diri mereka dengan menggunakan tenaga masyarakat
miskin. Dalam kondisi keuangan yang sulit tentu saja sangat mudah orang
terjerumus dalam melakukan tindakan-tindakan yang salah. Melihat kondisi ini,
memang masalah kesejahteraan perlu diperhatikan lagi terlebih untuk rakyat kecil
yang biasanya merupakan entitas yang selalu dirugikan. Agar hal ini tidak
dimanfaatkan oleh para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, dan tidak
memikirkan rakyat kecil.
4.1.3 Dampak Pertambangan Tanpa Izin di PT. Antam Tbk UBPE Emas
Pongkor
Dampak dari adanya Pertambangan Tanpa Izin sangat banyak sekali. Bagi
PT.Antam Tbk UBPE Pongkor itu sendiri, keberadaan PETI dianggap sangat
merugikan PT.Antam Tbk UBPE Pongkor, karena lubang galian PETI terkadang
menembus batas wilayah eksplorasi PT Antam Tbk. Hal ini tentunya
menyebabkan PT Antam Tbk UBPE Pongkor mengalami kerugian hingga
Milyaran rupiah.
Selain itu PETI juga menimbulkan kerusakan lingkungan, seperti longsor,
pencemaran merkuri, dan pengotoran lingkungan. Misalnya yaitu kondisi Taman
Nasional Gunung Halimun sebelum dilakukan pengamanan sangat rusak dan tidak
indah lagi akibat sisa-sisa sampah yang ditinggalkan oleh para PETI (Gambar
4.1). Hal ini merugikan perusahaan, karena ini menjadi beban perusahaan yang
mendapatkan Kuasa Pertambangan (KP), dimana perusahaan harus bertanggung
jawab terhadap rehabilitasi wilayah yang telah dirusak, tentu saja ini juga
merugikan masyarakat asli (lokal) di sekitar wilayah pertambangan dan juga bagi
PETI sendiri. Kondisi hutan dan wilayah tempat tinggal masyarakat diganggu
keseimbangan ekosistemnya, yang pada akhirnya dapat mendatangkan bencana
pada mereka sewaktu-waktu.
Gambar 4.1 Kondisi Taman Nasional Akibat Ulah PETI
Masyarakat bisa mengalami gangguan kesehatan, seperti gangguan
pernapasan akibat gas Karbon (Co) tinggi, yang belum lama pernah terjadi akibat
pengasapan yang dilakukan PETI. Selain itu sisa-sisa pengolahan emas yang
mengandung Merkuri dan Sianida yang dibuang oleh PETI ke sungai, yang sering
dipakai oleh masyarakat setempat untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi,
mencuci, atau sebagian masyarakat masih ada yang menggunakan air sungai
untuk memasak.
Walaupun dampak Merkuri dan Sianida tersebut belum dirasakan oleh
masyarakat saat ini, tapi kemungkinan zat tersebut akan terkonsentrasi di dalam
tubuh dan akan menimbulkan penyakit dikemudian hari. Kita ketahui bahwa di
Jepang pernah terjadi tragedi besar, dimana bayi satu generasi mengalami cacat.
Cacat tersebut bias berupa bayi lahir dengan anggota badan tidak lengkap,
kebutaan atau yang disebut penyakit minamata, dan sebagainya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dampak adanya PETI sangat merugikan sekali, baik bagi
perusahaan, yakni PT.Antam Tbk UBPE Pongkor, bagi lingkungan, bagi
masyarakat, maupun bagi PETI itu sendiri.
Bagi PETI itu sendiri bahaya yang ditimbulkan bagi para gurandil (sebutan
untuk para pelaku PETI) antara lain keselamatan kerja mereka sendiri saat
menambang, karena sewaktu-waktu tanah di atas tempat Ia menambang akan
longsor sewaktu-waktu dan menimbun mereka. Tidak seperti perusahaan, yang
menerapkan sistem pengeboran underground, PETI cenderung menambang
dengan melakukan pengeboran dari atas gunung. Lubang galian PETI sangat kecil
sekali, sehingga tidak memungkinkan PETI untuk bergerak leluasa, seperti ketika
berada di alam bebas. Hal ini berbeda sekali dengan lubang yang dibuat
PT.Antam Tbk UBPE Pongkor, dimana lubang tersebut sangat luas dan tersedia
berbagai fasilitas, seperti kantin dan musholla. Tentunya dari lubang PETI yang
sangat sempit tersebut sistem sirkulasi udaranya lebih buruk, dan PETI bisa
mengalami gangguan pernapasan. Dapat dikatakan yang terkena potensi dampak
terbesar secara langsung adalah jiwa PETI itu sendiri, hidupnya yang sehari-hari
