Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR


DENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan keluarga
Dosen pengampu : Ns. Novita Wulansari, M.Kep.

Disusun Oleh :
Denissa Dewi Shafna Bella
20101440120027

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2023

1
BAB I
KONSEP KELUARGA

1. Definisi
Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak memiliki
hubungan darah / hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu
keluarga (Whall, 1986).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan. (WHO, 1969)
2. Tipe Keluarga
Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang
yangmengelompokkan
1) Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi
atau keduanya.
b) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek-nenek, paman-bibi)
2) Secara Modern (berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah:
a) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah

2
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu ataukeduanya dapat bekerja di luar rumah.
b) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
c) Middle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
d) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanyaatau salah satu bekerja di rumah.
e) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dananak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
f) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jaraktertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tingal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
i) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

3
3. Tahap Perkembangan Keluarga
1) Keluarga Baru (bargaining family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak, tugas
perkembangankeluarga tahap ini antara lain adalah :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Menetapkan tujuan bersama
c) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial
d) Mendiskusikan rencan memiliki anak atau KB
e) Persiapan menjadi orang tua
f) Memahami prental care (pengertian kehamilan, persalinan dan
manjadiorang tua)
2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
kritiskeluarga.
3) Keluarga dan anak pra sekolah
a) Pemenuan anggota keluarga
b) Membantu anak bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga
e) Pembagian waktu individu, pasangan dan anak
f) Pembagian tanggung jawab
g) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak
4) Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
a) Membantu sosialiasi anak terhadap lingkungan di luar rumah,
sekolahdan lingkungan lebih luas
b) Menyediakan aktivitas untuk anak
c) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak
5) Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
a) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)
b) Memelihara hubungan intim dalam keluarga

4
c) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluargauntuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6) Keluarga dengan anak dewasa ( anak 1 meninggalkan rumah)
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b) Mempertahankan keintiman
c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
d) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
e) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f) Berperan suami-istri kakek nenek
g) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya
7) Keluarga usia pertengahan (Middle age family)
a) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minatsosial dan waktu santai
b) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
c) Keakraban dengan pasangan
d) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
e) Persiapan masa tua/pension
8) Keluarga usia lanjut salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Tugas
perkembangan, Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan,
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan, Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat, Mempertahnkan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat,
Melakukan life review masa lalu (Siregar & dkk, 2020).

5
4. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
5. Struktur Keluarga
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
4) Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

6
6. Peranan Keluarga
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara lain adalah
1) Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga
dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, sosial, mental dan spiritual.

7. Stres dan Koping Keluarga


1) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu ± 6 bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
3) Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional.
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga apabila menghadapi permasalahan

7
BAB II
KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia,
sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Hipertensi, juga dikenal sebagai
tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis jangka panjang di mana tekanan
darah di arteri terus meningkat. Hubungan yang berkelanjutan antara tekanan
darah, kardiovaskuler dan kejadian ginjal membuat perbedaan antara
normotensi dan hipertensi menjadi sulit ketika didasarkan pada nilai-nilai
tekanan darah. Bagaimanapun, sebuah definisi tekanan darah diperlukan
untuk diagnosis hipertensi dan selanjutnya untuk terapi penurunan tekanan
darah guna menurunkan risiko kerusakan organ target (Steven Johanes
Adrian & Tommy. 2019)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg.
Pada populasi Manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmhg dan tekanan diastolik 90 mmhg hipertensi merupakan penyebab utama
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai pembunuh diam-diam
karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakan gejala. Institut
nasional jantung paru dan darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya, Begitu penyakit ini diderita
tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi
merupakan kondisi seumur hidup. (Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, Julius
Fajar Aji Sasmit, dkk 2017).

