Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.D DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA DEMAM
BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN CAKRANEGARA

Disusun Oleh :
MEGA LISNA
017SYE19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII
MATARAM
2021

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA DEMAM BERDARAH
DENGUE DI KELURAHAN CAKRANEGARA
1. 1 Konsep Keluarga
1.1.1 Definisi Keluarga
Menurut (Bussard dan Ball, 1996 dalam Harnilawati, 2013).
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan,bertempat
tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran dan kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap
budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.
1.1.2 Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,2010) :
a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
1.1.3 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan
intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak
atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran
dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses
belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
4. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
5. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarganya.
7. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
8. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima
kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
1.1.4 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
2.1 Konsep Dasar Penyakit DBD
2.1.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah
dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama
dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan
variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).
Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1,
-2, -3, dan -4). Infeksi dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan kekebalan terhadap serotipe tersebut untuk hidup, tapi tidak
memberikan kekebalan jangka panjang untuk serotipe lainnya. Dengan demikian, seseorang bisa terinfeksi sebanyak empat kali, sekali
dengan masing-masing serotipe. Virus dengue ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling sering Aedes aegypti)
(Centers for Disease Control and Prevention, 2009).

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi

Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah

sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru

ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel- sel ke ginjal,

paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,

pembuluh darah, dan darah.

1. Jantung

Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.

Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi (Vyas, et al, 2014)


2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu :

a. Arteri (Pembuluh Nadi)


Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :

a) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung

b) Arteri subklavikula

Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.

c) Arteri Brachialis

Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas

d) Arteri radialis

Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari

e) Arteri karotis

Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak

f) Arteri temporalis

Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga

g) Arteri facialis

Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.

h) Arteri femoralis

Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut

i) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki

j) Arteri Pulmonalis

Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.

3. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali

dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang

lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.

4. Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
a) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.

b) Vena Cava Inferior


Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah

c) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung

d) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.

5. Darah

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :


Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel

darah. Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah suatu

cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.

Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan

yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat / organ

dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak

sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.

Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067

dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45.

Fungsi darah secara umum terdiri dari :

a. Sebagai Alat Pengangkut

a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru.

c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.

d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara
leukosit, antibody atau zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.

1) Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :

a) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga

tulang belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia

mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak dan

terletak di depan dan menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis

(Lengkung Neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh.

Pada arkus terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang

belakang yang dinamakan prosesus spinosus.

b) Sternum (tulang dada)

Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari

manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xipoideus.

c) Costa (Tulang Iga)

Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang

costa fluktuantes. Costa dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat

pada tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.

2) Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas

abdomen di bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus hepatikus sinestra,
keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus

membentuk ductus coledakus.

3) Limpa

Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan berwarna kemerahan, limpa adalah organ

berkapsula dengan

berat normal 100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan memfagosit material tertentu

dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah merah yang rusak.

2.1.2 Etiologi

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang

digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih

dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.

Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki

antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).

Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan

DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan

antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga

tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue

dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang

dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari

gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam.

Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.

Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan

pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam

hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C

/ 100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di

muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari

komplikasi dan risiko kematian

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif,

trombositopenia, himokonsentrasi.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau

hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.


d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur.

Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah

beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi perdarahan: muncul bintik-bintik

kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan.

Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.

I. Gejala awal termasuk:

a. Nafsu makan menurun

b. Demam

c. Sakit kepala

d. Nyeri sendi atau otot

e. Perasaan sakit umum

f. Muntah

II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:

a. Bercak darah di bawah kulit

b. Bintik-bintik kecil darah di kulit


c. Ruam Generalized

d. Memburuknya gejala awal

III. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:

a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat


b. Berkeringat

2.1.4 Patofisiologi

Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas

dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler

mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan

darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan

renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam,

sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan

dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).

Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler

sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF

sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena

peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi

kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan

yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami

renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian

biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponen- komponen di dalam darah yang telah hilang.
2.1.5 Pathway
2.1.6 Klasifikasi

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) yaitu :

Tabel 1 Klasifikasi Penyakit Infeksi Virus Dengue


DD/DBD Derajad Derajad Laoratorium
DD Demam disertai Leukopenia Serologi
2 atau lebih Trombositopenia, dengue
tanda : mialgia, tidak ditemukan positif
sakit kepala, bukti ada
nyeri kebocoran plasma
retroorbital,
artralgia
DBD I Gejala diatas Trombositopenia (<100.000/ul)
ditambah uji bukti ada kebocoran plasma
bendung positif
DBD II Gejala diatas
ditambah
perdarahan
spontan
DBD III Gejala diatas
ditambah
kegagalan
sirkulasi (kulit
dingin dan
lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat
disertai dengan
tekanan darah
dan nadi tidak
Teratur
2.1.7 Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni

dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan

dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.

2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas

vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,

hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan

curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang

mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah

terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan

organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.

3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang

terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak

dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.

4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan

dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.

2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), yaitu :

1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk

demam kejang selama fase demam.

3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti inflamasi karena mereka meningkatkan

risiko perdarahan.

4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam

5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output urine

6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin perlu cairan IV.

7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.

8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.

9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal.

10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal dan berlangsung 24-48 jam

2.1.9 Pemeriksaan diagnostik


Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), Pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan darah lengkap.

Pada penderita yang disangka menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematocrit, dan trombosit setiap 2-4 jam pada

hari pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama perjalanan penyakit. Misalnya dengan

dilakukan uji tourniquet.

1. Uji tourniquet
Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena sehingga
darah menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu,
darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga Nampak sebagai bercak kecil
pada permukaan kulit.
Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan
itu maka test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif. Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial,
tetapi lebih jauh distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga,

2. Hemoglobin

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam- macam cara yaitu dengan cara sahli dan

sianmethemoglobin. Dalam laboratorium cara sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat dari hasilnya

lebih akurat disbanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk pria 13-15 gr/dl dan wanita 12-14 gr.dl.

Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik

mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat ditemukan pada

penderita demam berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.

3. Hematokrit

Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan persen dan dari volume darah itu.

Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria 40-48 vol% dan wanita 37-43 vol

%. penetapan hematocrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%. Hasil itu kadang-kadang

sangat penting untuk menentukan keadaan klinis yang menjurus kepada tindakan darurat.

Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan

proses perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan nilai hematocrit merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang

yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai

perdarahan, umumnya nilai hematocrit tidak meningkat bahkan menurun.

Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita DHF mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1) Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF, pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya

anak itu dirawat.

2) Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut menentukan perlu atau tidaknya anak itu

diberikan cairan intravena.

3) Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu atau tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan

saat yang tepat untuk menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat untuk memberikan darah.

4. Trombosit

Trombosir sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu

cenderung melekat pada permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal.

Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu

antara 150.000 – 400.000/µl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif tentang jumlah trombosit dalam

sediaan apus darah sangat besar artinya sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit dengan

menggunakan electronic particle counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun, 2008).

Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi laboratorium, baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi
antibodi- dengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-time

terbalik transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari

dari onset gejala. Jika virus tidak dapat diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh diperlukan

setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM

antibodi-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA) (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).

Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi

virus, terdeteksinya antigen virus atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya antibody yang spesifik pada serum

pasien.

Pada fase akut sample darah diambil sesegera mungkin setelah serangan atau dugaan penyakit demam berdarah dan pada fase

sembuh idealnya sample diambil 2-3 minggu kemudian. Karena terkadang sulit untuk mendapatkan sampel pada fase sembuh,

bagaimanapun, sampel darah kedua harus selalu diambil dari pasien yang dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit.

