Anda di halaman 1dari 17

Ventilasi Industri

Dosen Pengampu : Dr. Suryani, SKM., MKL.

Oleh :

Meta Yulminesah

(19401009)

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

STIKes Payung Negeri Pekanbaru

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terimakasih
kepada ibu Dr. Suryani, SKM., MKL. selaku dosen pengampu yang telah
membimbing dan memberikan tugas sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas Hygiene Industri. Makalah ini berisikan tentang
“Ventilasi Industri”. Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak
yang membantu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru,16 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan..........................................................................................................5
1. Tujuan Umum..........................................................................................5
2. Tujuan Khusus........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Pengertian Ventilasi....................................................................................6
B. Prinsip Kerja Ventilasi...............................................................................7
C. Jenis-Jenis Ventilasi....................................................................................7
D. Perancangan Ventilasi..............................................................................10
E. Dampak dari Ventilasi yang Buruk........................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam
bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Udara yang mengalir dan
selalu berganti memang dibutuhkan oleh sistem pendingin tubuh manusia yang
mengandalkan pelepasan panas tubuh melalui permukaan kulit. Udara dengan
kejenuhan tinggi yang tidak mengalir di permukaan kulit kita tentu akan
menghambat sistem pelepasan kalor panas dari tubuh kita. Diperlukan udara
pengganti yang kurang jenuh untuk memperlancar pelepasan panas dari tubuh. Di
sinilah pentingnya udara yang mengalir di satu ruangan. Hal tersebut dapat kita
siasati dengan pembuatan ventilasi pada bangunan-bangunan Hunian, dimana
ventilasi tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan akan
tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 yang berarti
kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping
itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam
ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Semakin maju perekonomian sebuah bangsa atau negara maka akan
semakin banyak dilaksanakan pembangunan gedung-gedung pemerintah dan
gedung-gedung komersial, infrastruktur juga fasilitas umum lainnya. Hal ini dapat
menjadi permasalahan yang harus diatasi atau dibenahi oleh setiap pengelola
tempat atau bangunan. Salah satu jenis bangunan adalah gedung utnuk kegiatan
perkantoran yang banyak digunakan untuk kegiatan kerja. Bagian gedung yang
sangat penting adalah agar dapat beroperasi dan berjalan adalah sistim utilitas
gedung. Salah satu bagian dari sistem utilitas gedung adalah centilasi. Dengan
adanya ventilasi yang baik, maka penghuni gedung dapat melaksanakan
pekerjaannya secara produktif dan efisien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum adalah untuk menjelaskan tentang
ventilasi industri
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian ventilasi
b. Untuk mengetahui prinsip kerja ventilasi
c. Untuk mengetahui jenis-jenis ventilasi
d. Untuk mengetahui perancangan ventilasi
e. Untuk mengetahui dampak dari ventilasi yaang buruk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ventilasi
Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan suatu
metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara suatu ruangan
yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja.
Disamping itu juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di
udara tempat kerja sampai bata yang tidak membhayakan bagi kesehatan dan
keselamatan pekerja.
Ventilasi adalah teknik engineering control yang penting untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas udara di tempat kerja. Menurut SNI 03-
6572-2001, ventilasi didefinisikan sebagai proses pertukaran udara dengan cara
pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu ruang kerja melalui saluran buang
dan pemasukan udara segar melalui saluran masuk.
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam dan pengeluaran
udara kotor dari ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis
tersedianya udara segar dalamrumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, 
sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan
over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan
Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri diperlukan untuk
menjaga agar kualitas udara memenuhi standard kualitas yang ditetapkan bagi
kesehatan pekerja, dan memenuhi syarat kondisi udara yang seusia bagi proses
produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau peralatan yang digunakan dan
penyimpanan barang atau hasil produksi. Salah satu cara pengendalian udara
dalam ruang adalah ventilasi, yaitu pemasukan dan pengeluaran udara kedalam
ruang melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang
memenuhi standard kualitas kesehatan dan proses produksi industri. Fungsi
ventilasi sebagai berikut:
a. Menurunkan konsentrasi kontaminan dalam udara ruang kerja dengan
memasukkan udara segar dan mengeluarkan udara terkontaminan sampai
tingkat tidak membahayakan.
b. Memberikan penyegaran udara dalam ruang pada suhu dan kelembaban
tertentu untuk kenyamanan pekerja.
c. Memberikan kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi,
penyimpanan bahan dan hasil produksi, lingkungan kerja mesin dan
peralatan industri.
d. Menurunkan konsentrasi gas buangan yang dapat menimbulkan kebakaran
atau ledakan sampai dibawah batas ledak terendah.

