Anda di halaman 1dari 13

BAHAN AJAR

MATA KULIAH VENTILASI INDUSTRI

Disusun Oleh :
Wibowo Danu Nugroho, S.Tr.Kes., M.K.M

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN K3


UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN AJARAN 2021

1
A. Prinsip Sistem Ventilasi Industri
Prinsip sistem ventilasi yang digunakan dalam suatu industri adalah membuat suatu
proses pertukaran udara di dalam ruang kerja. Pertukaran udara ini biasa dicapai dengan
cara memindahkan udara dari tempat kerja dan mengganti dengan udara segar yang
dilaksanakan secara bersama-sama. Jika tidak ada sistem pertukaran udara, kontaminan
akan bergerak perlahan di dalam udara ruang kerja. Sehingga kontaminan akan tetap berada
di sekitar sumber dan di daerah sekitar pernapasan pekerja dengan konsentrasi yang tinggi.
Pertukaran udara dapat dilakukan baik secara alami maupun dengan bantuan
perawatan mekanik. Pertukaran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan, dimana
udara bergerak dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang tekanannya
rendah. Pertukaran udara secara mekanik dilakukan dengan cara memasang sistem
pengeluaran udara (exhaust system) dan pemasukan udara (supply system) dengan
menggunakan fan. Exhaust system dipasang untuk mengeluarkan udara beserta
kontaminan yang ada di sekitar ruang kerja, biasanya ditempatkan di sekitar ruang kerja
atau dekat dengan sumbersumber dimana kontaminan dikeluarkan. Supply system
dipasang untuk memasukkan udara ke dalam ruangan, umumnya digunakan untuk
menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan di dalam lingkungan kerja
Menurut SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung, tujuan ventilasi secara umum antara lain:
1. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat dan
sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan
proses-proses pembakaran,
2. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya,
Menghilangkan kalor yang berlebihan, dan
3. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.

Terdapat beberapa tujuan dari sebuah sistem ventilasi industri, antara lain:
1. Menyediakan pasokan udara segar dari luar secara kontinyu,
2. Mempertahankan suhu dan kelembaban di tingkat yang nyaman,
3. Mengurangi potensi bahaya kebakaran atau ledakan,
4. Mencairkan konsentrasi kontaminan dalam udara di lingkungan tempat kerja, dan
5. Mengontrol kontaminan, meliputi:

2
a. Menghilangkan penggunaan bahan kimia berbahaya atau material, dan
b. Pengganti dengan bahan kimia yang kurang beracun, atau perubahan proses.

B. Jenis Ventilasi Industri


Penerapan sistem ventilasi industri berkaitan dengan sistem pabrik, perbedaan
pemakaian bahan baku, perbedaan proses, dan perbedaaan senyawa kimia yang digunakan.
Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak
pula macam ventilasi yang digunakan di industri antara lain, seperti ventilasi sistem
pengenceran udara, ventilasi lokal, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa jenis
sistem ventilasi yang dapat digunakan untuk keperluan operasi di dalam suatu industri:
1. Ventilasi Pengenceran Udara (Dilution Ventilation atau General Ventilation atau
Ventilasi Umum)
Beban panas yang tinggi, pancaran gas atau uap atau kontaminan lain di dalam
suatu ruangan dapat dikendalikan dengan cara memasukkan udara segara ke dalam
ruangan tersebut (terjadi pengenceran), dan menghisap keluar udara kontaminan dari
lingkungan kerja. Cara ini disebut dilution ventilation. Umumnya dilution ventilation
sangat baik untuk mengendalikan beban panas, seringkali juga dapat digunakan dan
berhasil dengan baik untuk mengendalikan uap bahan kimia organik di udara tempat
kerja, atau dari larutan-larutan yang menguap pada suhu kamar. Sistem ventilasi
pengenceran udara atau disebut juga sistem ventilasi umum, biasanya dicapai dengan
cara mengencerkan udara yang terkontaminasi atau mengandung gas yang mudah
terbakar dengan meniupkan udara ke tempat kerja dan mengeluarkan kembali lewat
saluran buang. Sistem ini dapat lebih efektif jika exhaust fan terletak dekat dengan
pekerja yang terpapar dan udara yang di-makeup terletak di belakang pekerja sehingga
udara yang tercemar akan jauh dari zona pernapasan pekerja.
Sistem ventilasi pengenceran udara digunakan sebagai sebuah metode untuk
melindungi pekerja, dengan keterbatasannya sebagai berikut:
a. Tidak sepenuhnya menghapus kontaminan,
b. Tidak dapat digunakan untuk bahan kimia sangat beracun,
c. Tidak efektif untuk debu atau uap logam, dengan jumlah yang besar,

