Penyusun :
1. TITIK SUMIATIN, S.Kep.,Ns.,M.Kep
2. ABY YAZID AL BUSTHOMI R, Sp.Kep.MB
3. ROUDLOTUL JANNAH, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Adapun capaian pembelajaran pada mata kuliah keperawatan jiwa ini diantaranya:
1. Menguasai konsep asuhan keperawatan pasien dalam kondisi rentang
sehat-sakit berbagai tingkat usia (CP.P.09)
2. Mampu memberi asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
kelompok baik sehat maupun sakit dengan memperhatikan aspek
bio,psiko,sosial kultural dan spiritual yang dapat menjamin keselamatan
klien sesuai standart asuhan keperawatan. (CP.KK.01)
3. Mampu mengelola asuhan keperawatan sesuai kewenangan klinis.
(CP.KK.02)
Mata kuliah ini juga dilengkapi dengan praktikum yang secara rinci dapat
Anda pelajari pada Modul Praktikum Keperawatan Jiwa. Agar Anda dapat
menguasai materi Modul Bahan Ajar Cetak ini ikutilah petunjuk belajar berikut 1.
Pelajarilah dan pahami setiap modul dengan sebaik-baiknya 2. Buatlah
rangkuman dengan membuat konsep-konsep esensial dari setiap modul 3.
Kerjakanlah setiap kegiatan, latihan dan tes formatif yang ada pada setiap akhir
kegiatan belajar 4. Catatlah setiap konsep yang belum Anda kuasai sebagai bahan
diskusi dengan teman Anda dalam kelompok atau dengan tutor Anda. Sukses
untuk Anda dan selamat belajar, Saya yakin Anda mampu.
PENDAHULUAN
Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak jaman peradaban. Pada masa
ini suku bangsa Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan
karena tidak berfungsinya organ otak. Pengobatan pada masa ini telah
menggabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti: memberikan
ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan badan
yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi. Perkembangan
keperawatan jiwa pada abad 21 lebih menekankan pada upaya preventif melalui
pengembangan pusat kesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit
dan pelayanan day care serta mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan
pada kelompok berisiko tinggi dan pengembangan sistem management patient
care dengan pendekatan multidisipliner. (Nurhalimah, 2016)
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat
jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari
gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan
stres yang timbul. Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk hidup
produktif, dan mampu melakukan hubungan social yang memuaskan. Dalam
melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual
sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.
INDIKATOR : 1. Mahasiswa dapat memahami sejarah perkembangan
keperawatan jiwa
2. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi kesehatan
jiwa
3. Mahasiswa dapat menyebutkan ciri-ciri sehat jiwa
4. Mahasiswa dapat memahami paradigma keperawatan
jiwa
5. Mahasiswa dapat memahami falsafah keperawatan
jiwa
MATERI POKOK KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA
Mahasiswa mampu memahami sejarah perkembangan
keperawatan jiwa, definisi kesehatan jiwa, ciri-ciri sehat
jiwa, paradigma dan falsafah keperawatan jiwa
TOPIK 1
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA
a. Zaman Mesir Kuno
Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena
adanya roh jahat yang bersarang di otak. Oleh karena itu, cara
menyembuhkannya dengan membuat lubang pada tengkorak kepala
untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah
mengalami gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir
TOPIK 2
KONSEP KESEHATAN JIWA
A. DEFINISI SEHAT JIWA
Banyak ahli mendefinisikan mengenai sehat jiwa diantaranya menurut:
1. WHO
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial
dan mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kecacatan. Atau dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa
apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas
dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga
dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan
individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan
sosial yang memuaskan.
TES 1
1. Pada zaman apa cara untuk menyembuhkan orang dengan gangguan jiwa
dengan membuat lubang pada tengkorak kepala?
a. Zaman Yunani d. Revolusi Kesehatan jiwa II
b. Revolusi Perancis I e. Revolusi Kesehatan jiwa III
c. Zaman Mesir Kuno
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan :
Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan & Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia
Yusuf, Ah. Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan :
Salemba Medika
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : CV ANDI OFFSET
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit,
informasi dari aneka belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat
cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media
perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berlandaskan isu diatas
maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk
menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada
umumnya.
Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat
serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia
mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Buktinya, bisa kita cocokkan
dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995
saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga
menderita gangguan kesehatan jiwa.
Dalam bab ini kami akan mengajak Anda untuk mempelajari mengenai
definisi trend dan isu keperawatan jiwa. Penjelasan secara teori dan secara lebih
khusus adalah agar Anda mampu mencapai criteria yang di harapkan.
INDIKATOR : 1. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi Trend
2. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi Isu
3. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi Trend dan
Isu Keperawatan
4. Mahasiswa dapat memahami definisi trend Current
Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa
MATERI POKOK TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA
Mahasiswa mampu memahami tentang Trend dan Isu
Keperawatan Jiwa
TOPIK.1
TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA
Perkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin
sempit, informasi dari aneka belahan dunia mampu di akses dalam waktu
yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan
jiwa, berlandaskan isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi
salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di
indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Trend dan Isu dalam keperawatan jiwa ialah kasus-kasus yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Kasus-kasus tersebut
bisa dianggap ancaman atau tantangan yang mau berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Secara
umum ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam
keperawatan jiwa di antaranya ialah sebagai berikut : Kesehatan jiwa
dimulai masa konsepsi, trend peningkatan kasus kesehatan jiwa,
TES 1 (Topik 3)
1. Informasi yang terjadi pada saat ini yang bsanya sedang populer di
kalangan masyarakat merupakan definisi dari..........
a. Isu
b. Trend
c. Persepsi
d. Anggapan
e. Informasi
2. Peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang namun belum jelas fakta atau buktinya merupakan
definisi dari......
a. Isu
b. Trend
c. Persepsi
d. Anggapan
e. Informasi
PENDAHULUAN
Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku
manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana pemggunaan
diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah, 2010)
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin
tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Perawat sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan.
Peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara kompleks
dari elemen historis aslinya (Stuart, 2002). Peran perawat jiwa sekarang
mencakup parameter kompetensi klinik, advokasi pasien, tanggung jawab fiskal
(keuangan), kolaborasi profesional, akuntabilitas (tanggung gugat) sosial, serta
kewajiban etik dan legal.
Soal.
1. Peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan ditujukan kepada ?
a. Individu
b. Keluarga
c. Komunitas
d. Semua salah
e. Semua benar
2. Manakah yang termasuk peran perawat dalam prevensi sekunder ?
a. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
b. Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa
mendatang
c. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah
d. Memberi pelayanan kedaruratan psikiatri
e. Menciptakan lingkunagn terapeutik.
3. Memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan
secara tidak langsung disebut ?
a. Fungsi perawat jiwa
b. Peran perawat jiwa
c. Fungsi dokter jiwa
d. Peran dokter jiwa
e. Peran bidan
4. Dibawah ini manakah yang termasuk aktivitas dari fungsi perawat ?
a. Memberikan konsultasi
b. Sebagai pelaksana penelitian
c. Memberikan lingkungan terapeutik
d. Melaksanakan latihan rehabilitasi
e. Memberi penyuluhan
5. Memberikan pilihan ―partial hospitalization‖ (perawatan rawat siang) pada
klien, termasuk peran perwat dalam ?
a. Prevensi primer
b. Prevensi sekunder
c. Prevensi tersier
d. Aspek perawat
e. Layanan kesehatan
6. Dengan siapa saja perawat dalam melaksanakan kolaborasi ?
a. Dokter jiwa
b. Psikolog
c. Pekerja sosial
d. a, b, c SALAH
e. a, b, c BENAR
PENDAHULUAN
Model adalah suatu cara untuk mengorganisasikan pengetahuan yang
kompleks, membantu praktisi, serta memberi arah dan dasar dalam menentukan
bantuan yang diperlukan. Model praktik keperawatan jiwa mencerminkan sudut
pandang dalam mempelajari penyimpangan perilaku dan proses terapeutik
dikembangkan. Model praktik dalam keperawatan kesehatan jiwa ini
menggambarkan sebuah psikodinamika terjadinya gangguan jiwa. (Yusuf, Ah.
2015)
Psikodinamika terjadinya gangguan jiwa menggambarkan serangkaian
peristiwa, sehingga gangguan jiwa terjadi. Oleh karenanya, diperlukan pengkajian
mendalam terhadap berbagai faktor penyebab gangguan jiwa, tanda dan gejala,
serta urutan kejadian peristiwa. (Yusuf, Ah. 2015)
Materi ini berguna untuk mahasiswa ketika mereka menghadapi kasus-kasus
kejiwaan sehingga mereka bisa memilih salah satu model untuk dipakai dalam
pendekatan dan penyelesaian masalah-masalah klien.