B. Prinsip Kerja Ventilasi


Prinsip sistem ventilasi yang digunakan dalam suatu industry adalah
membuat suatu proses pertukaran udara di dalam ruang kerja. Pertukaran udara ini
biasa dicapai dengan cara memindahkan udara dari tempat kerja dan mengganti
dengan udara segar yang di laksanakan secara bersama-sama. Jika tidak ada
sistem pertukaran udara, kontaminan yang akan beregerak perlahan didalam udara
ruang kerja. Sehingga kontaminan akan tetap berada disekitar sumber dan di
daerah sekitar pernapasan pekerja dengan konsentrasi yang tinggi. Pertukaran
udara dapat dilakukan baik secara alami maupun dengan bantuan perawatan
mekanik. Pertukaran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan,dimana udara
bergerak dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang tekanannya
rendah.
Pertukaran udara secara mekanik di lakukan dengan cara memasang sistem
pengeluaran udara(exhaust system) dan pemasukan udara (supply system) dengan
menggunakan Fan. Exhaust system dipasang untuk mengeluarkan udara beserta
kontaminan yang ada disekitar ruang kerja,biasanya ditempatkan disekitar ruang
kerja atau dekat dengan sumber-sumber dimana kontaminan dikeluarkan. Supply
system di pasang untuk memasukkan udara didalam ruangan,umumnya digunakan
untuk menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan didalam lingkungan kerja.