‘bermain’ dengan air raksa saat pengelupasan bijih emas tentunya sudah banyak
Merkuri dan Sianida yang terkonsentrasi ditubuhnya. Oleh karena itu perlu
dilakukan sosialisasi terhadap PETI, karena ini berkenaan dengan keselamatan
diri PETI sendiri.
4.1.4 Jumlah Pelaku Pertambangan Tanpa Izin Dulu dan Sekarang di PT.
Antam Tbk UBPE Pongkor
Jumlah PETI atau gurandil mencapai puncaknya pada tahun 1998-1999.
Diperkirakan 6.000 gurandil menjarah kawasan pertambangan emas PT Aneka
Tambang di Pongkor (Susanto, 2007). Mereka menguasai hampir 200 Hektar
areal pertambangan yang tersebar di beberapa daerah prospek: Blok Kubang
Kicau, Cicurug, Gunung Butak, dan Pasirjawa. Saat ini jumlah PETI bisa
dikatakan berkurang jika dibandingkan dahulu. Dahulu yang jumlahnya mencapai
ribuan, kini hanya ratusan saja. Walaupun secara statistik tidak ada yang dapat
menyebutkan secara jelas berapa jumlah PETI dulu dan sekarang, namun
beberapa info yang saya dapatkan mengatakan bahwa PETI yang tertinggal hanya
lah seperempatnya saja. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Suharta, yakni
salah seorang Staff Comdev PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Kalau dulu PETI
bertindak sangat terang-terangan, kini lebih terselubung.
Puncaknya adalah pada tahun 1998, terjadi bentrokan antara PETI dengan
PT. Antam Tbk UBPE Pongkor. Bahkan dapat dikatakan pada tahun tersebut
adalah tahun puncak kejayaan PETI, dimana PETI berhasil memukul mundur
keamanan PT.Antam Tbk UBPE Pongkor, bahkan sempat membakar Kantor PT
Antam Tbk UBPE Pongkor dan membuat sebagian keamanan PT Antam Tbk
UBPE Pongkor menangis karena kewalahan menghadapi PETI yang jumlahnya
banyak dan bertindak sangat anarki. Seperti yang dialami oleh Bapak Maryono,
seorang Staff Keamanan PT.Antam Tbk UBPE Pongkor. Beliau mengatakan
sempat menangis karena beliau adalah salah satu orang yang diburu oleh PETI.
Pengurangan PETI ini juga terus diupayakan oleh PT.Antam Tbk UBPE Pongkor,
walaupun sangat sulit untuk membuat PETI benar-benar tidak ada lagi. Kini untuk
menekan jumlah PETI, PT Antam Tbk UBPE Pongkor terus melakukan
kombinasi tiga pendekatan, yaitu pendekatan, sosial, dan ekonomi dan keamanan.
4.1.5 Upaya PT Antam Tbk UBPE Pongkor dalam Pengurangan
Pertambangan Tanpa Izin
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, upaya perusahaan untuk menekan
jumlah pelaku PETI adalah kombinasi pendekatan sosial, ekonomi dan keamanan.
Program-program pemberdayaan masyarakat serta upaya penertiban pelaku PETI
secara terpadu dan konsisten terus dilakukan bersama dengan berbagai pihak yang
terkait seperti aparat keamanan, tokoh masyarakat, maupun pemerintah daerah
serta masyarakat sekitar.
1. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial yang telah dilakukan PT Antam Tbk UBPE Pongkor
untuk menekan jumlah PETI antara lain berupa sosialisasi akan bahaya merkuri,
sosialisasi tentang keselamatan jiwa PETI, pelatihan SDM berkualitas, kegiatan
bakti sosial, pembangunan berbagai infrastuktur dan sebagainya. Pendekatan
sosial ini dinilai efektif, karena pengurangan jumlah PETI seperti saat ini, juga
merupakan keberhasilan pendekatan ini. Kebanyakan masyarakat dari Desa
Bantar Karet, yang dulunya pernah menjadi gurandil mengatakan bahwa dirinya
berhenti menjadi penambang liar karena takut akan bahaya merkuri. Saat ini
justru banyak yang bekerja di PT Antam Tbk UBPE Pongkor sebagai dealer
(penagih uang) pada masyarakat mitra binaan PT Antam Tbk UBPE Pongkor
yang mendapatkan pinjaman modal usaha dari PT Antam Tbk UBPE Pongkor.
Gambar 4.2 di bawah merupakan pendekatan sosial yang dilakukan PT Antam
Tbk UBPE Pongkor untuk mengurangi jumlah PETI.
Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Gambar 4.2 Sosialisasi pada PETI akan Bahaya Longsor dan Merkuri