5. Diagnosis serologis
Lima tes serologi dasar telah secara rutin digunakan untuk diagnosis infeksi dengue; hemaglutinasi-inhibisi (HI), complement

fixation (CF), uji netralisasi (NT), imunoglobulin M (IgM) enzyme-linked immunosorbent assay capture (MAC-ELISA), dan

imunoglobulin G langsung ELISA. Terlepas dari uji yang digunakan, diagnosis serologi tegas tergantung signifikan (empat

kali lipat atau lebih) kenaikan titer antibodi spesifik antara sampel serum fase akut dan fase sembuh. Antigen baterai untuk

sebagian besar tes serologi harus mencakup semua serotipe dengue empat virus, flavivirus lain (seperti virus demam kuning,

virus ensefalitis Jepang, atau St Louis ensefalitis virus), nonflavivirus (seperti virus Chikungunya atau timur kuda virus

ensefalitis ), dan idealnya, kontrol jaringan antigen yang tidak terinfeksi.


Dari tes di atas, HI paling sering digunakan; karena sensitif, mudah untuk dilakukan, hanya membutuhkan peralatan

minim, dan sangat tepat jika dilakukan dengan benar. Karena antibodi HI bertahan untuk waktu yang lama (hingga 48 tahun

dan mungkin lebih lama), tes ini ideal untuk studi seroepidemiologic.

Tes CF tidak sering digunakan untuk pemeriksaan diagnostic serologis secara rutin. Karena lebih sulit untuk dilakukan,

dibutuhkan tenaga yang sangat terlatih, dan karena itu tidak digunakan di sebagian besar laboratorium dengue. NT adalah tes

serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Protokol yang paling umum digunakan di laboratorium dengue

adalah serum pengenceran pengurangan plak NT. Secara umum, titer antibodi penetral-naik pada waktu yang sama atau sedikit

lebih lambat dari titer antibodi HI dan ELISA tetapi lebih cepat daripada titer antibodi CF dan bertahan selama setidaknya 48

tahun.

MAC ELISA adalah tes serologis yang sangat sering digunakan untuk mendiagnosis dengue yang terjadi pada beberapa

tahun yang lalu. Karena mudah dan cepat. Anti dengue IgM berkembang menjadi sedikit lebih cepat daripada antibody IgG.

Kespesifikan dari MAC-ELISA sama dengan HI.

1) PCR

Reverse transcriptase PCR (RT-PCR) telah dikembangkan untuk sejumlah virus RNA dalam beberapa tahun

terakhir dan memiliki potensi untuk merevolusi diagnosis laboratorium; untuk demam berdarah, RT- PCR

menyediakan diagnosis-serotipe spesifik yang cepat. Metode ini cepat, sensitif, sederhana, dan direproduksi jika

dikontrol dengan baik dan dapat digunakan untuk mendeteksi RNA virus dalam sampel manusia klinis, jaringan otopsi,

atau nyamuk. Meskipun RT-PCR memiliki sensitivitas yang mirip dengan sistem isolasi virus yang menggunakan C6/

36 kultur sel, penanganan yang buruk, penyimpanan yang buruk, dan adanya antibodi biasanya tidak mempengaruhi
hasil PCR seperti yang mereka lakukan isolasi virus. Sejumlah metode yang melibatkan primer dari lokasi yang

berbeda dalam genom dan pendekatan yang berbeda untuk mendeteksi produk RT-PCR telah dikembangkan selama

beberapa tahun terakhir.

Harus ditekankan, bagaimanapun RT-PCR tidak boleh digunakan sebagai pengganti isolasi virus. Ketersediaan

virus isolat penting untuk karakteristik perbedaan strain virus, karena informasi ini sangat penting untuk pengawasan

dan patogenesis studi virus. Sayangnya, banyak laboratorium sekarang melakukan tes RT-PCR tanpa kontrol yang

tepat kualitas, yaitu, isolasi virus atau pengujian serologis. Sejak RT-PCR sangat sensitif terhadap kontaminasi

amplikon, tanpa kontrol yang tepat hasil positif palsu dapat terjadi. Perbaikan dalam teknologi ini, bagaimanapun,

harus membuatnya lebih berguna di masa depan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan
lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan
ke 7 dan asemakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena,
atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang
lain.

e. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. orang yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

f. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

g. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan menurun.

