Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh :

Nama : Stenly Maitale

Npm : 1420118052

Semester : VI ( enam )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa berkat rahmat dan
hidayahnya,penulis dapat menyelesaikan makalah, Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak
mendapat bimbingan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Ma ka l a h i n i t er se l e sa i k an
d en ga n m ak si m al be rk at ke rj a s am a da n bantuan dari berbagai pihak. Kami ucapkan
terimakasih kepada pihak yang membantu membuat makalah ini.Meski demikian, makalah ini juga
memiliki banyak kekurangan. Kami meminta maaf atas kekurangan tersebut, dan semoga makalah ini
dapat bergunadan bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistimatika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keluarga secara umum
2.1.1 Defenisi Keluarga
2.1.2 Tipe keluraga
2.1.3 Delapan Tahap perkembangan Keluarga
(menurud 1. Carter dan McGoldrick 1989 & 2. Duvall 1985)
2.1.4 Struktur keluarga
2.1.5 fungsi keluarga
2.2. Contoh kasus sesuai format pengkajian
(wajib untuk kasus kelolaan keluarga berbeda dgn teman yang lain)
2.2.1 Narasi Kasus keluarga (menggunakan kasus bayangan atau kasus di sekitar tempat
tinggal
2.2 2 Analisa data & Klasifikasi data (pilahkan narasi kasus tersebut dalam analisa data
DO/DS)
2.2. 3 Penerapan Fungsi keluarga ( masukan fengsi keluarga seluruhnya sesai teori dan
di kaji sesuai malasah yg di narasikan)
2.2.4 Perhitungan skoring (dari narasi yang anda buat silakan di masukn dlm perhitungan
skoring sesuai fungsi keliuarga dan analisa data)
2.1 Konsep Dasar tearapi komplomenter (pilih salah 1 intervensi dalam bentuk terapi
komplomenter untuk mengatasi masalah keperawatan keluarga yg di angkat)
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Tujuan/sasaran
2.1.3 Manfaat
2.1.4 Ruang lingkup
2.1.5 Etika pemberian
2.2 Kelemahan terepi komplomenter
2.3 Kelebihan terapi kompolmenter

BAB III. KESIMPULAN & SARAN


4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3 referensi buku,
3 jurnal ( wajib menuliskan URL/alamat website)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun
2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada program
PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan
dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan
pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama
adalah keluarga,mengutamakan upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan
berbasis masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus
kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan
tidak menular yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016). Hipertensi
merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-menerus
dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat
secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi didalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
1.2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada Tn. A di wilayah kerja Puskesmas Mergangan Kota
Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada Tn. A di wilayah kerja Puskesmas Mergangan Kota
Yogyakarta..

b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi


pada Tn. A di wilayah kerja Puskesmas Mergangan Kota Yogyakarta. 4

c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Tn. A di wilayah kerja
Puskesmas Mergangan Kota Yogyakarta.

1.3. Metode Penulisan


BAB II
TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1. Konsep Keluarga Secara Umum

2.1.1. Definisi keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu dengan yang lain (Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan
menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit
layanan perlu di perhitungkan.

2.1.2. Tipe Keluarga

1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anak.

2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara,
misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya.

3. Keluarga bcrantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

2.1.3. Delapan Tahap Petrkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)


Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan,
menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan
rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal
care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, 8 proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu
dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan
antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.

2.1.4. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi

Adanya komunikasi yang terbuka antara keluarga sangat berpengaruh terhadap


kesembuhan penyakitnya, karena dengan komunikasi yang terbuka dapat mengetahui
masalah kesehatan keluarga secara dini.

b. Struktur Pengambilan Keputusan


Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan
yang tepat dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

c. Peran

Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga terutama


dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan
dan papan.

d. Nilai atau Norma

Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh terhadap cara perawatan
anggota keluarga yang sakit.

e. Fungsi Afektif

Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit mengakibatkan


penderita thypoid tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan,
sehingga dapat menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut.

f. Fungsi Sosial

Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan cara penanggulangannya.