Gambar di atas merupakan gambar sosialisasi PETI akan dampak Merkuri


dan Sianida yang dilakukan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Pada gambar
terkesan memperlihatkan kesenjangan antara PT Antam Tbk UBPE Pongkor.
Dalam penyampaian sosialisasi tersebut, Penyuluh dari PT Antam Tbk UBPE
Pongkor seolah-olah memperlakukan para PETI bukan sebagai mitra yang sejajar.
Cara penyampaian sosialisasi PT Antam Tbk UBPE Pongkor perlu diperbaiki agar
tujuan dapat tercapai sesuai dengan Visi dan Misi yang diharapkan oleh PT
Antam Tbk UBPE Pongkor untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar daerah
operasi pertambangan, yang salah satunya adalah masyarakat PETI.
2. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi yang dilakukan PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk
menekan jumlah PETI yaitu antara lain dengan merekrut pekerja dari masyarakat
Kecamatan Nanggung, yang merupakan masyarakat yang paling dekat dengan
wilayah pertambangan. Dengan adanya program GFA sebagai salah satu program
pascatambang agar kondisi ekonomi masyarakat sekitar tambang tetap eksis
walaupun kegiatan penambangan telah selesai. Selain itu, perusahaan memberikan
modal usaha bagi masyarakat yang memiliki keterampilan, memberikan pinjaman
lunak bagi masyarakat yang ingin memperluas skala usahanya, dan sebagainya
(Gambar 4.3). Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang cukup baik dan
dinilai efektif, karena ada juga warga masyarakat yang dahulunya adalah Tokoh
PETI yang mempunyai pengaruh kuat, setelah diadakan pendekatan oleh PT
Antam Tbk UBPE Pongkor dengan memberikannya modal usaha, kini Ia menjadi
wirausahawan yang sukses dan berhenti menjadi seorang gurandil.

Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor


Gambar 4.3
PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. UBPE Pongkor Menggelontorkan
Program Kemitraan Berupa Pinjaman Lunak digunakan sebagai Tambahan
Modal Pengembangan Usaha

3. Pendekatan Keamanan
Pendekatan Keamanan yang dilakukan PT Antam Tbk UBPE Pongkor juga
dinilai efektif dalam mengurangi jumlah PETI (Gambar 4.4). Sikap tegas aparat
keamanan dalam menangani dan memproses PETI yang tertangkap cukup
membuat PETI kini sedikit takut untuk melakukan aksinya secara terang-terangan.

Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor


Gambar 4.4 Suasana Sebelum dan Sesudah Pengamanan terhadap PETI

Namun demikian adanya pendekatan-pendekatan tersebut di atas, masih


banyak PETI yang belum tersentuh program-program CSR PT Antam Tbk UBPE
Pongkor. Masyarakat PETI yang justru belum tersentuh program CSR PT Antam
Tbk UBPE Pongkor adalah PETI yang seharusnya memang perlu diberdayakan,
yakni masyarakat PETI yang miskin yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan
masyarakat PETI yang merupakan para pemodal besar.
4.2. Corporate Social Responsibility dan Pertambangan Tanpa Izin
4.2.1. Hubungan Corporate Social Responsibility dan Pertambangan Tanpa
Izin
Hubungan Corporate Social Responsibility dengan Pertambangan Tanpa
Izin (PETI), walaupun jika ditelusuri dimana para pelaku PETI sebagian besar
merupakan orang luar Kecamatan Nanggung, namun tetap saja terdapat hubungan
yang erat. Para pelaku PETI dari luar Kecamatan Nanggung yang kebanyakan
adalah pemodal besar, dimana mereka memanfaatkan masyarakat miskin
Kecamatan Nanggung untuk jadi buruh mereka, yakni sebagai gurandil.
Dengan adanya Corporate Social Responsibility atau bantuan-bantuan yang
diberikan oleh PT. Antam Tbk UBPE Pongkor untuk membantu masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar pertambangan, maka
kini masyarakat lokal yang semula menjadi gurandil mulai berkurang, dan
mencari penghasilan dengan cara lain. Dengan semakin sedikit masyarakat lokal
yang menjadi gurandil, maka para pelaku PETI yang berasal dari luar Kecamatan
Nanggung, semakin sedikit mendapatkan dukungan dari masyarakat lokal, dan
mereka tidak leluasa lagi untuk tinggal dan menetap di wilayah Kecamatan
Nanggung. Oleh karena itu dapat dikatakan PETI semakin berkurang, sehingga
antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Pertambangan Tanpa Izin
(PETI) memang terdapat hubungan walaupun tidak terlalu terlihat.
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Komoditas emas yang berada di Pongkor sejak awal perusahaan beroperasi
telah mengundang banyak penambang emas tanpa ijin (PETI) untuk melakukan
penambangan secara illegal. Aktivitas ini mempengaruhi kondisi lingkungan dan
sosial budaya masyarakat di Kecamatan Nanggung. Keberadaan PETI (gurandil)
yang mayoritas pendatang membawa perubahan fundamental pada masyarakat.
PETI membawa masuk budayanya sendiri yang berbeda dengan masyarakat lokal
dan dengan cepat mempengaruhi perilaku masyarakat lokal utamanya yang
berkaitan dengan komoditas yang relatif mudah didapatkan dengan hasil yang
lebih besar dengan mengabaikan bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Aktivitas PETI saat ini relatif masih dapat dikendalikan melalui pendekatan
hukum, sosial dan keamanan. Dalam kegiatan CSR perusahaan perlu memperbesar
porsi pendekatan sosial. Sosialisasi tentang bahaya penambangan bagi individu
maupun masyarakat serta lingkungan alam penting untuk selalu digalakkan.
Kebiasaan dalam masyarakat ingin serba cepat (instant) dalam memenuhi kebutuhan
sudah tertanam cukup kuat sejak berprofesi sebagai penambang emas
(PETI/Gurandil). Pekerjaan CSR kemudian tidak semata-mata hanya ekonomi tetapi
juga harus mampu merubah pola pikir mayarakat. Mendidik masyarakat agar
mengerti mana yang keinginan dan mana yang benar-benar kebutuhan menjadi hal
yang tidak dapat diabaikan. Proses pemberdayaan yang sering dinilai oleh masyarakat
relatif cukup lama untuk menunggu dan terlebih lagi bila dikaitkan dengan hasil yang
diharapkan masih dibutuhkan penyadaran. Ini merupakan tantangan berat bagi CSR
Antam Pongkor tetapi memang di sinilah akar permasalahannya.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadi program CSR harus
ditangani secara serius karena memiliki fungsi ganda, yaitu :
1. Sebagai alternatif bagi penghidupan masyarakat sehingga tidak berlama-
lama larut dalam aktivitas PETI.
2. Menyiapkan masyarakat agar dapat mandiri dan tidak tergantung pada
perusahaan karena persoalan baru akan muncul jika masyarakat belum
dapat mandiri saat perusahaan tidak lagi beroperasi, karena penghidupan
yang berbasis sumber daya alam sangat ditentukan oleh keberadaan
tambang akan berakhir atau selesai saat sumber daya tersebut habis.
Untuk itulah implementasi kegiatan pada setiap tahapannya harus jelas menuju
pada tercapainya kemandirian masyarakat. Usaha untuk menumbuhkan ekonomi
masyarakat setempat kemudian menjadi point yang sangat penting.
1.2 Saran
Salah satu usaha ANTAM untuk menjaga kawasan sekitar dari perambahan
PETI adalah dengan melakukan kerjasama dengan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak (TNGHS) untuk menjalankan program Model Kampung Konservasi ( MKK )
yang salah satu tuiuannya adalah untuk melindungi wilayah konservasi agar
meminimalisir kerusakan lingkungan akibat aktivitas PETI. Usaha ini patut
mendapatkan apresiasi harus didukung dari para stakeholder agar dapat terealisasi
sesuai rencana.

Anda mungkin juga menyukai