Anda di halaman 1dari 61

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian keluarga

Penulis akan membahas tentang pengertian keluarga menurut beberapa

ahli, sebagai berikut :

“Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,

dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta social

dari tiap anggota keluarga ( Duvall dan Logan, 1996 dalam Friedman,

1998 dalam Setiawan, 2016 : 1 )

Keluarga diartikan sebagai dua atau lebih individu yang saling tergantung

satu dengan yang lain terhadap berbagai dukungan, diantaranya dukungan

emosional dan ekonomi. Keluarga juga merupakan orang yang

mempunyai hubungan resmi seperti ikatan darah, adopsi, perkawinan atau

perwalian, hubungan social (hidup bersama) dan adanya hubungan

psikologi (ikatan emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe, 2005

dalam Setiawan, 2016 )

Dari beberapa pengertian keluarga tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

10
11

terdiri dari ayah, ibu, dan anak serta hidup bersama dalam satu rumah

mempunyai hubungan darah, hubungan perkawinan dan saling

berinteraksi.

2. Tipe Keluarga

Menurut Setiawan (2016 : 2-3) pembagian tipe keluarga dikelompokkan

menjadi dua yaitu :

a. Secara Tradisional dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduannya.

2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga laian yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek-nenek, paman-bibi).

b. Secara Modern (Berkembangnya peran individu dan meningkatnya

rasa individualism maka pengelompokkan tipe keluarga selain diatas

adalah):

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah


12

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, bail itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

3) Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari aung, istri di rumah/kedua-duanya bekerja

di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/maniti karier

4) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar

rumah.

6) Dual Carier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7) Commuter Maried

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu


13

8) Single Adult

9) Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin

10) Three Generation

11) Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

12) Institusional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-

panti

13) Communal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan

fasilitas.

14) Group Marriage

Satu perumhan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak

15) Unmarried Parent and Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

adopsi

16) Cohabitating Couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
14

17) Gay and Lesbian Family

Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama.

3. Struktur Keluarga

Menurut Setiawan (2016 : 5) struktur keluarga dibagi menjadi dua

yaitu macam dan ciri-ciri struktur keluarga sebagai berikut :

a. Macam-macam keluarga

1) Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

didudun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

didudun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

4) Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.
15

5) Keluarga kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

b. Ciri-ciri keluarga

1) Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton

a) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan

dengan hubugan perkawinan yang sengaja dibentuk atau

dipelihara.

c) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen

Clatur) termasuk perhitungan garis keturuna

d) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

e) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau

rumah tangga.
16

c. Ciri Keluarga Indonesia

1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong royong.

2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan secara musyawarah.

4. Tahap dan Tugas perkembangan keluarga

Perkembnagan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada

sistem keluarga meliputi : perubahan pola interaksi dan hubungan

antara anggotanya sepanjang waktu.

Berikut tahap-tahap perkembangan tersebut beserta fungsi atau tugas

perawat pada setiap tahap perkembangan :

(Duvall, 1985 dalam Setiawan, 2016)

a. Keluarga baru (Berganning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

Membina hubungan intim yang memuaskan.

1) Menetapkan tujuan bersama.

2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok

social.

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

4) Persiapan menjadi orang tua.


17

5) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan

dan menjadi orang tua)

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bln (Child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan

menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari

46 orang tua dinyatakan 17% tidak bermasalah selebihnya

bermasalah dalam hal :

1) Suami merasa diabaikan.

2) Peningkatan perselisihan dan argument.

3) Interupsi dalam jadwal kontinu.

4) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual

dan kegiatan)

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan

pasangan.

3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang

tua -bayi (sentuhan dan kehangatan ibu dan ayah)

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak.

5) Konseling KB post partum 6 minggu.

6) Menata ruang untuk anak.


18

7) Biaya/dana Child Bearing.

8) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.

9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan

pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses

belajar dan kontak social) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

2) Membantu anak bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga

terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.

5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6) Pembagian tanggung jawab.

7) Merencanakan kegiatan dn waktu stimulasi tumbuh dan

kembang anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 th)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah dan lingkungan lebih luas.


19

2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual.

3) Menyediakan aktifitas untuk anak.

4) Menyesuaikan pads ktivitas komuniti dengan mengikuti

sertakan anak.

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya

kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 th)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Pengembangan terhadap remaja ( memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah

seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.

2) Memelihara komunikasi terbuka..

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan

anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup

mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali

fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai

suami istri, kakek dan nenek.


20

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluraga besar.

2) Mempertahankan keintiman.

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru

dimasyarakat.

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya.

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6) Berperan suami-istri kakek dan nenek.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

bagi anak-anaknya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam

mengolah minat social dan waktu santai.

2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.

3) Keakraban dengan pasangan.

4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

5) Persiapan masa tua/pension.


21

h. Keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara

hidup.

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan

kematian.

3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

4) Melakukan life review masa lalu.

5. Peranan keluarga

Menurut Setiawan, 2016 peran keluarga adalah sesuatu yang

diharapkan secara normative dari seorang dalam situasi social tertantu

agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah

laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga.

Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari

oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan

masyarakat.

Dalam UU kesehatan nomer 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan

“setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan

lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa keluarga berkewajiban


22

menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan

tingkat deerajat kesehatan yang optimal.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, anatara

lain adalah :

a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman

bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok social tertentu.

b. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-

anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok

social tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, social dan spiritual.


23

6. Tingkat kemandirian keluarga

Menurut Setiawan, 2016 kemandirian keluarga di bagi menjadi dalam

4 tingkatan yaitu :

a. Keluarga mandiri tingkat pertama (KM-1) Kriteria :

1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.

2) Menerima pelayanan keperawtan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan.

b. Keluarga mandiri tingkat dua (KM-2) Kriteria :

1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

2) Menerima pelayanan keperawtan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan.

3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

4) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

c. Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-3) Kriteria :

1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

2) Menerima pelayanan keperawtan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan.

3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

4) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.


24

6) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

7) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

d. Keluarga mandiri tingkat empat (KM-4)

1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

2) Menerima pelayanan keperawtan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan.

3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

4) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

6) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

7) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

8) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

B. Konsep Dasar Diabetes Mellitus

1. Pengertian diabetes mellitus

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Tiga

komplikasi akut utama diabetes terkait ketidakseimbangan kadar glukosa

yang berlangsung dalam jangka waktu pendek ialah hipoglikemik jangka

panjang dapat berperan menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik


25

(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropatik. Diabetes juga

diikatkan dengan peningkatan insidensi penyakit makrovaskular, seperti

penyakit arteri coroner (infark miokard), penyakit serebrovaskular

(stroke). (Brunner & Suddarth, 2010 : 211).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan

menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular dan

neuropati. (Yuliana elin, 2009 dalam Nurarif & Kusuma, 2015 : 188)

Diabetes Millitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolism kronis

yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan

karena ketidakseimbangan antara supplai dan kebutuhan insulin. Insulin

dalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel

agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang

atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan

glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel.

(Tarwoto, 2012 : 150)

Jadi dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kondisi gula dalam darah

meningkat (hiperglikemi) yang disebabkan oleh gangguan produksi


26

insulin. Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula dalam

darahnya dapat di kontrol dengan cara diet makanan yang baik dan pola

hidup yang sehat.

2. Klasifikasi diabetes mellitus

Menurut WHO, 1985 dan American Diabetes Association, 2003 dalam

Tarwoto, 2012, penyakit DM diklasifikasikan menjadi :

a. Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Millitus

(INDDM) yaitu diabetes mellitus yang bergantung insulin. Diabetes

tipe ini terjadi pada 5% sampai dengan 10% penderita diabetes

mellitus. Pasien sangat tergantung insulin melalui penyuntikan untuk

mengendalikan gula darah.

Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel beta pancreas yang

menghasilkan insulin. Hal ini berhubungan dengan kombinasi antara

faktor genetik, immunologi dan kemungkinan lingkungan, seperti

virus. Terdapat juga hubungan terjadinya diabetes tipe 1 dengan

beberapa antigen leukosit manusia (HLAs) dan adanya aotoimun

antibody sel islet (ICAs) yang dapat merusak sel-sel beta pancreas.

Bagaimana proses terjadinya kerusakan sel beta itu ini tidak jelas.

Ketidakmampuan sel beta menghasilkan insulin mengakibatkan

glukosa yang berasal dari makanan yang tidak disimpan dalam hati

dan tetap berada dalam darah sehingga menimbulkan hiperglikemia.


27

b. Diabetes mellitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM) yaitu diabetes yang tidak tergangtung pada insulin. Kurang

lebih 90% sampai dengan 95% penderita diabetes adalah tipe ini.

Diabetes ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin

(resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Normalnya

insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai

terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa. Pada diabetes

tipe 2 reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang

berperan dalam menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan

pengaturan pelepasan dlukosa dihati. Adanya insuilin juga dapat

mencegah pemecahan lemak yang menghasilkan badan keton.

c. Diabetes mellitus gestasional yaitu diabetes yang terjadi pada masa

kehamilan, dapat didiagnosa dengan menggunakan test toleran

glukosa, terjadi pada kira-kira 24 minggu kehamilan. Individu dengan

diabetes mellitus gestasional 25% akan berkembang menjadi diabetes

mellitus.
28

3. Perbedaan ciri-ciri dari diabetes tipe 1 dan 2

Tabel 2.1
perbedaan ciri-ciri diabetes mellitus tipe 1 dan 2 sebagai berikut:

Ciri-ciri Tipe 1 Tipe 2


Nama lain Insulin dependent Non insulin dependent
diabetes diabetes mellitus
mellitus(IDDM), (NIDDM)
juvenile diabetes
Umur kejadian Umumnya terjadi Biasanya terjadi setelah
sebelum usia 30 umur 30 tahun, tetapi
tahum, tetapi dapat dapat terjadi pada masa
terjadi pada semua anak-anak.
umur.
Insiden Kurang dari 10% Sampai dengan 90%
Tipe kejadian Biasanya berat, Mungkin asimtomatik,
dengan cepat terjadi kejadian perlahan,
hiperglikemia. tubuh beradaptasi
dengan keadaan
hiperglikemia.
Produksi insulin Sedikit atau tidak ada Dibawah normal,
normal atau diatas
normal.
Berat badan saat Ideal atau kurus 85% obesitas, dapat
kejadian pula terjadi pada berat
badan ideal.
Ketosis Mudah terjadi ketosis, Resisten terhadap
jarang terjadi jika ketosis, dapat terjadi
terkontrol. jika disertai infeksi
atau stress.
Manifestasi Polyuria, polydipsia, Jarang terjadi,
polyphagia, manifestasi ringan dari
kelemahan. hiperglikemia.
Menagemen diet Penting dan utama. Penting dan utama.
Menagemen Penting dan utama. Penting dan utama.
aktivitas
Pemberian insulin Tergantung insulin 20-30% pasien
untuk membutuhkan insulin.
mempertahankan
hidup.
Pemberian agen oral Tidak fektif. Efektif.
29

4. Etiologi

Faktor penyebab penyakit diabetes mellitus menurut Black, 2009 yaitu :

a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada diabetes mellitus

tipe 1 diturunkan sebagai sifat heterogen, multigenik. Kembar identic

mempunyai resiko 25%-50%, sementara saudara kandung beresiko 6%

dan anak beresiko 5%.

b. Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella) yang

dapat memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-sel beta

pancreas, obat-obatan dan zat kimia seperti alloxon, streptocin,

pentamidine.

c. Usia diatas 45 tahun.

d. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20%$ berat badan

ideal.

e. Etnik, banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika, asia.

f. Hipertensi, tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.

g. HDL kolesterol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trigiserida

lebih dari 250 mg/dl.

h. Riwayat gestasional diabetes mellitus.

i. Kebiasaan diet

j. Kurang olah raga.

k. Wanita dengan hirsutisme atau penyakit policistik ovary.