3
d. Memerlukan jumlah besar make up udara yang akan dipanaskan atau didinginkan,
dan
e. Tidak efektif untuk menangani uap atau emisi tidak teratur.
2. Sistem Ventilasi Lokal (Local Exhaust Ventilation atau Ventilasi Pengeluaran
Setempat)
Sistem ventilasi lokal adalah proses pengisapan dan pengeluaran udara
terkontaminasi secara serentak dari sumber pencemaran sebelum udara berkontaminasi
berada pada ketinggian zona pernapasan tenaga kerja, dan menyebar ke seluruh ruang
kerja, umumnya ventilasi jenis ini ditempatkan sangat dekat dengan sumber emisi.
Penggunaannya lebih menguntungkan dibandingkan dengan dilution ventilation.
Dengan mengisap keluar kontaminan dari lingkungan kerja dan mengendapkan
kontaminan dalam suatu kolektor, berarti membuat pabrik lebih bersih dan juga
mengurangi biaya ketata-rumahtanggan. Contoh aplikasi sistem ventilasi lokal antara
lain:
a. Menghisap kontaminan dari proses casting shakeout di suatu pengecoran, dan
b. Menghisap fume dari proses welding dan grinding.
c. Air Cleaner Air cleaner memisahkan kontaminan dari aliran udara sebelum masuk
ke fan dan dilepaskan ke atmosfer atau di daur ulang ke area kerja. Terdapat dua
bagian, yaitu: air filters dan dust collectors. Air filters dirancang untuk
memisahkan konsentrasi partikel yang berukuran kecil dari udara. Dust collectors
dirancang untuk memisahkan konstrasi partikel yang berukuran lebih besar, yang
biasanya terdapat di udara pada proses industri.
d. Fan Fan merupakan alat penggerak udara yang menyediakan energi untuk menarik
udara dan kontaminan kedalam exhaust system dengan meninduksikan tekanan
negatif atau hisapan di dalam saluran udara yang menuju hood.
Biasanya udara kontaminan yang dihisap dari tempat kerja diendapkan dalam suatu
kelektor. Apabila emisi udara kontaminan lebih tinggi, maka perlu dipasang sistem
ventilasi lokal dan dikombinasikan dengan sistem ventilasi pengenceran udara secara
bersamaan. Jenis sistem ini biasanya merupakan metode pengendalian dianjurkan,
jika:

4
a. Kontaminan udara menimbulkan risiko kesehatan yang serius,
b. Debu atau asap yang dihasilkan berjmlah besar,
c. Peningkatan biaya pemanasan dari ventilasi dalam cuaca dingin sering dilakukan,
d. Emisi sumber sedikit jumlahnya, dan
e. Emisi sumber yang dekat dengan zona pernapasan pekerja.
3. Ventilasi Kenyamanan (Comfort Ventilation)
Pertukaran udara adalah merupakan suatu cara dimana bagian dalam dari suatu
ruangan dipanaskan atau didinginkan, atau mengubah kelembaban udara, untuk
mengendalikan suatu proses atau membuat keadaan menjadi nyaman. Pertukaran udara
untuk membuat keadaan menjadi nyaman dikenal sebagai comfort ventilation, sebagai
contoh adalah penggunaan air conditioning untuk meningkatkan perasaan aman dan
nyaman selama bekerja. Dalam hal ini, rasa nyaman tersebut dipandang sebagai suatu
keharusan dari pada suatu kebutuhan.
4. Ventilasi Sistem Tertutup (Exhausted Enclosure)
Ventilasi sistem tertutup digunakan apabila terdapat kontaminan yang beracun
yang dipancarkan dari suatu sumber dengan kecepatan yang tinggi, kontaminan
tersebut harus dikendalikan dengan isolasi sempurna, atau menutup proses (kususnya
pada pekerjaan blasting). Blasting sendiri adalah proses pembersihan permukaan
material dengan menggunakan sistem penyemprotan udara bertekanan tinggi dengan
berbagai media seperti pasir, air, dan lain-lain. Selanjutnya untuk ventilasi pada
ruangan tersebut dilakukan menggunakan pengendalian jarak jauh. Tenaga kerja yang
sewaktu-waktu masuk keruangan tersebut perlu menggunakan alat pelindung diri yang
dilengkapi dengan breathing apparatus.
5. Ventilasi Area Terbatas (Confined Spaces)
Adalah penerapan ventilasi di area terbatas pada pekerjaan tertentu yang fungsinya
untuk menimalisasi polutan akibat pekerjaan yang dilaksanakan di dalam suatu ruangan
atau area terbatas. Sistem Ventilasi Area Terbatas atau Confined Spaces juga
merupakan penerapan ventilasi di area terbatas pada pekerjaan tertentu yang fugsinya
untuk menimalisasi polutan akibat pekerjaan yang dilksanakan didalam suatu ruangan
atau area terbatas . Misalnya pekerjaan pengelasan (Welding in Confined Spaces).

5
C. Kondisi Ventilasi Industri
Masih banyak industri yang kurang diperhatikan sistem ventilasi dalam
menciptakan kondisi lingkungan kerja, yang sesuai dengan kebutuhan produksi maupun
kenyamanan pekerja. Bila pemasangan sistem ventilasi tidak tepat dapat menyebabkan
ketidaknyamanan atau bahkan dapat menurunkan kondisi kesehatan pekerja. Pemasukan
udara segar yang kurang, penyaringan volutan udara luar yang tidak efektif, serta
gerakan udara sirkulasi dalam ruangan terlalu kecil adalah sebagian besar masalah
yang berkaitan dalam sistem ventilasi. Beberapa penilaian menunjukkan bahwa kualitas
udara yang tidak memenuhi syarat menyebabkan biaya tinggi yang meliputi biaya
pemeliharaan kesehatan langsung, kerusakan bahan dan peralatan serta biaya kehilangan
produksi.
Menurut Soedirman (2011) ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
sistem ventilasi di dalam industry,dimana kondisi lingkungan kerja tidak sesuai dengan
kebutuhan proses produksi dan kenyamanan pekerja,yang disebabkan karena :
1. Tidak adanya perlengkapan sistem ventilasi
Dengan tidak adanya perlengkapan sistem ventilasi pada suatu mesin/perlatan
dimana suatu proses sedang berlangsung,maka pengeceran terhadap kontaminan
atau panas ynag dipancarkan oleh sumber akan berlangsung secara alami.
Pertukaran udara secara alami ini disebabkan kekuatan angin (tekanan udara
luar) yang masuk melalui lubang jendela atau pintu,pengaruh tekanan udara,
lewat ventilasi atap,atau karena kecepatan dan arah angin. Umumnya,pancaran
debu,uap logam,ataupun gas sangat sulit untuk dikendalikan hanya dengan
pertuakaran udara secara alami.
2. Sistem ventilasi yang ada kurang memadai
a. Pemilihan tipe ventilasi yang tidak tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Contoh, pada suatu proses dipasang suatu canopyhood dan dekat dengan
sumber kontaminan seperti yang terlihat pada gambar A, maka selama tenaga kerja
melakukan pekerjaan akan selalu terpapar oleh kontaminan yang dipancarkan oleh
sumber-sumber.