2.1.5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan 6
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya


manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan
keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga


seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.2. Contoh kasus sesuai format pengkajian

A. PENGKAJJIAN (Tgl 29 mei 2021)


1. Data umum
a. Kepala keluarga (KK) : kk. A
b. Alamat dan Tlp : Wirogunan RW 09, Mergangsan
c. Pekerjaan KK : Pensiunan
d. Pendidikan KK : STM
e. Komposisi Keluarga :

No Nama JK Hub Umur pendidikan

1 IK. E P Istri 65 thn SMP

f. Genogram
g. Tipe Keluarga :
Tipe Keluaga KK. A adalah keluarga usila yaitu yang terdiri dari suami, istri yang
sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
h. Suku bangsa :
Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu
bahasa Jawa.
i. Agama : Seluruh anggota KK. A beragama Islam dan taat beribadah
j. Status social ekonomi keluarga :
Sumber pendapatan keluarga sejumlah Rp. 3.000.000,00 Kebutuhan yang dibutuhkan
keluarga : Makan : 1.500.000,00 Listrik : 200.000,00 Beli bensin : 200.000,00
Barang-barang yang dimiliki : televisi, kulkas, sepeda motor, 2 almari, 1 set kursi
tamu

k. Aktifitas rekreasi keluarga :


Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton televisi
bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-kadang
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga KK. A merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga KK. A merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
a) KK. A sebagai kepala keluarga mempunyai hipertensi sejak 8 tahun yang lalu,
rutin kontrol ke puskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin,
tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya
mempunyai penyakit hipertensi pada saat pengkajian : TD : 120/80 mmhg S : 36,2
celcius BB : 54 Kg N : 80 x/m R : 20 x/m TB : 162 cm
b) IK. E menderita DM, kontrol rutin di Puskesmas Mergangsan tidak mempunyai
masalah dengan istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
KK. A menderita hipertensi tapi keluarganya KK. A dari pihak Bapak/Ibu ada yang
menderita hipertensi.

3. Data Lingkungan
a. Karatristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang yang baik, dan
memiliki sistem penerangan ruang yang baik.
Denah rumah :

b. Kerakteristik tetangga dan komunitasnya :


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
c. Mobilitas geografis keluarga :
Sebagai penduduk kota Yogyakarta, tidak pernah transmigrasi maupun imigrasi.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Kebiasaan KK. A dilingkungan sekitarnya, yaitu KK. A selalu berkumpul dan
berkomunikasi dengan tetangga pada waktu siang hari, dan setiap dengan tetangganya
selalu melakukan kumpulan arisan, kebiasaan lain dari masyarakat di lingkungan
sekitar rumah selalu melaksanakan kerja bakti.
e. System pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yaitu 2 orang, ke puskesmas bersama, saling mendukung
satu sama lain

4. Struktur Keluarga
a. Struktur peran :
Formal : KK.A sebagai kepala keluarga, IK.E sebagai istri.
Informal : KK.A dibantu anaknya juga membantu mencari nafkah.
b. Nilai atau norma keluarga :
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan
sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga
yang sakit dibawa ke puskesmas atau petugas kesehatan yang terdekat.
c. Pola komunikasi keluarga :
Anggota keluarga menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-harinya
dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
d. Struktur kekuatan keluarga :
kk.A menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam saling
mendukung

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi ekonomi :
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan biaya untuk
berobat
b. Fungsi mendapatkan status social :

c. Fungsi pendidikan :

d. Fungsi social :
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu mentaati norma yang baik.

e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan :


Menurut KK. A keluarganya sangat peduli dan sangat perhatian terhadap keadaan
kesehatannya. KK. A selalu mendukung untuk selalu berobat ke puskesmas secara
teratur, dan anggota keluarga yang lain selalu mengingatkan hal-hal yang dapat
memperberat sakitnya, misalnya jangan terlalu lelah.
f. Fungsi religious
g. Fungsi rekreasi
h. Fungsi reproduksi :
KK. A mempunyai 3 orang anak perempuan.
i. Fungsi afeksi :
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa ke
puskesmas atau petugas kesehatan.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang :
Stresor jangka pendek : KK. A mengatakan dirinya menderita penyakit hipertensi.
Stresor jangka panjang : KK. A mengidap penyakit hipertensi semenjak tahun 2010
dan ia ingin penyakitnya ini sembuh total.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas dengan
petugas kesehatan.
c. Strategi koping yang digunakan :
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada
d. Strategi adaptasi disfungsional :
Jika ada masalah dengan anggota keluarganya KK. A menyampaikan atau
membicarakan dengan anggota keluarganya.
7. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,20 C
Respirasi : 20 x/m
Berat badan : 54 kg
Tinggi badan : 162 cm
Kepala : simetris, berambut bersih berwarna putih, muka tidak pucat
Mata : tidak ada keluhan.
Hidung : lubang hidung normal simetris.
Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomatitis 35
Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan dari telinga
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Dada : dada kanan dan kiri sama, tidak ada keluhan.
Perut : simetris, tidak ada keluhan.
Extremitas : tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.
Eliminasi : BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 3-4 kali sehari
8. Harapan keluarga :
Harapan yang diinginkan keluarga Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar
meningkatkan mutu pelayanan dan membantu masalah KK. A.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
1. Analisa Data

