Anda di halaman 1dari 65

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1998 yang dikutip Santun

dan Agus (2008), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan

perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi

satu dengan yang lain.

Menurut Helvie 1981 yang dikutip Harmoko (2012) keluarga adalah

sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam

kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

2. Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai

berikut:

a. Keluarga Inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan

perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri dan anak-

anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

7
8

b. Keluarga Asal (family of origin)

Keluarga asal merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang

dilahirkan.

c. Keluarga Besar (Extended Family)

Keluarga besar merupakan keluarga inti ditambah keluarga

yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,

paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,

keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian

family).

d. Keluarga Berantai (social family)

Keluarga berantai adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria

yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

e. Keluarga Duda atau Janda

Adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau

kematian pasangan yang dicintai.

f. Keluarga Komposit (composite family)

Keluarga komposit adalah keluarga dari perkawinan poligami dan

hidup bersama.

g. Keluarga Kohabitasi (cohabitation)

Keluarga kohabitasi adalah dua orang menjadi satu keluarga tanpa

pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga

ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat

laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.


9

h. Keluarga Inses (incest family)

Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi

yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim,

misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu

menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan

keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu,

dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim

dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari

semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari

berbagai media cetak dan elektronik.

i. Keluarga Tradisional dan Nontradisional

Keluarga tradisional dan nontradisional dibedakan berdasarkan

ikatan perkawinan. Keluarga tradisonal diikat oleh perkawinan,

sedangkan keluarga non tradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh

keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau

adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang yang

tinggal di sebuah asrama.

3. Struktur Keluarga

Menurut Sudiharto (2007), struktur keluarga terdiri dari bermacam-

macam, diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.


10

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

e. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam

Suprajitno (2014) sebagai berikut:

a. Fungsi afektif (the affectife function) adalah fungsi keluarga yang utama

untuk mengajarkan segala sesuatu untuk memepersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosial dan tempat bersosialisasi (sosialization and sosial

placement function) adalah fungsi menengembangkan dan tempat melatih


11

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

c. Fungsi reproduksi (the reproductive function), adalah fungsi untuk

memepertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function),

yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan

menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

5. Ciri-ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga menurut Effendy, (2008) sebagai berikut :

a. Diikat dalam suatu tali perkawinan

b. Ada hubungan darah

c. Ada ikatan batin

d. Ada tanggung jawab masing-masing anggota keluarganya.

e. Ada pengambilan keputusan.

f. Kerjasama diantara anggota keluarga.

g. Komunikasi interaksi antar keluarga.

h. Tinggal dalam satu rumah.


12

6. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas

perkembangan keluarga untuk memberikan pedoman dalam menganalisis

pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk

memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke

tahap berikutnya. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat

sesuai tahap perkembangannya. Tahap perkembangan keluarga tersebut

sebagai berikut (Suprajitno, 2014) :

a. Tahap I : Keluarga baru menikah

Tugas perkembangan keluarga baru menikah antara lain membina

hubungan yang intim dan memuaskan, membina hubungan dengan

keluarga lain, teman, dan kelompok sosial dan mendiskusikan rencana

memiliki anak.

b. Tahap II: Keluarga dengan anak baru lahir (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu mempersiapkan

menjadi orang tua, adaptasi dengan adanya perubahan anggota keluarga,

interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan serta

memepertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.

c. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur

2,5 - 5 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan

rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi dengan anak


13

yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus

terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam atau

diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar), pembagian waktu

untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga mempunyai

tingkat kerepotan yang tinggi), pembangian tanggung jawab anggota

keluarga serta merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan anak.

d. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6 - 12

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke IV yaitu membantu

sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan

lebih luas (yang tidak / kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat),

mempertahankan keintiman pasangan dan memenuhi kebutuhan yang

meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13 sampai 20

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke V yaitu memberikan

kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab mengingat remaja

adalah seorang dewasa muda dan lelimiki otonomi, mempertahankan

hubungna intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka

antara anak dan orang tua, hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan,

dan permusuhan serta mempersiapkan perubahan sistem peran dan

peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang anggota keluarga. .


14

f. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup

anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VI yaitu memperluas

jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar,

mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri

sebagai keluarga baru dimasyarakat dan penataan kembali peran orang

tua dan kegiatan dirumah.

g. TahapVII: Keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VII yaitu

mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan,

mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak –

anaknya dan sebaya dan meningkatkan keakraban pasangan

h. TahapVIII: Keluarga usia lanjut dan masa pensiun

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VIII yaitu

mempertahankan kehidupan suasana rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangannya, adaptasi dengan perubahan yang akan

terjadi seperti kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan

keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat dan

melakukan life review masa lalu.

7. Peran Perawat Keluarga

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga

perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.

b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.


15

c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan

keluarga.

d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.

e. Menekankan pada kemampuan keluarga.

Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut (Sudiharto, 2007):

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan.

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan

yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang berkesinambungan

diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit

pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit).

c. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan.

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat

menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan.

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga

melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko


16

tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan

terlebih dahulu atau secara mendadak.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagi advokat keluarga untuk melindungi hak-

hak keluarga sebagi pasien. Perawat diharapkan mampu mengetahui

harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk

memenuhi hak dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang baik oleh

keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai pasien

mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator.

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang

mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan

keluar dalam mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti.

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami

masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah

kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus

atau budaya yang dipraktikkan keluarga. Misalnya, diare pada balita

terjadi karena budaya menjaga kebersihan makanan dan minuman kurang

diperhatikan. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada kemampuan

keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, menanggulangi dan

melakukan promosi kepada anggota keluarganya. Selain itu, perawat

perlu mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap binaannya.


17

8. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut Suprajitno (2014) sesuai dengan fungsi pemeliharaan

kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan, meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan, Karena tanpa kesehatah segala

sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh

kekuatan dan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami

anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau

keluarga.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa

diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan dan

menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh

keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau

bahkan teratasi.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga

memiliki keterbatsan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika

demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu


18

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih

parah tidak terjadi.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.


19

B. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Pengertian

Tahap terakhir perkembangan keluarga yang dimulai pada saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia

lanjut merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses

setresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut

adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan social,

kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi

kesehatan, mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

merupakan tugas utama keluarga pada saat ini.

Menurut Day and Day(1993) dalam Harmoko (2012) wanita yang

tinggal dengan pasangan-pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih

positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal

dengan teman-teman sebayanya.Orang tua juga perlu melakukan file review

dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu agar

orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.

2. Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk meperbaiki diri/ mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Constantinides 1994)


20

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut)

secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua

mahluk hidup.

Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama

cepatnya. Adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tapi

kekurangan-kekurangannya mencolok.

Menurut Undang – Undang No. 09 th.1960 tentang Pokok – Pokok

Kesehatan pasal 8 ayat 2 berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat,

kelemahan dan lanjut usia.

3. Tugas Perkembangan Tahap Usia Lanjut

Menurut Carter dan Mc Goldrick (1998) dalam Sunaryo (2015), tugas

perkembangan keluarga dengan lanjut usia adalah:

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,

dan pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami-istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e. Melakukan life review.

4. Perubahan Fisiologi Pada Lanjut Usia

Berikut perubahan fisiologi pada lanjut usia dalam Aspiani (2015) :

a. Sel

1) Lebih sedikit jumlahnya

2) Lebih besar ukurannya


21

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler

4) Menurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.

5) Jumlah sel otak menurun

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel

7) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20 %

b. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler antara lain :

1) Elastisitas dinding aorta menurun.

2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur

ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah

menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat mengakibatkan pusing

mendadak.

5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari

pembuluh darah perifer : sistolis normal ± 170 mmHg, diatolis normal

± 90 mmHg.

c. Sistem Pernafasan

Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara lain :

1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.


22

2) Menurunnya aktifitas dari silia.

3) Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik

nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan

kedalaman bernafas menurun.

4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

6) CO2 pada arteri tidak berganti.

7) Kemampuan untuk batuk berkurang.

8) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia.

d. Sistem Persyarafan

Perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan anatara lain :

1) Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya

dalam setiap harinya)

2) Cepatnya menurun hubungan persyarafan

3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khsusunya dengan

stress.

4) Mengecilnya saraf panca indra : Berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive

terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap

dingin.

5) Kurang sensitive terhadap sentuhan.


23

e. Sistem Gastrointestinal

Perubahan yang terjadi pada sistem gastroentistinal yaitu :

1) Kehilangan gigi : penyebab utama adanya Periodontal Disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan

gigi yang buruk dan gizi yang buru

2) Indra pengecap menurun ; adanya iritasi yang kronis dan selaput

lendir, atropi indra pengecap ( 80 %), hilangnya sensifitas dari indra

pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensifitas

dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.

3) Esofagus melebar

4) Lambung : rasa lapar menurun (sensivitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbpsi melemah (daya absorpsi terganggu)

7) Liver (hati) : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

f. Sistem Genitourinaria

Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria antara lain :

1) Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui

urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil

dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerolus). Kemudian

mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya


24

kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun

proteinuria (biasanya +1) BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat

sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria (kandung kemih)

Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau

menyebabkan frekuinsi buang air seni meningkat, vesika urinaria

susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan

meningkatnya retensi urin.

g. Sistem Endokrin

1) Produksi dari hampir semua hormon menurun

2) Fungsi parathiroid dan sekresinya tidak berubah

3) Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya

didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH

(Adrenocortikotropic Hormone), TSH (Thyroid Stimulating

Hormone), FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Leutinezing

Hormone).

4) Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic

Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

5) Menurunya produksi aldosteron

6) Menurunya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen

dan testosteron

h. Sistem Indera : Pendengaran, Penglihatan, Perabaan dll

Organ sensori pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba dan penghidu

memungkinkan kita berkomunikasi dengan lingkungan. Pesan yang


25

diterima dari sekitar kita membuat tetap mempunyai orientasi,

ketertarikan dan pertentangan. Kehilangan sensorik akibat penuaan

merupakan saat dimana lansia menjadi kurang kinerja fisiknya dan lebih

banyak duduk :

1) Sistem Pendengaran

a) Presbiakuisis (gangguan pendengaran). Hilangnya kemampuan/ daya

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau

nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

c) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena

meningkatnya keratin

d) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

juwa atau stress.

2) Sistem penglihatan

a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b) Karena lebih berbentuk sfesis (bola).

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan.

d) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang ; berkurangnya luas pandangnya.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru/ hijau pada skala.


26

3) Rabaan

Indra peraba memberikan pesan yang paling intim dan yang

paling mudah untuk menterjemahkan. Bila indra lain hilang, rabaan

dapat mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun reseptor lain akan

menumpul dengan bertambahnya usia, namun tidak pernah

menghilang.

4) Pengecap dan penghidu

Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Diantara

semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi

kita mengapa mereka senang membubuhkan gula secara berlebihan.

Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang

asin dan banyak berbumbu. Harus dianjurkan pengunaan rempah,

bawang, bawang putih, dan lemon untuk mengurangi garam dalam

menyedapkan masakan.

i. Sistem Integumen

Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan ekskresi.

Dengan bertambahnya usia, terjadilah perubahan intrinsik dan ekstrinsik

yang mempengaruhi penampilan kulit :

1) Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak

2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

keratinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).

3) Menurunnya respon terhadap trauma

4) Mekanisme proteksi kulit menurun :


27

a) Produksi serum menurun

b) Penurunan serum menurun

c) Gangguan pigmentasi kulit

5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu

6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal

7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularisasi

8) Pertumbuhan kuku lebih lambat

9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh

10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk

11) Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dn fungsinya

12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya

j. Sistem Muskuloskeletal

Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia

40 tahun :

1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis.

2) Kifosis

3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas

4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang)

5) Persendian membesar dan menjadi kaku

6) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis


28

7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot

mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram

dan menjadi tremor

8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

k. Sistem Reproduksi dan Seksualitas

1) Vagina

Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga

membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi seksual

seseorang berhenti, frekwensi sexual intercourse cendrung menurun

secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan

menikmati berjalan terus sampai tua.

Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

menjadi berkurang, reakasi sifatnya menjadi alkali dan terjadi

perubahan warna

a) Menciutnya ovari dan uterus.

b) Atrofi payudara.

c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

d) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal

kondisi kesehatan baik) yaitu :

(1) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

(2) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual.

(3) Tidak terlalu cemas karena merupakan perubahan alami.


29

e) Produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium menurun saat

menopause. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita

meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan dan ukuran dan

hilangnya elastisitas, penurunan sekresi vagina, mengakibatkan

kekeringan, gatal, dan menurunnya keasaman vagina; involusi (atrofi)

uterus dan ovarium; dan penurunan tonus pubokoksigius,

mengakibatkan lemasnya vagina dan perinium . peruhan tersebut

berakibat perdarahan vagina dan nyeri saat bersenggama. Pada pria

lansia penis dan testis menurun ukurannya dan kadar androgen

berkurang.

5. Perubahan Psikososial Pada lanjut Usia

Menurut Wahyu Nugroho (2000) perubahan psikososial pada lansia

meliputi :

a. Pensiun

Sikap para pekerja terhadap masa pensiun mempunyai pengaruh

yang besar terhadap penyesuaian diri. Sikap ini bervariasi dari sikap yang

senang karena mereka merasa bebas dari tugas dan tanggung jawab

sampai ke sikap yang gelisah karena memikirkan sesuatu yang harus

dilepaskan, padahal sesuatu itu bagi mereka sangat berarti, yaitu

pekerjaan. Seperti yang telah dijelaskan apabila pensiun semakin

dianggap sebagai perubahan ke status baru, maka pensiun akan semakin

tidak dianggap sebagai pengganti status yang berharga dengan demikian

akan terjadi masa transisi yang lebih baik. Secara umum dapat dikatakan

bahwa apabila kondisi tersebut memungkinkan orang usia lanjut untuk


30

tetap tinggal dalam masyarakat dan jika mereka mempunyai cukup uang

untuk hidup seperti sebelum masa pensiun, mereka akan dapat

melakukan penyesuaian diri secara lebih baik dari pada jika mereka

membuat perubahan yang drastis terhadap pola hidup mereka.

Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaanya.

Bila seseorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antara

lain :

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan segala fasilitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

b. Perkembangan Intelektual

Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran

kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme

sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa

setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan

kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal

ini juga berlaku pada seorang lansia.

Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan

sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor,

seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual

lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan.


31

Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut

adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun

melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi

terjadinya kepikunan.

c. Perkembangan Emosional

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap

menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan

para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan

masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak

dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti

penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan

sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus

dihadapi lanjut usia.

Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan

fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut

usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga

lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung

menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.

Dimana yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah

kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat

perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya

dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam

diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan

mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat


32

memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah

baru.

d. Perkembangan Spiritual

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat

dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan

hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat

berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia.

Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”.

Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya

terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini

ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997),

bahwa :

1) Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar

daripada orang yang religius.

2) Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat

dibandingkan yang non religius.

3) Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi

atau masalah hidup lainnya.

4) Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres

daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh

lebih kecil.

5) Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat

terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.


33

6. Masalah Yang Dihadapi Dalam Tahap Perkembangan Lanjut Usia

a. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan

Salah satu masalah yang cukup penting yang harus dihadapi lansia

adalah kehilangan pasangan hidup. Kehilangan seseorang yang berharga

dalam hidup lansia memerlukan suatu kesiapan dan penyesuaian diri

guna mengalami kehidupan ke depan tanpa pasangan yang selama ini

selalu menemani dan selalu bersama.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka diperlukan suatu

kemampuan atau kapasitas individu dalam menghadapi dan mengatasi

berbagai permasalahan serta penderitaan hidup secara positif sehingga

individu dapat memandang permasalahan serta penderitaan hidup secara

positif sehingga individu dapat memandang permasalahan tersebut

sebagai hal yang wajar yang dikenal dengan istilah resiliensi (Reivich &

Shatte, 2002).

b. Kecemasan Dalam Menghadapi Kematian

Secara umum manusia ingin hidup panjang dengan berbagai upaya

yang dilakukan, proses hidup yang dialami manusia yang cukup panjang

ini telah menghasilkan kesadaran pada diri setiap manusia akan

datangnya kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini.

Namun demikian, meski telah muncul kesadaran tentang kepastian

datangnya kematian ini, persepsi tentang kematian dapat berbeda pada

setiap orang atau kelompok orang. Bagi seseorang atau sekelompok

orang, kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau

menakutkan, walaupun dalam kenyataannya dari beberapa kasus terjadi


34

juga individu-individu yang takut pada kehidupan (melakukan bunuh

diri) yang dalam pandangan agama maupun kemasyarakatan sangat

dikutuk ataupun diharamkan). Sebaliknya, bagi seseorang atau

sekelompok orang, pertambahan usia cenderung membawa serta makin

besarnya kesadaran akan datangnya kematian, dan kesadaran ini

menyebabkan sebagian orang yang berusia tua tidak merasa takut

terhadap kematian. Kematian diterima sebagai seorang sahabat (Tony,

1991).

c. Kesepian

Kesepian adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain

karena merasa berbeda dengan orang lain, tersisih dari kelompoknya,

merasa tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya, terisolasi dari

lingkungan, serta tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan

pengalaman (Sampao, 2005). Kondisi ini menimbulkan perasaan tidak

berdaya, kurang percaya diri, ketergantungan, dan keterlantaran.

Seseorang yang menyatakan dirinya kesepian cenderung menilai dirinya

sebagai individu yang tidak berharga, tidak diperhatikan dan tidak

dicintai. Rasa kesepian akan semakin dirasakan oleh lanjut usia yang

sebelumnya adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan yang

menghadirkan atau berhubungan dengan orang banyak.

Fenomena kesepian pada lanjut usia yang merupakan masalah

psikologis dapat dilihat dari: a) sudah berkurangnya kegiatan dalam

mengasuh anak-anak, b) berkurangnya teman atau relasi akibat

kurangnya aktifitas di luar rumah, c) kurangnya aktifitas sehingga waktu


35

luang bertambah banyak, d) meninggalnya pasangan hidup, e)

ditinggalkan anak-anak karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi,

atau meninggalkan rumah untuk bekerja, e) anak-anak telah dewasa dan

membentuk keluarga sendiri. Lanjut usia yang mengalami kesepian yang

merupakan masalah psikologis tersebut, biasanya melakukan kegiatan-

kegiatan baik yang melibatkan fisik, psikis maupun hubungan sosial yang

bertujuan untuk menghilangkan kesepiannya, atau paling tidak dapat

terkurangi dengan melakukan coping yang strategis.

Coping adalah suatu proses yang digunakan oleh manusia dalam

mencoba mengelola perasaan karena terjadi ketidakcocokan antara

berbagai tuntutan kemampuan yang ada, yang selanjutnya dianggap

sebagai situasi penyebab stress (Sarafino,1998). Dengan demikian,

coping bukanlah tindakan sesaat yang dilakukan seseorang, namun hal

itu adalah sesuatu yang terjadi dalam waktu yang lama, dilakukan oleh

suatu lingkungan dan individu yang saling mempengaruhi.

d. Penyakit Kronis

Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan

jarang sembuh sempurna. Walau tidak semua penyakit kronis

mengancam jiwa, tetapi akan menjadi beban ekonomi bagi individu,

keluarga, dan komunitas secara keseluruhan.

Penyakit kronis akan menyebabkan masalah medis, sosial dan

psikologis yang akan membatasi aktifitas dari lansia sehingga akan

menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia. Kualitas hidup


36

merupakan pengukuran yang banyak dipakai untuk mengevaluasi hasil

studi klinis yang dilakukan pada pasien-pasien dengan penyakit kronis.

e. Gangguan pola tidur

Menurut Stanley& Beare (2006) tidur pada lansia ada beberapa

faktor yang menyebabkan hal tersebut. Sebagian besar lansia berisiko

tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Proses patologis

terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur, gangguan tidur

mempengaruhi kualitas hidup. Selama penuaan, pola tidur mengalami

perubahan-perubahan yang khas yang membedakannya dengan orang-

orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut mencakup

kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur

siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur yang lebih dalam juga

menurun.
37

C. KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan


abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri (Udjianti WJ, 2011).

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolic di

atas 90 mmHg.pada populasi manula,hipetensi didefinisikan sebagai

tekanan sistoliknya 160 mmHg (Brunner and sudarth, 2006).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana keadaan di mana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (mortalitas) dan angka kematian (Mortalitas)

(Kushariayadi, 2008).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan

darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para yaitu >140/90

mmHg (Aru W Sudoyo , 2006).


38

Kriteria Hipertensi The Join Nation Comitten On Detection, Evolusion

And Treatmen Of High Blood Presure, suatu badan penelitian hipertensi di

USA menentukan batasan yang berbeda. Pada laporan tahun 1993 yang

dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan pada darah orang dewasa berumur

18 tahun diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi Menurut JNC-V USA

Tekanan Darah
No Kriteria
Sistolik Diastolik
1. Normal <130 <85
2. Perbatasan (high 130-139 85-89
normal)
3. Hipertensi
Derajat 1 : 140-159 90-99
ringan (mild)
Derajat 2 : 160-179 100-109
sedang
(moderat)
Derajat 3 : berat 180-209 110-119
(severel)
Derajat 4 : ≥210 ≥210
sangat berat
(very severe)
39

2. Anatomi Fisiologi Sistem Cardiovaskuler

a. Anatomi jantung

Jantung (bahasa latin, cor) adalah sebuah rongga,organ berotot

yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama

yang berulang.

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan 4 ruang yang

terletak dalam mediastinum di rongga dada mediastinum dari rongga

dada (toraks) diantara kedua paru, selaput yang melapisi jantung

disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan :

1) Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang

dada dan selaput paru.

2) Perikardium viseralis, yaitu permukaan dari jantung itu sendiri

yang juga disebut epikardium .


40

Diantar kedua lapisan tersbut terdapat cairan perikardium

sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak

jantung saat memompa.

Jantung terdiri atas tiga lapisan yaitu :

1) Epikardium merupakan lapisan terluar, mempunyai struktur yang

sama dengan perikardium viseral

2) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot yang

bertangung jawab dalam menentukan kekuatan kontraksi

3) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri dari jaringan

endotel yang melapisi bagian jantung dan menutupi katup-katup

jantung

Jantung mempunyai 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, serta

ventrikel kiri dan kanan. Atrium terltak diatas ventrikel dan saling

berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah

antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

Pembuluh darah yang utama pada tubuh manusia ada lima

antara lain:

1) Arteri

Arteri merupakan pembuluh darah yang yang keluar dari jantung

yang membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh.

2) Arteriola

Dinding arteri terutama terdiri dari otoy polos dengan sedikit

elastis. Dinding berotot ini sangat peka dan dapat berdilatasi atau

berkontraksi untuk mengatur aliran darahke jaringan kapiler


41

3) Venula

Venula berfungsi sebagi saluran pengumpul dengan dinding oto

yang relatif lemah namun peka

4) Vena

Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari

bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung.

5) Kapiler

Merupakan pembuluh darah yang sangat kecil, tempat arteriol

berakhir dan venula mulai.

b. Fisiologi Jantung

Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup, yang

disebabkan karena adanya syaraf otonom,rangsangan ini diterima

oleh jantung pada simpul syaraf yang terdapat pada atrium dekstra

dekat vena kava yang disebut nodus sino atrial.

Selama gerakan jantung,dapat terdengar dua macam suara

yang disebabkan oleh katub-katub yang menutup,bunyi pertama

disebabkan menutupnya katub aorta dan arteri pulmonal setelah

kontriksi dari ventrikel.bunyi yang pertama panjang dan yang kedua

pendek dan tajam.dalam keadaan normal,jantung tidak membuat

bunyi lebih keras tetapi bila arus darah cepat atau kaku ada kelainan

pada katub maka terdapat bunyi bising.

Dalam kerjanya jantung menurut Drs. H. Syaifuddin (1997)

mempunyai 3 periode :
42

1) Periode konstriksi (periode systole) yaitu suatu keadaan dimana

jantung bagian ventrikel dalam keadaan munguncup.katub bikus

dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula semilunaris aorta

dan vulva semilunaris arteri pulmonalis terbuka sehingga darah

dari ventrikel dekstra mengalir dari arteri pulmonalis masuk ke

paru-paru kri dan kanan,sedngkan darah dari ventrikel sinistra

mengalir ke aorta kemudian diedarkan keseluruh tubuh.

2) Periode dilatasi (periode diastole) yaitu suatu keadaan dimana

jantung mengembang,katub bikus dan trikuspidalis

terbuka,sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel

sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra.

3) Periode istirahat,yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi

dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik.

3. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang

spesifik hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac ouput atau

peningkatan tekanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipetensi :

a. Genetik respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport Na

b. Obesitas terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat

c. Stres karena lingkungan


43

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,hal ini terjadi karena kurangnya

efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder

a. Penyakit Ginjal

1) Stenosis arteri renalis

2) Pielonefritis

3) Glomerulonefritis

4) Tomur-tumor ginjal

5) Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

6) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

7) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

b. Kelainan hormonal

1) Hiperaldosteronisme

2) Sindroma cushing
44

3) Feokkromositoma

c. Obat-obatan

1) Pil Kb

2) Kortikosteroid

3) Siklosporin

4) Eritropotein

5) Kokain

6) Penyalahgunaan alkohol

7) Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

d. Penyebab lainnya

1) Koartasio aorta

2) Preeklamsi pada kehamilan

3) Porfiria intermiten akut

4) Keracunan timbal akut

4. Pathofisiologi dan Clinical Pathway

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf sympatis,yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglis

sympatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak kebawah melalui sistem

saraf sympatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini,neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabut saraf pasca ganglion kepembuluh darah, dimana


45

dengan dilepaskannya nerofinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah,berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

nerofinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.medula

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokonstriksi.korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya,yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon ini

enyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskules,s emua faktor tersebut cendrung

mencetuskan keadaan hipertensi. (Brunner & Suddart;2002).


46

Pathway Hipertensi
Obesitas
Umur Gaya Hidup

Hiperkolesterolemia
Elastisitas , aterosklerosis Merokok, diit, hiperkolesterolemia,
hiperglikemia

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh


darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi

n sirkulasi
Gangguan sirkulasi ginjal Pembuluh Darah
Otak

Vasokonstriksi
pembuluh Sistemik Koroner
Resistensipembu darah ginjal
Suplai O2 otak
luh darahotak menurun
Vasokonstriksi Iskemi
miocard
Blood
flowmenurun
Nyeri kepala Sinkop After load
meningkatt Nyeri
dada
Respon RAA
NyeriAkut Nyeri
Gangguan
Akutdada
perfusijaringan Rangsangaldosteron Penurunan Fatique
curah jantung

Retensi Na Intoleransi
aktivitas

Edema

Kelebihan volume cairan


47

5. Tanda dan Gejala

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita tekanan darah

tinggi tidak sama pada setiap orang.bahkan kadang timbul tanpa gejala

Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai

berikit:

a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Serasa ingin jatuh

d. Berdebar atau detak jantung teras cepat

e. Telinga berdeging

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis

timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

a. Nyeri kepala saat terjaga,kadang-kadang disertai mual muntah akibat

peningkatan tekanan darah intrakranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat.

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu

pusing,muka merah,sakit kepala,keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,

tengkuk terasa pegal dan lain-lian (Novianti, 2006).


48

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipetensi karena kelainan parenkim ginjal.

2) Kreatinin serum bun meningkat pada hipertensi karena parenkim

ginjal dengan gagal ginjal akut

3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium,natrium,kretinin,gula darah puasa)

b. EKG

1) Hipertropi ventrikel kiri

2) Ischemi/infark miocard

3) Peninggian gelombang p

4) Gangguan kondisi

c. Rountgen foto

1) Bentuk besar jantung Noothing dari iga pada kwartasio dari aorta.

2) Pembendungan lebarnya paru

3) Hipertropi parenkim ginjal

4) Hipertropi vascular ginjal

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaa non farmakologi

1) Pengaturan diet

Beberapa diet yang dianjurkan :

a) Rendah garam,diet rendah garam dapat menurunkan tekanan

darah pada klien hipetensi.dengan pengurangan konsumsi garam

dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga


49

sangat berpotensi sebagi anti hipertensi.jumlah intake sodium

yang di anjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram

garam perhari.

b) Diet tinggi potasium,dapat menurunkan tekanan darah tapi

mekanismenya belum jelas.pemberian potasium secara intravena

dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercya dimediasi oleh

nitric oxide pada dinding vascular.

c) Diet kaya buah dan sayur.

d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung

koroner

2) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan menguranggi tekanan darah,kemungkinan

dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga

berkurang.

a) Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki

keadaan jantung.olahraga teratur selam 30 menit sebanyak 3-4

kali dalam satu mnggu sangat di anjurkan untuk menurunkan

tekanan darah.olahraga meningkatkan kadar HDL,yang dapat

mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipetensi.

b) Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol,penting

untuk mengurangi efek jangka panjang hipetensi karena asap


50

rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan

dapat meningkatkan kerja jantung

b. Penatalaksanaan medis medis

1) Terapi oksigen

2) Pemanttuan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan

a) Diurtik: chlorthalidion, hydromax, lasix, aldoctone, dyrenium,

diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi

curah jantung dengan mendorong ginjal meningkat ekskresi

garam dan lainnya

b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos

jantung atau arteri. Sebagian penyekat saluran kalsim bersifat

lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung;

sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsim otot polos

vascular dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan

denyut jantung volume sekuncup dan TPR

c) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE

berfungsi unruk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat

enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin 1 menjadi

angitensin 2. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung

dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan

menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan


51

pengeluaran natrium pada urin kemudian menurunkan volume

plasma dan curah jantung

d) Antagonis (penyekat) reseptor beta (β-blocker), terutama

penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung unruk

menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung

e) Antagonis reseptor alfa (β-blocker) menghambat reseptor alfa

otot polos vascular yang secara normal berespon terhadap

rangsangan saraf simpatis dengan vasokontriksi. Hal ini akan

menurunkan TPR

f) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk

menurunkan TPR. Misalnya: natrium,

nitroprusida,nikardipin,hidralazin, nitroglisin,dll (Brunner &

Suddarth: 2002)

8. Komplikasi

Komplikasi umumnya terjadi pada hipertensi berat,yaitu apabila

tekanan diastolic sama/lebih besar dari 130 mmHg atau kenaikan darah

yang mendadak tinggi, di antaranya :

a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di

otak,atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah selain

otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi

kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi

dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi

berkurang. Arteri yang mengalami arterosklerosis dapat melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.


52

b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arteroklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh

darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi venrtikel, kebutuhan

oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,

aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,

protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid

plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai

pada hipertensi kronis.

d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipetensi

maligna (hipetensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan

yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh

susunan saraf pusat. Neuraon disekitarnya kolaps dan terjadi koma

serta kematian.

e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak

adekuat.
53

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap

Perkembangan Lansia Dengan Hipertensi

Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat

yang diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan

yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

sarana/penyalur (Effendy, 1998).

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui

praktek keperawatan kepada keluarga. Untuk membantu menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan (Effendy, 1998).

Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam

upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran

keluarga sendiri, sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran

yang lebih luas yaitu masyarakat (Effendy, 1998).

Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama

lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk

menggambarkan perkembangan dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma

kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang

berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya.


54

Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber

informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan

keluarga dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi

keluarga dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga,

biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua.

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :

a. Wawancara

Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik

aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan,

dan sebagainya.

b. Observasi

Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan,

karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya

yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi,

penerangan, keberhasilan dan sebagainya.

c. Studi Dokumentasi

Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa,

diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-

catatan kesehatan lain.

d. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik

misalnya kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang

dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :


55

1) Data Umum

a)      Kepala keluarga dan komposisi keluarga

b)      Tipe keluarga

c)      Suku bangsa dan agama

d)     Status sosial ekonomi keluarga

e)      Aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.

a)      Tahap perkembangan keluarga

b)      Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c)      Riwayat kesehatan keluarga inti

3) Data Lingkungan

a)      Karakteristik rumah

b)      Karakteristik tetangga dan komunitasnya

c)      Mobilitas geografis keluarga

d)     Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

e)      Sistem pendukung keluarga

4) Struktur keluarga

a)      Struktur peran

b)      Nilai dan norma keluarga

c)      Pola komunikasi keluarga

d)     Struktur kekuatan keluarga

5) Fungsi keluarga

a)      Fungsi ekonomi.

b)      Fungsi mendapatkan status sosial.


56

c)      Fungsi pendidikan.

d)     Fungsi sosialisasi.

e)      Fungsi keperawatan.

Tujuan dari fungsi keperawatan :

(1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal

masa kesehatan.

(2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat.

(3) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

(4)  Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/

memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.

(5) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat

f) Fungsi religious.

g) Fungsi rekreasi.

h) Fungsi reproduksi.

i) Fungsi afeksi.

6) Stress dan koping keluarga

a)      Stresor jangka pendek dan jangka panjang

b)      Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

c)      Strategi koping yang digunakan

d)     Disfungsi strategi adaptasi


57

7)      Pemeriksaan keluarga

Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga

meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu. 

8)      Harapan keluarga

Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat

(petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan yang terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang nyata

dan masalah kesehatan yang potensial (pada individu, keluarga,

kelompok) dimana perawat dapat secara sah dan mandiri

menanganinya dalam bentuk tindakan keperawatan yang ditujukan

untuk mencegah, mengatasi dan mengurangi masalah tersebut.

Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada

penyakit Hipertensi adalah :

1) Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Kemungkinan

penyebabnya adalah adalah :

a) Tidak memahami mengenai sifat dan beratnya masalah.

b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol

c) Keluarga Tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang

pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga


58

d) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau

e) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan.

2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang

tepat.Kemungkinan penyebabnya adalah :

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit

b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang

dibutuhkan

c) Sikap negatif terhadap yang sakit

d) Konflik individu dalam keluarga

e) Sikap dan pandangan hidup.

3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga. kemungkinan

penyebabnya adalah :

a) Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta

b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui

c) Sikap dan falsafah hidup

4) Kecemasan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

menggunakan sumber pelayanan kesehatan dalam masyarakat

untuk memelihara kesehatan. Kemungkinan penyebabnya adaalah :

a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

b) Tidak adanya keuntungan yang diperoleh

c) Tidak mempunyai kartu jaringan pengaman sosial bantuan

kesehatan
59

d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan

e) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga

kesehatan.

Tipologi kesehatan keluarga adalah (Nasrul Efendy, 1998) :

1) Ancaman kesehatan adalah keadaan-keadaan yang dapat

memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan sertakegagalan

dalam mencapai potensi kesehatan.Yang termasuk ancaman

kesehatan adalah :

a) Penyakit keturunan

b) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular

c) Jumlah anggota keluarga yang tidak sesuai dengan

kemampuan keluarga

d) Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga

e) Kekurangan atau kelebihan gizi

2) Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress, diantaranya

yaitu :

a) Hubungan keluarga yang kurang harmonis

b) Hubungan orang tua dan anak tegang

c) Orang tua yang tidak dewasa.

3) Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya :

a) Ventilasi dan penerangan rumah yang kurang baik

b) Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat

c) Tempat pembuangan tinja mencemari penampunganair

d) SPAL yang tidak memenuhi syarat


60

e) Kebisingan

f) Polusi udara

f) Kebiasaan-kebiasaan merugikan kesehatan, diantaranya:

4) Merokok dan minuman-minuman keras

5) Personal Hiygene yang kurang

6) Imunisasi anak tidak lengkap

b) Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan dalam

memantapkan keshatan.Yang termasuk didalamnya adalah :

(1) Keadaan sehat

(2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan

c) Situasi krisis adalah saat-saat yang banyak menuntut

individu atau keluarga dalammenyesuaikan diri termasuk

juga dalam hal sumber daya keluarga.

Yang termasuk dalam situasi krisis adalah :

(1) Perkawinan

(2) Kehamilan

(3) Persalinan

(4) Masa nifas

(5) Menjadi orang tua

(6) Pertambahan anggota keluarga

(7) Abortus

(8) Anak masuk sekolah

(9) Anak remaja

(10) Kilangan pekerjaan


61

(11) Kematian anggota keluarga

(12) Pindah rumah

b. Tipologi Diagnosa keperawatan


Dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :
1) Diagnosis aktual yaitu masalh keperawatan yang dialami oleh

warga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

2) Diagnosis resiko tinggi yaitu masalah keperawatan yang belum

terjadi,tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual

dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat

bantuan

3) Diagnosis potensial yaitu suatu keadaan sejahtera dari keluarga

telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan

mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan

dapat ditingkatkan.

4) Prioritas masalah kesehatan

Untuk dapat menentukan prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas seperti

berikut ini :
62

Tabel 2.2 Skoring Diagnosa Keperawatan Menurut Maglaya dan Bailon (1978)

NO Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah
Skala:
 Tidak atau kurang sehat 3 1
 Ancaman kesehatan 2
 keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
Skala:
 Mudah 2 2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0

3 Potensial masalah dapat dicegah


Skala :
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala:
 Masalah berat harus segera di tangani 2 1
 Ada masalah tapi tidak perlu di tangani 1
 Maslah tidak di rasakan 0

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

Skor
x bobot
Angka Tertinggi

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.


63

3. Perencanaan Keperawatan

a. Tipologi intervensi keperawatan

Klasifikasi Friedman (1970), dalam naskah keperawatan kesehatan

klasik, mengklasifikasikan intervensi sebagai berikut (Marylin M.

Friedman, 1998).

1) Suplemental

Disini perwat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan

langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang keluarga

tidak bisa melakukannya.

2) Fasilitatif

Dalam hal ini perawat keluarga menyingkirkan hal-hal

terhadap pelayanan yang diperlukan seperti pelayanan medis,

kesejahteraan sosial.

3) Perkembangan

Tujuan perawatan diarahkan pada perbaikan kapasitas

penerima perawat agar dapat bertindak atas nam dirinya.

b. Tujuan rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga.

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

a) Memberikan informasi yang tepat

b) Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan keluarga

tentang kesehatan

c) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya

kesehatan.
64

2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat, dengan cara :

a) Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dimiliki dan

ada disekitar keluarga.

b) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan

c) Mengidentifikasikan konsekuensinya bila tidak melakukan

tindakan.

3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota

keluarga yang sakit, dengan cara :

a) Mendemonstrasikan cara keperawatan

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifkasi)

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga

dengan cara :

a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan

keluarga

b) Melakukan perubahan lingkungan bersam keluarga

seoptimal mungkin

5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkn fasilitas kesehatan

yang ada disekitarnya :

a) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar

lingkungan keluarga
65

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada.

c. Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan

1) Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai

jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien

2) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan

diobservasi dengan panca indera perawat yang objektif.

3) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana

yang dimiliki oleh keluarga yang mengarah kemandirian klien

sehingga tidak ketergantungan dapat diminimalisir.


66

Tabel : 2.3 Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa


Medis Hipertensi

Perencanaan
Diagnosa
No.
Keperawatan
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 2 3 4
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital.
dengan asuhan keperawatan
Ketidakmampuan selama …×24 jam, 2. Berikan tindakan
nyeri atau sakit kepala nonfarmakologi untuk
keluarga merawat
hilang atau berkurang. menghilangkan sakit
anggota keluarga Dengan kriteria hasil: kepala,misalnya kompres
yang sakit.   dingin pada dahi,pijat
Setelah dilakukan punggung dll
asuhan keperawatan
selama …×24 jam,
nyeri atau sakit kepala 3. Hilangkan/minimalkan
hilang atau berkurang. aktivitas vasokontriksi yang
Dengan kriteria hasil: dapat meningkatkan sakit
1. Mampu kepala
mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri,
4. Bantu pasien dalam ambulasi
mampu menggunakan
sesuai kebutuhan
tekhnik farmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan) 5. Bantu dalam pemenuhan
nutrisi klayan
2. Melaporkan
bahwa nyeri berkurang 6. Mempertahankan tirah baring
dengan menggunakan selama pase akut
manajemen nyeri.

3. Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)

4. Menyatakan
rasa nyaman setelah
nyeri berkurang.

Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Kaji respon klayan


2 berhubungan terhadap aktivitas.
dengan ketidak asuhan keperawatan
mampuan keluarga selama ….x24jam 2. Instruksi klien tentang
mengambil diharapka klayan tehnik penghentian energi
keputusan dalam dapat menunjukkan misalnya melakukan
melakukan toleransi terhadap aktivitas dengan perlahan
tindakan yang tepat
aktivitas dengan
3. Berikan dorongan unruk
kriteria hasil:
67

3 4
1 2
1. Klien dapat melakukan
melakukan aktivitas aktivitas/perawatan diri
yang sesuai dengan
peningkatan denyut bertahap jika dapat
jantung,tekanan ditoleransi
darah dan frekuensi
napas 4. Kaji faktor penyebab
kelemahan, contoh:
2. Mempertahankan
warna dan
pengobatan dan nyeri
kehangatan kulit
dengan aktifitas 5. Periksa tanda-tanda vital
sebelum dan segera
3. Melaporkan aktivitas setelah aktivitas
harian.

3. Kurangnya Setelah dilakukan 1. Mengkaji kembali tingkat


pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan keluarga
berhubungan selama …×24 jam tentang penyakit .
dengan klien terpenuhi dalam
ketidakmampuan informasi tentang 2. Memberikan penjelasan
keluarga mengenal hipertensi. Dengan kepada keluarga tentang
masalah kesehatan kriteria hasil:  pengertian hipertensi.
1. Pasien dan
keluarga menyatakan
pemahaman tentang
3. Membantu keluarga dalam
penyakit, kondisi, mengidentifikasi tanda gejala
prognosis dan program
4. Mengevaluasi secara singkat
pengobatan terhadap topik yang
2. Pasien dan didiskusikan setelah
dilakukan penyuluhan
keluarga mampu
kesehatan.
melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara 5. Kaji ulang masukan kalori
harian dan pilihan diet.
benar
v  3. Pasien dan
keluarga mampu
6. Anjurkan klien untuk tidak
menjelaskan kembali
mengonsumsi makanan dan
apa yang dijelaskan minuman yang dapat
perawat/tim kesehatan meningkatkan tekanan darah.
lainnya.
7. Menjelaskan tentang bahaya
makanan yang dapat
meningkatkan tekanan darah

8. Berikan pendidikan
kesehatan tentang cara
mencegah hipertensi
68

9. Menganjurkan keluarga agar


klien rutin melakukan
olahraga.

1 2 3 4

4. Kecemasan Setelah dilakukan 1.      Kaji keefektifan strategi


berhubungan asuhan keperawatan koping dengan mengobservasi
dengan selama …×24 jam perilaku.
menggunakan kecemasan hilang atau
sumber pelayanan berkurang. Dengan 2.      Catat laporan gangguan
kesehatan dalam kriteria hasil:  tidur, peningkatan keletihan,
masyarakat untuk kerusakan konsentrasi, peka
memelihara 1.      Klien mengatakan rangsang, penurunan toleransi
kesehatan sudah tidak cemas sakit kepala, ketidakmampuan
lagi/cemas berkurang untuk menyelesaikan masalah

2.      Ekspresi wajah 3.      Bantu klien untuk


rilek mengidentifikasi stressor
spesifik dan kemungkinan
3.      TTV dalam batas strategi untuk mengatasinya
normal
4.      Jelaskan perlunya
menghindari pemakaian obat
bebas tanpa pemeriksaan dokter

5.      Libatkan pasien dalam


perencanaan perawatan dan beri
dorongan partisipasi maksimum
dalam rencana pengobatan,
Dorong pasien untuk
mengevaluasi prioritas atau
tujuan hidup

6.      Kaji tingkat kecemasan


klien baik secara verbal maupun

non verbal, Observasi TTV tiap


4 jam

7.      Dengarkan dan beri


kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya

8.      Berikan support mental


pada klien, Anjurkan pada
keluarga untuk memberikan
dukungan pada klien

(Nurarif,2015)
69

4. Implementasi atau Tindakan Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses

aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di

dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan

(Sudiharto, 2007 ).

Kegiatan pada tahap impelementasi diantaranya :

a. Penyuluhan pada keluarga dengan pneumonia

b. Mendidik keluarga dalam hal perawatan dasar

c. Melaksanakan tujuan pada kasus pneumonia

d. Melakukan pencatatan dan pelaporan atau dokumentasi proses

keperawatan.

Kegagalan dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan

kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatatn keluarga

disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya :

a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan

b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh

c. Tidak mau menghadapi situasi

d. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang

melekat

e. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan (Nasrul

Effendy, 1998).
70

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara

(Sudiharto, 2007) :

a. Hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilan

b. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil perlu dilakukan sebagian,

perlu disusun rencana keperawatan yang baru

c. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa

kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula

direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.

d. Evaluasi disusun dengan menggunajan SOAP yang operasional

dengan pengertian :

S  Ungkapan perasaan atau keluhan yang dirasakan secara

subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.
O  Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan atau penglihatan yang objektif

setelah implementasi keperawatan.


A  Merupakan analisa perawatan setelah mengetahui respon

subyektif dan obyektif keluarga yang dbandingkan dengan

kriteria dan standar yang telah di tentukan mengacu kepada

tujuan rencana keperawatan keluarga.


P  Perencanaan selanjutnya setelah dilakukan/dilaksanakan

oleh perawat.
71

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat :

1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan selama proses

asuhan keperawatan.Bertujuan untuk menilai hasil implemenasi secara

bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan sesuai konrak.

2. Evaluasi sumatif adalah evaluasi ahir. Bertujuan untuk menilai secara

keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan, apakah

rencana di teruskan sebagai atau di teruskan dengan perubahan

intervensi atau dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai