Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Oleh :

I Kadek Krisma Ari Sanjaya (2014901155)


FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Keluarga
a. Pengertian Keluarga
1) Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2018).
2) Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental dan emosional serta sosial individu-individu yang ada di
dalamnya dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan
adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.
(Duval, 2017).
3) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI,
2014)
4) Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga berinteraksi
satu dengan lainnya dalam perzn dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya. (Bailon, 2018).
b. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2018) ada lima fungsi keluarga :
1) Fungsi Afektif
Yaitu yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
dasar kekuatan keluarga, fungsi efektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial.
Anggota keluarga mengernbangkan gambaran dirinya yang positif,
peranan yang dimiliki dcngan balk dan penuh rasa kasih sayang.
2) Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkemhangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan melaksanakan perannya dalam
lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan
sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya
perilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu mampu
berperan di dalam masyarakat.
3) Fungsi Reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi rnemenuhi kebutuhan keluarga seperti : makanan, pakaian,
perumahan dan lain-lain.
5) Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian. perlindungan dan
asuhaan kesehatan/keperawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhaan
keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga dan individu.
Fungsi yang lain yang dapat dijalankan sebagai beril:ut :
1 ) Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d) Memelihara dan m~rawat anggota keluarga.
2) Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membantu norma-norrna tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b) Pengaturan penggunaan, penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang misalnya : pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Effendy,
2018).
c. Tipe Keluarga
1) Tipe-tipe kcluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah
pemahaman tentang keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga antara lain :
a) Keluarga lnti (Konjugal)
Yaitu keluarga yang menikah sebagai orang tua atau pemberian
nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak
kandung, anak adopsi atau keduanya.
b) Keluarga Orientasi (Keluarga Asal)
Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c) Keluarga Besar
Yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah),
yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu
teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak keluarga",
kakek/nenek, tante, paman dan sepupu. (Friedman, 2018).
2) Tipe / Bentuk Keluarga
a) Kcluarga Inti (Nuciear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga Besar (Exstended Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sehagainya.
c) Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d) Keluarga Duda/Janda (Single Family)


Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga Berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama.
f) Keluarga Kabitas (Cahabitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga (Effendy N, 2018).
d. Tingkat Perkembangan Keluarga
Seperti individu yang mengalami tahap peirtunnbuhan dan perkembangan
yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-
tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun delapan tahap siklus
kehidupan keluarga antara lain :
1) Tahap I Keluarga Pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap
pernikahan).
Tugasnya adalah :
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
d) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang
tua).
2) Tahap II Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak (anak tertua adalah
bayi sampai umur 30 bulan). Tugasnya adalah :
a) Membentuk keluarga muda sebagal sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
b) Rekonsiliasi tugas-~ugas perkembangan yang bertentangan dan
kehutuhan anggota keluarga.
c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran, orang tua dan kakek dan nenek.
3) Tahap III Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah (anak tertua berumur 2
hingga 6 tahun).
tugasnya adalah :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
b) Mensosialisasikan anak.
c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalarn (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
4) Tahap IV Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (anak tertua
berumur 6 hingga 13 tahun).
Tugasnya adalah
a) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat.
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
5) Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (anak tertua berumur 13
hinnga 20 tahun).
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
6) Tahap VI Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan
rumah).
Tugasnya adalah :
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami
maupun istri.
7) Tahap VII Orang Tua Usia Pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).
Tugasnya adalah :
a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkar, kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh
arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
c) Memperkokoh hubungan perkawinan.
8) Tahap VIII Keluarga dalam Masa Pensiun Dan Lansia (juga menunjuk
kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga
pasangan yang sudah meninggal dunia).
Tugasnya adalah
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
b) Menyesuaikau terhadap pendapatan yang menurun.
c) Mempertahankan hubungan perkawinan.
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup). (Friedman, 2018).
e. Lima Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
I ) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan rnerupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan.
2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Perawatan dapat dilakukan diinstitusi pelayanan kesehatan atau di
rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga
(Suprajitno, 2014).

2. Konsep Dasar Hipertensi


a. Pengertian
1) Hipertensis adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Brunner and
Suddarth, 2012).
2) Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan atau
diastolik yang tidak normal dimana tekanan darah sistolik melebihi 160
mmHg dan diastolik melebihi 95 mmHg. (Sylvia A. Price, 2015, hal.
533)
3) Hipertensis adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 90 mmHg atau bila pasien memakai obat antihipertensi. (Arief
Mansjoer, 2015)
4) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam
pengobatan antihipertensi ini menurut The Sixth Report of the joint
national committee on prevention, detection, evaluation and treatment
of high blood pressure (1997).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan
yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik
dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. (Slamet Suyono, 2011).
5) Hipertensis adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri
dimana tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih atau tekanan
diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih atau keduanya. Pada tekanan
darah tinggi biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolic.
b. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
tapi sampai saat ini untuk hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya. Sedangkan pada hipertensi sekunder diketahui
penyebabnya yaitu : disebabkan oleh penyakit lain, seperti
glomerulonefritis akut, glomerulonefi -itis kronis, pyelonefritis kronik,
penyempitan arteri renalis, diabetes melitus, obat-obatan dan pil KB.
Tekanan darah dipengaruhi juga oleh curah jantung dan tahanan
perifer. Sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung
yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer
yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Peningkatan
tekanan perifer sebagai akibat perubahan struktural pada pembuluh darah
jantung akan menyebabkan aktivitas dalam memompakan darah meningkat
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah secara bertahap dalam waktu
yang lama. Adapun faktor risiko yang meningkatkan hipertensi adalah
obesitas,stres dan kelebihan natrium Dimana stress merupakan faktor
peninggian aktivitas saraf simpatis yang menyebabkan terjadinya
kontriksi fungsi dan hipertropi struktural dari pembuluh, darah dan
jantung.
Begitu pula sistem renin angiotensin juga sangat besar pengaruhnya
terhadap peningkatan tekanan darah dimana produksi renin dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain : stimulasi saraf simpatis. Renin berperan
dalam proses konversi argiotensin I menjadi angiotensin II yang
mempunyai efek vasokonstriksi, dimana aliran darah terhambat sehingga
menyebabkan curah jantung dan tahanan perifer meningkat yang berakibat
terhadap peningkatan tekanan darah yang menetap. Disamping hal tersebut
peningkatan asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma curah jantung dan tekanan darah. Dimana
peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan tanda pada hipertensi.
Tanda dan gejala klinis yang dapat ditemukan antara lain : nyeri kepala/sakit
kepala, epistaksis, pusing, sukar tidur, penglihatan kabur akibat kerusakan
pada retina, nokturia, edema dan kadang-kadang disertai dengan mual dan
muntah. Komplikasi yang sering ditimbulkan apabila hipertensi tidak
ditanggulangi adalah stroke, gagal ginjal, gangguan penglihatan, infark
miokardium. (Slamet Suyono, 2011).
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada pasien hipertensi antara lain:
1) Pengukuran, tekanan, darah menggunakan sfigmomanometer air raksa.
2) Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pada pasien
hipertensi yaitu : pemeriksaan ureum dan kreatinin dalam darah dipakai
untuk menilai fungsi ginjal, pemeriksaan kalium dan serum dapat
membantu menyingkirkan kemungkinan aldosteronisme primer
pada pasien hipertensi, pemeriksaan kadar glukosa dalam darah karena
sering dijumpai hipertensi pada klien diabetes melitus,
pemeriksaan urinalis diperlukan juga karena protein uria ditemukan pada
hampir separuh pasien.
3) Foto rontgen untuk mengetahui kemungkinan ditemukan pembesaran
jantung, vaskularisasi atau aorta yang lebar.
4) EKG untuk mengetahui kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri,
pembesaran atrium. kiri dan adanya penyakit jantung koroner.
5) Ekokardiogram untuk melihat adanya penobalan pada dinding ventrikel
kiri dan terjadinya dilatasi serta gangguan fungsi sistolik dan diastolik
(Slamet Suyono, 2011).
d. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
penatalaksanaan :
1) Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup Perubahan
gaya hidup dengan cara :
a) Mengurangi asupan garam/diet rendah garam
Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi
garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol / hari
berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak
tanpa garam.
(l) Bahan makanan yang dianjurkan
(a) Sumber karbohidrat
Beras, kentang, singkong, terigu, makanan yang diolah
dari bahan makanan tersebut di atas tanpa garam dapur.
(b) Sumber protein hewani
Daging dan ikan maksimal 100 gram sehari, telur
maksimal satu butir sehari.
(c) Sumber protein nabati
Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan
dimasak tanpa garam dapur.
(d) Sayuran
Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa garam
dapur.

(e) Buah-buahan
Semua buah-buahan segar seperti mengkudu, bengkoang,
mentimun dan buah Yang diawetkan tanpa garam dapur.
(2) Bahan makanan yang tidak dianjurkan
(a) Sumber karbohidrat
Roti, biskuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur.
(b) Sumber protein hewani
Daging, ikan, susu dan telur yang diawetkan dengan garam
dapur seperti abon, keju, ikan asin, ikan kaleng, udar.g kering
dan telur asin.
(c) Sumber protein nabati
Semua kacang-kacangan yang hasilnya dimasak dengan garam
dapur.
(d) Sayuran
Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur
seperti sayuran dalam kaleng, asinan dan acar.
(e) Buah-buahan
Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur seperti :
buah dalam kaleng.
(f) Mentega biasa dan bumbu-bumbu yang mengandung garam
dapur seperti : kecap, terasi dan vetsin.
(Sunita Almatsier, 2014).
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis keputusan untuk mulai memberikan obat
antihipertensi. Antihipertensi yang sering digunakan pada pengobatan
antara lain : obat golongan diuretik, penyekat beta, antagonis kalsium dan
penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE).
Pengobatan hipertensi berdasarkan beberapa prinsip :
a) Pengobatan hipertensi sekunder lehih mengutamakan pengobatan
kausal.
b) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan
mengurangi timbulnya komplikasi.
c) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat
antihipertensi selain dengan perubahan gaya hidup.
d) pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang
dengan kemungkinan besar untuk seumur hidup (Slamet, 2011).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


a. Pengkajian
Pengkajian perawatan adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat
untuk mengikuti keadaan pasien atau keluarga dengan memakai patokan
norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan
kesanggupan untuk mengatasi masalah (Zaidin Ali).
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukau dengan wawancara,
pengamatan/observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Adapun data yang dikumpulkan (Friedman, 2018) yaitu :
a) Data Umum
(1) Identitas Kepala Keluarga
(2) Kumposisi Keluarga
(3) Genogram
(4) Tipe Keluarga
(5) Latar Belakang Keluarga
(6) Agama
(7) Status Sosial Ekonomi Keluarga
(8) Aktivitas Rekreasi Keluarga
b) Tahap dan Riwayat Pekembangan Keluarga
(1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
(2) Tahap Perkernhangan Keluarga yang Belum terpenuhi
(3) Riwayat Keluarga Sebelumnya
c) Data Lingkungnn
(1) Karakteristik Rumah
(2) Karakterisitk Lingkungan dan Komunitas
(3) Mobilitas Geografis Keluarga
(4) Perkumpulan Keluarga dan lnteraksi dengan Masyarakat
(5) Sistem Pendukung atau Jaringan Sosia1 Keluarga
d) Struktur Keluarga
(1) Pola Komunikasi
(2) Struktur Kekuasaan
(3) Struktur Peran
(4) Nilai dan Norma Keluarga
e) Fungsi Keluarga
(1) Fungsi Afektif
(2) Fungsi Sosialisasi
(3) Fungsi Perawatan Kesehatan
f) Pemeriksaan Fisik
g) Koping Keluarga
(1) Stressor Jangka Pendek dan Panjang
(2) Kemampuan Keluarga untuk Berespon terhadap Situasi/ Stressor
(3) Penggunaan Strategi Koping
(4) Strategi Adaptasi Disfungsional
2) Analisa Data
Di dalam menganalisa data ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu :
a) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga.
b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan.
c) Karakteristik keluarga.
3) Rumusan masalah
Setelah data di analisa maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan keluarga
dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga
karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang mendalam
tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh
keluarga tersebut. Perumusnn masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang
didasarkan kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat
dijadikan acuan dalam menganalisa mengambil keputusan tentang masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga (Effendy, 2018).
4) Skoring
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
harus didasarkan kepada beberapa kriteria, sebagai berikut : (Effendy,
2018)
a) Sifat masalah, dikelompokkan menjadi aktual, risiko, potensial
(Nanda, 2015).
b) Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
c) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah
yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan.
d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalarn hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui
intervensi keperawatan dan kesehatan.
Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan
keluarga perlu disusun skala prioritas seperti berikut ini:
TABEL 1
SKORING MASALAH KEPERAWATAN
No Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat Masalah :
Skala
A. Aktual 3 1
B. Risiko 2
C. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala
a. Dengan mudah 2 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensi Masalah untuk Mencegah
Skala
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4 Menonjolkanya Masalah
Skala
a. masalah berat harus ditangani 2
1
b. masalah yang tidak perlu 1
segera ditangani
c. masalah tidak dirasakan 0
Total 5

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat diprioritaskan suatu


masalah, masing-masing masalah keperawatan di skoring
kemudian dijumlahkan nilainya.

5) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut (Nanda, 2015) adalah :
a) Manajemen kesehatan yang dapat diubah
b) Prilaku mencari hidup sehat
c) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
d) Kekurangan pengetahuan
e) Konflik keputusan
f) Berduka disantisipasi
g) Berduka disfungsional
h) Konflik peran orang tua
i) lsolasi sosial
j) Perubahan dalam proses keluarga
k) Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
1) Potensial terhadap kekerasan
m)Perubahan penampilan peran
n) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
o) Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif

b. Perencanaan
Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun
perencanaan keperawatan kesehatan dan keperawatan keluarga.
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan yang ialah diidentifikasi. Adapun tahap-
tahap dalam menyusun perencanaan adalah :
1) Prioritas diagnosa berdasarkan atas nilai skor yang tertinggi.
2) Rencana perawatan
Dalam menyusun rencana perawatan terdiri dari tujuan jangka
panjang yang mengacu pada masalah, tujuan jangka pendek
mengacu pada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan,
kriteria yang menggambarkan tentang faktor-faktor yang tidak
tetap yang dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan dapat
tercapai, standar yang menunjukkan tingkat pelaksanaan yang
diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya.
(Effendy, 2018).

c. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan pada rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga adalah sumber daya keluarga (keuangan), tingkat pendidikan
keluarga, adat istiadat yang berlaku, respons dan penerimaan
keluarga, sarana dan prasarana yang ada pada keluarga. (Effendy,
2018).
d. Evaluasi
Evaluasi sebagal langkah terakhir dari proses keperawatan dimana
evaluasi dalam upaya menentukan apakah seluruh proses sudah
berjalan dengan baik dan apakah tindakan berhasil dengan baik dan atau
belum. Apabila proses tidak sesuai dengan rencana maka proses tersebut
ditinjau kembali dan lakukan perbaikan.
Sebagai suatu proses evaluasi ada 4 dimensi evaluasi yaitu :
1) Dimensi keberhasilan yakni evaluasi dipusatkan untuk mencapai
tujuan tindakan keperawatan.
2) Dimensi ketepatgunaan yakni evaluasi yang dikaitkan
dengan sumber daya (uang tenaga, bahan dan waktu)
3) Dimensi kecocokan yakni evaluasi yang berkaitan dengan
kecocokan kemampuan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
4) Dimensi kecukupan yakni evaluasi yang berkaitan dengan
kecakapan perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan.
(Zaidin Ali, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, (2015), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapis

Bailon, S.G & Maglaya, A.S., (2018), Perawatan Kesehatan Keluarga, Jakarta :
Depkes RI
Brunner & Suddarth, (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 5. Jakarta: Depkes RI.

Duval, Evelyn Millis & Miller, Brent C. (2017). Marriage and family Development
(Sixty Edition). New York: Harper & Row

Effendy, N, (2018), Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat, Cetakan 1, Jakarta : EGC

Friedman, M.M., (2018). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3, Jakarta :
EGC

Suprajitno, (2014), Asuhan Keprawatan Keluarga, Cetakan 1, Jakarta : EGC

Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC: 2015

Slamet Suyanto. (2014). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidika Nasional Direktorat Jenderal Pendidika Tinggi

Sunita, Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama

Nanda, (2015), Buku Diagnosis Keperawatan edisi 2015.

Zaidin Ali, (2016), Pengantar Perawatan Kesehatan Keluarga, Depok : Yayasan


Bunga Rampai

Anda mungkin juga menyukai