2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah

Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.

h. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam
Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
i. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
j. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan
tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
k. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
l. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan
atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1. Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.

2. Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan

telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.

3. Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi

menurun.

4. Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,

ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

m. Sistem integument

Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
1. Kuku sianosis/tidak
2. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
3. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

4. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.

5. Ekstremitas

6. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue tergantung pada data yang
ditemukan, diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.


2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu
makan.
4. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
2.2.3 Perencanaan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: 4. Ajarkan pasien bagaimana membuat
dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy catatan makanan harian.
Berhubungan dengan : of nutrient 5. Monitor adanya penurunan BB dan gula
Ketidakmampuan untuk memasukkan b. Nutritional Status : food and darah
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor Fluid Intake 6. Monitor lingkungan selama makan
biologis, psikologis atau ekonomi. c. Weight Control 7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
DS: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x tidak selama jam makan
a. Nyeri abdomen … jam diharapkan nutrisi kurang teratasi dengan 8. Monitor turgor kulit
b. Muntah indikator: 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, total
c. Kejang perut a. Albumin serum protein, Hb dan kadar Ht
d. Rasa penuh tiba-tiba setelah b. Pre albumin serum 10. Monitor mual dan muntah
makan c. Hematokrit 11. Monitor pucat, kemerahan, dan
DO: d. Hemoglobin kekeringan jaringan konjungtiva
a. Diare e. Total iron binding capacity 12. Monitor intake nuntrisi
b. Rontok rambut yang berlebih f. Jumlah limfosit 13. Informasikan pada klien dan keluarga
c. Kurang nafsu makan tentang manfaat nutrisi
d. Bising usus berlebih 14. Kolaborasi dengan dokter tentang
e. Konjungtiva pucat kebutuhan suplemen makanan seperti
c. Denyut nadi lemah NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman,
nyaman dan keselamatan klien.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana

mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan

dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi

pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan

ASUHAN KEPEAWATAN KELUARGA TN.D DENGAN SALAH SATU ANGGOTA


KELUARGA MENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN
CAKRANEGARA
1. PENGKAJIAN
DATA UMUM
Nama keluarga(KK) :Tn.D
Alamat :kelurahan cakranega
Pekerjaan KK :Pensiunan PNS
Pendidikan :S1 Pendidikan
Umur :58 tahun
Komposisi Keluarga :

nama umur Jenis kelamin Hubungan dengan KK pendidikan Ket

dewa 58th Laki-laki Kepala keluarga S1

Iluh 55th Perempuan Istri SMA

I wayan 30th Laki-laki Anak S1 akuntansi


andika

Bagus 25th Laki-laki Anak S1 Pendidikan

pebri 18th Perempuan Anak SMA

Genogram

Perempuan

Laki-laki

meninggal

pasien
Garis keturunan

Menikah

Serumah
Tipe keluarga
Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri ayah,ibu dan anak
Suku: Tn. Berasal dari suku bali
Agama: Keluarga Tn.D percayaan yang di anut adalah agama hindu
Status ekonomi keluarga meliputi
Tn.D adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai pensiunan PNS yang di bayar perbulan kurang lebih Rp
1.500.000, Tn.D memiliki kendaraan motor untuk berpergian. Tn.K membutuhkan pengeluaran 500.000
setiap bulan untuk makan, minum, bayar tagihan. Tabungan khusus Tn.K adalah hanya membayar
tabungan BPJS jenis subsidi. Barang yang dimiliki Tn.D yaitu televise, lemari, peralatan dapur, sepeda
motor dan kulkas.
Aktifitas rekreasi keluarga
Tn.D, istri dan anaknya jarang rekreasi atau berlibur mereka berlibur hanya 1x setahun atau T.D
mengatakan menganggap berlibur ketika mengunjungi keluarga.