30

5. Patofisiologi

Berikut ini patofisiologi Diabetes Mellitus menurut Silbernagl dan lang

(2007 : 288), yaitu :

Pada defisiensi insulin akut, akan terjadi hiperglikemia karena pengaruh

insulin pada metebolisme glukosa tidak ada. Penimbunan glukosa di

ekstrasel menyebabkan hiperosmolaritas. Transport maksimal glukosa

akan meningkat di ginjal sehingga glukosa diekskresikan dalam urin

(glukosuria). Hal ini menyebabkan diuresis osmotic yang disertai

kehilangan air (poliuri), dehidrasi dan kehausan. Dehidrasi menyebabkan

hipovolemia dengan menimbulkan sirkulasi dengan derajat yang sesuai.

Protein juga dipecahkan menjadi asam amino di otot dan jaringan lain.

Pemecahan pada otot bersama dengan gangguan elektrolit akan

menyebabkan kelemahan otot, lipolisis yang terjadi menyebabkan

pelepasan asam lemak ke dalam darah. Penumpukan asam ini akan

menyebabkan asidosis, yang memaksa pasien untuk pernafasan dalam

(pernapasan kussmaul). Oleh karena defisiensi insulin memperlambat

pemecahan lipoprotein, hyperlipidemia menjadi semakin berat.

Metabolisme yang abnormal, gangguan elektrolit dan perubahan volume

sel akibat perubahan osmolaritas dapat mengganggu fungsi neuron dan

menyebabkan koma hyperosmolar atau ketoasidosis.


31

Sel yang tidak dapat mengambil glukosa dalam jumlah yang cukup akan

menyusut karena hiperosmolaritas ekstrasel. Fungsi limfosit yang telah

menyusut akan terganggu karena itu sehingga rentan infeksi.

Hiperglikemi meningkat pembentukan protein plasma yang mengandung

gula sehingga kecenderungan mengalami pembekuan darah dan viskositas

darah mungkin meningkat sehingga risiko thrombosis meningkat. Karena

perubahan ini menyebabkan penebalan membrane basalis dengan

penurunan permeabelitas dan penyempitan lumen (mikroangiopati).

Mikroangiopati pada mata akan menyebabkan retinopati, pada ginjal

menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus, hipertensi dan gagal

ginjal. Sedangkan makroangiopati menyebabkan infark miokard, infark

serebri, dan penyakit pembuluh darah perifer. Untuk lebih jelasnya lihat

pada gambar dibawah ini :


32

Gambar 2.1
Pathway Diabetes Mellitus
Defisiensi Insulin
Proteolisis lipolisis

Kelemahan otot Asam amino asam lemak dalam darah


Glukoneogenesis
Hiperglikemi badan keton

Defisiensi Glikosilasi protein glukosuria H+


glukosa
dalam intrasel diuresis
osmosis Asidosis
viskositas
dan trombosit poliuri pernapasan
hiper poliphagi kussmaul
osmolaritas penebalan makroangiopati
membrane hidrasi
basalis koma
sel menciut kekurangan volume cairan
mikroangiopati
fungsi limfosit
terganggu
stroke hipertensi infark
gagal
Resiko infeksi jantung stoke penyakit pembuluh
darah perifer

(Sumber : Silbernagl & Lang, 2007)


33

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut (Mary Baradero, et al. 2008) yaitu :

a. Diabetes mellitus tipe I

1) Hiperglikemia.

2) Glukosuria, diuresis osmotic, polyuria, polydipsia, polifagia dan

penurunan berat badan, kesemutan dan baal.

3) Gelaja-gejala lain termasuk keletihan, kelemahan dan somnolen

yang terjadi selama beberapa hari/beberapa minggu.

4) Ketoasidosis diabetic (DKA) menyebabkan tanda-tanda dan

gejala-gejala nyeri abdomen, mual, muntah hiperventilasi, nafas

bau buah : jika tidak ditangani, perubahan tingkat kesadaran, koma

dan kematian.

b. Diabetes mellitus tipe II

1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.

2) Gejala-gejala sering kali ringan dan dapat mencakup keletihan,

poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lambat,

infeksi vagina/penglihatan kabur (jika kadar glukosa tinggi)

3) Komplikasi jangka panjang jika Diabetes tidak terdeteksin dalam

waktu selama beberapa tahun (misalnya penyakit mata, hipertensi,

neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer) yang mungkin telah

terjadi sebelum diagnosa actual ditetapkan.


34

7. Komplikasi

Menurut Tarwoto (2012) Pasien dengan diabetes mellitus berisiko terjadi

komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya :

a. Komplikasi akut

1) Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya

terjadi pada NIDDM.

2) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme

lemak dan protein terutama terjadi pada IDDM.

3) Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau

tidak terkontrol.

b. Komplikasi kronis

1) Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-

organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:

a) Retinopati diabetes (kerusakan saraf retina dimata) sehingga

mengakibatkan kebutaan.

b) Neuropati diabetes (kerusakan saraf-saraf perifer)

mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada organ tubuh.

c) Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal) dapat

mengakibatkan gagal ginjal.


35

2) Makroangiopati

a) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard

infark maupun gangguan fungsi jantung karena arteriskelosis.

b) Penyakit vaskuler perifer.

c) Gangguan system pembuluh darah otak atau stroke.

d) Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka

yang tidak sembuh-sembuh.

e) Disfungsi erektil diabetika.

8. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Menurut Tarwoto, (2012) ada 5 penatalaksanaan pada diabetes mellitus

yaitu :

a. Managemen diet DM

kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan

diabetes mellitus. Tujuan yang paling penting dalam managemen

nutrisi dan diet adalah mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake

yang dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal.

Komposisi nutrisi pada diet DM adalah kebutuhan kalori, karbohidrat,

lemak, protein dan serat.


36

Untuk menentukan status gizi dipakai rumus body mass index (BMI)

atau indeks massa tubuh (IMT) yaitu :

BB (Kg)

BMI atau IMT =

(TB(m)) 2

Ketentuan :

- BB kurang = IMT < 18.5

- BB normal = IMT < 18.5-22.9

- BB lebih = IMT > 23

- BB dengan resiko = IMT 23-24.9

- Obes I = IMT 25-29.9

- Obes II = IMT > 30.0

1) Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan (kurus, ideal,

obesitas), jenis kelamin, usia,aktivitas fisik. Untuk menentukan

jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu :

Berat Badan Idaman = (TB(cm) – 100) – 10%

Ketentuan :

- Berat badan kurang = <90% BB Idaman

- Berat badan normal = 90 – 110% BB Idaman

- Berat badan lebih = 110 – 120% BB Idaman


37

- Gemuk = > 120% BB Idaman

Misalnya untuk pasien kurus kebutuhan kalori sekitar 2300-

2500 kalori, berat badan ideal antara 1700-2100 kalori dan

gemuk antara 1300-1500 (kartini sukardji dalam Sidartawan

S, 2007 dalam Tarwoto, 2012)

2) Kebutuhan karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan

kalori tubuh yaitu sekitar 50% - 60%

3) Kebutuhan protein

Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira 10%

- 20% dari kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari

4) Kebutuhan lemak

Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya

dari lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.

Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g perhari dari berbagai bahan

makanan atau ratarata 25 g/hari.

b. Latihan fisik/exercise

Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat

latihan fisik energy yang dipakai adalah glukosa dari asam lemak

bebas. Latihan fisik bertujuan :

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme

karbohidrat.
38

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan

normal.

3) Meningkatkan sensitifitas insulin.

4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan

menurunkan kadar trigliserida.

5) Menurunkan tekanan darah.

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olah raga seperti latihan aerobic,

jalan, lari bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan dalam latihan

fisik pasien DM adalah frekuensi, intensitas, durasi waktu dan jenis

latihan. Misalnya pada olah raga sebaiknya secara teratur 3x/mg,

dengan intensitas 60-70% dari heart rate maximum (220-umur),

lamanya 20-45 menit.

c. Obat-obatan

1) Obat antidiabetik oral atau oral Hypoglikemik Agent (OH) Efektif

pada DM tipe II, jika managemen nutrisi dan latihan gagal.

Jenis obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :

a) Sulfonilurea : bekerja dengan merangsang beta sel pancreas

untuk melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat

jenis ini adalah Glibenklamid, Tolbutamid, Klorpropamid.

b) Biguanida : bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa

di usus, misalnya metformin, glukophage.


39

2) Pemberian hormone insulin

Pasien dengan DM tipe satu tidak mampu memproduksi insulin

dalam tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada pemberian

insulin. Berbeda dengan DM tipe II yang tergantung pada insulin,

tetapi memerlukannya sebagai pendukung untuk menurunkan

glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan.

3) Pendidikan kesehatan

Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan DM adalah

pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu

disampaikan pada pasien DM adalah :

a) Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

penyebab, patofisiologi dan test diagnostic.

b) Diet atau managemen diet pada pasien DM.

c) Aktifitas sehari-hari termasuk latihan dan olah raga.

d) Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya

penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi gangrene

pada kaki dengan latihan senam kaki.

e) Pemberian obat-obatan DM dan cara injeksi insulin.

f) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri.


40

4) Monitoring glukosa darah

Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala

hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah

bagaimana memonitoring glukosa darah secara mandiri dengan

menggunakan glucometer. Pemeriksaan ini penting untuk

memastikan glukosa darah dalam keadaan stabil.

9. Test Diagnostik

Menurut Tarwoto (2012) Untuk menentukan penyakit DM, disamping

dikaji tanda dan gejala yang dialami pasien juga yang penting adalah

dilakukan test diagnostic diantaranya :

a. Pemeriksaan gula darah puasa atau Fasting Blood Sugar (FBS)

1) Tujuan : menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa.

2) Pembatasan : tidak makan selama 12 jam senelum test biasanya

jam 08.00 pagi sampai jam 20.00, minum boleh.

3) Prosedur : darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium.

4) Hasil : normal : 80-120 mg/100 ml serum, abnormal : 140 mg/100

ml atau lebih.

b. Pemeriksaan gula darah postprandial

1) Tujuan : menentukan gula darah setelah makan.

2) Pembatas : tidak ada.

3) Prosedur : pasien diberi makan kira-kira 100 gr karbohidrat, 2 jam

kemudian diambil darah venanya.


41

4) Hasil : normal : kurang dari 120 mg/100 ml serum, abnormal :

lebih dari 200 mg/100 ml atau lebih, indikasi DM.

c. Pemeriksaan toleransi glukosa oral/oral glukosa tolerance test (TTGO)

1) Tujuan : menentukan toleransi terhadap respon pemberian glukosa.

2) Pembatasan : pasien tidak makan 12 jam sebelum test dan selama

test, boleh minum air putih, tidak merokok, ngopi atau minum teh

selama pemeriksaan (untuk mengukur respon tubuh terhadap

karbohidrat), sedikit aktivitas, kurangi stress (keadaan banyak

aktivitas dan stress menstimulasi epinephrine dan kortisol dan

berpengaruh terhadap peningkatan gula darah melalui peningkatan

gluconeogenesis)

3) Prosedur : pasien diberi makanan tinggi karbohidrat selama 3 hari

sebelum test, kemudian puasa selama 12 jam, ambil darah puasa

dan urin untuk pemeriksaan. Berikan 100 gr glukosa ditambah

juice lemon melalui mulut, periksa darah dan urin ½, 1, 2, 3, 4 dan

5 jam setelah pemberian glukosa.

4) Hasil : normal puncaknya jam pertama setelah pemberian 140

mg/dl dan kembali normal 1 atau 3 jam kemudian. Abnormal :

penigkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali setelah 2 atau

3 jam, urin positif glukosa.


42

d. Pemeriksaan glukosa urin

Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak

dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti

aspirin, vitamin C dan beberapa antibiotic, adanya kelainan ginjal dan

pada lansia dimana ambang ginjal terhadap glukosa terganggu.

e. Pemeriksaan keton urin

Badan keton merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak,

dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urin. Jumlah keton

yang besar pada urin akan merubah pereaksi pada strip menjadi

keunguan. Adanya ketonuria menunjukan adanya ketoasidosis.

f. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat meningkat

karena ketidakadekuatan control glikemik.

g. Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbA1c)

Pemeriksaan lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah

adalah glycosylated hemoglobin (HbA1c). Test ini mengukur

presentasi glukosa yang melekat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini

menunjukan kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari

sebelumnya, sesuai dengan usia eritrosit. HbA1c digunakan untuk

mengkaji control glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi

resiko komplikasi. Hasil HbA1c tidak berubah karena pengaruh

kebiasaan makan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbA1c dilakukan

untuk diagnosis dan pada interval tertentu untuk mengevaluasi


43

penatalaksanaan DM, direkomendasikan dilakukan 2 kali dalam

setahun bagi pasien DM. kadar yang direkomendasikan oleh ADA

adalah < 7% (ADA, 2003 dalam Black & Hawks, 2005; Ignativicius &

Workman, 2006).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Diabetes Mellitus

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga dan

kelompok dan masyarakat menggunakan proses keperawatan terdiri dari

pengkajian dan perumusan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian (Evaluasi). Asuhan ini harus didokumentasikan dengan baik agar

berfungsi sebagai dokumen asuhan keperawatan juga berfungsi sebagai

pembuktian legal terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

(NANDA, 2011)

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktek keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini

bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (Setiawan, 2016)

Proses keperawatan keluarga secara khusus mengikuti pola keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, intervensi, dan implementasi serta

evaluasi.

(Suprajitno, 2004 dalam Assidiq, 2016) Pengkajian adalah suatu

tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus


44

menerus tentang keluarga yang dibinanya. Dalam tahap pengkajian keluarga

dengan kasus Diabetes Mellitus data yang diperoleh oleh penulis adalah data

yang berhubungan dengan keluarga diantaranya :

1. Tahap Pengkajian

a. Data umum

1) Identitas Kepala Keluarga

Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika

ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi

keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, umur,

hubungan dengan kepala keluarga, agama, pendidikan, status

imunisasi, dan genogram dalam tiga generasi

2) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe/bentuk keluarga beserta kendala

atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe/bentuk

keluarga tersebut.

3) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan. Kalau ada perbedaan dalam keluarga bagaimana

keluarga beradaptasi terhadap perbedaan tersebut, apakah berhasil

atau tidak dan kesulitan-kesulitan yang masih dirasakan sampai

saat ini sehubungan dengan proses adaptasi.


45

4) Agama

Mengakaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan. Apakah berasal dari agama

dan kepercayaan yang sama, kalau tidak bagaimana proses

adaptasi dilakukan dan bagaimana hasilnya.

5) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oelh keluarga serta barang-barang

yang dimiliki oleh keluarga. Tingkat status social ekonomi :

adekuat bila keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan primer

maupun sekunder dan keluarga mempunyai tabungan ; marginal

bila keluarga tidak mempunyai tabungan dan dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari, miskin bila keluarga tidak dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari secara maksimal, sangat miskin bila

keluarga harus dibantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun

dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktifitas rekreasi. Seberapa sering rekreasi dilakukan dan apa


46

kegiatan yang dilakukan baik oleh keluarga secara keseluruhan

maupun oleh anggota keluarga. Eksplorasi perasaan keluarga

setelah berekreasi, apakah keluarga puas/tidak. Rekreasi

dibutuhkan untuk memperkokoh dan mempertahankan ikatan

keluarga, memperbaiki perasaan masing-masing anggota keluarga

curah pendapat/sharing, menurunkan ketegangan dan untuk

bersenang-senang.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : di tentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti. Contoh : keluarga bapak A mempunyai 2

orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan anak kedua

berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahapan

perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti : menjelaskan mengenai bagaimana

keluaraga terbentuk ( apakah pacaran sebelum nikah, dijodohkan,

terpaksa, dll) riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian terhadap keluarga pencegahan


47

penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa

digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya : dijelaskan mengenai riwayat

kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septicktank, jarak

septicktank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah

rumah. Apakah rumah dan lingkungan sekitar telah memenuhi

syarat-syarat lingkungan sehat, tingkat keamanan dalam

penggunaan fasilitas yang ada di rumah, apakah privasi masing-

masing anggota keluarga adekuat dan eksplorasi perasaan anggota

keluarga tentang keadaan rumah puas/tidak, memadai/tidak.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga meliputi urban, sub

urban, pedesaan hunian, industry, agraris, bagaimana keamanan

jalan yang diigunakan. Karakteristik komunitas setempat meliputi

kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk

setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan,


48

pekerjaan masyarakat, umumnya, tingkat kepadatan penduduk,

stabil/tidak, pelayanan kesehatan/pelayanan social yang ada dan

tingkat kejahatan yang terjadi.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat, tinggal di daerah yang sekarang sudah

berapa lama dan apakah sudah dapat beradaptasi dengan

lingkungan setempat.

4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan oleh keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga berinteraksinya dengan masyarakat. Kepuasan dalam

keterlibatan dengan perkumpulan atau pelayanan yang ada,

bagaimana persepsi keluarga terhadap masyarakat sekitarnya.

5) Sistim pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistim pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas psikologis atau

dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas social atau dukungan

dari masyarakat setempat. Dapat digambarkan dengan

menggunakan genogram dan ekomap.


49

d. Penilaian tingkat kemandirian keluarga

Tabel 2.2
Penilaian tingkat kemandirian keluarga

Tanggal Masalah Masalah Kriteria keluarga mandiri Kategori/

kesehatan keperawatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 simpulan

(Sumber : petunjuk pengisian family folder, Dinas kesehatan Provinsi Jawa

Barat 2009)

Keterangan :

Kriteria keluarga mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda ceklis

pada kolom dengan angka 1-10 sesuai dengan kriteria berikut ini :

1) Keluarga mengetahui masalah kesehatan dengan kriteria :

a) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari

masalah kesehatan yang ada.

b) Keluarga dapat menyebutkan penyebab masalah kesehatan.

c) Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan

d) Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah.


50

2) Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dengan

kriteria :

a) Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.

b) Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah

kesehatan tersebut.

c) Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan

masalah kesehatan tersebut.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah

kesehatan dengan kriteria :

a) Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan

fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. (sumber daya dapat

berupa pembiayaan untuk kesehatan , alat p3k, KMS, dan kartu

kesehatan keluarga)

b) Keluarga terampil melaksanakan perawatan anggota keluarga

(preventif, promotif, dan kuratif)

c) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung

kesehatan.
51

Kategori keluarga mandiri/simpulan dibuat berdasarkan penjumlahan

kriteria diatas, masing-masing kriteria memiliki nilai satu. Pembagian

kategori berdasarkan pengelompokkan sebagai berikut :

a) Keluarga mandiri I (KM I) : skornya 1 – 4

b) Keluarga mandiri II (KM II) : skornya 5 – 7

c) Keluarga mandiri III (KM III) : skornya 8 – 10

Kesimpulan :

Kesimpulan yang didapat dari pengkajian ini, yaitu tingkat

kemandirian keluarga sesuai dengan penjelasan diatas kolom

kesimpulan diisi dengan cara menuliskan KM I atau KM II atau KM

III sesuai dengan data yang didapat.

e. Struktur keluarga

1) Pola komunkasi antar anggota keluarga menggunakan sistem

tertutup atau terbuka, kualitas dan frekuensi komunikasi yang

berlangsung serta isi pesan yang disampaikan

2) Struktur kekuatan keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga dalam membuat keputusan

3) Struktur dan peran keluarga

Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal


52

4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok

atau komunitas serta bagaimana nilai dan norma tersebut

mempengaruhi status kesehatan keluarga

f. Fungsi keluarga

1) Fungsi Afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan

dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan

psikososial dalam keluarga, dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku

3) Fungsi pemenuhan (perawatan / pemeliharaan) kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan

keluarga mengenai sehat – sakit kesanggupan keluarga melakukan

pemenuhan tugas perawat keluarga yaitu :


53

a) Mengenai masalah kesehatan keluarga

Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah

kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan

yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Sejauh mana keluarga mengerti mengenal sifat dan luasnya

masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap

masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan

penyakit, mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan,

dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya

terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah

terhadap tindakan dalam mengatasi masalah

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,

mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang

dibutuhkan, mengetahui sumber – sumber yang ada dalam

keluarga, mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan

untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit

d) Mempertahankan suasan rumah

Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang

dimiliki keluarga, keuntungan atau manfaat pemeliharaan


54

lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan

kekompakan antar anggota keluarga

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,

memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,

tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan

fasilitas kesehatan tersebut terjangkauh oleh keluarga

4) Fungsi Reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota

keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga

5) Fungsi Ekonomi

Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan

lingkunga rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga

g. Stres dan Koping Keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan

Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini dialami yang

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan


55

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi stresor

yang ada

3) Strategi koing yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga yang tidak

adaptif) ketika keluarga menghadapi masalah.

Adapun data subjektif yang harus dikaji pada keluarga dengan Diabetes

Mellitus meliputi :

a. Psikososial/emosional.

b. Persepsi mengenai penyakit Diabetes Mellitus dan bagaimana

Diabetes Mellitus memengaruhi hidup klien.

c. Kegiatan sehari-hari (pekerjaan, kegiatan sosial, dan peranan klien

dalam keluarga).

d. Pengetahuan klien mengenai stressor dalam hidupnya.

e. Strategi koping yang sedang dipakai.

f. Sistem pendukung.

g. Pengetahuan tentang konsep Diabetes Mellitus, efek keadaan

metabolik yang tidak terkendalikan, pengobatan serta serta efek

dan efek samping.


56

h. Riwayat keluarga : perolehan makanan dan konsumsi makanan,

cara memasak makanan, serta adanya anggota keluarga dengan

Diabetes Mellitus.

Pemeriksaan fisik pada keluarga dengan diabetes mellitus meliputi :

i. Kardiovaskular : masalah tekanan darah, nyeri dada, nyeri kaki

waktu menggerakkan badan, dan obat yang dipakai.

j. Neurovaskuler : riwayat perubahan penglihatan, bicara, pusing,

sakit kepala, bingung, dan gejala neuropati (kesemutan, kebas, dan

rasa nyeri saat istirahat bisa hilang saat melakukan kegiatan)

k. Gastrointestinal : perubahan berat badan, diare dan konstipasi.

l. Urinarius : perubahan frekuensi dan inkontinens.

m. Seksual : perubahan menstruasi dan persetubuhan pada wanita, dan

kesulitan ereksi pada pria.

n. Penglihatan kabur.

data objektif yang harus dikaji, meliputi :

a. Berat dan tinggi badan.

b. Emosional/mental : orientasi, responsif, kesadaran dan respons

pasien cocok.

Pemeriksaan fisik pada keluarga dengan diabetes mellitus meliputi :

c. Neuromaskuler : ketajaman penglihatan, motorik seperti rentang

gerak dan kekuatan otot, ekstremitas atas dan bawah. Sensorik

seperti sentuhan, temperatur, nyeri dan refleks tendon.


57

d. Kardiovaskuler : tekanan darah (posisi baring dan berdiri) serta

nadi radial dan tibial.

e. Gastrointestinal : bunyi peristaltis.

f. Urinarius : asupan dan haluaran.

g. Kelamin : sekresi dan iritasi`

h. Kulit : utuh, temperatur, kelembaban, lesi dan distribusi rambut

tubuh.

(Sumber : Baradero, 2009 dalam KTI Assidiq, 2016).

2. Analisa data

Analisa data menurut Gusti, 2013 kegiatan yang dilakukan yaitu

menetapkan masalah kesehatan keluarga yang diangkat dari lima tugas

keluarga, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat


58

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual dan potensial ( Allen, 1998 dalam Gusti, 2013 :

59). Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi :

a. Problem atau masalah

Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang

dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.

b. Etiologi atau penyebab

Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu

kepada lima tugas keluarga, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat


59

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari

diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :

1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan

persepsi)

2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)

3) Dan ketidakmampuan (kuragnya keterampilan terhadap suatu

prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik

finansial, sistem pendukung, lingkungan fisik dan psikologis)

c. Tanda (sign) dan gejala (symtom)

Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari

keluarga secara langsung atau tidak langsung

Tipologi Diagnosis Keperawatan menurut NANDA, 2011 dalam

Setiawan, 2016 yaitu :

1) Aktual

Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau

proses kehidupan yang benar nyata pada individu, keluarga,

komunitas. Beberapa diagnosa actual :

a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

b) Gangguan menelan

c) Gangguan pola tidur

d) Disfungsi proses keluarga

e) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga


60

2) Potensial mencangkup promosi kesehatan/sejahtera

Diagnosis promosi kesehatan dapat digunakan di selurih status

kesehatan. Namun kesiapan individu, keluarga, dan masyarakat

untuk melakukan promosi kesehatan mempengaruhi mereka untuk

mendapatkan diagnosis promosi kesehatan.

a) Kesiapan meningkatkan nutrisi

b) Kesiapan meningkatkan komunikasi

c) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan

d) Kesiapan meningkatkan pengetahuan

e) Kesiapan meningkatkan religiositas kesiapan meningkatkan

pengetahuan

f) Kesiapan meningkatkan koping kesiapan

g) Meningkatkan koping keluarga kesiapan

h) Meningkatkan koping komunitas

3) Risiko

Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi

kesehatan/proses kehidupan yang mungkin berkembang dalam

kerentanan individu, keluarga, komunitas.setiap label dari risiko

diawali dengan frase: risiko. Diantaranya yaitu :

a) Risiko kekurangan volume cairan

b) Risiko konstipasi

c) Risiko intoleran aktifitas


61

d) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua

e) Risiko distress spiritual

Tabel 2.3
Skala prioritas diagnosa keperawatan

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah :
a. Aktual (Tidak / kurang sehat) 3 1
b. Ancaman Kesehatan 2
c. Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. RendahB 1
4 Menonjol masalah
a. Masalah berat harus segera ditangani 2
1
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu harus
1
segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
( Sumber : Baylon & Maglaya dalam Setiawan, 2016)
62

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat

2) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan

dengan bobot

Skor yang diperoleh


X Bobot
Skor tertinggi
3) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan

jumlah bobot, yaitu 5)

d. Diagnosa Keperawatan keluarga yang Mungkin Muncul pada Klien

dengan Diabetes Mellitus

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga dengan

Diabetes Mellitus.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan Diabetes Mellitus.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada bagi anggota

keluarga dengan Diabetes Mellitus.

4) Kelelahan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.


63

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga dengan

Diabetes Mellitus.

(Wijayaningsih, 2012, Friedman 1981 dan Suprajitmo, 2004 dalam

KTI Assidiq, 2016).

4. Perencanaan keperawatan

Menurut Setiawan, 2016 perencanaan keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk membantu

keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan

anggota keluarga.

Tujuan dari perancanaan keperawatan keluarga adalah sebagai alat

komunikasi antar perawat dalam memberikan askep keluarga,

meningkatkan kesinambungan askep yang diberikan pada keluarga,

mendokumentasikan proses dan kriteria hasil sebagai pedoman bagi

perawat dalam melakukan tindakan kepada keluarga serta melakukan

evaluasi.

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :

1) Menentukan sasaran atau goal

Sasaran adalah tujuan umum yang merupukan tujuan akhir akan

dicapai melalui segala upaya, dimana masalah (Problem) digunakan

merumuskan tujuan akhir (TUM)

2) Menentukan tujuan atau objektif


64

Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih

terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang

akan dilakukan, dimana penyebab (Etiologi) digunakan untuk

merumuskan tujuan (TUK)

3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan

Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat

masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan

masalah

4) Menentukan kriteria dan standar kriteria

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk

mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukan tingkat

performance yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku

yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai

Standar mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu

pada 3 hal yaitu :

1) Pengetahuan (kognitif)

Intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan,

motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan

keperawatan keluarga
65

2) Sikap (afektif)

Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon

emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap

terhadap masalah yang dihadapi

3) Tindakan (psikomotor)

Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam

perubahan perilaku yang merugikan ke perilaku yang menguntungkan

Perencanaan keperawatan keluarga mencakup :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

1) Memberikan informasi

2) Memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara :

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan


66

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara :

1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

selama melakukan tindakan, anda diharapkan tetap mengumpulkan

data baru, seperti respon klien terhadap tindakan atau situasi yang

bergantian dan perubahan-perubahan situasi. Yang harus menjadi

perhatian adalah pada keadaan ini perawat harus fleksibel dalam

menerapkan tindakan. Beberapa kendala yang sering terjadi dalam

implementasi adalah ide yang tidak mungkin, pandangan negative

terhadap keluarga, kurang perhatian terhadap kekuatan dan

sumber-sumber yang dimiliki keluarga serta penyalahgunaan

budaya atau gender.


67

Tabel 2.4
Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Diabetes Mellitus

No Diagnosa keluarga yang Intervensi Tujuan Kriteria


mungkin muncul evaluasi

1 Kekurangan volume 1. Pantau Tandatanda Vital. Keluarga Tidak


cairan berhubungan mampu terjadi
dengan 2. Pantau suhu, warna Mengenal kekuranga
ketidakmampuan kulit, atau kelembabannya. masalah n volume
keluarga mengenal kesehatan cairan
masalah kesehatan anggota
anggota keluarga 3. Kaji adanya perubahan keluarga
dengan Diabetes mental/sensori. dengan
Mellitus. Diabetes
Mellitus
2 Perubahan nutrisi 1. diit dan pola makan klien Keluarga Nutrisi
kurang dari kebutuhan serta bandingkan dengan mampu terpenuhi
tubuh berhubungan makanan yang dapat merawat
dengan dihabiskan klien. anggota
ketidakmampuan keluarga
keluarga merawat 2. Auskultasi bising usus, catat dengan
anggota keluarga adanya nyeri abdomen/perut Diabetes
dengan Diabetes kembung, mual, muntahan Mellitus.
Mellitus. makanan yang belum dicerna,
pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.

3. Identifikasi makanan yang


disukai termasuk kebutuhan
etnik atau kultur.

4. Timbang berat badan setiap


hari atau sesuai dengan
indikasi.

5. Kolaborasi melakukan
pemeriksaan gula darah
dengan menggunakan “finger
stiek”.
68

3 Resiko tinggi infeksi 1. Kolaborasi melakukan Keluarga Tidak ada


berhubungan dengan pemeriksaan kultur dan mampu resiko
ketidakmampuan sensitifitas sesuai dengan menggunakan infeksi.
keluarga menggunakan indikasi. fasilitas
fasilitas kesehatan yang kesehatan
ada bagi anggota 2. Kolaborasi pemberian anti yang ada bagi
keluarga dengan biotik yang sesuai. anggota
Diabetes Mellitus. keluarga
dengan
diabetes
mellitus.
4 Kelelahan berhubungan 1. Diskusikan dengan klien Keluarga Kelelahan
dengan kebutuhan akan aktivitas. mampu dapat
ketidakmampuan merawat diatasi
keluarga merawat 2. Berikan aktivitas alternatif anggota
anggota keluarga dengan periode istirahat keluarga
dengan Diabetes yang cukup/tanpa diganggu. dengan
Mellitus. Diabetes
3. Pantau nadi, frekuensi Mellitus.
pernapasan dan tekanan
darah sebelum atau sesudah
melakukan aktivitas.

4. Tingkatkan partisispasi klien


dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
yang dapat Ditoleransi

5 Kurang pengetahuan 1. Ciptakan lingkungan saling Keluarga Pengetahu


berhubungan dengan percaya dengan mampu an
ketidakmampuan mendengarkan penuh mengenal keluarga
keluarga mengenal perhatian dan selalu ada masalah bertambah
masalah kesehatan untuk klien. kesehatan .
anggota keluarga keluarga
dengan Diabetes 2. Kerjasama dengan klien dengan
Mellitus. dalam menata tujuan belajar Diabetes
yang diharapkan. Mellitus.

3. Berikan informasi tentang


pengertian, penyebab dan
tanda gejala Diabetes
69

Mellitus.

4. Identifikasi sumbersumber
yang ada di masyarakat, bila
ada
(sumber : Wijayaningsih, 2012, Friedman 1981 dan Suprajitmo, 2004 dalam KTI

Assidiq, 2016).

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga

dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat

keluarga untuk mendapatkan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat.

Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan

keperawatan yang telah disusun. (Setiawan, 2016)

6. Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan

pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada

setiap tahap proses keperawatan. (Setiawan, 2016)

Metode evaluasi keperawatan, yaitu :

a. Evaluasi formatif (proses)


70

Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan

bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini

biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau meggunakan sistem

SOAP.

S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secra subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan. Misal : anak D nafsu makannya

lebih baik.

O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setela dilakukan

intervensi keperawatan. Misal : Berat Badan naik 1 kg dalam 1 bulan

A : Anslisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada

tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan

P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga

pada tahap evaluasi

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Evaluasi yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem

penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk cacatan naratif atau

laporan ringkasan.

Anda mungkin juga menyukai