Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin maju perekonomian sebuah bangsa atau negara, maka akan
semakin banyak dilaksanakan pembangunan gedung-gedung pemerintah,
gedung-gedung komersial, infrastruktur juga fasilitas umum lainnya. Hal ini
dapat menjadi permasalahan yang harus diatasi atau dibenahi oleh setiap
pengelola tempat atau bangunan.
Salah satu jenis bangunan adalah bangunan untuk kegiatan
perindustrian yang banyak digunakan untuk kegiatan kerja. Bagian sebuah
bangunan yang sangat penting agar sebuah bangunan dapat beroperasi
dengan lancar adalah sistim utilitasnya. Salah satu bagian dari sistim utilitas
bangunan adalah sistem ventilasi. Dengan adanya sistem ventilasi yang baik
maka penghuni bangunan perindustrian akan dapat melaksanakan
pekerjaannya secara produktif dan efisien.
Sebagai akibat kegiatan-kegiatan dalam proses industri, udara
sekitar lingkungan industri cenderung mengalami pencemaran oleh gas-gas
yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Polutan yang dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan industri tersebut dbuang ke atmosfir, bercampur dengan
udara dan menyebar kemana-mana.Gas polutan ini sebagian besar
terkonsentrasi di ruangan atau area industri. Bila konsentrasi polutan
melebihi konsentrasi maksimum yang diizinkan bagi kesehatan akan
menimbulkan berbagai penyakit (Andianto, 2002).
Dewasa ini banyak industri yang kurang memperhatikan sistem
ventilasi dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan proses produksi maupun kenyamanan pekerja. Pemasangan
sistem ventilasi yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau
bahkan dapat menurunkan kondisi kesehatan pekerja. Permasalahan yang
berkaitan dengan sistem ventilasi di dalam industri, adalah kondisi
lingkungan kerja tidak sesuai dengan kebutuhan proses produksi dan
kenyamanan pekerja. Perihal ini disebabkan karena tidak adanya peralatan
sistem ventilasi, sistem ventilasi yang ada kurang memadai, perencanaan
pipa yang kurang baik, pemilihan fan yang salah, dan lain-lain.
Hal ini diperlukan pengendalian udara dalam lingkungan kerja
industri untuk menjaga, agar kualitas udara memenuhi standard kualitas
yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi syarat kondisi udara
yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau
peralatan yang digunakan, dan penyimpanan barang atau hasil produksi.
Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi yang tepat
dan sesuai, yaitu ventilasi yang terdapat pemasukan dan pengeluaran udara
kedalam ruang melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan
udara yang memenuhi standard kualitas kesehatan dan proses produksi
industri dan menurunkan konsentrasi kontaminan.
Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan
suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara
sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja.
Ventilasi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di
udara tempat kerja sampai batas yang tidak membahayakan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja.
Oleh karena itu, praktikum mengenai pengukuran ventilasi industri
perlu dilaksanakan. Selain untuk belajar mengoperasikan alat pengukururan
ventilasi, kita juga bisa lebih tahu tentang masalah-masalah ventilasi apa
yang sering terjadi dan bagaimana cara menanganinya. Hal penting lainnya
tentang dilaksanakannya praktikum ini adalah supaya kita bisa menentukan
ventilasi yang dianggap sudah memenuhi syarat maupun yang dianggap
kurang dan butuh perbaikan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran ventilasi umum
2. Mahasiswa mampu menetapkan kondisi ventilasi umum yang baik dan
sesuai standart
3. Mahasiswa mampu menganalisis/mengkaji kondisi ventilasi umum
4. Mahasiswa mampu menyusun rekomendasi ventilasi umum
BAB II
KAJIAN LAPANGAN
Keterangan :
Jalan Raya
Sungai
3. Luasan Ventilasi -
2) Dust Collector
Dust collector berfungsi untuk memisahkan partikel dari gas buang
ketel sehingga gas buang yang keluar dari cerobong asap bersih dari
debu. Alat yang dipergunakan adalalah Cyclone. Prinsip kerjanya
adalah sebagai berikut :
a) Gas buang dari ketel dihambat oleh sudut sudut supaya terjadi
pusaran atau gaya sentrifugal sehingga debu yang memiliki masa
lebih besar daripada udara atau gas akan terlempar ke dinding
Cyclone.
b) Karena gravitasi debu tersebut akan jatuh ke bawah.
c) Abu hasil memisahkan gas akan ditampung dalam bunker dan
secara otomatis dikeluarkan dengan menggunakan roatary value
dan ditampung dalam bak abu kemudian dibuang ke lahan
pembuangan.
Pada ketel tekanan tinggi dilengkapi dengan Dust Collector yang
berjumlah 1 unit dengan tipe monocyclone dan 2 unit dengan tipe multi
cyclone dengan kapasitas masing-masing 1145 m3/jam didesain dengan
membuat lorong yang panjang untuk mereduksi polutan debu ke udara
bebas sebelum dikeluarkan lewat cerobong asap setinggi 45 meter.
Efisiensi Dust Collector diperkirakan dibawah 95% karena masih
terdapat partikel patikel debu yang terbawa oleh asap buangan yang
berasal dari ketel. Ketidaksempurnaan ini disebabkan antara lain ampas
tebu yang digunakan untuk pembakaran belum mencapai tingkat
kekeringan yang sempurna sehingga proses pembakarannya belum
sempurna akibatnya masih terdapat debu yang keluar dan sulit
ditangkap. Selain itu pada ketel tekanan rendah belum digunakan dan
banyak menggunakan aliran udara alami melalui lorong dan cerobong.
b. Rekayasa Sosial
1) Program Tahunan Penyehatan Udara
Untuk program tahunan lebih banyak mengarah ke sosial
dibanding ke arah pengendalian pencemaran udara. Program
tahunan untuk mengendalikan pencemaran udara hanya dilakukan
di dalam dan dalam pabrik untuk mengurangi debu dan penyiraman
tanaman di sekitar bangunan dan jalan menuju pabrik.
Untuk program tahunan Penyehatan Udara yang terdapat di
PG. Rejo Agung Baru Madiun adalah :
B. Saran
1. Perlunya di adakan pengawasan / monitoring kualitas udara emisi dan
ambient secara rutin sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran yang ada
disekitar PG Rejo Agung Baru Madiun
2. Kualitas fisik udara ambient di Kelurahan Tawang Rejo telah memenuhi
syarat baku mutu sebaiknya dipertahankan dan ada uasaha peningkatan.
3. Ventilasi yang ada di PG Rejo Agung Baru Madiun adalah ventilasi alami
yaitu berupa lubang angin yang mengandalkan pergerakan udara bebas /
angin. Sebaiknya dibuat ventilasi buatan seperti exhauster sehingga suhu
dan kelembaban udara didalam ruang pabrik dalam batas normal yaitu 24-
25o C (Sesuai baku mutu ambient PP NO 41 TAHUN 1999)
DAFTAR PUSTAKA
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12/pencemaran-udara/
http://nuzuliana.blogspot.com/2012/06/laporan-praktikum-ventilasi-umum.html
http://ikl-mdo.blogspot.com/2013/07/jenis-jenis-ventilasi-danhubungannya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ventilasihttp://dekor-
minimalis.blogspot.com/2013/04/pentingnya-ventilasi-silang-dengan.html
https://www.scribd.com/document/233924148/SNI-19-7117-3-1-2005-SOx-
Turbidimetri-Emisi
http://www.infolabling.com/2014/05/ringkasan-sni-19-71197-2005-cara-
uji.html#.Wh5sq_mWbIU
http://www.infolabling.com/2014/03/ringkasan-sni-19-71192-2005-cara-
uji.html#.Wh5ssPmWbIU
LAMPIRAN
DATA PENGUKURAN