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap VI Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap ini bergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepaskan anaknya untuk hidup sendiri. (Harmoko, hal 59; 2012)
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap yang belum adalah tahap keluarga dengan anak dewasa/ launching center families dan
sebentar lagi mungkin terjadi sehingga keluarga sudah memikirkan kearah sana.
Riwayat keluarga sebelumnya
Tn.D mengatakan pada tahun 2002 istrinya pernah mengalami DBD dan anak ke tiganya pada tahun
2008 dan pasien mengatakan selain DBD dia juga penyakit hipertensi.
Lingungan
Karakteristik rumah
Ukuran rumah kurang lebih 3 are, rumanya terdiri dari 4 kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Di
depan rumah terdapat teras dan pura tempat melakukan ibadah. Penataan rumah terkesan kurang
rapi karena banyak baju yang begelantung di tembok. Di halaman rumahnya terkesan kurang bersih
ada bak sampah serta nyamuk. Untuk kamar tidur paling depan ventilasi dan penerangan sudah ade
kuat sedangkan untuk kamar yang lainnya penerangan terkesang kurang, lantai rumah menggunakan
keramik, tembok semi permanen, kuat dan dapat melindungi dari suhu dingin maupun gangguan
keamanan lainnya.

teras

F Ruang tamu
G

A D

E B C

II:pintu
I:jendela
A: kamar tidur
B:kamar tidur
C:kamar tidur
D::kamar tidur
E:dapur
F:ruang tamu
G:kamar mandi

Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tn.D mengatakan sering berinteraksi dengan warga sekitar untuk mengajak membersihkan selokan di
sekitar rumah, untuk menghindari terkena DBD. Dan pasien mengatakan rata-rata warga di sekitar
rumah terkena DBD
Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.D adalah penduduk tetap. Saat ini ia tinggal bersama anak,istri dan ke3 anaknya.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
T,.D mengatakan dia sering berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga ketika ada acara.

System pendukung keluarga


Sistemm pendukung keluarga Tn.D berupa gaji pensiunnya dan anak pertama dan kedua sudah
mempunyai pekerjaan masing-masing.

Struktur Keluarga
Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga Tn.D dilakukan secara terbuka, Bahasa dipakai sehari-hari adalah Bahasa
Indonesia kadang-kadang Bahasa sasak, keluarga tidak memiliki kesulitan Bahasa dalam menerima
pesan, frekuensi komunikasi dalam keluarga dalam keluarga setiap hari dilakukan dan selama ini
tidak ada masalah dalam keluarga mengenai komunikasi
Struktur kekuatan keluarga
Pengendali keluarga adalah Tn.D sebagai kepala rumah tangga. Keputusan diambil oleh kepala
keluarga melalui musyawarah dengan seluruh anggota keluarga dan setelah mengambil keputusan
tidak ada permasalahan dalam anggota keluarga.
Struktur peran
Formal: Tn.D mengatakan sudah tidak bekerja
Informal: Tn.D mengatakan dia berperan sebagai kepala rumah tangga
Nilai atau normal dalam keluarga
Nilai keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada anggota keluarga yang sakit periksa
kesarana kesehatan dan dalam kehidupan sehari-hari keluarga hidup berdasarkan tuntutan agama
Hindu.
Fungsi keluarga
Fungsi afektif
Sikap dan hubungan anggota keluarga baik dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
Fungsi sosialisasi
Interaksi keluarga baik dan keluarga mendidik anak-anaknya dengan disiplin tinggi dengan cara
berpikir rapi.
Fungsi perawatan keluarga
Kemampuan mengenal masalah keluarga
Tn.D mengatakan keluarganya tahu masalah kesehatan yang dideritanya namun kurang informasi
tentang DBD.
Mengambil keputusan mengenai masalah kesehatan
T.D mengatakan jika ia kurang enak badan pasien mengujungi pelayanan kesehatan terdekat.
Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Tn.D mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit kami selalu membawa berobat
Kemampuan keluarga memelihara lingkungan
Tn.D belum mampu memelihara lingkungan dengan baik, saat melakukan kunjungan rumah
terdapat masih ada sampah yang berserakan dan banyak nyamuk pada sampah tersebut.
Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Tn.D mengatakan bila sakit periksa kerumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat
menggunakan BPJS.