No Data Subyektif Masalah Penyebab


1. DS : KK.A mengatakan : Manajemen kesehatan Ketidakmampuan keluarga
- ingin segera sembuh dari keluarga tidak efektif merawat dalam mengenal
penyakitnya masalah anggota keluarga
- setiap pagi olah raga rutin dengan hipertensi
- ikut kegiatan kampung seperti
kerja bakti,pengajian dan lainlain
- mengikuti macapat bahasa jawa
- tidak makan daging
- kontrol teratur di puskesmas
- ikut olah raga prolanis
- siap mengikuti pola hidup sehat
DO : Klien kooperatif,
konsentrasi

2. Perumusan diagnosa keperawataan

No Diagnosa Keperawatan
1 Kesiapan Peningkatkan Manajemen Kesehatan

3. Penialain ( scooring ) diagnosa keperawatan

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : actual 2 KK. A mengatakan ingin segera sembuh dari
penyakitnya, KK. A mempunyai riwayat
Hipertensi semenjak 8 tahun yang lalu.

Kemungkinan masalah untuk Sumber daya dan dana keluarga tersedia, tetapi
diubah : sebagian 1 pengetahuan yang mereka miliki kurang terkait
penyakit hipertensi.
Potensi masalah untuk dicegah : Mengatasi masalah diperlukan waktu yang
cukup 2 cukup, supaya mereka dapat mengenal penyakit
hipertensi dan mengerti bagaimana cara
mencegah penyakit hipertensi.

Menonjolnya masalah : masalah Keluarga merasakan sebagai masalah dan ingin


perlu segera ditangani 2 segera untuk mengatasinya.
Jumlah skor

4. Prioritas diagnosa keperawatan


Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

DX kep keluarga Tujuan Intervensi Rasional


Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan 1. Berikan penjelasan 1. Menambah
manajemen kesehatan kunjungan rumah 3x dan diskusikan pada pengetahuan untuk
diharapakan keluarga tentang meningkatkan
keluarga kk. A hipertensi ;pengertian manajemen kesehatan
mengalami tanda dan
peningkatan tentang gejala,factor yang
manajemen mempengaruhi cara
kesehatan pencegahan ,komplik
asi 2. Latihan dan olah
2. Melatih dan raga pada usia lanjut
mengajarkan senam dapat mencegah atau
hipertensi melambatkan
kehilangan
fungsional, bahkan
latihan yang teratur
dapat mengurangi
morbiditas dan
mortalitas yang
diakibatkan oleh
penyakit
kardiovaskuler.
3. Resiko berbahaya
3. Motivasi atau yang mungkin
anjurkan kepada ditimbulkan
keluarga hipertensi, alangkah
memeriksakan KK. A baiknya mencegah
secara teratur dan daripada mengobati
rutin ke pelayanan dengan melakukan
kesehatan pemeriksaan tekanan
darah untuk deteksi
dini komplikasi
hipertensi.

D. IMPLEMENTASI

No. Tanggal/jam DX Implementasi


1 3 Juli 2018 Pukul 10.00 Kesiapan peningkatkan 1. Memberikan penyuluhan
WIB manajemen kesehatan pada keluarga tentang
penyakit Hipertensi. 2.
Melatih dan mengajarkan
senam hipertensi 3.
Menganjurkan pada keluarga
memeriksakan KK. A secara
teratur setiap minggu dan
minum obat secara teratur. 4.
Memberikan penjelasan
tentang diet hipertensi
E. EVALUASI

No. Tanggal Diagnosa Evaluasi


1 3 Juli Kesiapan peningkatkan S : Keluarga mengatakan cukup mengerti
2018 manajemen kesehatan tentang Hipertensi dan akan kontrol
secara rutin
O : Keluarga tampak mengerti dan dapat
menyebutkan 3 dari 5 tanda Hipertensi .
A : Masalah teratasi sepenuhnya
P : Lanjutkan Intervensi

