Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh :
Fina Susantri
NIM. 20300017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2020/2021
2

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KEBUTUHAN


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA BALITA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. WHO (1969) dalam

Harnilawati (2013)

Menurut Depkes (1998) dalam Bakri (2020) mengemukakan

bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat dan tinggal satu atap dalam keadaan saling ketergantungan..

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan keluarga merupakan

unit terkecil dari masyarakat yang saling berhubungan menjadi ikatan

keluarga melalui pertalian darah, perkawinan atau pun adopsi.

2. Ciri-Ciri Dan Sifat Keluarga

Menurut Robert Maclver dan Charles Morton Page (2013) dalam

Panata (2018) keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan ,

b. Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara,

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan,


3

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak,

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga.

3. Tipe Keluarga

Menurut Anderson Carter (2013), keluarga terdiri atas :

a. Keluarga inti (Nuclear Family): kelurga yang terdiri atas ayah, ibu dan

anak-anak,

b. Keluarga besar (extended family): keluarga inti ditambah dengan

sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan

sebagainya,

c. Keluarga berantai (serial family): keluarga yang terdiri atas wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti,

d. Keluarga duda atau janda (single family): keluarga ini terjadi karena

adanya perceraian dan kematian,

e. Keluarga berkomposisi : keluarga yang perkawinannya berpoligami

dan hidup secara bersama-sama,

f. Keluarga kabitas : dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi

membentuk satu keluarga

Pembagian tipe keluarga menurut Setiadi (2008) dalam Panata

(2018), keluarga terdiri atas :


4

a. Secara tradisional

1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah ibu dan anak yang di peroleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya.

2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

aggota keluarga lain yang masih memunyai hubungan darah

(kakek, nenek, paman, bibi)

b. Secara modern

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, anak ) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sangsi-sangsi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkwinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya baik itu bawaan dari perkawinan yang lama maupun hasil

dari perkawinan baru, satu / keduanya dapat bekerja diluar rumah

3) Niddle Age / Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, Istri di rumah / kedua-duanya bekerja

di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah

/perkawinan/karier

4) Dyadic Nuclear
5

Suami istri sudah merumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangnya

dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

6) Dual Carrier

Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak

7) Commuter Married

Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu. Keduanya sering mencari pada waktu tertentu

8) Single Adult

Wanita atau pria biasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin

9) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebi tinggal dlam satu rumah

10) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti.

11) Comunall

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogomi dengan anak-anaknya dan bersana-sama dalam

penyediaan fasilitas.

12) Group Marriage


6

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di

dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin

dengan orang lain dan semua adalah orang tua dari anak.

13) Unmaried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

adopsi.

14) Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan

perkawinan.

15) Gay and Lesbian Family

Keluarga atau pasangan yang di bentuk oleh pasangan yang

berjenis kelamin sama.

4. Tugas dan tahap perkembangan keluarga

Tabel 1
Tugas dan tahap perkembangan keluarga menurut Duval (1985)
dalam Widagdo dkk (2016)

Tahap Siklus
Tugas Perkembangan Keluarga
Kehidupan keluarga
Tahap I (Keluarga 1) Membangun Perkawinan yang saling
pemula) memuaskan
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis
3) Keluarga berencana
Tahap II (keluarga 1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah
sedang mengasuh unit yang mntap (mengintegrasikan bayi baru
anak) ke dalam keluarga
2) Rekonsiliasi tugas-tugas yang bertentangan
dan kebutuhan anggota keluarga
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
7

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga


besar dengan menambah peran-peran orang tua
dan kakek-nenek
Tahap III (keluarga 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
dengan anak usia rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan
prasekolah) 2) Mensosialisasikan anak
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang
lain
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan
orang tua dan anak)
Tahap IV (keluarga 1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk
dengan anak usia meningkatkan prestasi sekolah dan
sekolah ) mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga
Tahap V (keluarga 1) Menyeimbangkan kebiasaan dengan tanggung
dengan anak usia jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
remaja) semakin mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka
Tahap VI (keluarga 1) Memperluas siklus keluarga denga memuaskan
yang melepaskan anggota keluarga yang baru didapatkan melalui
anak usia dewasa perkawinan anak-anak
muda) 2) Melanjutkan untuk memperbahani dan
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-
sakitan dari suami maupun istri
Tahap VII (keluarga 1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan
dengan orang tua kesehatan
usia pertengahan) 2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang
memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua lansia dan anak-anak
3) Memperkokoh hubungan perkawinan
Tahap VIII 1) Mempertahankan pengaturan hidup yang
(keluarga dengan memuaskan
orag tua lanjut usia) 2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
8

pasangan

5. Struktur keluarga

Friedman dalam Bakri (2020) menyatakan bahwa struktur yang dimaksud

adalah:

a. Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah

hubungan tak hanya bagi keluarga melainkan berbagai macam

hubungan. Didalam keluarga komunikasi yang dibangun akan

menentukan kedekatan antara anggota keluarga. Pola komunikasi ini

juga menjadi ukuran kebahagiaan sebuah keluarga

b. Struktur Peran

Struktur peran merupakan serangkaian perilaku yang

diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Bapak berperan

sebagai kepala keluarga, ibu berperan dalam wilayah domestik, anak

dan lainnya memiliki peran masing-masing dan diharapkan saling

mengerti dan mendukung.

c. Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan keluarga menggambarkan adanya kekuasaan

atau kekuatan dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk

mengendalikan dan mempengaruhi anggota keluarga. Kekuasaan ini

terdapat pada individu di dalam keluarga untuk mengubah perilaku

anggotanya ke arah positif, baik dari sisi perilaku maupun kesehatan


9

d. Nilai-nilai dalam Kehidupan Keluarga

Nilai-nilai dalam keluarga tidak hanya dibentuk oleh keluarga

itu sendiri, melainkan warisan yang dibawa dari keluarga istri ataupun

suami. Perpaduan dua nilai yang berbeda inilah yang kemudian

melahirkan nilai-nilai baru bagi sebuah keluarga.

6. Fungsi dan Peran Keluarga

Fungsi dan peran keluarga merupakan hal penting yang harus

dijalankan dan dipatuhi oleh setiap anggotanya. Jika salah satu anggota

keluarga tidak taat, organisasi keluarga akan terhambat. Hal ini akan

berdampak buruk dan tertundanya tujuan yang sudah direncanakan (Bakri,

2020).

a. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi pokok keluarga menurut Friedman (1998)

dalam Harnilawati (2013) yaitu:

1) Fungsi Afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi Sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah

3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan keluarga.


10

4) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk mememnuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.

Menurut Effendi dalam Bakri (2020), ada tiga fungsi pokok

keluarga terhadap anggota keluarganya, yaitu :

1) Asih

Memberikan kasih sayang, perhatian, perasaan aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia kebutuhannya.

2) Asuh

Memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak

agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mereka tumbuh

menjadi anak-anak sehat, baik fisik, mental, spiritual dan sosial

3) Asuh

Memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga mereka

siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan

masa depannya.

b. Peran keluarga
11

Peran keluarga dapat dipahami sebagai harapan tentang

serangkaian perilaku yang terbentuk atas batas norma di lingkungan

sosial. Jika individu sebagai anggota keluarga tidak menjalankan

perannya dengan benar, maka sistem keluarga akan terhambat (Bakri,

2020).

Peran formal keluarga bersifat eksplisit dan tampak secara jelas

pelaksanaannya. Peran formal keluarga ditentukan berdasarkan posisi

normatif individu dalam keluarga.

Pelaksanaan peran formal keluarga (Bakri, 2020) terbagi menjadi:

a. Peran Parental

Peran parental didasari oleh delapan peran sosial suami-ayah

dan istri-ibu yang terdiri dari penyedia kebutuhan, pengatur rumah

tangga, pengasuh, rekreasi, sosialisasi, kekerabatan (antara dua pihak

keluarga ayah dan ibu), terapeutik, dan peran seksual (Bakri, 2020).

Namun dalam pelaksanaannya, peran keluarga dapat dimodifikasi,

dilimpahkan, dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Peran

parental dalam keluarga terbagi menjadi:

1) Peran Ayah (Pria dalam Keluarga)

Peran ayah dalam keluarga terdiri dari pengontrol moral,

pencari nafkah dan model peran seks serta partner ibu, pemberi

semangat, pelindung, pemberi perhatian, pengajar, teman, dan

penyedia kebutuhan (Bakri, 2020).


12

Peran pengontrol moral diartikan ayah menjadi sosok

pengambil keputusan dan pemimpin dalam keluarga. Peran pencari

nafkah menggambarkan sosok ayah merupakan pemenuh dan

penyedia kebutuhan keluarga namun tidak ikut andil dalam

merawat anak. Sedangkan peran model seks merupakan peran

dalam membentuk identitas gender pada anak (Bakri, 2020)

2) Peran Ibu (Wanita dalam Keluarga)

Peran wanita dalam keluarga saat ini telah mengalami

perubahan yang berimbas pada perubahan peran perilaku pasangan

mereka. Peran ibu diartikan sebagai tanggung jawab wanita dalam

mengurus keluarga seperti merawat anak, mengontrol pekerjaan

rumah tangga, menciptakan karir bagi diri mereka sendiri serta

pengatur keuangan, role model, psikolog keluarga, perawat

keluarga, satpam bagi anak-anaknya (Bakri, 2020).

b. Peran Pernikahan

Peran pernikahan dalam pelaksanaannya berbeda dengan peran

parental. Fokus peran pernikahan terletak pada interaksi pasangan

sebagai suamiistri bukan sebagai orang tua-anak. Pelaksanaan peran

pernikahan berjalan sejajar dengan peran parental, artinya peran

pernikahan mampu mempengaruhi pelaksanaan peran parental (Bakri,

2020).

7. Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan


13

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.

Menurut Friedman (1998) dalam Harnilawati (2013) membagi lima tugas

keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,

maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan

terjadinya perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar

perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka

segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat

dikurangi atau bahkan teratasi jika keluarga mempunyai keterbatasan

yang meminta bantuan orang lain di lingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan perawatan bagi anggota keluarganya yang sakit

Perawat ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama


14

atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah suasana rumah

yang sehat

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat (dari

segi fisik, psikis,ekonomi) hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana

keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,

sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat, sejauh mana

mengetahui upaya pencegahan penyakit, sejauh mana sifat/pandangan

keluarga terhadap higienis dan sanitasi dan sejauh mana kekompakan

antar anggota keluarga

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang

perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga memahami keuntungan-

keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan sejauh mana

tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.

8. Sasaran Keperawatan Keluarga

Sasaran keperawatan keluarga menurut Depkes, RI (2010) dalam

Widagdo dkk (2016) adalah sebagai berikut:

a. Keluarga sehat
15

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi

tidak mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan

antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan

tumbuh kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama

pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih

anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki

kebutuhan untuk menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan

anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan status

kesehatan.

c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut

pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca

hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan

pembedahan, dan penyakit terminal.

B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


16

DAFTAR PUSTAKA

Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam.
Panata, Jum. (2018). Aku Perawat Komunitas. Yogyakarta: Gava Media.
Widagdo, W & Khalifah, SN. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas,
Jakarta: Kemenkes RI.
Bakri, Maria H. (2020). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka
Mahardika.

Anda mungkin juga menyukai