Stress koping keluarga


Stressor
Stressor jangka pendek (6bln)
Pasien berada pada pasien tidak stabil karena DBD yang pernah mengalami istri dan anaknya
terulang kembali.
Panjang (>6bln) kekuatan keluarga
Keluarga pasien mengataka berharap kondisi Tn.D segera pulih dan tidak lagi yang tekena DBD.
respon terhadap stressor
Tn.D mengatakan bila ada masalah kesehatan secepatnya dibawa ke pelayanan kesehatan
strategi koping yang digunakan
Tn. D mengataan jika ada masalah selalu dibicarakan bersama anggota keluarga untuk
dimusyawarahkan

strategi adaptasi yang difungsional


Tn.D jika hipertensinya kambuh sakit kepala, istri dan anaknya selalu siap siaga untuk membawanya
ke pelayanan kesehatan.

Pemeriksaan fisik (head to toe)


Pemeriksaan fisik tiap anggota individu
Jenis Tn.D Ny.I Tn. W Tn.B NN. P
pemeriksaan

Riwayat Lemas dan


penyakit saat demam
ini

Keluhan yang Pada saat dikaji Pada ssaata Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dirasakan Tn.D dikaji Ny. I tidak keluhan keluhan keluhan
mengatakan memiliki keluhan
masih lemas, dan masih
sedikit demam terlihat sehat
dan kulitnya
bekas bitnik-
bintik merah.
Dan pasien
mengatakan
trombositnya
14.000. tetapi
sudah naik
menjadi
100.000

Riwayat Tn.D Ny.I mengatakan tn.w tn.B tidak NN.P pada


penyakit mengatakan pada tahun 2002 mengatakan pernah tahun 2008
sebelumnya selain DBD pernah tidak memiliki mengalami pernah
mengidap mengalami DBD. penyakityang penyakit DBD, mengalami DBD
penyakit serius tetapi tetapi sering
Hipertensi sering pusing
kecapekan
karena bekerja

Ttv TD:150/100 TD:130/80 TD:120/80 TD:110/70 TD:100/70


mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
N:98x/mnt N:88/mnt N:88/mnt N:88/mnt N:88/mnt
S:38,1 S:36,4 S:36,6 S:36,1 S:36,3
RR: 20x/mnt RR:20x/mnt RR:20x/mnt RR:20x/mnt RR:20x/mnt

Kepala Rabut tampak Rambut tampak Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut
bewarna putih, merah karena di pendek, tampak pendek, tampak panjang,
tampak bersih semir, terlihat bersih. bersih. bewarna hitam,
tidak ada bersih dan tidak tampak bersih.
masalah ada benjolan
benjolan
maupun luka
pada kepala

Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera
putih normal putih normal, putih normal putih normal putih normal
menggunakan
alat bantu
melihat seperti
kacamata

Hidung Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ada pernapasan ada pernapasan ada pernapasan ada pernapasan ada pernapasan
cuping hidung, cuping hidung, cuping hidung, cuping hidung, cuping hidung,
tidak ada tidak ada secret, tidak ada tidak ada tidak ada
secret, pernapasan secret, secret, secret,
pernapasan vesikuler. pernapasan pernapasan pernapasan
vesikuler. vesikuler. vesikuler. vesikuler.

Mulut Bibir terlihat Bibir terlihat Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak
sedikit kering, lembab, tidak kering, tidak kering, tidak kering, tidak
tidak ada ada sianosis, gigi ada sianosis, ada sianosis, ada sianosis,
sianosis, gigi sudah berkurang gigi dan mulut gigi dan mulut gigi dan mulut
sudah karena factor terlihat bersih terlihat bersih terlihat bersih
berkurang usia, gigi tidak
karena factor rata karena
usia, gigi tidak factor usia.
rata karena
factor usia.

Telinga Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran


masih normal, masih normal, masih normal, masih normal, masih normal,
tidak ada keluar tidak ada keluar tidak ada keluar tidak ada keluar tidak ada keluar
cairan dari cairan dari cairan dari cairan dari cairan dari
telinga ataupun telinga ataupun telinga ataupun telinga ataupun telinga ataupun
serumen. serumen. serumen. serumen. serumen.

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid
atau atau pembesaran atau atau atau
pembesaran vena jugularis pembesaran pembesaran pembesaran
vena jugularis vena jugularis vena jugularis vena jugularis

Dada Simetris antara Simetris antara Simetris antara Simetris antara Simetris antara
kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan,
tidak ada tidak ada tarikan tidak ada tidak ada tidak ada
tarikan insecostae, suara tarikan tarikan tarikan
insecostae, sonor pada insecostae, insecostae, insecostae,
suara sonor semua lapang suara sonor suara sonor suara sonor
pada semua paru, suara pada semua pada semua pada semua
lapang paru, lapang paru, lapang paru, lapang paru,
suara jantung jantung normal suara jantung suara jantung suara jantung
normal normal normal normal

Perut Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, ada nyeri tekan,
dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada
terdengar bising terdengar bising terdengar bising terdengar bising terdengar bising
usus usus usus usus usus

Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan masih kelainan masih kelainan masih kelainan masih kelainan masih
dapat dapat digerakkan dapat dapat dapat
digerakkan secara normal digerakkan digerakkan digerakkan
secara normal dan aktif secara normal secara normal secara normal
dan aktif dan aktif dan aktif dan aktif

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS Ketidakmampuan keluarga Tn.D Menejemen kesehatan keluarga


Tn.D mengatakan kurang dalam mengenal masalah DBD tidak efektif
memhami kesehatan yang di
deritanya
DO:
Trombosit: 100.000
Adanya ruam atau bitnik
merah pada kulit
Keluarga Tn.D menanyakan
tentang penyakit DBD.
Terdapat sampah yang di
kerumuni nyamuk di depan
rumahnya

2 Ds: Ketidakmampuan keluarga Perilaku kesehatan cenderung


mempetahankan suasana rumah berisiko
Pasien mengatakan yang menguntungkan
kurang informasi tentang
DBD.
DO:
Banyak pakaian yang
menggantung di tembok
Banyak kain berserakan
diru mah
Terdapat bak sampah
yang dikerumuni nyamuk

Penilaian (skoring) diagnose keperawatan


Diagnose I

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah
Skala
Skala : Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala
Mudah 1 2
Sebagian 0
Rendah

3 Potensi Masalah untuk dicegah


Skala
Tinggi 3
Cukup 1
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala
Masalah berat harus segera
ditangani
Ada masalah, tapi tidak perlu 1 1
harus segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Diket :
Sifat masalah
3
3
Kemungkinan masalah untuk dicegah
2
2
Potensi masalah untuk dicegah
2
3
Menonjolnya masalah
2
2

= 3,67

Diagnosa II

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah
Skala 3
Skala : Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala
Mudah
Sebagian
Rendah 1 2
0

3 Potensi Masalah untuk dicegah


Skala
Tinggi
Cukup 2 1
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala
Masalah berat harus segera 2
ditangani
Ada masalah, tapi tidak perlu 1
harus segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Diket :
Sifat masalah
2
3
Kemungkinan masalah untuk dicegah
2
2
Potensi masalah untuk dicegah
3
3
Menonjolnya maslah
1
2

= 4.16

Prioritas skoring diagnose perawatan

prioritas Prioritas diagnosis perawatan skor

1 Perilaku kesehatan cenderung berisiko di tandai dengan Ketidakmampuan 4.16


keluarga mempetahankan suasana rumah yang menguntungkan

2 Menejemen kesehatan keluarga tidak efektif di tandai dengan 3,67


Ketidakmampuan keluarga Tn.D dalam mengenal masalah DBD

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
Perilaku kesehatan cenderung berisiko di tandai dengan Ketidakmampuan keluarga mempetahankan
suasana rumah yang menguntungkan
Menejemen kesehatan keluarga tidak efektif di tandai dengan Ketidakmampuan keluarga Tn.D dalam
mengenal masalah DBD