6
3. Pemasangan sistem ventilasi yang tidak tepat
Pemasangan sistem ventilasi tipe slot yang dipasang dibawah tangki proses
pencelupan yang berisi solven yang mudah menguap (amly lacetate) tujuan dari
pemasangan sistem ventilasi tipe ini untuk mengamankan lingkungan tempat kerja
dari bahaya kebakaran/peledakan. Namun ditinjau dari kesehatan dan keselamatan
kerja,maka tipe tersebut tidak memadai, oleh karena tenaga kerja akan terpapar oleh
amly lacetate. Untuk untuk maka sistem pemasangan ventilasi slot tersebut harus
dipasang diatas dan sejajar dengan permukaan tangki
4. Perencanan pipa-pipa (ductwork) yang tidak baik
a. Beberapa industri telah memasang sistem ventilasi pada prosesproses tertentu
yang diperkirakan sebagai sumber dipancarkannya kontaminan, dengan pipa
yang berbentuk segi empat dan bentuk pipa yang baik adalah pipa bulat
b. Ada pipa-pipa yang harus dibuat membelok (elbow) yang bbelum banyak
diperhatikan dalam pemansangannya. Bentuk elbow yang baik adalah bila jari-
jari elbow lebih besar dari diameter duct.
c. Pada pembuatan pipa-pipa cabang juga banyak yang berbuat kekeliruan.
Bentuk- bentuk pipa cabang adalah bila sudut antara pipa induk dengan pipa
cabang sebesar 300 atau kurang.
5. Pemilihan Fan
Sering terdapat pula sistem ventilasi yang dipasang di perusahaan
menggunakan fan yang tidak tempat, baik bentuk maupun tenaga (horse power)
yang diperlukan. Akibatnya kekuatan hisap didalam duct sangat kecil, demikian
pula capture velocity¸ sehingga sistem ventilasi ini tidak dapat menghisap seluruh
kontaminan yang dipancarkan dari sumber, bahkan kontaminan yang ada
dihamburkan keluar dan mencemari udara/lingkungan tempat kerja.

D. Ventilasi Lokal (Local Exhaust Ventilation)


Secara ideal, sistem ventilasi lokal terdiri dari 4 komponen, yaitu :
1. Hood (tudung)
Hood menangkap kontaminan dengan memanfaatkan momentum yang sedang
terjadi. Faktor yang mempengaruhi rancangannya berdasarkan pada bentuk, kecepatan

7
serta arah di mana kontaminan dilepaskan. Untuk partikel kontaminan yang besar dan
berat, maka hood harus diletakkan pada posisi tepat di atasnya.
2. Duct (saluran)
Duct work menyediakan jalan untuk membawa kontaminan ke bagian pembersih
udara. Kecepatan dari udara pada saluran ini harus cukup tinggi untuk mencegah
partikel-partikel besar dari pengendapan di dalam duct. Makin besar partikel, maka
makin tinggi kecepatannya.
3. Air cleaning (pembersih udara)
Air cleaning device memisahkan kontaminan dari aliran udara sebelum
melanjutkan ke fan dan dilepaskan ke atmosfer atau di daur ulang ke area kerja.
Terdapat dua bagian, yaitu: air filters dan dust collectors. Air filters dirancang untuk
memisahkan konsentrasi partikel yang berukuran kecil dari udara. Dust collectors
dirancang untuk memisahkan konstrasi partikel yang berukuran lebih besar, yang
biasanya terdapat di udara pada proses industri.
4. Fan
Fan merupakan alat yang berfungsi untuk menyalurkan udara ke semua bagian alat
LEV. Fan harus memiliki tekanan yang cukup untuk memindahkan volume udara
melalui hood, ducts, dan alat pengumpul pada kecepatan yang tepat.

E. Tempat Kerja Berbahaya


Terdapat beberapa tempat kerja yang dalam proses kegiatan dilokasi tersebut
merupakan sumber bahaya, diantaranya :
a. Tempat peleburan, penuangan dan pengecoran logam.
b. Tempat penimbangan bahan cat,penuangan larutan/solvent pengadukan bahan cat,
dan tempat pencucian tangki-tangki kotor pada industry cat.
c. Tempat-tempat solder dan pengelasan pada industry elektronik.
d. Tempat pengisisan,pengangkutan bahan dengan menggunakan conveyor pada
industry semen.
e. Tempat pengecatan pada industry otomotif.
f. Tempat-tempat pekerjaan logam seperti gerindra logam,pemotongan logam dan
penghalusan logam.

8
g. Tempat dimana bahan-bahan yang sangat beracun dikerjakan.
h. Tempat-tempat pekerjaan kayu,penggergajian.

F. Dampak Tidak Adanya Ventilasi


Membuat sistem ventilasi alami merupakan cara yang umum dilakukan
untuk membantu pertukaran udara di dalam ruang. Ventilasi alami pada dasarnya hanya
mengandalkan tiupan angin alami dari luar, namun tidak semua lokasi memiliki kecepatan
angin yang tinggi dan konstan. Prinsip dasar ventilasi mekanis ini adalah menggunakan
kipas sebagai supplyaliran udara. Penggunaan kipas pada kecepatan tertentu serta posisi
yang tepat memaksa adanya pergerakan udara di dalam ruang.
1. Kekurangan oksigen (sakit kepala, kelelahan, sesak napas, terutama di ruang terbatas)
2. Panas, dingin, dan kelembapan yang berlebihan
3. Asap beracun (Timbal, kadmium, seng)
4. Uap beracun (Benzena, toluena, xilena)
5. Gas beracun (Hidrogen Sulfida, amonia)
6. Debu (menyebabkan keracunan atau secara bertahap mengurangi kapasitas paru-paru)

G. Istilah – istilah Ventilasi Industri


1. Lingkungan Kerja - Aspek higiene di tempat kerja yang didalamnya mencakup faktor
fsika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja
dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
2. Tempat kerja - Tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
3. Risiko - Kemungkinan kejadian tertentu yang tidak diinginkan akan terjadi karena
realisasi bahaya oleh, atau selama aktivitas kerja atau oleh produk dan layanan yang
diciptakan oleh aktivitas kerja
4. Bahaya - Potensi untuk menyebabkan kerugian (harm) yang termasuk kesehatan buruk
dan cedera, kerusakan properti, tanaman, produk atau lingkungan, kerugian produksi
atau peningkatan kewajiban

9
5. Aerosol - Partikel (padat atau cair) yang masih tergantung di udara untuk jangka waktu
tertentu. Termasuk aerosol kabut, asap, dan debu.
6. Air Changes Per Hour / Pertukaran Udara Per Jam - Frekuensi udara dalam ruangan
secara teoritis digantikan oleh udara bebas selama satu jam.
7. Air Cleaner - Sebuah perangkat untuk memisahkan kontaminan dari aliran udara.
Contohnya termasuk filter, scrubber, debu elektrostatis.
8. Anemometer - Sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan udara.
jenis umum anemometers termasuk baling-baling berputar, baling-baling berayun, dan
panas.
9. ANSI - American National Standards Institute; menerbitkan standar konsensus pada
ventilasi, misalnya ANSI / AIHA Z9.7-1998 untuk Resirkulasi Udara.
10. Base line - Pengukuran dari Lokal Exhaust Ventilasi (LEV) statis jaringan saluran dan
pengukuran tekanan aliran udara yang membuktikan semua titik pada jaringan yang
berada dalam parameter desain. Ini adalah titik referensi dimana sistem harus
dikembalikan di saat jaringan akan tidak seimbang. Informasi yang dicatat pada
gambar sistem bila sistem yang terinstal dan mulai naik
11. Blast Gate - Sebuah lembaran logam katup geser digunakan pada saluran untuk
membuat kehilangan tekanan tambahan pada saluran talang dan membatasi aliran.
12. Brake Horse Power (BHP) - Besarnya tenaga kuda yang diperlukan untuk
memindahkan udara melalui sistem ventilasi terhadap tekanan total tetap ditambah
dengan kerugian dalam kipas angin.
13. Capture Velocity - Kecepatan udara yang diperlukan untuk menangkap debu atau
aerosol diskors dan menarik mereka ke dalam pembuangan kap.
14. Carcinogen/Karsinogen - Sebuah fisik, kimia atau agen biologis yang mampu
merangsang kanker pada manusia atau hewan.
15. Confined Space - adalah penerapan ventilasi di area terbatas pada pekerjaan tertentu
yang fungsinya untuk menimalisasi polutan akibat pekerjaan yang dilaksanakan
didalam suatu ruangan atau area terbatas.
16. Dust/ Debu - mekanik yang dihasilkan partikel padat (misalnya dari penghancuran,
pengeboran, menggiling, menyapu, atau penanganan bahan padat).

10
17. Entry Loss/Entry Hilang - Kehilangan pada tekanan statis yang disebabkan oleh udara
mengalir ke saluran atau duct. Hal ini biasanya dinyatakan dalam inci meteran air (inc-
H2O)
18. Fume/Asap - partikel padat yang dihasilkan oleh kondensasi dari gas, umumnya
setelah volatilisasi dari zat cair (las misalnya), dan sering disertai dengan reaksi kimia
seperti oksidasi.
19. Gas - Zat yang dalam keadaan gas pada suhu dan tekanan kamar.
20. HEPA – High Efisiensi Particulate Air Filter - Sebuah filter yang dirancang untuk
menyaring 99,97% partikulat jenis bahan tertentu (0,3 mikrometer diameter) dari
udara.
21. Hood - Sebuah perangkat dirancang untuk menangkap aerosol dan mengarahkan
mereka ke jaringan saluran pembuangan.
22. Make-up Udara (juga dikenal sebagai Penggantian udara) - Udara dipasok ke ruang
untuk menggantikan udara yang sudah jenuh.
23. Manometer - Sebuah alat yang mengukur tekanan; dasarnya itu adalah tabung U diisi
sebagian dengan cairan, biasanya air, merkuri, atau minyak lampu. Perbedaan tingkat
cair antara kedua sisi tabung menunjukkan perbedaan tekanan diukur antara kedua sisi
tabung-U.
24. Mist - Sebuah aerosol cair yang terdiri dari partikel yang dihasilkan oleh kondensasi
suatu zat dari gas ke keadaan cair.
25. NFPA - National Fire Protection Association , Suatu asosiasi Perlindungan Kebakaran.
26. NIOSH – National Institute for Occupational Safety and Health , Lembaga Nasional
untuk Keselamatan dan Kesehatan.
27. OSHA - Occupational Safety and Health Administration - Badan Federal AS yang
menetapkan persyaratan minimum untuk ventilasi.
28. Smoke/Asap - Aerosol, gas, dan uap yang dihasilkan dari pembakaran tidak lengkap
29. Tekanan, Atmosfer - Gaya yang diberikan oleh berat atmosfir di area yang diberikan.
Hal ini diukur dalam satuan pascal (Pa) atau torr (milimeter air raksa). Tekanan
atmosfer normal adalah 760 atau 101 torr kilopascals (kPa).
30. Tekanan, Gauge - Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan disebut
pengukur tekanan. Umumnya mempunyai tekanan udara relatif terhadap tekanan

11
atmosfer. Hal ini dapat menunjukkan tekanan negatif (kurang dari atmosfer), atau
positif (lebih besar dari atmosfer.) .
31. Tekanan Statik / Static pressure (SP) - Tekanan potensial diberikan oleh udara diam. .
Dengan kata lain, itu adalah perbedaan antara tekanan dalam pipa dan tekakan di
atmosfir.
32. Tekanan Total/Total pressure (TP) - Jumlah dari tekanan kecepatan dan tekanan statis
udara dalam sebuah saluran.
33. Tekanan Kecepatan/Velocity pressure (VP) - Tekanan kinetik (akibat dari gerakan)
dalam arah aliran yang diperlukan untuk menyebabkan aliran udara dengan kecepatan
tertentu.
34. Nilai Ambang Batas – Kadar suatu substansi dalam udara/tempat kerja yang
merupakan pedoman pengendalian, agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya
dengan tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan atau kenikmatan kerja
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak boleh lebih 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI 03-6572-2001 Tata Cara Perancangan


Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung.
Jakarta
Beatty, Kauwell. 2015. Hydration in Hot Working Environments. IFAS Extention
Publications : University of Florida U.S.
Harrianto, 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Kementrian Ketenagakerjaan RI, 2016. Himpunan Peraturan Perundangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja.
Kuswana, WS. 2014. Ergonomi Dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Maurits, L. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books.
OSHA, 2014. Protecting Workers from the Effects of Heat. Washington DC : U.S.
Department of Labour.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Jakarta
Santoso, GS. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Soedirman, 2011. Higiene Perusahaan. Magelang : Justisia Teknika.
Soeripto, 2008. Higene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Suma’mur, PK. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

13

Anda mungkin juga menyukai