TINJAUAN UMUM
2.1.4 PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dan Pertambangan Tanpa Izin
Bisnis pertambangan adalah bisnis yang rawan sekali keberlanjutannya,
karena dalam kegiatan pertambangan rentan sekali terhadap isu-isu kerusakan
lingkungan, oleh karena itu dalam kegiatannya perusahaan pertambangan harus
dapat menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Perusahaan dalam hal ini
harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga tidak terjadi
kesenjangan yang tinggi antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat.
PT Antam Tbk UBPE Pongkor merupakan pertambangan emas. Jenis
komoditasnya saja tentunya membuat orang yang mendengar akan tergiur oleh
suatu benda yang memiliki nilai tinggi ini. Dengan begitu PT Antam Tbk UBPE
Pongkor memang harus lebih ekstra menjalin hubungan baik dengan masyarakat.
Selain berbagai tuntutan-tuntutan yang datang dari masyarakat dalam
kegiatan bisnisnya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor menghadapi gangguan yang
berupa Pertambangan Tanpa Izin (PETI), yang para pelakunya disebut gurandil
(tikus). PETI ini tentunya sangat merugikan PT Antam Tbk UBPE Pongkor,
karena lubang yang digali oleh PETI terkadang menembus wilayah eksplorasi PT.
Antam Tbk UBPE Pongkor. Selain hal tersebut, dalam proses eksplorasinya PETI
tidak memenuhi standar pengeboran yang telah ditentukan. Hal tersebut selain
merusak lingkungan juga membahayakan keselamatan jiwa PETI itu sendiri
akibat longsoran tanah yang sewaktuwaktu dapat terjadi. Pengolahan bijih emas
yang dilakukan PETI juga tidak layak, yaitu menggunakan air raksa yang
mengandung merkuri, dimana limbah tersebut dibuang oleh PETI ke Sungai yang
biasa digunakan oleh masyarakat untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi,
mencuci dan sebagainya.
Sebagai salah satu bentuk kontribusi perusahan terhadap wilayah sekitar
dalam masyarakat, PT Antam Tbk UBPE Pongkor memegang misinya dalam
pengembangan masyarakat yaitu “Berpartisipasi di dalam upaya
mensejahterakan masyarakat di sekitar operasi pertambangan”. Dalam
mensejahterakan masyarakat diperlukan stabilitas keamanan, dan dalam
pelaksanaanya harus ditumbuh kembangkan semangat membangun dan
meningkatkan ekonomi masyarakat yang dibantu oleh perusahaan. Dengan
mensejahterakan masyarakat di sekitar operasi pertambangan diharapkan PETI
tidak ada lagi sukses dari aktivitas ini adalah citra yang mewarnai perusahaan
pertambangan dan masyarakat sekitar.
2.1.5 Community Development/Coorporate Social Responsibility dan
Pascatambang PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor
Corporate Social Responsibility dimaknai sebgai suatu komitmen usaha
PT.Antam Tbk untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama
para pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat dimanapun PT Antam
Tbk berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara
berkelanjutan dengan menjujung tinggi prinsip-prinsip praktik usaha yang baik,
keadilan sosial, dan keadilan lingkungan
Corporate Social Responsibility ( CSR ) khusus untuk perusahaan yang
melakukan kegiatan ekploitasi dimaksudkan agar ada timbal balik keuntungan
bagi
daerah, dalam arti supaya masyarakat ikut merasakan keuntungan juga dari
kegiatan
eksploitasi. Sebelum ada CSR kegiatan ini dinamakan Community Devlopment
dan
kegiatan Community Devlopment di sini dimulai sejak masa eksplorasi .
Perubahan
yang terjadi pada saat ada CSR adalah dimasukkannya anggaran untuk
postmining, sedangkan konsentrasi anggaran adalah ditujukan kepada masyarakat.
Implementasi CSR Antam Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor
dituangkan dalam disain lima tahunan rencana CSR Antam ( master plan ).
Dengan kesadaran bahwa kehadiran Antam Pongkor ditengah- tengah masyarakat
tidaklah semata-mata hanya sebagai entitas perusahaan melainkan juga sebagai
bagian dari entitas sosial yang hidup berdampingan dan saling mempengaruhi
dengan masyarakat di sekitarnya.