C. Jenis-Jenis Ventilasi
Penerapan sistem ventilasi industri berkaitan dengan ; sistem pabrik,
perbedaan pemakaian bahan baku, perbedaan proses, perbedaaan senyawa kimia
karena penggunaan bahan kimia. Karena banyaknya variasi pencemar antara satu
pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula, berbagai macam ventilasi yang
digunakan di industri antara lain, seperti ; ventilasi sistem pengenceran, ventilasi
pengeluaran setempat, ventilasi sistem tertutup, ventilasi kenyamanan dan lain-
lain sebagainya.
Ada beberapa jenis ventilasi di tempat kerja, yaitu:
1. Dilution (general) ventilasi (Ventilasi Pengenceran Udara), pengenceran
terhadap udara yang terkontaminasi di dalam bangunan atau ruangan,
dengan meniup udara bersih (tidak tercemar), tujuannya untuk
mengendalikan bahaya di tempat kerja.
2. Lokal exhaust ventilasi/Ventilasi pengeluaran setempat, adalah proses
pengisapan dan pengeluaran udara terkontominasi secara serentak dari
sumber pencemaran sebelum udara berkontominasi berada pada ketinggian
zona pernapasan dan menyebar keseluruh ruang kerja, umummnya
ventilasi jenis ini di tempatkan sangat dekat dengan sumber emisi.
3. Eshausted Enclosure /Ventilasi sistem tertutup, dimana kontaminan yang
beracun yang dipancarkan dari suatu sumber dengan kecepatan yang tinggi
harus dikendalikan dengan isolasi sempurna, atau menutup proses
(kususnya pada pekerjaan blasting). Pekerjaan balasting adalah suatu
proses yang tertutup, misalnya disebabkan oleh emisi debu silica bebas
yang sangat besar.
4. Confort ventilation/Ventilasi kenyamanan. Pertukaran udara didalam
industri merupakan bagian dari Air Conditiong (AC), sering digunakan
bersama –sama degan alat pemanas atau alat pendingin dan alat pengatur
kelembaban udara.
Suatu runagan yang layak ditempati, misalkan kantor, pertokoan, pabrik,
ruang kerja, kamar mandi, dan ruangan lainnya untuk tujuan tertertu harus
dilengkapi dengan ventilasi. Dalam SNI 03-6572-2001 ada beberapa ventilasi
ruangan yaitu:
1. Ventilasi umum
Ventilasi umum terlaksana dengan dua cara :
a. Ventilasi alamiah
Pemasukan dan pengeluaran udara dalam ruang terjadi disebabkan
adanya perbedaan tekanan udara luar dan dalam. Udara akan mengalir
dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Perbedaan
tekanan dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu udara dan
mengakibatkan terjadinya perbedaan kerapatan udara atau berat jenis
udara. Udara panas dengan berat jenis rendah mengalir keatas, sedang
udara dingin dengan berat jenis tinggi akan mengalir kebawah. Pada
ventilasi alamiah udara mengalir secara alamiah.
1. Ventilasi horizontal (ventilasi silang)
Arus angin datang dari luar ruang secara horizontal, dapat
terjadi bila terdapat perbedaan suhu udara luar dan dalam ruang
atau antar ruang dalam bangunan. Agar ventilasi silang berfungsi
dengan baik maka pada dinding harus ada bukaan atau lubang
seperti pintu, jendela atau lubang angin. Aliran udara masuk
kedalam ruangan tidak terlalu kuat dan tidak terhambat, dan harus
diarahkan ke bagian-bagian ruang yang ditempati atau dipakai.
Kemungkinan penempatan lubang ventilasi Penempatan lubang
ventilasi adalah penting untuk pengarahan aliran udara dari
lubang masuk (inlet) ke lubang keluar (outlet).
2. Ventilasi vertikal
Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan-
lapisan udara luar dan dalam bangunan. Berat jenis kecil udara
mengalir keatas, berat jenis besar udara mengalir kebawah (efek
cerobong).
b. Ventilasi buatan (mekanis)
Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik seperti
kipas angin (fan), penyedot udara (blower), exhauster. Cara ini
digunakan bila cara alamiah tidak mencukupi, misalnya ukuran ruang
luas. Ada dua jenis kipas angin yaitu sistem baling-baling dan sistem
sedot pompa sentrifugal. Kipas angin yang digunakan garis tengah
besar dengan putar per menit sekecil mungkin untuk memberikan
kenyamanan.
Aliran udara dibuat merata dalam seluruh ruang, diletakkan dekat
sumber kontaminan. Bila sumber kontaminan dekat dinding kipas
angin berfungsi sebagai pengisap kontaminan keluar (exhauster). Bila
berat jenis kontaminan lebih besar dari berat jenis udara, maka kipas
dipasang dekat lantai. Bila dipasang pada langit-langit, tinggi ruang
harus lebih dari 3 m; Kapasitas kipas ditentukan oleh volume ruang,
jumlah pergantian udara dalam ruang yang diperlukan.
Contoh : bila volume ruang 90 m3 dan dibutuhkan pergantian
udara 30 kali per jam, maka kapasitas adalah : 30x90 = 2700 m3 / jam.
c. Ventilasi lokal
Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan
melalui corong (hood) pengisap yang dipasang dan ditempatkan dekat
sumber kontaminan. Dari corong pengisap kontaminan disalurkan
dalam pipa (duct) menggunakan penyedot udara (blower) kemudian
kontaminan dipisahkan oleh sistem pembersih udara. Udara bersih
selanjutnya dibuang ke atmosfir.
Tipe corong penghisap dan sistem pemasangannya harus
disesuaikan dengan jenis kontaminan dan cara kerja operator sehingga
terhindar dari pengaruh kontaminasi dari hasil proses produksi.
Kapasitas penghisap harus kecil, sehingga pemakaian energi kecil dan
ekonomi. Kontaminan harus dapat diisap seluruhnya, jangan sempat
menyebar dalam ruang atau zona pernafasan operator. Kontaminan
harus terkonsentrasi dalam sistem ventilasi untuk dapat dipisahkan
menjadi udara bersih dan sisa buangan yang dapat dimakfaatkan
selanjutnya.
Berdasarkan sumbernya, polusi udara yang dapat memengaruhi ventilasi
dibagi mejadi 6 kelompok, yaitu:
1. Polusi dalam ruangan (bahan-ahan sistesis dan beberapa bahan alamiah
yang digunakan sebagai perabotan seperi karpet, busa, pelapis dinding,
furniture, dan lain-lain)
2. Pembakaran bahan bakar (pembakaran bahan dalam ruangan yang
digunakan untuk memasak dan pemanas ruangan menghasilkan
nitrogen oksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, hidrokarbon,
partikulat)
3. Gas – gas toksik yang terlepas ke dalam ruangan yang berasal dari
dalam tanah (radon)
4. Produk komsumsi seperti pengkilap prabot, perekat, kosmetik,
pestisida/insektisida
5. Asap tembakau
6. Mikrooganisme
D. Perancangan Ventilasi
Sistem ventilasi yang baik diperlukan pada ruangan kerja untuk
meningkatkan kenyamanan dalam bekerja terutama untuk ruangan-ruangan
produksi yang menggunakan mesin-mesin yang mengeluarkan panas.
Sistem ventilasi dirancang untuk meningkatkan kenyamanan termal
pekerja. Tahapan yang dilakukan dimulai dari pengkajian sistem ventilasi aktual.
Semua komponen sistem ventilasi dicatat dalam lembar pengamatan. Pengamatan
mencakup jumlah dan posisi penempatan komponen sistem ventilasi. Selanjutnya
akan dianalisis jumlah dan posisi penempatan sistem ventilasi berdasarkan rumus
perhitungan. Hasil yang didapat berdasarkan perhitungan akan dibandingkan
dengan kondisi aktual.
Standar Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman minimal bagi semua
pihak yang terlibat dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan gedung,
dan bertujuan untuk memperoleh kenyamanan dan keamanan bagi tamu dan
penghuni yang berada maupun yang menempati gedung tersebut.
Perancangan sistem ventilasi alami dilakukan sebagai berikut :
1. Tentukan kebutuhan ventilasi udara yang diperlukan sesuai fungsi
ruangan.
2. Tentukan ventilasi gaya angin atau ventilasi gaya termal yang akan
digunakan
Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut :
1. Tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi
ruangan.
2. Tentukan kapasitas fan.
3. Rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara
(ducting) atau fan yang dipasang pada dinding/atap.
4. Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi
mengikuti persyaratan
5. Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan,
diperlukan laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya
temperatur udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang
diinginkan.