A. DEFINISI
Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang
kompleks seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia.
Penggunaan model ini membantu praktisi memberikan dasar untuk melakukan
pengkajian dan intervensi juga cara untuk mengevaluasi keberhasilan
penanggulangan (Stuart dan sundeen, P 32, 1998).
Perkembangan ilmu keperawatan, model konsep dasar dan teori merupakan
aktivitas yang tinggi. Model konsep dasar mengacu pada ide-ide global
mengenal individu, kelompok, situasi, atau kejadian tertentu yang berkaitan
dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan
konsep dan pernyataan yang erfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan
fenomena dari suatu disiplin (Fawcett, 1992). Teori ini mempunyai konstribusi
pada pembentukan dasar praktik keperawatan (Chinn & Jacobs, 1995).
B. KLASIFIKASI
Menurut Yosep (2009: 12), model konsep dasar keperawatan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa model, yaitu:
1. Psikoanalisis (Freud, Arickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak
nafsu/insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
(ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, dan agama akann
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).
Proses terapeutik psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi
dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free association :
mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Therapist akan
mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak sadar dihindari.
Kemudian dibandingkan dengan ilmu therapist tentang pengetahuan tentang
jiwa dan konflik. Konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus
diselesaikan. Analisa mimpi: menjadi gambaran konflik intra psikis yang
menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa
dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu
therapist menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.
Ciri-ciri model psikoanalitik :
a. Pandangan tentang penyimpangan
- Perkembangan dini dan resolusi konflik yang tidak adekuat
- Pertahanan ego tidak adekuat untuk mengontrol ensietas
- Gejala sebagai akibat upaya untuk mengatasi ensietas berkaitan
konflik yang tak terselesaikan
b. Proses terapeutik
- Menggunakan tekhnik asosiasi bebas dan analisa mimpi
- Interpretasi perilaku
- Transferen untuk memperbaiki pengalaman traumatic masalalu dan
identifikasi area masalah melalui interpretasi resistens klien
c. Peran therapist
- Mengupayakan perkembangan transferens
4. Existensial
Model existensial menyatakan bahwa gangguan perilaku atau gangguan
jiwa terjadi apabila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri
sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi imagenya. Prinsip terapinya
pada model ini adalah mengupayakan individu agar memiliki pengalaman
berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan atau sukses dengan
memahami riwayat hidup orang tersebut, memperluas kesadaran diri dengan
cara introspeksi diri (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), serta mendorong untuk menerima
dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari
orang lain (encouraged to accept self and control behavior) Terapi dilakukan
melalui kegiatan terapi aktivitas kelompok.
7. Model Komunikasi
Model perilaku mengatakan bahwa, penyimpangan perilaku terjadi jika
pesan yang disampaikan tidak jelas. Penyimpangan komunikasi menyangkut
verbal dan non verbal, posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara.
Proses terapi dalam model ini meliputi:
1. Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.
2. Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
3. Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang tidak efektif.
4. Melakukan analisa proses interaksi.
8. Model Perilaku
Dikembangkan oleh H.J. Eysenck, J. Wilpe dan B.F. Skinner. Terapi
modifikasi perilaku dikembangkan dari teori belajar (learning
theory).Belajar terjadi jika ada stimulus dan timbul respon, serta respon
dikuatkan (reinforcement). Proses terapi:
Terapi pada model perilaku dilakukan dengan cara
1. Desentisasi dan relaksasi, dapat dilakukan bersamaan. Dengan teknik ini
diharapkan tingkat kecemasan klien menurunkan.
2. Asertif training adalah belajar mengungkapkan sesuatu secara jelas dan
nyata tanpa menyinggung perasaan orang lain.
3. Positif training. Mendorong dan menguatkan perilaku positif yang baru
dipelajari berdasarkan pengalaman yang menyenangkan untuk digunakan
pada perilaku yang akan datang.
4. Self regulasi. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama melatih serangkaian standart perilaku yang harus dicapai oleh
klien. Selanjutnya klien diminta untuk melakukan self observasi dan self
evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan. Langkah terakhir adalah
klien diminta untuk memberikan reinforcement (penguatan terhadap diri
sendiri) atas perilaku yang sesuai.
10. Bagaimana cara melakukan terapi pada model perilaku Asertif Training :
a. Dapat dilakukan bersamaan. Dengan teknik ini diharapkan tingkat
kecemasan klien menurunkan.
b. Belajar mengungkapkan sesuatu secara jelas dan nyata tanpa
menyinggung perasaan orang lain.
c. Mendorong dan menguatkan perilaku positif yang baru dipelajari
berdasarkan pengalaman yang menyenangkan untuk digunakan pada
perilaku yang akan datang.
d. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama melatih
serangkaian standart perilaku yang harus dicapai oleh klien. Selanjutnya
klien diminta untuk melakukan self observasi dan self evaluasi terhadap
perilaku yang ditampilkan. Langkah terakhir adalah klien diminta untuk
memberikan reinforcement (penguatan terhadap diri sendiri) atas perilaku
yang sesuai.
e. Semua Benar
Jawaban : b. belajar mengungkapkan sesuatu secara jelasn dan
nyata tanpa menyinggung perasaan oran lain.
PENDAHULUAN
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Sebagai seorang terapis, perawat harus mampu mengubah perilaku maladaftif
pasien menjadi perilaku yang adaptif serta meningkatkan potensi yang dimiliki
pasien. Ada bermacam-macam terapi modalitas dalam keperawatan jiwa seperti
terapi individu, terapi keluarga, terapi bermain, terapi lingkungan dan terapi
aktifitas kelompok. Terapi modalitas dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok atau dengan memodifikasi lingkungan dengan cara mengubah seluruh
lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik untuk klien, sehingga
memberikan kesempatan klien untuk belajar dan mengubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
TOPIK.1
TERAPI INDIVIDU
A. Definisi
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu
hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk
mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis
(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku
klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan
terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan
mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan
cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
B. Tahapan hubungan dalam terapi individual
a. Tahapan orientasi
1. Perawat membangun hubungan saling percaya dengan klien
2. Latar belakang klien didiskusikan dan isu diidentifikasi
3. Perawat dan klien merumuskan tujuan dan menetukan komponen
praktik
b. Tahapan kerja
1. Klien eksplorasi diri
2. Perawat bekerja dengan isi (cerita) dan proses (perasaan) yang
berhubungan dengan penderitaan klien
3. Klien dibantu untuk mengembangkan pengetahuan tentang diri dan
didorong
c. Tahapan terminasi
1. Setelah dua pihak menyetujui bahwa masalah yang mengawali
terjalinnya hubungan telah mereda dan lebih terkendali
2. Klien merasa lebih baik dan melaporkan peningkatan fungsi pribadi,
sosial atau pekerjaan
3. Tujuan terapi telah selesai
A. Definisi
Terapi Kelompok adalah suatu pelayanan kepada kelompok yang tujuan
utamanya untuk membantu anggota-anggota kelompok memperbaiki
penyesuaian sosial mereka dan tujuan keduanya untuk membantu kelompok
mencapai tujuan-tujuan yang disepakati oleh masyarakat. Kelompok adalah
sekumpulan individu yang hubungannya didasarkan pada kepentingan, nilai-
nilai, atau tujuan yang sama
B. Indikasi dan Syarat Terapi Kelompok
1) Indikasi:
a. Klien Psikotik seperti kecemasan, panik, depresi ringan
b. Klien yang mengalami stress dalam kehidupan penyakit/kematian.
c. Klien dengan masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
d. Klien dengan gangguan keluarga, ketergantungan, dan sejenisnya
2) Kontra indikasi:
a. Waham d. Sedang menjalani terapi lain
b. Depresi berat e. Tidak ada harapan sembuh
c. Sosio/Psikopat f. Pembosan
3) Persyaratan
a. Jumlah Anggota:
1. Menurut Wartono: 7 – 8 orang, minimal 4 orang
2. Menurut Caplan: 7 – 9 Orang
3. Umumnya tidak lebih dari 10 orang
b. Persyaratan dan kualitas terapis
Menurut Depkes RI bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk
memberikan terapi kelompok adalah:
1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal
dan patologi dalam budaya setempat
2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai
untuk dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah
laku yang normal maupun patologis
3. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan
konsep-konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan
pasien
4. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi
untuk membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis
untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien
dibelakang kata-katanya
5. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap
teknik terapeutiknya
6. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya.
A. Definisi
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
proses interpersonal.Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan
tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara
sehat (Nasir dan Muhits, 2011). Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk
psikoterapi kelompok yang berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia
adalah mahluk sosial dan bukan suatu mahluk yang terisolir.
B. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1. Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalh keluarga adalah
suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi
kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu
dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling
menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif
menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi
meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan
dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan
saling memahami karakter.
2. Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem
yang terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak &
saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi
kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu
subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya
bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat.
C. Tujuan :
1) Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga.
TOPIK. 4
TERAPI OKUPASI
A. Definisi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
TOPIK. 5
TERAPI INGKUNGAN
Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi. Available: http://
khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi.html.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Setyoadi, dkk. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.
Keliat Budi Anna, dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC
Ade Susana, Sarka. 2012. Terapi Modalitas: Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
PENDAHULUAN
Keadaan mental seseorang ditentukan oleh pola gelombang otak (Pasero, C.
dan McCaffery 2007, 160–74.). Apabila terdapat salah satu gelombang otak
manusia terganggu maka aktivitas gelombang otak lainnya pun turut bermasalah
(Dikutip Elya Nindy Alfi onita & Bondet Wrahatnala, 2018).Gangguan kesehatan
jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial di Indonesia yang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu gangguan jiwa yang
dimaksud adalah skizofrenia (Stuart Dan Sundeen 1998).
Dalam bab ini kami akan mengajak Anda untuk mempelajari mengenai
Konsep Terapi Farmaka Pada Kasus Jiwa. Penjelasan secara teori dan secara lebih
khusus adalah agar Anda mampu mencapai kriteria yang di harapkan.
TOPIK.1
KONSEP TERAPI FARMAKA PADA KASUS JIWA
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat.Individu dikatakan sehat
jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari
gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan
stres yang timbul. Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk hidup
produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan
(Nurhalimah, 2016).
e. Obat anti-insomnia
Obat anti-insomnia merupakan sinonim dari hypnotics,
somnifacient, hipnotika.
Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom insomnia yang dapat
terjadi pada
1) Sindrom insomnia psikik seperti gangguan afektif bipolar dan
unipolar (episode mania atau depresi, gangguan ansietas (panic,
fobia); sindrom insomnia organic seperti hyperthyroidism, putus
obat penekan SSP (benzodiazepine, phenobarbital, narkotika), zat
perangsang SSP (caffeine, ephedrine, amphetamine);
2) Sindrom insomnia situasional seperti gangguan penyesuaian dengan
ansietas/depresi, sleep, wake schedule (jet lag, workshift), stres
psikososial;
3) Sindrom insomnia penyerta seperti gangguan fisik dengan insomnia
(pain producing illness, paroxysmal nocturnal dyspnea),
4) Gangguan jiwa dengan insomnia (skizofrenia, gangguan paranoid).
f. Obat anti-obsesif kompulsif
Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan dari drugs
used in obsessivecompulsive disorders.
g. Obat anti-panik
Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in panic
disorders. Penggolongan obat anti-panik adalah obat anti-panik trisiklik
(impramine, clomipramine), obat anti-panik benzodiazepine
(alprazolam) dan obat anti-panik RIMA/reversible inhibitors of
monoamine oxydase-A (moclobmide)serta obat anti-panik SSRI
(sertraline, fluoxetine,paroxetine, fluvoxamine). Indikasi
penggunaanobat ini adalah sindrom panik.
2. Gangguan Otonom
a. Hipotensi ortostatik/postural
Penurunan tekanan darah pada perubahan posisi, misalnya
dari keadaan berbaring kemudian tiba-tiba berdiri, sehinggal
dapat terjatuh atau syok/keadaan menurun
b. Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersaliva dan diare
3. Efek antikolinergik
Mulut kering, mata kabur, gangguan akomodasi, meningkatkan
tekanan intraokuler, konstipasi, hipotensi postural, retensi urin,
berkeringat, ileus
4. Efek susunan saraf pusat
Pusing, kelelahan, bingung, tremor, disartri, insomnia, kejang,
mendadak jatuh, eksaserbasi gejala psikotik.
5. Kardiovaskuler
Hipotensi, takhikardia sinus, aritmia, konduksi atrioventrikuler
terganggu.
6.Efek samping anti maniak
a. Tremor halus
b. Vertigo dan rasa lelah
c. Diare dan muntah-muntah
d. Oliguria dan anuria
e. Konvulsi
f. Kesadaran menurun
g. Edema
h. Ataksia dan tremor kasar
b. Anti-psikotik Atipikal
1). Quetiapine
Merek dagang : Q-Pin, Q-Pin XR, Quetiapine Fumarate,
Quetvell, Seroquel, Seroquel XR, Soroquin XR
2). Aripiprazole
Merek dagang: Abilify Discmelt, Abilify Maintena, Abilify Oral
Solution, Abilify Tablet, Arinia, Aripi, Aripiprazole, Ariski,
Avram, Zipren, Zonia
3). Clozapine
Merek dagang: Clorilex, Clozapine, Cycozam, Lozap, Luften,
Nuzip, Sizoril
4) . Olanzapine
Merek dagang: Olandoz, Olanzapine, Olzan, Onzapin, Remital,
Sopavel, Zyprexa
5). Risperidone
Merek dagang: Noprenia, Neripros, Persidal, Respirex,
Risperdal, Risperdal Consta, Risperidone, Rizodal, Zofredal
3. Obat Anti-Depresi
a. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
b. Antidepresan trisiklik (TCAs).
c. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs).
d. Antidepresan tetrasiklik (TeCAs).
e. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
f. Antidepresan atipikal.
5. Obat Anti-Ansietas
a. Alprazolam
Merek dagang Alprazolam : Alganax Alprazolam 0,5, Alviz 0,5,
Apazol, Atarax, Calmlet, Opizolam, Xanax
Kondisi : Penanganan jangka pendek untuk gangguan kecemasan
b. Clobazam
Merek dagang Clobazam: Anxibloc, Asabium, Clobazam, Clofritis,
Frisium, Proclozam
Kondisi: Gangguan kecemasan berat
c. Diazepam
Merek dagang Diazepam: Decazepam, Diazepam, Prozepam, Stesolid,
Trazep, Valdimex, Valisanbe, Valium, Vodin 5.
Kondisi: Gangguan kecemasan berat
d. Lorazepam
Merek dagang Lorazepam: Ativan, Lorazepam, Merlopam, Renaquil
Kondisi: Gangguan kecemasan
e. Chlordiazepoxide
Merek dagang Chlordiazepoxide: Analsik, Braxidin, Cliad, Clidiaz,
Clixid, Librax, Melidox
Kondisi: Gangguan kecemasan
f. Midazolam
Merek dagang Midazolam: Anasfar 5, Anesfar, Dormicum, Fortanest,
Hipnoz, Midazola, Miloz, Sedacum.
Kondisi: Penenang sebelum tindakan medis
6. Obat Anti-Insomnia
a. Alprazolam
b. Lorazepam
c. Diazepam
d. Zolpidem
e. Temazepam
f. Estazolam
g. Zolpidem extended release
8. Obat Anti-Panik
a. Golongan Butirofenon (Haloperidol, Serenace)
b. Golongan fenotiazin (klorpromazin, stelazine)
c. Trihexipenidil
TES 1 (TOPIK 1)
Elya Nindy Alfi onita & Bondet Wrahatnala. 2018. Jurnal Kajian Seni Volume
05, No. 01, November 2018: 84-100 (Eksperimentasi Metode Musik Terapi
Dan Implikasinya Untuk Pasien Skizofrenia)
Mawar Dwi Yulianty, Noor Cahaya ,& Valentina Meta Srikartika. 2017. Jurnal
Sains Farmasi &Klinis , 3(2), 153-164 (Studi Penggunaan Antipsikotik dan
Efek Samping pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum Kalimantan Selatan). Sumatra Barat : Ikatan Apoteker Indonesia
Sri Novitayani. 2018. Idea Nursing Journal Vol. IX No. 1 2018 (Terapi
Psikofarmaka Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Jiwa Aceh)
PENDAHULUAN
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian Asuhan Keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara
perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal (Direja, A.H.S. 2011).
Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan menyokong
integritas fungsi. Proses keperawatan di rumah sakit jiwa, memiliki
masalah yang sama dengan rumah sakit umum. Hasil evaluasi terhadap
dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar,
ditemukan kurang dari 40% yang memenuhi kriteria.
Metode pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sitematis,
berfokus pada respon yang unik dari individu atau kelompok individu
terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial (Rosalinda, A 2006)
URAIAN MATERI
A. Pengertian Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar pertama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Pengelompokan data pada
pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor
Perilaku perawat :
1. Membandingkan respon klien dan hasil yang diharapkan
2. Memodifikasi proses keperawatan sesuai yang
dibutuhkan
3. Berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dari aktivitas
yang dilakukan
Pendekatan S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi yang telah dilaksanakan
O = respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan
A = analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masih tetap / muncul masalah baru
/ ada data yang kontradiktif dengan masalah yang ada
P = perencanaan atas tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
pada respon klien
Rencana 1. Rencana diteruskan bila masalah tidak berubah
Tindak 2. Rencana dibatalkan bila ditemukan masalah baru dan
Lanjut bertolak belakang dengan masalah yang ada serta
diagnosa lama dibatalkan
3. Rencana dihentikan bila tujuan telah tercapai (Stuart, GW
dan Sundeen, S.J, 2006).
Alfaro, Rosalinda. 2006. Applying Nurshing Process : Too for Critical Thinking.
Lippincott William & wilkin.
Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott
Williams & Wilkins.
Direja, A.H.S. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitihan Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2009. Profil Perawat Nasional di
Indonesia. Jakarta: PPNI.
Potter, & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika.
Stuart, G. W., Sundeen, JS. 1998. Keperawatan Jiwa (Terjemahan), alih bahasa :
Achir Yani edisi III. Jakarta : EGC.
Stuart & Laraia. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta:
EGC.
Muhith, Abdlul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET
PENDAHULUAN
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan
akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Ansietas berbeda dengan
rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya,
sedangkan ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat,
2012). Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang
spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah
ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala
otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Pieter, dkk, 2011)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respon seseorang
berupa rasa khawatir, was-was dan tidak nyaman dalam menghadapi suatu hal
tanpa objek yang jelas.
INDIKATOR : 1. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi Ansietas
2. Mahasiswa dapat memahami rentang respon
protektif
3. Mahasiswa dapat menyebutkan masalah Ansietas
4. Mahasiswa dapat menyebutkan penyebab Ansietas
5. Mahasiswa dapat memahami skala penilaian
Ansietas
6. Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang
mempengarui Ansietas
7. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan
pada upaya Ansietas yang sesuai dengan prinsip 5
tahap proses asuhan keperawatan: pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi
8. Mahasiswa dapat menjelaskan modul keperawatan
pada upaya Ansietas yang sesuai dengan prinsip 5
tahap proses asuhan keperawatan: pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi
MATERI POKOK ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH
DIRI
Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian, Intervensi,
Implementasi, dan evaluasi Keperawatan
DEFISINI ANSIETAS
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak
memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal
ansietas, teori tersebut antara lain:
a. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego.
b. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain.
c. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi.
Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang
diinginkan akan menimbulkan keputusasaan.
RENTANG RESPON
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan
waspada.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun
dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain.
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan
sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi
dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan.
a. Lingkungan dan Upaya kecemasan
Perawat perlu mengkai pristiwa yang menghina atau menyakitkan, upaya
persiapan, ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang
berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.
b. Gejala
Perawat mencatat adanya perilaku gelisah, Ketegangan fisik, Tremor,
Kurang koordinasi, Cenderung mengalami cedera, Menarik diri dari
hubungan interpersonal, Kekreativan berkurang, Gelisah melihat sekilas
sesuatu, Kontak mata jelek.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penetapan diagnosis keperawatan: Ansietas berdasarlan tanda dan gejala
Ansietas yang di peroleh saat pengkajian. Penetapan Ansietas ini juga disesuaikan
dengan terminology dari standart diagnosis keperawatan
Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan
kualitas (kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat) dari ansietas pasien
dan sifat adaptif atau maladaptif dari mekanisme koping yang digunakan. (Direja,
2011).
C. INTEVENSI KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu mengenal ansietas.
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
Pengelolaan dan perwujudan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Hal yang perlu
dilakukan dalam implementasi (Struart,GW dan Sundeen,S.J,2006)
DO (Melakukan) Implementasi 1. Dependent intervensions
pelaksanaan kegiatan Dilaksanakan dengan
yang terbagi beberapa memgikuti order dari pemberi
kriteria perawatan kesehatan lain.
2. Colaborative (interdependent)
Kegiatan yang dilaksanakan
dengan profesional kesehatan
lain
3. Otonomi (independent)
Kegiatan yang dilaksanakan
dengan melakukan nursing
order dan sering juga
bersamaan dengan order dari
medis
Soal evaluasi
1. Hasil pengkajian didapatkan data aktifitas sangat lesu, tidak bergairah,
tidak napsu makan, tidak dapat tidur, dan sering terjaga seringkali bertanya
tentang penyakitnya berdasarkan hasil pemeriksaan fisik TD, RR dan Nadi
naik. Berdasarkandata diatas klien mengalami
A. Ansietas
B. Takut
C. Depresi
D. Kehilangan
E. Berduka
2. Hasil pemeriksaan data persepsi pasien sangat sempit dan hanya mampu
memusatkan kejadian yang dialami berdasarkan data diatas, tingkat
ansietas yang dialami pasien adalah
A. Ringan
B. Sedang
C. Berat
D. Panik
E. Syok
3. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam mengatasi
ansietas bertujuan untuk
A. Menurunkan kecemasan pasien
B. Pasien dapat mengenal ansietas
C. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui Latihan relaksasi
D. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan Latihan relaksasi
untuk mengatasi ansietas
E. Tidak melibatkan keluarga dalam Latihan yang telah disusun
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami ansietas adalah
kecuali :
A. Membantu menghubungkkan situasi dan interaksi yang menimbulkan
ansietas
Keterangan :
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang
negative dari dirinya.
c. Harga diri rendah : individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau : kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
Kehilangan
Anggota Tubuh
3) TINDAKAN KEPERAWATAN
Langkah selanjutnya setelah menegakkan diagnosa keperawatan
adalah melakukan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan untuk
pasien dengan gangguan citra tubuh memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi citra tubuhnya
b. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
c. Mengidentifikasi aspek positif diri
d. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
e. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
f. Berinteraksi dengan orang-orang lain tanpa terganggu
Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan pasien gangguan citra
tubuh berhasil, maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah :
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini,
perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya
saat ini
b. Motivasi pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan
perawat untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap
c. Diskusikan aspek positif diri
d. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu (misalnya menggunakan anus buatan dari hasil
kolostomi)
e. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
- Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
- Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau yang
lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru
- Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap
- Bantu pasien menyentuh bagian tersebut
f. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
- Susun jadwal kegiatan sehari-hari
4) EVALUASI KEPERAWATAN
Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
citra tubuh tampak dari kemampuan pasien untuk :
a. Mengungkapkan persepsi tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini
b. Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan
tentang citra tubuhnya saat ini
c. Meminta bantuan keluarga dan perawatn untuk melihat dan
menyentuh bagian tubuh secara bertahap
d. Mendiskusikan aspek positif diri
e. Pasien meminta untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu (misalnya menggunakan anus buatan dari hasil
kolostomi)
5) PENDOKUMENTASIAN
Langkah terakhir dari asuhan keperawatan adalah melakukan
dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi dilakukan pada setiap
tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
PENDAHULUAN
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses
ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Perawat berkerja sama dengan klien yang
mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat
membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur
mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika
klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang
sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang
serius.
KONSEP KEHILANGAN
1. Definisi
Loss atau kehilangan adalah kenyataan situasi yang mungkin
terjadi dimana sesuatu yang dihadapi yang dinilai terjadi perubahan tidak
lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.
Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak
ada, misalnya kematian orang yang dicintai atau bias pemutusan
hubungan kerja (PHK)
5. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Kehilangan aktual atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal
atau diidentifikasi oleh orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh
sebahagian, amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di
cintai.
b. Kehilangan persepsi. Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh
seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian
dan kebebasannya menjadi menurun.
6. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 jenis kehilangan, yaitu:
a) Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna
atau orang yang berarti merupakan salah satu jenis kehilangan yang
paling mengganggu dari tipe-tipe kehilangan. Kematian pasangan
suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
b) Kehilangan yang ada pada diri sendiri (lossofself) Bentuk lain
kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang, meliputi
kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kehilangan
kemampuan fisik dan mental, serta kehilangan akan peran dalam
kehidupan, dan dampaknya. Misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c) Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya
kehilangan benda milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang
atau pekerjaan. Kedalaman berduka tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
d) Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal diartikan dengan
terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal. Misalnya
pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan
proses penyesuaian baru.
e) Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati
baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang di
sekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang
berespon berbeda tentang kematian.
KONSEP BERDUKA
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Berduka merupakan
respon emosi terhadap kehilangan yang dimanifestasikan dengan adanya perasaan
sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
KONSEP BERDUKA
1) Pengertian
Dukacita adalah proses kompleks yang normal yang mencakup
respon dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika
3) Fase-Fase Berduka
Proses berduka menurut Engel (1964) mempunyai beberapa fase yang
dapat
a) Fase I (shock dan tidak percaya)
Individu yang berada pada fase ini sering kali menolak menerima
kenyataan akan kehilangan yang dialami. Individu mungkin menarik
diri dari lingkungan sekitar, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan.
Reaksi fisik yang timbul pada fase ini adalah pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan.
Pohon masalah
Masalah Utama
Kehilangan
Disfungsional CAUSA
Kematian suami
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien mampu:
a) Membina hubungan saling percaya dengan perawat
b) Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
c) Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya
d) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
e) Memanfaatkan faktor pendukung
5. Evaluasi
Evaluasi intervensi keperawatan dilakukan pada klien dan keluarga.
Evaluasi pada klien meliputi kemanpuan dalam Mengungkapkan perasaan
kehilangannya, kemampuan mengungkapkan realita kehilangan. Dan
kemampuan berpartisipasi dalam merencanakan kehidupannya. Evaluasi pada
keluarga dilakukan untuk mengetahui kemampuan mengenal masalah
berduka, menunjukkan cara merawat klien dan kemampuan merujuk klien
Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari kemampuan pasien untuk
a) Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
b) Mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
c) Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami
dengan keadaan dirinya
d) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
e) Memanfaatkan faktor pendukung
PENDAHULUAN
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri
rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti
ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang
lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap
diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan
hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai
mencederai diri (Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang
dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut
sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga
mengganggu harga diri seseorang
INDIKATOR 1. Untuk mengetahui pengertian dari harga diri rendah
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari harga diri
rendah
3. Untuk mengetahui psikopatologi dari harga diri rendah
4. Untuk mengetahui rentang respon dari harga diri rendah
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari harga diri rendah
6. Untuk mengetahui sumber koping dari harga diri rendah
7. Untuk mengetahui mekanisme koping dari harga diri
rendah
8. Untuk mengetahui perilaku dari harga diri rendah
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari harga diri rendah
10. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada
harga diri rendah yang sesuai dengan prinsip 5 tahap
proses asuhan keperawatan: pengkajian,diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
11. Mahasiswa dapat menjelaskan modul keperawatan pada
Harga Diri Rendah yang sesuai dengan prinsip 5 tahap
proses asuhan keperawatan: pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
2.10 PENATALAKSANAAN
Menurut hawari (2001), tetapi pada gangguan jiwa
sizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita
tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi
dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran
yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik
untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati
kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
(Hawari,2001)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
sosial dan spiritual. ( Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang :
nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan
klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
Tanyakan dan catat usia klien dan No. RM, tanggal pengkajian dan
sumber data yang akan didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau
dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa
yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan
c. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
d. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, kemampuan klien dalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis klien.
4) Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
7. Isi fikir
a) Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya
b) Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek /
situasi tertentu
c) Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh
yang sebenarnya tidak ada
d) Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
e) Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya
melakukan hal – hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
f) Waham :
1) Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
2) Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan
berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan
3) Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap
kemampuannya dan diucapkan berulang – ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
9. Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh dokter,
tuliskan obat – obatan kliens aat ini, baik obat fisik, psikofarmaka,
dan terapi lain.
Pohon Masalah
ISOLASI SOSIAL
HDR
CP
TEST
1. Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain disebut.....
a. Depersonalisasi
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
d. Aktualisasi diri
e. Identitas kacau
2. Faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah sebagai
berikut….
a. Biologis, kultural, dan psikologis
b. Ekonomi, biologis, dan sosial budaya
c. Biologis, psikologis, dan sosial budaya
d. Biologis, psikologis, dan sosial ekonomi
e. Lingkungan, konsep diri, sosial budaya
1. PENDAHULUAN
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan
perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk
mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi
diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri
juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan
emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan
yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan
orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend
M.C. dalam Muhith A, 2015). Sedangkan, penarikan diri atau withdrawal
merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap (Depkes RI, dalam Muhith A, 2015). Jadi menarik diri adalah keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan
menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat
sementara atau menetap.
3. Respons adaptif adalah respons yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal. Adapun respons adaptif tersebut:
a. Menyendiri
Respons yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan
di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri
dan menentukan langkah berikutnya.
b. Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-
ide individu.
c. Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal di mana individu
tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
d. Saling Ketergantungan
Saling ketergantungan individu dengan orang lain dalam hubungan
interpersonal.
4. Respon maladatif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial
dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik dari perilaku maladatif
tersebut adalah sebagai berikut :
5. Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan
ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut salah,
tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini
akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi
dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak
mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor
predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :
1) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan
respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung
hubungan dengan pihak diluar keluarga.
2) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini
akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang
produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
Efek
Causa
Harga Diri Rendah
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl….bulan….tahun…jam…
S: Klien
Data pasiendan kemampuan : Pasien mengatakan senang dapat
Pasienmengatakan masih malu bercakap- berbicara dengan anaknya saat masak dan
cakap dengan orang lain. Sudah mencoba mencuci piring Pasien mengatakan senang
latihan bercakap-cakap dengan adiknya kenal dengan 2 orang kader kesehatan
saat adiknya datang kerumahnya. Sudah
kenalan dengan satu orang tetangga baru. S Keluarga
Keluarga mentakan senang
Data keluarga dan kemampuan mendampingi pasienmemasak, mencuci
Keluarga mengatakan sudah lebih faham piring, dan berkenalan dengan kader
dengan masalah ibunya yang sulit bergaul
dengan orang lain, sudah mendampingi O:klien
orang tuanya bercakap- cakap dengan tamu Pasien mampu berkenalan dengan 2 orang
dan tetangga. kader dengan sikap tubuh dan verbal
yang sesuai.
DK: Pasienmampu bertanya dan menjawab
Isolasi Sosial pertanyaan anaknya saat memasak dan
mencuci piring
Intervensi:
Tindakan pada klien: O : Keluarga
1) Melatih pasien berbicara saat melakukan Keluarga mampu mendampingi pasiensaat
melakukan kegiatan, tampak semangat,
kegiatan memasak dan cuci piring memberikan stimulus pada pasien saat
bersama . berinteraksi.
2) Melatih pasien berkenalan dengan 2
orang kader kesehatan jiwa
A: Isolasi Sosial mulai teratasi
Tindakan pada keluarga:
a. Menjelaskan kegiatan rumah yang P:
dapat dilakukan pasien sambil Klien
bercakap-cakap, melatih keluarga Latihan berkenalan dengan 2 orang
membimbing pasien berbicara, tetangga yang belum dikenal
memberikan pujian Melakukan percakapan saat memasak
RTL: dan cuci piring setiap hari
Klien: Keluarga:
Melatih berbicara saat melakukan kegiatan Mendampingi pasienberkenalan dengan 2
harian lain (2 kegiatan) Melatih pasien tetangga lain
berbicara dengan 4- 5 orang Terus mendampingi pasien dalam
Keluarga: melakukan kegiatan memasak, mencuci
Menjelaskan cara melatih klien bercakap- sambil berkomunikasi
cakap dan melakukan kegiatan sosial
berbelanja, dan melatih keluarga
mendampingi pasien berbelanja
Latihan
1. Yang tidak termasuk tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut:
a) Pasien banyak bicara
b) Pasienmenyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
c) Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
d) Kontak mata kurang
2. Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengan wawancara, melelui
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a) Bagaimana perasaan Anda saat berinteraksi dengan orang lain?
b) Bagaimana perasaan Anda ketika berhubungan dengan orang lain? Apa
yang Anda rasakan? Apakah Anda merasa nyaman ?
c) Bagaimana penilaian Anda terhadap orang-orang di sekeliling Anda
(keluarga atau tetangga)?
d) Semua benar
Stuart dan Sundeen, 1998, Buku Keperawatan (alih bahasa) Achir Yani S.Hamid.
Edisi 3.Jakarta : EGC
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Andi.
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.
Stuart, Gail W., 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa (Cetakan 1), Jakarta :EGC
Direja, A. H. S., (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
TOPIK 1
KONSEP TEORI KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI
A. Definisi Halusinasi
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan
dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan dan perabaan.
Tahapan Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut:
1. Tahap I
Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang. Pada tahap
ini halusinasi secara umum menyenangkan.
E. Patofisiologi
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Data Subyektif:
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
TOPIK 2
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI
a. Pengakajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
keluarga.
Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi halusinasi dapat ditemukan
dengan wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut :
a. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti bercakap-
cakap sendiri apa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
b. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c. Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya?
e. Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak
mengenakkan?
f. Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat
bayangan tersebut?.
Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi
sebagai berikut:
a. Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup
telinga.
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta
: EGC
PENDAHULUAN
Kekerasan merupakan suatu bentu perilaku agresi yang menyebabkan penderitaan
atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Agresi
tidak selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang orang lain,
agresivitas terhadap diri sendiri serta penyalahgunaan narkoba untuk melupakan
persoalan hingga tindakan bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku
agresi. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan
definisi ini, maka perilaku kekersan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan
secara verbal dan fisik.
INDIKATOR 1. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi perilaku kekerasan
: 2. Mahasiswa dapat memahami rentang respon protektif
3. Mahasiswa dapat menyebutkanmasalah perilaku kekerasan
4. Mahasiswa dapat menyebutkanpenyebab perilaku kekerasan
5. Mahasiswa dapat memahami skala penilaian perilaku
kekerasan
6. Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang
mempengarui perilaku kekerasan
7. Mahasiswa dapat menjelaskan
asuhankeperawatanpadaupaya perilaku kekerasan yang
sesuai dengan prinsip 5 tahap proses asuhan keperawatan:
pengkajian,diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi
8. Mahasiswa dapat menjelaskan modul keperawatan pada
upaya perilaku kekerasan yang sesuai dengan prinsip 5
tahap proses asuhan keperawatan: pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
MATERI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
POKOK PERILAKU KEKERASAN
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan
TOPIK 1
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PERILAKU
KEKERASAN
Konsep dasar keperawatan jiwa pada perilaku kekerasan meliputi: definisi, teori.
Rentang respon, faktor predisposisi, faktor presipitasi, mekanisme terjadinya
perilaku agresi, deteksi potensi agresi, gejala marah, mekanisme koping pada
perilaku kekerasan, dan asuhan keperawatan jiwa perilaku kekerasan yang terdiri
dari 5 tahap proses asuhan keperawatan yang terdiri dari 5 tahap proses asuhan
keperawatan (Abdul Muhith, 2015).
C. ETIOLOGI
1. Faktor Prediposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor
prediposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu (Keliat, 1996)
adalah :
a. Faktor psikologis
Pandangan psikologis lainnya mengenai prilaku agresif:
mendukung pentingnya peran dari perkembangan prediposisi atau
pengalaman hidup. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut:
1) Kerusakan otak organik dan retradasi mental sehingga tidak
mampu untuk menyelesaikan secara efektif.
2) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
masa kanak-kanak atau seduction parental yang mungkin telah
merusak hubungan saling percaya dan harga diri.
3) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child
abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga
membentuk pola pertahanan atau koping.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum, seseorang akan mengeluarkan respon marah
apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa luka
secara psikis atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien
harus bersama-sama mengidentifikasinya. Bila dilihat dari sudut
perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku
kekerasan terbagi dua, yakni:
a. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang
percaya diri.
b. Lingkungan: ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga,
konflik interaksi sosial.
Faktor presipitasi bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan (Keliat, 1996).
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll.
F. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998).
Sublimasi Menerima suatu sasaran penggati artinya saat mengalami
suatu dorongan, penyalurannya kearah lain. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada objek lain seperti mermas adonan kue,
meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah
Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita
muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba merayu dan
mencumbunya.
Subjektif Objektif
1. Mengancam 1. Menyerang orang lain
2. Megumpat dengan kata kata kasar 2. Melukai diri sendiri/orang lain
3. Suara keras 3. Merusak lingkungan
4. Bicara ketus 4. Perilkau agresif/amuk
1) Perubahan Fisiologik
2) Sublimasi
3) Perubahan emosional
4) Faktor presdiposisi
3. Gejala yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantarnya. . .
A. (1), (2) dan (3) benar
B. (1) dan (3) benar
C. (2) dan (4) benar
D. (4) benar.
E. (1), (2), (3) dan (4) benar
4. Mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri,
kecuali....
A. Shotgun
B. Sublimasi
C. Proyeksi
D. Represi
5. Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Pengertian
dari...
A. Pasif
B. Assertif
C. Frustasi
D. Kekerasan
6. Pengkajian pada klien perilaku kekerasan dilakukan dengan . . .
A. Wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga
B. Wawancara pada keluarga saja
C. Observasi pada pasien
D. Wawancara dan pemberian kuisioner
Kunci Jawaban :
1. D
2. A
3. B
4. A
5. C
6. A
7. A
8. D
9. D
10. A
PENDAHULUAN
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas-aktivitas
perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, BAB/BAK (Fitria, 2009).
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menyebutkan prevalensi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebanyak 1,7 per mil. Gangguan
jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa
Pasien gangguan jiwa memerlukan suatu bimbingan atau dukungan dari
keluarga dan orang lain. Agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara
mandiri dan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Penurunan
ADL( Activty of Daily Living) pada pasien jiwa di sebabkan oleh adanya
ganggguan mental pada pasien dan kurangnya pendidikan kesehatan/penyuluhan
mengenai perawatan diri pada pasien gangguan jiwa.
B. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
C. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) Penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes RI (2010),
penyebab kurang perawatan diri adalah :
E. Jenis-Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
G. Pohon Masalah
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
- Obat anti psikis : Penotizin.
- Obat anti depresi : Amitripilin.
- Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozom.
- Obat anti insomnia : Phnebarbital.
I. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut :
a) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diserita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan 12 fisik yang
sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b) Dampak psikologi masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta
mencintai, kebutuan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
TOPIK II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga.
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
a) Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri?
b) Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok
gigi dan,menggunting kuku?
c) Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien
puas dengan penampilan sehari-hari pasien?
d) Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercukur (untuk
laki-laki) secara teratur?
e) Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan
yang akan dilakukan
f) Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ?
peeralatan mandi apa saja yang digunakan pasien ?
g) Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ?
h) Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan
fungsinya ?
i) Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK?
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut :
a) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b) Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki
tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c) Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB
dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB dan BAK.
Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.Rambut acak-acakan,tidak disisir,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, makan dan minum
diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan tidak pada tempatnya.
Tidak
B. Diagnosis menyiram dan
Keperawatan membersihkan
Defisit PerawatandiriDirisetelah BAB dan BAK .
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala defisit
perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tAnda dan
gejala defisit perawatan diri, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan
adalah
TEST 2 (Topik 2)
1. Seorang perempuan (18 tahun) dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena
mengurung diri di kamar dan tidak mau mandi sejak 1 minggu yang lalu.
Berdasarkan pengkajian : klien mengatakan malas mandi, tubuh kotor, bau badan,
rambut kusut, gigi dan kuku tampak kotor. Saat ini perawat sudah mengajarkan
klien cara perawatan diri : mandi. Berdasarkan kasus diatas, apakah tindakan
keperawatan selanjutnya ?
a. Mengajarkan klien cara berhias/berdandan yang baik
b. Menjelaskan manfaat perawatan diri
c. Membina hubungan saling percaya dengan klien
d. Mengajarkan klien cara BAB dan BAK yang baik
Jawaban: a. Mengajarkan klien cara berhias/berdandan yang baik
2. Seorang perempuan (24 tahun) masuk RSJ sejak 1 minggu yang lalu dengan
masalahHarga Diri Rendah Kronis. Berdasarkan pengkajian : Klien
menggelengkan kepala saat disuruh perawat untuk mandi, rambut kotor dan acak-
acakan, badan bau, kuku kotor dan tercium bau pesing di kamar klien.
Berdasarkan kasus diatas, apakah tindakan keperawatan yang tepat pada klien ?
a. Melatih klien berdandan dan berhias
b. Menjelaskan kepada klien pentingnya menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan kepada klien alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
Jawaban : b. Menjelaskan kepada klien pentingnya menjaga kebersihan
diri.
3. Pasien laki-laki usia 50 tahun, sudah satu minggu di rawat di RSJ. Hasil
pengkajian di dapatkan rambut acak-acakan, pakaian kotor tidak rapih, pada saat
makan nasinya berceceran dan makan tidak pada tempatnya. Apa diagnosa yang
tepat untuk pasien tersebut ?
a. Hargadiri rendah
b. Resiko prilaku kekerasan
c. Depresi
d. Defisit perawatan diri
Jawaban : d. Defisit perawatan diri
4. Tn. R berusia 40 tahun, dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa lawang, malang
karena sudah beberapa hari tidak mau mandi, BAB dan BAK sembarangan
sehingga badannya kotor dan bau serta lingkungan sekitarnya tampak tidak
nyaman untuk ditempati. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya dalam
batas normal. Apakah diagnosa utama keperawatan pada kasus di atas ?
a. Gangguan personal hygiene
b. Harga diri rendah
c. Defisit perawatan diri
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Jawaban : c. Defisit perawatan diri
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Kemenkes RI
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
PENDAHULUAN
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu akan mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan suatu tindakan yang dapat
mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai
perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas
bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai
sesuatu yang diinginkan.
Bunuh diri adalah segala aktivitas yang bila tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian. Pasien dengan gangguan mood seringkali memunculkan
pemikiran atau usaha bunuh diri. Diperkirakan sekitar 15% orang yang didiagnosa
gangguan depresi mayor melakukan usaha bunuh diri.
Dalam bab ini kami akan mengajak Anda untuk mempelajari mengenai
pengetian Bunuh Diri sampai dengan Asuhan keperawatan pasien Bunuh Diri
asuhan. Penjelasan secara teori dan secara lebih khusus adalah agar Anda mampu
mencapai criteria yang di harapkan
RENTANG RESPON
Rentang respon protektif
ETIOLOGI
a. Faktor predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya
adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-
kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri
terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak
sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut
dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo
Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
TOPIK. 2
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RESIKO BUNUH
DIRI
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan
bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :‖Tolong jaga
anak-anak karena saya akan pergi jauh!‖ atau ―Segala sesuatu akan lebih
baik tanpa saya.‖
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti
rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi
keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan
dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien
telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh
diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penetapan diagnosis keperawatan : resiko bunuh diri berdasarlan tanda
dan gejala resiko bunuh diri yang di peroleh saat pengkajian. Penetapan
resiko bunuh diri ini juga disesuaikan dengan terminology dari standart
diagnosis keperawatan
North America Nursing Diagnosis Associattion (NANDA) dan Standart
Keperawatan Indonesia (SDKI) menyebutkan resiko bunuh diri merupakan
kerantanan melukai diri sendiri yang mengancam nyawa.
C. INTEVENSI KEPERAWATAN
1. Listening, kontrak, kolaborasi dengan keluarga Klien bisa ditolong
dengan terapi dan mencoba untuk mengungkapkan peasaannya, berikan
dukungan agar dia tabah dsan tetap berpandangan bahwa hidup ini
bermanfaat. Buatlah lingkungannya seaman mungkin dan jauhkanlah dari
alatttt-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
2. Pahami persoalan dari kacamata mereka Harus dihadapi dengan sikap
menerima, sabar, dan empati. Perawat berupaya agar tidak bersikap
memvonis, memojokkan, apalagi menghakimi mereka yang punya niat
bunuh diri. Pada saat sedang menderita ia membutuhkan bantuan orang
lain, ia butuh ventilasi untuk mengalirkan perasaan dan masalahnya.
Namun ia biasanya takut untuk mencari pertolongan.
3. Pentingnya partisipasi masyarakat Gangguan kejiwaan biasanya bisa
sembuh hanya perlu terus dievaluasi karena sewaktu-waktu bisa kambuh,
dalam hal ini dukungan keluarga sangat penting untuk upaya
penyembuhan klien , keluarga perlu didukung masyarakat sekitarnya agar
Dalam buku keperawatan kesehatan jiwa oleh ns. Emi wuri wuyaningsih dkk
(2018). Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien meliputi :
1. Pasein ancaman/percobaan bunuh diri
a. Pasien mampu membin hubungan saling percaya
b. Pasien tetap aman dan selamat
2. Pasien isyarat bunuh diri
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengontrol pikiran bunuh diri melalui pikiran
positif diri
c. Pasein mampu mengontrol pikiran bunuh diri melalui pikiran
positif keluarga dan lingkungan
d. Pasien mampu menyusun rencana masa depan atau kegiatan
sehari-hari yang positif
e. Pasien mampu melakukan kegiatan rencana masa depan yang
telah disusun
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan (PPNI,2009).
RASIONAL Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam
tindakan keperawatn pada hasil yang diharapakan.
Pengelolaan dan perwujudan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Hal yang perlu
dilakukan dalam implementasi (Struart,GW dan Sundeen,S.J,2006)
LATIHAN SOAL :
1. Berikut ini yang tidak termasuk pengertian dari bunuh diri adalah
a. segala tindakan yang dilakukan dengan sadar oleh seserorang untuk
mengakhiri hidupnya
b. perbuatan seseroang untuk membinasakan dirinya sendiri dalam waktu
singkat dan orang itu tahu akan akibatnya.
c. Suatu perubahan dari fungsi jiwa yang menyebabkan ada gangguan
pada fungsi jiwa
d. suatu keadaan dimana individu akan mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan suatu tindakan yang dapat mengancam
nyawa
2. Dalam buku keperawatan kesehatan jiwa oleh ns. Emi wuri wuyaningsih
dkk (2018) perilaku bunuh diri di bagi menjadi berapa ?
a. 6 c. 8
b. 7 d. 9
Kunci Jawaban :
1. C 6. C
2. B 7. A
3. D 8. A
4. D 9. B
5. C 10. D
A. Definisi
Waham adalah suatu kenyataan yang tidak sesuai dan dipertahankan
secara terus menerus.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka
yang terluka. (Kalpan & Sadock)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks
limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu
I. Rentang Respon
Kemandirian
yang kokoh
Fantasi pikiran rahasia Ketidakefektifan koping
sebagai cara untuk Tidak percaya
meningkatkan harga diri terhadap orang
mereka yang terluka lain/pikiran delusi
Resiko ketidakberdayaan
ansietas
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN WAHAM
A. Pengkajian
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan
semua informasi yang diberikan oleh pasien tengang wahamnya. Untuk
mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan
menyangkal, menolak atau menerima keyakinan pasien.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap
2. Pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya
aneh dan tidak nyata
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya
5. Apakah pasien pernah merasa di awasi atau dibicarakan oleh orang
lain
STRATEGI PELAKSANAAN
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PASIEN WAHAM
SP 1 PASIEN
1. Identifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Bicarakan konteks realita
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya
4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2 PASIEN
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
2. Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki
3. Pilih dan latih potensi/kemampuan yang dimiliki
4. Masukkan ke dalam jadual kegiatan pasien
D. Implementasi Keperawatan
Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta :
FIK, Universitas Indonesia
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1.
Bandung, RSJP Bandung.
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC
Ns. Mustofa, Ali. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Untuk Praktisi dan
Mahasiswa Keperawatan.
PENDAHULUAN
Istilah Autisme dikemukakan pertama kali oleh Dr Leo Kanner pada tahun
1943, ahli psikiater anak di John Hopkins University, yang mendeskripsikan
bahwa gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan Bahasa yang
tertunda, echolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain
repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya (Dawson & Castelee dalam
Widihastuti 2007).
Autisme seringkali di salah artikan sebagai keadaan yang buruk dengan
keparahan masalah pola perilaku anak (Abbeduto et al, 2012 dalam Weiss,
Robinson, Fung, Tint & Chalmers, 2013), dan keperahan gejala dari autisme itu
sendiri (Duarte et al, 2005 dalam Weiss, Robinson, Fung, Tint & Chalmers,
2013).
Dalam bab ini kami akan mengajak Anda untuk mempelajari mengenai
pengertian Autisme sampai dengan Asuhan keperawatan pasien anak autis .
Penjelasan secara teori dan secara lebih khusus adalah agar Anda mampu
mencapai criteria yang di harapkan.
I
INDIKATOR 1. Mahasiswa dapat menyebutkan definisi autis
2. Mahasiswa dapat menyebutkan penyebab autis
3. Mahasiswa dapat menyebutkan ciri-ciri autis
4. Mahasiswa dapat menyebitkan gejala autis
5. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan menyeluruh
6. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada
anak autis yang sesuai dengan prinsip 5 tahap proses
asuhan keperawatan: pengkajian,diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi
7. Mahasiswa dapat menjelaskan modul keperawatan pada
anak autis yang sesuai dengan prinsip 5 tahap proses
asuhan keperawatan: pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi,dan evaluasi
MATERI ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI
POKOK Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian, Intervensi,
Implementasi, dan evaluasi Keperawatan
Autis berasal dari Bahasa Yunani ―auto‖ berarti sendiri yang ditunjukan
kepada seseorang yang hidup didalam dunianya sendiri.Autisme atau gangguan
autistik terjadi pada anak yang gejalanya sudah ada sebelum mereka berusia 3
tahun.
Autisme adalah gangguan kronis yang dialami pada masa kanak-kanak yang akan
terjadi seumur hidup mereka. Individu penyandang autis akan mengalami
permasalahan dalam hal berkomunikasi, sosialisasi, dan behavior.
A. DEFINISI AUTIS
Menurut Cridland, Jones, Magee & Caputi (2014), keluarga memiliki
tantangan tersendiri karena kehadiran anak penyandang autisme. Sulitnya
penyusuain diri dalam rutinitas sehari-hari, tolerensi terhadap prilaku, perubahan
mood secara tiba-tiba dan menjadi mediator dalam interaksi sosial merupakan
tantangan yang harus di hadapi keluarga. Dengan tantangan tersebut, autisme
memberikan dampak kepada keluarga di antaranya, dampak terhadap kehidupan
sehari-hari, dampak terhadap karir dan keuangan, dampak terhadap hubungan
bersaudara, dampak terhadap hubungan suami istri dan dampak terhadap orang
tua (Depape & Lindsay, 2015).
Banyaknya tantangan yang di hadapi keluarga,memberikan dampak yang
lebih siginifikan kepada ibu yang berperan lebih banyak untuk merawat anak
penyadang autisme (Lutz, Patterson & Klein, 2012). Tidak mudah bagi ibu untuk
dapat hidup secara tenang dan damai ketika mengetahui anaknya menagalami
salah satu gangguan perkembangan yang cukup berat seperti autisme (Safaria,
2005). Ibu akan merasakan kesedihan memiliki anak sebagai penyandang autisme,
dimana kesedihan akan reda setalah 6-12 bulan namun kesedihan mendalam akan
reda kurang lebih dalam 3-5 tahun (Martocchio, 1985 dalam Lewis et al, 2011).
A. PENYEBAB AUTIS
1. Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik.
Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah tuberous
sclerosis (17-58%) dan sindrom fragile X (20-30%). Disebut fragile-X karena
secara sitogenetik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang
tampak seperti patahan diujung akhir lengan panjang kromosom X 4. Sindrome
fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-linked (X terangkai)
yaitu melalui kromosome X. Pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti
penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bisa digolingkan
sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi penderita
maupun pembawa sifat (carrier). (Dr. Sultana MH Faradz, Ph.D, 2003).
2. Gangguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada
hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada
otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak
kecil pada autisme. Berkurangnya sel purkinye diduga dapat merangsang
pertumbuhan akson, glia dan myelin sehingga terjadi pertumbuhan otak yang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ETIOLOGI
Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak
anak autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya sampai timbul
kelainan tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang diajukan
oleh para pakar, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air
dan makanan. Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pembentukan
organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ otak
sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu.
Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut
hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan
emosi yang disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak
terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam
tubuh anak-anak penderita autis terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar
yang relatif tinggi.
Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya
gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme.
Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai
pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada bayi. Pemakaian antibiotika
yang berlebihan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur yang berlebihan dan
menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky get syndrome) dan tidak
sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten.
B. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel
saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson
dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel
saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah
anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara
genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan
proses belajar anak.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf
lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf
tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada
autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia
(jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi
pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara
behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka
dilakukan screening :
- Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal
- The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur
18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
- The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
- The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor
dan konsentrasi.
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan.
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari,
penyandang autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang melibatkan
berbagai disiplin ilmu. Menurut dr Ika Widyawati SpKJ, antara lain terapi edukasi
untuk meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi perilaku untuk
mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi wicara, terapi
okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian informasi lewat semua
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya
seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya, mereka banyak yang hipersensitif Seorang terapis perilaku
mencari solusin
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa,
tanggal jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan atau
sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau
menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan
dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang
dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada
tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila
mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70%
penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas
100.
- Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
- Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
- Cidera otak
- Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan. Biasanya
pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
- Anak kurang merespon orang lain.
- Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
- Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
- Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
- Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik
- Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
- Terdapat ekolalia.
- Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
- Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
- Peka terhadap bau.
e. Psikososial
- Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
- Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
- Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
- Perilaku menstimulasi diri
- Pola tidur tidak teratur
- Permainan stereotip
7. Yang perlu dikaji dalam pengkajian asuhan keperawatan anak dengan auti
adalah :
a. Riwayat Kesehatan sekarang dan lalu, psikososial
b. Identitas klien, Pemeriksaan Fisik, Riwayat Kesehatan sekarang
c. Riwayat Kesehatan, Pemeriksaan Fisik
d. Identitas klien, Riwayat Kesehatan, Pemeriksaan Fisik, Status
Perkembangan, Psikososial
10. Bila tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi
adanya autisme, maka dilakukan screening apa saja
a. CARS,CHAT
b. The Autism Screening Questionare, CARS,CHAT
c. CHAT,CARS, The Autism Screening Questionare, The Screening Test for
Autism in Two-Years Old
d. The Screening Test for Autism in Two-Years Old, The Autism Screening
Questionare, CHAT
11. Yang perlu dikaji dalam identitas klien meliputi apa saja
a. Nama, suku, alamat, status kesehatan, diagnose medis,umur, jenis kelamin
b. Nama, suku dan bangsa, alamat, diagnose medis, umur, jenis kelamin,
tanggal masuk, nomor regristasi, pekerjaan, pendidikan
c. Suku, riwayat kesehatan, status perkembangan, diagnose medis, tanggal
masuk, pekerjaan, pendidikan
d. Pemeriksaan fisik anak, pekerjaan, pendidikan, nama, diagnose medis,
jenis kelamin, tanggal masuk, nama
Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.
Jakarta: EGC.
Marlina. 2009. Asesmen Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP Press.
Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
D. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang
muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara
dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan,
ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca
natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang
gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini
beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
Katarak, Bintik cherry-merah pada daerah macula, Korioretiniti, Kornea
keruh
2. Kejang : Kejang umum tonik klonik, Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan kulit : Bintik café-au-lait
4. Kelainan rambut : Rambut rontok, Rambut cepat memutih, Rambut halus
5. Kepala :Mikrosefali, Makrosefali
6. Perawakan pendek: Kretin, Sindrom Prader-Willi
7. Distonia :Sindrom Hallervorden-Spaz
8. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
9. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
10. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
11. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar
atau lebih kecil dari ukuran normal )
12. Lambatnya pertumbuhan
13. Tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
14. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
F. Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan
antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
3.1 Pengakajian
Pengakjian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga
tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan
jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang
memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah
besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan
glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin
yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1. Lakukan pengkajian fisik.
2. Lakukan pengkajian perkembangan.
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan
herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma
prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis,
campak) atau suhu tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik,
radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler
Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif
Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14.
15. Penurunan aktivitas spontan
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17. Peka rangsang.
18. Menyusui lambat.
3.4 Evaluasi
1. Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2. Keluarga mampu menerima keadaan yang anaknya yang retardasi mental
1. Berikut ini yang termasuk definisi retardasi mental menurut (crocker AC)
adalah ...
a. apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya
dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
b. suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi dibawah rata
dan gangguan dalam ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang
Berusia 18 tahun
c. suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan
mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
atas kemampuan yang di anggap normal
d. suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual berada dibawah
timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat
lemahnya belajar dan adaptasi sosial
2. Berikut ini yang tidak termasuk faktor faktor penyebab retardasi mental adalah.
a. Infeksi
b. Kelainan jantung
c. Kelainan kromosom
d. Prematuritas
3. Ada berapa obat obatan yang di gunakan untuk penderita retardasi mental ...
a. 4
b. 8
c. 3
d. 6
4. Maksud dari latihan teknis untuk penderita retardasi mental adalah ...
a. belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst.
b. belajar keterampilan untuk sikap social.
c. latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita
d. latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan
Buruk secara moral.
5. Kelainan pada mata terdapat gejala ...( Kecuali )
a. Mikrosefali
b. Katarak
c. Bintik Cherry
d. Korenea keruh
6. Yang tidak termasuk dalam pengkajian adalah ...
a. Menyusui cepat
b. Lakukan pengkajian fisik
c. Peka rangsang
d. Menyusui lambat
7. Ada berapa diagnosa keperawatan pada pasien retardasi mental ...
a. 8
b. 9
c. 7
d. 6
Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta
: EGC
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
Rusdi, Deden Dermawan. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publising
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika
Jaya, Kusnadi. 2015. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Binapurna Aksara Publisher.
Yusuf, Ahmad. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................