Sejalan dengan kegiatan bisnisnya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor juga
turut membantu masyarakat di sekitar pertambangan dalam peningkatan kualitas
hidup mereka. Melalui program pengembangan masyarakat yang digalakkan
PT.Antam Tbk UBPE Pongkor, masyarakat diharapkan dapat terbangun
kemandiriannya. Landasan Community Development (CD) yang diemban oleh PT
Antam Tbk UBPE Pongkor, sesuai dengan salah satu misi korporat, yaitu
“Berpartisipasi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah
operasi pertambangan”. Fokus pelaksanaan CD di PT Antam Tbk UBPE Pongkor
sebelum tahun 2001 adalah penanggulangan PETI, sedangkan untuk jangka waktu
dari tahun 2001- 2015 yaitu penyiapan masyarakat pasca tambang, peningkatan
kualitas SDM masyarakat, mengembangkan ekonomi masyarakat, peningkatan
kemandirian dan ketahanan ekonomi masyarakat, peningkatan kesehatan
masyarakat, dan peningkatan infrastuktur masyarakat. Penanganan para PETI
memang tidak digalakkan seperti dulu, namun PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
sampai saat ini tetap berusaha mengurangi jumlah PETI.
Sasaran kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh
PT.Antam Tbk UBPE Pongkor terutama untuk menghadapi masyarakat
pascatambang yang kuat, mandiri, dan sejahtera. Filosofi dasar pelaksanaan
pengembangan masyarakat oleh PT. Antam Tbk UBPE Pongkor adalah “Memberi
kail dan mengajar bagaimana cara mengail”. Oleh karena itu pengembangan
masyarakat juga diarahkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
usaha mengembangkan serta memberdayakan masyarakat itu sendiri.
PT. Antam Tbk memfokuskan bentuk tanggung jawab sosial atau CSR-
nya pada empat bidang perhatian yaitu Nature, Social, Well Being dan Economic.
Oleh PT. Antam Tbk UBPE Pongkor keempat bidang perhatian ini
diimplementasikan kepada masyarakat sekitar pertambangan dengan landasan
Community Development, sesuai dengan misi korporat yaitu “Berpartisipasi di
dalam upaya mensejahterakan masyarakat di sekitar operasi pertambangan”.
Implementasi CSR PT Antam Tbk UBPE Pongkor ini dibagi lagi menjadi tiga
bentuk program yaitu Community Devlopment (Pengembangan masyarakat),
Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL).
2.2 Keadaan Umum
2.2.1 Letak Wilayah
PT. Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terletak di
Gunung Pongkor, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Untuk menuju ke lokasi penambangan dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Jarak tempuh sekitar 54 km ke arah
barat daya dari Bogor. Kondisi jalan baik, berkelok - kelok dan menanjak
sehingga kendaraan tidak dapat melaju dengan kecepatan tinggi dan waktu
tempuh 3 - 3,5 jam dari Bogor ke Pongkor (Gambar 2.4).
Sumber : Google, 2016
Gambar 2.4
PT. Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Desa Bantar karet terletak pada ketinggian 750 Meter di bawah permukaan
laut dengan curah hujan 400mm-800mm per tahun. Suhu udara berkisar 34º C
pada siang hari dan 26ºC pada malam hari. Luas wilayah Desa Bantar Karet yaitu
841ha. Jarak yang perlu ditempuh dari Ibukota Kecamatan 15km, jarak dari
Ibukota Kabupaten Bogor 70km, jarak dari Ibukota Provinsi Jawa Barat 165km,
dan jarak dari Ibukota Negara RI 140km. Topografi Desa Bantar Karet berupa
wilayah berbukit-bukit terjal, dengan batas wilayah (Gambar 2.5) sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Pangkal Jaya
Sebelah Selatan : Desa Pasir Peuteuy, Kabupaten Sukabumi
Sebelah Barat : Desa Cisarua
Sebelah Timur : Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang
Sumber : BPS Kecamatan Nanggung, 2015
Gambar 2.5
Batas Administrasi Kecamatan Nanggung
3.1 Bentuk Program Corporate Social Responsibility PT. Antam Tbk UBPE
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Program-program Corporate Social
Responsibility PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk daerah di sekitar lokasi
pertambangan dibagi menjadi tiga bentuk, yakni program pengembangan
masyarakat, program kemitraan dan program bina lingkungan. Hal ini bertujuan
untuk:
1. Mempersiapkan Masyarakat Pascatambang
2. Peningkatan Kualitas SDM
3. Mengembangkan Ekonomi Masyarakat
4. Meningkatkan Kemandirian dan Ketahanan Ekonomi Masyarakat
5. Peningkatan esehatan Masyarakat
6. Peningkatan Infrastruktur Masyarakat
Strategi untuk pelaksanaan CSR UBPE Pongkor yang terbagi dalam tiga
bidang tersebut di atas memiliki sasaran prioritas pada masyarakat Ring Satu
Kecamatan Nanggung, kemudian untuk Ring Dua diluar kecamatan Nanggung
dan
Ring Tiga lebih luas bersifat nasional. Dalam pelaksanaannya kegiatan CSR
UBPE mengacu pada masterplan PT. ANTAM yang pada akhimya menghasilkan
program unggulan UBPE Pongkor yakni:
1. Mempersiapkan Masyarakat Pascatambang (Agrogeoedutourism)
2. Peningkatan Kualitas SDM
3. Mengembangkan Ekonomi Masyarakat
4. Meningkatkan Kemandirian dan Ketahanan Ekonomi Masyarakat Lokal
Berbasis Komoditas Lokal
5. Peningkatan Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat
6. Peningkatan Infrastruktur Masyarakat
Saat ini keberadaan ANTAM telah memberikan perubahan yang signifkan
bagi masyarakat Kecamatan Nanggung melalui:
• Pembangunan penunjang kehidupan sosial masyarakat yakni sekolah
• Pembangunan infiastruktur yang bersifat vital yakni akses jembatan dan
jalan raya, yang bertujuan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat.