Ventilasi bertujuan:
1. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh
keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan
oleh pernafasan dan proses-proses pembakaran.
2. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan
sebagainya.
3. Menghilangkan kalor yang berlebihan.
4. Membantu mendapatkan kenyamanan termal
Beberapa hal yang diatur dalam tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung:
1. Setiap lantai gedung parkir, kecuali pelataran parkir terbuka harus
mempunyai sistem ventilasi mengikuti ketentuan yang berlaku dan alami
permanen yang memadai.
2. Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin
termasuk kecepatan rata-rata, arah angin yang kuat, variasi kecepatan dan
arah angin musiman dan harian, hambatan setempat, seperti bangunan
yang berdekatan, bukit, pohon dan semak belukar, dan disain alternatif
harus disesuaikan dengan standar pelaksanaan, tidak boleh kurang efektif
dari sistem yang ditetapkan, dan harus diakui oleh lembaga peraturan yang
berwenang.
3. Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut, antara
lain tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungis
ruangan, tentukan kapasitas fan, dan rancang sistem distribusi udara, baik
menggunakan cerobong udara atau fan.

E. Dampak dari Ventilasi yang Buruk


Kualitas udara dalam ruangan adalah udara di dalam suatu bangunan yang
dihuni atau ditempati untuk suatu periode sekurangkurangnya 1 jam oleh orang
dengan berbagai kesehatan yang berlainan. Menurut Environmental Protection
Agency of America (EPA) dalam Lisyastuti (2010), mendudukkan polusi dalam
ruangan dalam urutan ke tiga faktor lingkungan beresiko terhadap kesehatan
manusia, dengan kualitas udara dalam ruangan 2-5 kali lebih buruk daripada udara
di luar ruangan.
Kualitas udara dalam ruangan ditentukan oleh penggunaan ventilasi,
adanya ventilasi di dalam ruangan akan memudahkan pergerakan udara dari luar
ruang menuju dalam ruangan. Ventilasi dibutuhkan agar udara di dalam ruangan
tetap sehat dan nyaman. Apabila ventilasi dalam ruangan tidak memenuhi standar,
maka kualitas udara menjadi buruk dan dampaknya akan menimbulkan masalah
kesehatan pada penghuninya. Selain ventilasi, sumber kontaminasi di dalam
ruangan juga merupakan faktor penentu kualitas udara seperti aktifitas manusia di
dalam ruangan itu sendiri.
Berikut enam dampak yang diakibatkan ventilasi yang buruk bagi pekerja, yaitu:
1. Rendahnya Oksigen di Rumah
Ventilasi yang buruk dapat menyebabkan penumpukan karbon
dioksida di dalam rumah, karena tingkat oksigen perlahan-lahan akan
berkurang. Menipisnya oksigen dan menumpuknya karbon dioksida dapat
menyebabkan sesak napas, kelelahan, dan sakit kepala yang cukup parah.
2. Meningkatnya Penyebaran Penyakit dan Virus
Kondisi ventilasi yang buruk dapat menyebabkan meningkatkan
penyebaran penyakit dan virus yang ditularkan lewat udara. Penyakit yang
ditularkan lewat udara dapat menjadi menular ke udara ketika seseorang
berbicara, bersin, atau batuk di lingkungan tertutup. Patogen yang dapat
ditularkan melalui udara akan dengan mudahnya berpindah dari satu orang
ke orang lainnya di rumah dengan kualitas udara yang buruk. Penyakit-
penyakit yang dapat menular lewat udara seperti meningitis, antraks, cacar
air, flu burung, campak, tuberkulosis, dan sindrom pernapasan akut.
3. Meningkatkan Stres pada Seseorang
Udara di dalam ruangan yang berkualitas buruk dapat
menyebabkan terganggunya psikologis seseorang seperti stres dan
ketidaknyamanan. Tekanan psikologis mampu menimbulkan risiko sangat
serius bagi kesehatan seseorang
4. Menyebabkan Sinus, Alergi, dan Mual
Bau tidak sedap dan berdiam di dalam ruangan dapat mengganggu
kesehatan. Bau tidak sedap di dalam ruangan akibat sirkulasi udara yang
tidak baik mampu menyebabkan penghuni di dalamnya menjadi alergi,
hipersensitif, pusing, dan mual.
5. Mengakibatkan Munculnya Penyakit Serius
Tingkat kelembapan yang tinggi di ruangan dapat menyebabkan
penumpukan senyawa organic yang mudah menguap di rumah. Terpapar
senyawa volatil yang bersifat kanker secara berkepanjangan dapat
menyebabkan rusaknya sistem saraf. Akibat kondisi ventilasi yang buruk,
juga dapat mengakibatkan eksim, kerusakan sistem saraf, dan kanker.
6. Menyebabkan Sick Building Syndrome (SBS)
Sick Building Syndrome (SBS) akan ditandai dengan iritasi pada
mata, hidung, dan tenggorokan yang rentan terhadap flu. Gejala-hejala ini
akan terjadi ketika seseorang tinggal di ventilasi yang buruk.
Gejala-gejala yang timbul berhubungan dengan tidak sehatnya
udara di dalam gedung yaitu berupa keluhan batuk kering, sakit kepala,
iritasi mata, iritasi hidung, iritasi tenggorokoan, kulit yang kering dan
gatal, badan lemah, dan lain-lain. Keluhan ini dapat dirasakan sampai dua
minggu dan biasanya tidak terlalu hebat, tetapi cukup terasa mengganggu
dan sangat berpengaruh pada produktivitas tenaga kerja
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

7. Menurut SNI 03-6572-2001, ventilasi didefinisikan sebagai proses


pertukaran udara dengan cara pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu
ruang kerja melalui saluran buang dan pemasukan udara segar melalui
saluran masuk.
8. Fungsi ventilasi sebagai berikut:
a. Menurunkan konsentrasi kontaminan dalam udara ruang kerja
b. Memberikan penyegaran udara dalam ruang pada suhu dan
kelembaban tertentu untuk kenyamanan pekerja.
c. Memberikan kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi,
penyimpanan bahan dan hasil produksi, lingkungan kerja mesin dan
peralatan industri.
d. Menurunkan konsentrasi gas buangan yang dapat menimbulkan
kebakaran atau ledakan sampai dibawah batas ledak terendah.
9. Prinsip sistem ventilasi yang digunakan dalam suatu industry adalah
membuat suatu proses pertukaran udara di dalam ruang kerja
10. Pertukaran udara secara mekanik di lakukan dengan cara memasang sistem
pengeluaran udara(exhaust system) dan pemasukan udara (supply system)
dengan menggunakan Fan
11. Dalam SNI 03-6572-2001 ada beberapa ventilasi ruangan yaitu:
a. Ventilasi alamiah ( Ventilasi horizontal dan Ventilasi vertikal)
b. Ventilasi buatan (mekanis)
c. Ventilasi lokal
12. Berikut enam dampak yang diakibatkan ventilasi yang buruk bagi pekerja,
yaitu:
b. Rendahnya Oksigen di Rumah
c. Meningkatnya Penyebaran Penyakit dan Virus
d. Meningkatkan Stres pada Seseorang
e. Menyebabkan Sinus, Alergi, dan Mual
f. Mengakibatkan Munculnya Penyakit Serius
DAFTAR PUSTAKA
Arief, I. L. M. DILUTION (GENERAL) INDUSTRIAL
VENTILATION/VENTILASI PENGENCERAN UDARA.
Daryanto, D. (2013). Dampak Sistem Penghawaan dan Pencahayaan terhadap
Sick Building Syndrome. ComTech: Computer, Mathematics and
Engineering Applications, 4(2), 1386-1392.
Karlina, P. M., Maharani, R., & Utari, D. (2021). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Gejala Sick Building Syndrome (SBS). JURNAL
ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT: Media Komunikasi Komunitas
Kesehatan Masyarakat, 13(1), 46-55.
Lisyastuti, Esi. 2010. Jumlah Koloni Mikroorganisme Udara dalam Ruang dan
Hubungannya dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada
Pekerja Balai Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) BPPT di Kawasan
Puspitek Serpong. Depok: Universitas Indonesia.
Pandiangan, K. C., Huda, L. N., & Rambe, A. J. M. (2013). Analisis Perancangan
Sistem Ventilasi Dalam Meningkatkan Kenyamanan Termal pekerja di
Ruangan Formulasi PT XYZ. Jurnal Teknik Industri USU, 1(1), 219148.
Rasyid, A. H. (2013). Faktor–faktor yang berhubungan dengan Kapasitas Vital
Paru (KVP) pada pekerja di industri percetakan Mega Mall Ciputat tahun
2013.
Sumarni, S. (2012). Gambaran Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada
Karyawan Fajar Group di Gedung PT. Fajar Graha Pena Makassar Tahun
2012 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Vidyautami, D. N., Huboyo, H. S., & Hadiwidodo, M. (2015). Pengaruh
penggunaan ventilasi (ac dan non ac) dalam ruangan terhadap keberadaan
mikroorganisme udara (studi kasus: Ruang kuliah jurusan teknik sipil
universitas diponegoro) (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Anda mungkin juga menyukai