Kesiapan peningkatkan S :
2. 4 Juli 2018 manajemen kesehatan - TN. A mengatakan cukup mengerti
mengenai senam hipertensi
- TN. A menyatakan bahwa akan
mengulang senam hipertensi yaitu pagi
hari sekitar pukul 7 pagi
O : Klien tampak mengerti dan dapat
antusias mengikuti senam hipertensi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

2.2.1. Narasi Kasus keluarga

KK. A usia 69 tahun, pendidikan terakhir STM, pekerjaaan pensiunan, alamat


Wirogunan RW 09, Mergangsan. IK.E umur 65 tahun, pendidikan terakhir SMP,
pekerjaaan ibu rumah tangga. Tipe keluarga KK.A adalah keluarga inti karena dalam satu
rumah hanya ada suami dan istri. Pada keluarga KK.A yang sedang sakit adalah KK.A
sendiri, KK. A sebagai kepala keluarga mempunyai hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, rutin
kontrol ke puskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin, tidak
mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya mempunyai
penyakit hipertensi pada saat pengkajian : TD : 120/80 mmhg S : 36,2 celcius BB : 54 Kg N
: 80 x/m R : 20 x/m TB : 162 cm.
2.2.2. Analisa Data dan Klasifikasi Data

No Data Subyektif Masalah Penyebab


1. DS : KK.A mengatakan : Manajemen kesehatan Ketidakmampuan keluarga
- ingin segera sembuh dari keluarga tidak efektif merawat dalam mengenal
penyakitnya masalah anggota keluarga
- setiap pagi olah raga rutin dengan hipertensi
- ikut kegiatan kampung seperti
kerja bakti,pengajian dan lainlain
- mengikuti macapat bahasa jawa
- tidak makan daging
- kontrol teratur di puskesmas
- ikut olah raga prolanis
- siap mengikuti pola hidup sehat
DO : Klien kooperatif,
konsentrasi

2.2.3. Penerapan Fungsi Keluarga

a. Fungsi ekonomi :
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan biaya untuk
berobat
b. Fungsi mendapatkan status social :
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu mentaati norma yang baik.

c. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan :


Menurut KK. A keluarganya sangat peduli dan sangat perhatian terhadap keadaan
kesehatannya. KK. A selalu mendukung untuk selalu berobat ke puskesmas secara
teratur, dan anggota keluarga yang lain selalu mengingatkan hal-hal yang dapat
memperberat sakitnya, misalnya jangan terlalu lelah.
d. Fungsi reproduksi :
KK. A mempunyai 3 orang anak perempuan.
e. Fungsi afeksi :
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa ke
puskesmas atau petugas kesehatan.
2.2.4. Perhitungan Scooring

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : actual 2 KK. A mengatakan ingin segera sembuh dari
penyakitnya, KK. A mempunyai riwayat
Hipertensi semenjak 8 tahun yang lalu.

Kemungkinan masalah untuk Sumber daya dan dana keluarga tersedia, tetapi
diubah : sebagian 1 pengetahuan yang mereka miliki kurang terkait
penyakit hipertensi.

Potensi masalah untuk dicegah : Mengatasi masalah diperlukan waktu yang


cukup 2 cukup, supaya mereka dapat mengenal penyakit
hipertensi dan mengerti bagaimana cara
mencegah penyakit hipertensi.

Menonjolnya masalah : masalah Keluarga merasakan sebagai masalah dan ingin


perlu segera ditangani 2 segera untuk mengatasinya.
Jumlah skor

2.3. Konsep dasar terapi komplomenter

2.3.1. Definisi

Terapi musik klasik adalah penggunaan musik sebagai alat terapis untuk
memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik dan kesehatan emosi. Terapi
musik merupakan suatu bentuk terapi dibidang kesehatan yang menggunakan musik dan
aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek baik, fisik, psikologis,
kognitif dan kebutuhan sosial individu. Terapi musik 16 dapat digunakan dalam lingkup
klinis, pendidikan dan sosial bagi pasien yang membutuhkan pengobatan atau intervensi
pada aspek sosial dan psikologis (Gusti, 2014).

Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa pada zaman
klasik atau kuno. Dibandingkan dengan musik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi
pada musik klasik mampu merangsang dan memperdayakan kreatifitas serta menenangkan
atau memberi semangat dan yang jelas musik klasik berperan dalam mempengaruhi
perasaan dan emosi (Lidyansyah, 2013).
2.3.2. Tujuan atau Sasaran

Terapi musik mempunyai tujuan membantu mengekspresikan perasaan, membantu


rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap suasana hati dan emosi, meningkatkan
emosi, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun
kedekatan emosional. Dengan demikian, terapi musik juga dapat membantu mengatasi stres
atau kecemasan, mencegah penyakit, dan menghilangkan rasa sakit (Gusti, 2014).

2.3.3. Manfaat

Menurut Natalina (2013) terapi musik merupakan pengobatan secara holistik yang langsung
pada symtom penyakit. Terapi ini berhasil jika ada kerjasama antara klien dengan terapis.
Terapi musik memiliki beberapa manfaat, diantaranya :

1. Musik pada bidang kesehatan

a). Menurunkan tekanan darah. Melalui ritmik musik yang stabil memberi irama
teratur pada sitem kerja jantung

b). Menstimulasi kerja otak. Mendengarkan musik dengan harmoni yang baik akan
menstimulasi otak untuk melakukan proses analisa terhadap lagu tersebut.

c).Meningkatkan imunitas tubuh. Suasana yang ditimbulkan oleh musik akan


mempengaruhi sistem kerja hormon manusia, jika kita mendengar musik yang
baik/positif maka hormon yang meningkatkan imunitas tubuh juga akan
berproduksi

2. Musik meningkatkan kecerdasan

a) Daya ingat. Menyanyi dengan menghafalkan lirik lagu akan melatih daya ingat

b) Konsentrasi. Saat terlibat dalam bermusik akan mneybabkan otak bekerja secara
fokus 19

c) Emosional. Musik mampu memberi pengaruh emosional makhluk hidup.

3. Musik meningkatkan kerja otot

4. Musik meningkatkan produktifitas, kreatifitas dan imajinasi

5. Musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon “kebahagiaan” (beta endorfin).


Karakter makhluk hidup dapat terbentuk melalui musik, rangkaian nada yang indah akan
membangkitkan perasaan bahagia/semangat positif.

6. Musik mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi. Bermusik akan


menciptakan sosialisasi karena dalam bermusik dibutuhkan komunikasi.
2.3.4. Ruang lingkup

1. intervensi tubuh dan pikiran

2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif

3. cara penyembuhan manual

4. pengobatan farmakologi dan biologi

2.3.5. Etika Pemberian

2.4. Kelemahan terapi komplementer

2.5. Kelebihan Terapi Komplementer

Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain


meningkatkan kesehatan secaralebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi ini terutama akan
dirasakan lebih murahbila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada Tn. A di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta, penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengkajian didapatkan Tn.A
mengalami riwayat hipertensi, kontrol rutin di Puskesmas untuk kontrol dan mengambil
obat serta tidak pernah ikut senam hipertensi atau olahraga. 2. Setelah dirumuskan
masalah maka didapatkan 1 diagnosa yang Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
3. Implementasi yang dilakukan pada Tn. A mulai pada tanggal 2 Juli s/d 4 Juli 2018
sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan dengan
metode tanya jawab, berdiskusi, melatih senam hipetensi, dan penyuluhan. Pada tahap
akhir peneliti melakukan evaluasi pada Keluarga Tn. A dengan masalah utama adanya
riwayat hipertensi pada tanggal 2 Juli s/d 4 Juli 2018, mengenai tindakan keperawatan
yang telah dilakukan berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SOAP.
4.2. Saran
1. Bagi Penulis Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam menerapkan asuhan
keperawatan keluarga khususnya pada pasien riwayat hipertensi, serta sebagai
perbandingan dalam mengembangkan kasus asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama riwayat hipertensi.
2. Bagi Puskesmas Mergangsan Melalui pimpinan puskesmas dan tenaga kesehatan yang
memegang program perkesmas diharapkan hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dalam mengembangkan program perkesmas di keluarga dengan
riwayat hipertensi dan mengoptimalkan asuhan keperawatan keluarga dan melakukan
kunjungan rumah sekali sebulan.
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan


Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut
Kota Manado.Beevers, D.G. (2002). Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah. Jakarta:
Dian Rakyat.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 5 (1) : 20-25.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin Makasar.
Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:
Citra Aji Parama.
Effendi, Nasrul, (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai