Nama : MASRIKAN
NIM : 202 133 069
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Oleh:
MASRIKAN
NIM. 202 133 069
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Batasan Masalah Penelitian 3
E. Tinjauan Pustaka 3
F. Metodologi Penelitian 15
G. Jadwal Rencana Penelitian 17
H. Daftar Pustaka 17
I. Lampiran 19
A. Latar Belakang
1
melakukan perhitungan nilai OEE (Overall Equipment Effektiveness) untuk
melihat seberapa besar tingkat efektifitas peralatan di bagian sterilizer PT. Kimia
Tirta Utama, sebagai salah satu pabrik pengolah TBS kelapa sawit di Kab. Siak.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Dapat mengetahui prinsip kerja sterilizer pada stasiun perebusan
diproses pengolahan minyak kelapa sawit.
2. Dapat mengetahui nilai OEE (Overall Equipment Effectiviness) Stasiun
Sterilizer di PT. Kimia Tirta Utama
3. Dapat merumuskan langkah yang diambil untuk meningkatkan nilai
OEE (Overall Equipment Effectiviness) Stasiun Sterilizer di PT. Kimia
Tirta Utama
2
D. Batasan Masalah Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus
tandan buah segar dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated
steam. Penggunaan uap jenuh memungkinkan terjadinya proses
hidrolisa/penguapan terhadap air didalam buah, jika menggunakan uap kering
akan dapat menyebabkan kulit buah hangus sehingga menghambat penguapan air
dalam daging buah dan dapat mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu,
pengontrolan kualitas uap yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan
menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna.
3
merupakan penghantar panas yang buruk. Pada puncak 3, perebusan
dilaksanakan selama 45 menit, Waktu yang digunakan untuk perebusan
adalah 95 menit. Pada proses perebusan digunakan alat pengangkut TBS
adalah Lory yang dilengkapi dengan rel pada jalur keluar masuk ketel
rebusan.
4
mengabsorbsi panas yang diberikan sehingga jumlah air semakin bertambah.
Pertambahan ini yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air kondensat
akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak. Material balance air
kondensat 12 % dari TBS yang diolah, sehingga oleh beberapa pabrik
dilakukan blow down terus menerus melalui pipa kondensat. Cara ini
menunjukkan buah rebus yang kering dan lebih mudah diolah dalam screw
press.
4. Waktu perebusan
Apabila waktu perebusan terlalu lama maka akan membuat buah menjadi
lembek dan lewat matang, akan banyak minyak keluar dari buah dan terikut
oleh kondensat dan akan menyebabkan banyak losses. Waktu perebusan yang
efektif adalah 90-95 menit.
5
Sketsa Sterilizer bisa dilihat pada gambar berikut :
Keterangan Gambar :
1. Rail Track Pintu 8. Ketel Rebusan
2. Pintu Pemasukan Lory 9. Pintu Keluar Lory
3. Manometer 10. Rail Track didalam Rebusan
4. Lory 11. Pondasi (Kaki Rebusan)
5. Pipa Pemasukan Uap 12. Pipa Pembuangan Air
Kondensat
6. Pipa Pengeluaran Uap
7. Safety Valve
2. Tujuan Perebusan
Keberhasilan dalam proses perebusan akan mendukung kemudahan-
kemudahan dalam proses selajutnya, baik di stasiun Thresing, Press, Digester dan
lain-lain. Fungsi dari Sterilizer untuk melakukan proses perebusan buah TBS
sebelum diproses menjadi minyak dengan tujuan adalah :
6
sebagai katalisator dalam pembentukan asam lemak bebas (ALB) sedangkan
enzim oksidasi berperan dalam pembentukan peroksida yang kemudian
berubah menjadi gugus aldehide dan kation. Senyawa tersebut bila teroksidasi
akan membentuk asam lemak bebas. Jadi asam lemak bebas yang terdapat
dalam minyak kelapa sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidasi.
Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah TBS mengalami kememaran
(luka). Enzim umumnya tidak aktif lagi bila dipanaskan sampai suhu >50 ºC.
Maka perebusan dengan suhu >130 ºC sekaligus menghentikan kegiatan enzim.
Proses sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti,
yaitu dengan cara penguapan baik dari dalam saat direbus maupun saat
sebelum dimasukkan ke Thresing. Interaksi penurunan kadar air dan panas
dalam buah akan menyebabkan minyak sawit dari antara sel dapat bersatu dan
mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses
pengempaan (proses ekstraksi minyak).
7
4. Melunakkan Buah Sawit
Perikarp (kulit buah) yang mendapatkan perlakuan panas dan tekanan akan
menunjukkan sifat, dimana serat yang mudah lepas antara serat yang satu dengan
yang lain. Hal ini akan memepermudah proses didalam Digester dan Depericarper
Polishing. Karena adanya panas dan tekanan tersebut maka air yang terkandung
dalam inti akan menguap lewat mata biji sehingga proses pemecahan biji lebih
mudah dalam Ripple Mill.
8
3. Total Productive Maintenance
9
standar dunia dari masing – masing variabel (Vorne Industri Inc, 2016):
Availability 90%
Performance 95%
Quality 99%
Overall Equipment Efectiveness 85%
Hubungan dari ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada rumus berikut
ini (Nakajima, 1988):
OEE= Availability x Performance Rate x Quality Rate
Untuk menghitung nilai OEE, maka perlu diketahui nilai masing – masing
komponen tersebut.
1. Availability
Availability adalah suatu rasio yang menunjukan waktu yang tersedia
untuk mengoperasikan mesin. Availability mempertimbangan berbagai
kejadian yang dapat menghentikan proses produksi yang sudah
direncanakan sebelumnya. Dalam menghitung availability, diperlukan
data operation time yaitu lamanya waktu proses produksi bagi mesin
untuk menghasilkan output. Operation time didapatkan dari loading time
atau kapasitas waktu y ang tersedia untuk mesin berproduksi dikurangi
dengan waktu downtime. Loading time sendiri didapatkan dari running
time atau jumlah jam kerja untuk proses produksi dikurangi dengan
downtime yang telah direncanakan seperti istirahat, set up dan lain
sebagainya.
10
2. Performance Rate
Performance rate mempertimbangkan faktor yang menyebabkan proses
produksi tidak sesuai dengan kecepatan maksimum yang seharusnya
ketika di operasikan. Contohnya adalah ketidakefisiensian operator
dalam menggunakan mesin. Performance rate didapatkan dengan
mengalikan jumlah produksi dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu unit produk di bagi dengan waktu operasi. Kemudian
diubah kedalam bentuk persentase.
3. Quality Rate
Quality rate merupakan perbandingan antara produk yang baik dibagi
dengan jumlah total produksi. Jumlah produk yang baik ini didapatkan
dengan mengurangkan jumlah produksi dengan jumlah produk defect
atau cacat. Kemudian setelah itu diubah ke dalam bentuk persentase.
Tujuan utama dari TPM dan OEE adalah untuk mengurangi six big losses
yang menjadi penyebab terjadinya kerugian efisiensi saat proses manufactur
Dalam setiap komponen tersebut terdapat 6 kerugian yang dapat
mempengaruhi efektivitas dari peralatan. Dalam availability terdapat
breakdown losses dan setup and adjustment losses, sedangkan dalam
performance rate terdapat reduced speed losses dan idling/minor stopages
losses, dan yang terakhir dalam quality rate terdapat defect/rework losses
dan yield/scrap losses Setelah diketahui Overall Equipment Efectiveness,
maka dapat diketahui pada komponen efektivitas mana yang memiliki nilai
11
paling rendah kemudian di analisis penyebabnya. Pengertian dari masing –
masing losses adalah sebagai berikut:
1. Breakdown Losses
Kerugian yang disebabkan oleh kecacatan peralatan dan
membutuhkan perbaikan. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
12
5. Quality Defect and Rework
Kerugian yang disebabkan karena produk tidak di produksi dengan benar
dari awal proses. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
6. Yield/scrap Losses
Kerugian yang disebabkan karena adanya kecacatan di awal proses
produksi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pareto Diagram adalah alat yang mengatur item dalam urutan berdasarkan
besarnya kontribusi mereka, sehingga dapat mengidentifikasi dengan
mengerahkan beberapa item pada item yang memiliki pengaruh maksimal. Alat
ini digunakan pada SPC dan peningkatan kualitas untuk memprioritaskan
proyek-proyek untuk perbaikan, memprioritaskan pembentukan tindakan
korektif untuk memecahkan masalah, mengidentifikasi produk yang paling
dikeluhkan, mengidentifikasi sifat keluhan yang paling sering terjadi,
mengidentifikasi penyebab yang paling sering dari penolakan atau untuk tujuan
lain yang sejenis. Diagram pareto merupakan diagram yang berbentuk batang
yang tingginya menggambarkan biaya atau frekuensi. Batang paling tinggi
diletakkan di sebelah kiri dan diurutkan kekanan hingga paling pendek.
Penggunaan diagram pareto dapat dilakukan dalam beberapa keadaan seperti :
13
permasalahan atau penyebab permasalahan dalam suatu proses.
2. Diagram pareto digunakan ketika terdapat banyak permasalahan
sedangkan perusahaan ingin memfokuskan pada permasalahan yang
paling signifikan.
3. Diagram pareto digunakan ketika akan menghubungkan permasalahan
dengan data.
Analisis pareto berdasarkan prinsip 80% masalah berasal dari 20%
penyebab. Contohnya adalah 80% ketidakpuasan pelanggan suatu
produk disebabkan karena 20% cacat pada produk tersebut. Urutan
pembuatan diagram pareta adalah sebagai berikut:
14
Fishbone diagram atau Ishikawa diagram. Diagram ini digunakan untuk
menggambarkan identifikasi akar masalah dari suatu outcome. Diagram ini
bisa digunakan untuk mendesain fase dari proses produksi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi akar penyebab permasalahan. Dalam membangun
fishbone diagram, langkah pertama adalah menentukan efek yang akan di
analisis. Kemudian mengumpulkan data yang dapat mempengaruhi efek
tersebut. Kemudian langkah ketiga mengkategorikan data yang telah didapat
kedalam kategori berikut:
a. Metode kerja
b. Mesin/peralatan
c. Manusia Material
d. Alat pengukuran
e. Lingkungan
Penyebab utama tersebut dapat dikembangkan dengan cara
brainstorming dengan orang yang lebih paham dengan permasalahan
yang di analisis.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat menganalisa keterangan mengenai apa yang ingin
diketahui. Penelitian ini menerapkan Total Productive Maintenance (TPM) dengan
15
metode Overall Equipment Efectiveness. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana kondisi maintenance mesin pada saat ini, apakah sudah baik
atau perlu peningkatan, kemudian memberikan alternatif solusi yang bisa
diterapkan oleh perusahaan. Beberapa data yang diperlukan adalah data perawatan
dan kerusakan mesin terkait pada line produksi perusahaan.
Mulai
Studi
Literatur
Survey
Pengumpulan Data
1. Data Primer (Observasi langsung)
Proses Produksi
Mesin dan Peralatan
Pengolahan
Data
Analisa Pemecahan
Masalah
Hasil
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
16
G. Jadwal Rencana Penelitian
Berikut ini adalah jadwal rencana penelitian
Bulan
Desember
No Kegiatan Juli 2021 Agustus-21 Sep-21 Okt 2021 Nop 2021
2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penetapan
1
Judul
Rancangan
2
Proposal
Seminar
3
Proposal
Observasi
4
Lapangan
Penulisan
5
Skripsi
Revisi dan
6
Asistensi
Sidang
7
Skripsi
H. Daftar Pustaka
Sunarko. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka
Dinar, Darman Dapersal. 2004. Manajemen Perawatan. Padang: PNP
Mobley, R. Keith. 2008. Maintenance Engineering Handbook: Seventh Edition. Mc
Graw: Hill Companies
Miftakhurrizal. 2017. Total Produktive Maintenance (online). Available at :
<http://miftakhurrizal.lecture.ub.ac.id/files/2017/09/Total-Productive-Maintenance-
TPM.pdf> [accessed date 01 Agustus 2021]
Kho Budi. 2017. Pengertian Total Produktive Maintenance (online). Available at:
<https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-total-productive-maintenance-tpm/>
[accessed date 01 Agustus 2021]
Kho Budi. 2018. Cara Menghitung OEE (online). Available at:
<https://ilmumanajemenindustri.com/cara-menghitung-oee-overall-equipment-
effectiveness-tpm/> [accessed date 03 Agustus 2021]
17
Nursubiyantoro, Eko., Puryani., Rozaq, Muhammad Isnaini. 2016. Implementasi
TPM Dalam Penerapan Overall Equipment Effectiveness (OEE). Jurnal Optimasi
Sistem Industri [online]. Available at:
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi/article/view/2169/1907 [accesssed date 19
Agustus 2021]
18
I. Lampiran
19