Akses
yang mudah ini diharapkan akan merangsang aktifitas perekonomian.
• Partisipasi ANTAM (UBPE) dalan pelestarian kebudayaan. Keunikan
lokal
merupakan nilai kesejarahan yang tidak dapat tergantikan, maka dari itu
ANTAM (UBPE) ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial budaya.
Dalam rangka pelaksanan kegiatan CSR, PT Antam Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor telah melakukan social mapping yang dilakukan
oleh
IPB pada tahun 2006, dan pada tahun 2009 bekerja sama dengan konsultan
Gerbang
Daya Sinergi. Substansi dari social mapping yang dilakukan adalah memotret
potensi dan masalah yang berkaitan dengan program. Secara umum program-
program yang telah diimplementasikan oleh PT Antam Tbk UBPE Pongkor untuk
wilayah sekitar pertambangan antara lain sebagai berikut :
3.1.1 Program Persiapan Masyarakat Pascatambang
Roadmap penghidupan berkelanjutan (social mainclosure) pasca tambang
telah dirumuskan perusahan dalam bentuk grand design sebagai bentuk komitmen
perusahaan untuk kelanjutan penghidupan masyarakat jika perusahaan tambang telah
selesai beroperasi. Sebagai pedoman dalam implementasinya telah dibuat master plan
pasca tambang yaitu pengembangan masyarakat melalui : Agrogeoedutourism dan
Green Fine Aggregate (GFA).
Konsep Pengembangan kawasan Agrogeoedutourism didasarkan pada
keinginan PT. Antam Pongkor agar masyarakat nantinya tidak lagi bergantung pada
perusahaan setelah pascatambang. Saat perusahaan berhenti beroperasi masyarakat
sudah mulai atau sudah mempunyai usaha alternatif lainnya yang bisa dimanfaatkan
sesuai keunikan yang dimiliki masing-masing untuk komoditas wisata. Jadi tambang
dalamnya dapat dipakai mahasiswa untuk belajar (Gambar 3.1). Lalu wilayah ini juga
akan menjadi Taman Nasional yang ada wisata tambangnya. Sungai Cikaniki juga
menjadi lokasi wisata rafting (arung-jeram). Program yang digarap menyeluruh
meliputi peningkatan perekonomian, sumberdaya manusia, dan infrastruktur
penunjang kawasan.
Selain itu, PT.Antam Pongkor juga tengah melakukan uji coba pengerjaan
pabrik pemanfaatan tailing (material sisa proses pemisahan mineral emas dan perak
dari ore atau bijih) yang diklaim sebagai pabrik pemanfaatan tailing pertama di
Indonesia (Gambar 3.2) sebagai bentuk inovasi di bidang pengelolaan lingkungan
pascatambang.
Sumber : Aplikasi Software Google Maps, 2016
Gambar 3.2 Lokasi Pabrik Green Fine Agregate PT. Antam Tbk. Pongkor
Pemanfaatan tailing ini akan digunakan sebagai bahan baku material konstruksi
yang diberi nama Green Fine Aggregate (GFA) dimana hari ini, Sabtu (09/04)
pabriknya telah diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti
Nurbaya (Gambar 3.3) serta telah bersertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI)
sebagai material konstruksi yang memenuhi seluruh persyaratan lingkungan dan
teknis. Bahkan, GFA telah dimanfaatkan dalam berbagai program kegiatan CSR
untuk perbaikan jalan, pembangunan ekowisata di Srengseng sawah, puskesmas dan
pembangunan infrastruktur di berbagai tempat (Gambar 3.4). Di sisi lain pemanfaatan
GFA juga mengurangi keberadaan PETI yang mulai beralih profesi menjadi
karyawan di pabrik GFA milik PT. Antam Pongkor (Gambar 3.5).
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Gambar 3.3 Pabrik Green Fine Agregate PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Gambar 3.4 Produk GFA Dimanfaatkan dalam Berbagai Program Kegiatan CSR
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Gambar 3.5 Mantan PETI Bekerja di Pabrik GFA
Berdasarkan izin yang telah dikeluarkan oleh KLHK pada Oktober 2014,
pemanfaatan dan pengolahan limbah bijih emas Antam Pongkor dapat digunakan
menjadi substitusi bagi bahan baku pembuatan batako, paving blok, bata ringan,
gorong-gorong, media jalan, tembok panel, genteng beton dan lainnya. Pemanfaatan
tailing ini telah mendapatkan izin dari KLHK Selain itu, berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 2 tahun 2008, limbah yang
tergolong limbah berbahaya dan beracun (B3) masih bisa dimanfaatkan dengan syarat
memenuhi kriteria seperti adanya kebutuhan pasar. Artinya, ada keuntungan dari segi
ekonomi jika limbah ini dimanfaatkan. Pemanfaatan tailing ini telah mendapatkan
izin dari KLHK melalui keputusan Menteri LH Nomor 07.86.10 tahun 2014 tentang
izin pemanfaatan limbah B3 milik PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
3.1.2 Program Pengembangan Kemasyarakatan
Program-program pengembangan kemasyarakatan yang telah dilakukan
oleh PT. Antam Tbk UBPE Pongkor antara lain :
a) Pengembangan pertanian wilayah Kecamatan Nanggung bekerjasama
dengan PUPUK dan Garuda Food, mulai tahun 2003.
b) Pengembangan tanaman obat-obatan bekerjasama dengan BPPT dan Dinas
Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bogor, mulai tanggal 15 Desember
2004. (Pembangunan Kawasan Agromedika Hambaro Kabupaten Bogor).
c) Pelatihan Pemuda Pelopor Warga bekerja sama dengan Yayasan Darut
Tauhid Bandung tangal 14 Mei 2005, diikuti oleh 20 orang perwakilan
Desa se- Kecamatan Nanggung.
d) Pelatihan kepemimpinan bekerja sama dengan LPSDM Gentra, tanggal
16–19 September 2005, diikuti oleh perwakilan seluruh Kecamatan di
Bogor Barat.
Program pengembangan masyarakat untuk wilayah Desa Bantar Karet
sendiri yang pernah terealisasi antara lain program pengembangan pertanian,
pelatihan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan tanaman
obat-obatan, dan sebagainya. Gambar di bawah ini merupakan dokumentasi
program pelatihan pengembangan SDM yang diikuti oleh Desa Bantar Karet,
dimana peserta yang dilibatkan adalah perwakilan dari kampung-kampung yang
ada di Desa Bantar Karet, yaitu Kampung Bantar Karet. Program pengembangan
masyarakat lainnya yang pernah diikuti oleh masyarakat Kampung Bantar Karet
yaitu pelatihan pengembangan tanaman obat-obatan. Pelatihan pengembangan
masyarakat tersebut biasanya diikuti oleh para pemuda, karena para orang tua
terkadang merasa malas, selain itu menurut para orang tua pemuda diharapkan
dapat menjadi generasi penerus untuk mengembangkan wilayahnya kelak.
Sumber : Humas PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
Gambar 3.6 Pelatihan Pengembangan SDM
Kategori/tipe konflik yang pernah terjadi, pada tahun 1998 massa membakar
kantor pada saat perusahaan mencoba melakukan pelarangan penambangan karena
sangat membahayakan karena ada yg mengalami kecelakaan. Pada tahun 2004
kejadian terulang lagi dengan kasus yg sama. Selebihnya adalah letupan- letupan
kecil seperti demo tutup jalan, perusakan lahan. Jenis-jenis konflik yang paling sering
muncul untuk lima ( 5 ) tahun terakhir adalah letupan-letupan kecil.
Komitmen kelembagaan untuk merespon konflik adalah mendukung usaha
penertiban, pembersihan, sementara itu untuk satuan tugas, yang penting adalah
mengamankan aset. Perusahaan memiliki SOP untuk penanganan demo, tanggap
darurat dan untuk bencana alam, yang berupa antisipasi. Penyelesaian konflik dengan
masyarakat yang berkaiatan CSR dilakukan dengan musyawarah dan mufakat dan
sampai dengan saat ini efektif untuk mengelola konflik. Untuk masalah penambangan
emas tanpa ijin ( PETI ) diakui harus diselesaikan dengan lintas instansi. Dalam
konteks ini ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal menjadi sangat
tinggi. Seperti yang pernah terjadi, imbas dari penertiban penambangan, maka jalan
dari Pangkal Jaya sampai Antam di komplain warga untuk dibayar. Pihak perusahaan
kemudian minta pendapat dan bantuan kepada tokoh masyarakat dan Bina marga
untuk memberikan penjelasan kepada warga (Gambar 3.15). Bupati kemudian
mengeluarkan SK tentang status jalan tersebut dan hasilnya tidak mucul gejolak lagi.
Potensi konflik di masa yang akan datang masih berkaitan dengan penertiban
penambangan emas tanpa ijin (PETI ) perusahaan selalu menyampaikan
perkembangan yang terjadi ke pimpinan setempat.
3. Pendekatan Keamanan
Pendekatan Keamanan yang dilakukan PT Antam Tbk UBPE Pongkor juga
dinilai efektif dalam mengurangi jumlah PETI (Gambar 4.4). Sikap tegas aparat
keamanan dalam menangani dan memproses PETI yang tertangkap cukup
membuat PETI kini sedikit takut untuk melakukan aksinya secara terang-terangan.
1.1 Kesimpulan
Komoditas emas yang berada di Pongkor sejak awal perusahaan beroperasi
telah mengundang banyak penambang emas tanpa ijin (PETI) untuk melakukan
penambangan secara illegal. Aktivitas ini mempengaruhi kondisi lingkungan dan
sosial budaya masyarakat di Kecamatan Nanggung. Keberadaan PETI (gurandil)
yang mayoritas pendatang membawa perubahan fundamental pada masyarakat.
PETI membawa masuk budayanya sendiri yang berbeda dengan masyarakat lokal
dan dengan cepat mempengaruhi perilaku masyarakat lokal utamanya yang
berkaitan dengan komoditas yang relatif mudah didapatkan dengan hasil yang
lebih besar dengan mengabaikan bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Aktivitas PETI saat ini relatif masih dapat dikendalikan melalui pendekatan
hukum, sosial dan keamanan. Dalam kegiatan CSR perusahaan perlu memperbesar
porsi pendekatan sosial. Sosialisasi tentang bahaya penambangan bagi individu
maupun masyarakat serta lingkungan alam penting untuk selalu digalakkan.
Kebiasaan dalam masyarakat ingin serba cepat (instant) dalam memenuhi kebutuhan
sudah tertanam cukup kuat sejak berprofesi sebagai penambang emas
(PETI/Gurandil). Pekerjaan CSR kemudian tidak semata-mata hanya ekonomi tetapi
juga harus mampu merubah pola pikir mayarakat. Mendidik masyarakat agar
mengerti mana yang keinginan dan mana yang benar-benar kebutuhan menjadi hal
yang tidak dapat diabaikan. Proses pemberdayaan yang sering dinilai oleh masyarakat
relatif cukup lama untuk menunggu dan terlebih lagi bila dikaitkan dengan hasil yang
diharapkan masih dibutuhkan penyadaran. Ini merupakan tantangan berat bagi CSR
Antam Pongkor tetapi memang di sinilah akar permasalahannya.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadi program CSR harus
ditangani secara serius karena memiliki fungsi ganda, yaitu :
1. Sebagai alternatif bagi penghidupan masyarakat sehingga tidak berlama-
lama larut dalam aktivitas PETI.
2. Menyiapkan masyarakat agar dapat mandiri dan tidak tergantung pada
perusahaan karena persoalan baru akan muncul jika masyarakat belum
dapat mandiri saat perusahaan tidak lagi beroperasi, karena penghidupan
yang berbasis sumber daya alam sangat ditentukan oleh keberadaan
tambang akan berakhir atau selesai saat sumber daya tersebut habis.
Untuk itulah implementasi kegiatan pada setiap tahapannya harus jelas menuju
pada tercapainya kemandirian masyarakat. Usaha untuk menumbuhkan ekonomi
masyarakat setempat kemudian menjadi point yang sangat penting.
1.2 Saran
Salah satu usaha ANTAM untuk menjaga kawasan sekitar dari perambahan
PETI adalah dengan melakukan kerjasama dengan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak (TNGHS) untuk menjalankan program Model Kampung Konservasi ( MKK )
yang salah satu tuiuannya adalah untuk melindungi wilayah konservasi agar
meminimalisir kerusakan lingkungan akibat aktivitas PETI. Usaha ini patut
mendapatkan apresiasi harus didukung dari para stakeholder agar dapat terealisasi
sesuai rencana.