No/Tgl Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intevensi Rasional


Hasil

19 juli Perilaku kesehatan Setelah dilakukan Kemampuan Untuk memghindari


tindakan keperawatan menjalankan hidup terkena DBD
2021 cenderung berisiko selama 2x pertemuan perilaku hidup Memahami
berhubungan dalam 2 hari dengan sehat kemampuan
kriteria hasil Tindakan untuk keluarga tentang
dengan
Kemampuan mengurangi factor factor risiko yang
Ketidakmampuan melakukan risiko mempengaruhi
keluarga tindakan Kemampuan kesehatan
pencegahan tindakana Memahami keluarga
mempetahankan masalah kesehatan melakukan untuk tidakan
suasana rumah DBD pencegahan pencegahan DBD
Menunjukkan masalah kesehatan
yang
pemahaman
menguntungkan perilaku sehat

19 juli Menejemen Setelah dilakukan Gali pengetahuan Memahami


tindakan keperawatan keluarga tentang kemampuan
2021 kesehatan keluarga selama 2x pertemuan DBD keluarga tentang
tidak efektif dalam 2 hari dengan Diskusi kepada DBD
kriteria hasil keluarga tentang Memahami
ditandai dengan
Kemauan faktor-faktor kemampuan
Ketidakmampuan mematuhi program penyebab DBD keluarga tentang
perawatan atau Berikan keluarga factor risiko yang
keluarga Tn.D
pengobatan DBD untuk bertanya mempengaruhi
dalam mengenal Mampu tentang penyakit kesehatan tentang
memutuskan DBD DBD
masalah DBD
tindakan yang Ajarkan strategi Untuk mengetahui
harus diberikan yang dapat pengetahuan
pada anggota dilakukan untuk keluarga tentang
keluarga dengan meningkatkan DBD
DBD perilaku hidup Untuk menghindari
bersih dan sehat. risiko tekena DBD

4. IMPLEMENTASI

Tgl/jam No dx Implementasi Respon hasil Ttd

19 juli 2021 1 Menjelaskan kepada pasien untuk S:keluarga mengatakan akan


selalu buka ventilasi setiap hari membuka ventilasi rumah setiap hari

19 juli 2021 1 Memberitahui keluarga untuk tidak Pasien tampak paham yang di
menggantungkan pakaian di ajarkan perawat
sembarang tempat

19 juli 2021 1 Memberikan penkes tentang penularan S:keluarga Tn.D mengatakan senang
dan pencegahan DBD
diberikan penyuluhan
O: keluarga tampak mendengarkan
penjelasan Perawat

21 juli 2021 2 Memberikan penjelasan kepada S: Tn.D mengatakan sekeluarga


keluarga tentang DBD belum mengetahui banyak tentang
DBD
O:keluarga tampak bertanya kepada
perawat

21 juli 2021 2 Menjelaskan kepada keluarga S:Tn.D mengatakan DBD disebabkan


penyebab dari DBD oleh gigitan nyamuk
O:Tn.D mampu menjawab
pertanyaan tentang DBD

21 juli 2021 2 Memberikan pertanyaan seputar S: Tn.D mengatakan DBD disebabkan


pengetahuan tentang DBD karena kurang hidup bersih
O:keluarga tampak bertanya kepada
Perawat

21 juli 2021 2 Menjelaskan kepada pasien untuk S: pasien mengatakan mengerti apa
membersihan lingungan sekitar agar yang dijelaskan Perawat
agar tidak ada gigitan nyamuk O:raut wajah keluarga tn.D tampak
tenang dan senang

5. EVALUASI

No dx EVALUASI

1 S:Keluarga Tn.D mengatakan paham cara pencegahan DBD dan hidup bersih
O:keluarga tampak mendengarkan
A:masalah teratasi sebagian
P:pertahankan intervensi

2 S: keluarga Tn.D mengatakan mengetahui banyak tentang DBD


O:keluarga tampak mengerti
A: masalah teratasi sebagian
P:pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai