Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang terpenting di
Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh Andrian Hallet
(Seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar tentang kelapa sawit di Afrika) pada tahun
1911. Perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput (Aceh) dan di Pulau Radja (Asahan).
Sejak ini Indonesia dikenal sebagai produsen kalapa sawit. Pada saat itu, luas perkebunan
kelapa sawit di Indonesia mencapai 170.000 hektar. Walaupun kelapa sawit bukan tanaman
asli tetapi produk olahannya yaitu berupa minyak kalapa sawit telah menjadi salah satu
komuniti perkebunan yang handal.
Industri pengolahan kelapa sawit merupakan industri hulu yang sangat penting.
Industri makanan, kosmetik, sabun dan cat merupakan industri yang menggunakan bahan
dasar kelapa sawit. Bahkan akhir-akhir ini ada upaya penggunaan minyak kelapa sawit
sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif. Kondisi ini memacu perkembangan
industri pengolahan kelapa sawit, baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Hal ini
sejalan dengan semakin meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit. Komoditi minyak
sawit merupakan salah satu dari 13 jenis minyak nabati dunia dan menurut World Oil (1995)
secara keseluruhan produksi dan konsumsi minyak nabati dunia pada abad 21 perlu harus
dikaji dan dikembangkan untuk upaya peningkatan efesiensi pada setiap sub sistem agribisnis
pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) yang merupakan salah
satu agribisnis yang sangat menentukan kemampuan daya saing pemasaran minyak dan
kernel sawit. Kebijakan pemerintah dalam hal menggunakan pembangunan Perkebunan
Rakyat atau Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sehingga di dukung dan ditunjang oleh perkebunan
besar.
Perkebunan Nusantara IV disingkat PTPN IV didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.9 tahun 1996, merupakan hasil peleburan 3 (tiga) Badan Usaha Milih Negara
(BUMN) VII (Persero), PT Perkebunan VIII (Persero) sebgaimana dinyatakan dalam Akta
Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara IV No. 37 tanggal 11
Maret 1996 yang dibuat dihadapan Notaris Harun Kamil, SH, Notaris di Jakarta yang yang
anggaran dasar telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Rebublik Indoesia
sebagimana dimaksud dalam Surat Keputusan Nomor : C2-8332.HT.01.01.Th.96 tanggal 8
Agustus 1996 dan telah diumumkan dalm Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8
Oktober 1996 nomor 81 Tambahan Berita Negara No. 8675.
PTPN IV adalah perusahaan yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PTPN IV
mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup
pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan,
pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang
dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya. PTPN IV memiliki 30 Unit Usaha yang
mengelola budidaya Kelapa Sawit dan 1 Unit Usaha yang mengelola budidaya Teh dan 1
Unit Kebun Plasma Kelapa Sawit, serta 1 Unit Usaha Perbengkelan (PMT Dolok Ilir) yang
menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Berdagai,
Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing Natal.
Pada laporan ini penulis ingin mengetahui faktor yang sangat mempengaruhi pada
mutu biji sawit yang dihasilkan dan losses (Kehilangan) inti pada Fibre Cyclone di PTPN IV
Unit Air Batu. Pengolahan kelapa sawit yang di mulai dengan TBS kelapa sawit sampai
terbentuk menjadi minyak kelapa sawit (CPO). Dalam teknologi pengolahan buah kelapa
sawit, proses – proses yang terjadi untuk mendapatkan produk yang di inginkan yaitu
menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO), merupakan pengetahuan yang harus dimiliki
setiap mahasiswa Teknik Industri dalam melakukan kerja praktek di pabrik kelapa sawit.
Faktor yang sangat mempengaruhi pada pengolahan kelapa sawit adalah losses (Kehilangan).
Dalam memproduksi biji atau inti kelapa sawit ini ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi mutu biji sawit yang di hasilkan antara lain, buah kelapa sawit hasil panen,
cara pengolahan, kondisi peralatan dan lancarnya proses pengolahan perebusan. Perebusan
yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serabut pada biji dalam
polishing drum yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam Ripple Mill. Alat ini
terdiri dari separating column polishing drum, dan biji dari CBC Masuk dari separating
column disini fraksi ringan yang berupa fibre, inti pecah halus, cangkang halus dan debu akan
terhisap oleh fibre cyclone melalui air lock masuk di tampung di sheel bin sebagai bahan
bakar pada boiler. Berkaitan dengan pentingnya mutu biji sawit yang dihasilkan maka penulis
tertarik untuk membahas mengenai losses inti pada fibre cyclone di PTPN IV Air Batu,
sehinnga penulis mengambil judul :
“MENGHITUNG LOSSES INTI PADA FIBRE CYCLONE DI
PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
UNIT AIR BATU ”
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja faktor yang mempengaruhi mutu biji sawit yang dihasilkan?
b. Berapakah losses (kehilangan) inti pada fibre cyclone di PTPN-IV Kebun Air Batu?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang diambil adalah mencakup menghitung losses (kehilangan) inti pada
fibre cyclone.

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan kerja praktek lapangan dalam kurikulum jurusan teknik Industri adalah untuk
membekali mahasiswa dengan pengalaman dan menambah wawasan dalam lingkungan
industri serta dunia kerja setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan di Politeknik Aceh
Selatan.

1.4.1 Tujuan Umun


Tujuan umum dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

Menyelesaikan salah satu tugas sebagai syarat-syarat untuk memenuhi atau mengikuti
kurikulum Jurusan Teknik Industri Politeknik Aceh Selatan.
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang Teknik Industri
sehingga dapat menetapkan dan membandingkan antara ilmu teoritis yang diperoleh
dibangku kuliah dengan proses yang terjadi dilapangan.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan mereka yang berasal
dari tingkatan sosial yang beragam khususnya dilingkungan industri.
3. Menambah pengalaman sebagai bekal pengalaman kelas jika telah menyelesaikan
pendidikan dan mengabdikan ilmu yang telah diperoleh kepada masyarakat.

1.4.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam laporan kerja praktek ini adalah menghitung
losses (kehilangan) inti pada fibre cyclone.
1.5 Manfaat Kegiatan Kerja Praktek
Adapun manfaat dari kegiatan kerja praktek ini, dapat meningkatkan pengetahuan
tentang proses pengolahan kelapa sawit. Dapat menjelaskan uraian proses pengolahan pabrik
kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Air Batu. Dan dapat menghitung losses inti
pada fibre cyclone.

1.6 Tempat dan Jadwal Kerja Praktek


1.6.1 Tempat Kerja Praktek
Tempat pelaksanaan di Laboratorium PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Air Batu.

1.6.2 Jadwal Kerja Praktek


Pelaksanaan kerja praktek dimulai dari tanggal 12 Oktober – 30 November 2022 selama 2
bulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Singkat PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Air Batu


2.1.1 Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Air Batu
Pada mulanya Kebun Air batu adalah milik Swasta Asing NV.RCMA ( Ruber
Cultuur Maatschapy Amterdam ) Perkebunan Henglo yang berdiri sejak tahun 1928
dan PKS beroprasi tahun 1938. Tahun 1958 diadakan Nasionalisasi terhadap
Perusahaan Asing dan berakhir menjadi PPN Baru, kemudian tahun 1961 berubah
menjadi PPN Aneka Tanaman ( Antan), tahun 1968 berubah menjadi PNP dan tahun
1975 dirubah menjadi PTPN-VI dan terakhir sejak tanggal 11 Maret 1996
berdasarkan PP No. 9 Tahun 1996 terjadi penggabungan antara PTP-VI, PTP-VII dan
PTP-VIII menjadi PTPN-IV 9 Persero dan sejak bulan Oktober 2014 bergabung
kedalam perusahaan Holding yang sekarang berkantor pusat di jalan Suprapto No.2
Medan, dan salah satu Unit Usahanya adalah PTPN-IV Kebun Air Batu.

2.1.2 Letak Geografis


Letak Kebun Air Batu berada di dua wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Air
Batu dan Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara,
berjarak ± 186 Km dari Kota Medan dan 26 Km dari Kota Kisaran.
Topografi Tanah : Datar, bergelombang dan berbukit, jenis tanah Alluvial
Coklat Kelabu dan Podsolik Coklat Kekuningan, Dataran rendah dengan ketinggian
7-25 M dpl dan sebagian lagi 25-100 M dpl.

2.1.3 Sturktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia


Manajemen Kebun Air Batu terdiri dari 18 Karyawan Pimpinan yang terdiri
dari : 1 Manager Unit, 4 Kepala Dinas, 9 Asisten Tanaman, 2 Asisten Pengolahan, 1
Asisten Teknik Pabrik, 1 Asisten Personalia, 1 KorKam (Koordinator Keamanan).
Sturuktur Perusahaan Kebun Air Batu terdapat pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Sturktur Perusahaan Kebun Air Batu

Sturktur Perusahaan Kebun/ Pabrik Air Batu yaitu :


1) Manager
2) Asisten Tanaman A
Asisten Tanaman A membawahi 5 asisten, yaitu :
1. Afd I
2. Afd II
3. Afd II
4. Afd IV
5. Afd V
3) Asisten Tanaman B
Asisten Tanamanan B membawahi 4 orang asisten, yaitu :
1. Afd VI
2. Afd VII
3. Afd VII
4. Afd IX
4) Masinis Kepala
Masinis Kepala 4 orang asisten, yaitu :
1. 1 Asisten Teknik Pabrik
2. 1 Asisten Quality Assurance
3. 2 Asisten Pengolahan

5) Asisten Kepala Tata Usaha


6) Asisten Personalia
7) Perwira Pengamanan

2.1.4 Visi , Misi dan Tata Nilai PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Air Batu
A. Visi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Air Batu
Menjadi Perusahaan unggul dalam Usaha Agrobisnis yang terintegrasi.
B. Misi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Air Batu
1. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif, dan berdaya saing
tinggi.
2. Menyelenggarakan usaha agroindustri berbasis kelapa sawit, teh, dan karet.
3. Mengintegrasikan usaha agroindustri hulu, hilir dan produk baru pendukung
agroindustri dan pendayagunaan aset dengan prefensi pada teknologi terkini yang
teruji (Proven ) dan berwawasan lingkungan.

C. Tata Nilai PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Air Batu


Tata nilai dirangkum dalam frasa “AKHLAK”, meliputi :
A : Amanah (Memegang teguh kepercayaan yang diberikan)
K : Kompeten (Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas)
H : Harmonis (Saling perduli dan menghargai perbedaan)
L : Loyal (Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara)
A : Adaptif (Bermotivasi dan antusias dalam menggerakkan dan menghadapi perubahan)
K : Kolaboratif (Membangun kerja sama yang sinergis)
BAB III
URAIAN PROSES
3.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pada PT. Perkebunan Nusantara IV
Kebun Air Batu adalah berupa buah kelapa sawit atau Tandan Buah Segar yang diperoleh
dari kebun sendiri dan pembelian Tandan Buah Segar, adapun pembelian Tandan Buah Segar
yang dimaksud adalah buah kelapa sawit yang di beli dari rakyat atau lahan perkebunan
swasta sekitarnya. Sedangkan produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Air Batu adalah Minyak Kelapa Sawit atau Crude Palm Oil
(CPO) dan inti kelapa sawit. Selain itu, cangkang, tandan kosong dan fiber yang merupakan
produk sampingan yang masih digunakan.

3.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak sawit
melalui proses pengolahan yang sesuai dengan standar operasi prosedur pabrik, dan bahan
baku (raw material) yang sesuai mutu kriteria panen yang baik. Selain itu, perlu instalasi yang
baik dan memadai untuk memperoleh minyak sawit yang bermutu baik. terbagi atas beberapa
tahap yang di lakukan di beberapa stasiun yaitu:
1. Stasiun Penerimaan buah (Fruit Reception Station)
2. Stasiun Rebusan (Sterilizer Station)
3. Stasiun Penebah (Treshing Station)
4. Stasiun Kempa (Pressing Station)
5. Stasiun pemurnian (Clarification Station)
6. Stasiun pengolahan biji (Kernel Plant Station)

3.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)


Tanda Buah Segar yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik dengan
menggunakan truk pengangkut untuk diolah. Pengangkutan secepatnya dilakukan setelah
pemanenan (diterima di pabrik maksimum 24 jam setelah dipanen). Hal ini bertujuan untuk
mencegah kenaikan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) karena keterlambatan pemprosesan.
Adapun cara untuk megurangi kadar ALB yang tinggi adalah dengan cara melakukan
pencampuran antara buah lama dengan buah baru, maka buah baru yang akan dicampur harus
lebih banyak dari buah lama.
1. Timbangan
Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah, bertujuan untuk mengetahui
jumlah produksi yang masuk Tandan Buah Segar baik dari kebun sendiri dan pembelian TBS
dan mengetahui produksi keluar (pengiriman Crude Palm Oil dan Inti Kelapa Sawit) serta
berat tandan rata-rata. Jenis timbangan yang digunakan adalah merek buatan lokal yang
berkapasitas 50 ton dengan menggunakan sistem Indikator/load cell dan sistem computer

2. Penimbangan Dan Pemindahan Buah (Fruit Loading Ramp dan Storage Hopper)

Setelah dilakukan penimbangan, Tandan Buah Segar yang dibawa truk pengangkut
kemudian dipindahkan ke Loading Ramp. Pada Loading Ramp ini dilakukan sortasi buah,
yang bertujuan untuk mengetahui kriteria panen, nilai afdeling dan IPB (indeks pengutipan
brondolan) pada masing-masin kebun. Sortasi dilakukan terhadap setiap afdeling dengan
menentukan satu truk yang dianggap mewakili kebun asal. Sortasi Tandan Buah Segar
dilakukan berdasarkan kriteria panen yang dibagi berdasarkan fraksi buahnya. Fraksi yang
diinginkan pada proses pengolahan adalah Fraksi Afkir (F00), Mentah (F0) dan Matang
diharapkan sedikit mungkin masuk dalam proses pengolahan. Adapun kriteria-kriteria panen
dan syarat mutu Tandan Buah Segar dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1 Kriteria Panen dan Syarat Mutu Tandan Buah Segar
Fraksi Jumblah Bekas Brondolan
Kematangan Buah Per-Tandan
Afkir (F00) 0
Mantah (F0) 1-2
Matang ≥2

(Sumber : Pedoman Oprasional Pengolahan Kelapa Sawit, 2009


Kriteria TBS Sortasi PKS Air Batu dapat dilihat pada gambar. 3.1 dibawah ini :

Gambar. 3.1 Kriteria TBS Sortasi PKS Air Batu


Loading Ramp berfungsi sebagai tempat melakukan sortasi untuk cross check kebenaran
pelaksanaan sistem panen dan merontokkan/ menurunkan sampah/ pasir yang terikut tandan
melalui kisi-kisi kompartemen. Kapasitas total kompartemen = 40% x kapasitas pabrik x 20
jam. Untuk ketahanan kisi-kisi loading ramp, bagian atas ( tempat jatuhnya buah) sepanjang
loading ramp dilapisi besi plate dengan lebar = 2 meter (rata-rata buah dari bak truck colt
diesel ke kompartemen ± 1.7 meter). Kapsitas setiap pintu loading ramp (kompratemen) ±
15 ton TBS.
Tandan Buah Segar dari Loading Ramp ini kemudian dimasukkan kedalam lori-lori yaitu
tempat meletakkan buah kelapa sawit untuk proses perebusan yang berkapasitas 2,5 ton
Tandan Buah Segar pada setiap lorinya. Tandan Buah Segar dimasukkan kedalam lori dengan
membuka Pintu Loading yang diatur dengan sistem hidrolik. Sepuluh lori yang diisi penuh
dengan Tandan Buah Segar dimasukkan kedalam Sterilizing, dengan menggunakan Capstand
yang berfungsi untuk menarik lori masuk dan keluar dari Sterilizing.

3.3 Bagian Proses


3.3.1 Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan
Sterilizing. Setelah lori dimasukkan kedalam Sterilizing, dimana setiap Sterilizing ada 4 unit,
tiap unit berkapasitaas 10 lori, pintu Sterilizing ditutup rapat.
Proses perebusan dilakukan selama ≤ 100 menit panas 135-1400C dipakai dari uap
bekas turbin yang bertekanan 2.8 -3 kg/cm2.

1. Tujuan Perebusan

Adapun proses perebusan bertujuan antara lain untuk:

a. Mematikan Aktifitas Enzim


Buah kelapa sawit mengandung enzim Lipase yang terus bekerja dalam buah kelapa
sawit sebelum enzim tersebut dimatikan. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan ALB, maka untuk menghentikan aktivitas enzim tersebut dilakukan perebusan
minimal 1300C.
b. Mempermudah Pelepasan Buah Dari Tandan
Zat-zat Polisakarida yang terdapat dalam buah kelapa sawit yang bersifat sebagai
perekat, apabila diberi uap panas maka akan terhidrolisa dan pecah menjadi Monosakarida
yang larut. Hidrolisa tersebut berlangsung pada buah menjadi matang dan proses hidrolisa ini
dipercepat dalam proses perebusan.

c. Memudahkan Pemisahan Minyak Dari Daging Buah


Daging buah yang telah direbus akan menjadi lunak dan akan mempermudah pada
proses pengepresan. Dengan demikian minyak yang ada dalam daging buah dapat dipisahkan
dengan mudah.

d. Menurunkan Kadar Air Dalam Buah


Perebusan buah dapat menyebabkan penurunan kadar air dalam buah dan inti, yaitu
dengan penguapan yang baik pada saat perebusan maupun sebelum pemipilan. Penurunan
kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga
kosong pada daging buah yang mempermudah proses pengepresan.

e. Memudahkan Penguraian Serabut Pada Biji


Perebusan yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serabut dari
biji dalam polishing drum yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam Ripple Mill.

f. Memisahkan Antara Inti dan Cangkang


Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air pada biji hingga 15% yang
menyebabkan inti susut dan cangkang biji tetap sehingga inti akan lepas dari cangkang.

2. Metode Perebusan

Untuk mendapatkan hasil terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan. Metode
perebusan yang digunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Air Batu adalah sistem
tiga puncak (Triple Peak). Adapun prinsip Triple Peak adalah tiga kali pemasukan uap (uap
basah) ke dalam Sterilizer dan tiga kali pembuangan uap (blow down).Tahap perebusan
dengan pola Triple Peak adalah tahap pencapaian puncak I, II dan III, di mana dilakukan tiga
kali pemasukan uap dan pembuangan uap. Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan
oleh jumlah pembukaan dan penutupan dari steam masuk atau steam keluar selama perebusan
berlangsung, yang diatur secara manual atau otomatis.
Sebelum dimasukkan uap untuk mencapai puncak I, terlebih dahulu dilakukan
Deaerasi (pembuangan udara) selama lima ±5 menit. Kemudian baru dimasukan uap untuk
mencapai puncak I dengan membuka pipa steam masuk selama 12-15 menit, atau sampai
dicapai tekanan sebesar 2,3 kg/cm2, lalu pipa steam ditutup, sedangkan pipa kondensat dan
exhaust pipa dibuka dengan tiba-tiba. Setelah tekanan turun sampai sebesar 0 kg/cm 2 (± 30
menit) pipa-pipa tersebut ditutup. Pipa steam masuk kemudian dibuka kembali selama 15
menit atau sampai dicapai puncak II (tekanan 2,5 kg/cm2). Lalu pipa steam masuk ditutup,
sedangkan pipa kondensat dan exhaust pipa dibuka dengan tiba-tiba, tekanan turun sampai
sebesar 0 kg/cm2 (± 5 menit) pipa-pipa tersebut ditutup. Melalui dua puncak awal, perebusan
dilanjutkan dengan membuka steam masuk sampai dicapai puncak III (tekanan 3.0 kg/cm2),
lalu tekanan ini dipertahankan selama 40-50 menit, sebelum dilakukan pembuangan steam
terakhir. Setelah penahanan tekanan steam selesai, maka steam berada didalam Sterilizer
dibuang secara tiba-tiba. Pemasukan steam secara tiba-tiba pada pencapaian puncak I dan II
sehingga buah yang semula kaku menempel pada tandan akan lunak dan lebih mudah lepas
pada tandan saat ditebah dalam Thresher. Sedangkan penahan tekanan pada puncak III
bertujuan untuk memberikan kondisi yang cukup agar kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
didalam TBS dapat dikurangi.Pada Sterillizer melalui 3 peak, di mana proses yang terjadi
pada setiap peak adalah sebagai berikut:

1. Puncak Pertama (1 peak)


a. Membuang udara yang teperangkap didalam Sterilizer
b. Mengurangi keaktifan (aktivitas) enzim asam lemak bebas.

2. Puncak Kedua (2 peak)


a. Mengurangi kadar air dari buah
b. Proses awal Sterilisasi

3. Puncak Ketiga (3 peak)


a. Proses Sterilisasi sempurna
b.Melekangkan antara cangkang dan kernel supaya tidak menyatu untuk
memudahkan pemecahan biji.
3.3.2 Stasiun Penebah (Treshing Station)
Pada stasiun ini terdapat beberapa alat beserta fungsinya masing-masing, yaitu:
1. Hopper, sebagai penampung buah hasil rebusan.
2. Automatic Bunch Feeder, untuk mengatur meluncurnya agar tidak masuk sekaligus
ke drum berputar.
3. Drum berputar / Drum Bunch thresher (23 rpm), untuk perontokan buah dari tandan
yang berkapasitas 10 ton Tandan Buah Segar.
4. Fruit conveyer yang berfungsi untuk membawa brondolan yang telah rontok ke
elevator.
5. Fruit elevator yang berfugsi membawa keaatas buah masuk ke dalam digester.
6. Empty buch conveyer yang berfugsi membawa tandan kosong untuk di bawa ke
incinerator yang keluar dari drum tresher.

Lori-lori diangkat dengan menggunakan Hosting Crane, yang berdaya angkut 5 ton
dan dikendalikan oleh operator, kemudian dituangkan kedalam Hopper, selanjutnya lori
diturunkan untuk ditarik kembali ke Loading Ramp.
Buah didalam Hopper jatuh melalui Automatic Bunch Feeder kedalam drum berputar
yang berbentuk sillinder, drum ini dilengkapi dengan sudut-sudut dan spike yang memanjang
sepanjang drum. Dengan bantuan sudut-sudut dan spike ini buah terangkat dan jatuh
terbanting sehingga brondolan buah terlepas dari tandannya. Prinsip kerjanya adalah dengan
adanya gaya sentrifugal akibat putaran drum. Tandan yang masuk akan terbanting pada
dinding drum yang sedang berputar kemudian jatuh karena adanya gravitasi. Kapasitas drum
ini adalah 30 ton TBS.
Bantingan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan brondolan
terlepas dari tandannya dan melalui celah-celah drum jatuh kebagian bawah drum yaitu ke
Bottom Cross Cenveyor. Sedangkan tandan kosong akan terlempar keluar dan jatuh ke Empty
Bunch Conveyor dan dibawa ke incinerator untuk dibakar.
Brondolan yang berada pada Botton Cross Conveyor diangkut ke Fruit Elevator dan
ke Top Cross Conveyor kemudian diteruskan ke Fruit Distribution Conveyor untuk dibagi
dalam tiap-tiap Digester. Didalam proses perontokan buah, terkadang dijumpai brondolan
yang tidak lepas dari tandannya, hal ini disebabkan TBS terlalu mentah sehingga tidak masak
pada proses perebusan, terutama jika disusun brondolan sangat rapat dan padat sehingga uap
tidak dapat mencapai kebagian dalam tandan.
3.3.3 Stasiun Pengempaan (Pressing Station)
Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari Pericarp (daging buah),
dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumat dilakukan dalam Digester, sedangkan
pengempaan dilakukan dalam kempa ulir ( Screw Press).

1. Pelumatan (Digester)
Tujuan pelumatan agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang
mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses pengempaan. Pelumatan
dilakukan dalam Digester yang berbentuk silinder, disini terdapat 4 unit Digester, masing-
masing berkapasitas 6 ton.
Didalam Digester dipasang pisau pengaduk (digester arm) dan pisau pelempar
(expeller arm) yang berputar pada sumbunya sehingga diharapkan sebagian besar daging
buah terlepas dari bijinya. Pada pengadukkan dilakukan pemanasan untuk memudahkan
pelumatan buah dengan menggunakan air panas bersuhu sekitar 90-95 0C.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pelumatan adalah sebagai berikut:
1. Tabung pelumatan harus berisi ¾ dari volume agar tekanan yang ditimbulkan dapat
mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna.
2. Minyak terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan melalui Screen Base Plate,
karena bila minyak dan air terbentuk tidak dikeluarkan maka akan dapat bertindak
sebagai bahan pelumas sehingga gesekan akan berkurang.

2. Pengempaan (Pressing)
Maka hasil proses pengadukan dalam Digester masuk kedalam Screw Press yang
bertujuan untuk memeras daging buah sehingga dihasilkan minyak kasar (Crude Oil).
Tekanan kempa diatur oleh konis yang berada pada bagian ujung pengempaan dan dapat
digerakkan maju mundur secara sistem hidrolik, disini terdapat 4 unit Screw Press yang
berkapasitas 10 dan 15 ton dengan tekanan kempa 35-45 Kg/cm 2. Pada proses pengempaan
dilakukan tambahan air panas (modulation water) ke dalam massa dari digester dan
penyemprotan air panas diatas cylinder press, sehingga minyak kasar yang keluar tidak
terlalu kental (diturunkan viskositasnya) dan pori-pori silinder press tidak tersumbat.
Tekanan kempa sangat berpengaruh pada proses ini, karena tekanan kempa terlalu
tinggi dapat menyebabkan inti pecah (hancur), losses (kerugian) inti tinggi, dan mempercepat
terjadi keausan pada Material Screw Press, sebaliknya jika tekanan kempa terlalu rendah
akan mengakibatkan losses (kerugian) minyak pada ampas press dan inti akan bertambah.
Hasil pengepresan adalah minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari pori-pori
Silinder Press, melalui Oil Gutter akan menuju ke Desanding Device (sandtrup tank) untuk
awal pengendapan crude oil.
Hasil lain adalah ampas kempa (terdiri dari biji, serat dan ampas), yang akan dipecah-
pecah untuk memudahkan pemisahan pada dipericarper dengan menggunakan Cake Breaker
Conveyer (CBC).

3. Tangki Pemisah Pasir (Desanding Device /sandtrup tank)

Minyak hasil pengempaan pada Screw Press merupakan minyak kasar yang masih
banyak mengandung kotoran-kotoran. Desanding device adalah sebuah bejana berbentuk
silinder (2 unit), untuk mengendapkan partikel-partikel atau pasir dan lumpur, dan minyak
pada posisi bagian atas kemudian secara gravitasi turun ke ayakan getar (Vibrating Sreen)
sedangkan kotoran dan lumpur berada pada posisi bagian bawah bejana disuplai ke paret
setiap satu jam sekali dan mengalir ke fat- pit.

4. Ayakan Getar (Vibrating Screen)


Vibrating Screen adalah suatu alat ayakan yang terdiri dari 2 lapisan Screen dengan
ukuran masing-masing 30 mess untuk top screen dan 40 mess untuk Bottom Screen. Yang
digetarkan dengan kecepatan 1.500 rpm.
Proses penyaringan memakai Vibrating Screen bertujuan untuk memisahkan Non-oil
Solid (NOS) yang berukuran besar seperti serabut, pasir, tanah, kotoran-kotoran lain yang
terbawa dari Desanding Device. NOS yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke
Digester melalui Refuse Fruit Conveyor, sedangkan minyak turun ke dalam bak Crude Oil
Tank.

5. Tangki Penampung (Crude Oil Tank) / Bak RO


Minyak yang keluar dari Vibrating Screen ke Crude Oil Tank untuk ditampung
sementara sebelum dipompakan ke stasiun pemurnian. Pada Crude Oil Tank ini minyak
dipanaskan dengan steam menggunakan sistem pipa pemanas dan suhu 90-950 C.Dari sini
minyak dipompakan ke CST (Continuous Setting Tank). Minyak yang diperoleh dari
pemisahan belum siap dipasarkan, yaitu belum dimiliki spesifikasi kadar air dan kadar
kotoran yang ditentukan. Minyak sawit mentah harus melalui pemurnian dan pengeringan.
3.3.4 Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)
Minyak kelapa sawit kasar berasal dari stasiun pengempaan masih banyak
mengandung kotoran – kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-
lain. Keadaan ini menyebabkan minyak mudah mengalami penurunan mutu sehingga sulit
dalam pemasaran. Dalam mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu
dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat
pengolah untuk memurnikan minyak produksi.

1. CST (Continuous Setting Tank)


Dari Crude Oil Tank, minyak dipompakan ke Continuous Setting Tank untuk
mengendapkan lumpur, pasir, dengan perbedaan berat jenisnya dan waktu pengendapannya,
maka minyak yang mempunyai densitasnya lebih ringan, maka akan terapung ke permukaan
bagian atas CST. Di kutip melalui bantuan skimmer (corong) yang bisa diset naik turun,
minyak masuk kedalamnya menuju ke Pure Oil Tank, sedangkan sludge (masih mengandung
minyak) yang densitasnya lebih berat turun ke bagian bawah keluar melalui under flow di
alirkan ke sludge oil tank.
.
2. Pure Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke Pure Oil Tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke Oil Purifier. Dalam Pure Oil Tank juga terjadi pemanasan (90-950 C).
Dengan tujuan untuk memudahkan pengurangan kadar air pada proses selanjutnya. Didalam
Oil Purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan
gaya sentrifugal dengan kecepatan putarannya 7.500 rpm.
Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada W lebih kecil
bergerak kearah poros dan keluar melalui sudut-sudut untuk dialirkan ke Vacum Drayer.
Kotoran dan air yang melekat pada dinding di Blow Down keseluruh pembuangan melalui
paret menuju ke Fat-Pit.

3. Vacum Drayer
Minyak yang keluar dari Oil Purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi
kadar air tersebut, minyak melalui pompa Oil Purifier dipompakan ke Vacum Drayer. Disini
minyak disemprot dengan menggunakan Nozzle (besi pemanas untuk menyerap minyak)
sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah, hal ini akan mempermudah
pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air
akan turun kebawah dan kemudian di pompakan ke Storage Tank.

4. Sludge Oil Tank


Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian CST di alirkan ke sludge oil
tank untuk pengendapan lumpur, sluge kembali dan dipanaskan dengan suhu 80-90
0
C.Dengan menggunakan uap (steam) injeksi untuk memudahkan pemisahan lumpur, air dan
minyak. Dan setiap satu jam sekali di blow down kemudian di alirkan ke paret yang menuju
ke Fat-Pit.
Sludge dialirkan secara gravitasi melalui Self Cleaning Brush Strainer yang
merupakan saringan berbentuk selinder dan berlubang halus.Dengan adanya putaran poros,
timbul gaya sentrifugal dan minyak akan berada di bagian tengah di hisap oleh pompa
menuju Balancing Tank. Dari balancing tank ini sludge (yang masih mengandung lumpur
halus ) secara gravitasi di bagi masuk ke dalam Sludge Separator dan Decanter.

5. Sludge Separator
Pada Sludge Separator ini terjadi dua fase pemisahan yaitu minyak kasar dan sluge
(mengandung air). Pada bagian minyak dipisahkan dari NOS (non oil solid) berdasarkan
perbedaan densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putaran 7.500 rpm, serta
dilakukan juga penambahan air pemanas dari Hot Water Tank.
Untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge. Minyak yang mempunyai
densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut (Paring
Disk), dan dialirkan kembali ke CST. Sedangkan Sludge (mengandung air) dan mempunyai
densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding Bowl dan keluar melalui Nozzle,
kemudian Sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju Fat-Pit.

6. Fat Pit
Fat-Pit adalah bak penampungan terakhir seluruh buangan (suplai dari tangki-tangki),
air kondensat, pencucian alat-alat stasiun klarifikasinya yang mengandung minyak.
Kemudian dipanaskan dengan uap untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan
kotoran, dengan cara pengendapan, minyak yang terapung pada bagian atas yang ada di
permukaan di biarkan melimpah (dengan cara menyemprot dengan air oleh operator), dan di
tampung pada sebuah bak pinggiran kolam fat – pit, dan kemudian minyak dikutip di pompa
kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi. Berikut ini adalah bak fat-pit terdapat pada
gambar 3.2 dibawah ini :

Gambar 3.2 Bak Fat-Pit

7. Storage Tank
Minyak setelah melalui alat pengering (vacum dryer) dengan mutu standar melalui
pompa oil transfer pump, kemudian dipompakan ke Storage Tank (tangki timbun), dengan
suhu sampai 45-60oC. Setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit. Minyak yang
dihasilkan dari daging buah ini berupa minyak kasar atau disebut juga Crude Palm Oil
(CPO).
Berikut ini adalah Storage Tank ( tangki timbun ) terdapat pada gambar 3.3 dibawah ini :

Gambar 3.3 Storage Tank ( tangki timbun )

3.3.5 Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station)


Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari cangkangnya.
Untuk mempersiapkan biji yang akan diolah dipabrik pengolahan inti sawit. Pengolahan biji
pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1. Pemisahan serabut dari biji
2. Pemeraman Biji
3. Pemisahan inti cangkangnya dan pengeringannya.
4. Pengeringan

1. Cake Breaker Conveyer (CBC)


Ampas kempa dari Screw Press yang terdiri dari serat dan biji yang masih mengempal
masuk ke CBC. CBC merupakan conveyor yang berbentuk Ribbon Blade yang berputar pada
poros dan di lengkapi dengan steam jacked untuk memanasi CBC agar fibre tersebut kering.
CBC berfungsi mengeringkan dan memecah gumpalan-gumpalan ampas kempa (untuk
mempermudah pemisahan biji dan serat) dan membawanya ke Depericarper.

2. Depericarper

Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dengan biji serta memisahkan biji
dari sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari Separating Column
Polishing Drum. Ampas dan biji dari CBC masuk dari Separating Column. Disini fraksi
ringan yang berupa fibre, inti pecah halus, cangkang halus dan debu, terhisap dengan Fibre
Cyclone dan melalui Air Lock masuk dan ditampung dan Sheel Bin sebagai bahan bakar pada
boiler. Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah turun
kebawah masuk ke Polishing Drum.

Polishing Drum berputar dengan kecepatan 26 rpm, dilengkapi dengan plat-plat besi
berbentuk cincin. Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut
terkikis dan terlepas dari biji persamaan fraksi lainnya jatuh melalui lubang cincin ke Nut
Elevator (pengantar nuten/inti) Nut Silo dan akan dipecahkan menggunakan mesin Ripple
Mill.

3. Nut Silo
Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat pemeraman biji. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya. Nut
silo juga berfungsi untuk menurunkan pengaruh pectin (yang berfungsi sebagai lem perekat)
yang terdapat antara cangkang dan inti.
Nut silo dibagi dalam tingkatan suhu (udara panas) yang berbeda, yaitu berturut-turut
dari atas kebawah adalah 70, 60, dan 50 0C. Biji yang telah diperam akan keluar secara teratur
sedikit demi sedikit ke Ripple Mill (pemecah biji) yang diatur oleh Nut Shacking Grate yang
terletak pada dasar Nut Silo.

4. Ripple Mill
Biji dari Nut Silo masuk ke Ripple Mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari
cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor akan mengalami gaya sentrifugal
sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting kuat yang menyebabkan inti pecah. Kecepatan
putarnya 1.500 rpm. disini terdapat 4 unit Ripple Mill dengan kapasitas setiap unit 6 ton/jam.
Setelah dipecahkan, inti yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke
Cracked Mixture separating column melalui cracked mixture conveyor dan cracked mixture
elevator. Campuran ini terkadang mengandung kotoran berupa pasir yang tertinggal saat
pembawaan.

5. Cracked Mixture Separating Column


Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan
diserap oleh Separating Column Fan (LTDS I). Fraksi-fraksi ringan yang dihisap terdiri dari
cangkang dan serabut masuk ke Shell Bin melalui fibre conveyor. Fraksi yang berat turun
kebawah dan masuk ke screened particle drum dan sebelumnya disortir terlebih dahulu fraksi
besar yang terdiri batu-batuan di vibrating grade. Biji utuh hasil pemisahan pada vibrating
grade dan screened particle drum dikembalikan ke ripple mill untuk dipecahkan kembali.
Inti dan sebagian cangkang yang terpisahkan, dipisahkan kembali pada dust
separating column air lock kedua. Inti dari hasil pemisahan ini dibawa ke kernel silo melalui
kernel conveyor, kernel elevator, dan kernel distribution conveyor. Cangkang hasil isapan
dust conveyor air lock dibawa ke shell bin dan akan bercampur dengan serabut dari fibre
cyclone sebagai bahan bakar Boiler.

6. Hidrocyclone
 Pompa hydrocyclone dilengkapi dengan manometer inti dan cangkang.
 Bak air penampung cracked mixture (seperating tank) terdiri dari 2 sekat yang
masing- masing dilengkapi dengan dua unit pompa, 2 buah cyclone yang
dilengkapi vortex finder dan conis.  conis inti 60 -70 mm dan conis cangkang 
50- 55 mm,
 Umur teknis conis inti : 1.000 jam
 Umur teknis conis cangkang : 1.000 jam
Pengoprasiaan hydrocyclone :
 Lossis inti dalam cangkang di hydrocyclone dapat dikendalikan oleh alat yang
disebut vortex finder.
 Mengambil contoh dari pengeluaran cangkang hydrocyclone sebanyak 1 kilogram
setiap 2 jam.

7. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang
berasal dari pemisahan ini melalui kernel distribution conveyor didistribusikan kedalam dua
unit kernel silo, untuk di lakukan proses pengeringan. inti akan keringkan dengan
menggunakan udara panas dari Boiler yang merupakan hasil dari pengontakan dengan steam.
Sama halnya dengan nut silo juga dibagi dalam tiga tingkatan suhu (udara panas) yng
berbeda, yaitu berturut-turut dari atas kebawah adalah 500C, 600C dan 700C.

8. Blower Winnowing

Alat untuk memisahkan inti kering dari sampah dan cangkang halus yang keluar dari
silo inti.

3.4 Utilitas

Penyadiaan suatu unit utilitas merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam satu
pabrik, karena utilitas adalah suatu faktor penunjang pada proses yang ada di pabrik.Pada
proses pengolahan minyak kelapa sawit di PTPN- IV Air Batu ada 4 unit utilitas yaitu
sebagai berikut.

1. Pengolahan Air (Water Treatment).


2. Pembankit Tenaga (Power Plant).
3. Laboratorium.
4. Pengolahan Limbah.
3.5 Pengolahan Air

Air pada pabrik kelapa sawit Kebun Air Batu berasal dari Sungai Hesa sekitar PKS
yang berjarak 1,5 Km dari lokasi pabrik. Air merupakan kebutuhan yang sangat penting, air
ini akan diolah untuk menghasilkan steam yang dibutuhkan dalam pengolahan dan
pengoperasian pabrik. Air yang dihasilkan dari hasil pengolahan ini harus memenuhi standar
air umpan boiler.

3.5.1 Kolam Penampung (Water Base)

Air dari sungai dipompakan didalam kolam penampungan. Pada kolam ini terjadi
pengendapan (lumpur dan kotoran) secara alami. Dari kolam air dipompakan ke Clarifier
Tank.

3.5.2 Tangki Pengendapan (Clarifier Tank)

Clarifier Tank ini dilengkapi dengan sekat-sekat untuk membantu proses


pengendapan. Di dalam Clarifier Tank diinjeksikan bahan kimia yang berupa Soda Ash dan
Tawas. Soda Ash berfungsi sebagai pengatur pH yakni berkisar antara 6-7, sedangkan Tawas
berfungsi mengumpalkan kotoran kedalam air, sehingga mengendap dalam dasar tangki. Air
pada bagian atas dialirkan ke Reservoier Tank yang berfungsi untuk menampung air sebelum
dialirkan kedalam Sand Filter.

3.5.3 Penyaring Pasir (Sand Filter)

Air dari Reservoir Tank dipompakan ke Sand Filter air ini masih mengandung
padatan tersuspensi, sehingga dalam Sand Filter air disaring melalui pasir halus pada
permukaan pasir dan air mengalir melalui bagian bawah dan dipompakan ke Water Tower.
Pada tower pertama air yang telah bersih dialirkan untuk keperluan pengolahan air umpan
boiler, keperluan proses, keperluan domestik dan sanitasi pabrik.
Sedangkan pada tower kedua airnya dialirkan ke kompleks perumahan karyawan.
Untuk membersihkan kotoran atau lumpur yang melekat pada permukaan pasir, dilakukan
Backwash setiap hari.
3.5.4 Tangki Penukar Kation

Untuk umpan boiler, air yang digunakan barasal dari Water Tower yang dipompakan
ke tangki penukar kation. Kation Tank berisi Resin Kation jenis Amberlite IRA 120 (berwarna
kuning emas) yang bersifat asam.

Adapun fungsi tangki kation adalah:


1. Menghilangkan atau mengurangi kesadahan yang disebabkan oleh garam Ca2+ dan Mg2+
dalam air.
2. Menghilangkan atau mengurangi alkalinitas dari garam-garam alkali.
3. Mengurangi zat-zat padatan terlarut yang menyebabkan kerak pada ketel.
Pada proses ini terjadi penukaran ion antara kation-kation Ca2+, Mg2- dan ion lain
dalam air dengan kation H+ dalam resin. Pada suatu saat resin akan jenuh, maka untuk di
Regenerasi atau mengaktifkan kembali resin harus diinjeksikan larutan (H2SO4) kedalam
tangki berdasarkan analisa laboratorium.

3.5.5 Tangki Penukar Anion

Tangki Penukar Anion ini berisi resing Amberlite IRA 402 (berwarna coklat muda).
Fungsi tangki penukar ion adalah:
a. Menyerap asam-asam H2SO4, H2CO3, H2SiO2 yang terbentuk pada tangki penukar kation
yang menyebabkan pH menjadi tinggi.
b. Menghilangkan sebagian besar atau semua garam-garam mineral sehinga air yang
dihasilkan hampir tidak mengandung garam-garam mineral. Pada suatu saat Resin Anion
ini akan penuh, maka untuk meregenerasi kembali resin tersebut kedalam tangki
diinjeksikan larutan NaOH.

3.5.6 Feed Water Tank


Air yang berasal dari Tangki Penukar Anion dikumpulkan dalam Feed Water Tank
dan dipanaskan dengan menggunakan steam hingga temperatur 80OC pemanas bertujuan
untuk mempermudah pelepasan gas pada Dearator.
3.5.7 Dearator

Dearator bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang terlarut dalam air
yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak pada pipa-pipa boiler.
Penghilangan gas-gas terlarut tersebut dilakukan dengan cara pemanasan dengan
menggunakan steam yang diinjeksikan langsung kedalam air yang berlawanan arah dengan
aliran air. Temperatur didalam tangki dijaga konstan. Temperatur air sekitar 80-90oC.
Air yang keluar Dearator sebelum masuk ke boiler diinjeksikan bahan kimia yang
berguna untuk menaikkan pH, mencegah terjadinya korosi, mencegah pembentukan kerak
pada ketel boiler.

3.5.8 Pemanasan Air umpan Pada Ketel


Air umpan pada Dearator masuk kedalam ketel kemudian diubah menjadi uap yang
akan dipergunakan untuk pengolahan kelapa sawit.

3.6 Pembangkit Tenaga (Power Plant)

Pembangkit tenaga pada pabrik kelapa sawit Kebun Air Batu menggunakan dua
sistem yaitu : sistem turbin dan sistem diesel. Beberapa komponen utama pada sistem ini
adalah ketel atau boiler, turbin dan BPV. Tenaga penggerak dari generator yang digerakkan
oleh boiler, turbin dan back pressure vessel.

3.6.1 Boiler
Untuk mendapatkan tenaga uap dan listrik yang digunakan dalam proses pengolahan,
maka air yang berasal dari tangki dearator diproses dalam Boiler. Bahan bakar yang
digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit yang berupa serabut (fibre) dan cangkang.

 Untuk boiler yang tidak dioprasikan ≥ 1 minggu :


 Periksa bagian dalam dapur Boiler ( roaster, fire grate, lorong api, batu
api) dengan menggunakan senter untuk memastikan boiler telah
dibersihkan.
 Periksa keran blowdown telah tertutup pada bawah plateform.
 Periksa ketinggian air dalam gelas penduga, minimal ¾ penuh dengan
cara membuka krangan gelas penduga.
 Periksa dan pastikan blower IDF dan FDF dalam keadaan baik.
 Masukkan bahan bakar secara merata pada roaster. Nyalakan api dan
setelah api menyala, hidupkan FDF dengan pintu Damper ¼ terbuka.
 Setelah tekanan uap mencapai 5 kg/cm3, blower IDF dioprasikan hingga
mencapai tekanan kerja ( 20-21 kg/cm3).
 Untuk Boiler yang berhenti semalaman dan masih ada tekanan uap pada alat
penunjuk tekanan, maka lakukan langkah berikut :
 Buka kran blowdown dan lakukan 2 sampai 3 kali penyemburan pendek.
 Periksa ketinggian air dalam gelas penduga, minimal ½ penuh.
 Masukka bahan bakar secara merata pada roaster. Nyalakan api dan pada
saat api menyala, idupkan IDF dengan pintu Damper ¼ terbuka.
 Perlahan- lahan tekanan uap akan naik sampai dicapai tekanan kerja
boiler. Ketinggian air pada gelas penduga tidak melebihi upper atau
dibawah lower control level.
 Jika tidak ada uap yang terlihat pada pengukur tekana Boiler, maka
penyalaan harus dilakukan secara perlahan – lahan sehingga diperoleh
panas yang merata di dalam Boiler.
 Pastikan persediaan bahan bakar dan air yang cukup sepanjang waktu.
 Abu Boiler di bawah roaster dan kerak Boiler yang berada diatas roaster harus
dikeluarkan secra bertahap setiap 3- 4 jam.
 Lakukan pembersihan jelaga pada pipa (soot blowing) jika temperatur gas buang
di cerobong asap (Chimney) > 350ºC.
 Bila Boiler tidak memiliki system blowdown secra automatis, maka blowdown
secara manual haurs dilakukan. Blowdown dilakukan bila total Disolvet Solid
(TDS) telah mencapai ¿1.500 ppm.
Contoh perhitungan jumlah air yang di blowdown :

E = A (B- D)/(B-C)
= 20 (1.800- 1.500)/(1.800- 100)
= 3,53 m3
A = Kapasitas Boiler (m3)
B = TDS air Boiler (ppm)
C = TDS air umpan (ppm)
D = TDS air yang diinginkan (ppm)
Tujuan blowdown adalah untuk menjaga agar proporsi dari bahan yang larut
maupun tidak larut dalam air umpan dalm Boiler tetap berada dalam batas
yang direkomendasikan.
 Contoh diambil pada kran pengambilan contoh di Boiler sebanayak 300 ml
setiap jam dari setiap Boiler untuk analisa pH, TDS dan silica.
 Seperempat sampai setengah jam sebelum Boiler dihentikan, pengisian bahan
bakar harus dihentikan.
 Pompakan air kedalam drum sampai gelas pengukur menumjukkan ¾ penuh.
 Korek/tarik/keluarkan semua abudan kerak Boiler dari ruang bakar (dapur).
Setelah bersih, pintu dapur harus ditutup.

3.6.2 Turbin Uap


Uap yang dihasilkan oleh boiler digunakan untuk menggerakkan sudut-sudut turbin
dan untuk menggerakkan poros yang dikopel dengan poros roda gigi. Dengan demikian akan
menghasilkan tenaga listrik yang akan digunakan untuk menggerakan elektro motor dalam
proses pengolahan.

3.6.3 Mesin Diesel Genset


Pada pabrik kelapa sawit Kebun Air Batu memiliki 2 unit mesin diesel dengan
kapasitas masing – masing 250 KVA dan 285 KVA dan akan di operasikan apabila arus PT
PLN (Persero) terputus.

3.6.4 Back Pressure Vessel (BPV)


Uap bekas dari turbin atau exhaust steam dari steam turbin lansung masuk ke dalam
bejana bertekanan back pressure vessel. (BPV). Uap tersebut digunakan untuk pemanasan-
pemanasan pada proses pengolahan, bila tekanan dalam bejana tersebut kurang, maka
diinjeksikan uap lansung dari boiler untuk memenuhi kebutuhan pemanasan instalasi.
Adapun instalasi-instalasi tersebut sebagai berikut
a. Sterilizing station
b. Pressing station
c. Clarificasition station
d. Kernel plant station
e. Water treatment station
3.7 Laboratorium
Pada laboratorium kelapa sawit Kebun Air Batu ini yang diperiksa adalah sebagai
berikut:
a. Mutu air
b. Mutu buah
c. Kerugian (Losses) dalam proses pengolahan
d. Mutu produksi
Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanas. Analisa yang
digunakan untuk melihat mutu air adalah sebagai berikut:
a. pH
b. Kesadahan
c. Analisa TDS (total dissolved solid)
d. Kadar silica
e. Alkalitas

Untuk melihat buah kelapa sawit maka dilakukan analisa dengan cara sortasi. Selama
berlangsungnya proses pengolahan terjadi losses minyak. Besarnya persentase losses ini tidak
boleh melebihi standar yang telah ditetapkan.
Analisa losses ini dilakukan (sampel yang diambil) pada:
a. Analisa losses pada Crude Palm Oil (CPO)
1. Air rebus
2. Tandan kosong
3. Ampas press
4. Nutten
5. Sludge separator
6. Fat pit
7. Cangkang
8. Solid decanter
b. Analisa losses pada Inti Kelapa Sawit (IKS)
1. Fibre cyclone
2. LTDS I
3. LTDS II
4. Clay bath
Produk akhir dari pabrik berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel) akan
dianalisa mutu, yaitu terhadap:
a. ALB (asam lemak bebas)
b. Kadar kotoran
c. Kadar air

3.8 Pengolahan Limbah


Limbah yang diolah pada kelapa sawit Kebun Air Batu terdapat dua jenis limbah
yaitu limbah cair dan limbah padat.

3.8.1 Limbah Cair


Limbah cair yang ada, terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke sungai agar
memenuhi standar yang ada. Limbah cair ini mengandung bahan organik yang dapat
mengalami Deagradasi dengan adanya bakteri pengurai. Limbah yang mengandung senyawa
organik diolah dalam kondisi Anaerobik dan Aerobik.

3.8.2 Fat pit


Limbah cair padat yang masih mengandung minyak dikumpulkan dalam kolam fat pit
untk diambil minyaknya. Prinsip pemisahan disini berdasarkan perbedaan densitas, dimana
minyak akan naik keatas lalu dipompakan kembali ke crude Oil tank. Limbah yang tersisa
berada pada bagian bawah fat pit mempunyai temperature 60-700C yang langsung
dipompakan ke Efflucant Treatment.

3.8.3 Neutralizing Pond


Limbah yang masih mengandung asam tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba,
karena itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan kimia. Penambahan ini bertujuan
untuk mencairkan air limbah yang berguna untuk memudahkan pengolahan lebih lanjut. Pada
kolam ini dilakukan pembiakan bakteri pada awal pengoperasian yang memerlukan kondisi-
kondisi sebagai berikut:
1. pH netral
2. Nutrisi yang cukup
3. Kedalaman kolam 5-6 meter
4. Ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah dua hari pengolahan.
3.8.4 Anaerobik Pond
Limbah yang telah dinetralkan dialirkan kedalam kolam Anaerobik untuk diproses.
Tujuan pengolahan air buangan secara biologis adalah mengurangi jumlah kandungan bahan
padat yang telah diendapkan oleh Micro Organisme tanpa menggunakan oksigen. Proses
penguraian limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah dengan bakteri yang
berasal dari kolam penetralan lebih baik. Pada kolam ini sebagian limbah diambil sebagai
pupuk tanaman kelapa sawit.

3.8.5 Facultative Pond


Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam Anaerobik menjadi Aerobik. Dalam
kolam ini proses penguraian Anaerobik masih berjalan, kolam ini bartujuan untuk
memperlama proses terjadinya pengendapan limbah air yang ada, sehingga bentuk kolam
yang dibuat saling berlawanan antara aliran masuk dan aliran keluar.

3.8.6 Kolam Penampungan Sementara


Cairan yang keluar dari Facultative Pond masuk ke kolam penampungan sementara
agar lumpur mengalami pengendapan kembali sebelum dimasukkan ke kolam Aerobik Pond.

3.8.7 Aerobik Pond


Proses pengolahan Aerobik merupakan proses perubahan bahan organik dengan
oksigen bebas yang menghasilkan air, CO2, unsur-unsur hara dan energi. Limbah yang masuk
ke dalam kolam mengandung oksigen terlarut yang merupakan bahan untuk proses terjadinya
oksidasi dan membantu pertumbuhan bakteri yang membutuhkan oksigen. Kedalam ini
diusahakan 2,5 meter sehingga peluang sinar matahari sampai ke dasar akan membantu reaksi
oksidasi. Limbah dikolam ini dipertahankan sampai 14 hari sehingga dapat mempertahankan
BOD limbah dari 600-800 ppm menjadi 100-150 ppm. Limbah yang telah mengalami proses
penetralan selanjutnya dibuang ke sungai Tamiang.
Beberapa keuntungan proses pencemaran limbah cair secara Aerobik antara lain
adalah hasil pengolahan Aerobik tidak berbau bersifat seperti humus dan mudah dibuang.
Selain itu pengolahan secara Aerobik lebih mudah dilakukan dan biayanya lebih murah
dibandingkan pengolahan Anaerobik.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
MENHITUNG LOSSES INTI PADA FIBRE CYCLONE

4.1 Pengolahan Kelapa Sawit


Pengolahan kelapa sawit pada dasarnya merupakan suatu proses pengolahan terhadap
Tandan Buah Segar menjadi minyak sawit. Proses pengolahan ini bertujuan untuk
memperoleh minyak sawit dan inti yang bermutu baik. Pada dasarnya kelapa sawit
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, dimana proses pada tahap berikutnya.
Dalam industri minyak kelapa sawit, kualitas dan mutu minyak sangat ditentukan oleh
kemurnian minyak yang disebabkan oleh kadar asam lemak bebas (Aisjah, 1993).
Kehilangan Inti (losses inti) selalu terjadi setiap proses produksi Kernel atau Inti. Dan
merupakan hal yang biasa jika losses inti tersebut masih dalam batas standar yang di tentukan
oleh pabrik. Salah satu stasiun yang mengalami kehilangan kernel atau inti adalah Stasiun
pengolahan Inti (Kernel Plant Station) yaitu pada fibre cyclone. Losses inti yang terjadi di
sebabkan oleh kurangnya efesiensi kerja pada saat proses perebusan yang tidak sempurna
dapat menimbulkan banyaknya kadar air dalam buah dan inti, kesulitan penguraian serabut
pada biji dan pelepasan cangkang dengan inti.

4.2 Fibre Cyclone


Ampas dari CBC (Cake Breaker Conveyor) dialirkan menuju depericarper, dimana
terdapat blower untuk memisahkan serat daging dan fibre dengan biji berdasarkan berat jenis.
Fibre yang lebih ringan akan terhisap oleh blower dan dialirkan untuk digunakan sebagai
bahan bakar boiler. Sedangkan biji yang lebih berat dialirkan menuju polishing drum untuk
dibersihkan kembali dari sisa fibre yang masih terbawa. Fungsinya mengalirkan ampas
menuju depericarper, mengalirkan ke boiler.
Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dengan biji serta memisahkan biji
dari sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari Separating Column
Polishing Drum. Ampas dan biji dari CBC masuk dari Separating Column. Disini fraksi
ringan yang berupa fibre, inti pecah halus, cangkang halus dan debu, terhisap dengan Fibre
Cyclone dan melalui Air Lock masuk dan ditampung dan Sheel Bin sebagai bahan bakar pada
boiler. Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah turun
kebawah masuk ke Polishing Drum.
Berikut ini adalah gambar fibre cyclone dapat dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini :

Gambar 3.4 Fibre Cyclone

4.3 Tujuan Tugas Khusus

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam laporan kerja praktek ini adalah untuk
mengetahui persen kehilangan (losses) inti sawit pada fibre cyclone

4.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus


Tempat pelaksanaan tugas khusus di PT. Perkebunan Nusantara-IV Kebun Air Batu,
sejak tanggal 12 Oktober – 30 November 2022 selama 2 bulan.

4.5 Objek Tugas Khusus


Pada tugas Khusus ini penulis mengambil objek atau sampel berupa fibre cyclone
kering hasil pemisahan ampas pada depericaper di PKS PTPN- IV Air Batu.

4.6 Metodelogi Tugas Khusus


Metode yang diharapkan dapat melaksanakan kerja praktek adalah :
1. Masa orientasi, yaitu mengarahkan dan menjelaskan secara umum tentang proses
produksi di PKS PT. Perkebunan Nusantara IVKebun Air Batu.
2. Pengambilan sampel yang akan dianalisa atau di hitung lossesnya yaitu berupa fibre
cyclone hasil pemisahan pada depericaper sebanyak 500- 1000 gr, lalu menghitung
persen losses inti yang di dapatkan pada fibre cyclone.
4.7 Metodelogi Penelitian

4.7.1 Menghitung Losses Inti Pada Fibre Scyclone


1. Alat yang digunakan:
a. Timbangan
b. Kalkulator
2. Bahan yang digunakan
a. Fibre Cyclone

3. Cara Kerja
a. Timbang contoh Fibre sebanyak 500-1000 gram. Di mana di dalam fibre tersebut
masih terdapat sisa – sisa inti.
b. Kemudian inti yang ada dalam fibre tersebut di pilih dah di pisahkan, dimana inti
yang sudah di pilih akan di timbang.dan akan di ketahui berapa banyak masih sisa
atau kehilangan inti yang terdapat dalam fibre cyclone tarsebut.

4.8 Hasil dan Pembahasan

4.8.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari data pengamatan pada losses (kehilangan) inti kelapa sawit,
pada pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara-IV Kebun Air dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1. Data Pengamatan Menghitung Losses Inti Pada Fibre Cyclone di (PTPN IV Kebun
Air Batu,2022)

Tanggal Sample Penilikan Pabrik Norma Losses


Kehilangan (%)
13-10-2022 834,5 gr % Terhadap Sample 0,28 %X 12
2,35 100 0,282
16-10-2022 786,9 gr % Terhadap Sample 0,28 %X 12
2.29 100 0,275
17-10-2022 1009,3 gr % Terhadap Sample 0,28 %X 12
3,18 100 0,382
18-10-2022 868 gr % Terhadap Sample 0,28 %X 12
2,30 100 0,276
19-10-2022 975 gr % Terhadap Sample 0,28 %X 12
2,32 100 0,278
21-10-2022 984,6 gr % Terhadap Sample 0,28 %X 12
2,45 100 0,299
Jumlah rata – rata 0,30 %
4.8.2 Pembahasan

Losses adalah kandungan yang masih tersissa pada fibre cyclone. Istilah lain dari
losses yaitu kehilangan, pada setiap proses produksi yang terjadi pada setiap pabrik selalu
terjadi kehilangan (losses). Hal ini merupakan hal yang lazim yang terjadi dan tidak biasa di
cegah, akan tetapi tentu saja perlu di pikirkan bagaimana meminimalkan losses tersebut.
Untuk dapat meminimalkan losses tersebut sangat di perlukan analisa yang baik dan teliti
untuk dapat mengetahui dan mengantisifasi agar tidak terjadi losses dalam ukuran yang
berlebihan. Dipabrik init telah diperlakukan batasan yang menjadi parameter terhadap losses
yang terjadi itu masih dalam katagori standar/normal.
Losses yang terjadi berupa inti utuh, inti pecah, biji pecah maupun biji utuh
kecendrungan yang terjadi adalah paling banyak losses terjadi berbentuk inti pecah,seperti
yang terjadi pada fibre cyclone. Dan losses berbentuk inti pecah dan inti utuh dalam jumlah
yang lebih sedikit, dan kadang kala terdapat losses berbentuk biji pecah dalam jumlah yang
sangat sedikit.
Berdasarkan standar mutu losses pada pabrik kelapa sawit, hasil dari analisa yang dilakukan
pada tanggal 13 Oktober – 21 Oktober 2022 losses di fibre cyclone berkisar rata- rata 0,30%,
lebih banyak dari standar yang di tetapkan. Dengan perencanaan yang baik, sumber daya
manusia yang berkualitas dan peralatan dalam kondisi yang baik akan memberikan
keuntungan bagi pabrik yaitu dapat meminimalisasikan kehilangan (losses) pada sistem
pengempaan atau Fibre cyclone.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek di PTPN IV Kebun Air Batu, khususnya pada proses
kehilangan inti pada fibre cyclone. Dari hasil perhitungan dan pembahasan, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan yaitu, untuk memperkecil losses IKS (Inti Kelapa Sawit) di
pabrik, yang harus di perhatikan adalah:
1. Mutu bahan baku (TBS) tandan buah segar yang masuk harus sesuai kriteria mutu panen
yang baik.
2. Proses perebusan yang sempurna.
3. Alat (srew press) harus bagus, tekanan srew press sesuai SOP pabrik.
4. Pengawasan (Analisa Rutin) di lakukan di laboratorium.
5. Proses kehilangan inti sawit pada fibre cyclone merupakan satu hal yang sangat
menentukan mutu biji sehingga harus dilakukan sebaik mungkin.
6. Kehilangan inti kelapa sawit selama proses scow press yang berlansung di Pabrik Kelapa
Sawit Air Batu terhitung mulai tanggal 12 Oktober – 21 November 2022 yang dianalisa
di laboratorium, losses (kehilangan) inti pada fibre cylclone rata – rata berkisar 0,30%.

5.2 Saran
Dalam kesempatan kali ini penulis menyarankan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Air Batu, dalam setiap perawatan yang di harapkan di kontrol dengan lebih baik dan
memaksimalkan efesiensi penggunaanya serta terus di sesuaikan dengan kebutuhan dari
bahan baku yang kandang kala dalam ukuran yang berfariasi, guna meminimalkan lagi angka
kehilangan yang terjadi. Dan untuk menghasilkan mutu inti kelapa sawit (IKS) yang baik
sesuai dengan standar mutu pabrik, maka penulis menyarankan beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
1. Pada pengolahan inti kelapa sawit sebaiknya diperhatikan pada proses perebusannya,
karena baik buruknya kualitas mutu inti kelapa sawit banyak ditentukan di stasiun
perebusan.
2. Untuk mempemperoleh mutu inti kelapa sawit yang sesuai dengan standar mutu
sebaiknya diperhatikan juga kadar kotoran yang berasal dari sisa-sisa pemposesan buah,
sehingga tidak merugikan dalam perdagangan.

DARTAR PUSTAKA

Mardhiah, Ainul. 2013. Menghitung Losses Inti Pada Fibre Cyclone. Aceh Utara: Fakultas
Teknik, Universitas Malikussaleh.
https://www.ptpn4.co.id/tentang-kami/. Tentang Kami PT Perkebunan Nusantara IV. Diakses
pada 4 November 2022, dari https://www.ptpn4.co.id/tentang-kami/
Ermanda, Virda. 2021. Gambaran Umum, Administrasi Dan Implementasi Siklus Akuntansi
Kebun Air Batu, PT. Perkemunan Nusantara IV, Sumatera Utara. Yogyakarta:
Program Studi Akuntansi, Politeknik LPP.
PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO). 2009. Pedoman Oprasional Pengolahan Kelapa
Sawit. Medan Sumatera Utara: PPTN IV (PERSERO).
LAMPIRAN

Dokumentasi :

Gambar 1 : Loading Ramp Gambar 2 : Pabrik Biji

Gambar 3 : Ular-ularan Gambar 4 : Inti Gambar 5 : Repple


Gabungan Mill

Gambar 6 : Fibre Gambar 7 :


Cyclone Penimbangaan Sampel
Fibre Cyclone
Gambar 8: Analisis Losses
Pada Fibre Cyclone

Gambar 9 : Gambar 10 : Gambar 11 : Penimbangan


Penimbangan Biji Utuh Penimbangan Biji Inti Utuh
Pecah

Gambar 12 :
Penimbangan Inti
pecah

Anda mungkin juga menyukai