2. Etiologi
Berdasarkan hasil penelitian adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Hipertensi yaitu diantaranya:
1) Faktor Lingkungan: Sebagian besar kebiasaan merokok dipengaruhi oleh
8
tetangga/teman kerja, budaya memasak gorengan, dan bersantan.
2) Faktor Genetik: Jumlah anggota keluarga yang mengalami hipertensi
3) Faktor Perilaku: kebiasaan merokok, tidak pernah atau tidak teratur
mengkonsumsi obat anti hipertensi, kebiasaan mengkonsumsi kopi,
mengkonsumsi makanan berlemak, mengkonsumsi makanan bersantan,
kurangnya kebiasaan olahraga.
4) Faktor Yankes: Deteksi dini dari Fasilitas Kesehatan kurang.

3. Manifestasi klinik
Gejala yang sering terjadi pada hipertensi adalah:
1) Timbulnya sakit kepala
2) pedarahan dari hidung
3) pusing
4) wajah kemerahan
5) kelelahan

Gejala hipertensi terkadang tidak dirasakan dan menyebabkan seringkali


penderita yang terdiagnosis hipertensi baru diketahui setelah menderita cukup
lama. Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain:
1) Nyeri kepala
2) Gelisah
3) Palpitasi (jantung berdebar)
4) Pusing
5) Leher kaku
6) Penglihatan kabur
7) Nyeri dada
8) Mudah lelah
9) Impotensi

9
4. Patofisiologi dan pathway
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
inibermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Fajri, Yolanda Septina. 2017).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi
angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mengakibatkan keadaan hipertensi (Price) (Fajri, Yolanda Septina. 2017)

10
Pathway
Berikut merupakan penggambaran pathway dari penyakit Hipertensi:

16
5. Komplikasi
1) Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairan yang tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
2) Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3) Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadipenumpukan di dalam tubuh.
4) Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.

6. Pemeriksaan diagnostik
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
1) Pemerikaan Laboratorium
 Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.
 BUN /kreatinin: memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
2) Urinalisa:darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
3) CT scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
4) EKG: dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
5) IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
6) Photo dada: menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas
setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya
perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitan
menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk penurunan berat
badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap antihipertensi.
Apanila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok)
atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 mmHg atau 95
mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai
terapi obat- obatan (Smeltzer Suzanne C. 2011).
Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Kurangi asupan natrium Batasi konsumsi alkohol
3) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
4) Menghindari merokok
5) Penurunan Stress
6) Terapi pijat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin tanggal.
lahir, nomor register, usia, agama, alamat, status perkawinan, pekerjaan,
dan tanggal masuk rumah sakit.
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta
biasanya: sakit kepala pusing, penglihatan buram, mual, detak jantung tak
teratur, nyeri dada..
4) Riwayat kesehatan dulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan
penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
6) Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,takipnea
Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit serebrovaskuler
Episode palpitasi
Tanda:
Peningkatan tekanan darah
Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardia
Murmur stenosis vulvular
Distensi vena jugularis
Kulit pucat, sianosis suhu dingin (vasokontriksi perifer)
Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
7) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: Biasanya pasien sadar, terkadang sedikit gelisah
Tingkat kesadaran: Biasanya Composmentis (dengan GCS 14 –15)
TTV
TD : Bisa terjadi hipertensi td >120/80
N : Biasanya terjadi perubahan denyut nadi
RR : Biasanya pasien bisa sesak atau normal
S : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia
Kepala: Normachepal
Wajah: Biasanya simetris, wajah pucat.
Mata: Biasanya sklera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.
Mulut dan bibir: Lidah kotor, membran mukosa kering, dan pecah-pecah.
Hidung: Biasanya terjadi epitaksis
Telinga: Biasanya tidak terdapat gangguan pendengaran

Thoraks
Paru-paru
Inspeksi: Biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi: Biasanya fremitus kiri dan kanan
Perkusi: Biasanya sonor
Auskultasi: Suara napas bisa normal (vesikuler) atautidak normal
(seperti ronkhi).
Jantung
Inspeksi: Biasanya iktus tidak terlihat
Palpasi: Biasanya iktus teraba di Ric 4
Perkusi: Biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler

Abdomen
Inspeksi: Bentuk cembung
Palpasi: Biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi: Biasanya kembung(meteorismus)
Auskultasi: Biasanya bising usus hiperaktif
Ekstremitas: Lemah anggota gerak dengan kekuatan otot biasanya2
sampai 3, akral teraba hangat, CRT < 2 dtk

2. Diagnosa Keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut dengan
hipertensi :
1) Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
2) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4) Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah ke otak
5) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

3. Rencana Tindakan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan Kesehatan klien individu,
keluarga dan komunitas (T. P. D. PPNI, 2018).
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan dan Kriteri Hasil Tindakan Keperawatan
Keperawatan.
Resiko penurunan Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung (I.02075)
curah jantung Setelah dilakukan tindakan
Observasi
(D.0008) keperawatan selama 24
1. Identifikasi
jam diharapkan curah jantung
tanda/gejala primer
meningkat dengan kriteria
penurunan curah jantung
hasil :
2. Identifikasi
1. Kekuatan nadi
tanda/gejala sekunder
perifermeningkat
penurunan curah jantung
2. Ejection fraction
3. Monitor tekanan darah
(EF)meningkat
3. Palpitasi menurun 4. Monitor intake dan
outputcairan
4. Bradikardia menurun
5. Monitor berat badan
5. Takikardia menurun
setiaphari pada waktu yang
6. Gambaran EKG sama
aritmiamenurun 6. Monitor saturasi oksigen
7. Lelah menurun
7. Monitor keluhan nyeri dada
8. Edema menurun
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor aritmia

10. Monitor nilai laboratorium


jantung
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
13. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik

1. Posisikan pasien semi-fowler


atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai
3. Gunakan stocking elastis atau
pneurematik intermiten
4. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
5. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres
6. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas
fisiksesuai toleransi
2. Anjurkan aktivitas fisik
secarabertahap
3. Anjurkan berhenti merokok

4. Ajarkan pasien dan keluarga


mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberianantiaritmia
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
Nyeri akut(D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keperawatan selama 24
1. Identifikasi lokasi,
jamdiharapkan tingkat nyeri
karakteristik, durasi, frekuansi,
menurun dengan kriteria
kualitas, identitas nyeri.
hasil:
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
3. Identifikasi respon nyeri non
2. Meringis menurun
verbal
3. Sikap protektif menurun
4. Identifikasi factor yang
4. Gelisah menurun memperberat dan
memperinyan nyeri
5. Kesulitan tidur menurun
5. Identifikasi pengetahuan dan
6. Ketagangan otot menurun
keyakinan tentang nyeri
7. Mual menurun 6. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Muntah menurun
7. Monitor efek samping
9. Frekuensi nadi membaik
penggunaan analgetik.
Pola napas membaik
Terapeutik :

1. Berikan teknik
nonfarmotologiuntuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan
yangmemperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :

1. Jelaskan penyebab, periode,


danpemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakannyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik
Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) (L.05047)
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi gangguan fungsi
keperawatan diharapkan
tubuh yang mengakibatkan
tingkataktivitas meningkat
kelelahan
dengankriteria hasil:
2. Monior kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi meningkat
emosional
2. Saturasi oksigen meningkat
3. Monitor pola dan jam tidur
Kemudahan dalam
Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas
ketidak nyamanan selama
sehari- hari meningkat
melakukanaktivitas
4. Kecepatan Edukasi :
berjalanmeningkat
1. Sediakan lingkungan yang
5. Jarak berjalan meningkat
nyaman dan rendah stimulus
6. Kekuatan tubuh bagian 2. Lakukan latihan gerak pasif
atasmeningkat dan/atau aktif
7. Kekuatan tubuh 3. Berikan aktivitas distraksi
bagianbawah yang menegangkan
8. Toleransi dalam 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
menaikitangga meningkat tidur, jika tidak dapat
9. Keluhan lelah menurun berpindahatau berjalan
Terapeutik :
10. Dispnea saat
aktivitasmenurun 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
3. Berikan aktifitas distraksi yag
menenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindahatau berjalan.
Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping
Perfusi perifer Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan
Observasi
(D.0009) keperawatan diharapkan
1. Periksa sirkulasi perifer
perfusiperifer meningkat
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor resiko
1. Denyut nadi gangguan sirkulasi
perifermeningkat 3. Monitor panas, kemerahan,
2. Penyembuhan nyeri, atau bengkak pada
lukameningkat ekstremitas
3. Sensasi meningkat Terapeutik

4. Warna kulit pucat menurun 1. Hindari pemasangan infus


atau pengambilan darah diarea
5. Edema perifer menurun
keterbatasan perfusi
6. Nyeri ekstremitas menurun
2. Hindari pengukuran tekanan
7. Parastesia menurun cdarah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
8. Kelemahan otot menurun
3. Hindari penekanan dan
9. Kram otot menurun
pemasangan tourniquet pada
10. Pengisian kapiler membaik area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
11. Akral membaik
5. Lakukan perawatan kaki dan
12. Turgor kulit membaik
kuku
6. Lakukan hidrasi

Edukasi

1. Anjurkan berhenti merokok

2. Anjurkan berolahraga rutin


Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
(D.0111) (L.12111)
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi kesiapan dan
keperawatan diharapkan
kemampuan
tingkat pengetahuan membaik
menerimainformasi
dengankriteria hasil:
2. Identifikasi faktor-faktor yang
1. Perilaku sesuai anjuran
dapat meningkatkan dan
meningkat
menurunkan motivasi perilaku
2. Verbalisasi minat
dalam hidup bersih dan sehat
3. belajar Terapeutik :
meningkatKemampuan 1. Sediakan materi dan
menjelaskan pengetahuan mediapendidikan kesehatan
tentang suatu topik 2. Jadwalkan
meningkat pendidikankesehatan sesuai
4. Kemampuan kesepakatan
menggambarkan 3. Berikan kesempatan
pengalamansebelumnya untukbertanya
yang sesuai Edukasi :
dengan topik meningkat
1. Jelaskan faktor resiko yang
5. Perilaku sesuai
dapat mempengaruhi
denganpengetahuan
kesehatan
meningkat
2. Ajarkan perilaku hidup bersih
6. Pertanyaan tentang
dan sehat
masalahyang dihadapi
3. Ajarkan strategi yang dapat
menurun
digunakan untuk
7. Persepsi yang keliru
meningkatkan perilaku hidup
terhadapmasalah menurun
bersih dan sehat
8. Menjalani pemeriksaan
yangtidak tepat menurun
9. Perilaku membaik

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor -faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi keperawatan merupakan
tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Dinarti &Muryanti, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Suling, Frits Reinier Wantian. 2018. Buku Hipertensi. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Rahmawaty,Yulia Pratiwi, Dwi Susiloningrum. 2021. Pengobatan Gratis Dan
Sosialisasi “ Hipertensi” Di Desa Cranggang Kudus. Kudus : STIKES
Cendekia Utama.
Steven Johanes Adrian & Tommy . 2019. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan
Tatalaksana Terbaru pada Dewasa. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia
AtmaJaya.
Sari, Rita Kartika & Livana PH. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Hipertensi.
Semarang: Universitas Sultan Agung.
Fajri, Yolanda Septina. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
Pada Lansia Tahap Awal Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.
Padang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Fitra Pringgayuda, Cikwanto, & Zam Zami Hidayat. 2021. Pengaruh Jus
Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi. Pringsewu: Universitas Muhammadiyah Pringsewu.
Sari, Novia Puspita. 2020. Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Hipertensi Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Balikpapan:
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Nuraini, Bianti. 2015. Risk Factors Of Hypertension. Lampung : Majo

Anda mungkin juga menyukai