Anda di halaman 1dari 12

PENYEHATAN UDARA

KAJIAN SISTEM VENTILASI UMUM

PADA PG. REJO AGUNG BARU

Disusun Oleh :

1. Hadir Nada Aliyah P27833216020


2. Aulia Nur Azizah P27833216023

Semester III / Kelas A

PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN KAMPUS MAGETAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
Jl. Tripandita No.06 Telp (0351) 896 315 Magetan
Tahun Akademik 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin maju perekonomian sebuah bangsa atau negara, maka akan
semakin banyak dilaksanakan pembangunan gedung-gedung pemerintah,
gedung-gedung komersial, infrastruktur juga fasilitas umum lainnya. Hal ini
dapat menjadi permasalahan yang harus diatasi atau dibenahi oleh setiap
pengelola tempat atau bangunan.
Salah satu jenis bangunan adalah bangunan untuk kegiatan
perindustrian yang banyak digunakan untuk kegiatan kerja. Bagian sebuah
bangunan yang sangat penting agar sebuah bangunan dapat beroperasi
dengan lancar adalah sistim utilitasnya. Salah satu bagian dari sistim utilitas
bangunan adalah sistem ventilasi. Dengan adanya sistem ventilasi yang baik
maka penghuni bangunan perindustrian akan dapat melaksanakan
pekerjaannya secara produktif dan efisien.
Sebagai akibat kegiatan-kegiatan dalam proses industri, udara
sekitar lingkungan industri cenderung mengalami pencemaran oleh gas-gas
yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Polutan yang dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan industri tersebut dbuang ke atmosfir, bercampur dengan
udara dan menyebar kemana-mana.Gas polutan ini sebagian besar
terkonsentrasi di ruangan atau area industri. Bila konsentrasi polutan
melebihi konsentrasi maksimum yang diizinkan bagi kesehatan akan
menimbulkan berbagai penyakit (Andianto, 2002).
Dewasa ini banyak industri yang kurang memperhatikan sistem
ventilasi dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan proses produksi maupun kenyamanan pekerja. Pemasangan
sistem ventilasi yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau
bahkan dapat menurunkan kondisi kesehatan pekerja. Permasalahan yang
berkaitan dengan sistem ventilasi di dalam industri, adalah kondisi
lingkungan kerja tidak sesuai dengan kebutuhan proses produksi dan
kenyamanan pekerja. Perihal ini disebabkan karena tidak adanya peralatan
sistem ventilasi, sistem ventilasi yang ada kurang memadai, perencanaan
pipa yang kurang baik, pemilihan fan yang salah, dan lain-lain.
Hal ini diperlukan pengendalian udara dalam lingkungan kerja
industri untuk menjaga, agar kualitas udara memenuhi standard kualitas
yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi syarat kondisi udara
yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau
peralatan yang digunakan, dan penyimpanan barang atau hasil produksi.
Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi yang tepat
dan sesuai, yaitu ventilasi yang terdapat pemasukan dan pengeluaran udara
kedalam ruang melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan
udara yang memenuhi standard kualitas kesehatan dan proses produksi
industri dan menurunkan konsentrasi kontaminan.
Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan
suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara
sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja.
Ventilasi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di
udara tempat kerja sampai batas yang tidak membahayakan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja.
Oleh karena itu, praktikum mengenai pengukuran ventilasi industri
perlu dilaksanakan. Selain untuk belajar mengoperasikan alat pengukururan
ventilasi, kita juga bisa lebih tahu tentang masalah-masalah ventilasi apa
yang sering terjadi dan bagaimana cara menanganinya. Hal penting lainnya
tentang dilaksanakannya praktikum ini adalah supaya kita bisa menentukan
ventilasi yang dianggap sudah memenuhi syarat maupun yang dianggap
kurang dan butuh perbaikan.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran ventilasi umum
2. Mahasiswa mampu menetapkan kondisi ventilasi umum yang baik dan
sesuai standart
3. Mahasiswa mampu menganalisis/mengkaji kondisi ventilasi umum
4. Mahasiswa mampu menyusun rekomendasi ventilasi umum
BAB II
KAJIAN LAPANGAN

1. Nama Kawasan : PT. Rajawali I unit PG. Rejo Agung Baru


2. Lokasi Usaha : PT. Rajawali I unit PG. Rejo Agung Baru
Titik koordinat -7.6040265oS, 111.532328,18oE

Keterangan :

Jalan Raya

Sungai

3. Alamat Industri : Jl. Yos Sudarso no.23, Patihan, Manguharjo,


Madiun, Jawa Timur, 63123
4. Jenis Usaha : Argo Industri
5. Bahan Baku : Tebu dengan kriteria MSB(Manis Segar Bersis)
6. Bahan Tambahan : Kapur (CaCO3)
SO2
Filoculan
Air
7. Proses Produksi :
a. Bahan Baku
Tebu, dengan kriteria MSB(Manis Segar Bersis), sebagai bahan utama
Raw material
b. Enplasemen
Tebu yang akan digiling dipersiapkan dengan peralatan yang dipakai
yaitu Railban, Lori, Truk, Timbangan, Emplacement, dan Cane Table
c. Stasiun Gilingan
Gula yang ada dalam tebu diambil semaksimal mungkin melalui alat
pendahuluan (Cane Preparation: Cane Cutter dan Unigrator) dan alat
penggiling (giling) dengan menambah air(imbisisi).
d. Stasiun Pemurnian
Untuk memperoleh nira bersih zat-zat non gula yang terlarut dalam nira
mentah dihilangkan sebanyak mungkin
e. Stasiun Penguapan
Nira kental dengan kandungan air 40% (Brix60%) diperoleh dengan
menguapkan sebagian besar air yang terkandung dalam nira encer(brix
13%)
f. Stasiun Kristalisasi
Kristal gula monoklin dibentuk dengan ukuran besar butir 0,8-0,2 mm
g. Stasiun Puteran
Penyaringan untuk memisahkan kristal gula dari cairan(stroop)
dilakukan dengan gaya sentrifugal sampai diperoleh Kristal gula yang
bersih
h. Stasiun Penyelesaian
Mengeringkan gula, menyeleksi ukuran kristal (gula normal 0,8-1,2 mm,
gula halus dan gula krikil) dan pengantongan 1/2 kg, 1kg, 5kg, dan 50 kg
8. Produk Usaha
a. Produk Utama
- Gula Kemasan 50 Kg
- Gula Kemasan 5 Kg
- Gula Kemasan 0,5
b. Produk Sampingan
- Tetes
- Ampas Tebu
- Pupuk Organik
9. Produk Buangan :
a. Ampas.
Ampas merupakan salah satu bahan buangan PG yang berasal dari
stasiun penggilingan. Ampas setiap harinya dihasilkan kurang lebih
1400 ton atau 35% dari jumlah tebu yang digiling. Dari 35% tersebut
90% nya digunakan untuk bahan bakar katel (boiller)
b. Blothong
Blothong adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses stasiun
pemurnian. Jumlah blothong yang dihasilkan rata rata 400 ton /hari atau
9% tebu. Blothong sebenrnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik disebut dengan pupuk “Mix Biora”.
c. Abu Ketel ( Dust )
Abu Ketel ( Dust ) adalah limbah padat yang dihasilkan dari sisi
pembakaran ampas dalam Abu Ketel ( Dust ) pada stasiun pembangkit
uap. Jumlahnya mencapai 2 % dari jumlah tebu yang digiling.
d. Sampah
Sampah ini merupakan limbah domestik sebagian besar berupa kertas,
plastik, dan daun. Sampah ini selanjutnya akan dibakar di tempat
pembuangan limbah padat.
10. Jam Produksi :
Tenaga kerja produktif yaitu tenaga kerja yang langsung menangani proses
produksi. Tenaga kerja produktif dibedakan menurut jam kerjanya sebagai
berikut :
a. Normal
Senin – Jumat 08.00 – 16.00
Sabtu 08.00 – 13.00
b. Dengan sistem pergantian petugas / shift.
Ada 3 shift yaitu :
shift 1 : pukul 06.00 pagi - 14.00 siang
shift 2 : pukul 14.00 siang - 22.00 malam
shift 3 : pukul 22.00 malam - 06.00 pagi
11. Upaya Penyehatan Udara yang telah Dilakukan
a. Rekayasa Teknik
1) Ventilasi Umum
Upaya penyehatan udara yang telah dilakukan yang berkaitan
dengan rekayasa teknik ventilasi umum di PT. Rajawali I unit PG. Rejo
Agung Baru yaitu sistem ventilasi umum yang diterapkan. Ventilasi
yang ada di PG. Rejo Agung Baru Madiun ini jenisnya adalah lubang
angin yang merupakan ventilasi alami yaitu suatu sistem dimana aliran
atau gerakan udara terjadi karena adanya kekuatan alam.

Sistem Ventilasi yang ada adalah Horisontal atau sejajar silang.


Namun luasan ventilasi tidak dapat diukur ( tidak terdata ) dikarenakan
posisi ventilasi yang berupa lubang angin tersebut letaknya sangat
tinggi yaitu pada atap bangunan Pabrik. Posisi ketinggian ventilasi dari
lantai kurang lebih 10 meter. Penempatan antara ventilasi dibuat silang
dan teratur. Kelemahan dari ventilasi yang berupa lubang angin tersebut
adalah jika turun hujan maka air hujan dapat masuk ke dalam pabrik.

No. Komponen Uraian/Ukuran

1. Jenis Ventilasi Alami

2. Sistem Ventilasi Horisontal

3. Luasan Ventilasi -

4. Posisi Ketinggian Posisi dari lantai : 10 m (menyatu


dengan atap)
5. Penempatan antar Ventilasi Silang dan teratur, berhadapan dengan
jarak 1-2 meter

2) Dust Collector
Dust collector berfungsi untuk memisahkan partikel dari gas buang
ketel sehingga gas buang yang keluar dari cerobong asap bersih dari
debu. Alat yang dipergunakan adalalah Cyclone. Prinsip kerjanya
adalah sebagai berikut :
a) Gas buang dari ketel dihambat oleh sudut sudut supaya terjadi
pusaran atau gaya sentrifugal sehingga debu yang memiliki masa
lebih besar daripada udara atau gas akan terlempar ke dinding
Cyclone.
b) Karena gravitasi debu tersebut akan jatuh ke bawah.
c) Abu hasil memisahkan gas akan ditampung dalam bunker dan
secara otomatis dikeluarkan dengan menggunakan roatary value
dan ditampung dalam bak abu kemudian dibuang ke lahan
pembuangan.
Pada ketel tekanan tinggi dilengkapi dengan Dust Collector yang
berjumlah 1 unit dengan tipe monocyclone dan 2 unit dengan tipe multi
cyclone dengan kapasitas masing-masing 1145 m3/jam didesain dengan
membuat lorong yang panjang untuk mereduksi polutan debu ke udara
bebas sebelum dikeluarkan lewat cerobong asap setinggi 45 meter.
Efisiensi Dust Collector diperkirakan dibawah 95% karena masih
terdapat partikel patikel debu yang terbawa oleh asap buangan yang
berasal dari ketel. Ketidaksempurnaan ini disebabkan antara lain ampas
tebu yang digunakan untuk pembakaran belum mencapai tingkat
kekeringan yang sempurna sehingga proses pembakarannya belum
sempurna akibatnya masih terdapat debu yang keluar dan sulit
ditangkap. Selain itu pada ketel tekanan rendah belum digunakan dan
banyak menggunakan aliran udara alami melalui lorong dan cerobong.
b. Rekayasa Sosial
1) Program Tahunan Penyehatan Udara
Untuk program tahunan lebih banyak mengarah ke sosial
dibanding ke arah pengendalian pencemaran udara. Program
tahunan untuk mengendalikan pencemaran udara hanya dilakukan
di dalam dan dalam pabrik untuk mengurangi debu dan penyiraman
tanaman di sekitar bangunan dan jalan menuju pabrik.
Untuk program tahunan Penyehatan Udara yang terdapat di
PG. Rejo Agung Baru Madiun adalah :

a) Penggunaan APD oleh para Pekerja Pabrik


b) Penyiraman Tanaman yang berada di kawasan Pabrik.
c) Penyiraman kawasan dalam atau sekitar pabrik saat produksi
berlangsung untuk mengurangi debu yang dilakukan
sebanyak 2x dalam sehari yaitu pagi pukul 08.00 WIB dan
sore pukul 16.30 WIB
12. Dasar Perundangan
Dasar perundangan yang dipergunakan sebagai pedoman yaitu :
a. Pergub Jatim No.10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien &
Emisi Sumber Tidak Bergerak
b. SNI 19-7119.2-2005 tentang Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO2)
dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer.
c. SNI 19-7119.7-2005 tentang Cara uji kadar sulfur dioksida (SO2)
dengan metoda pararosanilin menggunakan spektrofotometer.
d. SNI 19-7117.3.1-2005 tentang Cara uji SOx dengan metoda turbidimetri
emisi
e. SNI 19-7117.3.10-2005 tentang Cara uji SOx dengan metoda
turbidimetri emisi
BAB III
PENUTUP
A. Kesiumpulan
1. Berdasarkan hasil analisis monitoring kualitas kimia udara ambient PG.
Rejo Agung Baru Madiun telah memenuhi syarat baku mutu sesuai dengan
Pergub Jatim no.10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien & Emisi
Sumber Tidak Bergerak
2. Berdasarkan hasil analisis monitoring kualitas kimia udara emisi PG. Rejo
Agung Baru Madiun telah memenuhi syarat baku mutu sesuai dengan
Standart Nasional Indonesia
3. Dari hasil monitoring ventilasi di PG. Rejo Agung Baru Madiun dapat di
ketahui bahwa ventilasi di PG. Rejo Agung Baru Madiun menggunakan
ventilasi alami. Tetapi luasan ventilasi tidak dapat di ukur karena posisi
ventilasinya di atas bangunan dan posisinya tidak rata.

B. Saran
1. Perlunya di adakan pengawasan / monitoring kualitas udara emisi dan
ambient secara rutin sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran yang ada
disekitar PG Rejo Agung Baru Madiun
2. Kualitas fisik udara ambient di Kelurahan Tawang Rejo telah memenuhi
syarat baku mutu sebaiknya dipertahankan dan ada uasaha peningkatan.
3. Ventilasi yang ada di PG Rejo Agung Baru Madiun adalah ventilasi alami
yaitu berupa lubang angin yang mengandalkan pergerakan udara bebas /
angin. Sebaiknya dibuat ventilasi buatan seperti exhauster sehingga suhu
dan kelembaban udara didalam ruang pabrik dalam batas normal yaitu 24-
25o C (Sesuai baku mutu ambient PP NO 41 TAHUN 1999)
DAFTAR PUSTAKA

Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara. ITB Bandung : Bandung

Riyadi, Slamet. 1982. Pencemaran Udara. Usaha Nasional : Surabaya – Indonesia

Boedisantoso, Rachmat. 2002. Teknologi Pengendalian Pencemaran Udara :


Surabaya
http://www.rejoagungbaru.com/produksi.php
https://www.linkedin.com/in/pt-kusumahadi-pt-kusuma-putra-santosa-35351764

http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12/pencemaran-udara/

http://nuzuliana.blogspot.com/2012/06/laporan-praktikum-ventilasi-umum.html

http://ikl-mdo.blogspot.com/2013/07/jenis-jenis-ventilasi-danhubungannya.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Ventilasihttp://dekor-
minimalis.blogspot.com/2013/04/pentingnya-ventilasi-silang-dengan.html

https://www.scribd.com/document/233924148/SNI-19-7117-3-1-2005-SOx-
Turbidimetri-Emisi

http://www.infolabling.com/2014/05/ringkasan-sni-19-71197-2005-cara-
uji.html#.Wh5sq_mWbIU

http://www.infolabling.com/2014/03/ringkasan-sni-19-71192-2005-cara-
uji.html#.Wh5ssPmWbIU
LAMPIRAN

DATA PENGUKURAN

Anda mungkin juga menyukai